SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
DEMENSIA
VASKULAR
Ilham Pratama Putra, S. Ked
Dita Aslamiyah, S. Ked
Fikri Arfu Riza, S. Ked
Khoirunnisa’ Mufiidatun Ummah ZA, S. Ked
Nurhanisah Dalimunthe, S. Ked
Pembimbing : dr. Victor Eliezer, Sp. KJ
PENDAHULUAN
1. Demensia adalah masalah besar dan serius yang dihadapi negara-negara maju,
dan telah menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Secara klinis munculnya demensia pada orang
lanjut usia sering tidak disadari karena awitannya yang tidak jelas dan perjalanan
penyakitnya yang progresif namun perlahan.
2. Demensia adalah berkurangnya kognisi pada tingkat kesadaran yang stabil. Sifat
hendaya yang persisten dan stabil membedakan demensia dengan sifat gangguan
kesadaran lain dan defisit yang berfluktuasi pada delirium. Dalam revisi DSM-IV-TR
edisi-4, demensia ditandai oleh defek kognitif multiple yang mencakup hendaya
memori, tanda hendaya kesadaran.
3. Demensia vaskular merupakan demensia yang lazim ditemukan setelah demensia
tipe Alzheimer, yang secara kausatif berhubungan dengan penyakit
serebrovaskular. Hipertensi merupakan factor predisposisi bagi seseorang untuk
menderita demensia. Demensia meliputi 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus
demensia. Demensia vaskular paling sering ditemui pada seseorang yang berusia
antara 60 hinggan 70 tahun dan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita.
Laporan Kasus
Identitas Pasien
1. Nama : Ny. R
2. Tempat, tanggal lahir/umur : Jambi, 31 Desember 1963 / 59 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Perumahan Kembar Lestari I, Kelurahan
Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi
5. Suku/bangsa : Melayu / Indonesia
6. Status perkawinan : Menikah
7. Pekerjaan : IRT
8. Pendidikan : SD
9. MRS tanggal : 10 Mei 2022
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang diantar oleh anaknya ke poliklinik RSJD Jambi dengan keluhan
sering lupa sejak 1 tahun yang lalu dan makin memberat sejak ± 2 minggu
SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
± 1 tahun yang lalu, pasien mengalami penurunan daya ingat sehingga
menjadi sering lupa, terutama terhadap hal-hal yang baru terjadi atau aktivitas
yang baru dikerjakan seperti makan, shalat, meletakkan barang, dll. Sehingga
pasien sering melakukan suatu aktivitas berulang-ulang dan megulang-ulang
suatu pertanyaan.
± 2 minggu SMRS, keluarga pasien mengatakan bahwa keluhan pasien
semakin memberat. Pasien menjadi sering menceritakan kejadian-kejadian masa
lampau tentang ia dan saudara-saudaranya yang telah meninggal dan pasien
menganggap bahwa saudara-saudaranya tersebut masih hidup. Pasien juga
mengalami halusinasi seperti melihat anak-anak kecil bermain di halaman
rumahnya padahal tidak ada.
Pasien tidak mengalami perubahan emosi, kesulitan tidur dan masih
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mandiri seperti makan, minum,
mandi, dan masih dapat bersosialisasi dengan masyarakat disekitarnya.
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak usia 50 tahun dan
sempat berobat ke dokter namun tidak rutin minum obat dan kontrol secara
teratur.
Riwayat Penyakit Dahulu
Gangguan mental dan emosi : tidak ditemukan
Gangguan psikosomatis : tidak ditemukan
Kondisi medik : riwayat hipertensi sejak usia 50 tahun
Penggunaan NAPZA dan alkohol : tidak ditemukan
Gangguan neurologi : tidak ditemukan
Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan serupa tidak ditemukan.
Riwayat Hipertensi pada keluarga (+) pada orang tua dan saudara pasien.
Genogram
Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal hingga kanak-kanak tidak dilaporkan adanya gangguan atau
abnormalitas.
2. Masa pubertas hingga dewasa
 Hubungan sosial
Relasi sosial pasien baik, pasien merupakan pribadi yang ramah dan
baik kepada orang lain, baik dengan teman maupun keluarga.
 Riwayat sekolah
Pasien hanya bersekolah SD
 Perkembangan kognisi dan motorik
Perkembangan kognisi dan motorik dalam batas normal
 Masalah emosi dan fisik
Tidak ditemukan masalah emosi dan fisik yang mengganggu
