3. seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas, Menurut
World Health Organization
(WHO)
kelompok pada manusia
yang telah masuk ke
tahap akhir dari fase
kehidupan
lansia terjadi suatu proses Anging
Process atau biasa dengan sebutan
penuaan.
Sebagian besar lansia mengalami kemunduran baik dari segi fisik maupun segi mental. Proses menua (aging) adalah proses
alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Menurut Eko dan Gloria (2018) , menyatakan bahwa pada studi komunitas ditemukan bahwa prevelensi gangguan fungsi
kognitif pada lansia adalah 17-34%. penurunan fungsi kognitif ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit depresi,
neurologi, diabetes melitus.
5. Gangguan Depresi pada Lanjut Usia:
Perasaan sedih yang berkepanjangan,
kehilangan minat atau kegairahan dalam
aktivitas yang sebelumnya disukai, energi
rendah, perubahan pola tidur, dan pikiran
tentang kematian.
Faktor Risiko: Kehilangan pasangan hidup,
isolasi sosial, masalah kesehatan kronis.
Gangguan Kecemasan pada Lanjut Usia:
Rasa cemas yang berlebihan, ketegangan,
kekhawatiran berlebihan tentang masa depan,
gejala fisik seperti ketegangan otot, gemetar,
atau masalah tidur.
Faktor Risiko: Kesehatan fisik yang menurun,
isolasi sosial, perubahan signifikan dalam
kehidupan, seperti pensiun atau pindah tempat
tinggal.
Gangguan Psikotik pada Lanjut Usia:
ilangnya kontak dengan realitas, halusinasi,
delusi, atau perubahan perilaku yang
signifikan.
Faktor Risiko: Gangguan neurologis,
penggunaan obat-obatan tertentu, atau kondisi
medis yang mempengaruhi fungsi otak.
Gangguan Kepribadian pada Lanjut Usia:
Pola perilaku yang persisten dan maladaptif
yang melibatkan cara berpikir, merasa, dan
berinteraksi dengan orang lain.
Faktor Risiko: Sejarah kehidupan dan pengalaman
masa lalu, faktor genetik, dan perubahan fisik
atau kesehatan yang berkaitan dengan penuaan.
6. Gangguan Kesehatan Mental yang Terkait dengan
Penyakit Kronis:
Gejala psikologis yang timbul akibat atau
berkontribusi pada kondisi kesehatan fisik
kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, atau
kanker.
.
Faktor Risiko: Penyakit fisik kronis, rasa nyeri
kronis, dan ketidakmampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
Gangguan Kognitif pada Lanjut Usia:
Penurunan kognitif yang signifikan melampaui
batas normal penuaan, seperti gangguan kognitif
ringan (Mild Cognitive Impairment - MCI) atau
demensia.
Faktor Risiko: Predisposisi genetik, penyakit
vaskular otak, penyakit Alzheimer, faktor
lingkungan
Gangguan Pemrosesan Stres pada Lanjut Usia:
Kesulitan dalam mengatasi perubahan atau stres
yang terkait dengan penuaan, mungkin disertai
gejala fisik seperti gangguan tidur atau masalah
pencernaan.
Faktor Risiko: Kehilangan sosial atau dukungan
keluarga, perubahan signifikan dalam kehidupan,
kehilangan teman atau pasangan hidup.
Penting untuk diingat bahwa gangguan psikologis pada masa tua
dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup dan
kesejahteraan mereka.
7.
8. Gangguan dalam pikiran atau ingatan yang
menunjukan penurunan nyata pada fungsi
kognitif yang menyebabkan gangguan mental.
kondisi ini disebabkan oleh kondisi fisik, medis,
dan putus obat
9. Pertama, Delrium
Delirium adalah gangguan mental
serius yang menyebabkan penderita
mengalami kebingungan parah dan
berkurangnya kesadaran terhadap
lingkungan sekitar
• Truma Kepala
• Gg. Metabolisme (hipoglisemia)
• Kondisi medis (infeksi parah
atau gagal jantung)
• Penyalahgunaan/putus obat
• Ketidakseimbangan cairan
• Penyakit yang menyerang sistem
saraf pusat (penyakit parkinson,
AD, virus, liver, ginjal)
• Terpapar zat beracun
• Tdk bisa berpikir/bicara jelas
Terjadi secara mendadak
• Berkembang dgn cepat, umumnya
beberapa jam-hari
• Melibatkan proses perhatian serta
• kepekaan yg terganggu
• Menghilangnya juga scr
spontan
saat penyebab terkait dpt ditangani
Jika tdk, maka akan berakibat
disabilitas,mati
10. Kedua, Gangguan
Neurokognitif Berat
(Demensia)
• penyakit otak degeneratif:
Penyakit Alzheimer (AD)
• Penyakit otak: penyakit Pick
• Infeksi fungsi otak:
meningitis, HIV, ensefalitis
• Bakteri (disebut paresis
umum)
AFASIA: melemahnya kemampuan
memahami/berbicara
APRAKSIA: melemahnya kemampuan
untuk melakukan gerakan terarah (tdk ada
kerusakan fungsi motorik)
AGNOSIA: ketidakmampuan untuk
mengenali objek (sistem sensori masih
berfungsi)
GANGGUAN FUNGSI EKSEKUTIF:
penurunan dalam merencanakan, mengatur,
mengurutkan aktivitas atau dalam
melibatkan pemikiran abstrak.
Demensia adalah kemunduran atau
pelemahan kognitif yang signifikan;
seperti penurunan ingatan, penilaian yg
terganggu, perubahan kepribadian, dan
gangguan fungsi kognitif
11. ketiga, Gangguan
Neurokognitif Ringan
mengacu pada penurunan kognitif yang lebih ringan.
Artinya, mampu berfungsi, namun harus mengerahkan
upaya yg lebih besar atau mencari strategi untuk
mengimbangi penurunan kognitifnya
12. Tdk ada penyembuhan atau
pengobatan efektif (obat yg tersedia
hanya efek sedang)
keempat, Alzheimer
Penyakit otak progresif yang ditandai oleh hilangnya
ingatan dan kemampuan kognitif secara progresif,
memburuknya fungsi kepribadian, dan perawatan diri.
• Peran Faktor
Genetik dan
• ketidakseimbangan
neurotransmiter di
otak.
13. SUBJENIS GANGGUAN NEUROKOGNITIF BERAT DAN RINGAN
NEUROKOGNITIF
AKIBAT ZAT/OBAT
enggunaan,pemutusan
, zat atau pengobatan
psikoaktif dpt
melemahkan fungsi
otakyg ringan dan
berat. Contoh
umumnya sindrom
korsakoff
berkaitangdgn
hilangnya ingatan
karna kekurangan
vitamin B1.
NEUROKOGNITIF
FRONTEMPORAL
ditandai dengan
rusaknya sel-sel saraf
di lobus frontal
temporal otak, yakni di
bagiandepan. Bagian
otak ini umumnya
bertugas untuk
mengatur
kepribadian,perilaku,
dan kemampuan
berbicara (bahasa)
NEUROKOGNITIF
FRONTEMPORAL
ditandai dengan
rusaknya sel-sel saraf
di lobus frontal
temporal otak, yakni di
bagiandepan. Bagian
otak ini umumnya
bertugas untuk
mengatur
kepribadian,perilaku,
dan kemampuan
berbicara (bahasa)
NEUROKOGNITIF
AKIBAT CEDERA
OTAK TRAUMATIK
akibat jaringan otak
yg terguncang,
terbentur, atau
terpotong
14. SUBJENIS GANGGUAN NEUROKOGNITIF BERAT DAN RINGAN
NEUROKOGNITIF DGN
BADAN LEWY:
munculnya endapan
protein di dalam
sel saraf pada otak.
Akibatnya, fungsi
otak
untukmenghantarkan
sinyal kimia ke
seluruh tubuh pun
terhambat.
Menyebabkan daya
ingat menurun,
namun salah satu
jenis
demensiaprogresif
yang cukup umum
NEUROKOGNITIF
AKIBAT PENYAKIT
PARKINS
penyakit syaraf yg
memburuk bertahap
dan memengaruhi
bagian otak
ygberfungsi
mengoordinasikan
gerakan tubuh.
Akibatnya. Penderita
sulitmengatur gerak
tubuh, termasuk
berbicara, jalan, dan
menulis.
NEUROKOGNITIF
AKIBAT PENYAKIT
HUNTINGTON
penyakit keturunan
yang menyerang sel
saraf tertentu pada
otak.Kerusakan otak
ini akan makin
memburuk seiring
waktu dan
dapatmemengaruhi
gerakan tubuh, fungsi
kognitif otak (persepsi,
kesadaran,pemikiran,
penilaian), dan
peerilaku
15.
16. spektif Biologis:
- Menyoroti perubahan biologis,
struktural, dan fungsional dalam
otak sebagai akar penyebab
gangguan neurokognitif.
- Contoh: Fokus pada akumulasi
plak amyloid, kerusakan sel saraf,
dan perubahan dalam
neurotransmitter sebagai dasar
gangguan.
-Pandangan Neurologis
Pemahaman terhadap
bagaimana perubahan pada
level neurologis dapat
memengaruhi proses kognitif
dan menyebabkan gangguan
neurokognitif.
- Contoh: Analisis perubahan
pada struktur otak melalui
teknologi pencitraan otak
seperti MRI atau PET scan.
Genetika dan Risiko
Pemahaman terhadap faktor
genetika yang dapat
meningkatkan risiko seseorang
terkena gangguan
neurokognitif.
- Contoh: Mengidentifikasi dan
memahami peran gen tertentu
yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap
Alzheimer.
Genetika dan Risiko
Pemahaman terhadap faktor
genetika yang dapat
meningkatkan risiko seseorang
terkena gangguan
neurokognitif.
- Contoh: Mengidentifikasi dan
memahami peran gen tertentu
yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap
Alzheimer.
pendekatan Holistik
Menggabungkan berbagai
aspek biologis, neurologis, dan
genetika untuk membentuk
pandangan holistik tentang
kompleksitas gangguan
neurokognitif.
- Contoh: Integrasi informasi
dari berbagai bidang
penelitian untuk pemahaman
menyeluruh mengenai
gangguan tersebut.
Kesehatan Otak dan Pencegahan
-Memandang gangguan
neurokognitif sebagai hasil dari
perubahan kesehatan otak dan
mendorong upaya pencegahan.
- Contoh: Mengembangkan
intervensi atau gaya hidup yang
dapat memelihara kesehatan
otak untuk mencegah atau
menunda timbulnya gangguan
neurokognitif.
17. Teori Wear and Tear:*
- Tubuh dan sel merusak karena penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan.
- Organ menurun akibat toksin dalam makanan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, nikotin, sinar ultraviolet, dan
stres fisik/emosional.
*Teori Neuroendokrin:*
- Hormon berperan vital dalam fungsi organ tubuh.
- Pada usia tua, produksi hormon menurun, mengganggu fungsi tubuh seperti kemampuan motorik, seksual, dan memori.
*Teori Kontrol Genetika:*
- Faktor genetik menentukan waktu penuaan dan umur harapan hidup.
- Individu memiliki jam biologi yang memprogram proses penuaan dan rentang hidupnya.
*Teori Radikal Bebas:*
- Radikal bebas, molekul dengan elektron tidak berpasangan, merusak membran sel, DNA, dan protein.
- Kontribusi radikal bebas dalam penyakit terkait penuaan seperti kanker dan penyakit jantung.
18.
19. pendekatan dengan menggunakan obat-obatan psikotropika atau psikiatri untuk mengelola
dan meredakan gejala gangguan mental dalam pengobatan defisit neurokognitif. Berikut
beberapa obat-obatan yang disarankan untuk penanganan gangguan masa tua
(neurocognitive)
Pramipexole
dapat meningkatkan
neurokognisi hanya pada pasien
euthymic
Mifepristone:
tambahan Mifepristone yang
merupakan steroid sintetis, pada 600
mg/hari meningkatkan memori kerja
spasial pada pasien depresi BD, dan ini
juga terbukti 7 minggu setelah
penghentian pengobatan
Lurasidone
dapat meningkatkan kognisi pada
pasien BD-I euthymic
Infus ketamine intravena:
enam infus ketamine
intevena (0,5 mg/kg) selama
periode 12 hari
meningkatkan kecepatan
pemrosesan dan
pembelajaran verbal
20. pendekatan yang tidak melibatkan penggunaan obat-obatan (farmakologis), tetapi memanfaatkan
intervensi biologis untuk meredakan atau mengelola gejala penyakit atau gangguan mental. Berikut
beberapa pengobatan biologis non-farmakologis yang disarankan untuk penanganan gangguan masa tua
(neurocognitive):
Elektrokonvulsif Therapy (ECT):
metode pengobatan yang melibatkan pemberian
arus listrik yang dikendalikan secara ketat ke otak
untuk menghasilkan kejang terkontrol. ECT
dilaporkan menghasilkan peningkatan fungsi
neurokognitif serupa dengan pengobatan
farmakologis berbasis algoritma
Terapi Rejimen Transcranial Magnetic (RTM):
metode pengobatan dengan menggunakan medan
magnet untuk mempengaruhi aktivitas otak. RTM
aktif frekuensi tinggi selama sepuluh hari berturut-
turut meningkatkan aspek neurokognisi tanpa
berpengaruh pada gejala suasana hati
21. pendekatan yang tidak melibatkan penggunaan obat-obatan (farmakologis), tetapi memanfaatkan
intervensi biologis untuk meredakan atau mengelola gejala penyakit atau gangguan mental. Berikut
beberapa pengobatan biologis non-farmakologis yang disarankan untuk penanganan gangguan masa tua
(neurocognitive):
Remediasi Kognitif:
pendekatan yang berfokus pada latihan dan
pengembangan keterampilan kognitif seperti pelatihan
memori, pelatihan perhatian, pemecahan masalah dsb
yang berhubungan dengan kognitif
Remediasi Fungsional
Pendekatan yang melibatkan kerjasama antara terapis
dan individu yang sedang mendapatkan perawatan.
Tujuannya adalah memberikan dukungan yang efektif dan
praktis sehingga individu dapat menjalani kehidupan
sehari-hari dengan lebih baik, meningkatkan kualitas
hidup, dan mencapai tujuan mereka.