Makanan tradisional Indonesia memiliki nilai gizi yang lebih baik dibanding makanan cepat saji karena mengandung lemak dan gula yang lebih rendah serta serat yang lebih tinggi. Namun, makanan cepat saji lebih mudah didapatkan dan dipromosikan secara luas. Untuk melestarikan makanan tradisional, perlu adanya upaya peningkatan ketersediaan dan pengetahuan masyarakat akan manfaat kesehatannya.
2. Makanan tradisional adalah makanan dan
minuman yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat tertentu, dengan cita rasa
khas yang diterima oleh masyarakat
tersebut. Dan biasanya makanan
tradisional merupakan makanan sehat.
3. Menurut Hulme, “makanan sehat” adalah
makanan dalam arti yang sesungguhnya
dan mampu menikmati makanan
tersebut.
4. 1. BENGKULU (Pendap)
Pendap terbuat dari bumbu-bumbu yang
beraneka ragam yang kemudian dicampur
merata dengan parutan kelapa muda.
5. 2. NUSA TENGGARA TIMUR (catemak jagung)
Catemak jagung adalah makanan penutup
yang terbuat dari jagung, labu lilin, dan
kacang hijau yang dimasak dengan bumbu
masak penyedap rasa.
6. 3. PAPUA TIMUR (Papeda)
Papeda atau bubur sagu merupakan
makanan pokok masyarakat Maluku dan
Papua. Papeda dibuat dari tepung sagu.
Tepung sagu dibuat dengan cara
menokok batang sagu.
7. 4. MALUKU UTARA (Ternate)
Gohu ikan khas Ternate dibuat dari ikan
tuna mentah. Banyak orang menyebutnya
sebagai sashimi Ternate.
8. 5. GORONTALO (Binte Biluhuta)
Makanan ini biasa juga disebut dengan milu
siram, karena terbuat dari milu (jagung).
Karena makanan ini, Gubernur pertama
Gorontalo, Fadel Muhammad
mengembangkan budidaya jagung di
daerah Gorontalo.
9. 6. SULAWESI TENGGARA (Lapa-lapa)
Lapa-lapa jika di Jawa lebih di kenal
dengan nama lepet atau lepat. Lapa-lapa
mempunyai rasa yang gurih dan enak.
Lapa-lapa dibuat dari beras dan santan.
10. 7. KALIMANTAN TENGAH (Juhu Singkah)
Makanan ini terbuat dari umbut rotan
yang diperoleh warga dengan cara
mencarinya di sekitar hutan tempat
mereka tinggal.
11. 1. Rendah lemak
Makanan tradisional Indonesia itu lebih rendah lemak, hanya
sekitar 20 persen. Berbeda dengan western food yang berkisar
lebih dari 50 persen dari total kalori.
2. Lebih alami/non kimiawi
Dalam makanan tradisional, proses pengawetan, pewarnaan,
maupun penyedap rasa lebih ditekankan memakai bahan
alamiah yang secara medis risikonya lebih kecil terhadap
munculnya masalah kesehatan. Dengan demikian, usia produktif
menjadi lebih lama dan berkualitas.
12. 3. Banyak mengandung serat
Bahan makanan lokal mempunyai dua manfaat sekaligus.
pertama, menjamin kelangsungan pemenuhan gizi
keluarga dan kedua memberdayakan petani lokal.
4. Harganya lebih murah
Makanan yang sehat dan bergizi tidak perlu mahal.
Banyak makanan tradisional yang baik dan sehat.
Demikian pula halnya dengan sumber makanan hewani
kandungan Omega 3 yang sangat tinggi. Hampir sama
dengan yang terkandung dalam ikan Salmon yang
harganya jauh lebih mahal.
13. Bahan-bahannya banyak dan beberapa dari bahan
yang digunakan sulit didapatkan.
Makanan tradisional yang menggunakan santan
mudah basi.
Waktu yang diperlukan untuk memasak cukup lama.
14. Makanan cepat saji adalah jenis makanan yang
dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah
dengan cara sederhana.
Makanan tersebut pada umumnya diproduksi oleh
industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi
dan memberikan berbagai zat adiktif untuk
mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi
produk tersebut.
15. 1. Sodium (Na).
Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman
jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 mg.
Sodium yang banyak terdapat di fast food dapat
meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga bisa
membuat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi
juga akan berpengaruh munculnya gangguan ginjal,
penyakit jantung dan stroke.
16. 2. Gula.
Terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan
karena dapat menyebabkan penyakit gula atau
diabetes, kerusakan gigi dan obesitas.
3. Bikin anak menjadi bodoh.
Penelitian Health.news.com menemukan bahwa bayi
dan cabang bayi yang diberi makan junk food akan
memiliki penurunan IQ signifikan dibandingkan
dengan bayi yang diberi makan makanan sehat.
17. 4. meningkatkan Risiko Depresi.
Sebuah studi yang terdapat dalam The British Journal
of Psychiatry menyatakan bahwa sering
mengonsumsi makanan cepat saji atau junk food
dapat meningkatkan risiko depresi, serangan jantung,
dan kanker.
5. Bikin Ketagihan Seperti Narkoba
Hasil penelitian menunjukkan membatasi karbohidrat
glikemik tinggi dapat menyebabkan gula darah stabil
dan membantu mengekang makan makanan yang
berlebihan dan obesitas.
Para ilmuwan meneliti bahwa asupan makanan diatur
oleh pusat kesenangan di otak yang dihubungkan
dengan kecanduan.
19. Makan cepat saji lebih banyak dijual dan lebih
banyak dipromosikan. Selain itu, banyak makanan
cepat saji yang bersaing untuk mendapatkan
pelanggan yang banyak dengan cara membuka
layanan selama 24 jam /hari. Sementara itu, makanan
cepat saji dapat dipesan secara online atau dipesan
melalui ponsel kita.
Makanan tradisional sangat sulit didapatkan terutama
pada malam hari. Padahal makanan tradisional lebih
murah jika dibandingkan dengan makanan cepat
saji. Makanan tradisional juga lebih sehat.
20. Dari pengamatan yang kami lakukan,
kami dapat menyimpulkan bahwa 37,5%
siswa/siswi kelas 9 dan 10 Efata School
lebih menyukai makanan tradisional.
Dengan demikian, makanan tradisional di
Indonesia masih dapat dikembangkan.