 Riwayat psikoseksual
Pasien mulai tertarik dengan lawan jenis sejak remaja
 Latar belakang agama
Pasien beragama islam dengan latar belakang agama yang
berpendidikan
 Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai IRT
 Aktivitas sosial
Pasien beraktivitas sehari-hari sebagai IRT
 Riwayat pernikahan
Pernikahan pasien dengan suami merupakan pernikahan pertama
 Riwayat militer dan masalah hukum
Tidak ditemukan riwayat masalah hukum
Pemeriksaan Status Psikiatri
1. Keadaan umum
a. Penampilan : penampilan rapi dan sesuai usianya
b. Kesadaran : composmentis
c. Orientasi : W/T/O terganggu
d. Sikap dan tingkah laku : non kooperatif
2. Gangguan berpikir
a. Bentuk pikir : nonrealistik
b. Arus pikir : arus pikir lambat
c. Isi pikir : miskin isi
3. Alam perasaan
a. Mood : eutimik
b. Afek : luas
4. Persepsi
a. Halusinasi : halusinasi visual (+)
b. Ilusi : tidak ditemukan
5. Fungsi intelektual
a. Daya konsentrasi : baik
b. Orientasi : W/T/O terganggu
c. Daya ingat : jangka menengah, pendek, dan segera
menurun, jangka panjang baik
d. Pikiran abstrak : baik
6. Pengendalian impuls : baik
7. Daya nilai : baik
8. Tilikan : 1
9. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
Pemeriksaan Fisik
Gambaran Umum
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
TD : 154/113 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36,5 C
TB : 155 cm
BB : 62 kg
IMT : 25.8 kg/m2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan
Diagnosis Banding
Delirium
Demensia Alzheimer
Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Demensia Vaskular
Aksis II : -
Aksis III : Hipertensi
Aksis IV: tidak ditemukan
Aksis V : GAF Scale 60-51
Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Donepezil 5 mg (diberikan sekali sehari pada malam hari)
b. Haloperidol 0,75 mg (diberikan 2 kali sehari)
c. Piracetam 1,2 gr (diberikan 2 kali sehari)
d. Captopril 25 mg (diberikan 2 kali sehari)
2. Non Farmakologis
a. Psikoedukasi
b. Psikososial
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Tinjauan Pustaka
Analisis Kasus
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan terdapat
penyakit yang menyebabkan disfungsiotak. Hal ini dapat dinilai dari adanya gangguan
fungsi kognitif (terutama gangguan daya ingat) yang terjadi sejak pasien terkena
hipertensi 8 tahun yang lalu. Oleh karena itu, pasien digolongkan sebagai penderita
Gangguan Mental Organik (F.0).
2. Pada pasien terdapat penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang
sampai mengganggu kegiatan harian seseorang (gangguan fungsi eksekutif). Pasien
juga memiliki gangguan pada isi pikir yaitu miskin isi pikir. Gejala dan disabilitas yang
dialami pasien sudah lebih dari 6 bulan. Pada pasien juga tidak ada gangguan
kesadaran. Maka pasien memenuhi kriteria demensia menurut PPDGJ III sebagai
berikut:
a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti:
mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil
b. Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
c. Gejala dan disabilitas sudah nyata paling sedikit 6 bulan
3. Berdasarkan DSM V, pasien memenuhi kriteria major neurocognitive disorder,
yaitu terdapat minimal satu dari perburukan domain kognitif secara signifikan,
yaitu memori (amnesia), bahasa (afasia), eksekusi Gerakan yang bertujuan
(apraksia), pengakuan (agnosia), fungsi visuospasial (disorientasi topografi) dan
kontrol diri (gangguan fungsi eksekutif). Pada pasien terdapat gangguan yang
signifikan pada memori.
4. Pasien didiagnosis menderita Demensia vaskular (F01) karena pasien
memenuhi kriteria diagnosis penyakit tersebut yaitu :
a. Terdapatnya gejala demensia
b. Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya
daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight)
dan daya nilai (judgement) secara relative tetap baik.
c. Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya
gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan demensia vaskuler. Pada
beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT-
scan atau pemeriksaan neuro-patologis.
5. Pasien tidak mengalami gangguan tumbuh-kembang. Pasien dapat bergaul
