2. Pendahuluan
Penurunan
Kognitif
Penurunan
Fungsional
Lansia
Faktor Resiko:
Bertambahnya usia
DM, HT, Merokok, Depresi,
Hiperkolesterolemia, Parkinson,
Stroke, dan Kurang aktivitas
fisik
Ketergantungan
• Menurunkan tingkat kesadaran
• Gangguan persepsi, Ilusi, halusinasi
• Gangguan tidur, tidur berjalan dan
insomnia atau ngatuk pada siang hari.
• Meningkat atau Menurun aktivitas
psikomotor.
• Disorientasi, tempat, waktu, orang.
• Gangguan daya ingat, tidak dapat
mengingat hal baru, misalnya nama
beberapa benda setelah lima menit.
3. Definisi
• Kognisi adalah proses memperoleh pengetahuan dan pemahaman melalui
pemikiran, pengalaman, dan indera.
• Hal ini mencakup berbagai aspek fungsi dan proses intelektual tingkat
tinggi seperti perhatian, ingatan, pengetahuan, pengambilan keputusan,
perencanaan, penalaran, penilaian, pemahaman persepsi, bahasa, dan
fungsi visuospasial. Proses kognitif menggunakan pengetahuan yang ada
dan menghasilkan pengetahuan baru
• Defisit kognitif" adalah istilah inklusif yang digunakan untuk
menggambarkan gangguan pada berbagai domain kognisi. Defisit kognitif
tidak terbatas pada penyakit atau kondisi tertentu, namun mungkin
merupakan salah satu manifestasi dari kondisi mendasar seseorang.
Aayush Dhakal, Bradford D. Bobrin. Cognitive Deficits. 2023
5. Definisi
• Gangguan kognitif ringan mengacu pada penurunan kognitif yang tidak
mengganggu fungsi kognitif secara signifikan.
• Pre-Dementia meliputi adanya keluhan memori subjektif, terutama yang
dikemukakan oleh keluarga, disertai dengan hasil pemeriksaan kognisi yang
abnormal sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan. Defisit tidak boleh atau
hanya sedikit mempengaruhi fungsi intelektual global dan kemampuan dalam
melakukan aktivitas hidup keseharian. Pasien tidak boleh menunjukkan bukti
mengalami demensia
• Demensia adalah gangguang fungsi intelektual dan memori yang didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan
Tingkat kesadaran.
• Demensia mengacu pada penyakit Alzheimer dan subtipe demensia lainnya,
termasuk demensia vaskular, bentuk demensia campuran, dan bentuk demensia
yang kurang umum seperti demensia dengan badan Lewy, demensia
frontotemporal dan demensia penyakit Parkinson.
BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
6. Epidemiology
• Prevalensi lansia berusia 60 tahun keatas dengan gangguan fungsi kognitif
adalah sebanyak 3-42% dalam studi populasi umum.
• Prevalensi penduduk lansia dengan demensia di Indonesia yang merupakan
salah satu penyakit gangguan fungsi kognitif pada tahun 2010 adalah
57,7%, dan diperkirakan akan mencapai 70,5% pada tahun 2050.
• Diperkirakan antara 60.000 dan 70.000 warga British Columbia menderita
demensia, 60% di antaranya adalah perempuan. Prevalensi demensia
berkorelasi positif dengan usia
• Penyakit Alzheimer adalah kondisi paling terkenal yang terkait dengan
gangguan kognitif. Sekitar 5,5 juta orang terkena penyakit Alzheimer di
Amerika, dan prevalensi di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 24 juta
Untari I, Subijanto AA, Mirawati DK, Probandari AN, Sanusi R. A. Combination of Cognitive Training and
PhysicalExercise for Elderly with the Mild Cognitive Impairment. 2019
7. Etiology
• Adanya Plak senilis (plak yang meningkat seiring bertambahnya usia) dan
Plak neuritik (plak yang mengandung B-amyloid ekstraseluler yang
dikelilingi neuritis distrofik)
• Neurofibrilary tangles (struktur intra neuron yang mengandung tau yang
terhiperfosforilasi pada pasangan filamen helix)
• Berkurangnya neuron/sinaps
• Degenerasi granulovacuolar (gelembung abnormal berisi cairan ( vakuola )
di dalam neuron yang mengandung butiran protein padat)
• Dan Hirano bodies (struktur seperti batang eosinofilik refraktil, kaya aktin
yang ditemukan di otak)
Wasilah Rochmah, Kunjoro Harimuti. Demensia. 2014
9. Faktor Resiko
• Bertambahnya usia, kondisi seperti stroke, delirium, demensia, depresi,
skizofrenia, penggunaan alkohol kronis, penyalahgunaan zat, tumor otak,
kekurangan vitamin, ketidak seimbangan hormon, dan beberapa penyakit
kronis dapat menyebabkan defisit kognitif.
