4. PENGERTIAN
Dalam pengertian yang lebih umum dan jangka
panjang, variabel struktur kognitif merupakan
substansi serta sifat organisasi yang signifikan
keseluruhan pengetahuan siswa mengetahui bidang
mata pelajaran tertentu, yang mempengaruhi
prestasi akademis dalam bidang pengetahuan yang
sama dimasa mendatang.
Dalam pengertian yang lebih khusus dan jangka
pendek, variabel struktur kognitif merupakan
substansi serta sifat organisasi konsep-konsep serta
hal-hal yang lebih kurang relevan di dalam struktur
kognitif, yang mempengaruhi belajar dan pengingat
unit-unit kecil mata pelajaran baru yang
berhubungan.
STRUKTUR KOGNITIF
5. PERANAN STRUKTUR KOGNITIF
Tiga variabel penting yang mempengaruhi struktur kognitif
dalam proses belajar dan retensi materi-materi bermakna
adalah sebagai berikut:
A. Tersedianya gagasan-gagasan khusus yang relevan di
dalam struktur kognitif.
B. Tingkat perbedaan (jelas atau tidak jelas) antara materi-
materi belajar baru dengan sistem gagasan yang sudah
ada yang menerimanya
C. Stabilitas dan kejelasan gagasan-gagasan yang
berhubungan
STRUKTUR KOGNITIF
6. PEMINDAHAN (TRANSFER)
Pemindahan dalam Struktur Kognitif dapat dibedakan
dua macam seperti berikut:
A. Pemindahan
PositifB. Pemindahan
Negatif
Pemindahan dikatakan positif bila suatu pemindahan menguntungkan
pembelajaran dan keberhasilan dalam pengajaran dinyatakan dengan
sejauh mana siswa mampu menerapkan apa yang telah dipelajari
kedalam situasi-situasi baru baik didalam maupun diluar sekolah.
Gagne membedakan dua jenis pemindahan positif:
1) Pemindahan vertical
Informasi dan kecakapan yang diperoleh dalam suatu situasi
dipindahkan kedalam situasi yang lebih komplek, tetapi masih dalam
bidang mata pelajaran yang sama.
2) Pemindahan lateral
Hadirnya kemampuan-kemampuan belajar dalam pengertian yang
lebih umum, misalnya untuk mencari pemecahan masalah-masalah
yang saling berhubungan, untuk mengerti materi-materi mata
pelajaran ilmu lainnya.
Terjadi bila penerapan materi belajar yang lalu tidak
menguntungkan sebuah pembelajaran dan pengajar bertanggung
jawab mengenai mata pelajaran yang di organisasikan secara
berurut dan hirarki.
Belajar dan retensi materi-materi baru dipermudah bila konsep-
konsep yang tepat telah dipelajari dan konsep tersebut
merupakan bagian dari struktur kognitif. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan agar konsep tersebut relevan yaitu:
1) Menyajikan konsep-konsep suatu pelajaran yang mampu
menghubungkan isi mata pelajaran yang bersangkutan.
2) Menggunakan prinsip-prinsip penyusunan mata pelajaran
secara tepat dan membentuknya secara logis
STRUKTUR KOGNITIF
8. PENGERTIAN
Pengetahuan mengenai tingkat kemampuan
intelektual atau intelegensi siswa akan membantu
pengajar menentukan apakah siswa mampu
mengikuti pelajaran yang diberikan, serta
meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa yang
bersangkutan bila telah mengikuti pengajaran yang
diberikan.
Beberapa ahli menekankan fungsi inteligensi adalah
untuk membantu penyesuaian diri seseorang
terdapat lingkungan
INTELEGENSI
9. FAKOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
INTELEKTUAL
Bayle (1979) didalam studinya menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi intelektual
individu:
A. Keturunan
Studi kolerasi nilai-nilai tes inteligensi diantara anak dan orang tua, atau dengan kakek-
neneknya, menunjukan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan
mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.
B. Latar belakang sosial ekonomi
Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua, dan faktor-faktor sosial lainnya, berkorelasi
positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai 3 tahun sampai dengan
remaja.
C. Lingkungan hidup
Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang
baik pula.
D. Kondisi fisik
Kedaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat,
menyebabkan tigkat kemampuan mental yang rendah.