dan memiliki banyak teman. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami
gangguan kepribadian dan retardasi mental (F.70) maka aksis II pada pasien
tidak ada diagnosis. Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, ditemukan tekanan darah meningkat (154/113 mmHg). Oleh karena
itu aksis III terdapat diagnosis hipertensi grade I. Pasien tidak memiliki masalah
psikososial dan lingkungan, oleh karena itu aksis IV pada pasien ini tidak ada
diagnosis. Pasien mengalami gejala sedang, disabilitas sedang dalam sosial, dan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pada aksis V didapatkan GAF scale 60-51.
6. Terapi untuk demensia vascular ditujukan kepada penyebabnya,
mengendalikan faktor risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala
neuropsikiatrik dengan memperhatikan interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi
multimodalitas sesuai gangguan kognitif dan gejala perilakunya. Penatalaksanaan
utamanya digunakan untuk mencegah memburuknya demensia vaskular dengan
cara mengobati penyakit yang mendasarinya seperti hipertensi, hiperlipidemia,
dan diabetes melitus.
Pada pasien diberikan obat donepezil, Haloperidol dan Piracetam.
Donepezil yang merupakan kolinesterase inhibitor yang menghambat enzim
kolenesterase sehingga asetilkolin meningkat di jaringan otak untuk mengatasi
penurunan kognitif, mengurangi masalah psikologis perilaku dan menaikkan taraf
aktivitas harian.
Haloperidol merupakan obat golongan antipsikotik generasi pertama atau
tipikal. Haloperidol bekerja dengan memblokir reseptor dopamin postsinaptik (D2)
dalam sistem mesolimbik otak. Hal tersebut menurunkan gejala psikosis positif
seperti halusinasi dengan menurunkan aktivitas dopamin pada sistem mesolimbik
otak tersebut. Penggunaan antipsikotik pada demensia yang dianjurkan adalah
dosis rendah. Dosis haloperidol yang dianjurkan adalah 0,5-5 mg 2-3 kali/hari.
Piracetam merupakan obat golongan nootropic yang berfungsi mengatasi
penurunan fungsi kognitif, seperti kemampuan berpikir, mengingat, dan
memecahkan masalah. Piracetam memengaruhi otak dan sistem saraf dengan
melindungi korteks serebri agar tidak kekurangan oksigen. Korteks serebri
merupakan bagian otak yang salah satu peran pentingnya adalah mengelola
kemampuan gerak tubuh
7. Tata laksana psikososial ditujukan untuk mempertahankan kemampuan
penderita yangmasih tersisa, menghambat progresivitas kemunduran fungsi
kognitif, mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul. Pasien sering
diuntungkan melalui psikoterapi suportif dan edukasional yang menjelaskan
secara rinci sifat dan perjalanan penyakit yang dideritanya. Latihan memori
sederhana, latihan orientasi realitas, dan senam otak, dapat membantu
menghambat kemunduran fungsi kognitif.
Psikoedukasi terhadap keluarga atau caregiver menjadi bagian yang
sangat penting dalam tatalaksana pasien. Dokter dapat membantu keluarga
memahami gambaran perasaan kompleks yang dikaitkan dengan perasaan
keluarga terhadap pasien.
8. Prognosis vitam pasien adalah dubia ad malam karena didapatkan kelainan
pada tanda-tanda vital pasien, pasien juga tidak rutin mengecek kesehatannya ke
dokter dan hingga saat didapatkan masalah pada keadaan medis pasien.
Prognosis functionam dubia ad malam karena semenjak pengobatan awal pasien
belum dapat melakukan fungsinya dengan baik. Prognosis sanationam dubia ad
malam, perjalanan klasik demensia adalah perburukan bertahap selama 5 sampai
10 tahun yang akhirnya menyebabkan kematian
Kesimpulan
Demensia vaskular merupakan penurunan kognitif dan kemunduran fungsional
yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler. Gejala demensia terbagi menjadi
dua, yaitu gangguan kognitif dan gangguan non-kognitif. Penatalaksanaan
utamanya digunakan untuk mencegah memburuknya demensia vaskular dengan
cara mengobati penyakit yang mendasarinya. Tata laksana psikososial ditujukan
untuk mempertahankan kemampuan yang tersisa, menghambat kemunduran
fungsi kognitif serta mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul
Terima Kasih

