Dokumen tersebut membahas hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar siswa. Ia menjelaskan bahwa IQ bukan satu-satunya faktor yang menentukan prestasi belajar, tetapi kecerdasan emosional juga berperan penting dan dapat melengkapi IQ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Susukan.
IQ selama ini diyakini sebagai satu-satunya hal yang menentukan keberhasilan masa depan anak. Namun hasil penelitian terbaru dalam bidang psikologi anak menunjukkan bahwa kecerdasan emosi juga sama pentingnya dengan IQ dalam menentukan keberhasilan masa depan anak. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa 60 % dari semua mahasiswa di Inggris bukan karena IQ-nya yang rendah, melainkan karena motif prestasinya yang lemah, yang dalam banyak keadaan lebih kuat pengaruhnya terhadap prestasi (Supriadi, 1997: 8). Surya (1979) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa faktor-faktor non-intelektual mempunyai kontribusi yang besar terhadap timbulnya gejala berprestasi kurang. Faktor non-intelektual tersebut antara lain sikap dan kebiasaan belajar, motif berprestasi, minat belajar, kekurangmatangan, ketergantungan,pengalaman masa kecil, kualitas hidup keluarga, dan hubungan sosial
Dokumen tersebut membahasakan pengenalan kursus KBC 3023 Perkembangan Fizikal, Emosi dan Sosial Kanak-Kanak Pintar Cerdas. Ia juga memberikan definisi pintar cerdas, perkembangan fizikal, emosi, dan sosial menurut beberapa tokoh. Dokumen tersebut juga membincangkan teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan fizikal, emosi, dan sosial kanak-kanak.
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...Siti Romlah
Dokumen tersebut membahas latar belakang rendahnya kemampuan berpikir kreatif dan self-concept siswa dalam pembelajaran matematika. Masalah ini disebabkan oleh model pembelajaran konvensional yang dominan digunakan guru. Pendekatan problem posing diusulkan sebagai solusi untuk meningkatkan kedua kemampuan tersebut karena dapat melatih siswa menghasilkan ide baru dan berpikir secara mandiri.
Kesediaan Belajar (Maksud, Jenis2, Faktor2 Mempengaruhi, Implikasi terhadap PnP)Emma Subpei Shafie
Dokumen tersebut membahasikan maksud dan jenis-jenis kesediaan belajar serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kesediaan belajar merujuk kepada keadaan siap secara mental, emosi, dan fizikal untuk mempelajari sesuatu. Ia terbahagi kepada kesediaan kognitif, afektif, dan psikomotor. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kematangan fizikal dan mental, motivasi
Dokumen tersebut membahas konseling bagi anak berbakat. Ia menjelaskan bahwa anak berbakat membutuhkan pendekatan konseling khusus untuk mengoptimalkan potensinya. Model konseling yang direkomendasikan adalah model 4x4 yang mempertimbangkan kemampuan kognitif, karakteristik pribadi, dan lingkungan belajar anak. Model ini diharapkan dapat membantu guru, konselor, dan orang tua dalam memahami kebutu
IQ selama ini diyakini sebagai satu-satunya hal yang menentukan keberhasilan masa depan anak. Namun hasil penelitian terbaru dalam bidang psikologi anak menunjukkan bahwa kecerdasan emosi juga sama pentingnya dengan IQ dalam menentukan keberhasilan masa depan anak. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa 60 % dari semua mahasiswa di Inggris bukan karena IQ-nya yang rendah, melainkan karena motif prestasinya yang lemah, yang dalam banyak keadaan lebih kuat pengaruhnya terhadap prestasi (Supriadi, 1997: 8). Surya (1979) dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa faktor-faktor non-intelektual mempunyai kontribusi yang besar terhadap timbulnya gejala berprestasi kurang. Faktor non-intelektual tersebut antara lain sikap dan kebiasaan belajar, motif berprestasi, minat belajar, kekurangmatangan, ketergantungan,pengalaman masa kecil, kualitas hidup keluarga, dan hubungan sosial
Dokumen tersebut membahasakan pengenalan kursus KBC 3023 Perkembangan Fizikal, Emosi dan Sosial Kanak-Kanak Pintar Cerdas. Ia juga memberikan definisi pintar cerdas, perkembangan fizikal, emosi, dan sosial menurut beberapa tokoh. Dokumen tersebut juga membincangkan teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan fizikal, emosi, dan sosial kanak-kanak.