• Patologi otak seperti penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, demensia
tubuh Lewy, penyakit Huntington, demensia HIV, penyakit prion
bermanifestasi dengan defisit kognitif.
• Obat-obatan seperti obat penenang juga berhubungan dengan defisit
kognitif.
• Cedera kepala dan infeksi otak atau meningen dapat menyebabkan deficit
kognitif pada usia berapa pun
Aayush Dhakal, Bradford D. Bobrin. Cognitive Deficits. 2023
10. Diagnosis
• Dicurigai adanya gangguan kognitif bila terjadi penurunan fungsional dalam
pekerjaan dan aktivitas biasa.
• Hal ini mungkin dilaporkan oleh pasien, keluarga, teman, petugas
kesehatan, atau perawat lainnya.
• Gejala gangguan kognitif cenderung terjadi secara bertahap dan
tersembunyi. Pasien mungkin menyembunyikan gejalanya, sehingga sulit
mendeteksi gangguan kognitif dalam kunjungan yang dengan waktu
terbatas
BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
11. Diagnosis
Berikut adalah contoh gejala gangguan kognitif yang mungkin muncul selama
kunjungan dan mungkin memerlukan penilaian lebih lanjut:
• Menelpon kantor secara berulang atau tidak tepat
• Bingung, lupa, atau kurang patuh terhadap pengobatan
• Menderita stroke
• Menolak anggota keluarga dalam menjawab pertanyaan
• Jatuh dan patah tulang tanpa sebab yang jelas
• Kunjungan ke ruang gawat darurat secara rutin
• Mengalami depresi di usia lanjut atau delirium
• Menunjukan tanda-tanda pengabaian diri (kebersihan, penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan)
BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
12. Diagnosis
The diagnosis of dementia requires that the patient display the following
features:
• Impairment in at least 2 of the following cognitive domains: memory,
language, visuospatial, executive function and behavior;
• Impairment causes a significant functional decline in usual activities or
work; and
• Impairment not explained by delirium or other major psychiatric disorder.
• Diagnosis gangguan kognitif ringan ditegakkan ketika pasien tidak
memenuhi kriteria demensia, baik karena kurangnya defisit kedua dalam
domain kognitif atau karena defisit tersebut tidak secara signifikan
mempengaruhi aktivitas atau pekerjaan biasanya
BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
13. Diagnosis
To diagnose Alzheimer’s disease, the patient must display the following
features:
• Cognitive changes that are of gradual onset over months to years;
• Two of the following cognitive domains are impaired: memory, language,
visuospatial or executive function (memory is the most common);
• Impairment causes a significant functional decline in usual activities or
work; and
• Symptoms are not explained by other neurologic disorder (including
cerebrovascular disease), psychiatric disorder, systemic disorder or
medication.
BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
14. Langkah untuk menegakan diagnosis
• Mengumpulkan data medical record yang ada secara komprehensiv dan
meninjau pengobatan yang digunakan termasuk penggunaan obat herbal
• Meminta pasien untuk memberi izin menggali informasi tambahan yang
diperoleh dari keluarga dan perawat untuk membantu diagnosis.
• Alat-alat berikut direkomendasikan untuk memberikan bukti obyektif untuk
mendukung diagnosis: MMSE, Clock Drawing test untuk menilai fungsi
eksekutif, Montreal cognitive assessment test untuk menilai MCI dan
demensia dini
• Singkirkan dan atasi penyebab gangguan kognitif yang dapat diperbaiki
seperti delirium, depresi, hyponatremia, gangguan thyroid, ketergantungan
alcohol, efek samping obat, penyakit komorbid (dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti darah lengkap, fungsi thyroid, elektrolit,
kadar vitamin B12, LFT, KFT, urinalisa)
BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
15. Langkah untuk menegakan diagnosis
• Ketika penyebab yang berkontribusi telah disingkirkan atau diobati dan
gangguan kognitif masih berlanjut, curigai MCI atau demensia. Mungkin
diperlukan beberapa kunjungan untuk menyelesaikan evaluasi diagnostik.