More Related Content

Similar to DEMENTIA VASKULAR

Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROYAplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROYArni Arnotz
 
Lapsus Poli Jiwa Vandy irianto.pptx
Lapsus Poli Jiwa Vandy irianto.pptxLapsus Poli Jiwa Vandy irianto.pptx
Lapsus Poli Jiwa Vandy irianto.pptxvandy102016016
 
Impaiment of Cognition pada pasien geriatri
Impaiment of Cognition pada pasien geriatriImpaiment of Cognition pada pasien geriatri
Impaiment of Cognition pada pasien geriatriSyahrulAdzim
 
Impaiment of Cognition fixed pada lansia
Impaiment of Cognition fixed pada lansiaImpaiment of Cognition fixed pada lansia
Impaiment of Cognition fixed pada lansiaSyahrulAdzim
 
Faizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptx
Faizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptxFaizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptx
Faizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptxCagarIrwinTaufan
 
PRESENTATION PENGURUSAN DAN NURSING CARE UNTUK PESAKIT DENGAN SKIZOFRENIA.pptx
PRESENTATION PENGURUSAN DAN NURSING CARE UNTUK PESAKIT DENGAN SKIZOFRENIA.pptxPRESENTATION PENGURUSAN DAN NURSING CARE UNTUK PESAKIT DENGAN SKIZOFRENIA.pptx
PRESENTATION PENGURUSAN DAN NURSING CARE UNTUK PESAKIT DENGAN SKIZOFRENIA.pptxFadhli Hasif
 
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIKDEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIKAina Faatihah
 
Askep skizofrenia
Askep skizofreniaAskep skizofrenia
Askep skizofreniaIs Muhar
 
PTM DAN KESEHATAN JIWA REMAJA.pptx
PTM DAN KESEHATAN JIWA REMAJA.pptxPTM DAN KESEHATAN JIWA REMAJA.pptx
PTM DAN KESEHATAN JIWA REMAJA.pptxGemmaAyu2
 
Panduan kesehatan jiwa bagi pemuka agama
Panduan kesehatan jiwa bagi pemuka agamaPanduan kesehatan jiwa bagi pemuka agama
Panduan kesehatan jiwa bagi pemuka agamaBagus Utomo
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaPhil Adit R
 
ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN RAWAT DIRI PADA P...
ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN RAWAT DIRI PADA P...ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN RAWAT DIRI PADA P...
ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN RAWAT DIRI PADA P...Dinamika Penelitian
 
Referat somatic treatment
Referat somatic treatmentReferat somatic treatment
Referat somatic treatmentSHINee World
 
Periode lanjut usia
Periode lanjut usiaPeriode lanjut usia
Periode lanjut usiaeka1400
 
Kel.2 Gangguan Masa Tua (Neurokognitif).pptx
Kel.2 Gangguan Masa Tua (Neurokognitif).pptxKel.2 Gangguan Masa Tua (Neurokognitif).pptx
Kel.2 Gangguan Masa Tua (Neurokognitif).pptxNoviaRamadinaPratiwi
 

Similar to DEMENTIA VASKULAR (20)

Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROYAplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
 
Lapsus Poli Jiwa Vandy irianto.pptx
Lapsus Poli Jiwa Vandy irianto.pptxLapsus Poli Jiwa Vandy irianto.pptx
Lapsus Poli Jiwa Vandy irianto.pptx
 
Impaiment of Cognition pada pasien geriatri
Impaiment of Cognition pada pasien geriatriImpaiment of Cognition pada pasien geriatri
Impaiment of Cognition pada pasien geriatri
 
Impaiment of Cognition fixed pada lansia
Impaiment of Cognition fixed pada lansiaImpaiment of Cognition fixed pada lansia
Impaiment of Cognition fixed pada lansia
 
Schizophrenia
SchizophreniaSchizophrenia
Schizophrenia
 
Faizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptx
Faizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptxFaizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptx
Faizal_dkk_Gangguan_Psikotik.pptx
 
PRESENTATION PENGURUSAN DAN NURSING CARE UNTUK PESAKIT DENGAN SKIZOFRENIA.pptx
PRESENTATION PENGURUSAN DAN NURSING CARE UNTUK PESAKIT DENGAN SKIZOFRENIA.pptxPRESENTATION PENGURUSAN DAN NURSING CARE UNTUK PESAKIT DENGAN SKIZOFRENIA.pptx
PRESENTATION PENGURUSAN DAN NURSING CARE UNTUK PESAKIT DENGAN SKIZOFRENIA.pptx
 
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIKDEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
DEMENSIA GANGGUAN PSIKOTIK
 
Askep skizofrenia
Askep skizofreniaAskep skizofrenia
Askep skizofrenia
 
PTM DAN KESEHATAN JIWA REMAJA.pptx
PTM DAN KESEHATAN JIWA REMAJA.pptxPTM DAN KESEHATAN JIWA REMAJA.pptx
PTM DAN KESEHATAN JIWA REMAJA.pptx
 
Panduan kesehatan jiwa bagi pemuka agama
Panduan kesehatan jiwa bagi pemuka agamaPanduan kesehatan jiwa bagi pemuka agama
Panduan kesehatan jiwa bagi pemuka agama
 
skizofrenia
skizofreniaskizofrenia
skizofrenia
 
Dimensia pptrma
Dimensia pptrmaDimensia pptrma
Dimensia pptrma
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
 
ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN RAWAT DIRI PADA P...
ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN RAWAT DIRI PADA P...ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN RAWAT DIRI PADA P...
ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN RAWAT DIRI PADA P...
 
Referat somatic treatment
Referat somatic treatmentReferat somatic treatment
Referat somatic treatment
 
Askep alzaimer (4)
Askep alzaimer (4)Askep alzaimer (4)
Askep alzaimer (4)
 
Lansia
LansiaLansia
Lansia
 
Periode lanjut usia
Periode lanjut usiaPeriode lanjut usia
Periode lanjut usia
 
Kel.2 Gangguan Masa Tua (Neurokognitif).pptx
Kel.2 Gangguan Masa Tua (Neurokognitif).pptxKel.2 Gangguan Masa Tua (Neurokognitif).pptx
Kel.2 Gangguan Masa Tua (Neurokognitif).pptx
 

Recently uploaded

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 

Recently uploaded (18)