E. Iklim emosi
INTELEGENSI
10. CARA MEMPENGARUHI KEMAMPUAN INTELEKTUAL SISWA
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu:
INTELEGENSI
A. Faktor
FisikB. Faktor
EmosionalC. Faktor Motivasi
1) Kesehatan umum
Siswa-siswi yang tampak kurang responsif disebabkan karena kondisi
kesehatan mereka yang kurang baik hendaknya seorang pengajar
memperhatikan keadaan siswanya dan memberikan pengobatan
2) Kelemahan-kelemahan sensorik
Siswa yang seringkali dinilai sebagai “slow learner” atau menunjukan
masalah tingkah laku, seringkali disebabkan karena cacat visual atau
kerusakan alat pendegaran. Mereka tidak mampu melihat atau mendengar
seperti halnya siswa-siswa lainnya.
3) Hiperkinetik dan hipokinetik
Hiperkinetik merupakan pengertian yang menyangkut tingkah laku individu
yang sulit diam di tempat. Ia selalu meninggalkan bangku, memegang-
megang sesuatu dan berputar-putar. Sedangkan Hipokinetik merupakan
pengertian yang berhubungan dengan tingkah laku yang lambat, apatis,
malu, takut dan menjemukan.
Terdapat banyak bentuk tingkah penyebab terjadinya masalah
emosional yang serius yaitu:
1) Kemunduran kualitas kerja siswa secara tiba-tiba.
2) Sensitivitas terhadap kritik.
3) Perasaan tidak suka, iri hati akan keberhasilan siswa-siswa
lain.
4) Variasi perasaan yang ekstrim dari hari ke hari
5) Mengeluh sakit ketika hasil ujian pemeriksaan kesehatan
menyatakan dirinya tidak menderita sakit.
6) Menunjukkan hubungan sosial yang buruk dengan
kelompoknya.
7) Tidak ada usaha untuk melakukan atau mencoba sesuatu yang
baru dan berbeda.
8) Tidak mampu mengontrol tingkah laku diri.
1) Hendaknya pengajar turut memperhatikan kondisi kesehatan
fisik siswa.
2) Membantu pengembangan sifat-sifat positif pada diri siswa
seperti rasa percaya diri dan membantu menghargai apa yang
dilakukan siswa.
3) Memperbaiki kondisi motivasi siswa melalui pemberian insentif
atas keberhasilan yang diraih siswa (dapat berupa pujian dan
memberikan nilai yang baik).
4) Menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa,
melalui pemberian kesempatan melaksanakan tugas-tugas yang
relevan misalnya didalam kelompok diskusi, pembuatan karya
tulis, dan lain lain.
5) Memberikan rangsangan belajar sebanyak mungkin misalnya
melalui penyajian sejumlah masalah yang bervariasi, pengajuan
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang suatu pemikiran
11. Hasil belajar dalam kecakapan kognitif itu mempunyai suatu
tingkatan yaitu:
a. Informasi non verbal,
b. Informasi fakta dan pengetahuan verbal,
c. Konsep dan prinsip,
d. Pemecahan masalah dan kreativitas.
2. INFORMASI FAKTA DAN PENGETAHUAN VERBAL
Informasi fakta adalah informasi yang dikenal oleh banyak orang
yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang sama dan
informasi itu diterima sebagai sesuatu yang betul dan semestinya.
Pengetahuan verbal adalah salah satu jenis informasi verbal yang
meliputi:
a. Pengetahuan khusus,
b. Pengetahuan tentang cara-cara menghadapi pengetahuan
khusus,
1. TUJUAN ATAU HASIL BELAJAR DI BIDANG KOGNITIF
KREATIVITAS
12. Konsep tentang sesuatu yang dimiliki seseorang itu selalu berubah
dan bertambahnya pengetahuan juga mengubah makna denotatif
dari banyak konsep. Definisi konsep terdiri dari segi sifat (attribute),
yaitu:
a. Makna psikologis
Suatu konsep yang sesuai dengan makna kognitif. Sesuai
dengan bertambahnya pengalaman dan pengetahuan siswa,
konsep yang dimilikinya tentang sesuatu itu selalu berubah.
b. Struktur
Struktur terdiri dari 4 hal, yaitu: Sifat-sifat suatu konsep, aturan
untuk menggabungkan sifat-sifat, pola hierarki, dan contoh /
wujud
c. Transferabilitas
Suatu konsep yang telah dikuasai oleh siswa seperti siswa dapat
menggunakan konsep tersebut dalam memecahkan masalah dan
penguasaan suatu konsep memudahkan siswa untuk
mempelajari konsep-konsep lain.
