1. Bab 1 membahas unsur-unsur hadis yaitu sanad, matan, dan rawi. Sanad adalah rantai para periwayat, matan adalah isi pesan hadis, dan rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis.
2. Bab 2 membahas jenis-jenis hadis berdasarkan bentuknya, yaitu qauliyah (berupa ucapan Nabi), fi'liyah (perbuatan Nabi), taqririyah (penetapan tertentu di depan Nabi tanpa sangg
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
While riding your wheelster hoverboard, you just need to have a straight posture. Always Wear a Helmet. Adjust your wheelster hoverboard correctly and enjoy your ride.
PENULISAN HADITS NABI PRAKODIFIKASI
(Masa Nabi, Sahabat, dan Tabi’in)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ulumul Hadits
DOSEN:
Prof. Dr. H. Utang Ranuwijaya, M.A
Oleh:
Liseu Taqillah
NIM: 182420106
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI (UIN)
“SULTAN MAULANA HASANUDIN”
BANTEN
TAHUN 2019
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
4. 1. Sanad Hadits
Secara Bahasa : dari sanada,
yasnudu yang berati mutamad
(sandaran/tempat bersandar,
tempat berpegang, yang
dipercaya atau yang sah).
5. Secara Istilah :
para ahli hadis memberikan defenisi yang
beragam,diantaranya :
المتنالىالموصلةالطريقة
Jalan yangmenyampaikan kepada matan hadits
yakni rangkaian para perawi yang
memindahkan matan dari sumber primernya.
Jalur ini adakalanya disebut sanad, adakalanya
karena periwayat bersandar kepadanya dalam
menisbatkan matan kepada sumbernya, dan
adakalanya karena hafidz bertumpu kepada
yang menyebutkan sanad dalam mengetahui
sahih atau dhaif suatu hadis.
6. للمتن الموصلة الرجال سلسلة
Silsilah orang-orang yang
menghubungkan kepada matan hadis
Silsilah orang-orang maksudnya
adalah susunan atau rangkaian
orang-orang yang menyampaikan
materi hadis tersebut, sejak yang
disebut pertama sampai kepada
Rasul SAW., yang perkataan dan
perbuatan, taqrir, dan lainnya
merupakan materi atau matan hadis
7. Al-Tahanawi mengemukakan definisi
sanad sebagaimana yang dikutip oleh
Nawir Yuslem adalah sebagai berikut :
المتن الى الموصلة الطريق,أسماء أي
مرتبة رواته
Sanad adalah : Jalan yang
menyampaikan kepada matan Hadis,
yaitu nama-nama perawinya secara
berurutan.
8.
9. 2. Matan Hadits
Secara Bahasa : mairtafa’a min al-ardi
(tanah yang meninggi)
Secara Istilah :
الكالم من السند اليه ماينتهى
Artinya : Suatu kalimat tempat berakhirnya
sanad.
Adalagi redaksi yang lebih sederhana lagi,
yang menyebutkan bahwa matan adalah
ujung sanad (gayah as-sanad). Semua
pengertian diatas menunjukkan bahwa yang
dimaksud dengan matan ialah materi hadis
atau lafal hadis itu sendiri.
11. 3. Rawi Hadits
Secara Bahasa :
Kata rawi atau ar-rawi berarti orang yang
meriwayatkan atau memberikan hadis (Naqil Al-
Hadis).
Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan
dua istilah yang hampir sama. Sanad-sanad hadis
pada tiap-tiap tingkatannya juga disebut rawi, jika yang
dimaksud dengan rawi adalah orang yang
meriwayatkan dan memindahkan hadis. Akan tetapi
yang membedakan antara kedua istilah diatas, jika
dilihat lebih lanjut, adalah dalam dua hal, yaitu:
pertama, dalam hal pembukuan hadis. Orang-orang
yang menerima hadis-hadis, kemudian
menghimpunnya dalam satu kitab disebut dengan
rawi.
13. 1. 3.
2. 4.