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 

DEMENTIA VASKULAR

  • 1. DEMENSIA VASKULAR Ilham Pratama Putra, S. Ked Dita Aslamiyah, S. Ked Fikri Arfu Riza, S. Ked Khoirunnisa’ Mufiidatun Ummah ZA, S. Ked Nurhanisah Dalimunthe, S. Ked Pembimbing : dr. Victor Eliezer, Sp. KJ
  • 3. 1. Demensia adalah masalah besar dan serius yang dihadapi negara-negara maju, dan telah menjadi masalah kesehatan yang mulai muncul di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Secara klinis munculnya demensia pada orang lanjut usia sering tidak disadari karena awitannya yang tidak jelas dan perjalanan penyakitnya yang progresif namun perlahan. 2. Demensia adalah berkurangnya kognisi pada tingkat kesadaran yang stabil. Sifat hendaya yang persisten dan stabil membedakan demensia dengan sifat gangguan kesadaran lain dan defisit yang berfluktuasi pada delirium. Dalam revisi DSM-IV-TR edisi-4, demensia ditandai oleh defek kognitif multiple yang mencakup hendaya memori, tanda hendaya kesadaran. 3. Demensia vaskular merupakan demensia yang lazim ditemukan setelah demensia tipe Alzheimer, yang secara kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskular. Hipertensi merupakan factor predisposisi bagi seseorang untuk menderita demensia. Demensia meliputi 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia. Demensia vaskular paling sering ditemui pada seseorang yang berusia antara 60 hinggan 70 tahun dan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita.
  • 5. Identitas Pasien 1. Nama : Ny. R 2. Tempat, tanggal lahir/umur : Jambi, 31 Desember 1963 / 59 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Alamat : Perumahan Kembar Lestari I, Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi 5. Suku/bangsa : Melayu / Indonesia 6. Status perkawinan : Menikah 7. Pekerjaan : IRT 8. Pendidikan : SD 9. MRS tanggal : 10 Mei 2022
  • 6. Anamnesis Keluhan Utama Pasien datang diantar oleh anaknya ke poliklinik RSJD Jambi dengan keluhan sering lupa sejak 1 tahun yang lalu dan makin memberat sejak ± 2 minggu SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang ± 1 tahun yang lalu, pasien mengalami penurunan daya ingat sehingga menjadi sering lupa, terutama terhadap hal-hal yang baru terjadi atau aktivitas yang baru dikerjakan seperti makan, shalat, meletakkan barang, dll. Sehingga pasien sering melakukan suatu aktivitas berulang-ulang dan megulang-ulang suatu pertanyaan. ± 2 minggu SMRS, keluarga pasien mengatakan bahwa keluhan pasien semakin memberat. Pasien menjadi sering menceritakan kejadian-kejadian masa lampau tentang ia dan saudara-saudaranya yang telah meninggal dan pasien menganggap bahwa saudara-saudaranya tersebut masih hidup. Pasien juga mengalami halusinasi seperti melihat anak-anak kecil bermain di halaman rumahnya padahal tidak ada.
  • 7. Pasien tidak mengalami perubahan emosi, kesulitan tidur dan masih dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mandiri seperti makan, minum, mandi, dan masih dapat bersosialisasi dengan masyarakat disekitarnya. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak usia 50 tahun dan sempat berobat ke dokter namun tidak rutin minum obat dan kontrol secara teratur. Riwayat Penyakit Dahulu Gangguan mental dan emosi : tidak ditemukan Gangguan psikosomatis : tidak ditemukan Kondisi medik : riwayat hipertensi sejak usia 50 tahun Penggunaan NAPZA dan alkohol : tidak ditemukan Gangguan neurologi : tidak ditemukan
  • 8. Riwayat Keluarga Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan serupa tidak ditemukan. Riwayat Hipertensi pada keluarga (+) pada orang tua dan saudara pasien. Genogram
  • 9. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat prenatal hingga kanak-kanak tidak dilaporkan adanya gangguan atau abnormalitas. 2. Masa pubertas hingga dewasa  Hubungan sosial Relasi sosial pasien baik, pasien merupakan pribadi yang ramah dan baik kepada orang lain, baik dengan teman maupun keluarga.  Riwayat sekolah Pasien hanya bersekolah SD  Perkembangan kognisi dan motorik Perkembangan kognisi dan motorik dalam batas normal  Masalah emosi dan fisik Tidak ditemukan masalah emosi dan fisik yang mengganggu
