SlideShare a Scribd company logo
1 of 216
Gangguan Psikotik
Yolanda K. T. Hasugian / 1415162
Muhammad Faizal / 1415053
Gea N. Halim / 1415011
Dewi A. H. Elsa / 1315063
Zara Nurnazmi / 1415166
Hans Albertus / 1315211
Mega Bella Anendia / 1415063
Alvin Isak Toro / 1415
Adelaide Margareth U. / 1415
Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar : psikotik dan non
psikotik (ansietes, depresi, insomnia, alkoholisme dan ketergantungan obat).
1. Psikotik : gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai
kenyataan.
• Waham, halusinasi
• Perilaku kacau (grossly disorganized) : bicara inkoheren, perilaku agitasi tanpa tujuan,
disorientasi pada delirium, dsb
• Kegagalan fungsi sosial dan personal dengan penarikan diri dari pergaulan sosial dan tidak
mampu dalam tugas pekerjaan sehari-hari.
• Gangguan psikotik : gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan menyeluruh
dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi , halusinasi, bicara inkoheren
yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada
kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya.
2. Non psikotik : Gangguan neurotik, somatoform, terkait stress, gangguan
kepribadian.
Klasifikasi
1. Psikotik organik adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena adanya
kelainan pada struktur susunan saraf pusat (otak) yang disebabkan misalnya
karena adanya tumor di otak, kelainan pembuluh darah otak, infeksi di otak,
keracunan NAPZA, dan lain sejenisnya.
2. Psikotik fungsional adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena
terganggunya fungsi sistem penghantar sinyal sel-sel saraf
(neurotransmitter) dalam susunan saraf pusat (otak), tidak terdapat kelainan
struktural pada sel-sel saraf otak tersebut.
F00 – F09
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
Demensia
 sindrom akibat penyakit/gangguan otak, bersifat kronik-progresif.
• Adanya gangguan fungsi luhur kortikal multipel, termasuk:
• daya ingat
• daya pikir
• orientasi
• daya tangkap
• berhitung
• kemampuan belajar
• berbahasa
• daya nilai (judgment).
• Umumnya disertai/ diawali dengan kemerosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi hidup.
etiologi
• Penyebab dementia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65 tahun
adalah: Penyakit alzheimer, Demensia vaskuler, atau campuran keduanya.
• penyebab lain yang mencapai kira-kira 10persen diantaranya adalah lewy body
dementia, penyakit pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan
normal,demensia alkoholik, demensia infeksiosa( HIV / sifilis), dan penyakit
parkinson.
• Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan penatalakasanaa klinis yang
berhubungan dengan penyebab reversibel seperti kelainan metabolik
(hipertiroidisme), defisiensi nutrisi ( defisiensi vit b12) atau sindrom demensia akibat
depresi
Pedoman Diagnostik
- Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang, seperti : mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri, BAK, BAB.
- Tidak ada gangguan kesadaran.
- Gejala dan disabilitas sudah nyata minimal 6 bulan.
Diagnosis Banding
• Gangguan Depresif ( F30-F39)
• Delirium (F05), F05.1 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
• Retardasi Mental Ringan & Sedang (F70-F71)
Berdasarkan Etiologi
• F00 Demensia pada penyakit alzheimer (50-60%)
• F01 Demensia vaskular (20-30%)
• F02.0 Demensia pada penyakit Pick
• F02.1 Demensia pada penyakit Creutfeld-Jacob
• F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
• F02.3 Demensia pada penyakit parkinson
• F02.4 Demensia pada penyakit HIV/AIDS
F00 Demensia Pada Alzheimer
• Terdapat gejala demensia.
• Onset bertahap dengan detriorasi lambat.
• Tidak adanya bukti klinis/temuan dari pemeriksaan khusus yang menyatakan
bahwa kondisi mental disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang
dapat menimbulkan demensia (hipotiroidisme, hiperkalsemia, def vit B12, def
niasin, neurosifilis, hidrosefalus, hematoma subdural).
• Tidak adanya serangan apoplektik mendadak atau gejala neurologik kerusakan
otak fokal (hemiparesis, gangguan sensorik, defek lapang pandang).
• F00.0 Demensia pada Penyakit Alzheimer Onset Dini
- Onset usia <65 tahun
- Perkembangan gejala cepat dan progresif (deteriorasi)
- Riwayat keluarga penyakit alzheimer*
*faktor penyokong diagnosis tapi tidak harus terpenuhi
• F00.1 Demensia pada Penyakit Alzheimer Onset lambat
- Onset usia >65 tahun
- Perjalan penyakit lambat
- Biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya
Prinsip penatalaksanaan
prognosis
• Prognosis dari demensia yang tertangani adalah baik jika masalah yang
mendasari dapat diperbaiki.
• Prognosis penyakit alzheimer yang merupakan salahsatu penyebab demensia
yang paling umum cenderung kurang baik. Menurut studi, penyakit alzheimer
biasanya berlangsung perlahan-lahan selama 8 hingga 15 tahun (dapat
berkisar dari dua hingga 25 tahun). Saat ini tidak ada
obat bagi alzheimer tapi perawatan yang segera bisa membantu untuk mering
ankan banyak gejala dan dapat menunda perkembangan penyakit.
• Prognosis vaskular demensia tergantung pada tingkat kerusakan sebelum
diagnosis dan perawatan lebih lanjut. Ada kerusakan di pembuluh darah otak
demensia adalah tidak reversibel tetapi kerusakan yang lebih parah dapat
dicegah dengan mengambil obat-obatan untuk mengendalikan faktor resiko
seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan obat-obatan untuk tinggi kolesterol
(statin).Obat ini tidak secara langsung menyembuhkan demensia, tetapi
mengurangi resiko stroke dan penyakit jantung yang bisa meningkatkan
kerusakan otak.
F01 Demensia Vaskular
• Terdapat gejala demensia.
• Hendaya fungsi kognitif tidak merata (hilangnya daya ingat, gangguan
daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai
(judgment) relatif tetap baik.
• Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi bertahap, disertai gejala
neurologis fokal  meningkatkan kemungkinan demensia vaskular.
• Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukandgn pemeriksaan
CT-scan atau pemeriksaan neuropatologis.
• F01.0 Demensia vaskular onset akut
• Terjadi secara cepat sesudah serangkaian “stroke” akibat trombosis serebrovaskular,
embolisme atau perdarahan.
• Infark yang besar dapat sebagai penyebabnya (jarang).
• F01.1 Demensia multi infark
• Onset lebih lambat
• Setelah serangkaian episode iskemik minor yang menimbulkan akumulasi dari infark
pada parenkim otak.
• F01.2 Demenisa vaskular subkortikal
• Fokus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di hemisphere serebri, yang
dapat diduga secara klinis dan dibuktikan dengan CT-scan.
• Cortex cerebri biasanya tetap baik, gambaran klinis masih mirip pada penyakit
alzheimer
• F01.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal
• Dpt diduga dr gamb.klinis, hasil pemeriksaan (termasuk otopsi) atau keduanya
• F01.8 Demensia vaskular lainnya
• F01.9 Demendia vaskular YTT
F02.0 Demensia Pada Penyakit PICK
• Adanya gejala demensia progresif.
• Gambaran neuropatologis: atrofi selektif dari lobus frontalis yg menonjol,
disertai euforia, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang kasar, disinhibisi,
dan apatis atau gelisah.
• Manifestasi gangguan perilaku mendahului gangguan daya ingat.
F02.1 Demensia pada Penyakit Creutzfeldt-
Jakob
Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini:
• Demensia yang progresif merusak
• Penyakit pyramidal dan esktrapiramidal dengan mioklonus
• Elektroensefalogram yang khas (trifasik)
F02.2 Demensia Pada Penyakit Huntington
• Ada kaitan antara gangguan gerakan koreiform, demensia, dan riwayat
keluarga dengan penyakit Huntington.
• Gerakan koreiform yang involunter, terutama pada wajah, tangan, dan
bahu, atau cara berjalan yang khas, merupakan manifestasi dini dari
gangguan ini.
• Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada
tahap dini, dengan daya ingat relatif masih terpelihara, sampai saat
selanjutnya.
F02.3 Demensia Pada Penyakit Parkinson
• Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit Parkinson
yang sudah parah, tidak ada gambaran klinis khusus yang dapat
ditampilkan.
F02.4 Demensia Pada HIV
• Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit HIV
• Tidak ditermukan penyakit/kondisi lain yang bersamaan selain infeksi HIV
tersebut
Penatalaksanaan
• Tujuan tata laksana psikososial ditujukan untuk :
• Mempertahankan kemampuan penderita yang masih tersisa
• Menghambat progresivitas kemunduran fungsi kognitif
• Mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul
• Menghambat kemunduran fungsi kognitif:
• Latihan memori sederhana
• Latihan orientasi realitas
• Senam otak
• Pemberian obat antidemensia seperti donepezil dan rivastigmin
• Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat diberikan obat antipsikotik
dosis rendah
• Haloperidol 0,5-1 mg/hari
• Risperidon 0,5-1 mg/hari
• Mengatasi depresi dapat diberikan antidepresan
• Sertralin 25mg/hari
F03 Demensia YTT
• Kategori ini digunakan bila kriteria umum untuk diagnosis demensia
terpenuhi, tetapi tidak mungkin diidentifikasikan pada salah satu tipe tertentu
(F00.0 – F02.9)
• Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00 –
F03 sebagai berikut :
• .x0 Tanpa gejala tambahan
• .x1 Gejala lain, terutama waham
• .x2 Gejala lain, teruatama halusinasi
• .x3 Gejala lain, terutama depresi
• .x4 Gejala campuran lain
F04 Sindrom Amnestik Organik, Bukan Akibat
Alkohol Dan Zat Psikoaktif Lainnya
• Sindrom Amnestik Merupakan gangguan mental berupa penurunan
ingatan jangka pendek dan jangka panjang, dengan anterograde dan
terkadang retrograde amnesia, dan terjadi dalam keadaan sadar.
• Terjadi kerusakan struktur bilateral/unilateral: hipotalamus, lobbus
temporalis (hipokampus, amigdala), lobus frontalis.
• Etiologi
• Defisiensi thiamin yang terkait dengan penyalahgunaan alkohol kronis
(Alcohol amnestic disorder, korsakoff’s syndrome)
• Hipoglikemia, hipoksia cereberal, ensefalitis
• Tumor, penyakit cerebrovaskuler
Gejala Klinis
• Gangguan daya ingat:
Informasi baru (anterograd), hal-hal sebelumnya (retrograd),
Pada sosial pekerjaan,
disorientasi waktu dan tempat.
• Onset gejala mendadak (trauma, serebrovaskuler, zat kimia, neurotoksin),
perlahan (defisiensi gizi, tumor, Alkohol)
• Perjalanan:
o Singkat (short duration/ transien) </= 1 bln,
o Lama (long duration) > 1 bln
• Gejala lain: perubahan kepribadian samar – jelas, apatis kurang inisiatif, agitasi,
bersahabat mudah setuju, bingung, konfusi, konfabulasi, tilikan kuarng.
Diagnosis (PPDGJ III)
F04 : Sindrom Amnestik Organik, Bukan Akibat Alkohol Dan Zat Psikoaktif Lainnya
• Adanya gangguan daya ingat, berupa berkurangnya daya ingat jangka pendek (lemahnya
kemampuan belajar materi baru), amnesia antegrad dan retrograd, dan menurunnya
kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman yang telah lalu dalam
urutan terbalik menurut kejadiannya.
• Riwayat atau bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada otak
(terutama bila mengenai struktur diensephalon dan temporal medial
secara bilateral.
• Tidak berkurangnya daya ingat segera (immediate recall), misalnya diuji
untuk mengingat deret angka, tidak ada gangguan perhatian (attention)
dan kesadaran (conciousness) dan tidak ada gangguan intelektual secara
umum.
Diagnosis Banding
• Sindrom Organik lain dengan hendaya daya ingat yang menonjol (F00-
F03, F05)
• Amnesia disosiatif (F44.0)
• Hendaya daya ingat akibat Gangguan Depresif (F30-F39)
• Berpura-pura (malingering) dengan menampilkan keluhan hilangnya daya
ingat (Z76.5)
• Sindrom Amnestik akibat alcohol (F10.6)
Delirium
• Delirium merupakan sindrom neuropsikiatrik kompleks yang memengaruhi
kesadaran (kesadaran berkabut / clouding of consciousness), gangguan atensi, fungsi
kognitif termasuk orientasi, memori, kemampuan berbahasa, dan perubahan non-
kognitif seperti psikomotor, persepsi, afek, siklus tidur-bangun, dan proses berpikir.
• = acute confusional state, acute confusional syndrome, acute brain syndrome, acute cerebral
insufficiency, toxic-metabolic encephalopathy
• 10 – 15% px rawat bedah umum pernah mengalami delirium
• 15 – 25% px rawat medik umum pernah mengalami delirium selama ranap di RS
• 30% px bedah ICU
• 40 – 50% px ICCU
• Tertinggi y.i 90% px post cardiotomy
• Penyebab utama:
• Penyakit SSP (eg. epilepsi)
• Penyakit sistemik (eg. gagal jantung)
• Intoksikasi atau withdrawal obat-obatan atau zat toksik
• Hipotesis
• Neurotransmitter : acetylcholine (), serotonin, glutamat
• Daerah neuroanatomi : formatio reticularis
• Toksisitas obat-obatan dgn aktivitas antikolinergik a.l amitryptiline, doxepin, imipramine,
thioridazine, & chlorpromazine.
Patofisiologi
• Prodromal : px mengeluh kelelahan, cemas, mjd iritabel, tidur terggg
• Ggn kesadaran :  kejernihan tingkat kesadaran thd lingkungan (kesadaran berkabut)
• Kewaspadaan, tdd :
• Hiperaktivitas ~ sindrom putus zat, misal flushing, berkeringat, takikardia, nausea, hipertermia, dsb
• Hipoaktivitas ~ seluruh aktivitas menurun shg sering disebut depresi
• Ggn pemusatan perhatian: kesulitan mempertahankan, memusatkan, & mengalihkan
perhatian
• Orientasi :
• Delirium ringan: ggn orientasi waktu
• Delirium berat: mencakup orientasi tempat & orang
• Bahasa & kognitif : abnormalitas berbahasa & inkoherensi. Daya ingat & f(x) kognitif
umum mungkin terganggu
• Persepsi : halusinasi visual & auditorik
• Mood : marah, mengamuk, ketakutan yg tdk beralasan, perubahan mood
berfluktuasi sepanjang hari.
• Ggn tidur – bangun : Sundowning  agitasi pd malam hari & masalah perilaku pd saat
waktu tidur.
• Gejala neurologi : disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi & inkontinensia urine.
• Gangguan kesadaran & perhatian
₋ Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma;
₋ Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, & mengalihkan
perhatian;
• Gangguan kognitif secara umum
- Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi; seringkali visual
- Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang bersifat sementara,
tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan.
- Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif masih
utuh
- Disorentasi waktu, pada kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat dan orang.
• Gangguan psikomotor
- Hipo- atau hiper-aktivitas dan pengalihan aktivs yang tidak terduga dari satu ke yang
lain
- Waktu bereaksi yang lebih panjang
- Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
- Reaksi terperanjat meningkat
Cont’
• Gangguan siklus tidur – bangun
- Insomnia atau tidak bisa tidur sama sekali
- Terbaliknya siklus tidur bangun (mengantuk pada siang hari)
- Gejala memburuk pada malam hari
- Mimpi yang menganggu atau mimpi buruk, yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah
bangun;
• Gangguan emosional
₋ Misalnya depresi, anxietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis, atau rasa kehilangan akal.
• Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang – timbul sepanjang hari, & keadaan itu
berlangsung < 6 bln
• F05.0 Delirium, Tak Bertumpang – tindih dengan Demensia
• Delirium yg tdk bertumpang tindih dgn demensia yg sudah ada sebelumnya.
• F05.1 Delirium, Bertumpang – tindih dengan Demensia
• Kondisi yg memenuhi kriteria delirium diatas tetapi terjadi pd saat sudah ada
demensia.
• F05.8 Delirium Lainnya
• F05.9 Delirium YTT
DSM V mengklasifikasi delirium menurut etiologi sebagai berikut:
1. Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum
2. Delirium intoksikasi substansi (penyalahgunaan obat)
3. Delirium penghentian substansi
4. Delirium diinduksi substansi (pengobatan atau toksin)
5. Delirium yang berhubungan dengan etiologi multipel
6. Delirium tidak terklasifikasi.
1. Gangguan kesadaran (penurunan kemampuan untuk memusatkan, fokus, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian) dan kewaspadaan (penurunan orientasi lingkungan)
2. Gangguan timbul pada periode waktu yang singkat (biasanya jam hingga beberapa hari),
menunjukan perubahan pada perhatian dan kewaspadaan, dan cenderung berfluktuasi
sepanjang hari
3. Gangguan tambahan pada fungsi kognitif (misal: defisit memori, disorientasi, bahasa,
kemampuan persepsi mengenai ruang, atau persepsi)
1. Gangguan pada kriteria 1 dan 3 tidak dapat dijelaskan dengan kelainan
neurokognitif lain dan tidak muncul pada penurunan tingkat rangsangan
seperti koma.
2. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan
laboratorium bahwa gangguan tersebut merupakan konsekuensi
fisiologis langsung dari kondisi medis lain, intoksikasi substansi, atau
withdrawal (drug / medication abuse), atau terpapar racun, atau
diakibatkan etiologi yang multiple.
Menurut PPDGJ III:
• Sindrom organik lainnya, Demensia (F00 – F03)
• Ggn psikotik akut & sementara (F23.)
• Skizofrenia dalam keadaan akut (F20.-)
• Ggn Afektif + “confusional features” (F30 – F39)
• Delirium akibat Alkohol / Zat Psikoaktif Lain (F1x.4) (F1x.03)
• Delirium vs Demensia
• Awitan: delirium  tiba – tiba; demensia  berjalan perlahan
• Ggn kognitif: delirium  berfluktuasi; demensia  lebih stabil
• Delirium vs Skizofrenia atau Depresi
• Halusinasi & waham pd px skizofrenia lebih konstan & lebih terorganisasi drpd px
delirium
• Px gejala hipoaktif pd delirium mirip dgn depresi berat, utk membedakannya dilakukan
pemeriksaan EEG
• Utama: mengobati penyebabnya
• Toksisitas antikolinergik  pisostigmin salisilat 1 – 2 mg IV atau IM & dpt diulang 15 – 30 mnt
bila perlu
• Farmakoterapi
• 2 gejala utama delirium yg memerlukan th/ y.i psikosis & insomnia
• Psikosis: haloperidol 2 – 10 mg IM & dpt diulang 1 jam kemudian bila px masih menunjukkan agitasi
• Setelah tenang: PO (jml dosis PO 1,5 x dari dosis injeksi) tdd 2 dosis; 1/3 pd pagi hari & 2/3 pd saat tidur
• Dosis efektif haloperidol 5 – 50 mg
• Hindari fenotiazine k/ dihubungkan dgn aktivitas antikolinergik
• Insomnia: gol benzodiazepine dgn waktu paruh pendek / menengah eg. Lorazepam 1 – 2 mg sebelum tidur
• Bila penyebab sudah diketahui dan dapat diatasi, gejala delirium dapat
hilang 3-7 hari dan akan hilang seluruhnya dalam 2 minggu.
- Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit
fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu
sindrom mental yang tercantum.
- Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan)
antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan
timbulnya sindrom mental
Diagnosis (PPDGJ III)
F06 Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan
Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik.
- Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasarinya.
- Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau
pengaruh stres sebagai pencetus).
F06.0 Halusinosis Organik
• Kriteria umum (F06)
• Adanya halusinasi dalam segala bentuk (visual atau asuditorik) yang menetap
atau berulang
• Kesadaran yang jernih
• Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna
• Tidak ada gangguam afektif yang menonjol
• Tidak jelas adanya waham
F.06 GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN dan
DISFUNGSI OTAK dan PENYAKIT FISIK
Pedoman Diagnostik:
• Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit
fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu
sindrom mental yang tercantum;
• Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan)
antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan
timbulnya sindrom mental;
• Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasarinya;
• Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau
pengaruh stress sebagai pencetus).
F06.1 Gangguan Katatonik Organik
• Kriteria umum tersebut diatas (F06)
• Disertai salah satu dibawah ini :
-Stupor (hilang atau berkurang gerakan spontan dg mutisme parsial/total,
negativisme dan posisi tubuh yang kaku)
-Gaduh gelisah (hipermotilitas yg kasar dg atau tanpa kecenderungan untuk
menyerang)
-Keduanya (silih berganti secara cepat dan tak terduga dari hipo ke hiper-
aktivitas)
F06.2 Gangguan Waham Organik (Lir-
Skizofrenia)
Pedoman Diagnostik:
• Kriteria umum tersebut diatas (F06)
• Disertai:
• Waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh yang berubah,
cemburu, penyakit, atau kematian dirinya atau orang lain);
• Halusinasi, gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik tersendiri,
mungkin ada;
• Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu;
Diagnosis Banding
• Gangguan psikotik akut dan sementara (F23)
• Gangguan psikotik akibat obat (F1x.5)
• Gangguan waham yang menetap (F22.-)
• Skizofrenia (F20.-)
Penatalaksanaan
• Singkirkan pasien dari paparan zat yang menyebabkan gangguan.
• Secara aktif diberikan terapi pada penyakit yang mendasarinya.
• Intervensi psikofarmakologi untuk mengatasi gejala yang muncul:
o Antipsikotik dengan efek samping ekstra piramidal minimal (rissperidone, quetiapine).
o Hindari pemberian antikolinergik  menurunkan kognitif.
o Bila kesulitan oral  berikan haloperidol IM.
• Psikoterapi: suportif dan psikoedukasi.
F06.3 Gangguan Afektif Organik
• Kriteria umum tsb diatas (F06)
• Disertai kondisi yg sesuai dg salah satu diagnosis dari gangguan yg tercantum
dalam F30-F33
Diagnosis Banding
• Gangguan afektif non-organik atau YTT (F30-F39)
• Gangguan afektif hemisferik kanan (F07.8)
• F06.30 Gangguan manik organik
• F06.31 Gangguan bipolar organik
• F06.32 Gangguan depresif organik
• F06.33 Gangguan afektif organik campuran
F06.4 Gangguan Cemas (Anxietas) Organik
• Ditandai oleh gambaran utama dari gangguan cemas menyeluruh (F41.1),
Gangguan panik (F41.0) atau campuran dari keduanya, tetapi timbul sebagai
akibat dari gangguan organik yang dapat menyebabkan disfungsi otak (seperti
epilepsi lobus temporalis, tirotoksikosis atau freokromositoma)
F06.5 Gangguan Disosiatif Organik
• Gangguan yang memenuhi persyaratan untuk salah satu gangguan dalam
Gangguan Disosiatif (F44.-) dan memenuhi kriteria umum untuk penyebab
organik
• Gejala utama gangguan disosiatif adalah kehilangan (sebagian atau seluruh)
dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara :
• Ingatan masa lalu,
• Kesadaran identitas dan penginderaan segera (awarnesss of identify and immediate
sensations), dan
• Kontrol terhadap gerakan tubuh
F06.6 Gangguan Astenik Organik
• Gangguan yang ditandai oleh labilitas atau tidak terkendalinya emosi yang
nyata dan menetap, kelelahan, atau berbagai sensasi fisik yang tidak nyaman
(seperti pusing) dan nyeri, sebagai akibat adanya gangguan organik (sering
terjadi dalam hubungan dengan penyakit serebrovaskuler atau hipertensi)
F06.7 Gangguan Kognitif Ringan
• Gambaran utamanya adalah turunnya penampilan kognitif (termasuk
hendaya daya ingat, daya belajar, sulit berkonsentrasi), tidak sampai
memenuhi diagnosis demensia (F00-F03), sindrom amnestik organik (F04),
atau delirium (F05.-)
• Gangguan ini dapat mendahului, menyertai, atau mengikuti berbagai macam
gangguan infeksi dan gangguan fisik, baik serebral maupun sistemik.
F06.8 Gangguan Mental Lain YDT Akibat Kerusakan dan Disfungsi
Otak dan Penyakit Fisik
• Contohnya ialah keadaan suasana perasaan (mood) abnormal yang terjadi ketika
dalam pengobatan dengan steroid atau obat antidepresi.
• Termasuk : Psikosis epileptik YTT
F06.9 Gangguan Mental YTT Akibat Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik
F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU AKIBAT PENYAKIT,
KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK.
• Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan adanya
penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak;
• Disertai, dua atau lebih, gambaran berikut :
a) Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan
aktivitas yang bertujuan (goal-directed activities), terutama yang memakan
waktu lebih lama dan penundaan kepuasan;
b) Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional,
kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euforia, kejenakaan yang tidak
sepadan), mudah berubah menjadi iritabilitas atau cetusan amarah dan agresi
yang sejenak; pada beberapa keadaan, apati dapat merupakan gambaran yang
menonjol;
Diagnosis (PPDGJ III)
c) Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa
mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien
mungkin terlibat dalam tindakan dissosial, seperti mencuri,
bertindak melampaui batas kesopanan seksual, atau makan
secara lahap atau tidak sopan, kurang memperhatikan
kebersihan dirinya);
d) Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran
paranoid, dan/atau preokupasi berlebihan pada satu tema yang
biasanya abstrak (seperti soal agama, "benar" dan "salah")
Diagnosis (PPDGJ III)
c) Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan gambaran
seperti berputar-putar (circumstantiality), bicara banyak (over-
inclusiveness), alot (viscosity), dan hipergrafia;
d) Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan selera
seksual).
Diagnosis banding
• Perubahan kepribadian yang berlangsung lama Setelah Mengalami Katastrofa
(F62.0), Akibat Penyakit Psikiatrik (F62 1)
• Sindrom Pasca-ensefalitis (F07.1)
• Sindrom Pasca-kontusio (F07.2)
• Gangguan kepribadian khas (F60.)
F07.1 Sindrom Pasca-ensefalitis
• Sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual) setelah kesembuhan
dari suatu ensefalitis virus atau bakterial
• Gejalanya tidak khas dan berbeda dari satu orang ke orang lain, dari satu
penyebab infeksi ke penyebab infeksi lainnya, dan yang pasti berkaitan
dengan usia pasien pada saat kena infeksi.
F02.2 Sindrom Pasca-kontusio
• Sindrom ini terjadi sesudah trauma kepala (biasanya cukup sampai berakibat
hilangnya kesadaran) dan termasuk bebera gejala yang beragam seperti nyeri
kepala, pusing (tidak seperti gambaran vertigo yang asli), kelelahan,
iritabilitas, sulit berkonsentrasi dan melakukan suatu tugas mental, hendaya
ingat, insomnia, menurunnya toleransi terhadap stres, emosional, atau terlibat
alkohol.
• F07.8 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik
Lain Akibat Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak
Sindrom tertentu dan terduga dari perubahan
kepribadian dan perilaku akibat kerusakan, penyakit atau
disfungsi otak, di luar yang telah dicantumkan pada
F07.0-F07.2; dan kondisi dengan taraf hendaya fungsi
kognitif ringan yang belum sampai demensia dengan
gangguan mental progresif seperti penyakit Alzheime
Parkinson, dsb.
• F07.9 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik YTT Akibat Penyakit,
Kerusakan dan Disfungsi Otak
F09 Gangguan Mental Organik atau Simptomatik
YTT
• Termasuk : psikosis organik YTT, psikosis simptomatik YTT.
F10-F19
GANGGUAN MENTAL dan PERILAKU
AKIBAT PENGGUNAAN ZAT
PSIKOAKTIF
• Napza adalah setiap bahan kimia / zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi ungsi tubuh secara fisik dan psikologis.
• Berdasarkan efek yang ditimbulkan, NAPZA dibagi menjadi
Napza yang berkerja sebagai depresan
• Memperlambat / menekan SSPusat dan pesan yang dikirim ke otak o
Melambatkandetakjantungdanpernafasan
o Efekdepresan:
• Ringan
• Perasaan tenang
• Sejahtera
• Gembira berlebih (euforia)
• Rileks
• Lebih serius
• Cadel
• Sempoyongan
• Mual
• Muntah
Napza yang berefek stimulan
• Mempercepat / merangsang kerja SSPusat dan pesan ke dan dari otak
• Meningkatkan detak janung, TD, dan suhu tubuh
• Membuat orang lebih sadar dan waspada. o Efekstimulan
• Ringan
• Ga nafsu makan
• Ga bisa tidur
• Banyak bicara
• Gelisah
• Lebih serius
• Agresi
• Panik
• Cemas
• Sefalgia
• Paranoia
Napza yang berefek halusinogen
• Mempengaruhi persepsi orang sehingga melihat / mendengar sesuatu secara terdistorsi
• Efekhalusinogen:
•  TD meningkat
 Detak jantung meningkat  Hilang nafsu makan
 Kram perut
 Banyak bicara dan tertawa  Aktivitas meningkat
 Panik
 Dilatasi pupil
 Distorsi waktu dan ruang
•
Istilah penting
• Gejala Putus Zat
• Adalah gejala yang terjadi akibat penghentian atau pengurangan dosisnya. Keadaan ini
menimbulkan gejala fisik yang tidak enak berupa kejang, mual, muntah, gemetar,
gelisah, berkeringat dan sebagainya. Berat ringan gejala putus bergantung jenis zat,
dosis, dan lama penggunaan
• Toleransi
• Toleransi adalah keadaan dimana dosis yang sama tidak lagi berpengaruh seperti
penggunaan sebelumnya. Akibatnya, perlu penambahan dosis yang lebih besar agar
mendapatkan efek yang dikehendaki.
• Sindroma ketergantungan (dependence syndrome),
• A cluster of behavioural, cognitive, and physiological phenomena that developed after
repeated substance use; typically they include a strong desire to take the substance,
impaired control over its use, persisting use despite harmful consequences, a higher
priority given to the substance over other activities and obligations, increased tolerance,
and sometimes physical withdrawal substance
• F10. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol
• F11. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Opioida
• F12. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kanabionida
• F13. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Sedativa atau
Hipnotika
• F14. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kokain
• F15. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia
Lain Termasuk Kafein
• F16. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Halusinogenika
• F17. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau
• F18. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Pelarut yang
Mudah Menguap
• F19. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel
dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya
F1x.0 Intoksikasi Akut
• Suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan:
• kesadaran
• fungsi kognitif
• persepsi
• afek atau perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya.
• Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu; yang akhirnya efeknya
menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi  orang tersebut akan
kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi
komplikasi lainnya.
Intoksikasi akut disertai atau tanpa komplikasi
• F1x.00 Tanpa komplikasi
• F1x.01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya
• F1x.02 Dengan komplikasi medis lainnya
• F1x.03 Dengan delirium
F1x.1 Penggunaan yang Merugikan
• Pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan, dapat berupa
fisik (hepatitis) maupun mental (episode gangguan depresi sekunder
akibat alkohol)
• Pola penggunaan sering dikecam oleh sosial  sering disertai
konsekuensi sosial yang tidak diinginkan
• Tidak ada sindrom ketergantungan (F1x.2), gangguan psikotik (F1x.5),
atau bentuk spesifik lain dari gangguan yang berkaitan dengan
penggunaan obat atau alkohol
F1x.2 Sindrom Ketergantungan
Diagnosis ketergantungan ditegakkan bila ditemukan ≥ 3
Gejala, yang dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya:
a) Keinginan yang kuat/ dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk
menggunakan zat psikoaktif
b) Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat,
termasuk sejak mulainya, usaha berhenti, atau pada tingkat
sedang menggunakan
• Keadaan putus zat secara fisiologis atau ketika penghentian penggunaan
zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas,
atau orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis
dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala
putus zat
d) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang
diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan
dosis lebih rendah
e) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain
disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari
akibatnya
f) Tetap menggunakan zat walaupun ia menyadari adanya akibat yang merugikan
kesehatannya
F1x.3 Keadaan Putus Zat
• Merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan.
• Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan
psikologis (anxietas, depresi, dan gangguan tidur) merupakan gambaran
umum.
• Khas: pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda
dengan meneruskan penggunaan zat.
Gejala- gejala
• Opiat (morfin, heroin)
• Gejala pemakaian: gembira, pupil mata kecil, nadi lambat, nafas lambat, susah
BAB, mengamuk
• Gejala putus zat: gelisah, mual, muntah, mata berair, hidung berair, sendi-
sendi nyeri, menggigil, pupil mata melebar, merinding
• Gejala intoksikasi: pupil mata kecil, tekanan darah turun, nafas lambat, nadi
cepat, pingsan, bisa meninggal
Obat penenang/obat tidur
• Gejala pemakaian: mula-mula gelisah, mengamuk, daya pikir
dan daya ingat turun, bicara lambat, tindakan lambat
• Gejala putus zat: gelisah, sukar tidur, muntah, gemetar, kejang-
kejang
• Gejala intoksikasi: gelisah, kendali diri turun, banyak bicara,
suka bertengkar, lalu bicara tidak jelas, sempoyongan, nafas
lambat, kesadaran turun, pingsan, meninggal
Alkohol
• Gejala pemakaian: gembira, hambatan diri turun, muka
kemerahan
• Gejala putus zat: gemetar, muntah, kejang, gelisah, sukar tidur,
gangguan jiwa
• Gejala intoksikasi: gelisah, tingkah laku kacau, kendali diri
hilang, banyak bicara, bicara tidak jelas, gangguan organ
Ganja
• Gejala pemakaian: melayang, gembira, santai, tenang, kepala
berat, efisiensi intelektual dan motorik terganggu, mata merah,
curiga, moral turun “flashback”
• Gejala putus zat: susah tidur, gelisah, nafsu makan berkurang
• Gejala intoksikasi: penik, mengamuk, gila, demam, pupil mata
melebar
Amfetamin
• Gejala pemakaian: siaga, percaya diri, euforia, banyak bicara,
tidak mudah lelah, tidak nafsu makan, berdebar-debar, nafas
cepat, tekanan darah naik
• Gejala putus zat: lesu, apatis, tidur berlebihan, curiga, depresi
(bunuh diri)
• Gejala intoksikasi: berdebar cepat, tekanan darah naik,
perdarahan, bisa meninggal
Pemeriksaan penunjang
• Berdasarkan tujuan pemeriksaanya:
• Pemeriksaan penapisan
• Bahanpemeriksaan:urin
• Karena non-invasif dan mempunyai nilai sensitivitas tinggi.
• Keadaan emergensi dan pemantauan detoksikasi
• Metode : EMIT, FPIA, dan TLC
• Bahanpemeriksaan:serum
• Karena diharapkan dapat menggambarkan kadar obat/zat pada saat itu.
• Kepentingan forensic
• Selain menggunakan pemeriksaan di atas juga dilakukan pemeriksaan
konfirmasi dengan menggunakan metode Gas Chromatography-Mass
Spectroscopy (GC-MS).
Penatalaksanaan
• Upaya preventif
• Pemberian informasi yang benar dan objektif tanpa menakut-nakuti dan tidak
merangsang untuk memakai
• Melatih kemampuan menolak ajakan memakai zat psikoaktif • Upaya kuratif
• Upaya kesinambungan untuk mengakhiri ketergantungan pada zat psikoaktif, o
Mengatasi dampak fisik, psikis dan sosial
• Mengembalikan pengguna ke masyarakat sebagai warga yang produktif
Tahapan:
• Penerimaan awal (1-3 hari)
• Dilakukan evaluasi medik-psikologik menyeluruh sebagai dasar tahap
penatalaksanaan selajutnya
• Detoksifikasi dan terapi komplikasi medik (1-3 minggu)
• Proses penghentian obat dan terapi komplikasi.
• Dapat bertahap / langsung , dengan / tanpa terapi simptomatik, dengan /
tanpa terapi subtitusi.
• Stabilisasi(3-8bulan)
• Upaya pembinaan fisik, mental, keagaman, komunikasi, interaksi sosial,
edukasional, kultural, dan lain-lain
• Persiapankembalikemasyrakat(3-12bulan)
• Bimbingan melalui program khusus (workshop, day/night center)
• Resosialisasi (sampai sekitar 1.000 hari)
• Mantan pengguna diharapkan mengembangkan hidup yang bermakna di
masyarakat
• F1x.04 Dengan distorsi persepsi
• F1x.05 Dengan koma
• F1x.06 Dengan konvulsi
• F1x.07 Intoksikasi patologis
- Hanya pada penggunaan alkohol.
- Onset mendadak, agresi, tindak kekerasan saat bebas alcohol
- Timbul segera setelah minum sejumlah alcohol, yang pada kebanyakan orang tidak
menimbulkan intoksikasi
F1x.6 Sindrom Amnesik
• Harus memenuhi kriteria umum untuk sindrom amnesik organik
• Syarat utama untuk menentukan diagnosis:
• Gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan sensasi waktu
• Tidak ada gangguan daya ingat segera, tidak ada gangguan
kesadaran, dan tidak ada gangguan kognitif secara umum
• Adanya riwayat atau bukti yang objektif dari penggunaaan
alkohol atau zat yang kronis (terutama dengan dosis tinggi)
F1x.8 Gangguan Mental dan Perilaku Lainnya
• Kategori untuk semua gangguan sebagai akibat penggunaan zat piskoaktif
yang dapat diidentifikasi berperan langsung pada gangguan tersebut, tetapi
yang tidak memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam salah satu gangguan
yang telah disebutkan.
F1x.9 Gangguan Mental dan Perilaku YTT
• Kategori untuk yang tidak tergolongkan
F1x.2
Sindroma Ketergantungan
• Suatu keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara
organisme hidup dan zat. Kondisi ini memiliki tanda-tanda tingkah laku yang
menimbulkan reaksi tertentu seperti dorongan untuk mempergunakan obat secara
periodik atau kontinu.
• Gambaran utama yang khas dari sindrom ketergantungan adalah keinginan untuk
menggunakan zat psikoaktif, alkohol, dan tembakau.
• Ketergantungan dibagi 2 :
• Ketergantungan secara perilaku : aktivitas mencari zat (seperti euforia, depresi, dll)
• Ketergantungan secara fisik : efek fisik akibat zat (seperti kejang, nistagmus, dll)
Jenis Ketergantungan
1. Ketergantungan primer.
Biasanya terjadi pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai dengan
adanya kecemasan dan depresi.
2. Ketergantungan reaktif.
Biasanya terjadi pada remaja, karena adanya dorongan keingintahuan,
bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan serta pengaruh teman sebaya.
3. Ketergantungan simptomatis.
Sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya pada umumnya terjadi
pada orang dengan kepribadian anti sosial dan pemakaian zat itu untuk kesenangan
semata.
Pedoman Diagnostik
• Diagnosis ketergatungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala
dibawah ini dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya :
a) Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk
menggunakan zat psikoaktif;
b) Kesulitan dalam menggendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya,
usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan;
c) Keadaan putus zat secara fisiologis (lihat F1x.3 atau F1x.4) ketika penghentian
penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas, atau
orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk
mwnghindari terjadinya gejala putus zat;
d) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna
memperoleh efek rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan
alkohol dan opiat yang dosis hariannya dapaya mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya atau
mematikan bagi pengguna pemula;
e) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan penggunaan zat
psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat
atau untuk pulih dari akibatnya;
f) Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya, seperti
gangguan fungsi hati karena minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu
periode penggunaan zat yang berat, atau hendaya fungsi kognitif berkaian dengan penggunaan zat;
upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat
diandalkan , sadar akan hakekat dan besarnya bahaya.
• Diagnosis sindrom ketergantungan dapat ditentukan lebih lanjut dengan kode lima karakter
berikut :
• F1x.20 Kini abstinen
• F1x.21 Kini abstinen, tetapi dalam suatu lingkungan yang terlindung
(seperti dalam rumah sakit, komuniti terapeutik, lembaga
pemasyarakatan, dll)
• F1x.22 Kini dalam pengawasan klinis terapi pemeliharaan atau dengan
pengobatan zat pengganti [ketergantungan terkendali] (misalnya dengan
methadone, penggunaan “nicotine gum” atau “nicotine patch”)
• F1x.23 Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi obat aversif
atau penyekat (misalnya naltrexone atau disulfiram)
• F1x.24 Kini sedang menggunakan zat [ketergantungan aktif]
• F1x.25 Penggunaan berkelanjutan
• F1x.26 Penggunaan episodik [dipsomania]
• Syarat diagnosis ini mengecualikan pasien pasca bedah yang mendapatkan
opioid untuk menghilangkan rasa nyeri dan kemudian menunjukan tanda
keadaan putus obat bila zat tidak diberikan, tetapi sebenarnya tidak
menginginkan untuk melanjutkan penggunaan zat.
• Termasuk alkoholisme kronis, dipsomania, adiksi obat
F1x.3 Keadaan Putuz
Zat
• Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan &
diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut dipertimbangkan
• Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal ini
merupakan alasan rujukan & cukup parah sampai memerlukan perhatian medis
secara khusus
• Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan.gangguan psikologis
(misalnya anxietas, depresi & ggn tidur) merupakan gambaran umum dari keadaan
putus zat ini.
Yang khas ialah px akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan merada dgn
meneruskan penggunaan zat.
• Alkohol: halusinasi, ilusi (bad dream), kejang, delirium tremens, gemetar, keluhan
gastrointestinal, muka merah, mata merah, & hipertensi
• Opioid: perilaku agresif, suicide, depresi berat sampai skizofrenia
• Ganja: agresif, insomnia, penurunan BB/nafsu makan, depresi, ketidaknyamanan k/
menggigil, berkeringat, tremor, sakit kepala atau nyeri perut
• Kokain: agitasi, depresi, fatigue, “high craving”, cemas, marah meledak-ledak,
ggn tidur, mimpi aneh, makan berlebihan, mudah tersinggung, mual, otot
pegal-pegal hingga lethargy.
• Amfetamin & turunannya: fatigue, insomnia/hipersomnia, agitasi,
peningkatan nafsu makan, mimpi buruk
• Benzodiazepine: agresif & violence
F1x.4 Keadaan Putus zat dengan Delirium
Pedoman diagnostik
• Suatu keadaan putus zat (F1x.3) disertai komplikasi delirium
• Termasuk : Delirium Tremens, merupakan akibat putus alkohol secara
absolut/relatif pada pengguna yang ketergantungan berat dengan riwayat
penggunaan yang lama. Onset biasanya tjd ssdh putus alkohol. Keadaan
gaduh gelisah (toksik) yang berlangsung singkat ttpi adakalanya dapat
membahayakan jiwa, yang disertai gangguan somatik
• Gejala prodormal khas: insomnia, gemetar dan ketakutan.
Dapat didahului oleh kejang setelah putus zat.
• Trias yang klasik dari gejala:
• Kesadaran berkabut dan kebingungan
• Halusinasi dan ilusi
• Tremor berat
F1x.5 Gangguan Psikotik
Pedoman Diagnostik
• Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat
psikoaktif (biasanya dalam waktu 48jam), bukan merupakan manifestasi dari
keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset lambat. Gangguan
psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2 minggu setelah penggunaan
zat) dimasukkan ke dalam F1x.75
• Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat
tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan
dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian
pengguna zat. Pada penggunaan obat stimulan, seperti kokain
dan amfetamin, gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat
umumnya berhubungan erat dengan tingginya dosis dan/atau
penggunaan zat yang berkepanjangan.
• Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan
berdasarkan distorsi persepsi atau pengalaman halusinasi, bila zat
yang digunakan ialah halusinogenika primer (misalnya Lisergide
/LSD, meskalin, kanabis dosis tinggi). Perlu dipertimbangkan
diagnosis intoksikasi akut (F1x.0).
Diagnosis Banding
• Gangguan mental lain yang dicetuskan dan diberatkan oleh penggunaan zat
psikoaktif, misalnya :
• Skizofrenia (F20.-)
• Gangguan Afektif (F30-F39),
• Gangguan Kepribadian Paranoid (F60.0, F60.1)
• Gangguan penggunaan zat mengundang berbagai masalah dan meliputi 11 kriteria:
1. Menggunakan zat dalam jumlah yang makin lama makin banyak atau waktu
penggunaannya lebih panjang daripada yang dibayangkan
2. Ingin menurunkan atau menghentikan penggunaan, namun tidak kuasa
memenuhinya
3. Menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan, menggunakan, atau mengurus
diri untuk pulih dari penggunaan
4. Menagih dan meningkat dorongan untuk menggunakan
5. Tidak mampu mengelola diri atas kewajibannya: bekerja/sekolah, dirumah atau di
tempat kerja karena penggunaan
6. Tetap meneruskan penggunaan, meski hubungan/relasi dengan orang sekitar
menjadi bermasalah karenanya
7. Tidak lagi melakukan kewajiban utama social, okupasional atau rekreasional
karena penggunaan
8. Terus menggunakan zat, meski tahu akan bahayanya
9. Melanjutkan penggunaan, meski ada masalah fisik dan psikologik yang
diakibatkan atau diperburuk oleh penggunaan zat
10. Meningkatkan jumlah pemakaian untuk mendapatkan efek yang sama
dengan sebelumnya (toleransi)
11. Simptom putus zat, yang akan dapat diatasi dengan penggunaan zat yag
makin banyak.
F1x.7 Gangguan Psikotik Residual atau Onset
Lambat
• Onset dari gangguan harus secara langsung berkaitan dengan penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif.
• Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, atau perilaku yang disebabkan oleh alkohol atau
zat psikoaktif yang berlangsung melampaui jangka waktu khasiat psikoaktifnya (efek residual
zat tersebut terbukti secara jelas). Gangguan tersebut harus memperlihatkan suatu
perubahan atau kelebihan yang jelas dari fungsi sebelumnya yang normal.
• Gangguan ini harus dibedakan dari kondisi yang berhubungan dengan peristiwa putus zat
(F1x.3 dan F1x.4). Pada kondisi tertentu dan untuk zat tertentu, fenomena putus zat dapat
terjadi beberapa hari atau minggu sesudah zat dihentikan penggunaannya.
Diagnosis banding
• Gangguan mental yang sudah ada terselubung oleh penggunaan zat dan yang
muncul kembali setelah pengaruh tersebut menghilang (misalnya anx fobik,
gangguan depresif, skizofrenia atau gangguan skizotipal).
• Gangguan psikotik akut dan sementara (F23.)
• Cedera organik dan retardasi mental ringan atau sedang (F70-F71) yang
terdapat bersama dengan penyalahguna zat psikoaktif
F1x.70 Kilas balik (Flashback)
• Dapat dibedakan dari gangguan psikotik, sebagian karena sifat episodiknya,
sering berlangsung dalam waktu sangat singkat ( dalam hitungan detik sampai
menit) dan oleh gambaran duplikasi dari pengalaman sebelumnya yang
berhubungan dengan pengunaan zat
F1x.71 Gangguan kepribadian atau perilaku
F1x.72 Gangguan afektif residual
F1x.73 Demensia
• Memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian organik (F07.0)
• Memenuhi kriteria untuk gangguan afektif organik (F06.3)
• Memenuhi kriteria umum untuk demensia (F00-F09)
• F1x.74 Hendaya kognitif menetap lainnya
• Suatu kategori residual untuk gangguan dengan hendaya kognitif yang
menetap, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk sindrom amnesik yang
disebabkan oleh zat psikoaktif (F1x.6) atau demensia (F1x.73)
• F1x.75 Gangguan psikotik onset lambat
SKIZOFRENIA, GANGGUAN
SKIZOTIPAL, DAN
GANGGUAN WAHAM
F20.0 Skizofrenia paranoid
F20.1 Skizofrenia hebefrenik
F20.2 Skizofrenia katatonik
F20.3 Skizofrenia tak terinci
F20.4 Depresi pasca skizofrenia
F20.5 Skizofrenia residual
F20.6 Skizofrenia simpleks
F20.8 Skizofrenia lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT
F20 Skizofrenia
F20 Skizofrenia
 Sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit( tidak selalu
kronis dan detorirating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pengaruh genetik, fisik, sosial, dan budaya
• Umumnya ditandai oleh penyimpangan karakteristik dari pikiran dan
persepsi, serta afek yang inappropriate (tidak wajar) atau blunt (tumpul)
• Kemampuan intelektual dan kesadaran tetap terpelihara, meskipun kadang
kemunduran kognitif berkembang kemudian
Pedoman diagnostik
• Harus ada minimal satu gejala yang amat jelas atau dua gejala atau lebih bila gejalanya kurang jelas:
a. - Thought of echo
- Thought of insertion or withdrawal
- thought broadcasting
b. - delusion of control
- delusion of influence
- delusion of passivity
- delusional perception
c. Halusinasi auditorik
- halusinasi yang terus menerus berkomentar terhadap perilaku pasien
- mendiskusikan perihal pasien diantara berbagai suara yang berbicara atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar/ mustahil
• Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, dapat disertai
waham yang mengambang atau setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide berlebihan (overvalued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-
minggu, berbulan- bulan terus menerus
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau sisipan (interpolation)
berakibat inkoherensi/ irrelevan/ neologisme
g. Perilaku katatonik:keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing)/ fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan
stupor.
h. gejala- gejala negatif: sikap sangat apatis, bicara jarang, respon
emosional menumpul/ tidak wajar akibatnya penarikan diri dari
pergaulan sosisal dan menurunnya kinerja soal, tetapi bukan karena
depresi atau neuroleptika
• Adanya gejala khas tersebut diatas selama kurun waktu satu
bulan/ lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodormal).
• Adanya suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
overall quality dari beberapa personal behavior, bermanifestasi
sehingga hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude)
dan penarikan diri secara sosial.
Perjalanan gangguan skizofrenik dapat
diklasifikasikan
• F20.x0 berkelanjutan
• F20.x1 episodik dengan kemunduran progresif
• F20.x2 episodik dengan kemunduran stabil
• F20.x3 episodik berulang
• F20.x4 remisi tak sempurna
• F20.x5 remisi sempurna
• F20.x8 lainnya
• F20.x9 periode pengamatan kurang dari satu tahun
F20.0 skizofrenia paranoid
Pedoman diagnostik
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
• Tambahan:
• Halusinasi/ waham harus menonjol
• Halusinasi auditorik baik verbal seperti mengancam/ memberi perintah; non verbal seperti bunyi pluit,
mendengung, bunyi tawa
• Halusinasi pembauan/ pengecapan rasa/ bersifat seksual, visual jarang
• Khas: Waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi(delusion of influence) , passivity, dikejar-kejar
• Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, dan gejala katatonik yang relatif tidak
menonjol
F20.1 skizofrenia hebefrenik
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
• Onset remaja atau dewasa muda (onset mulai dari 15-25 tahun)
• Kepribadian premorbid, khas: pemalu dan senang menyendiri (solitaire), namun tidak harus demikian untuk
diagnosis.
• Untuk diagnosis perlu pengamatan kontinu selama 2-3 bulan, untuk memastikan gambaran ini kontinu:
• Periaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, ada kecenderungan solitary, perilaku yang hampa tujuan dan
hampa perasaan
• Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropiate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas
sendiri (self- satisfied), senyum sendiri (self- absorbed smiling) atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai
(grimaces), mengibuli bersend gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, ungkapan kata yang diulang ( reiterated phrases)
• Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren
• Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan
proses pikir umunya menonjol. Halusinasi mungkin ada, tetapi
tidak menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi
tidak menonjol. Dorongan kehendak yang bertujuan hilang,
dan sasaran ditinggalkan  khas: perilaku tanpa tujuan dan
tanpa maksud. Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan
dibuat- buat terhadap agama, filsafat, tema abstrak lainnya,
makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien
F20.2 skizofrenia katatonik
• Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
• ≥1 harus mendominasi:
• Stupor( amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan aktivitas spontan)
atau mutisme (tidak berbicara)
• Gaduh gelisah ( aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
• Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak
wjaar/ aneh)
• Negativisme ( perlawanan yang bermotif pada semua perintah atau pergerakan ke arah yang
berlawanan)
• Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakna dirinya)
• Fleksibilitas cerea/ waxy flexibility ( mempertahankan anggota gerak
dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
• Gejala lain: comman automatism ( kepatuhan otomatis terhadap
perintah), pengulangan kata serta kalimat
• Pada pasien yang tidak komunikatif, dengan menifestasi
perilaku gangguan katatonik, diganosis skizofrenia harus
ditunda sampai diperoleh bukti gejala- gejala lain.
• Perlu diingat, gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik
skizofrenia. Gejala katatonik dapat disebabkan juga oleh
penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol, obat- obatan,
serta gangguan afektif
F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
Pedoman diagnostik:
• Memenuhi kriteria umum untuk skizofrenia
• Tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia Paranoid, Hebefrenik, atau
katatonik
• Tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia residual atau depresi
pasca- skizofrenia
Penatalaksanaan
Terapi inisiasi
• Dilakukansetelahdiagnosis
• Dosis anjurandinaikan secara bertahap
• 1-3minggu
• Dosis optimalmengendalikan gejala
Fase stabilisasi
• Dosis minmal dipertahankan 8-10 minggu
Fase stabil
• Turunkan dosis secara bertahap sampai dosis minimal o Bulan–tahun
• Akut  2 tahun
• Kronik / relaps  5 tahun
• Agresifseumur hidup
Obat anti psikotik
• Golongan I (APG – I ) / typical o Golongan
• Fenotiazinkloropromazin
• NonfenotiazinHaloperidol
• Potensi
• Low potencyFenotiazine
• High potencyNon fenotiazine
• Efek samping sistem
• Nigrostrialgangguan aktivitas motorik
• Mesolimikkortikalfungsi kognitif
• Tuberoinfundibulargangguan endokrin
• Injeksi
• Untuk agitasi akut pada skizofren
• Kerja obat cepat
• Efek samping
• Distonia akuat
• Pemanjangan QTc
Golongan APG II / Atypical
• Minimextrapyramidal
• Anatagonis reseptor serotonin dan dopamine
• Untuk symptom negatif
• Sediaan
• Oral
• Injeksi
• Risperidone=line pertama
• Klozapin= skizofren berat yang refrakter pada pengobatan
tradisional
• Tujuan: Agitasi  fase akut
Cara pemberian Antipsikotik
• Dosis anjuran
• Naikkan setiap 2 – 3 hari
• Dosis efektif
• Evaluasi setiap 2 minggu
• Dosis optimal
• Pertahankan 8 – 12 minggu
• Dosis maintenance
• Pertahankan 6 – 24 bulan
• Diturunkan setiap 2 minggu
• Stop
Psikoedukasi
• Tujuan :
• Mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor kehidupan lingkungan dan
peristiwa-peristiwa
• Memberikan ketenangan kepada pasien atau mengurangi keterjagaan melalui
komunikasi yang baik
• Memberikan dukungan atau harapan
• Menyediakan lingkunganyang nyaman
prognosis
F20.4 Depresi pasca Skizofrenia
• Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
• Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama
12 bulan terakhir ini
• Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya
• Gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk
episode depresi, minimal 2 minggu