BAB 2
HADITS DARI SEGI BENTUK
Qouliyah
Fi’liyah
Taqririyah
Hammiyah
14. 2. Hadits Qauliyah
Hadits qawli adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik
berupa perkataan, ucapan, ataupun sabda yang
memuat berbagai maksud syara’, peristiwa, dan
keadaan yang berkaitan dengan akidah, syariah,
akhlak, atau lainnya.
15. Contohnya, hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah
ibn al-Shamith bahwasanya Rasulullah saw
bersabda:
اَلاتِكْال ِةاحِتاافِب ْأارْقاي ْمال ْنامِل اة اَلاصِبا
Artinya: ”Tidak (sah/sempurna) shalat bagi orang
yang tidak membaca surat al-Fatihah”. (Shahih al-
Bukhari, III: 204, hadits 714)
16. 2. Hadits Fi’liyah
Hadits fi’li ialah hadits yang
menyebutkan perbuatan Nabi
Muhammad saw yang sampai
kepada kita.
17. Misalnya hadits riwayat al-Bukhari dari Jabir
ibn ‘Abd Allah:
يَلَع ُ هاَّلل ىهلَص ِ هاَّلل ُول ُسَر َانَكيِلَصُي َمهل َسَو ِه
ِإَف تَههجَوَت ُثيَح ِهِتَلِحاَر ىَلَعَةَضيِرَفال َداَرَأ اَذ
ةَلبِقال َلَبقَتاسَف َلَزَن
Artinya: ”Rasulullah saw pernah shalat di
atas tunggangannya, ke mana pun
tunggangannya menghadap. Apabila ia mau
melaksanakan shalat fardhu, ia turun dari
tunggangannya, lalu menghadap ke kiblat ”.
(Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)
18. 3. Hadits Taqririyah
Maksud hadits taqriri ialah Penetapan
(Taqririyyah) yaitu perkataan atau perbuatan
tertentu yang dilakukan oleh sahabat di hadapan
Nabi Muhammad atau sepengetahuan beliau,
namun beliau diam dan tidak menyanggahnya
dan tidak pula menampakkan persetujuannya
atau malahan menyokongnya. Hal semacam ini
dianggap sebagai penetapan dari Nabi
Muhammad walaupun beliau dalam hal ini hanya
bersifat pasif atau diam.
19. Sebagai contoh, pengakuan Nabi Muhammad terhadap ijtihad
para sahabat berkenaan dengan shalat Ashar di perkampungan
Bani Quraizhah, sebagaimana diriwayatkan dari ‘Abd Allah Ibn
Umar:
َظيَرُق يِنَب يِف هَلِإ َرصَعال ٌدَحَأ هنَيِلَصُي ََلُرصَعال مُهَضعَب َكَردَأَف َة
َن ىهتَح يِلَصُن ََل مُهُضعَب َلاَقَف ِقيِرهالط يِفلَب مُهُضعَب َلاَقَو اَهَيِتأ
َص ِيِبهلنِل َرِكُذَف َكِلَذ اهنِم دَرُي مَل يِلَصُنمَلَف َمهل َسَو ِهيَلَع ُ هاَّلل ىهل
مُهنِم اًدِحاَو فِنَعُي
Artinya: “Janganlah salah seorang (di antara kamu)
mengerjakan shalat Ashar, kecuali (setelah sampai) di
perkampungan Bani Quraizhah. Lalu sebagian mereka
mendapati (waktu) ‘Ashar di perjalanan. Sebagian mereka
mengatakan, kita tidak boleh shalat sehingga sampai di
perkampungan, dan sebagian lainnya mengatakan, tetapi kami
shalat (dalam perjalanan), tidak ada di antara kami yang
membantah hal itu. Hal itu lalu dilaporkan kepada Nabi saw,
ternyata beliau tidak menyalahkan seorang pun dari mereka”.
