penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
DEMENTIA VASKULAR
1. DEMENSIA
VASKULAR
Ilham Pratama Putra, S. Ked
Dita Aslamiyah, S. Ked
Fikri Arfu Riza, S. Ked
Khoirunnisa’ Mufiidatun Ummah ZA, S. Ked
Nurhanisah Dalimunthe, S. Ked
Pembimbing : dr. Victor Eliezer, Sp. KJ
3. 1. Demensia adalah masalah besar dan serius yang dihadapi negara-negara maju,
dan telah menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Secara klinis munculnya demensia pada orang
lanjut usia sering tidak disadari karena awitannya yang tidak jelas dan perjalanan
penyakitnya yang progresif namun perlahan.
2. Demensia adalah berkurangnya kognisi pada tingkat kesadaran yang stabil. Sifat
hendaya yang persisten dan stabil membedakan demensia dengan sifat gangguan
kesadaran lain dan defisit yang berfluktuasi pada delirium. Dalam revisi DSM-IV-TR
edisi-4, demensia ditandai oleh defek kognitif multiple yang mencakup hendaya
memori, tanda hendaya kesadaran.
3. Demensia vaskular merupakan demensia yang lazim ditemukan setelah demensia
tipe Alzheimer, yang secara kausatif berhubungan dengan penyakit
serebrovaskular. Hipertensi merupakan factor predisposisi bagi seseorang untuk
menderita demensia. Demensia meliputi 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus
demensia. Demensia vaskular paling sering ditemui pada seseorang yang berusia
antara 60 hinggan 70 tahun dan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita.
5. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. R
2. Tempat, tanggal lahir/umur : Jambi, 31 Desember 1963 / 59 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Perumahan Kembar Lestari I, Kelurahan
Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi
5. Suku/bangsa : Melayu / Indonesia
6. Status perkawinan : Menikah
7. Pekerjaan : IRT
8. Pendidikan : SD
9. MRS tanggal : 10 Mei 2022
6. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang diantar oleh anaknya ke poliklinik RSJD Jambi dengan keluhan
sering lupa sejak 1 tahun yang lalu dan makin memberat sejak ± 2 minggu
SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
± 1 tahun yang lalu, pasien mengalami penurunan daya ingat sehingga
menjadi sering lupa, terutama terhadap hal-hal yang baru terjadi atau aktivitas
yang baru dikerjakan seperti makan, shalat, meletakkan barang, dll. Sehingga
pasien sering melakukan suatu aktivitas berulang-ulang dan megulang-ulang
suatu pertanyaan.
± 2 minggu SMRS, keluarga pasien mengatakan bahwa keluhan pasien
semakin memberat. Pasien menjadi sering menceritakan kejadian-kejadian masa
lampau tentang ia dan saudara-saudaranya yang telah meninggal dan pasien
menganggap bahwa saudara-saudaranya tersebut masih hidup. Pasien juga
mengalami halusinasi seperti melihat anak-anak kecil bermain di halaman
rumahnya padahal tidak ada.
7. Pasien tidak mengalami perubahan emosi, kesulitan tidur dan masih
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mandiri seperti makan, minum,
mandi, dan masih dapat bersosialisasi dengan masyarakat disekitarnya.
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak usia 50 tahun dan
sempat berobat ke dokter namun tidak rutin minum obat dan kontrol secara
teratur.
Riwayat Penyakit Dahulu
Gangguan mental dan emosi : tidak ditemukan
Gangguan psikosomatis : tidak ditemukan
Kondisi medik : riwayat hipertensi sejak usia 50 tahun
Penggunaan NAPZA dan alkohol : tidak ditemukan
Gangguan neurologi : tidak ditemukan
8. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan serupa tidak ditemukan.
Riwayat Hipertensi pada keluarga (+) pada orang tua dan saudara pasien.
Genogram
9. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal hingga kanak-kanak tidak dilaporkan adanya gangguan atau
abnormalitas.
2. Masa pubertas hingga dewasa
Hubungan sosial
Relasi sosial pasien baik, pasien merupakan pribadi yang ramah dan
baik kepada orang lain, baik dengan teman maupun keluarga.
Riwayat sekolah
Pasien hanya bersekolah SD
Perkembangan kognisi dan motorik
Perkembangan kognisi dan motorik dalam batas normal
Masalah emosi dan fisik
Tidak ditemukan masalah emosi dan fisik yang mengganggu
10. Riwayat psikoseksual
Pasien mulai tertarik dengan lawan jenis sejak remaja
Latar belakang agama
Pasien beragama islam dengan latar belakang agama yang
berpendidikan
Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai IRT
Aktivitas sosial
Pasien beraktivitas sehari-hari sebagai IRT
Riwayat pernikahan
Pernikahan pasien dengan suami merupakan pernikahan pertama
Riwayat militer dan masalah hukum
Tidak ditemukan riwayat masalah hukum
11. Pemeriksaan Status Psikiatri
1. Keadaan umum
a. Penampilan : penampilan rapi dan sesuai usianya
b. Kesadaran : composmentis
c. Orientasi : W/T/O terganggu
d. Sikap dan tingkah laku : non kooperatif
2. Gangguan berpikir
a. Bentuk pikir : nonrealistik
b. Arus pikir : arus pikir lambat
c. Isi pikir : miskin isi
3. Alam perasaan
a. Mood : eutimik
b. Afek : luas
4. Persepsi
a. Halusinasi : halusinasi visual (+)
b. Ilusi : tidak ditemukan
12. 5. Fungsi intelektual
a. Daya konsentrasi : baik
b. Orientasi : W/T/O terganggu
c. Daya ingat : jangka menengah, pendek, dan segera
menurun, jangka panjang baik
d. Pikiran abstrak : baik
6. Pengendalian impuls : baik
7. Daya nilai : baik
8. Tilikan : 1
9. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
13. Pemeriksaan Fisik
Gambaran Umum
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
TD : 154/113 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36,5 C
TB : 155 cm
BB : 62 kg
IMT : 25.8 kg/m2
15. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan
Diagnosis Banding
Delirium
Demensia Alzheimer
Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Demensia Vaskular
Aksis II : -
Aksis III : Hipertensi
Aksis IV: tidak ditemukan
Aksis V : GAF Scale 60-51
16. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Donepezil 5 mg (diberikan sekali sehari pada malam hari)
b. Haloperidol 0,75 mg (diberikan 2 kali sehari)
c. Piracetam 1,2 gr (diberikan 2 kali sehari)
d. Captopril 25 mg (diberikan 2 kali sehari)
2. Non Farmakologis
a. Psikoedukasi
b. Psikososial
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
19. 1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan terdapat
penyakit yang menyebabkan disfungsiotak. Hal ini dapat dinilai dari adanya gangguan
fungsi kognitif (terutama gangguan daya ingat) yang terjadi sejak pasien terkena
hipertensi 8 tahun yang lalu. Oleh karena itu, pasien digolongkan sebagai penderita
Gangguan Mental Organik (F.0).
2. Pada pasien terdapat penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang
sampai mengganggu kegiatan harian seseorang (gangguan fungsi eksekutif). Pasien
juga memiliki gangguan pada isi pikir yaitu miskin isi pikir. Gejala dan disabilitas yang
dialami pasien sudah lebih dari 6 bulan. Pada pasien juga tidak ada gangguan
kesadaran. Maka pasien memenuhi kriteria demensia menurut PPDGJ III sebagai
berikut:
a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti:
mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil
b. Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
c. Gejala dan disabilitas sudah nyata paling sedikit 6 bulan
20. 3. Berdasarkan DSM V, pasien memenuhi kriteria major neurocognitive disorder,
yaitu terdapat minimal satu dari perburukan domain kognitif secara signifikan,
yaitu memori (amnesia), bahasa (afasia), eksekusi Gerakan yang bertujuan
(apraksia), pengakuan (agnosia), fungsi visuospasial (disorientasi topografi) dan
kontrol diri (gangguan fungsi eksekutif). Pada pasien terdapat gangguan yang
signifikan pada memori.
4. Pasien didiagnosis menderita Demensia vaskular (F01) karena pasien
memenuhi kriteria diagnosis penyakit tersebut yaitu :
a. Terdapatnya gejala demensia
b. Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya
daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight)
dan daya nilai (judgement) secara relative tetap baik.
c. Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya
gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan demensia vaskuler. Pada
beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT-
scan atau pemeriksaan neuro-patologis.
21. 5. Pasien tidak mengalami gangguan tumbuh-kembang. Pasien dapat bergaul
dan memiliki banyak teman. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami
gangguan kepribadian dan retardasi mental (F.70) maka aksis II pada pasien
tidak ada diagnosis. Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, ditemukan tekanan darah meningkat (154/113 mmHg). Oleh karena
itu aksis III terdapat diagnosis hipertensi grade I. Pasien tidak memiliki masalah
psikososial dan lingkungan, oleh karena itu aksis IV pada pasien ini tidak ada
diagnosis. Pasien mengalami gejala sedang, disabilitas sedang dalam sosial, dan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pada aksis V didapatkan GAF scale 60-51.
6. Terapi untuk demensia vascular ditujukan kepada penyebabnya,
mengendalikan faktor risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala
neuropsikiatrik dengan memperhatikan interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi
multimodalitas sesuai gangguan kognitif dan gejala perilakunya. Penatalaksanaan
utamanya digunakan untuk mencegah memburuknya demensia vaskular dengan
cara mengobati penyakit yang mendasarinya seperti hipertensi, hiperlipidemia,
dan diabetes melitus.
22. Pada pasien diberikan obat donepezil, Haloperidol dan Piracetam.
Donepezil yang merupakan kolinesterase inhibitor yang menghambat enzim
kolenesterase sehingga asetilkolin meningkat di jaringan otak untuk mengatasi
penurunan kognitif, mengurangi masalah psikologis perilaku dan menaikkan taraf
aktivitas harian.
Haloperidol merupakan obat golongan antipsikotik generasi pertama atau
tipikal. Haloperidol bekerja dengan memblokir reseptor dopamin postsinaptik (D2)
dalam sistem mesolimbik otak. Hal tersebut menurunkan gejala psikosis positif
seperti halusinasi dengan menurunkan aktivitas dopamin pada sistem mesolimbik
otak tersebut. Penggunaan antipsikotik pada demensia yang dianjurkan adalah
dosis rendah. Dosis haloperidol yang dianjurkan adalah 0,5-5 mg 2-3 kali/hari.
Piracetam merupakan obat golongan nootropic yang berfungsi mengatasi
penurunan fungsi kognitif, seperti kemampuan berpikir, mengingat, dan
memecahkan masalah. Piracetam memengaruhi otak dan sistem saraf dengan
melindungi korteks serebri agar tidak kekurangan oksigen. Korteks serebri
merupakan bagian otak yang salah satu peran pentingnya adalah mengelola
kemampuan gerak tubuh
23. 7. Tata laksana psikososial ditujukan untuk mempertahankan kemampuan
penderita yangmasih tersisa, menghambat progresivitas kemunduran fungsi
kognitif, mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul. Pasien sering
diuntungkan melalui psikoterapi suportif dan edukasional yang menjelaskan
secara rinci sifat dan perjalanan penyakit yang dideritanya. Latihan memori
sederhana, latihan orientasi realitas, dan senam otak, dapat membantu
menghambat kemunduran fungsi kognitif.
Psikoedukasi terhadap keluarga atau caregiver menjadi bagian yang
sangat penting dalam tatalaksana pasien. Dokter dapat membantu keluarga
memahami gambaran perasaan kompleks yang dikaitkan dengan perasaan
keluarga terhadap pasien.
24. 8. Prognosis vitam pasien adalah dubia ad malam karena didapatkan kelainan
pada tanda-tanda vital pasien, pasien juga tidak rutin mengecek kesehatannya ke
dokter dan hingga saat didapatkan masalah pada keadaan medis pasien.
Prognosis functionam dubia ad malam karena semenjak pengobatan awal pasien
belum dapat melakukan fungsinya dengan baik. Prognosis sanationam dubia ad
malam, perjalanan klasik demensia adalah perburukan bertahap selama 5 sampai
10 tahun yang akhirnya menyebabkan kematian
26. Demensia vaskular merupakan penurunan kognitif dan kemunduran fungsional
yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler. Gejala demensia terbagi menjadi
dua, yaitu gangguan kognitif dan gangguan non-kognitif. Penatalaksanaan
utamanya digunakan untuk mencegah memburuknya demensia vaskular dengan
cara mengobati penyakit yang mendasarinya. Tata laksana psikososial ditujukan
untuk mempertahankan kemampuan yang tersisa, menghambat kemunduran
fungsi kognitif serta mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul