Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Jejaring Diagnostik Laboratorium dalam Mendeteksi HPHK Gol I - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 21 April 2017
1. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Jejaring Diagnostik Laboratorium
Dalam Mendeteksi HPHK
Golongan I (Penyakit Eksotik)
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Karantina Hewan
2. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
IKHTISAR PRESENTASI
• Hama dan Penyakit Hewan Golongan I
• Mengapa laboratorium harus melakukan jejaring?
• Jejaring laboratorium internasional
• Jejaring laboratorium regional
• Jejaring laboratorium nasional
• Kesimpulan
4. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
HPHK Gol. I Ruminansia
No. HPHK Golongan I
OIE Listed
Diseases
PHMS
(eksotik)
1. Bovine Spongiform Encephalothy (BSE) Ya Ya
3. Contagius Bovine Pleuro-Pneumonia (CBPP) Ya Tidak
4. Foot and Mouth Disease (FMD) Ya Ya
5. Heartwater Ya Tidak
6. Lumpy Skin Disease (LSD) Ya Tidak
7. New World Screwworm Ya Tidak
8. Ovine Epididymitis (Brucellosis ovis) Ya Tidak
9. Peste des Petits Ruminants (PPR) Ya Tidak
10. Rift Valley Fever (RVF) Ya Ya
11. Rinderpest Tidak lagi Tidak
12. Trichomonosis Ya Tidak
13. Vesicular Stomatitis Tidak lagi Tidak
14. Bovine Genital Camphylobacter Ya Tidak
5. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
HPHK Gol. I Domba dan Kambing
No. HPHK Golongan I
OIE Listed
Diseases
PHMS
(eksotik)
1. Brucellosis (Brucella melitensis) Ya Tidak
2. Caprine Arthritis/Encephalitis Ya Tidak
3. Contagious Agalactia Ya Tidak
4. Contagious Caprine Pleuropneumonia Ya Tidak
5. Maedi-Visna Ya Tidak
6. Nairobi Sheep Disease Ya Tidak
7. Ovine Epididymitis (Brucellosis ovis) Ya Tidak
8. Ovine Pulmonary Adenomatosis Tidak Tidak
9. Scrapie Ya Tidak
10. Sheep and Goat Pox Ya Tidak
6. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
HPHK Gol. I Unggas
No. HPHK Golongan I
OIE Listed
Diseases
PHMS
(eksotik)
1. Avian Encephalomyelitis (AE) Tidak Tidak
3. Duck Virus Enteritis (DVE) Tidak Tidak
4. Duck Virus Hepatitis (DVH) Ya Tidak
5. Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI)* dan ** Ya Tidak
6. Turkey Rhinotracheitis Ya Tidak
* Infection with avian influenza viruses
** Infection with influenza A viruses of high pathogenicity in birds other than poultry
including wild birds
7. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
HPHK Gol. I Babi
No. HPHK Golongan I
OIE Listed
Diseases
PHMS
(eksotik)
1. African Swine Fever (ASF) Ya Tidak
2. Atrophic Rhinitis of Swine Tidak Tidak
3. Aujeszky’s Disease Tidak Tidak
4. Enterovirus encephalomyelitis/Teschen Disease Tidak Tidak
5. Nipah virus encephalities Ya Ya
6. Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome Ya Ya
7. Swine Influenza Tidak Ya
8. Swine Vesicular Disease Tidak Tidak
9. Transmissible Gastroenteritis of Swine (TGE) Ya Tidak
10. Yersinia Pseudotuberculosis Septicaemia Tidak Tidak
8. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Perubahan OIE Listed Diseases
• Rinderpest
– OIE mendeklarasikan bahwa dunia telah bebas rinderpest
melalui Resolution No. 18 pada 79th Session of the World
Assembly of Delegates, Paris, 22-27 Mei 2011.
• Vesicular stomatitis
– OIE menyatakan VS menjadi suatu masalah, terutama karena
kebingungan membedakannya dengan FMD.
– Sejak lama hanya terbatas dilaporkan di benua Amerika.
– Karena sifat penyakit yang ringan, terbatas secara alamiah
dan penyebaran internasional lewat perdagangan tidak
mungkin terjadi, VS dikeluarkan dari OIE Listed Diseases.
– OIE Terrestrial Animal Health Code 2015 tidak lagi mencakup
VS. Tidak ada lagi rekomendasi untuk importasi sapi, babi atau
kuda dari negara atau zona tertular VS.
11. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Mengapa perlu jejaring?
• Penyakit menular menyebar tanpa mengenal batas-batas
negara – Transboundary Animal Diseases (TADs)
• Kolaborasi regional dan internasional dalam melakukan
respon cepat terhadap ancaman TAD memerlukan jejaring
laboratorium
• Penguatan surveilans penyakit global (global disease
surveillance) dan basis ilmiah suatu negara diperoleh dari
jejaring laboratorium nasional, regional dan internasional
• Pengujian laboratorium menyediakan data saintifik yang
menjadi dasar dari surveilans, diagnosis dan pengendalian
penyakit Sumber: Pennapa Matayompong (2016). OIE Sub-Regional Representation for
South-East Asia. Laboratory Networking.
12. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Manfaat dari Jejaring Laboratorium
• Berbagi ilmu pengetahuan dan keahlian
• Membangun kepercayaan dan hubungan kesejawatan
• Akses terhadap kesempatan pelatihan/training
• Koordinasi pelatihan/training
• Perbaikan pengadaan peralatan laboratorium dan material
(contoh: reagen diagnostik terstandar)
• Harmonisasi prosedur dan protokol, termasuk
pengorganisasian uji-uji profisiensi
Sumber: Pennapa Matayompong (2016). OIE Sub-Regional Representation for
South-East Asia. Laboratory Networking.
15. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
OIE Reference Laboratories
260 Laboratorium Referensi di 39 negara, 119 penyakit
16. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
OIE Collaborating Centres
51 Pusat Kerjasama di 26 negara, 46 topik
17. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
OIE Reference Laboratories di Asia-Pasifik
Negara RLs Target penyakit
Australia 6 Bluetongue, Bovine viral diarrhea, Hendra and Nipah virus
disease, HPAI & LPAI, Leptospirosis, ND
China 8 Equine infectious anaemia, FMD, HPAI & LPAI, Ovine
theileriosis, PPR, PRRS, Rabies, Swine streptococcosis
India 1 HPAI & LPAI
Iran 1 Sheep pox and goat pox
Jepang 8 Bovine babesiosis, BSE, CSF, Equine infectious anaemia,
Equine piroplasmosis, HPAI & LPAI, Surra, Swine influenza
Korea 6 Brucellosis (Brucella abortus), Chronic wasting disease,
FMD, Japanese encephalitis, ND, Rabies
Thailand 3 Brucellosis (Brucella abortus), Brucellosis (Brucella
melitensis), FMD
Sumber: OIE Workshop on Management and Control of Important TADs in the Asia Pacific Region
25-29 July 2016, Manila, Philippines.
18. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
OIE Collaborating Centres di Asia Pasifik
Topik Collaborating Centers
Keamanan dan analisis pakan asal hewan Food and Agricultural Materials Inspection Center (Jepang)
Analisis sains dan bioetik kesejahteraan
hewan
- Department of Agriculture, Fisheries and Forestry (Australia)
- Ministry of Agriculture and Forestry (Selandia Baru)
Diagnosis dan pengendalian penyakit hewan
dan penilaian produk veteriner di Asia
National Veterinary Assay Laboratory / National Institute of Animal
Health (Jepang)
Keamanan pangan - Research Center for Food Safety, Univ. of Tokyo (Jepang)
- Veterinary Public Health Center (Singapura)
- Division of Health and Environment Science, Univ. Rakuno Gakuen
(Jepang)
Parasit asal pangan di wilayah Asia-Pasifik Key Laboratory for Zoonoses, Jilin University (China)
Peningkatan kapasitas laboratorium Australian Animal Health Laboratory (Australia)
Penyakit baru dan baru muncul Australian Animal Health Laboratory (Australia)
Surveilans dan pengendalian penyakit
penyakit protozoa pada hewan
National Research Center of Animal Protozoan Diseases, Obihiro
Univ. of Agriculture and Veterinary Medicine (Jepang)
Epidemiologi veteriner dan kesehatan
masyrakat
- EpiCentre, Massey University (Selandia Baru)
- China Animal Health and Epidemiology Center (China)
Peningkatan kapasitas Siskeswan (Asia,
Timur Jauh dan Oceania)
-Veterinary Public Health Centre for Asia Pacific, Chiang Mai
University (Thailand)
-Department of Livestock Development of Thailand
Penyakit zoonosis di Asia-Pasifik Harbin Veterinary Research Institute (China)
19. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
OIE Laboratory Twinning
Map of developing countries in the
world
Posisi 2016
Proyek
selesai
Proyek
sedang
berlangsung
Proyek
disetujui
Dunia 32 32 11
Asia-Pasifik
(parent/candidate)
7
(2/7)
12
(4/12)
0
(0/0)
• Ruang Lingkup
✓ Lama proyek 1-3 tahun
✓ Untuk Penyakit daftar OIE atau
satu topik tertentu
✓ Semua mencakup topik-topik
umum yang esensial seperti
bioetik, biosafety, biosekuriti, dan
quality assurance
✓ Pendanaan untuk mendukung
keterkaitan, tetapi tidak untuk
membeli peralatan atau mengaji
pegawai (pendanaan “non OIE”
juga dimungkinkan)
• Monitoring dan evaluasi
✓ Laporan tahunan (parent)
• Langkah setelah ‘twinning’
✓ Terlibat dalam komunitas saintifik
internasional
✓ Aplikasi untuk mendapatkan
status OIE Reference Laboratory
Parent
Suatu OIE
Reference
Centre
Candidate
Suatu lab
nasional yang
perlu peningkatan
Aplikasi dikirimkan & dievaluasi oleh OIE
Persetujuan final dibuat oleh DG OIE
Peningkatan berkelanjutan kapasitas dan
keahlian melalui dukungan suatu
keterkaitan antara OIE RC (parent) dan
suatu laboratorium nasional (candidate)
20. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Proyek sudah berakhir (7/32):
➢ Avian influenza dan Newcastle
disease: Australia dengan Malaysia
➢ Avian influenza dan Newcastle
disease: Itali dengan Iran*
➢ Brucellosis: Perancis dengan
Thailand
➢ Classical swine fever dan rabies:
Inggris dengan China
➢ Epidemiologi: AS dengan China
➢ Equine piroplasmosis: Jepang
dengan India
➢ Salmonellosis: Itali dengan
Vietnam
Proyek sedang berlangsung (12/32)
– s/d Juni 2016:
➢ Kesejahteraan hewan: Australia
dengan Malaysia
➢ Emerging infectious diseases: Australia
dengan Thailand
➢ Equine influenza: Inggris dengan India
➢ Foot and mouth disease: Jepang
dengan Mongolia
➢ Geographic information system untuk
surveilans penyakit: Itali dengan China
➢ Glanders: Jerman dengan India
➢ Infectious bursal disease: Perancis
dengan China
➢ Rabies: Inggris-AS dengan India
OIE Laboratory Twinning di Asia Pasifik
* Pendanaan dari negara resipien/donor lain
21. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
World FMD Reference Laboratories
di Pirbright, Inggris
• Pelayanan diagnosa.
• Surveilans global.
• Karakterisasi strain.
• Vaccine matching.
• Perpustakaan isolat yang ekstensif.
• Peningkatan & pengembangan uji, validasi.
• Jeminan mutu (Quality assurance).
• Suplai reagen.
• Training.
• Advis & Laporan.
22. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Jejaring International – Spesifik penyakit
Jejaring Keahlian (Network of Expertise)
• Dibangun pada tahun 2005 oleh OIE dan
FAO untuk mendukung dan
mengkoordinasikan upaya global dalam
pencegahan, deteksi dan pengendalian
influenza yang penting pada hewan.
• Pertukaran data saintifik dan material
biologik.
• Pemberian advis teknis, training dan
keahlian veteriner kepada Negara-Negara
Anggota.
• Berkolaborasi dengan WHO.
• Menekankan kepada kebutuhan penelitian
tentang influenza.
25. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Justifikasi Jejaring Laboratorium
Regional
• Dalam wilayah: harmonisasi meningkat – bobot politik –
koordinasi kegiatan – berbagi informasi.
• Perbaikan transparansi dalam pelaporan penyakit.
• Respon lebih cepat terhadap wabah penyakit.
• Berbagi keahlian dan pengalaman.
• Koordinasi yang lebih baik dan mudah dalam hal kesempatan
training.
• Mencairkan isolasi tim-tim nasional di negara-negara berkembang.
• Standarisasi dan harmonisasi pendekatan-pendekatan regional
dalam hal diagnosis.
• Berbagi reagen diagnostik terstandar.
• Uji profesiensi regional.
Sumber: Gwenaelle Dauphin . FAO Global Initiatives on
Regional Veterinary Laboratory Networks
26. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
OIE/FAO Reference Laboratories
RSO FMD HPAI CSF PPR Rabies
ASEAN Thailand
(NIAH, Pakchong)*
Malaysia
(VRI, Ipoh)
Vietnam
(RAHO 6, Ho Chi
Minh City)
---- Vietnam
(designated lab
TBD)
SAARC India
(Project Directorate
on FMD,
Mukteshwar)
Pakistan
(NRL for Poultry
Disease,
Islamabad)
--- Bangladesh
(Bangladesh
Livestock
Research Institute,
Dhaka)
SPC --- --- --- --- ---
East Asia --- --- --- --- ---
OIE RL P.R. China
(Lanzhou)*
R.O. Korea
(Gimcheon)*
Japan
(Hokkaido Univ.)*
P.R. China
(Harbin)*
Australia
(Geelong)*
India (Bhopal)*
Japan
(NIAH)*
P.R. China
(Qingdao)*
P.R. China
(Changchun)*
Korea
(Gyeonggi)*
* OIE Reference Laboratories
27. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
SEACFMD Laboratory Network (LabNet)
Thailand
RRL
Kamboja
Vietnam Indonesia
Filippina Laos
Malaysia Myanmar
FMD Laboratory
Pirrbright,
Inggris
FMD Laboratory
Lanzhou, China
28. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Peran SEACFMD Labnet
• Diagnosis cepat virus-virus FMD:
– untuk deteksi dini dan konfirmasi serotipe-serotipe
virus FMD
– Untuk penggunaan strain vaksin yang sesuai
• Fasilitasi pengiriman isolat lapangan ke Reference
Laboratorium
• Memperkuat surveilans:
– Epidemiologi molekuler
– Pemetaan evolusi serotipe-serotipe virus FMD
• Monitoring efikasi vaksin
29. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Peran SEACFMD Labnet (lanjutan)
• Peningkatan kapasitas diagnosis FMD:
– Pertukaran kunjungan tenaga ahli
– Program-program pelatihan regular
• Harmonisasi protokol diagnostik
• Sistem jaminan mutu (Quality assurance system)
• Fasilitasi kegiatan-kegiatan penelitian:
– Prioritas area penelitian (contoh: peran hewan carrier)
– Studi-studi penelitian bersama (Joint research studies)
– Mengembangkan usulan-usulan proyek untuk
kemungkinan pendanaan
30. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Fungsi OIE Regional Reference
Laboratory di Pakchong, Thailand
• Melayani negara-negara ASEAN dalam diagnosis FMD pada
spesimen hewan yang dikirimkan berasal dari wabah
lapangan di wilayah negaranya.
• Studi epidemiologi, karakterisasi virus dan subtyping FND
dengan ELISA dan teknik-teknik molekuler.
• Diferensiasi strain untuk seleksi strain bibit vaksin (vaccine
strain).
• Produksi reagen diagnostik untuk diagnosisi FMD..
• Penelitian dan pengembangan teknik-teknik diagnostik dan
kolaborasi dengan organisasi-organisasi internasional,
sepertiOIE, WRL, FAO, JICA, IAEA and AAHL.
• Pusat training dan transfer teknologi diagnosis FMD.
33. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Definisi Jejaring laboratorium
1. Suatu jejaring laboratorium kesehatan hewan nasional terdiri
dari laboratorium-laboratorium di setiap tingkatan dari
SISKESWANNAS (puskeswan, kabupaten, provinsi, regional,
nasional, lab-lab perguruan tinggi, laboratorium swasta) yang
berkomitmen untuk melakukan diagnosis yang tepat terhadap
penyakit-penyakit hewan prioritas untuk pengambilan keputusan
bagi perlindungan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat.
2. Laboratorium-laboratorium dalam suatu jejaring laboratorium
yang berfungsi membangun saluran komunikasi untuk
komunikasi rutin, pertukaran informasi, dan interaksi dengan
cara-cara tertentu, dan dengan bagian epidemiologi.
3. Jejaring laboratorium nasional dapat juga berkomunikasi dan
berinteraksi sesuai kebutuhan dengan jejaring sub-regional,
regional dan internasional.
34. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Jejaring
Laboratorium
Nasional
OIE/FAO
Reference Labs
Laboratorium Veteriner
Regional
Laboratorium Veteriner
Provinsi
Laboratorium Veteriner
Kabupaten/Kota
Laboratorium Veteriner
UPT Poskeswan
TUJUAN:
Menyediakan advis
strategis dan berbagi
keahlian untuk
memperkuat kinerja
laboratorium
Jejaring
laboratorium
Pemerintah,
swasta dan
perguruan tinggi
35. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Koordinasi Jejaring Laboratorium
RL = Reference Lab
SL = Sub-national Labs
• Tidak ada model universal
dari jejaring laboratorium.
• Adaptasi dapat dilakukan
terhadap situasi lokal dan
kebutuhan.
• Dapat diperbaharui dari
waktu ke waktu.
Sumber: Labib Bakkali Kassimi (2013). What we have learn on principles lab networks?
36. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Mekanisme memperkuat jejaring
laboratorium
• Meningkatkan jaminan mutu (quality assurance) melalui
akreditasi dan program uji profisiensi, penerapan prosedur-
prosedur standar laboratorium yang tervalidasi.
• Menyediakan pelatihan (training) untuk personil laboratorium.
• Menyediakan suplai dan peralatan.
• Menghubungkan data laboratorium dan kegiatan-kegiatan
surveilans.
• Mempromosikan kemampuan nasional dan kesinambungan
pelayanan laboratorium.
37. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Langkah-langkah untuk membangun
Jejaring Laboratorium
1. Identifikasi suatu tim yang akan mengarahkan pembangunan
jejaring laboratorium.
2. Tetapkan tujuan, sasaran jangka pendek, visi jangka panjang,
dan manfaat potensial dari jejaring.
3. Kembangkan suatu proposal yang komprehensif untuk
administrasi laboratorium veteriner.
4. Rencanakan training.
5. Identifikasi kebutuhan dan sumberdaya potensial untuk
pembangunan jejaring laboratorium.
6. Buat kontak dengan mitra laboratorium yang potensial.
7. Seleksi dan lakukan kegiatan-kegiatan pengembangan jejaring
laboratorium.
Sumber: Carol J. Kirk and Peter A. Shult (2010). Developing Laboratory Networks:
A Practical Guide and Application
38. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Peran Laboratorium Veteriner untuk
HPHK Gol. I (FMD)
• Mampu melakukan high-throughput analysis (ELISA)
• Berpartisipasi dalam evaluasi dan validasi metoda.
• Melakukan surveilans serologik (NSP ELISA)
• .Menyediakan dukungan untuk investigasi serologik selama
terjadi wabah (ELISA).
• Menyediakan dukungan untuk surveilans serologik setelah
wabah berakhir (ELISA).
Evaluasi
dan validasi
-Survei
Surveilans serologik Surveilans
serologik
Sumber: Labib Bakkali Kassimi (2013). What we have learn on principles lab networks?
39. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Peran Laboratorium Referensi Nasional
untuk HPHK Gol. I (FMD)
• Melakukan isolasi virus, Ag-ELISA, RT-PCR, uji serologik.
• Menyediakan keahlian dan dukungan teknis.
• Mengorganisasikan training-training.
• Mengorganisasikan uji profisiensi untuk Sub-national Labs
(SNL).
• Jika diperlukan, konfirmasikan hasil uji oleh suatu
laboratorium dalam jejaring.
• Mengumpulkan data dan laporan.
Sumber: Labib Bakkali Kassimi (2013). What we have learn on principles lab networks?
40. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Peran Sub-National Lab untuk HPHK
Gol. I (FMD)
• Lakukan deteksi virus PMK dan typing (RT-PCR, Ag-
ELISA).
• Kirimkan sampel positif ke Laboratorium Referensi
Nasional (NRL) untuk uji lanjutan.
• Lakukan survei-survei serologik (ELISA).
• Kirimkan data ke NRL.
• Berpartisipasi dalam uji profisiensi yang diorganisasikan
oleh NRL
41. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Isu-isu utama dalam membangun dan
mempertahankan jejaring laboratorium
• Kemauan dan komitmen Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Badan Karantina Pertanian dan laboratorium-
laboratorium anggota jejaring.
• Pendirian secara formal jejaring dan nota kesepahaman baik
National Reference Lab (NRL) & Sub-national Laboratorium (SNL).
• Pengembangan secara formal pengaturan operasional dan peran,
adaptatif terhadap situasi lokal dan kapasitas laboratorium.
• Legitimasi dari NRL dan penerimaan oleh lab lainnya.
• Komitmen finansial (pertemuan, training, staf, kit..…)
• Pergantian staf (komitmen, hubungan personal, ketrampilan….)
• Fleksibilitas yang cukup dan training sesuai yang dibutuhkan.
• Kesinambunagn kontak antar laboratorium (contoh pertemuan
tahunan).
Sumber: Labib Bakkali Kassimi (2013). What we have learn on principles lab networks?
42. National Quarantine Coordinating Committee (NQCC) – Bogor, 21 April 2017
Kesimpulan
• Terbangunnya suatu jejaring laboratorium memperbaiki
kapabilitas diagnostik.
• Jejaring laboratorium harus dibangun secara formal dan
diadaptasikan ke situasi lokal dan kebutuhan.
• Suksesnya suatu jejaring laboratorium dan
mempertahankannya bergantung kepada kemauan dan
komitmen dari setiap laboratorium yang bermitra.
• Upaya berkelanjutan diperlukan untuk mempertahankan
jejaring dan menangani isu-isu yang dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangannya (seperti: pendanaan,
pergantian staf, kebutuhan training, perubahan situasi
penyakit dlsbnya).