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis dan self-concept matematis ...Siti Romlah
Dokumen tersebut membahas latar belakang rendahnya kemampuan berpikir kreatif dan self-concept siswa dalam pembelajaran matematika. Masalah ini disebabkan oleh model pembelajaran konvensional yang dominan digunakan guru. Pendekatan problem posing diusulkan sebagai solusi untuk meningkatkan kedua kemampuan tersebut karena dapat melatih siswa menghasilkan ide baru dan berpikir secara mandiri.
Kesediaan Belajar (Maksud, Jenis2, Faktor2 Mempengaruhi, Implikasi terhadap PnP)Emma Subpei Shafie
Dokumen tersebut membahasikan maksud dan jenis-jenis kesediaan belajar serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kesediaan belajar merujuk kepada keadaan siap secara mental, emosi, dan fizikal untuk mempelajari sesuatu. Ia terbahagi kepada kesediaan kognitif, afektif, dan psikomotor. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kematangan fizikal dan mental, motivasi
Dokumen tersebut membahas konseling bagi anak berbakat. Ia menjelaskan bahwa anak berbakat membutuhkan pendekatan konseling khusus untuk mengoptimalkan potensinya. Model konseling yang direkomendasikan adalah model 4x4 yang mempertimbangkan kemampuan kognitif, karakteristik pribadi, dan lingkungan belajar anak. Model ini diharapkan dapat membantu guru, konselor, dan orang tua dalam memahami kebutu
Buku resensi ini membahas tentang psikologi pendidikan dengan membahas berbagai bab seperti pertumbuhan, perkembangan, kematangan, hereditas, lingkungan pendidikan, belajar, dan tingkah laku siswa. Ringkasannya, buku ini menjelaskan pentingnya mempelajari psikologi pendidikan untuk membantu guru menentukan tugas mengajarnya dengan lebih baik serta memahami proses perkembangan siswa.
Teori perkembangan Erikson membagi 8 tahap perkembangan manusia sepanjang hayat dari lahir hingga tua. Setiap tahap melibatkan konflik psikososial yang perlu diselesaikan untuk membolehkan perkembangan ke tahap berikutnya. Teori ini memberi panduan penting kepada pendidik untuk memahami perkembangan murid.
Dokumen tersebut membahas kriteria pemilihan aktiviti pendidikan jasmani berdasarkan lima domain perkembangan pelajar, yaitu domain kognitif, afektif, psikomotor, dan sosial. Domain-domain tersebut mencakup berbagai aspek perkembangan pelajar seperti pemikiran, sikap, keterampilan motorik, dan interaksi sosial.
Psikologi pendidikan adalah kajian tentang pemikiran, tingkah laku, dan perkembangan individu dalam konteks pendidikan dengan menggunakan metode ilmiah. Ia meliputi bidang seperti teori pembelajaran, kecerdasan dan motivasi, pengurusan kelas, teknologi maklumat dan komunikasi, serta penilaian pendidikan. Psikologi pendidikan bertujuan memahami pelajar dan merancang pengajaran yang berkesan.
Dokumen ini membahas tentang peranan seni dalam pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan belajar kanak-kanak melalui pengembangan jasmani, emosi, intelektual, spiritual, dan sosial mereka. Seni seperti musik, seni visual, dan gerakan dapat melatih koordinasi otot dan kreativitas serta mendidik sikap menghargai dan bermoral.
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia DiniSoga Biliyan Jaya
Perkembangan kognitif anak usia dini merupakan perubahan kemampuan anak untuk memahami lingkungan melalui pengetahuan dan pemikiran. Prinsip-prinsip perkembangan kognitif anak antara lain kontinuitas, terpola, dan dipengaruhi faktor genetik serta lingkungan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahasikan tahap perkembangan kreativiti menurut Fisher dan penerapannya dalam pengajaran dan pembelajaran Pendidikan Seni serta implikasinya terhadap perkembangan kreativiti murid. Ia juga menjelaskan definisi kreativiti, kepentingan kreativiti, dan proses pengajaran dan pembelajaran melalui pendekatan pemikiran kreatif Fisher.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar siswa.
2. Rumusan masalah yang diteliti adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas II SMP Negeri 1 Raha.
3. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emos
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara kompetensi sosial, motivasi belajar, dan kecemasan sekolah pada siswa sekolah dasar.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial berhubungan terbalik dengan kecemasan sekolah dan berhubungan positif dengan motivasi belajar.
3. Hubungan antara kompetensi sosial dan motivasi belaj
Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan individu, faktor yang mempengaruhinya, dan pengertian intelegensi, bakat, serta minat. Beberapa poin penting yang dijelaskan adalah perbedaan individu disebabkan oleh faktor keturunan dan lingkungan, intelegensi dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan, dan terdiri dari beberapa faktor seperti kemampuan umum dan khusus, sedangkan bakat adalah kemampuan
Buku resensi ini membahas tentang psikologi pendidikan dengan membahas berbagai bab seperti pertumbuhan, perkembangan, kematangan, hereditas, lingkungan pendidikan, belajar, dan tingkah laku siswa. Ringkasannya, buku ini menjelaskan pentingnya mempelajari psikologi pendidikan untuk membantu guru menentukan tugas mengajarnya dengan lebih baik serta memahami proses perkembangan siswa.
Teori perkembangan Erikson membagi 8 tahap perkembangan manusia sepanjang hayat dari lahir hingga tua. Setiap tahap melibatkan konflik psikososial yang perlu diselesaikan untuk membolehkan perkembangan ke tahap berikutnya. Teori ini memberi panduan penting kepada pendidik untuk memahami perkembangan murid.
Dokumen tersebut membahas kriteria pemilihan aktiviti pendidikan jasmani berdasarkan lima domain perkembangan pelajar, yaitu domain kognitif, afektif, psikomotor, dan sosial. Domain-domain tersebut mencakup berbagai aspek perkembangan pelajar seperti pemikiran, sikap, keterampilan motorik, dan interaksi sosial.
Psikologi pendidikan adalah kajian tentang pemikiran, tingkah laku, dan perkembangan individu dalam konteks pendidikan dengan menggunakan metode ilmiah. Ia meliputi bidang seperti teori pembelajaran, kecerdasan dan motivasi, pengurusan kelas, teknologi maklumat dan komunikasi, serta penilaian pendidikan. Psikologi pendidikan bertujuan memahami pelajar dan merancang pengajaran yang berkesan.
Dokumen ini membahas tentang peranan seni dalam pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan belajar kanak-kanak melalui pengembangan jasmani, emosi, intelektual, spiritual, dan sosial mereka. Seni seperti musik, seni visual, dan gerakan dapat melatih koordinasi otot dan kreativitas serta mendidik sikap menghargai dan bermoral.
Makalah komprehensif Perkembangan Koqnitif Anak Usia DiniSoga Biliyan Jaya
Perkembangan kognitif anak usia dini merupakan perubahan kemampuan anak untuk memahami lingkungan melalui pengetahuan dan pemikiran. Prinsip-prinsip perkembangan kognitif anak antara lain kontinuitas, terpola, dan dipengaruhi faktor genetik serta lingkungan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahasikan tahap perkembangan kreativiti menurut Fisher dan penerapannya dalam pengajaran dan pembelajaran Pendidikan Seni serta implikasinya terhadap perkembangan kreativiti murid. Ia juga menjelaskan definisi kreativiti, kepentingan kreativiti, dan proses pengajaran dan pembelajaran melalui pendekatan pemikiran kreatif Fisher.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar siswa.
2. Rumusan masalah yang diteliti adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas II SMP Negeri 1 Raha.
3. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emos
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara kompetensi sosial, motivasi belajar, dan kecemasan sekolah pada siswa sekolah dasar.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial berhubungan terbalik dengan kecemasan sekolah dan berhubungan positif dengan motivasi belajar.
3. Hubungan antara kompetensi sosial dan motivasi belaj
Dokumen tersebut membahas tentang perbedaan individu, faktor yang mempengaruhinya, dan pengertian intelegensi, bakat, serta minat. Beberapa poin penting yang dijelaskan adalah perbedaan individu disebabkan oleh faktor keturunan dan lingkungan, intelegensi dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan, dan terdiri dari beberapa faktor seperti kemampuan umum dan khusus, sedangkan bakat adalah kemampuan
Makalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar SiswaWarman Tateuteu
Teks tersebut membahas hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Beberapa poin penting yang diangkat adalah definisi belajar dan prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seperti faktor internal seperti kesehatan, inteligensi, dan motivasi, serta faktor eksternal seperti lingkungan keluarga dan sekolah, serta peran kecerdasan emosional dalam mempengaruhi prestasi belajar.
Tugas ini membahas penggunaan konseling kelompok teknik kognitif perilaku dan biblioterapi untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa SMP Negeri 1 Ujungpangkah Gresik. Metode ini terbukti efektif meningkatkan self-efficacy siswa dalam pelajaran matematika.
Dokumen tersebut membahas tentang rendahnya prestasi belajar siswa di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi rendah antara lain faktor internal seperti kecerdasan, bakat, minat dan motivasi siswa, serta faktor eksternal seperti lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk meningkatkan prestasi diperlukan proses pembelajaran yang efektif, peran aktif siswa, dukungan orangtua, dan lingkungan masyarakat yang
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SDN 1...SDN 1 JUGLANGAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa yang rendah dan dibawah KKM pada mata pelajran Bahasa Indonesia pokok bahsan pidato persuasif. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Juglangan Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo sebanyak 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Hasil penelitian yang didapat adalah peningkatan motivasi siswa dari Siklus I dan Siklus II melalui pengamatan aktivitas siswa. Peningkatan hasil belajar siswa yang dipresentasikan oleh nilai rata-rata hasil belajar siswa dari tes Siklus I sebesar 64,52 % dan Siklus II sebesar 87,10 %. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Makalah ini membahas tentang diagnostik kesulitan belajar, termasuk pengertian diagnostik kesulitan belajar, kedudukan diagnostik dalam pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar, dan prosedur pelaksanaan diagnostik kesulitan belajar.
Teks tersebut membahas tiga jenis kecerdasan yaitu IQ (Intelligence Quotient/Kecerdasan Intelektual), EQ (Emotional Quotient/Kecerdasan Emosi), dan SQ (Spiritual Quotient/Kecerdasan Spiritual). IQ berkaitan dengan kemampuan kognitif seperti logika dan penyelesaian masalah, EQ berkaitan dengan kemampuan mengendalikan emosi dan hubungan antarpersonal, sedangkan SQ berkaitan dengan nilai-nilai
Peran wali-kelas dlm membentuk karakter siswaVivi Vey
Dokumen tersebut membahas tentang peran penting wali kelas dalam mendidik karakter siswa melalui keteladanan dan komunikasi yang dekat. Wali kelas bertanggung jawab atas pembentukan karakter siswa kelas binaannya melalui program perwalian yang terstruktur. Penanaman nilai-nilai kejujuran dan disiplin perlu didukung oleh teladan wali kelas.