• Neuroimaging tidak diindikasikan secara rutin. Pencitraan resonansi
magnetik (MRI) kepala lebih disukai daripada komputerisasi tomografi (CT)
jika tersedia dan harus dipertimbangkan pada keadaan:
1. Usia pasien kurang dari 60 tahun
2. Onset berlangsung cepat
3. Terdapat riwayat cedera kepala, cancer, gejala deficit neurologis
4. Pasien sedang dalam keadaan menggunakan obat anti koagulan dan
mengalami gangguan perdarahan
• Dapat menggunakan Global Deterioration scale untuk menentukan derajat
demensia
BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
24. BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
25. BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
26. BC Guidelines. Cognitive Impairment – Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care. 2014
27.
28.
29. Tatalaksana
Tatalaksana non farmakologi
• Menghentikan obat obatan yang bersifat sedative
• Memberikan edukasi kepada keluarga dan caregiver
• Cara meningkatkan kemampuan mengingat (daya ingat) dapat dilakukan
dengan cara:
1. Mencatat sesuatu pada daftar (buku, papan, kalender, dll)
2. Memakai alarm sebagai pengingat
3. Meminta orang lain membantu mengingatkan
4. Cara tradisional (meletakkan sesuatu di tempat tertentu)
Aayush Dhakal, Bradford D. Bobrin. Cognitive Deficits. 2023
30. Tatalaksana
Tatalaksana farmakologi
Pemberian golongan SSRI (serotonin selective reuptake inhibitor) lebih
dianjurkan kepada pasien demensia dengan gejala depresi
Pemberian obat antipsikosis yang dapat digunakan untuk menekan agitasi
dan insomnia tanpa memperberat demensia (haloperidol 0,5 – 2 mg)
Terapi kolinestrase inhibitor sebagai terapi pilihan untuk meningkatkan
fungsi kognitif pada pasien demensia (donepezil, rivastigmine dan
galantamine). Menghambat enzim kolinestrase dengan meningkatkan kadar
asetilkolin di jaringan otak.
Donepezil dimulai dari dosis 5 mg perhari dan dosis dinaikan menjadi 10mg
perhari setelah 1 bulan
Wasilah Rochmah, Kunjoro Harimuti. Demensia. 2014
31. Tatalaksana
Rivastigmin dinaikan dari 1,5mg 2 kali sehari menjadi 3mg 2 kali sehari,
kemudian 4,5 mg 2 kali perhari sampai dosis maksimal 6mg 2 kali perhari.
Dosis dinaikan dalam interval 1 sampai 4 minggu. Efek samping umumnya
minimal bila peningkatan dosis dilakukan lebih lama
Galantamin diberikan dengan dosis awal 4mg 2 kali perhari dan dinaikan
menjadi 8mg 2 kali perhari kemudian dinaikan menjadi 12mg perhari.
Peningkatan dosis dapat dilakukan seperti rivastigmine
Efek samping yang mungkin timbul pada pemakaian obat kolinestrase
inhibitor adalah mual, muntah dan diare, dapat juga timbul penurunan berat
badan, insomnia, keram otot, bradikardia, dan sinkop. Efek samping
umumnya muncul pada awal terapi
Belum ada data mengenai berapa pemberian kolinestrase inhibitor yang
dianjurkan pada pasien demensia dan gangguan kognitif ringan
Wasilah Rochmah, Kunjoro Harimuti. Demensia. 2014
32. Tatalaksana
Bila akan melakukan pergantian obat kolinestrase inhibitor yang satu dengan
yang lain maka dianjurkan penghentian obat selama 3-4 minggu (washout
period)
Pemberian Vitamin E dapat memperlambat progresi penyakit Alzheimer
menjadi lebih berat. Vitamin E juga dapat diberikan sebagai pencegahan
primer demensia pada individu dengan fungsi kognitif normal.
Memantin (antagonis N-metil-D-aspartate yang memiliki pengaruh pada
glutaminergic excitotoxicity dan fungsi neuron di hipokampus. Pemberian
memantine dikombinasikan dengan kolinestrase inhibitor, didapatkan
perbaikan fungsi kognitif dan berkurangnya penurunan status fungsional
serta berkurangnya gejala perubahan perilaku.
Ginkobiloba dapat diberikan pada pasien dengan demensia namun tidak ada
cukup bukti mengenai kemanjuran ginkobiloba.
Wasilah Rochmah, Kunjoro Harimuti. Demensia. 2014