(Shahih al-Bukhari, III: 499, hadits 894)
20. 4. Hadits Hammiyah
Hadits hammi adalah hadits
yang menyebutkan keinginan Nabi
saw yang belum sempat beliau
realisasikan, seperti halnya
keinganan untuk berpuasa pada
tanggal 9 Asyura
21. sebagai diriwayatkan dari ‘Abd Allah ibn ‘Abbas:
َو ِهيَلَع ُ هاَّلل ىهلَص ِ هاَّلل ُول ُسَر َماَص َينِحَءاَرو ُاشَع َموَي َمهل َس
َي ُههنِإ ِ هاَّلل َلو ُسَر اَي واُالَق ِهِماَيِصِب َرَمَأَوُودُهَيال ُهُمِظَعُت ٌمو
َع ُ هاَّلل ىهلَص ِ هاَّلل ُول ُسَر َلاَقَف ىَراَصهالنَوَانَك اَذِإَف َمهل َسَو ِهيَل
َموَيال اَنمُص ُ هاَّلل َءا َش نِإ ُلِبقُمال ُامَعالِتأَي مَلَف َلاَق َعِساهالت
َص ِ هاَّلل ُول ُسَر َيِفُوُت ىهتَح ُلِبقُمال ُامَعالَمهل َسَو ِهيَلَع ُ هاَّلل ىهل
Artinya: “Sewaktu Rasulullah saw berpuasa pada har
‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa,
mereka berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia adalah
hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”.
Rasulullah saw menjawab, ”Tahun yang akan datang, insya
Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan(nya)”. ‘Abd
Allah ibn ‘Abbas mengatakan, “Belum tiba tahun
mendatang itu, Rasulullah saw pun wafat”. (Shahih Muslim,
V: 479, hadits 1916)
22. 1.
2.
3.
BAB 3
HADITS DARI SEGI
PENYEBUTAN
Hadits/Sunnah (dari Rasul)
Atsar (dari Shohabat)
Khobar ( dari Tabi’in)
23. 1. Hadits / Sunnah (dari Rasul)
Sunnah adalah segala perbuatan dan
perkataan Rasulullah, termasuk segala
sesuatu yang disetujui oleh Beliau. Hadits
sendiri berarti segala hikayat atau
pembicaraan yang digunakan dalam
meriwayatkan segala sesuatu tindak tanduk
Rasulullah, sehingga sunnah dapat berarti
sebuah contoh perbuatan atau hukum yang
diambil dari adanya suatu hadits.
24. 2. Atsar (dari Shohabat)
Secara bahasa atsar berarti bekas
atau dampak sesuatu, atau sesuatu
yang diambil atau diikuti dari jejak-jejak
terdahulu. Seperti doa-doa atau wirid-
wirid yang diambil dari kebiasaan
Rasulullah yang kemudian dikenal
dengan al-ma’tsurat (dari kata atsar).
25. Secara istilah atsar didefinisikan
sebagai berikut:
ُرَثَألااَمَُءاَجُنَعُرَيغُيبَّنالىَّلَصُللاُهيَلَعَُس َوَُمَّل
ُنمُةَباَحَّصالُوَأَُنيعابَّتالُوَأُعابَتَُنيعابَّتالُوَأُنَم
ُمَهنود
Atsar adalah segala yang datang
selain dari Nabi saw, yaitu dari
shahabat, tabi’in, atau generasi
setelah mereka.
26. 3. Khobar (dari Tabi’in)
Khabar menurut bahasa adalah
semua berita yang disampaikan oleh
seseorang kepada orang lain. Menurut
ulama ahli hadis, Khabar sama artinya
dengan hadis. Keduanya dapat dipakai
untuk sesuatu yang marfu’, mauquf,
dan maqtu’, dan mencakup segala
sesuatu yang datang dari Nabi
Muhammad SAW, sahabat dan tabi’in.
