Dokumen tersebut membahas tentang kemiskinan di Indonesia, termasuk pengertian, faktor penyebab, dan upaya pemerintah untuk menanggulanginya. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, yang disebabkan oleh faktor alam dan sistemik. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan untuk mengurangi jumlah pendudu
2. Pengertian Kemiskinan
Berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan
Masalah utama kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara
Faktor Penyebab Kemiskinan di Indonesia
Kebijakan Antikemiskinan di Indonesia
Grafik Persentase Penduduk Miskin, Jumlah penduduk
miskin Selama periode Maret 2011– Maret 2012
Keterangan Grafik Persentase Penduduk Miskin
Tabel Garis Kemiskinan, Jumlah, Dan Persentase
Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2011-maret
2012
KeteranganTabel Garis Kemiskinan
Video Realitas Kemiskinan
3. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan ,
pakaian , tempat berlindung, pendidikan,
dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan.
4. Pada dasarnya bentuk/jenis kemiskinan
dapat dikelompokkan menjadi tiga
pengertian, yaitu: Kemiskinan Absolut
Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam
golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis
kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan,
sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.
5. Kemiskinan Relatif Seseorang yang tergolong miskin
relatif sebenarnya telah hidup
di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah
kemampuan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan ini
dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang
yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding
masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar
ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas
dan golongan bawah maka akan semakin besar pula
jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin,
sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan
masalah distribusi pendapatan.
6. Kemiskinan Kultural Kemiskinan ini berkaitan erat dengan
sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak
mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
mereka merasa miskin karena membandingkan dirinya
dengan orang lain atau pasrah dengan keadaannya dan
menganggap bahwa mereka miskin karena turunan, atau
karena dulu orang tuanya atau nenek moyangnya juga
miskin, sehingga usahanya untuk maju menjadi kurang.
Keluarga miskin adalah pelaku yang berperan sepenuhnya
untuk menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya,
dan mengarahkan proses yang mempengaruhi
kehidupannya.
7. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan
rendahnya mutu layanan kesehatan, serta terbatasnya dan
rendahnya mutu layanan pendidikan.Terbatasnya
Kecukupan dan Mutu Pangan Hal ini berkaitan dengan
rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak
merata, dan kurangnya dukungan pemerintah bagi petani
untuk memproduksi beras sedangkan masyarakat Indonesia
sangat tergantung pada beras. Permasalahan kecukupan
pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori
penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita,
dan ibu.
8. Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan Hal ini
mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat
miskin untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan
anak dari keluarga untuk tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan
para ibu. Salah satu indikator dari terbatasnya akses layanan kesehatan
adalah angka kematian bayi. Data Susenas (Survai Sosial Ekonomi
Nasional) menunjukan bahwa angka kematian bayi pada kelompok
pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan Hal ini
disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya kesediaan
sarana pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu di daerah, dan
terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar- mengajar.
Pendidikan formal belum dapat menjangkau secara merata seluruh
lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan antara penduduk kaya
dan penduduk miskin dalam masalah pendidikan.
9. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan
pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-
barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi.
10. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua
gambaran yang lainnya.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-
beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh
dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek
penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian apabila
institusi tempatnya bekerja melarang. Peta dunia memperlihatkan
persentase manusi yang hidup di bawah batas kemiskinan
nasional. Perhatikan bahwa garis batas ini sangat berbeda-beda
menurut masing-masing negara, sehingga kita sulit membuat
perbandingan. Peta dunia memperlihatkan Tingkat harapan hidup.
11. Faktor Penyebab Kemiskinan di Indonesia Ada dua kondisi
yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu:
1. Kemiskinan alamiah Kemiskinan alamiah terjadi akibat
sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi
yang rendah, bencana alam,dan karena seseorang atau
suatu masyarakat tak mau berusaha dengan kerja keras.
2. Kemiskinan buatan Kemiskinan ini terjadi karena
lembaga- lembaga yang ada di masyarakat membuat
sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai
sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia
hingga mereka tetap miskin.