Aminatus Arifah_223127918019_Kimia 01 Gel 2_Aksi Nyata_Topik 2_Peserta didik.pdfSintaNurHidayah
Laporan ini memberikan ringkasan hasil observasi perkembangan peserta didik sesuai dengan teori perkembangan untuk mengetahui kondisi peserta didik. Observasi dilakukan terhadap peserta didik kelas XI SMA Nasional Malang untuk menilai perkembangan fisiologis, psikologis, dan motivasi belajar peserta didik. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta didik telah tumbuh sesuai tahapan perkembangannya dan memiliki motivasi belajar yang baik.
Perbedaan karakteristik peserta didik dipengaruhi oleh faktor intern seperti kesehatan, intelegensi, dan minat serta faktor ekstern seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor-faktor ini berkontribusi terhadap kemampuan, pembawaan, dan aktivitas peserta didik.
Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah mengenai hubungan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan hasil belajar siswa di SMP Negeri 3 Raha. Rumusan masalah penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara motivasi belajar, lingkungan belajar, dan keduanya secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tersebut secar
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi belajar, kualitas pengajaran total, dan belajar bersama sebaya terhadap prestasi belajar siswa perguruan tinggi vokasi di Taiwan. Subjek penelitian adalah siswa perguruan tinggi vokasi di Taiwan yang dipilih secara acak. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan analisis regresi digunakan untuk menganalisis data. Hasilnya menunjukkan bahwa motivasi belaj
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Hadi Heriyadi.docx
A
1. PENGARUH
A. Latar belakang masalah
Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah
satu dari permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, baik dengan
pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran,
sarana pendidikan serta perbaikan manajemen sekolah. Dengan berbagai usaha ini ternyata
belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif
sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil
dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih
prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting,
karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997 :105) belajar merupakan proses perubahan dari
2. belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa
dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk
mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga
dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan
penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui
sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996 :178) adalah:
“ Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di
dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-
kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.”
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak
orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus
memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial
yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar
yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) hakikat inteligensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan
penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan
objektif.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang
tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa
yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif
rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih
3. prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya
faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi
kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya
adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri
sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati
serta kemampuan bekerja sama.
Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat
berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang
disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan
antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002).
Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model
pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan
emotional intelligence siswa .
Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis
otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam peristiwa
penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat
menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir,
mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas,
khususnya dalam kalangan remaja
(Goleman, 2002 : 17).
Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami
keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti
4. pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada
menunjukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak
orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar seseorang.
Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang
mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai
dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan
hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa
kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2002:44).
Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with
intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion
and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati
dan keterampilan sosial.
Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis,
rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan
dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan
emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di
atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka
cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak
mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus
5. asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ
rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Pada penelitian ini, penulis mengunakan sampel pada SMA Negeri 1 Susukan, yang
berada pada peringkat 16 se-DKI, berdasarkan nilai rata-rata nilai ulangan umum murni cawu 2
kelas II tahun ajaran 2001/2002.
Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah satu faktor
penting untuk meraih prestasi akademik, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik
untuk meneliti :”Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar pada Siswa
Kelas II SMU Lab School Jakarta Timur”.
METODE PENELITIAN
Peneltian yang digunakan adalah penelitian expostfacto jenis correlation study pendekatan
kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Susukan pada siswa kelas XI IPS tahun
ajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yakni pada bulan November 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N 1 Susukan Kabupaten Cirebon
sebanyak 280 siswa. Sampel yang diambil sebanyak 80 siswa dengan teknik Simple Random
Sampling. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Uji persaratan analisis menggunakan
uji normalitas dan uji homogenitas. Metode analisis yang digunakan adalah product moment,
Kendall Tau dan Koefisien Konkordansi Kendall (Kendall W.)
Hasil Penelitian dan Pembahasan