27. Khabar menurut bahasa adalah semua
berita yang disampaikan oleh
seseorang kepada orang lain. Menurut
ulama ahli hadis, Khabar sama artinya
dengan hadis. Keduanya dapat dipakai
untuk sesuatu yang marfu’, mauquf,
dan maqtu’, dan mencakup segala
sesuatu yang datang dari Nabi
Muhammad SAW, sahabat dan tabi’in.
29. MARFU’
Al-Marfu' menurut bahasa merupakan isim maf'ul
dari kata rafa'a (mengangkat), dan ia sendiri berarti
"yang diangkat". Dinamakan marfu' karena
disandarkannya ia kepada yang memiliki kedudukan
tinggi, yaitu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam.
Hadits Marfu' menurut istilah adalah "sabda, atau
perbuatan, atau taqrir (penetapan), atau sifat yang
disandarkan kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam,
baik yang bersifat jelas ataupun secara hukum (disebut
marfu' = marfu' hukman), baik yang menyandarkannya
itu shahabat atau bukan, baik sanadnya muttashil
(bersambung) atau munqathi' (terputus).
30. MACAM-MACAM
a. Marfu Qauly Hakiki
Ialah apa yang disandarkan oleh sahabat kepada Nabi
tentang sabdanya, bukan perbuatannya atau iqrarnya,
yang dikatakan dengan tegas bahwa nabi bersabda.
b. Marfu Qauly Hukmi
Ialah hadits marfu yang tidak tegas penyandaran sahabat
terhadap sabda Nabi, melainkan dengan perantaran
qarinah yang lain, bahwa apa yang disandarkan sahabat
itu berasal dari sabda nabi.
c. Marfu Fi’li Hakiki
Adalah apabila pemberitaan sahabat itu dengan tegas
menjelaskan perbuatan Rasulullah SAW.
31. d. Marfu Fi’li Hukmi
Ialah perbuatan sahabat yang dilakukan dihadapan
Rasulullah atau diwaktu Rasulullah masih hidup.
e. Marfu Taqririyah Hakiki
Ialah tindakan sahabat dihadapan Rasulullah dengan
tiada memperoleh reaksi, baik reaksi itu positif maupun
negatif dari beliau.
f. Marfu Taqririyah Hukmy
Ialah apabila pemberitaan sahabat diikuti dengan kalimat-
kalimat sunnatu Abi Qasim, Sunnatu Nabiyyina atau
minas Sunnati.
32. CONTOH:
1. Perkataan yang marfu' tashrih: seperti perkataan
shahabat,"Aku mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam bersabda begini"; atau "Rasulullah shallallaahu
'alaihi wasallam menceritakan kepadaku begini"; atau
"Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda begini";
atau "Dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam
bahwasannya bersabda begini"; atau yang semisal dengan itu.
2. Perkataan yang marfu' secara hukum : seperti perkataan
dari shahabat yang tidak mengambil dari cerita Israilliyaat
berkaitan dengan perkara yang terjadi di masa lampau seperti
awal penciptaan makhluk, berita tentang para nabi. Atau
berkaitan dengan masalah yang akan datang seperti tanda-
tanda hari kiamat dan keadaan di akhirat. Dan diantaranya
pula adalah perkataan shahabat : "Kami diperintahkan seperti
ini"; atau "kami dilarang untuk begini"; atau termasuk sunnah
adalah melakukan begini".
33. MAUQUF
Hadits Mauquf adalah hadis yang sanadnya terhenti pada
para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara
perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat
marfu'.
contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris)
menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-
Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti)
ayah". Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat
seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...",
"Kami terbiasa... jika sedang bersama rasulullah" maka
derajat hadis tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara
dengan marfu'.
34. MACAM-MACAM HADITS MAUQUF
a) Hadits mauquf qauli (yang berupa perkataan)
عنه هللا رضي طالب بن علي :قال ؟ ورسوله هللا بّذيك أن يعرفون بما الناس ّثوادح
Ali bin Abi Thalib ra. berkata, ”Berbicaralah kepada manusia
sesuai dengan apa yang mereka ketahui, apakah kalian ingin
mereka mendustakan Allah dan Rasul-Nya?”
b) Hadits mauquf fi‟li (yang berupa perbuatan) seperti
perkataan Imam Bukhari,
“Ibnu Abbas menjadi imam sedangkan dia (hanya)
bertayammum.”
35. c) Hadits mauquf taqriri (yang berupa
persetujuan) seperti perkataan tabi‟in
ّيعل ينكر ولم الصحابة أحد أمام كذا فعلت
“Aku telah melakukan begini di hadapan salah
seorang sahabat dan dia tidak mengingkariku
36. CONTOH MAUQUF
Contohnya:
:يقول من وخذ تنتظرالمساء فال أصنحت واذا تنتظرالصباح فال أمسيت اذا
لموتك حياتك ومن لمرضك تكّحص (البخاري )رواه
“Konon Ibnu Umar r.a berkata: Bila kau berada di waktu
sore jangan menunggu datangnya pagi hari, dan bila kau
berada di waktu pagi jangan menunggu datangnya sore
hari. Ambillah dari waktu sehatmu persediaan untuk
waktu sakitmu dan dari waktu hidupmu untuk persediaan
matimu.” (HR. Bukhari)
Hadits di atas adalah hadits mauquf, sebab kalimat
tersebut adalah perkataan Ibnu Umar sendiri, tidak ada
petunjuk kalau itu sabda Rasulullah saw, yang ia
ucapkan setelah ia menceritakan bahwa rasulullah
memegang bahunya dengan bersabda:
37. MAQTU’
Hadits Maqtu' adalah hadis yang sanadnya
berujung pada para Tabi'in (penerus).
Contoh hadis ini adalah: Imam Muslim
meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya
bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan
ini (hadis) adalah agama, maka berhati-hatilah
kamu darimana kamu mengambil agamamu".
38. CONTOH
Contohnya ialah perkataan Haram bin Jubair,
seorang tabi’in besar, ujarnya:
إليه أقبل ّهبأح واذا ّهبأح ّلوجّعز ّهبر عرف اذا المؤمن
“Orang mukmin itu bila telah mengenal tuhanya
azza wajalla, niscaya ia mencintainya dan bila ia
mencintainya Allah menerimanya.”
40. NABAWI
Hadits (baru) dalam arti bahasa lawan dari kata qadim
(lama).
Dan, yang dimaksud hadis ialah setiap kata-kata yang
diucapkan dan dinukil serta disampaikan oleh
manusia, baik kata-kata itu diperoleh melalui
pendengarannya maupun wahyu; baik dalam keadaan
jaga maupun dalam keadaan tidur.
Dalam pengertian ini, Alquran dinamakan hadis.
"Hadis (kata-kata) siapakah yang lebih benar selain
dari pada Allah?" (An-Nisa: 87).
41. CONTOH
#Contoh hadits nabawi yang berupa perkataan (qauli) misalnya
perkataan Nabi SAW,
بالنية اَلعمال انما………. .فى البجخارى اخرجهصحيحه @
#Contoh hadits berupa perbuatan (fi’li) ialah
كانوتوضأ فرجه غسل جنب وهو ينام ان اراد اذا النبي
للصالة. @ حديثعائشة
#Contoh hadits berupa ketetapan (taqriri) ialah
فاكل واقطا واضبا سمنا هللا رسول الى اهدت خالته انمن @
مائدته على واكل واَلقط السمن,على مااكل حراما كان ولو
هللا رسول مائدة.عباس ابن حدبث
#Contoh hadits berupa sifat (wasfi) ialah
كانالجسم حسن وَلبالقصر بالطويل ليس ربعة هللا رسول…الخ
مالك ابن انس حديث
42. QUDSI
hadits quds (suci), yaitu Allah Ta’ala.
Yang mana hadits qudsi ini
disampaikan kepada kita oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. yang
disnisbatkan kepada Zat yang
43. Contoh hadits Qudsi adalah:
قال النبي عن,خصمهم انا ثالثه تعالى هللا قال
القيامه يوم…الخ.هريرة ابو رواه
Hadis Qudsi persangkaan seorang hamba kepada
Tuhannya. “Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah
SAW berkata, Allah Taala berfirman; “Aku menurut
sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila
dia menyebut-Ku di dalam dirinya, maka Aku pun
menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan, bila dia menyebut-
Ku di kalangan orang banyak, Aku pun menyebutnya di
kalangan orang banyak yang lebih baik dari itu.”
44. AL-QUR’AN
Al-Qur’ān القرآنadalah kitab suci agama islam.
Umat islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan
puncak dan penutup wahyu Allah yang
diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari
rukun iman yang disampaikan kepada Nabi
Muhummad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
melalui perantaraan malaikat jibril.
Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh
Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang
terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.
46. Dari segi bahasa, mutawatir, berarti
sesuatu yang dating secara beriringan
tanpa diselangai antara satu sama lain.
Dari segi istilah yaitu Hadis yang
diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang
tidak mungkin bersepakat untuk berdusta
dari sejumlah rawi yang semisal mereka
dan seterusnya sampai akhir sanad. Dan
sanadnya mereka adalah pancaindra.
MUTAWATTIR
47. Berdasarkandefinisinya ada4kriteriahadis
mutawatir,yaitusebagaiberikut :
a. Diriwayatkan Sejumlah Orang Banyak
Syarat perawi mutawatir harus berjumlah banyak.
perbeda pendapat para ulama’ tentang jumlah
banyak pada para perawi hadis tersebut dan tidak
ada pembatasan yang tetap. Di antara mereka
berpendapat 4 orang, 5 orang, 10 orang, 40 orang,
70 orang bahkan ada yang berpendapat 300 orang
lebih.
Namun, pendapat yang terpilih minimal 10 orang
seperti pendapat Al-Ishthikhari.
48. b. Adanya Jumlah Banyak Pada Seluruh Tingkatan Sanad
Jumlah banyak orang pada setiap tingkatan
(thabaqat) sanad dari awal sampai akhir sanad. Jika jumlah
banyak tersebut hanya pada sebagian sanad saja maka
tidak dinamakan mutawatir , tatapi dinamakan ahad atau
wahid.
c. Mustahil Bersepakat Bohong
Di antara alas an pengingkar sunnah dalam
penolakan mutawatir adalah pencapaian jumlah banyak
tidak menjamin dihukumi mutawatir karena dimungkinkan
adanya kesepakatan berbohong. Hal ini karena mereka
menganalogikan dengan realita dunia modern dan
kejujurannya yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,
apalagi jika ditunggangi masalah politik dan lain-lain.
Demikian halnya belum dikatakan mutawatir karena
sekalipun sudah mencapai jumlah banyak tetapi masih
memungkinkan untuk berkosensus berbohong.
49. d. Sandaran Berita Itu Pada Pancaindra
Maksud sandaran pancaindra adalah berita itu didengar
dengan telinga atau dilihat dengan mata dan disentuh
dengan kulit, tidak disandarkan pada logika atau akal
seperti tentang sifat barunya alam, berdasarkan kaedah
logika; Setiap yang baru itu berubah (Kullu hadis in
mutghayyirun). Alam berubah (al-alamu mutaghayyirun).
Jika demikian, Alam adalah baru (al-alamu hadis un).
Baru artinya sesuatu yang diciptakan bukan wujud
dengan sendirinya. Jika berita hadis itu logis, maka tidak
mutawatir . Sandaran berita pada pancaindra misalnya
ungkapan periwayatan:
: Kami mendengar [dari Rasulullah bersabda begini]
: Kami sentuh atau kami melihat [Rasulullah melakukan
begini dan seterusnya].
50. PembagianHadisMutawatir
adalah mutawatir dengan susunan redaksi yang persis
sama. Dengan demikian garis besar serta perincian
maknanya tentu sama pula, juga dipandang sebagai
hadis mutawatir lafdhi, hadis mutawatir dengan susunan
sedikit berbeda, karena sebagian digunakan kata-kata
muradifnya (kata-kata yang berbeda tetapi jelas sama
makna atau maksudnya). Sehingga garis besar dan
perincian makna hadis itu tetap sama.
Contoh hadis mutawatir lafdhi yang artinya:
“ Rasulullah SA W, bersabda: “Siapa yang sengaja
berdusta terhadapku, maka hendaklah dia menduduki
tempat duduknya dalam neraka” (Hadis Riwayat
Bukhari). “
a. Hadis Mutawatir Lafdhi
51. b. Hadis Mutawatir Maknawi
adalah hadis mutawatir dengan makna umum yang
sama, walaupun berbeda redaksinya dan berbeda
perincian maknanya. Dengan kata lain, hadis-hadis yang
banyak itu, kendati berbeda redaksi dan perincian
maknanya, menyatu kepada makna umum yang sama.
Jumlah hadis-hadis yang termasuk hadis mutawatir
maknawi jauh lebih banyak dari hadis-hadis yang
termasuk hadis mutawatir lafdhi.
Contoh hadis mutawatir maknawi yang artinya:
“ Rasulullah SAW pada waktu berdoa tidak mengangkat
kedua tangannya begitu tinggi sehingga terlihat kedua
ketiaknya yang putih, kecuali pada waktu berdoa
memohon hujan (Hadis Riwayat Mutafaq' Alaihi). ”
52. c. Hadis Mutawatir ‘Amali
adalah hadis mutawatir yang menyangkut perbuatan
Rasulullah SAW, yang disaksikan dan ditiru tanpa
perbedaan oleh orang banyak, untuk kemudian juga
dicontoh dan diperbuat tanpa perbedaan oleh orang
banyak pada generasi-generasi berikutnya.
Contoh : Hadis-hadis Nabi tentang waktu shalat, tentang
jumlah rakaat shalat wajib, adanya shalat Id, adanya
shalat jenazah, dan sebagainya.
Segala macam amal ibadah yang dipraktekkan secara
sama oleh umat Islam atau disepakati oleh para ulama,
termasuk dalam kelompok hadis mutawatir ‘amali.
Seperti hadis mutawatir maknawi, jumlah hadis mutawatir
‘amali cukup banyak. Diantaranya, shalat janazah, shalat
‘ied, dan kadar zakat harta.
53. Hadits Ahad
Ahad (baca: aahaad) menurut bahasa adalah kata jamak dari
waahid atau ahad . Bila waahid atau ahad berarti satu, maka
aahaad, sebagai jamaknya, berarti satu-satu.
Hadits ahad menurut bahasa berarti hadits satu-satu.
Sebagaimana halnya dengan pengertian hadits mutawatir
hadits ahad , menurut bahasa terasa belum jelas. Oleh karena
itu, ada batasan yang diberikan oleh ulama batasan hadits
ahad antara lain berbunyi: hadits ahad adalah hadits yang
para rawinya tidak mencapai jumlah rawi hadits mutawatir ,
baik rawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima atau seterusnya,
tetapi jumlahnya tidak memberi pengertian bahwa hadist
dengan jumlah rawi tersebut masuk dalam kelompok hadist
mutawatir ,
Hadis Ahad adalah hadis yang tidak mencapai derajat
mutawatir.
54. Pembagian Hadits Ahad
a. Hadits Masyhur (Hadist Mustafidah)
Masyhur menurut bahasa berarti yang sudah
tersebar atau yang sudah populer.
Mustafidah menurut bahasa juga berarti yang telah
tersebar atau tersiar. Jadi menurut bahasa hadits
masyhur dan hadits mustafidah sama-sama berarti
hadits yang sudah tersebar atau tersiar.
55. b. Hadits ‘Aziz
‘ Aziz menurut bahasa, berarti: yang mulai atau yang
kuat dan juga berarti jarang.
Hadits ‘aziz menurut bahasa berarti hadits yang mulia
atau hadits yang kuat atau hadits yang jarang, karena
memang hadits ‘aziz itu jarang adanya.
Para ulama memberikan batasan sebagai berikut:
hadits ‘aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua
orang rawi, kendati dua rawi itu pada satu tingkatan
saja, dan setelah itu diriwayatkan oleh banyak rawi.
Contohnya : “ Rasulullah SAW bersabda: “Kita adalah
orang-orang yang paling akhir (di dunia) dan yang
paling terdahulu di hari qiamat.” (Hadits Riwayat
Hudzaifah dan Abu Hurairah) “
56. c. Hadist Gharib
Gharib, menurut bahasa berarti jauh, terpisah, atau
menyendiri dari yang lain.
Hadits gharib menurut bahasa berarti hadist yang
terpisah atau menyendiri dari yang lain.
Para ulama memberikan batasan sebagai berikut:
hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh
satu orang rawi (sendirian) pada tingkatan maupun
dalam sanad.
Dari segi istilah ialah Hadits yang berdiri sendiri
seorang perawi dimana saja tingkatan (thabaqah)
dari pada beberapa tingkatan sanad.
57. Contohnya
“ Dari Umar bin Khattab, katanya: Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Amal itu hanya (dinilai)
menurut niat, dan setiap orang hanya (memperoleh)
apa yang diniatkannya.” (Hadist Riwayat Bukhari,
Muslim dan lain-lain) “
59. Hadits Shoheh
Hadis sahih menurut bahasa berarti hadis yang
bersih dari cacat, hadis yng benar berasal dari Rasulullah
SAW. Batasan hadis sahih, yang diberikan oleh ulama,
antara lain:
Artinya :
“Hadits sahih adalah hadits yng susunan lafadnya tidak
cacat dan maknanya tidak menyalahi ayat (al-Quran),
hdis mutawatir, atau ijimak serta para rawinya adil dan
dabit.”
Keterangan lebih luas mengenai hadis sahih diuraikan
pada bab tersendiri.
60. Hadits Hasan
Menurut bahasa, hasan berarti bagus atau baik.
Menurut Imam Turmuzi hasis hasan adalah:
Artinya :
“yang kami sebut hadis hasan dalam kitab kami adalah hadis
yng sannadnya baik menurut kami, yaitu setiap hadis yang
diriwayatkan melalui sanad di dalamnya tidak terdapat rawi
yang dicurigai berdusta, matan hadisnya, tidak janggal
diriwayatkan melalui sanad yang lain pula yang sederajat.
Hadis yang demikian kami sebut hadis hasan.”
61. Hadits Dlo’if
Hadis daif menurut bahasa berarti hadis yang lemah,
yakni para ulama memiliki dugaan yang lemah (keci atau
rendah) tentang benarnya hadis itu berasal dari
Rasulullah SAW.
Para ulama memberi batasan bagi hadis daif :
Artinya :
“Hadits daif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-
sifat hadis sahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat
hadis hasan.”
62. DAFTAR PUSTAKA
Al-khatib, M. Ajaj, “Usul al-hadis:’ulumuhu wa mustlahuhu”:Dar al-
fikr, 1409 H/1989 M
At-tohal Mahmud, “Taisir mustalah al-hadis” Beirut: Dar Al-qur’an Al-
karim, 1399 H/ 1979 M
Yuslem Nawir, “’Ulumul-Hadis”Jakarta, PT. Mutiara Sumber Widya
2001
Al-Nawawi, I. (2001). Dasar-Dasar Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
As-Shalih, S. (1997). Membahas Ilmu-Ilmu Hadits. Pustaka Firdaus:
Jakarta.
Ismail, M. S. (1994). Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa.
Khon, A. M. (2008). Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah.
Mudzakir, M. (1998). Ulumul Hadis. Bandung: CV Pustaka Setia.
Rahman, F. (1974)
http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-marfu'/
http://blog.re.or.id/pengertian-hadis.ht…