• Apabila pasien tidak menunjukan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi
episode depresif
• Bila gejala skizofrenia masih tetap jelas dan menonjol maka diagnosis harus
tetap salah satu dari subtype skizofrenia yg sesuai
F20.5 Skizofrenia Residual
• Gejala ‘negatif’ dr skizofrenia yg menonjol, misalnya perlambatan
psikomotor, aktivitas menurun, afek tumpul, pasif, tidak ada inisiatif, miskin
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk
seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan posisi tubuh,
perawatan diri dan kinerja social yg buruk.
• Sedikitnya ada riwayat 1 episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
• Sedikitnya sudah melampaui waktu 1 tahun, dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah berkurang dan telah
timbul sindroma ‘negative’ dari skizofrenia
• Tidak terdapat demensia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative
tersebut.
F20.6 Skizofrenia Simpleks
• Gejala negative skizorenia residual, tanpa didahului riwayat halusinasi,
waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik
• Disertai perubahan-prubahan perilaku pribadi yang bermakna, kehilangan
minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, penarikan
diri secara social.
• Gangguan ini kurang jelas gejla psikotiknya dibandingkan subtype skizofrenia
lainnya
• F20.8 Skizofrenia Lainnya
• F20.9 skizofrenia YTT
F21 Gangguan Skizotipal
Diagnostic Criteria:
A.Merupakan sebuah pola yang penuh dengan deficit interpersonal dan sosial yang
ditandai dengan ketidaknyamanan akut dan penurunan kapasitas dari hubungan dekat
yang disebabkan oleh distorsi kognitif dan persepsi dan perilaku yang eksentrik, dimulai
pada masa muda dan bermanifestasi melalui berbagai macam cara, seperti lima (atau
lebih) hal-hal berikut ini :
1.Ideas of reference ( tidak termasuk delusion of reference)
2.Kepercayaan aneh atau pemikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak
sesuai dengan norma-norma kebudayaan (misal: superstitiousness (percaya takhayul),
clairvoyance (nujum), telepati , atau“indera keenam”, pada anak-anak dan remaja
,fantasi yang aneh atau preokupasi)
3. Pengalaman persepsi yang tidak biasa, misalnya ilusi tubuh
4. Pemikiran dan pembicaraan yang aneh (misal:samar-samar, situasional, metafora,
sangat terinci dan ruwet (overelaborate),dan stereotipik)
5.Kecurigaan atau ide paranoid
6. Afek yang tidak tepat atau terbatas
7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik, atau ganjil
8. Kurangnya teman dekat atau kerabat selain yang dipercayainya
9. Kecemasan social berlebihan yang tidak hilang dengan keakraban dan
cenderung untuk berhubungangan dengan ketakutan serta penilaian negatif
tentang diri sendiri.
B. Tidak terjadi selama perjalanan skizofrenia, gangguan mood dengan gejala
psikotik,atau gangguan psikotik lain,dan tidak terjadi akibat efek fisiologis
langsung dari pengobatan medis. Dan sebagai catatan individu harus tidak
pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium manapun.
Penatalaksanaan
• Psikoterapi:
- Individual: Pasien skizotipal yang perilakunya aneh (bizzare) atau yang memiliki
pemikiriranpsikotik, terapi individualiniadalah modalitas yang lebih dipilih.Tujuan
terapi adalahmenyediakan hubungan baru untuk di internalisasi yanglangsung dan
sederhana.
- Kelompok Dinamika: Pemberian terapi kelompok berorientasi untuk menolong
pasien bersosialisasi, dimana pasien skizotipal mengalami kesulitan dalam hal
ini.Hubungan dan pernyataan dari pasien-pasien lain dan dengan terapis meruntuhkan
keyakinan akan bagaimana orang lain akan bereaksi terhadapnya.
• Terapi Pernikahan dan Terapi Keluarga
Laporan klinis terapi pernikahan atau keluarga pada pasien skizotipal belum
ada. Secara umum, pasien skizotipal yang melakukan pernikahan cenderung
memiliki masalah perasaan, baik ketidakpekaan atau terlalu peka terhadap
perilaku pasangannya. Tugas pertama klinisi pada terapi pasangan adalah untuk
menilai tingkat dan menyeimbangkan antara dua perasaan tersebut.
• Farmakoterapi
1. Anti psikotik: menangani gejala adanya idea of reference, ilusi, dan gejala
lain pada gangguan.
2. Anti depresan: sangat berguna ketika ada komponen depresi pada
gangguan kepribadian skizotipal
F24 Gangguan Waham Terinduksi
• Dialami dua orang atau lebih yang mempunya hubungan emosional erat
• Hanya seorang individu yang menderita psikosis sesungguhnya
• Menghilang bila orang-orang tersebut dipisahkan
• Waham biasanya bersifat kronis, kejaran atau kebesaran
Pedoman diagnosis:
a) Dua orang atau lebih mengalami waham atau sistem waham yang sama, dan saling
mendukung dalam keyakinan itu
b) Mereka mempunyai hubunga yang luar biasa dekatnya seperti diuraikan di atas
c) Ada bukti dalam konteks waktu atau lainnya bahwa waham tersebut diinduksi
pada anggota/anggota-anggota dari pasangan atau kelompok yang menerima
pasif melalui kontak dengan pasangan atau anggota kelompoknya yang aktif.
F22 Gangguan Waham Menetap
• Kelompok ini meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham yang
berlangsung lama, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang
paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental
organik, skizofrenik, atau gangguan afektif.
• Pentingnya faktor genetik, ciri-ciri kepribadian dan situasi kehidupan dalam
pembentukan gangguan kelompok ini tidak pasti dan mungkin bervariasi.
Definisi
• Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatri dimana gejala yang
utama adalah waham
Epidemiologi
• Usia rerata 40 tahun (18-90 tahun)
• Wanita : Pria = 3 : 1
Etiologi
• Masih belum diketahui secara pasti.
• Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama atau skrizofrenia.
• Ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.
Tipe-tipe Waham
Tipe kejar (persecutory type)
• Paling sering ditemui (dicurangi, diselingkuhi, diikuti, diracuni, dimata-matai,
difitnah, dll.)
• Sering pasien membenci, mudah marah, mudah tersinggung, bertindak
agresif hingga melakukan kekerasan terhadap orang lain yang diyakini akan
menyerang dirinya.
Tipe erotomania (erotomanic type)
• Pasien merasa dicintai mati-matian oleh seseorang.
• Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup menyendiri, menarik diri dari
masyarakat, memiliki kontak seksual terbatas, level sosial rendah
Tipe kebesaran (grandiose type)
• Disebut juga megalomania.
• Bentuk paling umum adalah pasien meyakini bahwa dirinya memiliki wawasan/bakat
luar biasa tetapi tidak diketahui, membuat penemuan penting, atau pemimpin
terkemuka
Tipe cemburu (jealous type)
• Sering pada laki-laki, jarang dijumpai
• Sering terjadi setelah perpisahan atau kematian pasangan.
• Dapat menyebabkan penyiksaan verbal dan fisik yang bermakna terhadap pasangan hingga pembunuhan
Tipe somatik (somatic type)
• Pasien beranggapan ada penyakit pada dirinya.
• Adanya kecemasan dan kewaspaan yang berlebihan
• Waham yang tersering diderita berupa infeksi, dismorfofobia (ketidaksesuaian bentuk pada bagian tubuh),
bau badan, pencernaan tidak berfungsi, ada yang merayap di dalam kulit
Tipe campuran (mixed type)
• Lebih dari 1 waham dan tidak ada yang lebih menonjol
Unspecified type
• Tidak menunjukkan waham yang ada
F22.0 Gangguan Waham
Pedoman Diagnostik
• Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling
mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu sistem
waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi
(personal) dan bukan budaya setempat.
• Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap/”full-
blown” (F32.-) mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham-
waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif itu.
• Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
• Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan
bersifat sementara.
• Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran,
penumpulan afek, dsb.)
• Termasuk : paranoia; psikosis paranoid; keadaan paranoid; parafrenia
• Diagnosis banding :
• Gangguan kepribadian paranoid (F60.0)
• Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham (F23.3)
• Skizofrenia paranoid (F20.0)
F22.8 Gangguan Waham Menetap Lainnya
• Kategori sisa untuk gangguan waham menetap yang tidak memenuhi kriteria
untuk Gangguan Waham Menetap (F22.0).
• Gangguan waham yang berlangsung kurang dari 3 bulan lamanya, tidak
memenuhi kriteria skizofrenia, harus dimasukkan dalam kode F23.-
(gangguan psikotik akut dan sementara), walaupun untuk sementara.
F22.9 Gangguan Waham Menetap YTT
F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
• Gangguan psikotik singkat/akut adalah Suatu gangguan kejiwaan yangterjadi selama
1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali
ketingkat fungsional premorbid (Kaplan dan Sadock, 2003).
• Etiologi
• Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan
gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis
terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa
traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang
dicintai, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan
genetik untuk gangguan psikotik singkat (Kaplan dan Sadock, 2003).
Manifestasi klinis
• Gambaran utama perilaku:
• Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan
tertawa sertamarah-marah atau memukul tanpa alasan (Kaplan dan Sadock, 2003).
• Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu
gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu
memasukkan keseluruhan polagejala yang ditemukan pada skizofrenia.
• Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan
emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau
diammembisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama
terjadi.
Pedoman diagnostik
• Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk
ciri-ciri utama terpilih dan gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah :
a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi
nyata dan menggangu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk
periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagainya ciri khas yang menentukan seluruk
kelompok:
b) Adanya sindrom khas (berupa “polimorfik” = beraneka-ragam dan berubah cepat, atau
“schizophrenia-like”=gejala skizofrenik yang khas);
c) Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan karakter ke 5: x0=
tanpa penyerta stress akut: x1= dengan penyerta stress akut). Kesulitan atau problem yang
berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini:
d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung:
• Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-), walaupun perubahan emosional
dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu-ke waktu.
• Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia.
Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.
F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
Tanpa Gangguan Skizofrenia
Pedoman diagnostik
• Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
a) Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas
dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang):
b) Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama :
c) Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya:
d) Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara cukup
konsisten dapat memenuhi kriteia skizofren (F20.-) atau episode manik (f30.-) atau episode
depresif (F32.-)
F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
Dengan Gangguan Skizofrenia
Pedoman diagnostik
• Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) diatas yang khas untuk gangguan psikotik
polimorfik akut (F23.0):
• Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
(F20.-) yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya
gambaran klinis psikotik itu secara jelas:
• Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan makan
diagnosis harus diubah menjadi skizofenia (F20.-)
F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia
(schizophrenia-like) akut
• Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
a) Onset gejala spikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan
nonspikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik):
b) Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk
sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik:
c) Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi.
• Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan makan
diagnosis harus diubah menjadi skizofenia (F20.-)
• Diagnostik banding
• Gangguan waham organik (F06.2):
• Gangguan skizofrenia lainnya (F20.8)
F23 Gangguan Psikotik Akut
& Sementara
F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya
dengan Predominan Waham
Pedoman Diagnostik
• Untuk diagnostik pasti harus memenuhi:
a) Onset dari gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan nonpsikotik
sampai jelas psikotik);
b) Waham & halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak
berkembangnya keadaan psikotik yg jelas; dan
c) Baik kriteria utk skizofrenia (F20.-) maupun utk ggn psikotik polimorfik akut (F23.-)
tidak terpenuhi
• Kalau waham-waham menetap utk > 3 bln lamanya, maka diagnosis harus
diubah mjd Gangguan Waham Menetap (F22.-). Apabila hanya halusinasi yg
menetap utk > 3 bln lamanya, maka diagnosis harus diubah mjd Gangguan
Psikotik Nonorganik Lainnya (F28).
F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan
Sementara Lainnya
• Gangguan psikotik akut lain yg tdk dpt diklasifikasi ke dlm kategori manapun dlm
F23.
F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan
Sementara YTT
Skizoafektif
• Skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai dengan adanya
kombinasi gejala skizofrenia (gangguan berpikir, delusi, dan halusinasi)
dan gejala afektif (gejala depresif atau manik).
SKIZOAFEKTIF
 Ada empat model konseptual :
1. Skizoafektif = skizofrenia atau skizoafektif = gangguan Afektif
2. Skizoafektif = skizofrenia + gangguan afektif
3. Skizoafektif ≠ skizofrenia dan gangguan afektif
4. Skizoafektif adalah kelainan heterogen
5. (meliputi semua kemungkinan di atas)
SKIZOAFEKTIF
 Pedoman diagnostik :
Diagnosis dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan, dalam episode yang sama.
SKIZOAFEKTIF
 Klasifikasi :
1. Skizoafektif tipe manik
a. gejala skizofrenia + manik (menonjol & episode sama)
b. gejala-gejala afektif
c. aktivitas yang berlebihan
d. waham kebesaran, waham kejar juga mungkin ada
e. gejala skizofrenia
f. onset biasanya akut dan penyembuhannya dapat sempurna
2. Skizoafektif tipe depresif
a. gejala skizofrenia + depresif (menonjol & episode sama)
b. gejala depresif : perilaku yang retardasi, putus asa
insomnia, perubahan nafsu makan, dll
c. gejala skizofrenia : waham, halusinasi
d. episode berlangsung lebih lama daripada tipe manik
sebagian bisa sembuh sempurna, sebagian lagi bisa
menjadi defek skizofrenia
SKIZOAFEKTIF
Pedoman diagnostik
• Gambaran utama gangguan skizoafektif adalah adanya episode depresi
mayor, manik, atau campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala
skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia).
• Kriteria A skizofrenia  adanya waham, halusinasi, perilaku aneh, atau
gejala negatif (berkurangnya ekspresi emosi dan fungsi mental, misalnya
afek tumpul, avolisi, alogia, anhedonia dan defisit interaksi sosial).
• Gejala gejala ini berlangsung paling sedikit 1 bulan.
Klasifikasi
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
• Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun
untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.
• Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu
menonjol di kombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala
skizofrenia yang khas (yang ditetapkan pada F20-pedoman diagnostik a sampai dengan d
(PPDGJ)).
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
• Kategori ini harus dipakai baikuntuk episode skizoafektif tipe depresif
yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar
episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
• Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas,
baik depresif maupun kelainan perilaku terkait yang tercantum pada
uraian untuk episode depresif (F32).
• Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya
ada dua, gejala khas skizofrenia (F20, a sampai dengan d).
F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
• Gangguan dengan gejala skizofrenia (F20) berada secara bersama-
sama dengan gejala-gejala aktif bipolar campuran (F31.6)
F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya
F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
Penatalaksanaan
• Farmakoterapi
• gejala manik anti manik
• gejala depresif anti depresif
• gejala psikosis anti psikosis
• Bila gejala negatif > gejala positif = antipsikosis atipikal
• Bila gejala positif > gejala negatif = antipsikosis tipikal
• Obat antipsikotik :
- Antipsikotik Generasi 1(APG 1) : trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide
- Antipsikotik Generasi 2 (APG 2) : clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon
• Untuk tipe manik dapat diberikan Mood stabilizier : lithium karbonat, asam
valproat, karbamazepin, dan natrium divalproat
• Untuk tipe depresif diberikan juga antidepresan golongan SSRI (Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor) : fluoxetin
• Intervensi psikososial :
1. Psikoterapi individual
2. Terapi suportif
3. Social skill training
4. Terapi okupasi
5. Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
6. Psikoterapi kelompok
7. Psikoterapi keluarga
8. Manajemen kasus
9. Assertive Community Treatment (ACT)
Prognosis
• Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya
gejala skizofrenianya, atau gejala gangguan afektifnya
• Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka prognosis
buruk
• Semakin persisten gejala-gejala gangguan afektifnya, prognosis semakin
baik
• F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya
• F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
F28 GANGGUAN PSIKOTIK NON.ORGANIK
LAINNYA
• Gangguan psikotik yang tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20)
atau untuk gangguan afektif yang bertipe psikotik (F30- F39), dan gangguan-
gangguan psikotik yang tidak memenuhi kriteria gejala untuk gangguan
waham menetap (F22).
F29 GANGGUAN PSIKOTIK NON-
ORGANIK YTT

More Related Content

Similar to Gangguan Psikotik

adoc.pub_pedoman-diagnostik-ppdgj-iii (1).pdf
adoc.pub_pedoman-diagnostik-ppdgj-iii (1).pdfadoc.pub_pedoman-diagnostik-ppdgj-iii (1).pdf
adoc.pub_pedoman-diagnostik-ppdgj-iii (1).pdfKolotKolotKasep
 
makalah Penyakit demensia
makalah Penyakit demensiamakalah Penyakit demensia
makalah Penyakit demensiaJinan Bachri
 
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIKDEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIKAina Faatihah
 
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.pptBeberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.pptkocankocan
 
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesiaObsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesiaAfra Balqis
 
TUGAS IBU MINAR lansia.pptx
TUGAS IBU MINAR lansia.pptxTUGAS IBU MINAR lansia.pptx
TUGAS IBU MINAR lansia.pptxNany151259
 
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organikKp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organikAhmad Muhtar
 
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptxPPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptxssuser13bf79
 
PELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptx
PELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptxPELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptx
PELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptxviona54
 
GAD,Bipolar,Depresi,.pptx
GAD,Bipolar,Depresi,.pptxGAD,Bipolar,Depresi,.pptx
GAD,Bipolar,Depresi,.pptxHABIBIAKBAR1
 
Penyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem sarafPenyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem sarafDinagayo
 

Similar to Gangguan Psikotik (20)

adoc.pub_pedoman-diagnostik-ppdgj-iii (1).pdf
adoc.pub_pedoman-diagnostik-ppdgj-iii (1).pdfadoc.pub_pedoman-diagnostik-ppdgj-iii (1).pdf
adoc.pub_pedoman-diagnostik-ppdgj-iii (1).pdf
 
makalah Penyakit demensia
makalah Penyakit demensiamakalah Penyakit demensia
makalah Penyakit demensia
 
Demensia.pptx
Demensia.pptxDemensia.pptx
Demensia.pptx
 
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIKDEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
 
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.pptBeberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
 
Pleno modul gangguan tidur
Pleno modul gangguan tidurPleno modul gangguan tidur
Pleno modul gangguan tidur
 
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesiaObsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
 
TUGAS IBU MINAR lansia.pptx
TUGAS IBU MINAR lansia.pptxTUGAS IBU MINAR lansia.pptx
TUGAS IBU MINAR lansia.pptx
 
Demensia
DemensiaDemensia
Demensia
 
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organikKp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
 
App 3.3 mudah lupa
App 3.3 mudah lupaApp 3.3 mudah lupa
App 3.3 mudah lupa
 
Depresi
DepresiDepresi
Depresi
 
239722178 ho
239722178 ho239722178 ho
239722178 ho
 
Alzheimer
AlzheimerAlzheimer
Alzheimer
 
CRS PSIKOTIK.pptx
CRS PSIKOTIK.pptxCRS PSIKOTIK.pptx
CRS PSIKOTIK.pptx
 
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptxPPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
PPT_State of the Art and Challenges in Epilepsy.pptx
 
PELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptx
PELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptxPELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptx
PELAYANAN PERAWATAN LANSIA.pptx
 
GAD,Bipolar,Depresi,.pptx
GAD,Bipolar,Depresi,.pptxGAD,Bipolar,Depresi,.pptx
GAD,Bipolar,Depresi,.pptx
 
Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia hebefrenikSkizofrenia hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik
 
Penyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem sarafPenyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem saraf
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 

Gangguan Psikotik

  • 1. Gangguan Psikotik Yolanda K. T. Hasugian / 1415162 Muhammad Faizal / 1415053 Gea N. Halim / 1415011 Dewi A. H. Elsa / 1315063 Zara Nurnazmi / 1415166 Hans Albertus / 1315211 Mega Bella Anendia / 1415063 Alvin Isak Toro / 1415 Adelaide Margareth U. / 1415
  • 2. Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar : psikotik dan non psikotik (ansietes, depresi, insomnia, alkoholisme dan ketergantungan obat). 1. Psikotik : gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan. • Waham, halusinasi • Perilaku kacau (grossly disorganized) : bicara inkoheren, perilaku agitasi tanpa tujuan, disorientasi pada delirium, dsb • Kegagalan fungsi sosial dan personal dengan penarikan diri dari pergaulan sosial dan tidak mampu dalam tugas pekerjaan sehari-hari.
  • 3. • Gangguan psikotik : gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi , halusinasi, bicara inkoheren yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya. 2. Non psikotik : Gangguan neurotik, somatoform, terkait stress, gangguan kepribadian.
  • 4. Klasifikasi 1. Psikotik organik adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena adanya kelainan pada struktur susunan saraf pusat (otak) yang disebabkan misalnya karena adanya tumor di otak, kelainan pembuluh darah otak, infeksi di otak, keracunan NAPZA, dan lain sejenisnya. 2. Psikotik fungsional adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena terganggunya fungsi sistem penghantar sinyal sel-sel saraf (neurotransmitter) dalam susunan saraf pusat (otak), tidak terdapat kelainan struktural pada sel-sel saraf otak tersebut.
  • 5. F00 – F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK
  • 6. Demensia  sindrom akibat penyakit/gangguan otak, bersifat kronik-progresif. • Adanya gangguan fungsi luhur kortikal multipel, termasuk: • daya ingat • daya pikir • orientasi • daya tangkap
  • 7. • berhitung • kemampuan belajar • berbahasa • daya nilai (judgment). • Umumnya disertai/ diawali dengan kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi hidup.
  • 8. etiologi • Penyebab dementia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65 tahun adalah: Penyakit alzheimer, Demensia vaskuler, atau campuran keduanya. • penyebab lain yang mencapai kira-kira 10persen diantaranya adalah lewy body dementia, penyakit pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan normal,demensia alkoholik, demensia infeksiosa( HIV / sifilis), dan penyakit parkinson. • Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan penatalakasanaa klinis yang berhubungan dengan penyebab reversibel seperti kelainan metabolik (hipertiroidisme), defisiensi nutrisi ( defisiensi vit b12) atau sindrom demensia akibat depresi
  • 9. Pedoman Diagnostik - Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang, seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, BAK, BAB. - Tidak ada gangguan kesadaran. - Gejala dan disabilitas sudah nyata minimal 6 bulan.
  • 10. Diagnosis Banding • Gangguan Depresif ( F30-F39) • Delirium (F05), F05.1 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia • Retardasi Mental Ringan & Sedang (F70-F71)
  • 11. Berdasarkan Etiologi • F00 Demensia pada penyakit alzheimer (50-60%) • F01 Demensia vaskular (20-30%) • F02.0 Demensia pada penyakit Pick • F02.1 Demensia pada penyakit Creutfeld-Jacob • F02.2 Demensia pada penyakit Huntington • F02.3 Demensia pada penyakit parkinson • F02.4 Demensia pada penyakit HIV/AIDS
  • 12. F00 Demensia Pada Alzheimer • Terdapat gejala demensia. • Onset bertahap dengan detriorasi lambat. • Tidak adanya bukti klinis/temuan dari pemeriksaan khusus yang menyatakan bahwa kondisi mental disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia (hipotiroidisme, hiperkalsemia, def vit B12, def niasin, neurosifilis, hidrosefalus, hematoma subdural). • Tidak adanya serangan apoplektik mendadak atau gejala neurologik kerusakan otak fokal (hemiparesis, gangguan sensorik, defek lapang pandang).
  • 13. • F00.0 Demensia pada Penyakit Alzheimer Onset Dini - Onset usia <65 tahun - Perkembangan gejala cepat dan progresif (deteriorasi) - Riwayat keluarga penyakit alzheimer* *faktor penyokong diagnosis tapi tidak harus terpenuhi
  • 14. • F00.1 Demensia pada Penyakit Alzheimer Onset lambat - Onset usia >65 tahun - Perjalan penyakit lambat - Biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya
  • 16.
  • 17.
  • 18. prognosis • Prognosis dari demensia yang tertangani adalah baik jika masalah yang mendasari dapat diperbaiki. • Prognosis penyakit alzheimer yang merupakan salahsatu penyebab demensia yang paling umum cenderung kurang baik. Menurut studi, penyakit alzheimer biasanya berlangsung perlahan-lahan selama 8 hingga 15 tahun (dapat berkisar dari dua hingga 25 tahun). Saat ini tidak ada obat bagi alzheimer tapi perawatan yang segera bisa membantu untuk mering ankan banyak gejala dan dapat menunda perkembangan penyakit.
  • 19. • Prognosis vaskular demensia tergantung pada tingkat kerusakan sebelum diagnosis dan perawatan lebih lanjut. Ada kerusakan di pembuluh darah otak demensia adalah tidak reversibel tetapi kerusakan yang lebih parah dapat dicegah dengan mengambil obat-obatan untuk mengendalikan faktor resiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan obat-obatan untuk tinggi kolesterol (statin).Obat ini tidak secara langsung menyembuhkan demensia, tetapi mengurangi resiko stroke dan penyakit jantung yang bisa meningkatkan kerusakan otak.
  • 20. F01 Demensia Vaskular • Terdapat gejala demensia. • Hendaya fungsi kognitif tidak merata (hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgment) relatif tetap baik. • Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi bertahap, disertai gejala neurologis fokal  meningkatkan kemungkinan demensia vaskular. • Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukandgn pemeriksaan CT-scan atau pemeriksaan neuropatologis.
  • 21. • F01.0 Demensia vaskular onset akut • Terjadi secara cepat sesudah serangkaian “stroke” akibat trombosis serebrovaskular, embolisme atau perdarahan. • Infark yang besar dapat sebagai penyebabnya (jarang). • F01.1 Demensia multi infark • Onset lebih lambat • Setelah serangkaian episode iskemik minor yang menimbulkan akumulasi dari infark pada parenkim otak.
  • 22. • F01.2 Demenisa vaskular subkortikal • Fokus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di hemisphere serebri, yang dapat diduga secara klinis dan dibuktikan dengan CT-scan. • Cortex cerebri biasanya tetap baik, gambaran klinis masih mirip pada penyakit alzheimer • F01.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal • Dpt diduga dr gamb.klinis, hasil pemeriksaan (termasuk otopsi) atau keduanya
  • 23. • F01.8 Demensia vaskular lainnya • F01.9 Demendia vaskular YTT
  • 24. F02.0 Demensia Pada Penyakit PICK • Adanya gejala demensia progresif. • Gambaran neuropatologis: atrofi selektif dari lobus frontalis yg menonjol, disertai euforia, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang kasar, disinhibisi, dan apatis atau gelisah. • Manifestasi gangguan perilaku mendahului gangguan daya ingat.
  • 25. F02.1 Demensia pada Penyakit Creutzfeldt- Jakob Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini: • Demensia yang progresif merusak • Penyakit pyramidal dan esktrapiramidal dengan mioklonus • Elektroensefalogram yang khas (trifasik)
  • 26. F02.2 Demensia Pada Penyakit Huntington • Ada kaitan antara gangguan gerakan koreiform, demensia, dan riwayat keluarga dengan penyakit Huntington. • Gerakan koreiform yang involunter, terutama pada wajah, tangan, dan bahu, atau cara berjalan yang khas, merupakan manifestasi dini dari gangguan ini. • Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada tahap dini, dengan daya ingat relatif masih terpelihara, sampai saat selanjutnya.
  • 27. F02.3 Demensia Pada Penyakit Parkinson • Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit Parkinson yang sudah parah, tidak ada gambaran klinis khusus yang dapat ditampilkan.
  • 28. F02.4 Demensia Pada HIV • Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit HIV • Tidak ditermukan penyakit/kondisi lain yang bersamaan selain infeksi HIV tersebut
  • 29. Penatalaksanaan • Tujuan tata laksana psikososial ditujukan untuk : • Mempertahankan kemampuan penderita yang masih tersisa • Menghambat progresivitas kemunduran fungsi kognitif • Mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul
  • 30. • Menghambat kemunduran fungsi kognitif: • Latihan memori sederhana • Latihan orientasi realitas • Senam otak • Pemberian obat antidemensia seperti donepezil dan rivastigmin
  • 31. • Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat diberikan obat antipsikotik dosis rendah • Haloperidol 0,5-1 mg/hari • Risperidon 0,5-1 mg/hari • Mengatasi depresi dapat diberikan antidepresan • Sertralin 25mg/hari
  • 32. F03 Demensia YTT • Kategori ini digunakan bila kriteria umum untuk diagnosis demensia terpenuhi, tetapi tidak mungkin diidentifikasikan pada salah satu tipe tertentu (F00.0 – F02.9)
  • 33. • Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00 – F03 sebagai berikut : • .x0 Tanpa gejala tambahan • .x1 Gejala lain, terutama waham • .x2 Gejala lain, teruatama halusinasi • .x3 Gejala lain, terutama depresi • .x4 Gejala campuran lain
  • 34. F04 Sindrom Amnestik Organik, Bukan Akibat Alkohol Dan Zat Psikoaktif Lainnya • Sindrom Amnestik Merupakan gangguan mental berupa penurunan ingatan jangka pendek dan jangka panjang, dengan anterograde dan terkadang retrograde amnesia, dan terjadi dalam keadaan sadar. • Terjadi kerusakan struktur bilateral/unilateral: hipotalamus, lobbus temporalis (hipokampus, amigdala), lobus frontalis.
  • 35. • Etiologi • Defisiensi thiamin yang terkait dengan penyalahgunaan alkohol kronis (Alcohol amnestic disorder, korsakoff’s syndrome) • Hipoglikemia, hipoksia cereberal, ensefalitis • Tumor, penyakit cerebrovaskuler
  • 36. Gejala Klinis • Gangguan daya ingat: Informasi baru (anterograd), hal-hal sebelumnya (retrograd), Pada sosial pekerjaan, disorientasi waktu dan tempat. • Onset gejala mendadak (trauma, serebrovaskuler, zat kimia, neurotoksin), perlahan (defisiensi gizi, tumor, Alkohol)
  • 37. • Perjalanan: o Singkat (short duration/ transien) </= 1 bln, o Lama (long duration) > 1 bln • Gejala lain: perubahan kepribadian samar – jelas, apatis kurang inisiatif, agitasi, bersahabat mudah setuju, bingung, konfusi, konfabulasi, tilikan kuarng.
  • 38. Diagnosis (PPDGJ III) F04 : Sindrom Amnestik Organik, Bukan Akibat Alkohol Dan Zat Psikoaktif Lainnya • Adanya gangguan daya ingat, berupa berkurangnya daya ingat jangka pendek (lemahnya kemampuan belajar materi baru), amnesia antegrad dan retrograd, dan menurunnya kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman yang telah lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.
  • 39. • Riwayat atau bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada otak (terutama bila mengenai struktur diensephalon dan temporal medial secara bilateral. • Tidak berkurangnya daya ingat segera (immediate recall), misalnya diuji untuk mengingat deret angka, tidak ada gangguan perhatian (attention) dan kesadaran (conciousness) dan tidak ada gangguan intelektual secara umum.
  • 40. Diagnosis Banding • Sindrom Organik lain dengan hendaya daya ingat yang menonjol (F00- F03, F05) • Amnesia disosiatif (F44.0) • Hendaya daya ingat akibat Gangguan Depresif (F30-F39) • Berpura-pura (malingering) dengan menampilkan keluhan hilangnya daya ingat (Z76.5) • Sindrom Amnestik akibat alcohol (F10.6)
  • 42. • Delirium merupakan sindrom neuropsikiatrik kompleks yang memengaruhi kesadaran (kesadaran berkabut / clouding of consciousness), gangguan atensi, fungsi kognitif termasuk orientasi, memori, kemampuan berbahasa, dan perubahan non- kognitif seperti psikomotor, persepsi, afek, siklus tidur-bangun, dan proses berpikir. • = acute confusional state, acute confusional syndrome, acute brain syndrome, acute cerebral insufficiency, toxic-metabolic encephalopathy
  • 43. • 10 – 15% px rawat bedah umum pernah mengalami delirium • 15 – 25% px rawat medik umum pernah mengalami delirium selama ranap di RS • 30% px bedah ICU • 40 – 50% px ICCU • Tertinggi y.i 90% px post cardiotomy
  • 44. • Penyebab utama: • Penyakit SSP (eg. epilepsi) • Penyakit sistemik (eg. gagal jantung) • Intoksikasi atau withdrawal obat-obatan atau zat toksik • Hipotesis • Neurotransmitter : acetylcholine (), serotonin, glutamat • Daerah neuroanatomi : formatio reticularis • Toksisitas obat-obatan dgn aktivitas antikolinergik a.l amitryptiline, doxepin, imipramine, thioridazine, & chlorpromazine.
  • 45.
  • 47. • Prodromal : px mengeluh kelelahan, cemas, mjd iritabel, tidur terggg • Ggn kesadaran :  kejernihan tingkat kesadaran thd lingkungan (kesadaran berkabut) • Kewaspadaan, tdd : • Hiperaktivitas ~ sindrom putus zat, misal flushing, berkeringat, takikardia, nausea, hipertermia, dsb • Hipoaktivitas ~ seluruh aktivitas menurun shg sering disebut depresi • Ggn pemusatan perhatian: kesulitan mempertahankan, memusatkan, & mengalihkan perhatian • Orientasi : • Delirium ringan: ggn orientasi waktu • Delirium berat: mencakup orientasi tempat & orang
  • 48. • Bahasa & kognitif : abnormalitas berbahasa & inkoherensi. Daya ingat & f(x) kognitif umum mungkin terganggu • Persepsi : halusinasi visual & auditorik • Mood : marah, mengamuk, ketakutan yg tdk beralasan, perubahan mood berfluktuasi sepanjang hari. • Ggn tidur – bangun : Sundowning  agitasi pd malam hari & masalah perilaku pd saat waktu tidur. • Gejala neurologi : disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi & inkontinensia urine.
  • 49.
  • 50. • Gangguan kesadaran & perhatian ₋ Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma; ₋ Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, & mengalihkan perhatian; • Gangguan kognitif secara umum - Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi; seringkali visual - Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang bersifat sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan. - Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif masih utuh - Disorentasi waktu, pada kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat dan orang.
  • 51. • Gangguan psikomotor - Hipo- atau hiper-aktivitas dan pengalihan aktivs yang tidak terduga dari satu ke yang lain - Waktu bereaksi yang lebih panjang - Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang - Reaksi terperanjat meningkat
  • 52. Cont’ • Gangguan siklus tidur – bangun - Insomnia atau tidak bisa tidur sama sekali - Terbaliknya siklus tidur bangun (mengantuk pada siang hari) - Gejala memburuk pada malam hari - Mimpi yang menganggu atau mimpi buruk, yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun; • Gangguan emosional ₋ Misalnya depresi, anxietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis, atau rasa kehilangan akal. • Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang – timbul sepanjang hari, & keadaan itu berlangsung < 6 bln
  • 53. • F05.0 Delirium, Tak Bertumpang – tindih dengan Demensia • Delirium yg tdk bertumpang tindih dgn demensia yg sudah ada sebelumnya. • F05.1 Delirium, Bertumpang – tindih dengan Demensia • Kondisi yg memenuhi kriteria delirium diatas tetapi terjadi pd saat sudah ada demensia. • F05.8 Delirium Lainnya • F05.9 Delirium YTT
  • 54. DSM V mengklasifikasi delirium menurut etiologi sebagai berikut: 1. Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum 2. Delirium intoksikasi substansi (penyalahgunaan obat) 3. Delirium penghentian substansi 4. Delirium diinduksi substansi (pengobatan atau toksin) 5. Delirium yang berhubungan dengan etiologi multipel 6. Delirium tidak terklasifikasi.
  • 55. 1. Gangguan kesadaran (penurunan kemampuan untuk memusatkan, fokus, mempertahankan dan mengalihkan perhatian) dan kewaspadaan (penurunan orientasi lingkungan) 2. Gangguan timbul pada periode waktu yang singkat (biasanya jam hingga beberapa hari), menunjukan perubahan pada perhatian dan kewaspadaan, dan cenderung berfluktuasi sepanjang hari 3. Gangguan tambahan pada fungsi kognitif (misal: defisit memori, disorientasi, bahasa, kemampuan persepsi mengenai ruang, atau persepsi)
  • 56. 1. Gangguan pada kriteria 1 dan 3 tidak dapat dijelaskan dengan kelainan neurokognitif lain dan tidak muncul pada penurunan tingkat rangsangan seperti koma. 2. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan laboratorium bahwa gangguan tersebut merupakan konsekuensi fisiologis langsung dari kondisi medis lain, intoksikasi substansi, atau withdrawal (drug / medication abuse), atau terpapar racun, atau diakibatkan etiologi yang multiple.
  • 57. Menurut PPDGJ III: • Sindrom organik lainnya, Demensia (F00 – F03) • Ggn psikotik akut & sementara (F23.) • Skizofrenia dalam keadaan akut (F20.-) • Ggn Afektif + “confusional features” (F30 – F39) • Delirium akibat Alkohol / Zat Psikoaktif Lain (F1x.4) (F1x.03)
  • 58. • Delirium vs Demensia • Awitan: delirium  tiba – tiba; demensia  berjalan perlahan • Ggn kognitif: delirium  berfluktuasi; demensia  lebih stabil • Delirium vs Skizofrenia atau Depresi • Halusinasi & waham pd px skizofrenia lebih konstan & lebih terorganisasi drpd px delirium • Px gejala hipoaktif pd delirium mirip dgn depresi berat, utk membedakannya dilakukan pemeriksaan EEG
  • 59. • Utama: mengobati penyebabnya • Toksisitas antikolinergik  pisostigmin salisilat 1 – 2 mg IV atau IM & dpt diulang 15 – 30 mnt bila perlu • Farmakoterapi • 2 gejala utama delirium yg memerlukan th/ y.i psikosis & insomnia • Psikosis: haloperidol 2 – 10 mg IM & dpt diulang 1 jam kemudian bila px masih menunjukkan agitasi • Setelah tenang: PO (jml dosis PO 1,5 x dari dosis injeksi) tdd 2 dosis; 1/3 pd pagi hari & 2/3 pd saat tidur • Dosis efektif haloperidol 5 – 50 mg • Hindari fenotiazine k/ dihubungkan dgn aktivitas antikolinergik • Insomnia: gol benzodiazepine dgn waktu paruh pendek / menengah eg. Lorazepam 1 – 2 mg sebelum tidur
  • 60. • Bila penyebab sudah diketahui dan dapat diatasi, gejala delirium dapat hilang 3-7 hari dan akan hilang seluruhnya dalam 2 minggu.
  • 61. - Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum. - Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental Diagnosis (PPDGJ III) F06 Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik.
  • 62. - Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang mendasarinya. - Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stres sebagai pencetus).
  • 63. F06.0 Halusinosis Organik • Kriteria umum (F06) • Adanya halusinasi dalam segala bentuk (visual atau asuditorik) yang menetap atau berulang • Kesadaran yang jernih • Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna • Tidak ada gangguam afektif yang menonjol • Tidak jelas adanya waham
  • 64. F.06 GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK dan PENYAKIT FISIK Pedoman Diagnostik: • Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum; • Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental;
  • 65. • Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang mendasarinya; • Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai pencetus).
  • 66. F06.1 Gangguan Katatonik Organik • Kriteria umum tersebut diatas (F06) • Disertai salah satu dibawah ini : -Stupor (hilang atau berkurang gerakan spontan dg mutisme parsial/total, negativisme dan posisi tubuh yang kaku) -Gaduh gelisah (hipermotilitas yg kasar dg atau tanpa kecenderungan untuk menyerang) -Keduanya (silih berganti secara cepat dan tak terduga dari hipo ke hiper- aktivitas)
  • 67. F06.2 Gangguan Waham Organik (Lir- Skizofrenia) Pedoman Diagnostik: • Kriteria umum tersebut diatas (F06) • Disertai: • Waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh yang berubah, cemburu, penyakit, atau kematian dirinya atau orang lain); • Halusinasi, gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik tersendiri, mungkin ada; • Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu;
  • 68. Diagnosis Banding • Gangguan psikotik akut dan sementara (F23) • Gangguan psikotik akibat obat (F1x.5) • Gangguan waham yang menetap (F22.-) • Skizofrenia (F20.-)
  • 69. Penatalaksanaan • Singkirkan pasien dari paparan zat yang menyebabkan gangguan. • Secara aktif diberikan terapi pada penyakit yang mendasarinya. • Intervensi psikofarmakologi untuk mengatasi gejala yang muncul: o Antipsikotik dengan efek samping ekstra piramidal minimal (rissperidone, quetiapine). o Hindari pemberian antikolinergik  menurunkan kognitif. o Bila kesulitan oral  berikan haloperidol IM. • Psikoterapi: suportif dan psikoedukasi.
  • 70. F06.3 Gangguan Afektif Organik • Kriteria umum tsb diatas (F06) • Disertai kondisi yg sesuai dg salah satu diagnosis dari gangguan yg tercantum dalam F30-F33
  • 71. Diagnosis Banding • Gangguan afektif non-organik atau YTT (F30-F39) • Gangguan afektif hemisferik kanan (F07.8)
  • 72. • F06.30 Gangguan manik organik • F06.31 Gangguan bipolar organik • F06.32 Gangguan depresif organik • F06.33 Gangguan afektif organik campuran
  • 73. F06.4 Gangguan Cemas (Anxietas) Organik • Ditandai oleh gambaran utama dari gangguan cemas menyeluruh (F41.1), Gangguan panik (F41.0) atau campuran dari keduanya, tetapi timbul sebagai akibat dari gangguan organik yang dapat menyebabkan disfungsi otak (seperti epilepsi lobus temporalis, tirotoksikosis atau freokromositoma)
  • 74. F06.5 Gangguan Disosiatif Organik • Gangguan yang memenuhi persyaratan untuk salah satu gangguan dalam Gangguan Disosiatif (F44.-) dan memenuhi kriteria umum untuk penyebab organik
  • 75. • Gejala utama gangguan disosiatif adalah kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara : • Ingatan masa lalu, • Kesadaran identitas dan penginderaan segera (awarnesss of identify and immediate sensations), dan • Kontrol terhadap gerakan tubuh
  • 76. F06.6 Gangguan Astenik Organik • Gangguan yang ditandai oleh labilitas atau tidak terkendalinya emosi yang nyata dan menetap, kelelahan, atau berbagai sensasi fisik yang tidak nyaman (seperti pusing) dan nyeri, sebagai akibat adanya gangguan organik (sering terjadi dalam hubungan dengan penyakit serebrovaskuler atau hipertensi)
  • 77. F06.7 Gangguan Kognitif Ringan • Gambaran utamanya adalah turunnya penampilan kognitif (termasuk hendaya daya ingat, daya belajar, sulit berkonsentrasi), tidak sampai memenuhi diagnosis demensia (F00-F03), sindrom amnestik organik (F04), atau delirium (F05.-) • Gangguan ini dapat mendahului, menyertai, atau mengikuti berbagai macam gangguan infeksi dan gangguan fisik, baik serebral maupun sistemik.
  • 78. F06.8 Gangguan Mental Lain YDT Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik • Contohnya ialah keadaan suasana perasaan (mood) abnormal yang terjadi ketika dalam pengobatan dengan steroid atau obat antidepresi. • Termasuk : Psikosis epileptik YTT F06.9 Gangguan Mental YTT Akibat Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik
  • 79. F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU AKIBAT PENYAKIT, KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK. • Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak; • Disertai, dua atau lebih, gambaran berikut : a) Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan aktivitas yang bertujuan (goal-directed activities), terutama yang memakan waktu lebih lama dan penundaan kepuasan; b) Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional, kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euforia, kejenakaan yang tidak sepadan), mudah berubah menjadi iritabilitas atau cetusan amarah dan agresi yang sejenak; pada beberapa keadaan, apati dapat merupakan gambaran yang menonjol; Diagnosis (PPDGJ III)
  • 80. c) Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien mungkin terlibat dalam tindakan dissosial, seperti mencuri, bertindak melampaui batas kesopanan seksual, atau makan secara lahap atau tidak sopan, kurang memperhatikan kebersihan dirinya); d) Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid, dan/atau preokupasi berlebihan pada satu tema yang biasanya abstrak (seperti soal agama, "benar" dan "salah") Diagnosis (PPDGJ III)
  • 81. c) Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan gambaran seperti berputar-putar (circumstantiality), bicara banyak (over- inclusiveness), alot (viscosity), dan hipergrafia; d) Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan selera seksual).
  • 82. Diagnosis banding • Perubahan kepribadian yang berlangsung lama Setelah Mengalami Katastrofa (F62.0), Akibat Penyakit Psikiatrik (F62 1) • Sindrom Pasca-ensefalitis (F07.1) • Sindrom Pasca-kontusio (F07.2) • Gangguan kepribadian khas (F60.)
  • 83. F07.1 Sindrom Pasca-ensefalitis • Sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual) setelah kesembuhan dari suatu ensefalitis virus atau bakterial • Gejalanya tidak khas dan berbeda dari satu orang ke orang lain, dari satu penyebab infeksi ke penyebab infeksi lainnya, dan yang pasti berkaitan dengan usia pasien pada saat kena infeksi.
  • 84. F02.2 Sindrom Pasca-kontusio • Sindrom ini terjadi sesudah trauma kepala (biasanya cukup sampai berakibat hilangnya kesadaran) dan termasuk bebera gejala yang beragam seperti nyeri kepala, pusing (tidak seperti gambaran vertigo yang asli), kelelahan, iritabilitas, sulit berkonsentrasi dan melakukan suatu tugas mental, hendaya ingat, insomnia, menurunnya toleransi terhadap stres, emosional, atau terlibat alkohol.
  • 85. • F07.8 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik Lain Akibat Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak Sindrom tertentu dan terduga dari perubahan kepribadian dan perilaku akibat kerusakan, penyakit atau disfungsi otak, di luar yang telah dicantumkan pada F07.0-F07.2; dan kondisi dengan taraf hendaya fungsi kognitif ringan yang belum sampai demensia dengan gangguan mental progresif seperti penyakit Alzheime Parkinson, dsb.
  • 86. • F07.9 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik YTT Akibat Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak
  • 87. F09 Gangguan Mental Organik atau Simptomatik YTT • Termasuk : psikosis organik YTT, psikosis simptomatik YTT.
  • 88. F10-F19 GANGGUAN MENTAL dan PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
  • 89. • Napza adalah setiap bahan kimia / zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi ungsi tubuh secara fisik dan psikologis. • Berdasarkan efek yang ditimbulkan, NAPZA dibagi menjadi
  • 90. Napza yang berkerja sebagai depresan • Memperlambat / menekan SSPusat dan pesan yang dikirim ke otak o Melambatkandetakjantungdanpernafasan o Efekdepresan: • Ringan • Perasaan tenang • Sejahtera • Gembira berlebih (euforia) • Rileks
  • 91. • Lebih serius • Cadel • Sempoyongan • Mual • Muntah
  • 92. Napza yang berefek stimulan • Mempercepat / merangsang kerja SSPusat dan pesan ke dan dari otak • Meningkatkan detak janung, TD, dan suhu tubuh • Membuat orang lebih sadar dan waspada. o Efekstimulan • Ringan • Ga nafsu makan • Ga bisa tidur • Banyak bicara • Gelisah
  • 93. • Lebih serius • Agresi • Panik • Cemas • Sefalgia • Paranoia
  • 94. Napza yang berefek halusinogen • Mempengaruhi persepsi orang sehingga melihat / mendengar sesuatu secara terdistorsi • Efekhalusinogen: •  TD meningkat  Detak jantung meningkat  Hilang nafsu makan  Kram perut  Banyak bicara dan tertawa  Aktivitas meningkat  Panik  Dilatasi pupil  Distorsi waktu dan ruang •
  • 95. Istilah penting • Gejala Putus Zat • Adalah gejala yang terjadi akibat penghentian atau pengurangan dosisnya. Keadaan ini menimbulkan gejala fisik yang tidak enak berupa kejang, mual, muntah, gemetar, gelisah, berkeringat dan sebagainya. Berat ringan gejala putus bergantung jenis zat, dosis, dan lama penggunaan • Toleransi • Toleransi adalah keadaan dimana dosis yang sama tidak lagi berpengaruh seperti penggunaan sebelumnya. Akibatnya, perlu penambahan dosis yang lebih besar agar mendapatkan efek yang dikehendaki.
  • 96. • Sindroma ketergantungan (dependence syndrome), • A cluster of behavioural, cognitive, and physiological phenomena that developed after repeated substance use; typically they include a strong desire to take the substance, impaired control over its use, persisting use despite harmful consequences, a higher priority given to the substance over other activities and obligations, increased tolerance, and sometimes physical withdrawal substance
  • 97. • F10. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol • F11. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Opioida • F12. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kanabionida • F13. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Sedativa atau Hipnotika • F14. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kokain • F15. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain Termasuk Kafein
  • 98. • F16. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Halusinogenika • F17. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau • F18. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Pelarut yang Mudah Menguap • F19. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya
  • 99. F1x.0 Intoksikasi Akut • Suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan: • kesadaran • fungsi kognitif • persepsi • afek atau perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya. • Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu; yang akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi  orang tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi lainnya.
  • 100. Intoksikasi akut disertai atau tanpa komplikasi • F1x.00 Tanpa komplikasi • F1x.01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya • F1x.02 Dengan komplikasi medis lainnya • F1x.03 Dengan delirium
  • 101. F1x.1 Penggunaan yang Merugikan • Pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan, dapat berupa fisik (hepatitis) maupun mental (episode gangguan depresi sekunder akibat alkohol) • Pola penggunaan sering dikecam oleh sosial  sering disertai konsekuensi sosial yang tidak diinginkan • Tidak ada sindrom ketergantungan (F1x.2), gangguan psikotik (F1x.5), atau bentuk spesifik lain dari gangguan yang berkaitan dengan penggunaan obat atau alkohol
  • 102. F1x.2 Sindrom Ketergantungan Diagnosis ketergantungan ditegakkan bila ditemukan ≥ 3 Gejala, yang dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya: a) Keinginan yang kuat/ dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat psikoaktif b) Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya, usaha berhenti, atau pada tingkat sedang menggunakan
  • 103. • Keadaan putus zat secara fisiologis atau ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat
  • 104. d) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah e) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya f) Tetap menggunakan zat walaupun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya
  • 105. F1x.3 Keadaan Putus Zat • Merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan. • Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan psikologis (anxietas, depresi, dan gangguan tidur) merupakan gambaran umum. • Khas: pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda dengan meneruskan penggunaan zat.
  • 106. Gejala- gejala • Opiat (morfin, heroin) • Gejala pemakaian: gembira, pupil mata kecil, nadi lambat, nafas lambat, susah BAB, mengamuk • Gejala putus zat: gelisah, mual, muntah, mata berair, hidung berair, sendi- sendi nyeri, menggigil, pupil mata melebar, merinding • Gejala intoksikasi: pupil mata kecil, tekanan darah turun, nafas lambat, nadi cepat, pingsan, bisa meninggal
  • 107. Obat penenang/obat tidur • Gejala pemakaian: mula-mula gelisah, mengamuk, daya pikir dan daya ingat turun, bicara lambat, tindakan lambat • Gejala putus zat: gelisah, sukar tidur, muntah, gemetar, kejang- kejang • Gejala intoksikasi: gelisah, kendali diri turun, banyak bicara, suka bertengkar, lalu bicara tidak jelas, sempoyongan, nafas lambat, kesadaran turun, pingsan, meninggal
  • 108. Alkohol • Gejala pemakaian: gembira, hambatan diri turun, muka kemerahan • Gejala putus zat: gemetar, muntah, kejang, gelisah, sukar tidur, gangguan jiwa • Gejala intoksikasi: gelisah, tingkah laku kacau, kendali diri hilang, banyak bicara, bicara tidak jelas, gangguan organ
  • 109. Ganja • Gejala pemakaian: melayang, gembira, santai, tenang, kepala berat, efisiensi intelektual dan motorik terganggu, mata merah, curiga, moral turun “flashback” • Gejala putus zat: susah tidur, gelisah, nafsu makan berkurang • Gejala intoksikasi: penik, mengamuk, gila, demam, pupil mata melebar
  • 110. Amfetamin • Gejala pemakaian: siaga, percaya diri, euforia, banyak bicara, tidak mudah lelah, tidak nafsu makan, berdebar-debar, nafas cepat, tekanan darah naik • Gejala putus zat: lesu, apatis, tidur berlebihan, curiga, depresi (bunuh diri) • Gejala intoksikasi: berdebar cepat, tekanan darah naik, perdarahan, bisa meninggal
  • 111. Pemeriksaan penunjang • Berdasarkan tujuan pemeriksaanya: • Pemeriksaan penapisan • Bahanpemeriksaan:urin • Karena non-invasif dan mempunyai nilai sensitivitas tinggi. • Keadaan emergensi dan pemantauan detoksikasi • Metode : EMIT, FPIA, dan TLC • Bahanpemeriksaan:serum • Karena diharapkan dapat menggambarkan kadar obat/zat pada saat itu. • Kepentingan forensic • Selain menggunakan pemeriksaan di atas juga dilakukan pemeriksaan konfirmasi dengan menggunakan metode Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS).
  • 112. Penatalaksanaan • Upaya preventif • Pemberian informasi yang benar dan objektif tanpa menakut-nakuti dan tidak merangsang untuk memakai • Melatih kemampuan menolak ajakan memakai zat psikoaktif • Upaya kuratif • Upaya kesinambungan untuk mengakhiri ketergantungan pada zat psikoaktif, o Mengatasi dampak fisik, psikis dan sosial • Mengembalikan pengguna ke masyarakat sebagai warga yang produktif
  • 113. Tahapan: • Penerimaan awal (1-3 hari) • Dilakukan evaluasi medik-psikologik menyeluruh sebagai dasar tahap penatalaksanaan selajutnya • Detoksifikasi dan terapi komplikasi medik (1-3 minggu) • Proses penghentian obat dan terapi komplikasi. • Dapat bertahap / langsung , dengan / tanpa terapi simptomatik, dengan / tanpa terapi subtitusi. • Stabilisasi(3-8bulan) • Upaya pembinaan fisik, mental, keagaman, komunikasi, interaksi sosial, edukasional, kultural, dan lain-lain • Persiapankembalikemasyrakat(3-12bulan) • Bimbingan melalui program khusus (workshop, day/night center) • Resosialisasi (sampai sekitar 1.000 hari) • Mantan pengguna diharapkan mengembangkan hidup yang bermakna di masyarakat
  • 114. • F1x.04 Dengan distorsi persepsi • F1x.05 Dengan koma • F1x.06 Dengan konvulsi
  • 115. • F1x.07 Intoksikasi patologis - Hanya pada penggunaan alkohol. - Onset mendadak, agresi, tindak kekerasan saat bebas alcohol - Timbul segera setelah minum sejumlah alcohol, yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan intoksikasi
  • 116. F1x.6 Sindrom Amnesik • Harus memenuhi kriteria umum untuk sindrom amnesik organik • Syarat utama untuk menentukan diagnosis: • Gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan sensasi waktu • Tidak ada gangguan daya ingat segera, tidak ada gangguan kesadaran, dan tidak ada gangguan kognitif secara umum • Adanya riwayat atau bukti yang objektif dari penggunaaan alkohol atau zat yang kronis (terutama dengan dosis tinggi)
  • 117. F1x.8 Gangguan Mental dan Perilaku Lainnya • Kategori untuk semua gangguan sebagai akibat penggunaan zat piskoaktif yang dapat diidentifikasi berperan langsung pada gangguan tersebut, tetapi yang tidak memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam salah satu gangguan yang telah disebutkan.
  • 118. F1x.9 Gangguan Mental dan Perilaku YTT • Kategori untuk yang tidak tergolongkan
  • 119. F1x.2 Sindroma Ketergantungan • Suatu keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Kondisi ini memiliki tanda-tanda tingkah laku yang menimbulkan reaksi tertentu seperti dorongan untuk mempergunakan obat secara periodik atau kontinu. • Gambaran utama yang khas dari sindrom ketergantungan adalah keinginan untuk menggunakan zat psikoaktif, alkohol, dan tembakau. • Ketergantungan dibagi 2 : • Ketergantungan secara perilaku : aktivitas mencari zat (seperti euforia, depresi, dll) • Ketergantungan secara fisik : efek fisik akibat zat (seperti kejang, nistagmus, dll)
  • 120. Jenis Ketergantungan 1. Ketergantungan primer. Biasanya terjadi pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi. 2. Ketergantungan reaktif. Biasanya terjadi pada remaja, karena adanya dorongan keingintahuan, bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan serta pengaruh teman sebaya. 3. Ketergantungan simptomatis. Sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya pada umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian anti sosial dan pemakaian zat itu untuk kesenangan semata.
  • 121. Pedoman Diagnostik • Diagnosis ketergatungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah ini dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya : a) Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat psikoaktif; b) Kesulitan dalam menggendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan; c) Keadaan putus zat secara fisiologis (lihat F1x.3 atau F1x.4) ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk mwnghindari terjadinya gejala putus zat;
  • 122. d) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan alkohol dan opiat yang dosis hariannya dapaya mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya atau mematikan bagi pengguna pemula; e) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya; f) Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu periode penggunaan zat yang berat, atau hendaya fungsi kognitif berkaian dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat diandalkan , sadar akan hakekat dan besarnya bahaya.
  • 123. • Diagnosis sindrom ketergantungan dapat ditentukan lebih lanjut dengan kode lima karakter berikut : • F1x.20 Kini abstinen • F1x.21 Kini abstinen, tetapi dalam suatu lingkungan yang terlindung (seperti dalam rumah sakit, komuniti terapeutik, lembaga pemasyarakatan, dll) • F1x.22 Kini dalam pengawasan klinis terapi pemeliharaan atau dengan pengobatan zat pengganti [ketergantungan terkendali] (misalnya dengan methadone, penggunaan “nicotine gum” atau “nicotine patch”)
  • 124. • F1x.23 Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi obat aversif atau penyekat (misalnya naltrexone atau disulfiram) • F1x.24 Kini sedang menggunakan zat [ketergantungan aktif] • F1x.25 Penggunaan berkelanjutan • F1x.26 Penggunaan episodik [dipsomania]
  • 125. • Syarat diagnosis ini mengecualikan pasien pasca bedah yang mendapatkan opioid untuk menghilangkan rasa nyeri dan kemudian menunjukan tanda keadaan putus obat bila zat tidak diberikan, tetapi sebenarnya tidak menginginkan untuk melanjutkan penggunaan zat. • Termasuk alkoholisme kronis, dipsomania, adiksi obat
  • 127. • Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan & diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut dipertimbangkan • Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal ini merupakan alasan rujukan & cukup parah sampai memerlukan perhatian medis secara khusus • Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan.gangguan psikologis (misalnya anxietas, depresi & ggn tidur) merupakan gambaran umum dari keadaan putus zat ini. Yang khas ialah px akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan merada dgn meneruskan penggunaan zat.
  • 128. • Alkohol: halusinasi, ilusi (bad dream), kejang, delirium tremens, gemetar, keluhan gastrointestinal, muka merah, mata merah, & hipertensi • Opioid: perilaku agresif, suicide, depresi berat sampai skizofrenia • Ganja: agresif, insomnia, penurunan BB/nafsu makan, depresi, ketidaknyamanan k/ menggigil, berkeringat, tremor, sakit kepala atau nyeri perut
  • 129. • Kokain: agitasi, depresi, fatigue, “high craving”, cemas, marah meledak-ledak, ggn tidur, mimpi aneh, makan berlebihan, mudah tersinggung, mual, otot pegal-pegal hingga lethargy. • Amfetamin & turunannya: fatigue, insomnia/hipersomnia, agitasi, peningkatan nafsu makan, mimpi buruk • Benzodiazepine: agresif & violence
  • 130. F1x.4 Keadaan Putus zat dengan Delirium Pedoman diagnostik • Suatu keadaan putus zat (F1x.3) disertai komplikasi delirium • Termasuk : Delirium Tremens, merupakan akibat putus alkohol secara absolut/relatif pada pengguna yang ketergantungan berat dengan riwayat penggunaan yang lama. Onset biasanya tjd ssdh putus alkohol. Keadaan gaduh gelisah (toksik) yang berlangsung singkat ttpi adakalanya dapat membahayakan jiwa, yang disertai gangguan somatik
  • 131. • Gejala prodormal khas: insomnia, gemetar dan ketakutan. Dapat didahului oleh kejang setelah putus zat. • Trias yang klasik dari gejala: • Kesadaran berkabut dan kebingungan • Halusinasi dan ilusi • Tremor berat
  • 132. F1x.5 Gangguan Psikotik Pedoman Diagnostik • Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48jam), bukan merupakan manifestasi dari keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset lambat. Gangguan psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2 minggu setelah penggunaan zat) dimasukkan ke dalam F1x.75
  • 133. • Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat. Pada penggunaan obat stimulan, seperti kokain dan amfetamin, gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat umumnya berhubungan erat dengan tingginya dosis dan/atau penggunaan zat yang berkepanjangan.
  • 134. • Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan berdasarkan distorsi persepsi atau pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan ialah halusinogenika primer (misalnya Lisergide /LSD, meskalin, kanabis dosis tinggi). Perlu dipertimbangkan diagnosis intoksikasi akut (F1x.0).
  • 135. Diagnosis Banding • Gangguan mental lain yang dicetuskan dan diberatkan oleh penggunaan zat psikoaktif, misalnya : • Skizofrenia (F20.-) • Gangguan Afektif (F30-F39), • Gangguan Kepribadian Paranoid (F60.0, F60.1)
  • 136. • Gangguan penggunaan zat mengundang berbagai masalah dan meliputi 11 kriteria: 1. Menggunakan zat dalam jumlah yang makin lama makin banyak atau waktu penggunaannya lebih panjang daripada yang dibayangkan 2. Ingin menurunkan atau menghentikan penggunaan, namun tidak kuasa memenuhinya 3. Menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan, menggunakan, atau mengurus diri untuk pulih dari penggunaan 4. Menagih dan meningkat dorongan untuk menggunakan
  • 137. 5. Tidak mampu mengelola diri atas kewajibannya: bekerja/sekolah, dirumah atau di tempat kerja karena penggunaan 6. Tetap meneruskan penggunaan, meski hubungan/relasi dengan orang sekitar menjadi bermasalah karenanya 7. Tidak lagi melakukan kewajiban utama social, okupasional atau rekreasional karena penggunaan 8. Terus menggunakan zat, meski tahu akan bahayanya
  • 138. 9. Melanjutkan penggunaan, meski ada masalah fisik dan psikologik yang diakibatkan atau diperburuk oleh penggunaan zat 10. Meningkatkan jumlah pemakaian untuk mendapatkan efek yang sama dengan sebelumnya (toleransi) 11. Simptom putus zat, yang akan dapat diatasi dengan penggunaan zat yag makin banyak.
  • 139. F1x.7 Gangguan Psikotik Residual atau Onset Lambat • Onset dari gangguan harus secara langsung berkaitan dengan penggunaan alkohol atau zat psikoaktif. • Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, atau perilaku yang disebabkan oleh alkohol atau zat psikoaktif yang berlangsung melampaui jangka waktu khasiat psikoaktifnya (efek residual zat tersebut terbukti secara jelas). Gangguan tersebut harus memperlihatkan suatu perubahan atau kelebihan yang jelas dari fungsi sebelumnya yang normal. • Gangguan ini harus dibedakan dari kondisi yang berhubungan dengan peristiwa putus zat (F1x.3 dan F1x.4). Pada kondisi tertentu dan untuk zat tertentu, fenomena putus zat dapat terjadi beberapa hari atau minggu sesudah zat dihentikan penggunaannya.
  • 140. Diagnosis banding • Gangguan mental yang sudah ada terselubung oleh penggunaan zat dan yang muncul kembali setelah pengaruh tersebut menghilang (misalnya anx fobik, gangguan depresif, skizofrenia atau gangguan skizotipal). • Gangguan psikotik akut dan sementara (F23.) • Cedera organik dan retardasi mental ringan atau sedang (F70-F71) yang terdapat bersama dengan penyalahguna zat psikoaktif
  • 141. F1x.70 Kilas balik (Flashback) • Dapat dibedakan dari gangguan psikotik, sebagian karena sifat episodiknya, sering berlangsung dalam waktu sangat singkat ( dalam hitungan detik sampai menit) dan oleh gambaran duplikasi dari pengalaman sebelumnya yang berhubungan dengan pengunaan zat
  • 142. F1x.71 Gangguan kepribadian atau perilaku F1x.72 Gangguan afektif residual F1x.73 Demensia • Memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian organik (F07.0) • Memenuhi kriteria untuk gangguan afektif organik (F06.3) • Memenuhi kriteria umum untuk demensia (F00-F09)
  • 143. • F1x.74 Hendaya kognitif menetap lainnya • Suatu kategori residual untuk gangguan dengan hendaya kognitif yang menetap, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk sindrom amnesik yang disebabkan oleh zat psikoaktif (F1x.6) atau demensia (F1x.73) • F1x.75 Gangguan psikotik onset lambat
  • 145. F20.0 Skizofrenia paranoid F20.1 Skizofrenia hebefrenik F20.2 Skizofrenia katatonik F20.3 Skizofrenia tak terinci F20.4 Depresi pasca skizofrenia F20.5 Skizofrenia residual F20.6 Skizofrenia simpleks F20.8 Skizofrenia lainnya F20.9 Skizofrenia YTT F20 Skizofrenia
  • 146. F20 Skizofrenia  Sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit( tidak selalu kronis dan detorirating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik, sosial, dan budaya • Umumnya ditandai oleh penyimpangan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang inappropriate (tidak wajar) atau blunt (tumpul) • Kemampuan intelektual dan kesadaran tetap terpelihara, meskipun kadang kemunduran kognitif berkembang kemudian
  • 147. Pedoman diagnostik • Harus ada minimal satu gejala yang amat jelas atau dua gejala atau lebih bila gejalanya kurang jelas: a. - Thought of echo - Thought of insertion or withdrawal - thought broadcasting b. - delusion of control - delusion of influence - delusion of passivity - delusional perception c. Halusinasi auditorik - halusinasi yang terus menerus berkomentar terhadap perilaku pasien - mendiskusikan perihal pasien diantara berbagai suara yang berbicara atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh d. Waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar/ mustahil
  • 148. • Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, dapat disertai waham yang mengambang atau setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu- minggu, berbulan- bulan terus menerus f. Arus pikiran yang terputus (break) atau sisipan (interpolation) berakibat inkoherensi/ irrelevan/ neologisme g. Perilaku katatonik:keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing)/ fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor. h. gejala- gejala negatif: sikap sangat apatis, bicara jarang, respon emosional menumpul/ tidak wajar akibatnya penarikan diri dari pergaulan sosisal dan menurunnya kinerja soal, tetapi bukan karena depresi atau neuroleptika
  • 149. • Adanya gejala khas tersebut diatas selama kurun waktu satu bulan/ lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal). • Adanya suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam overall quality dari beberapa personal behavior, bermanifestasi sehingga hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.
  • 150. Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan • F20.x0 berkelanjutan • F20.x1 episodik dengan kemunduran progresif • F20.x2 episodik dengan kemunduran stabil • F20.x3 episodik berulang • F20.x4 remisi tak sempurna • F20.x5 remisi sempurna • F20.x8 lainnya • F20.x9 periode pengamatan kurang dari satu tahun
  • 151. F20.0 skizofrenia paranoid Pedoman diagnostik • Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia • Tambahan: • Halusinasi/ waham harus menonjol • Halusinasi auditorik baik verbal seperti mengancam/ memberi perintah; non verbal seperti bunyi pluit, mendengung, bunyi tawa • Halusinasi pembauan/ pengecapan rasa/ bersifat seksual, visual jarang • Khas: Waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi(delusion of influence) , passivity, dikejar-kejar • Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, dan gejala katatonik yang relatif tidak menonjol
  • 152. F20.1 skizofrenia hebefrenik • Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia • Onset remaja atau dewasa muda (onset mulai dari 15-25 tahun) • Kepribadian premorbid, khas: pemalu dan senang menyendiri (solitaire), namun tidak harus demikian untuk diagnosis. • Untuk diagnosis perlu pengamatan kontinu selama 2-3 bulan, untuk memastikan gambaran ini kontinu: • Periaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, ada kecenderungan solitary, perilaku yang hampa tujuan dan hampa perasaan • Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropiate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas sendiri (self- satisfied), senyum sendiri (self- absorbed smiling) atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mengibuli bersend gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, ungkapan kata yang diulang ( reiterated phrases) • Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren
  • 153. • Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umunya menonjol. Halusinasi mungkin ada, tetapi tidak menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi tidak menonjol. Dorongan kehendak yang bertujuan hilang, dan sasaran ditinggalkan  khas: perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud. Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan dibuat- buat terhadap agama, filsafat, tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien
  • 154. F20.2 skizofrenia katatonik • Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia • ≥1 harus mendominasi: • Stupor( amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara) • Gaduh gelisah ( aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal) • Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wjaar/ aneh) • Negativisme ( perlawanan yang bermotif pada semua perintah atau pergerakan ke arah yang berlawanan) • Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakna dirinya)
  • 155. • Fleksibilitas cerea/ waxy flexibility ( mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan • Gejala lain: comman automatism ( kepatuhan otomatis terhadap perintah), pengulangan kata serta kalimat • Pada pasien yang tidak komunikatif, dengan menifestasi perilaku gangguan katatonik, diganosis skizofrenia harus ditunda sampai diperoleh bukti gejala- gejala lain. • Perlu diingat, gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik skizofrenia. Gejala katatonik dapat disebabkan juga oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol, obat- obatan, serta gangguan afektif
  • 156. F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated) Pedoman diagnostik: • Memenuhi kriteria umum untuk skizofrenia • Tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia Paranoid, Hebefrenik, atau katatonik • Tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia residual atau depresi pasca- skizofrenia
  • 157. Penatalaksanaan Terapi inisiasi • Dilakukansetelahdiagnosis • Dosis anjurandinaikan secara bertahap • 1-3minggu • Dosis optimalmengendalikan gejala Fase stabilisasi • Dosis minmal dipertahankan 8-10 minggu Fase stabil • Turunkan dosis secara bertahap sampai dosis minimal o Bulan–tahun • Akut  2 tahun • Kronik / relaps  5 tahun • Agresifseumur hidup
  • 158. Obat anti psikotik • Golongan I (APG – I ) / typical o Golongan • Fenotiazinkloropromazin • NonfenotiazinHaloperidol • Potensi • Low potencyFenotiazine • High potencyNon fenotiazine • Efek samping sistem • Nigrostrialgangguan aktivitas motorik • Mesolimikkortikalfungsi kognitif • Tuberoinfundibulargangguan endokrin • Injeksi • Untuk agitasi akut pada skizofren • Kerja obat cepat • Efek samping • Distonia akuat • Pemanjangan QTc
  • 159. Golongan APG II / Atypical • Minimextrapyramidal • Anatagonis reseptor serotonin dan dopamine • Untuk symptom negatif • Sediaan • Oral • Injeksi • Risperidone=line pertama • Klozapin= skizofren berat yang refrakter pada pengobatan tradisional • Tujuan: Agitasi  fase akut
  • 160. Cara pemberian Antipsikotik • Dosis anjuran • Naikkan setiap 2 – 3 hari • Dosis efektif • Evaluasi setiap 2 minggu • Dosis optimal • Pertahankan 8 – 12 minggu • Dosis maintenance • Pertahankan 6 – 24 bulan • Diturunkan setiap 2 minggu • Stop
  • 161. Psikoedukasi • Tujuan : • Mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor kehidupan lingkungan dan peristiwa-peristiwa • Memberikan ketenangan kepada pasien atau mengurangi keterjagaan melalui komunikasi yang baik • Memberikan dukungan atau harapan • Menyediakan lingkunganyang nyaman
  • 163. F20.4 Depresi pasca Skizofrenia • Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau : • Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini • Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya • Gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresi, minimal 2 minggu
  • 164. • Apabila pasien tidak menunjukan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi episode depresif • Bila gejala skizofrenia masih tetap jelas dan menonjol maka diagnosis harus tetap salah satu dari subtype skizofrenia yg sesuai
  • 165. F20.5 Skizofrenia Residual • Gejala ‘negatif’ dr skizofrenia yg menonjol, misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek tumpul, pasif, tidak ada inisiatif, miskin dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja social yg buruk. • Sedikitnya ada riwayat 1 episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
  • 166. • Sedikitnya sudah melampaui waktu 1 tahun, dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah berkurang dan telah timbul sindroma ‘negative’ dari skizofrenia • Tidak terdapat demensia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
  • 167. F20.6 Skizofrenia Simpleks • Gejala negative skizorenia residual, tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik • Disertai perubahan-prubahan perilaku pribadi yang bermakna, kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, penarikan diri secara social. • Gangguan ini kurang jelas gejla psikotiknya dibandingkan subtype skizofrenia lainnya
  • 168. • F20.8 Skizofrenia Lainnya • F20.9 skizofrenia YTT
  • 169. F21 Gangguan Skizotipal Diagnostic Criteria: A.Merupakan sebuah pola yang penuh dengan deficit interpersonal dan sosial yang ditandai dengan ketidaknyamanan akut dan penurunan kapasitas dari hubungan dekat yang disebabkan oleh distorsi kognitif dan persepsi dan perilaku yang eksentrik, dimulai pada masa muda dan bermanifestasi melalui berbagai macam cara, seperti lima (atau lebih) hal-hal berikut ini : 1.Ideas of reference ( tidak termasuk delusion of reference)
  • 170. 2.Kepercayaan aneh atau pemikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak sesuai dengan norma-norma kebudayaan (misal: superstitiousness (percaya takhayul), clairvoyance (nujum), telepati , atau“indera keenam”, pada anak-anak dan remaja ,fantasi yang aneh atau preokupasi) 3. Pengalaman persepsi yang tidak biasa, misalnya ilusi tubuh 4. Pemikiran dan pembicaraan yang aneh (misal:samar-samar, situasional, metafora, sangat terinci dan ruwet (overelaborate),dan stereotipik) 5.Kecurigaan atau ide paranoid
  • 171. 6. Afek yang tidak tepat atau terbatas 7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik, atau ganjil 8. Kurangnya teman dekat atau kerabat selain yang dipercayainya 9. Kecemasan social berlebihan yang tidak hilang dengan keakraban dan cenderung untuk berhubungangan dengan ketakutan serta penilaian negatif tentang diri sendiri.
  • 172. B. Tidak terjadi selama perjalanan skizofrenia, gangguan mood dengan gejala psikotik,atau gangguan psikotik lain,dan tidak terjadi akibat efek fisiologis langsung dari pengobatan medis. Dan sebagai catatan individu harus tidak pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium manapun.
  • 173. Penatalaksanaan • Psikoterapi: - Individual: Pasien skizotipal yang perilakunya aneh (bizzare) atau yang memiliki pemikiriranpsikotik, terapi individualiniadalah modalitas yang lebih dipilih.Tujuan terapi adalahmenyediakan hubungan baru untuk di internalisasi yanglangsung dan sederhana. - Kelompok Dinamika: Pemberian terapi kelompok berorientasi untuk menolong pasien bersosialisasi, dimana pasien skizotipal mengalami kesulitan dalam hal ini.Hubungan dan pernyataan dari pasien-pasien lain dan dengan terapis meruntuhkan keyakinan akan bagaimana orang lain akan bereaksi terhadapnya.
  • 174. • Terapi Pernikahan dan Terapi Keluarga Laporan klinis terapi pernikahan atau keluarga pada pasien skizotipal belum ada. Secara umum, pasien skizotipal yang melakukan pernikahan cenderung memiliki masalah perasaan, baik ketidakpekaan atau terlalu peka terhadap perilaku pasangannya. Tugas pertama klinisi pada terapi pasangan adalah untuk menilai tingkat dan menyeimbangkan antara dua perasaan tersebut.
  • 175. • Farmakoterapi 1. Anti psikotik: menangani gejala adanya idea of reference, ilusi, dan gejala lain pada gangguan. 2. Anti depresan: sangat berguna ketika ada komponen depresi pada gangguan kepribadian skizotipal
  • 176. F24 Gangguan Waham Terinduksi • Dialami dua orang atau lebih yang mempunya hubungan emosional erat • Hanya seorang individu yang menderita psikosis sesungguhnya • Menghilang bila orang-orang tersebut dipisahkan • Waham biasanya bersifat kronis, kejaran atau kebesaran
  • 177. Pedoman diagnosis: a) Dua orang atau lebih mengalami waham atau sistem waham yang sama, dan saling mendukung dalam keyakinan itu b) Mereka mempunyai hubunga yang luar biasa dekatnya seperti diuraikan di atas c) Ada bukti dalam konteks waktu atau lainnya bahwa waham tersebut diinduksi pada anggota/anggota-anggota dari pasangan atau kelompok yang menerima pasif melalui kontak dengan pasangan atau anggota kelompoknya yang aktif.
  • 178. F22 Gangguan Waham Menetap • Kelompok ini meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organik, skizofrenik, atau gangguan afektif. • Pentingnya faktor genetik, ciri-ciri kepribadian dan situasi kehidupan dalam pembentukan gangguan kelompok ini tidak pasti dan mungkin bervariasi.
  • 179. Definisi • Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatri dimana gejala yang utama adalah waham Epidemiologi • Usia rerata 40 tahun (18-90 tahun) • Wanita : Pria = 3 : 1
  • 180. Etiologi • Masih belum diketahui secara pasti. • Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama atau skrizofrenia. • Ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.
  • 181. Tipe-tipe Waham Tipe kejar (persecutory type) • Paling sering ditemui (dicurangi, diselingkuhi, diikuti, diracuni, dimata-matai, difitnah, dll.) • Sering pasien membenci, mudah marah, mudah tersinggung, bertindak agresif hingga melakukan kekerasan terhadap orang lain yang diyakini akan menyerang dirinya.
  • 182. Tipe erotomania (erotomanic type) • Pasien merasa dicintai mati-matian oleh seseorang. • Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup menyendiri, menarik diri dari masyarakat, memiliki kontak seksual terbatas, level sosial rendah Tipe kebesaran (grandiose type) • Disebut juga megalomania. • Bentuk paling umum adalah pasien meyakini bahwa dirinya memiliki wawasan/bakat luar biasa tetapi tidak diketahui, membuat penemuan penting, atau pemimpin terkemuka
  • 183. Tipe cemburu (jealous type) • Sering pada laki-laki, jarang dijumpai • Sering terjadi setelah perpisahan atau kematian pasangan. • Dapat menyebabkan penyiksaan verbal dan fisik yang bermakna terhadap pasangan hingga pembunuhan Tipe somatik (somatic type) • Pasien beranggapan ada penyakit pada dirinya. • Adanya kecemasan dan kewaspaan yang berlebihan • Waham yang tersering diderita berupa infeksi, dismorfofobia (ketidaksesuaian bentuk pada bagian tubuh), bau badan, pencernaan tidak berfungsi, ada yang merayap di dalam kulit
  • 184. Tipe campuran (mixed type) • Lebih dari 1 waham dan tidak ada yang lebih menonjol Unspecified type • Tidak menunjukkan waham yang ada
  • 185. F22.0 Gangguan Waham Pedoman Diagnostik • Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat. • Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap/”full- blown” (F32.-) mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham- waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif itu.
  • 186. • Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak. • Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat sementara. • Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran, penumpulan afek, dsb.)
  • 187. • Termasuk : paranoia; psikosis paranoid; keadaan paranoid; parafrenia • Diagnosis banding : • Gangguan kepribadian paranoid (F60.0) • Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham (F23.3) • Skizofrenia paranoid (F20.0)
  • 188. F22.8 Gangguan Waham Menetap Lainnya • Kategori sisa untuk gangguan waham menetap yang tidak memenuhi kriteria untuk Gangguan Waham Menetap (F22.0). • Gangguan waham yang berlangsung kurang dari 3 bulan lamanya, tidak memenuhi kriteria skizofrenia, harus dimasukkan dalam kode F23.- (gangguan psikotik akut dan sementara), walaupun untuk sementara. F22.9 Gangguan Waham Menetap YTT
  • 189. F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara • Gangguan psikotik singkat/akut adalah Suatu gangguan kejiwaan yangterjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ketingkat fungsional premorbid (Kaplan dan Sadock, 2003). • Etiologi • Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat (Kaplan dan Sadock, 2003).
  • 190. Manifestasi klinis • Gambaran utama perilaku: • Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu : 1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya 2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal 3. Kebingungan atau disorientasi 4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa sertamarah-marah atau memukul tanpa alasan (Kaplan dan Sadock, 2003).
  • 191. • Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan polagejala yang ditemukan pada skizofrenia. • Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diammembisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi.
  • 192. Pedoman diagnostik • Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dan gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah : a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan menggangu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagainya ciri khas yang menentukan seluruk kelompok: b) Adanya sindrom khas (berupa “polimorfik” = beraneka-ragam dan berubah cepat, atau “schizophrenia-like”=gejala skizofrenik yang khas); c) Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan karakter ke 5: x0= tanpa penyerta stress akut: x1= dengan penyerta stress akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini: d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung:
  • 193. • Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-), walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu-ke waktu. • Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.
  • 194. F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut Tanpa Gangguan Skizofrenia Pedoman diagnostik • Untuk diagnosis pasti harus memenuhi : a) Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang): b) Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama : c) Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya: d) Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteia skizofren (F20.-) atau episode manik (f30.-) atau episode depresif (F32.-)
  • 195. F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut Dengan Gangguan Skizofrenia Pedoman diagnostik • Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) diatas yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut (F23.0): • Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia (F20.-) yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas: • Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan makan diagnosis harus diubah menjadi skizofenia (F20.-)
  • 196. F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia (schizophrenia-like) akut • Untuk diagnosis pasti harus memenuhi : a) Onset gejala spikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan nonspikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik): b) Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik: c) Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi. • Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan makan diagnosis harus diubah menjadi skizofenia (F20.-)
  • 197. • Diagnostik banding • Gangguan waham organik (F06.2): • Gangguan skizofrenia lainnya (F20.8)
  • 198. F23 Gangguan Psikotik Akut & Sementara
  • 199. F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham Pedoman Diagnostik • Untuk diagnostik pasti harus memenuhi: a) Onset dari gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan nonpsikotik sampai jelas psikotik); b) Waham & halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak berkembangnya keadaan psikotik yg jelas; dan c) Baik kriteria utk skizofrenia (F20.-) maupun utk ggn psikotik polimorfik akut (F23.-) tidak terpenuhi
  • 200. • Kalau waham-waham menetap utk > 3 bln lamanya, maka diagnosis harus diubah mjd Gangguan Waham Menetap (F22.-). Apabila hanya halusinasi yg menetap utk > 3 bln lamanya, maka diagnosis harus diubah mjd Gangguan Psikotik Nonorganik Lainnya (F28).
  • 201. F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya • Gangguan psikotik akut lain yg tdk dpt diklasifikasi ke dlm kategori manapun dlm F23. F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara YTT
  • 202. Skizoafektif • Skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai dengan adanya kombinasi gejala skizofrenia (gangguan berpikir, delusi, dan halusinasi) dan gejala afektif (gejala depresif atau manik).
  • 203. SKIZOAFEKTIF  Ada empat model konseptual : 1. Skizoafektif = skizofrenia atau skizoafektif = gangguan Afektif 2. Skizoafektif = skizofrenia + gangguan afektif 3. Skizoafektif ≠ skizofrenia dan gangguan afektif 4. Skizoafektif adalah kelainan heterogen 5. (meliputi semua kemungkinan di atas)
  • 204. SKIZOAFEKTIF  Pedoman diagnostik : Diagnosis dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, dalam episode yang sama.
  • 205. SKIZOAFEKTIF  Klasifikasi : 1. Skizoafektif tipe manik a. gejala skizofrenia + manik (menonjol & episode sama) b. gejala-gejala afektif c. aktivitas yang berlebihan d. waham kebesaran, waham kejar juga mungkin ada e. gejala skizofrenia f. onset biasanya akut dan penyembuhannya dapat sempurna
  • 206. 2. Skizoafektif tipe depresif a. gejala skizofrenia + depresif (menonjol & episode sama) b. gejala depresif : perilaku yang retardasi, putus asa insomnia, perubahan nafsu makan, dll c. gejala skizofrenia : waham, halusinasi d. episode berlangsung lebih lama daripada tipe manik sebagian bisa sembuh sempurna, sebagian lagi bisa menjadi defek skizofrenia SKIZOAFEKTIF
  • 207. Pedoman diagnostik • Gambaran utama gangguan skizoafektif adalah adanya episode depresi mayor, manik, atau campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia). • Kriteria A skizofrenia  adanya waham, halusinasi, perilaku aneh, atau gejala negatif (berkurangnya ekspresi emosi dan fungsi mental, misalnya afek tumpul, avolisi, alogia, anhedonia dan defisit interaksi sosial). • Gejala gejala ini berlangsung paling sedikit 1 bulan.
  • 208. Klasifikasi F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik • Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik. • Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol di kombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. • Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (yang ditetapkan pada F20-pedoman diagnostik a sampai dengan d (PPDGJ)).
  • 209. F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif • Kategori ini harus dipakai baikuntuk episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif. • Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait yang tercantum pada uraian untuk episode depresif (F32). • Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia (F20, a sampai dengan d).
  • 210. F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran • Gangguan dengan gejala skizofrenia (F20) berada secara bersama- sama dengan gejala-gejala aktif bipolar campuran (F31.6) F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
  • 211. Penatalaksanaan • Farmakoterapi • gejala manik anti manik • gejala depresif anti depresif • gejala psikosis anti psikosis • Bila gejala negatif > gejala positif = antipsikosis atipikal • Bila gejala positif > gejala negatif = antipsikosis tipikal
  • 212. • Obat antipsikotik : - Antipsikotik Generasi 1(APG 1) : trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide - Antipsikotik Generasi 2 (APG 2) : clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon • Untuk tipe manik dapat diberikan Mood stabilizier : lithium karbonat, asam valproat, karbamazepin, dan natrium divalproat • Untuk tipe depresif diberikan juga antidepresan golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) : fluoxetin
  • 213. • Intervensi psikososial : 1. Psikoterapi individual 2. Terapi suportif 3. Social skill training 4. Terapi okupasi 5. Terapi kognitif dan perilaku (CBT) 6. Psikoterapi kelompok 7. Psikoterapi keluarga 8. Manajemen kasus 9. Assertive Community Treatment (ACT)
  • 214. Prognosis • Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala gangguan afektifnya • Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka prognosis buruk • Semakin persisten gejala-gejala gangguan afektifnya, prognosis semakin baik
  • 215. • F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya • F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
  • 216. F28 GANGGUAN PSIKOTIK NON.ORGANIK LAINNYA • Gangguan psikotik yang tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20) atau untuk gangguan afektif yang bertipe psikotik (F30- F39), dan gangguan- gangguan psikotik yang tidak memenuhi kriteria gejala untuk gangguan waham menetap (F22). F29 GANGGUAN PSIKOTIK NON- ORGANIK YTT