3. KONSEP DAN PRINSIP
KREATIVITAS
13. Seseorang menghadapi masalah bila ia menghadapi situasi yang
harus memberi respons tetapi tidak mempunyai informasi, konsep-
konsep, prinsip-prinsip dan cara-cara yang dapat dipergunakan
dengan segera untuk memperoleh pemecahan. Pemecahan
masalah dapat ditempuh dengan cara memunculkan sebuah
ide/gagasan dan menciptakan sesuatu yang baru bagi seseorang.
Jadi dalam pemecahan masalah ada yang harus diingat dan
dipertimbangkan yaitu penguasaan informasi dan perkembangan
intelektual
Menurut Moreno, yang penting dalam kreativitas itu bukanlah
penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang
sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan
sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan
sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya.
4. HAKIKAT PEMECAHAN MASALAH DAN KREATIVITAS
KREATIVITAS
14. Berpikir dalam pemecahan masalah dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Berpikir Reflektif
Dewey menekankan langkah-langkah yang penting dalam berpikir
reflektif, yaitu: keadaan yang penuh dengan keraguan, adanya
kesulitan yang disadari terjadi dalam berpikir, kemudian diteruskan
dengan usaha mencari, menyelidiki, untuk mendapatkan bahan
atau informasi guna mengatasi keragu-raguan dalam kesulitan
yang disadarinya itu.
b. Berpikir Produktif (Productive Thingking)
Wertheimer meringkaskan gagasannya tentang berpikir produktif
itu sebagai berikut: untuk memperoleh pengertian yang tepat
mulailah seseorang mengadakan penyelidikan. Kemudian
dikembangkan pandangan menyeluruh terhadap situasi yang
dihadapi. Dengan situasi tersebut orang berusaha membuat
ramalan yang masuk akal yang berpikir terhadap konsep yang baru
dan yang akan diperlukan.
5. BERPIKIR DALAM PEMECAHAN MASALAH
KREATIVITAS
15. c. Berpikir Konvergen dan Berpikir Divergen
Guilford berpendapat bahwa ada tiga komponen pokok dalam
berpikir yaitu: pengerjaan (operations), isi (contens) dan hasil
(product). Komponen pengerjaan terdiri dari:
1). Berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-
beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unik yang berbeda-beda
tetapi benar.
2) Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar
atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari
suatu masalah.
6. CIRI-CIRI INDIVIDU KREATIF
Sund (1975) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif
dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar.
b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
5. BERPIKIR DALAM PEMECAHAN MASALAH
KREATIVITAS
16. c. Panjang akal.
d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti.
e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit.
f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.
g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan
tugas.
h. Berpikir fleksibel.
i. Menanggapai pertanyaan yang diajukan serta cenderung
memberi jawaban lebih banyak.
j. Kemampuan membuat analisis dan sitesis.
k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti.
l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.
m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.
6. CIRI-CIRI INDIVIDU KREATIF
KREATIVITAS
17. a. Mengajarkan Informasi/Pengetahuan
1) Merumuskan tujuan dalam bentuk informasi fakta
2) Menilai kesiapan siswa untuk mempelajari informasi fakta.
3) Menentukan mata pelajaran dan bahan-bahan pengajaran
4) Mengatur kegiatan guru dan siswa untuk meningkatkan belajar.
5) Mengatur penggunaan waktu, ruang dan perlengkapan.
6) Menilai achievement siswa saat pengajaran dan sesudah
pengajaran.
7) Memberi feed back kepada siswa agar mereka dapat
mengetahui kemajuan mereka dan dapat mengatasi kesukaran
yang dialaminya.
b. Mengajarkan Konsep
1) Memberi tekanan pada sifat-sifat konsep.
2) Mengembangkan terminologi yang tepat untuk konsep-konsep,
sifat-sifat dan contoh-contoh.
7. PEDOMAN PENGAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KREATIVITAS
KREATIVITAS
18. 3) Menunjukkan hakikat konsep dengan menggunakan macam-
macam cara untuk menerangkan konsep tersebut.
4) Menyusun dengan sebaik-baiknya urutan contoh-contoh konsep.
5) Membimbing siswa untuk melakukan penemuan sendiri.
6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep-
konsep.
7) Memberi dorongan kepada para siswa untuk menilai sendiri
konsep yang telah diperolehnya.
c. Mengajarkan Kreativitas
1) Menolong siswa mengenal masalah-masalah untuk dipecahkan.
2) Menolong siswa merumuskan dan membatasi masalah-
masalah.
3) Mendorong siswa merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis
itu untuk memperoleh pemecahan masalah.
4) Mendorong siswa mengadakan penemuan dan penilaian sendiri
secara bebas.
7. PEDOMAN PENGAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN
KREATIVITAS
KREATIVITAS
20. PENGERTIAN
Setiap orang memiliki cara-cara sendiri yang
disukainya dalam menyusun apa yang dilihat, diingat
dan dipikirkannya. Perbedaan-perbedaan antar
pribadi yang menetap dalam cara menyusun dan
mengolah informasi serta pengalaman-pengalaman
ini dikenal sebagai gaya kognitif.
Gaya kognitif merupakan variabel penting yang
mempengaruhi pilihan-pilihan siswa dalam bidang
akademik, kelanjutan perkembangan akademik,
bagaimana siswa belajar serta bagaimana siswa dan
guru berinteraksi di dalam kelas.
GAYA KOGNITIF
21. GAYA KOGNITIF
SIFAT-SIFAT GAYA KOGNITIF
Gaya kognitif dapat dikonsepsikan sebagai sikap,
pilihan atau strategi yang secara stabil menentukan
cara-cara seseorang yang khas dalam menerima,
mengingat, berpikir dan memecahkan masalah.
Pengaruhnya meliputi hampir seluruh kegiatan
manusiawi yang berkalian dengan pengertian,
termasuk fungsi sosial dan fungsi antar manusia.
Ada 2 gaya yang telah dipelajari secara meluas
yaitu:A. Field Independent
(FDP)B. Field Dependent (FD)
Seseorang dengan FDP cenderung menyatakan
suatu gambaran lepas dari latar belakang
gambaran tersebut, serta mampu membedakan
objek-objek dari konteks sekitarnya dengan lebih
mudah. Mereka memandang keadaan sekeliling
lebih secara analitis. Umumnya mereka mampu
dengan mudah menghadapi tugas-tugas yang
memerlukan pembedaan-pembedaan dan
analisis.
Seseorang dengan FD menerima sesuatu lebih
secara global dan mengalami kesulitan dalam
memisahkan diri dari keadaan sekitarnya, mereka
cenderung mengenal dirinya sebagai bagian dari
suatu kelompok. Dalam orientasi sosial mereka
cenderung untuk lebih perseptif dan peka.
22. GAYA KOGNITIF
GAYA KOGNITIF DALAM PERKEMBANGAN AKADEMIK
Jelas bahwa gaya kognitif merupakan variabel
penting dalam pilihan-pilihan yang dibuat oleh siswa
dalam sejumlah hal sehubungan dengan
perkembangan akademik.
Gaya kognitif mempengaruhi prestasi siswa dalam
bidang mata pelajaran tertentu serta profesi yang
telah dipilihnya tampak pula hubungan yang jelas
antara gaya kognitif dan pilihan serta prestasi dalam
bidang tertentu.
23. GAYA KOGNITIF
CARA-CARA MEMPENGARUHI GAYA KOGNITIF SISWA
Marc. C. Mahlios (1981) telah mengadakan suatu studi untuk
melihat peran gaya kognitif guru dalam memberikan pengajaran.
Hasil studi yang dilakukan menunjukkan beberapa hal yaitu:
A. Tingkah laku guru
Guru dengan FDP dalam melakukan kontak dengan siswa
lebih banyak menggunakan teknik-teknik pertanyaan langsung
kepada siswa, lebih kritis terhadap jawaban-jawaban siswa
dibandingkan mereka yang FD.
B. Tingkah laku siswa
Umpan balik yang diberikan di dalam kelas oleh guru lebih
banyak diterima oleh siswa FDP. Kecuali dalam hubungan-
hubungan yang bersifat pribadi, siswa dengan FD menerima
lebih banyak umpan balik dibandingkan siswa FDP.