12. Bila kedua faktor penyebab kemiskinan tersebut dihubungkan dengan masalah mutu
pangan, kesehatan, dan pendidikan maka dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab
kemiskinan antara lain:
a. Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak misalnya
puskesmas, sekolah, tanah yang dapat dikelola untuk bertani.
b. Kurangnya dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak dapat menjalani dan
mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak dikarenakan biaya yang
tinggi Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya karena
mereka kurang mendapat pengetahuan mengenai pentingnya memliki pendidikan tinggi
dan kesehatan yang baik.
c. Kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian agar masyarakat miskin
dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak. Wilayah Indonesia yang sangat
luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau seluruh wilayah dengan perhatian
yang sama. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan masalah kesehatan, mutu pangan dan
pendidikan antara wilayah perkotaan dengan wilayah yang tertinggal jauh dari perkotaan.
13. Kebijakan Antikemiskinan di Indonesia Untuk
menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air
diperlukan suatu strategi dan bentuk intervensi yang
tepat. Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan
intervensi- intervensi pemerintah yang sesuai dengan
sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu
:
1. Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor
pertanian dan ekonomi pedesaan
2. Intervensi jangka menengah dan panjang meliputi:
Pembangunan sektor swasta, Kerjasama regional, APBN
dan administrasi, Desentralisasi, Pendidikan dan
Kesehatan Penyediaan air bersih dan Pembangunan
perkotaan.
15. Keterangan:
1. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13
juta orang (11,96 persen), berkurang 0,89 juta orang dibandingkan
dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang
(12,49 persen). Grafik Persentase Penduduk Miskin Jumlah penduduk
miskin pada bulan Maret 2012 sebanyak 29,13 juta orang (11,96 persen)
2. Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih banyak
dibanding penurunan penduduk miskin di daerah perkotaan. Selama
periode Maret 2011– Maret 2012, penduduk miskin di daerah perkotaan
berkurang 399,5 ribu orang, sementara di daerah perdesaan berkurang
487 ribu orang.
3. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada periode Maret
2011−Maret 2012 sedikit mengalami perubahan. Pada bulan Maret 2011,
63,20 persen penduduk miskin tinggal di daerah perdesaan, sementara
pada bulan Maret 2012 persentase penduduk miskin yang tinggal di
daerah perdesaan mencapai 63,45 persen.
17. Keterangan:
Beberapa faktor terkait penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2011−Maret 2012
adalah:
a) Upah harian (nominal) buruh tani dan buruh bangunan meningkat selama periode triwulan I-2011 dan triwulan I-2012, yaitu
masing-masing sebesar 2,96 persen dan 4,81 persen.
b) Penerima beras murah/raskin (dalam 3 bulan terakhir) pada kelompok 20 persen penduduk dengan pendapatan terendah
meningkat dari 13,3 persen (tahun 2011) menjadi 17,2 persen (tahun 2012) di perkotaan. Begitu juga di daerah perdesaan
terjadi peningkatan dari 13,3 persen menjadi 17,2 persen (berdasarkan data Susenas 2011 dan Susenas 2012).
c) Penerima pelayanan kesehatan gratis selama 6 bulan terakhir (pada 20 persen penduduk dengan pendapatan terendah)
meningkat dari tahun 2011 ke tahun 2012 (4,6 persen menjadi 5,6 persen) di perkotaan.
Hal yang sama juga terjadi di daerah perdesaan, penerima pelayanan kesehatan gratis di kelompok tersebut meningkat dari
3,9 persen pada tahun 2011 menjadi 4,7 persen pada tahun 2012 (berdasarkan Susenas 2011 dan Susenas 2012).
a) Selama periode Maret 2011−Maret 2012 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 3,97 persen.
b) Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (NilaiTukar Petani) sebesar 1,32 persen dari 103,32 pada
Maret 2011 menjadi 104,68 pada Maret 2012.
c) Perekonomian Indonesia triwulan I-2012 tumbuh sebesar 6,3 persen terhadap triwulan I-2011, sedangkan pengeluaran
konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,9 persen pada periode yang sama (pertumbuhan pada tahun 2011 hanya
mencapai 3,6 persen).
d) Dari sisi ukuran subyektif (subjective measurement), persentase rumah tangga di kuantil terbawah (20 persen penduduk
dengan pendapatan terendah) yang menyatakan bahwa penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari
dalam sebulan terakhir meningkat dari 8,1 persen (tahun 2011) menjadi 12,4 persen (tahun 2012) di daerah perkotaan. Di
daerah perdesaan meningkat dari 8,5 persen (tahun 2011) menjadi 11,0 persen (tahun 2012).