  • 10.  Riwayat psikoseksual Pasien mulai tertarik dengan lawan jenis sejak remaja  Latar belakang agama Pasien beragama islam dengan latar belakang agama yang berpendidikan  Riwayat pekerjaan Pasien bekerja sebagai IRT  Aktivitas sosial Pasien beraktivitas sehari-hari sebagai IRT  Riwayat pernikahan Pernikahan pasien dengan suami merupakan pernikahan pertama  Riwayat militer dan masalah hukum Tidak ditemukan riwayat masalah hukum
  • 11. Pemeriksaan Status Psikiatri 1. Keadaan umum a. Penampilan : penampilan rapi dan sesuai usianya b. Kesadaran : composmentis c. Orientasi : W/T/O terganggu d. Sikap dan tingkah laku : non kooperatif 2. Gangguan berpikir a. Bentuk pikir : nonrealistik b. Arus pikir : arus pikir lambat c. Isi pikir : miskin isi 3. Alam perasaan a. Mood : eutimik b. Afek : luas 4. Persepsi a. Halusinasi : halusinasi visual (+) b. Ilusi : tidak ditemukan
  • 12. 5. Fungsi intelektual a. Daya konsentrasi : baik b. Orientasi : W/T/O terganggu c. Daya ingat : jangka menengah, pendek, dan segera menurun, jangka panjang baik d. Pikiran abstrak : baik 6. Pengendalian impuls : baik 7. Daya nilai : baik 8. Tilikan : 1 9. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
  • 13. Pemeriksaan Fisik Gambaran Umum Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6) TD : 154/113 mmHg Nadi : 84 x/menit RR : 18x/menit Suhu : 36,5 C TB : 155 cm BB : 62 kg IMT : 25.8 kg/m2
  • 15. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan Diagnosis Banding Delirium Demensia Alzheimer Diagnosis Multiaksial Aksis I : Demensia Vaskular Aksis II : - Aksis III : Hipertensi Aksis IV: tidak ditemukan Aksis V : GAF Scale 60-51
  • 16. Penatalaksanaan 1. Farmakologis a. Donepezil 5 mg (diberikan sekali sehari pada malam hari) b. Haloperidol 0,75 mg (diberikan 2 kali sehari) c. Piracetam 1,2 gr (diberikan 2 kali sehari) d. Captopril 25 mg (diberikan 2 kali sehari) 2. Non Farmakologis a. Psikoedukasi b. Psikososial Prognosis Quo ad vitam : dubia ad malam Quo ad functionam : dubia ad malam Quo ad sanationam : dubia ad malam
  • 19. 1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsiotak. Hal ini dapat dinilai dari adanya gangguan fungsi kognitif (terutama gangguan daya ingat) yang terjadi sejak pasien terkena hipertensi 8 tahun yang lalu. Oleh karena itu, pasien digolongkan sebagai penderita Gangguan Mental Organik (F.0). 2. Pada pasien terdapat penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang (gangguan fungsi eksekutif). Pasien juga memiliki gangguan pada isi pikir yaitu miskin isi pikir. Gejala dan disabilitas yang dialami pasien sudah lebih dari 6 bulan. Pada pasien juga tidak ada gangguan kesadaran. Maka pasien memenuhi kriteria demensia menurut PPDGJ III sebagai berikut: a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti: mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil b. Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness) c. Gejala dan disabilitas sudah nyata paling sedikit 6 bulan
  • 20. 3. Berdasarkan DSM V, pasien memenuhi kriteria major neurocognitive disorder, yaitu terdapat minimal satu dari perburukan domain kognitif secara signifikan, yaitu memori (amnesia), bahasa (afasia), eksekusi Gerakan yang bertujuan (apraksia), pengakuan (agnosia), fungsi visuospasial (disorientasi topografi) dan kontrol diri (gangguan fungsi eksekutif). Pada pasien terdapat gangguan yang signifikan pada memori. 4. Pasien didiagnosis menderita Demensia vaskular (F01) karena pasien memenuhi kriteria diagnosis penyakit tersebut yaitu : a. Terdapatnya gejala demensia b. Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgement) secara relative tetap baik. c. Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan demensia vaskuler. Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT- scan atau pemeriksaan neuro-patologis.
  • 21. 5. Pasien tidak mengalami gangguan tumbuh-kembang. Pasien dapat bergaul dan memiliki banyak teman. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami gangguan kepribadian dan retardasi mental (F.70) maka aksis II pada pasien tidak ada diagnosis. Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, ditemukan tekanan darah meningkat (154/113 mmHg). Oleh karena itu aksis III terdapat diagnosis hipertensi grade I. Pasien tidak memiliki masalah psikososial dan lingkungan, oleh karena itu aksis IV pada pasien ini tidak ada diagnosis. Pasien mengalami gejala sedang, disabilitas sedang dalam sosial, dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pada aksis V didapatkan GAF scale 60-51. 6. Terapi untuk demensia vascular ditujukan kepada penyebabnya, mengendalikan faktor risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala neuropsikiatrik dengan memperhatikan interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi multimodalitas sesuai gangguan kognitif dan gejala perilakunya. Penatalaksanaan utamanya digunakan untuk mencegah memburuknya demensia vaskular dengan cara mengobati penyakit yang mendasarinya seperti hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes melitus.
  • 22. Pada pasien diberikan obat donepezil, Haloperidol dan Piracetam. Donepezil yang merupakan kolinesterase inhibitor yang menghambat enzim kolenesterase sehingga asetilkolin meningkat di jaringan otak untuk mengatasi penurunan kognitif, mengurangi masalah psikologis perilaku dan menaikkan taraf aktivitas harian. Haloperidol merupakan obat golongan antipsikotik generasi pertama atau tipikal. Haloperidol bekerja dengan memblokir reseptor dopamin postsinaptik (D2) dalam sistem mesolimbik otak. Hal tersebut menurunkan gejala psikosis positif seperti halusinasi dengan menurunkan aktivitas dopamin pada sistem mesolimbik otak tersebut. Penggunaan antipsikotik pada demensia yang dianjurkan adalah dosis rendah. Dosis haloperidol yang dianjurkan adalah 0,5-5 mg 2-3 kali/hari. Piracetam merupakan obat golongan nootropic yang berfungsi mengatasi penurunan fungsi kognitif, seperti kemampuan berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah. Piracetam memengaruhi otak dan sistem saraf dengan melindungi korteks serebri agar tidak kekurangan oksigen. Korteks serebri merupakan bagian otak yang salah satu peran pentingnya adalah mengelola kemampuan gerak tubuh
  • 23. 7. Tata laksana psikososial ditujukan untuk mempertahankan kemampuan penderita yangmasih tersisa, menghambat progresivitas kemunduran fungsi kognitif, mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul. Pasien sering diuntungkan melalui psikoterapi suportif dan edukasional yang menjelaskan secara rinci sifat dan perjalanan penyakit yang dideritanya. Latihan memori sederhana, latihan orientasi realitas, dan senam otak, dapat membantu menghambat kemunduran fungsi kognitif. Psikoedukasi terhadap keluarga atau caregiver menjadi bagian yang sangat penting dalam tatalaksana pasien. Dokter dapat membantu keluarga memahami gambaran perasaan kompleks yang dikaitkan dengan perasaan keluarga terhadap pasien.
  • 24. 8. Prognosis vitam pasien adalah dubia ad malam karena didapatkan kelainan pada tanda-tanda vital pasien, pasien juga tidak rutin mengecek kesehatannya ke dokter dan hingga saat didapatkan masalah pada keadaan medis pasien. Prognosis functionam dubia ad malam karena semenjak pengobatan awal pasien belum dapat melakukan fungsinya dengan baik. Prognosis sanationam dubia ad malam, perjalanan klasik demensia adalah perburukan bertahap selama 5 sampai 10 tahun yang akhirnya menyebabkan kematian
  • 26. Demensia vaskular merupakan penurunan kognitif dan kemunduran fungsional yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler. Gejala demensia terbagi menjadi dua, yaitu gangguan kognitif dan gangguan non-kognitif. Penatalaksanaan utamanya digunakan untuk mencegah memburuknya demensia vaskular dengan cara mengobati penyakit yang mendasarinya. Tata laksana psikososial ditujukan untuk mempertahankan kemampuan yang tersisa, menghambat kemunduran fungsi kognitif serta mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul