SlideShare a Scribd company logo
1 of 77
Oleh:
1. Virmansyah (14042052)
2. Rian Syufa Anggana (1307100)
3. Ari Nofrizal Kamal (55058)
Jurusan Ilmu Administrasi negara
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negri Padang
2015
 1. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG
PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
 2. UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN
1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 3. UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 PTUN ADALAH LEMBAGA PERADILAN YANG MENGADILI
SENGKETA TUN, TERMASUK SENGKETA KEPEGAWAIAN
ANTARA BADAN ATAU PEJABAT TUN/ADMINISTRASI
NEGARA (PEJABAT PEMERINTAHAN) DENGAN SESEORANG
ATAU BADAN HUKUM PERDATA SEPERTI PT, YAYASAN DAN
BADAN HUKUM LAINNYA
 TUN ADALAH ADMINISTRASI NEGARA YANG
MELAKSANAKAN FUNGSI UNTUK
MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN BAIK
DI PUSAT MAUPUN DI DAERAH.
 BADAN ATAU PEJABAT TUN ADALAH BADAN ATAU
PEJABAT YANG MELAKSANAKAN URUSAN
PEMERINTAHAN BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.
 KEPUTUSAN TUN ADALAH SUATU PENETAPAN TERTULIS
YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN
YANG BERISI TINDAKAN HUKUM TUN YANG
BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG BERLAKU, YANG BERSIFAT KONKRET, INDIVIDUAL
DAN FINAL, YANG MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM
BAGI SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA
 TINDAKAN HUKUM TUN ADALAH PERBUATAN HUKUM BADAN
ATAU PEJABAT TUN YANG BERSUMBER PADA SUATU
KETENTUAN HUKUM TUN YANG DAPAT MENIMBULKAN HAK
DAN KEWAJIBAN PADA ORANG LAIN.
 BERSIFAT KONKRET ARTINYA OBYEK YANG DIPUTUSKAN
DALAM KEPUTUSAN TUN ITU TIDAK ABSTRAK, TETAPI
BERWUJUD, TERTENTU ATAU DAPAT DITENTUKAN, MISALNYA
KEPUTUSAN MENGENAI RUMAH SI A, IZIN USAHA BAGI SI B,
PEMBERHENTIAN SI C SEBAGAI PEGAWAI NEGERI DSB.
 BERSIFAT INDIVIDU ARTINYA KEPUTUSAN TUN ITU TIDAK
DITUJUKAN UNTUK UMUM, TETAPI TERTENTU BAIK ALAMAT
MAUPUN HAL YANG DITUJU. KALAU YANG DITUJU ITU LEBIH
DARI SEORANG, TIAP-TIAP NAMA ORANG YANG TERKENA
KEPUTUSAN ITU DISEBUTKAN.
 BERSIFAT FINAL ARTINYA SUDAH DEFINITIF DAN KARENANYA
DAPAT MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM
 SENGKETA TUN ADALAH SENGKETA YANG TIMBUL DALAM
BIDANG TUN ANTARA ORANG ATAU BADAN HUKUM
PERDATA DENGAN BADAN ATAU PEJABAT TUN, BAIK DI
PUSAT MAUPUN DI DAERAH, SEBAGAI AKIBAT
DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN TUN, TERMASUK SENGKETA
KEPEGAWAIAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU.
 GUGATAN ADALAH PERMOHONAN YANG BERISI TUNTUTAN
TERHADAP BADAN ATAU PEJABAT TUN DAN DIAJUKAN KE
PENGADILAN UNTUK MENDAPATKAN PUTUSAN.
 TERGUGAT ADALAH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG
MENGELUARKAN KEPUTUSAN BERDASARKAN WEWENANG
YANG ADA PADANYA ATAU YANG DILIMPAHKAN
KEPADANYA, YANG DIGUGAT OLEH ORANG ATAU BADAN
HUKUM PERDATA.
 PENGADILAN ADALAH PENGADILAN TUN DAN/ATAU
PENGADILAN TINGGI TUN DILINGKUNGAN PERADILAN TUN.
 HAKIM ADALAH HAKIM PADA PENGADILAN TUN DAN/ATAU
PENGADILAN TINGGI TUN.
 TUJUAN
 1. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HAK-HAK YANG
BERSUMBER PADA HAK-HAK INDIVIDU.
 2. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK
MASYARAKAT YANG DIDASARKAN KEPADA KEPENTINGAN
BERSAMA DARI INDIVIDU YANG HIDUP DALAM
MASYARAKAT TERSEBUT.
 FUNGSI
 SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KONFLIK YANG
TIMBUL ANTARA PEMERINTAH (BADAN ATAU PEJABAT TUN)
DENGAN RAKYAT (ORANG PERORANGAN MAUPUN BADAN
HUKUM PERDATA) SEBAGAI AKIBAT DIKELUARKAN ATAU
TIDAK DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN TUN.
 MENURUT F.J. STAHL PEMBETUKAN LEMBAGA
PERADILAN ADMINISTRASI DIMAKSUDKAN ANTARA
LAIN :
 1. MENGAKUI DAN MELINDUNGI HAK-HAK ASASI
MANUSIA.
 2. UNTUK MELINDUNGI HAK-HAK ASASI TERSEBUT, MAKA
NEGARA HARUS BERDASARKAN PADA TRIAS POLITIKA.
 3. DALAM MENJALANKAN TUGASNYA, PEMERINTAH
BERDASARKAN ATAS UNDANG-UNDANG.
 4. APABILA DALAM TUGASNYA BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG ITU PEMERINTAH MASIH
MELANGGAR HAK ASASI YAITU ADANYA CAMPUR
TANGAN PEMERINTAH DALAM KEHIDUPAN PRIBADI
SESEORANG, MAKA ADA PENGADILAN ADMINISTRASI
YANG AKAN MENYELESAIKAN.
 1. UNDANG-UNDANG DASAR 1945 :
 PASAL 24
 (1) KEKUASAAN KEHAKIMAN MERUPAKAN KEKUASAAN
YANG MERDEKA UNTUK MENYELENGARAKAN PERADILAN
GUNA MENEGAKKAN HUKUM DAN KEADILAN.
 (2) KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKUKAN OLEH SEBUAH
MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG
BERADA DIBAWAHNYA DALAM LINGKUNGAN PERADILAN
UMUM, LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA, LINGKUNGAN
PERADILAN MILITER, LINGKUNGAN PERADILAN TATA USAHA
NEGARA DAN OLEH SEBUAH MAHKAMAH KONSTITUSI
 2. TAP MPR RI NOMOR IV/MPR/1978 DIHUBUNGKAN
DENGAN TAP MPR RI NOMOR II/MPR/1983 TENTANG
GBHN
 3. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1970
TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN
KEHAKIMAN.
 4. UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG
KEKUASAAN KEHAKIMAN
 5. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985
TENTANG MAHKAMAH AGUNG.
 6. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14
TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG.
 1. AZAS PRADUGA RECHTMATIG,
MENGANDUNG MAKNA BAHWA SETIAP
TINDAKAN PENGUASA SELALU HARUS
DIANGGAP BENAR (RECHTMATIG) SAMPAI
ADA PEMBATALANNYA. DENGAN AZAS INI
GUGATAN TIDAK MENUNDA PELAKSANAAN
KEPUTUSAN TUN YANG DIGUGAT.
 2. AZAS PEMBUKTIAN BEBAS, MAKSUDNYA
HAKIM YANG MENETAPKAN BEBAN
PEMBUKTIAN.
 3. AZAS KEAKTIFAN HAKIM (DOMINUS LITIS) KEAKTIFAN HAKIM
DIMAKSUDKAN UNTUK MENGIMBANGI KEDUDUKAN PARA
PIHAK YANG TIDAK SEIMBANG. PIHAK TERGUGAT ADALAH
BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG MENGUASAI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN
KEWENANGAN DAN/ATAU DASAR DIKELUARKANNYA
KEPUTUSAN YANG DIGUGAT, SEDANGKAN PIHAK PENGGUGAT
ADALAH ORANG PERORANGAN ATAU BADAN HUKUM
PERDATA YANG DALAM POSISI LEMAH, KARENA BELUM TENTU
MEREKA MENGETAHUI BETUL PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG DIJADIKAN SUMBER UNTUK
DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN YANG DIGUGAT.
 4. AZAS PUTUSAN PENGADILAN YANG MEMPUNYAI KEKUATAN
MENGIKAT (ERGA OMNES), SENGKETA TUN ADALAH SENGKETA
DALAM RANAH HUKUM PUBLIK, DIMANA AKIBAT HUKUM YANG
TIMBUL DARI PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMPUNYAI
KEKUATAN HUKUM TETAP AKAN MENGIKAT TIDAK HANYA PARA
PIHAK YANG BERSENGKETA, NAMUN BERDASARKAN AZAS INI
PUTUSAN TERSEBUT AKAN MENGIKAT SIAPA SAJA.
 SUATU KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA YANG DAPAT
DIGUGAT MELALUI PERADILAN TUN :
 1. KEPUTUSAN TUN YANG BERTENTANGAN DENGAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.
 2. PEJABAT TUN PADA WAKTU MENGELUARKAN KEPUTUSAN
TUN TELAH MENGGUNAKAN WEWENANGNYA UNTUK
TUJUAN LAIN DARI MAKSUD DIBERIKANNYA WEWENANG
TERSEBUT.
 3. PEJABAT TUN PADA WAKTU MENGELUARKAN ATAU TIDAK
MENGELUARKAN KEPUTUSAN TUN SETELAH
MEMPERTIMBANGKAN SEMUA KEPENTINGAN YANG
TERSANGKUT DENGAN KEPUTUSAN ITU.
 SUATU KEPUTUSAN TUN DAPAT DINILAI
BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU, APABILA KEPUTUSAN
YANG BERSANGKUTAN ITU:
 1. BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN
DALAM PERETURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERSIFAT PROSEDURAL/FORMAL (BIASANYA
MENYANGKUT MENGENAI PERSIAPAN, TERJADINYA,
SUSUNAN ATAU PENGUMUMAN KEPUTUSAN YANG
BERSANGKUTAN.
 2. BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN
DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERSIFAT MATERIIL/SUBSTANSIAL ( CACAT MENGENAI
ISINYA MISALNYA KPTSN IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN YANG BERTENTANGAN DENGAN
RENCANA YANG TELAH DITENTUKAN)
 3. DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN
YANG TIDAK BERWENANG (CACAT KEWENANGAN)
 CACAT KEWENANGAN TERDIRI ATAS :
A. APABILA SUATU KEPUTUSAN TUN TIDAK ADA
DASARNYA DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN ATAU APABILA KEPUTUSAN ITU
DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG
TIDAK BERWENANG UNTUK MENGELUARKANNYA.
B. BADAN ATAU PEJABAT TUN BELUM BERWENANG
ATAU TIDAK BERWENANG LAGI MENGELUARKAN
KEPUTUSAN TUN, MISALNYA KARENA JANGKA
WAKTUNYA SUDAH LAMPAU ATAU MENERAPKAN
PERATURAN LAIN SEMENTARA ITU SUDAH BERLAKU
PERATURAN BARU
C. KEPUTUSAN YANG DIAMBIL OLEH BADAN ATAU
PEJABAT TUN TERSEBUT MENYANGKUT HAL YANG
BERADA DILUAR BATAS WILAYAHNYA.
 UNTUK BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG PADA
WAKTU MENGELUARKAN KEPUTUSAN TELAH
MENGGUNAKAN KEWENANGANNYA UNTUK TUJUAN
LAIN DARI MAKSUD DIBERIKANNYA KEWENANGAN
TERSEBUT SERING DISEBUT JUGA DENGAN
PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN ( DETOURNEMENT
DE POUVOIR).
 SEDANGKAN UNTUK BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG
PADA WAKTU MENGELUARKAN ATAU TIDAK
MENGELUARKAN KEPUTUSAN SETELAH
MEMPERTIMBANGKAN SEMUA KEPENTINGAN YANG
TERSANGKUT DENGAN KEPUTUSAN ITU SEHARUSNYA
TIDAK SAMPAI PADA PENGAMBILAN ATAU TIDAK
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERSEBUT, SERING JUGA
DISEBUT DENGAN BERBUAT SEWENANG-WENANG
(WILLEKEUR)
 DENGAN DEMIKIAN YANG DAPAT DIJADIKAN
OBYEK PERADILAN TUN SEMATA-MATA
TERBATAS PADA PENETAPAN (KEPUTUSAN)
TERTULIS YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN
ATAU PEJABAT TUN YANG MEMENUHI UNSUR-
UNSUR BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU,
BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG
MENGELUARKAN KEPUTUSAN TERSEBUT TELAH
MENYALAHGUNAKAN WEWENANGNYA DAN
BADAN ATAU PEJABAT TUN TERSEBUT TELAH
BERBUAT SEWENANG-WENANG.
 GUGATAN SENGKETA TUN DIAJUKAN KEPADA PENGADILAN
YANG BERWENANG YANG DAERAH HUKUMNYA MELIPUTI
TEMPAT KEDUDUKUAN TERGUGAT.
 DALAM HAL TEMPAT KEDUDUKAN TERGUGAT TIDAK
BERADA DALAM DAERAH HUKUM PENGADILAN TEMPAT
KEDIAMAN PENGGUGAT, MAKA GUGATAN DAPAT
DIAJUKAN KE PENGADILAN YANG DAERAH HUKUMNYA
MELIPUTI TEMPAT KEDIAMAN PENGGUGAT UNTUK
SELANJUTNYA DITERUSKAN KEPADA PENGADILAN YANG
BERSANGKUTAN.
 GUGATAN DAPAT DIAJUKAN HANYA DALAM TENGGANG
WAKTU 90 HARI TERHITUNG SEJAK SAAT DITERIMANYA ATAU
DIUMUMKANNYA KEPUTUSAN BADAN ATAU PEJABAT TUN
 GUGATAN HARUS MEMUAT :
 1. NAMA, KEWARGANEGARAAN, TEMPAT TINGGAL
DAN PEKERJAAN PENGGUGAT ATAU
KUASAHUKUMNYA.
 2. NAMA, JABATAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN
TERGUGAT.
 3. DASAR GUGATAN DAN HAL YANG DIMINTA UNTUK
DIPUTUSKAN OLEH PENGADILAN
 APABILA GUGATAN DIBUAT DAN DITANDATANGAI
OLEH SEORANG KUASA PENGGUGAT, MAKA
GUGATAN HARUS DISERTAI SURAT KUASA YANG SAH.
 GUGATAN SEDAPAT MUNGKIN JUGA DISERTAI
KEPUTUSAN TUN YANG DISENGKETAKAN OLEH
PENGGUGAT.
 AGAR SESEORANG DAPAT BERTINDAK SEBAGAI WAKIL ATAU
KUASA HUKUM DARI PARA PIHAK, MAKA IA HARUS MEMENUHI
SYARAT-SYARAT :
 A. MEMPUNYAI SURAT KUASA KHUSUS.
 B. DITUNJUK SECARA LISAN DIPERSIDANGAN OLEH PARA
PIHAK.
 C. SURAT KUASA YANG DIBUAT DILUAR NEGERI BENTUKNYA
HARUS MEMENUHI PERSYARATAN DI NEGARA YANG
BERSANGKUTAN DAN DIKETAHUI OLEH PERWAKILAN RI DI
NEGARA TERSEBUT, SERTA KEMUDIAN DITERJEMAHKAN DALAM
BAHASA INDONESIA OLEH PENTERJEMAH RESMI.
 KENDATIPUN PARA PIHAK TELAH MENGGUNAKAN KUASA
HUKUM ATAU WAKIL, NAMUN APABILA DIPANDANG PERLU
HAKIM DAPAT MDEMERINTAHKAN PARA PIHAK UNTUK DATANG
MENGHADAP SENDIRI.
 BIAYA PERKARA
 PADA PRINSIPNYA UNTUK BERPERKARA DIPERLUKAN BIAYA. UANG
MUKA BIAYA PERKARA ADALAH BIAYA YANG HARUS DIBAYAR LEBIH
DAHULU SEBAGAI UANG PANJAR OLEH PENGGUGAT .
 YANG TERMASUK BIAYA PERKARA ADAALAH BIAYA-BIAYA
KEPANITERAAN, MATERAI, SAKSI-SAKSI, AHLI, ALIH BAHASA,
PEMERIKSAAN DILUAR SIDANG DAN BIAYA-BIAYA LAIN YANG
DIPERLUKAN UNTUK KEPENTINGAN PEMUTUSAN SENGKETA ATAS
PERINTAH HAKIM.
 SETELAH PEMERIKSAAN PERKARA ITU SELESAI, MAKA UANG MUKA
BIAYA PERKARA ITU AKAN DIPERHITUNGKAN KEMBALI DENGAN
KESELURUHAN BIAYA PERKARA. APABILA PENGGUGAT DIKALAHKAN
DAN MASIH ADA KELEBIHAN UANG MUKA BIAYA PERKARA, MAKA
UANG KELEBIHAN TERSEBUT DIKEMBALIKAN KEPADA PENGGUGAT.
DAN APABILA KURANG MAKA IA DIWAJIBKAN UNTUK MEMBAYAR
KEKURANGANNYA. SEBALIKNYA APABILA PENGGUGAT MENANG,
MAKA UANG MUKA TERSEBUT AKAN DIKEMBALIKAN SELURUHNYA
KEPADA PENGGUGAT DAN BIAYA PERKARA DIBEBANKANKEPADA
TERGUGAT.
 DENGAN PRINSIP DIATAS TIDAK MENUTUP
KEMUNGKINAN UNTUK BERPERKARA TANPA BIAYA.
 DALAM BERPERKARA TANPA BIAYA INI, PENGGUGAT
DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN KEPADA KETUA
PENGADILAN UNTUK BERPERKARA SECARA CUMA-
CUMA DENGAN DISERTAI SURAT KETERANGAN TIDAK
MAMPU DARI KEPALA DESA ATAU LURAH TEMPAT
KEDIAMANNYA.
 PERMOHONAN INI HARUS DIPERIKSA DAN DITETAPKAN
SEBELUM POKOK SENGKETA DIPERIKSA.
 PENETAPAN DIAMBIL DI TINGKAT PERTAMA DAN
TERAKHIR, ARTINYA APABILA PEMOHONAN
DIKABULKAN, BERPERKARA SECARA CUMA CUMA INI
BERLAKU JUGA DITINGKAT BANDING DAN KASASI.
 PENCATATAN PERKARA
 BAGI MEREKA YANG BERPERKARA
SECARA CUMA-CUMA, GUGATAN
BARU DICATAT DALAM DAFTAR
PERKARA SETELAH
ADANYAPENETAPAN TENTANG
PENGABULAN BERPERKARA SECARA
CUMA-CUMA.
 Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara (HAPTUN/HATUN) adalah
Peraturan Hukum yg mengatur proses
penyelesaian perkara TUN melalui
pengadilan (hakim), sejak pengajuan
gugatan sampai keluarnya putusan
pengadilan (hakim).
 HAPTUN/HATUN disebut juga hukum
formal yang berfungsi mempertahankan
berlakunya HTUN (HAN) sebagai hukum
material.
 Diatur bersama dg hkm materialnya. ketentuan
mengenai prosedur berperkara diatur bersama dg
hkm materialnya/ dg susunan, kompetensi badan
peradilan dlm bentuk UU/Peraturan lain.
 HAPTUN sbg pelaksana Pasal 12 UU No. 14 Tahun 1970
diatur bersama hkm materialnya, yang selanjutnya
dirubah dengan UU No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan kehakiman.
 Prosedur berperkara diatur tersendiri dalam bentuk
UU/Peraturan lainnya.
 UU No. 5/1986 tentang PTUN
 UU No.9/2004 tentang PTUN
 UU No. 51/2009 tentang PTUN
 Salah 1 unsur PTUN adlh pihak2 dan
slh 1 pihak itu adlh Badan atau
Pejabat TUN dlm kedudukanya dan
bertindak berdasarkan wewenang
yang diberikan oleh HTUN (HAN) dlm
menjalankan tugas pelayanan umum.
 Dimuka PTUN para pihak yg
berperkara mempunyai kedudukan
yg sama. Hakim harus
memperlakukan kedua belah pihak
dg sama adil.
 Badan atau Pejabat TUN dlm menjalankan
fungsinya mempunyai kewenangan
berdasarkan ketentuan per-uu-an baik secara
langsung (atribusi) maupun pelimpahan
(delegasi) serta mandat dan kebebasan
bertindak yang dalam ilmu hkm dikenal dg
istilah freis Ermessen.
 Dlm menjalankan tgsnya, tdk jarang terjadi
bahwa tindakan badan atau Pejabat TUN
melanggar batas, shgga menimbulkan
kerugian bagi yg terkena. Hal demikian disebut
perbuatan melanggar hkm oleh penguasa
(onrechtmatige overheidsdaad).
No Pembeda HAPTUN Acara Perdata
1 Subjek/Pihak badan/Pejabat TUN
lawan warga
masyarakat
Warga masy. Lawan
warga masyarakat
2 Pangkal sengketa Ketetapan tertulis
pejabat
Kepentingan perdata
warga masyarakat
3 Tindakan Perbuatan melawan
hukum penguasa
Perbuatan melawan
hukum masy.
wanprestasi
4 Peran hakim Hakim aktif Hakim pasif
5 Rekonvensi Tidak dikenal Dikenal, diatur
Mahkamah Agung
Individu/Badan
Hukum Perdata
Ps 53 ayat 1
“Keberatan”
Sema No.
2/1991
“Banding Adm”
Ps. 48 jo Sema
No. 2/1991
PT TUN
Pasal 51 ayat 3
P. TUN
PT TUN
Subjek PTUN
1.pihak penggugat.
 Yang dapat menjadi pihak penggugat
dalam perkara di Pengadilan Tata Usaha
Negara adalah setiap subjek hukum, orang
maupun badan hukum perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan dengan
dikeluarkannya keputusan Tata Usaha
Negara oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara di Pusat maupun di Daerah
(Pasal 53 ayat (1) jo Pasal 1 angka 4 UU no. 5
tahun 1986)
 .Pihak tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan
wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya (Pasal 1 angka 6 UU no. 5 tahun 1986).
 Yang dimaksud wewenang tersebut adalah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku oleh SF.MARBUN dikemukakan bahwa:menurut
hokum administrasi,pengertian kewenangan adalah
kekuasaan yang diformalkan,baik dalam suatu bidang
pemerintahan yang berasal dari kekuasaan legislative
atau dari kekuasaan pemerintah,sedangkan
pengertian wewenang hanya onderdil tertentu atau
bidang tertentu.dengan demikian wewenang adalah
kemampuan bertindak yang diberikan undang-undang
yang berlaku untuk melakukan hubungan hokum
tersebut
 Selama pemeriksaan berlangsung, setiap orang yang
berkepentingan dalam sengketa pihak lain yang
sedang diperiksa oleh Pengadilan, baik atas prakarsa
sendiri dengan mengajukan permohonan, maupun
atas prakarsa Hakim dapat masuk dalam sengketa
Tata Usaha Negara, dan bertindak sebagai: pihak
yang membela haknya; atau peserta yang
bergabung dengan salah satu pihak yang
bersengketa (pasal 83)
 Apabila pihak ketiga yang belum pernah ikut serta
atau diikut sertakan selama waktu pemeriksaan
sengketa yang bersangkutan, pihak ketiga tersebut
berhak mengajukan gugatan perlawanan terhadap
pelaksanaan putusan pengadilan tersebut kepada
Pengadilan yang mengadili sengketa tersebut pada
tingkat pertama (pasal 118 ayat 1)
Objek PTUN
1. Keputusan Tata Usaha Negara
“suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara
berdasarkan Peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang bersifat konkret, individual
dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau Badan Hukum Perdata.” (Pasal
1 angka 3 UU no. 5 tahun 1986).
2. yang dipersamakan dengan Keputusan Tata
Usaha Negara yang dimaksud diatas adalah
sebagaimana yang disebut dalam ketentuan
Pasal 3 Uu no. 5 tahun 1986.
1) apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak
mengeluarkan keputusan, sedangkan hal ini menjadi
kewajiban, maka hal tersebut disamakan dengan
Keputusan Tata Usaha Negara.
2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak
mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan
jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Peraruran
perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut
dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang
dimaksud.
3) dalam hal Peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan tidak menentukan jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) : “maka setelah
lewat waktu 2 (empat) bulan sejak diterimanya
permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan
Keputusan Penolakan.”
Lanjutan maksud yg dipersamakan dgn KTUN: ……
 Jenis upaya hkm:
a. Upaya hkm biasa yg berupa
pengadilan tingkat banding dan
peradilan tingkat kasasi.
b. Upaya hkm luar biasa, yaitu
perlawanan phk ketiga dan
peninjauan kembali.
36
Hal yg berbeda dengan peradilan
lainnya, kekhususan dari PTUN
adalah mengenal tahapan
pemeriksaan pendahuluan;
Pemeriksaan pendahuluan terdiri
dari:
a.Rapat permusyawaratan (pasal
62)
b.Pemeriksaan persiapan (pasal 63)
37
 Disebut jg sebagai dismissel process
(tahap penyaringan). Tujuannya
adalah memeriksa gugatan yg
masuk, apakah memenuhi syarat yg
ditentukan atau melihat kompetensi
peradilan TUN yg mengadili.
 Jika suatu gugatan dilanjutkan
tanpa adanya dismissal process
maka dikhawatirkan akan
membuang waktu & biaya.
38
 Dalam dismissal process, Ketua berhak
memutuskan penetapan bahwa gugatan tdk
dapat diterima/ tdk berdasar, apabila:
1)Pokok gugatan tidak masuk kewenangan
TUN;
2)Syarat gugatan sbgmn pasal 56 tidak
terpenuhi;
3)Gugatan didasarkan pada alasan tidak layak;
4)Gugatan sudah dipenuhi dalam KTUN yg
digugat;
5)Gugatan diajukan sebelum/telah lewat
waktu.
39
 Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara
mengenai hal ini diucapkan dalam rapat
permusyawaratan sebelum hari persidangan ditentukan
dengan memanggil kedua belah pihak untuk
mendengarkannya. Pemanggilan kedua belah pihak
dilakukan dengan surat tercatat oleh panitera atas
perintah Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan. Terhadap penetapan ketua pengadilan
tersebut diajukan perlawanan kepada Pengadilan Tata
Usaha Negara yang bersangkutan dalam tenggang waktu
14 hari sesudah diucapakan. Perlawanan tersebut diajukan
harus dengan memenuhi syarat-syarat seperti yang
gugatan biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 56
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Perlawanan
diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Tata Usaha Negara
denga acara cepat, maka penetapan Ketua Pengadilan
Tata Usaha Negara yang yang diambil dalam rapat
permusyawaratan tesebut dinyatakan gugur demi hukum
dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan
diselesaikan menurut acara biasa
40
 Diatur lebih lanjut dalam Pasal 63 UU No. 5 Tahun 1986 yang
berbunyi :
1) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, hakim wajib
mengadakan pemeriksaan persiapan untuk melengkapi
gugatan yang kurang jelas
2) Dalam pemeriksaan persiapan  sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), hakim :
1. Wajib member nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki
gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan
dalam jangka waktu 30 hari
2. Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang bersangkutan
3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf a, penggugat belum menyempurnakan
gugatannya, maka hakim menyatakan dengan putusan bahwa
gugatannya tidak dapat diterima;
4) Terhadap putusan sebagaimana diatur dalam ayat (3) tidak
dapat digunakan upaya hukum, tetapi dapat diajukan gugatan41
Dilakukan dengan dua cara:
1.Acara cepat;
2.Acara biasa.
Selama pemeriksaan berlangsung,
pihak yg berkepentingan dapat
mengajukan diri sebagai para
pihak atau keikutsertaan pihak
ketiga.
42
 Keikutsertaan pihak ketiga dalam
pemeriksaan tgkt pertama dpt dalam
bentuk:
a.Tussenkomst: pihak ketiga yg ikut serta
dalam pemeriksaan PTUN dgn kemauan
sendiri, tujuannya mempertahankan
kepentingannya, agar tidak dirugikan
baik KTUN yg diperiksa maupun akibat
putusan TUN. Jika gugatan pihak ketiga
dikabulkan maka disebut sebagai
penggugat intervensi (intervenient)
43
 Yaitu keikutsertaan pihak ketiga
dalam pemeriksaan tingkat
pertama PTUN atas permintaan
para pihat baik penggugat
maupun tergugat. Tujuan
voeging ini adalah memperkuat
kedudukan salah satu pihak, baik
penggugat maupun tergugat.
44
 Intervensi khusus terjadi dalam
pemeriksaan tingkat pertama atas
permintaan sendiri dari hakim yang
mengadili sengketa TUN. Kedudukan
pihak ketiga tersebut yaitu sebagai
tergugat II intervensi.
 Pemanggilan tergugat II intervensi
tersebut, dilakukan oleh hakim TUN
lewat putusan sela.
45
• Eksepsi adalah tangkisan hal-hal di luar pokok perkara,
sehingga gugatan dinyatakan tidak dapat diterima.
a) Eksepsi dalam perkara Tata Usaha Negara diatur dalam
Pasal 77 UU.No. 5/1986 terdiri dari:
a. Eksepsi Absolut :
- Kopetensi Absolut.
 Yakni eksepsi tentang kompetensi absolut pengadilan dapat
diajukan setiap waktu selama pemeriksaan berjalan. Bahwa
meskipun tidak diajukan, Pengadilan wajib untuk
memeriksanya dan menyatakan tidak berwenang mengadili
perkara.
- Kopetensi Relatif.
 Eksepsi diajukan sebelum disampaikan jawaban atas pokok
perkara. Eksepsi ini harus diputus sebelum pokok perkara
diperiksa. Jadi untuk itu pengadilan terlebih dahulu harus
menetapkan putusan sela.
EKSEPSI
b. Eksepsi Relatif :
 Eksepsi Relatif adalah tangkisan mengenai
hal-hal kekurangan/kesalahan mengenai
pembuatan gugatan.
 Misalnya : Penggugat tidak berkualitas
sebagai Penggugat, Objek gugatan bukan
objek TUN, identitas para pihak tidak
lengkap, gugatan kabur, gugatan telah
daluwarsa, gugatan nebis in idem dll.
Eksepsi relatif ini tidak terbatas, asal itu
merupakan kelemahan dari gugatan
diajukan sebagai eksepsi relatif. 
 Setelah mengemukakan eksepsi (tangkisan), selanjutnya
disampaikan jawaban terhadap pokok perkara (Pasal 74 ayat 1
UU.No. 5/1986). Suatu jawaban biasanya berisikan :
1. Bantahan 
 Bantahan yang dimaksud adalah suatu pengingkaran terhadap
apa yang dikemukakan penggugat dalam dalil-dalil gugatannya. 
2. Pengakuan/pembenaran
 Di dalam Jawaban ada kemungkinan Tergugat mengakui
kebenaraan dalil-dalil gugatan Penggugat. Untuk menghidarkan
agar jangan sampai ada pengakuan yang tidak memerlukan
pembuktian lagi biasanya dipergunakan kata-kata “
seandanyapun itu benar” atau “qwodnoon. Maksudnya tidak
membantah secara tegas, tetapi juga tidak mengakui secara
tegas, tetapi juga tidak mengakui secara pasti.
3. Fakta-fakta lain
 Di dalam jawaban itu Tergugat ada kemungkinan juga
mengemukakan fakta-fakta baru untuk membenarkan
kedudukannya. 
 Hal : Jawaban Perkara Tata Usaha Negara
No. : ....../G/..../PTUN......
Dengan Hormat,
Tergugat dengan ini menyampaikan Eksepsi dan Jawaban sebagai berikut :
I. TENTANG EKSEPSI
A. Eksepsi Absolut (kalau ada)
1. Kopentensi Absolut (uraikan)
2. Kopetensi Relatif (uraikan)
B. Eksepsi relatif
1. Daluwarsa (uraikan)
2. Gugatan Nebis in idem (uraikan)
3. dll (uraikan)
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mohon PTUN menyatakan diri tidak berwenang mengadili perkara ini
(kalau menyangkut eksepsi absolut) dan karenanya/atau menyatakan gugatan tidak dapat diterima.
II. TENTANG POKOK PERKARA
- Bahwa Tergugat dengan ini membantah seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat, kecuali atas hal-hal yang
secara tegas diakui oleh Tergugat dalam jawaban ini ;
- Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan dalam eksepsi, secara mutatismutandis juga masuk kedalam
jawaban terhadap pokok perkara, sehingga tidak perlu diulagi lagi ;
- Bahwa ............... (dan seterusnya) merupakan bantahan terhadap dailil-dalil gugatan Penggugat poin demi
poin.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mohon Majelis hakim yang memeriksa perkara ini menolak gugatan
Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima.
Terima Kasih 
........ (domisili), tanggal .....
Hormat Tergugat
Kuasa Hukumnya
(........................)
 Replik yaitu bantahan penggugat atas keterangan /
jawaban tergugat.
 Atas jawaban Tergugat, selanjutnya kepada Penggugat
diberikan kesempatan untuk membantah, menguatkan
alasan-alasan gugatan yang diajukan (Pasal 75 (1) UU.
No. 51/1986 Jo. UU No. 9 Tahun 2004).
 Replik biasanya berisi dalil-dalil atau hal-hal tambahan
untuk menguatkan dalil-dalil gugatan Penggugat.
Penggugat dalam replik ini dapat niengemukakan
sumber-sumber kepustaaan, pendapat para ahli, doktrin,
kebiasaan, dan sébagainya.
 Perananan Yurisprudensi sangat penting dalam Replik,
mengingat kedudukannya sebagai salah sam sumber
hukum.
 Dalam rnenyusun replik biasanya cukup dengan
mengikuti poin-poin jawaban Tergugat. Dalam replik
Penggugat dapat mengajukan hal-hal baru untuk
menguatkan dalil gugatanya.
 Duplik yaitu jawaban tergugat atas bantahan
penggugat
 Terhadap Replik Peggugat, maka kepada Tergugat
diberi kesempatan untuk menyampaikan Duplik,
yang isinya berupa dalil-dalil bantahan atas Replik
Penggugat atau dalil-dalil utuk menguatkan
jawaban Tergugat (Pasal 75 ayat (2) UU.No. 5/1986
Jo. VU No. 9 Tahun 2004). Penyusunan duplik
biasanya berdasarkan poin-poin replik Penggugat.
 Pada Duplik Tergugat masih dapat mengemukakan
dalil-dalil baru tentang bantahannya terhadap
gugatan, atau sekedar untuk rnenguatkan dalil-dalil
jawabannya. Dengan adanya jawab-menjawab ini
menjadi jelas permasalahan perkara.
Hal : REPLIK dalam Perkara No. …/…../2014/PTUN ….
Kepada Yang Terhormat,
Ketua Majelis Hakim Perkara No. …/…../2014/PTUN ...
Pengadilan Tata Usaha Negara ……..
Di
…………
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama Penggugat dengan ini mengajukan REPLIK atas JAWABAN TERGUGAT, yang telah diuraikan
tertanggal ………….
2014, sebagai berikut :
DALAM POKOK PERKARA
Penggugat tetap pada dalil-dalil sebagaimana terurai dalam surat Gugatan aquo, dan selanjutnya membantah
seluruh dalil-dalil Tergugal sebagaimana diuraikan dalam Jawabannya, dengan uraian seperti dibawah ini.
1. Bahwa …….
2. Bahwa …….
3. Bahwa ……..
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Penggugat tetap pada tuntutan semula dan mohon Majelis Hakim dapat
memutuskan sebagai berikut :
1. Mengabulkan gugatan untuk seluruhnya;
2. Memutuskan ………………………………………. ;
3. Mengadili perkara ini dengan seadil-adilnya
Hormat Kami,
Penggugat/Kuasa Penggugat,
(Penggugat/kuasa hukum).
 Banda Aceh, ………. 2014 
Hal : Duplik atas Replik Penggugat
Kepada 
Yth. Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara No. …. /…../2014/PTUN.Bna
Pada Pengadilan Tata Usaha Negara
di –
Banda Aceh
 Dengan Hormat,
 Untuk dan atas nama klien kami Tergugat (nama tergugat) dalam Perkara No. …/
…../2014/PTUN.Bna, Pada Pengadilan Tata Usaha Negara di Banda Aceh dengan ini
menyampaikan Duplik atas Replik Penggugat.
 Adapun Duplik atas Replik Penggugat adalah sebagai berikut :
 Dalam Eksepsi:
1. Bahwa …………
2. Bahwa ………….
3. Bahwa …………
 Dalam Pokok Perkara:
1. Bahwa …………
2. Bahwa ………..
3. Bahwa ………..
 Dalam rekonpensi:
1. Bahwa ….
2. Bahwa ….
3. Bahwa ….
 Berdasarkan alasan tersebut diatas Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi
mohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara, agar berkenan memutus
perkara sebagai berikut :
 Dalam Eksepsi
 PRIMER:
1. Menerima dan mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya.
2. Menolak atau setidak-tidaknya tidak menerima gugatan Penggugat untuk
seluruhnya.
3. Menghukum Penggugat) untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat
adanya perkara ini.
 Dalam Pokok Perkara :
 Dalam Konpensi :
 PRIMER :
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menolak …………………
3. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat
adanya perkara
 Dalam Rekonpensi :
 PRIMER :
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonpensi Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menetapkan dan menyatakan bahwa, …..
3. Menghukum Tergugat Rekonpensi/Penggugat Konpensi untuk membayar seluruh biaya
yang timbul akibat adanya perkara ini.
 Dalam Eksepsi, Konpensi, dan Rekonpensi.
 Subsider :
 Mohon Putusan seadil-adilnya.
 Demikian Eksepsi, Jawaban serta gugatan balik kami, atas perkenan Yang Terhormat
Hakim Pemeriksa Perkara, diucapkan Terima Kasih.
Hormat Kami
Kuasa Hukum Tergugat
Konsepsi/Penggugat
Rekonsepsi.
(Nama Kuasa Hukum)
 Kuasa menurut hukum disebut juga wettelijke vertegenwoording
atau legal mandatory (legal representative). Artinya, undang-
undang menetapkan bahwa seseorang atau badan hukum dengan
sendirinya menurut hukum berhak bertindak mewakili orang atau
badan hukum tersebut tanpa memerlukan surat kuasa.
 Pengertian kuasa merujuk pada wewenang, jadi pemberian kuasa
berarti pemberian/pelimpahan wewenang dari pemberi kuasa
kepada penerima kuasa, untuk mewakili kepentingannya.
 Kuasa hukum yaitu pihak yang diberikan kewenangan untuk
melaksanakan proses hukum di muka pengadilan.
 Pengacara atau advokat atau kuasa hukum adalah kata benda,
subyek. Dalam praktik dikenal juga dengan istilah Konsultan
Hukum. Dapat berarti seseorang yang melakukan atau
memberikan nasihat (advis) dan pembelaan “mewakili” bagi orang
lain yang berhubungan (klien) dengan penyelesaian suatu kasus
hukum
1. Kuasa Umum
 Kuasa Umum diatur dalam Pasal 1795 KUH Perdata, dimana kuasa umum
bertujuan untuk memberi kuasa kepada seseorang untuk mengurus
kepentingan pemberi kuasa mengenai pengurusan , yang disebut berharder
untuk mengatur kepentingan pemberi kuasa. Dengan demikian , dari segi
hukum , surat kuasa umum tidak dapat dipergunakan di depan pengadilan
untuk mewakili pemberi kuasa. Sebab, sesuai dengan ketentuan Pasal 123
HIR, untuk dapat tampil di depan pengadilan sebagai wakil pemberi kuasa,
Penerima Kuasa haruslah mendapat surat kuasa khusus.
2. Kuasa Khusus
 Adapun pengaturan mengenai surat kuasa khusus diatur dalam pasal 1975
BW yaitu mengenai pemberian kuasa mengenai satu kepentingan tertentu
atau lebih. Agar bentuk kuasa yang disebut dalam pasal ini sah sebagai
surat kuasa khusus di depan pengadilan , kuasa tersebut harus
disempurnakan terlebih dahulu dengan syarat-syarat yang disebutkan
dalam pasal 123 HIR.
3. Kuasa Istimewa
 Kuasa Istimewa diatur dalam pasal 1796 BW dikaitkan dengan Pasal 157 HIR
atau Pasal 184 RBG.
• Menurut SEMA No.2 Tahun 1959, digariskan
syarat khusus antara lain;
1. menyebutkan kompetensi relatif, di PN
mana kuasa itu dipergunakan mewakili
kepentingan pemberi kuasa;
2. menyebutkan identitas dan kedudukan
para pihak (sebagai penggugat dan
tergugat);
3. menyebutkan secara ringkas dan konkret
pokok dan objek sengketa yang
diperkarakan antara pihak yang
berperkara.
 KANTOR HUKUM ADVOKAT/PENGACARA & KONSULTAN HUKUM
 (NAMA KANTOR)
 Alamat kantor
Yang bertanda tangan di bawah ini :
o Nama                           : …..
o Umur                           : ……
o Pekerjaan                     : …….
o Kewarganegaraan       : Indonesia
o Alamat                        : ……
Selanjutnya disebut PEMBERI KUASA.
Dalam hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasanya tersebut di bawah ini,
menerangkan bahwa dengan ini memberi kuasa penuh kepada :
1.      ……..
2.      ……..
3.      ……..
adalah Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum  pada Kantor Hukum
Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum “……………”, beralamat di …………………..,
untuk selanjutnya disebut sebagai PENERIMA KUASA.
------------------------------------------------------- KHUSUS
---------------------------------------------------
 Untuk dan atas nama pemberi kuasa, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama mengurus kepentingan pemberi kuasa untuk mengurus
perkara : “Atas diterbitkannya Surat Keputusan Tata Usaha Negara No. … /
…/…./…./2014 tertanggal …………. 2014, Tentang ……………… atas nama
…………………. oleh …………………. (LEMBAGA PEMERINTAH).
 Untuk itu penerima kuasa dikuasakan untuk melakukan perbuatan hukum
untuk ………………………….. (uraian-uraian terkait hal yg dapat dilakukan
oleh kuasa hukum)
 Demikian surat kuasa dan kekuasaan ini dapat dialihkan kepada orang lain
dengan hak substitusi dan seterusnya menurut hukum, seperti yang
dimaksud dalam Pasal 1812 KUH Perdata dan menurut syarat-syarat lainya
ditetapkan dalam Undang-undang.
 Langsa, ……….. 2014
 PENERIMA KUASA PEMBERI KUASA
 (PENGACARA/KUASA HUKUM) (Nama Pemberi Kuasa)
1. Tempat Mengajukan Gugatan
 Gugatan yang telah disusun / dibuat ditandatangani oleh
Penggugat atau Kuasanya, kemudian didaftarkan di
Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara yang berwenang
sesuai dengan ketentuan Pasal 54.
 Ayat (1) Gugatan Sengketa Tata Usaha Negara diajukan
kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat
 Ayat (2) Apabila Tergugat lebih dari satu Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara dan berkedudukan tidak dalam
satu faerah Hukum Pengadilan, Gugatan diajukan kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kedudukan
salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
 Ayat (3) Dalam hal tempat kedudukan Tergugat tidak
berada dalam daerah hukum Pengadilan tempat kediaman
Pengugat, maka Gugatan dapat diajukan ke Pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
 Ayat (4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat
sengketa Tata Usaha Negara yang bersangkutan
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, Gugatan
dapat diajukan kepada Pengadilan yang
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman Penggugat
 Ayat (5) Apabila Penggugat dan Tergugat
berkedudukan atau berada di luar negeri, Gugatan
diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
 Ayat (6) Apabila Tergugat berkedudukan di dalam
negeri dan Penggugat di luar negeri, Gugatan
diajukan kepada Pengadilan ditempat kedudukan
Tergugat.
 Panitera menaksir biaya panjer ongkos
perkara yang harus dibayar oleh
Penggugat atau Kuasanya yang
diwujudkan dalam bentuk SKUM (Surat
Kuasa Untuk Membayar) atau antara lain:
 Biaya Kepaniteraan
 Biaya Materai
 Biaya Saksi
 Biaya Saksi Ahli
 Biaya Alih Bahasa
 Biaya Pemeriksaan Setempat
 Biaya lain untuk Penebusan Perkara
 Gugatan yang telah dilampiri SKUM
tersebut kemudian diteruskan ke Sub
bagian Kepaniteraan Muda Perkara untuk
penyelesaian perkara lebih lanjut.
 Atas dasar SKUM tersebut kemudian
Penggugat atau kuasanya dapat
membayar di kasir (dibagian Kepaniteraan
Muda Perkara) dan atas pembayaran
tersebut kemudian dikeluarkan, kwitansi
pembayarannya. Gugatan yang telah
dibayar panjer biaya perkara tersebut
kemudian didaftarkan didalam buku
register perkara dan mendapat nomor
register perkara.
 Gugatan yang sudah didaftarkan dan
mendapat nomor register tersebut kemudian
dilengkapi dengan formulir-formulir yang
diperlukan dan Gugatan tersebut diserahkan
kembali kepada Panitera dengan buku
ekspedisi penyerahan berkas.
 Selanjutnya berkas perkara gugatan tersebut
oleh Panitera diteruskan / diserahkan kepada
Ketua Pengadilan untuk dilakukan Penelitian
terhadap Gugatan tersebut, yaitu dalam
proses dismissal ataupun apakah ada
permohonan penundaan pelaksanaan
Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat,
beracara cepat maupun ber-acara Cuma-
Cuma.
 Terdapat dua syarat yg harus dipenuhi, yaitu
syarat formal dan syarat materiil.
1. Syarat Formal
  Pasal 56 (1) UU no 5 tahun 1986 Jo uu no 9
tahun 2004 menentukan bahwa suatu gugatan
harus memuat  : 
a.Identitas Penggugat
1. Nama lengkap Penggugat
2. Kewarganegaraan Penggugat
3. Tempat Tinggal penggugat
4. Pekerjaaan penggugat
b. Identitas Tergugat
1) Nama., Jabatan, Misalnya : Kepala Dinas…, Bupati….,
Gubenur…., Menteri…, Camat…, Lurah….dan
sebgainya
2) Tempat kedudukan tergugat
c.  Tenggang waktu mengajukan gugatan
 Gugatan terhadap suatu Keputusan/Penetapan
tertulis atau yang disamakan dengan itu, hanya
dapat dilakukan dalam tenggang waktu 90 hari
terhitung sejak keputusan itu:
1) Setelah diterima atau dikeluarkan SK.
2) Setelah 4 bulan dilakukan permintaan dikeluarkan SK.
3) Setelah banding administratif
d. Diberi Tanggal; Suatu gugatan
biasanya diberi tanggal, hal ini
berkaitan dengan tenggang waktu
untuk mengajukan gugatan. 
e. Ditandatangani; Suatu surat
gugatan haruslah ditanda tangani
oleh Penggugat atau oleh kuasanya
yang sah untuk itu. Surat gugatan
tidak perlu diberi materai, karena
biaya materai tersebut telah dihitung
dalam biaya perkara (SEMA No. 2
Tahun 1991).
a. Objek gugatan (misal Perkara Tata
Usaha Negara No. 01/G/l 994/PTUN-
MDN, tanggal 14 November 1994, objek
gugatanya adalah Sertifikat Tanah Hak
Guna Bangunan (HGB) No. 22
tertanggal 7 Januari 1982 atas nama
M.KADIRAN)
b. Posita gugatan: Posita atau dasar-dasar
gugatan, benisikan dalil Penggugat
untuk mengajukan gugatan. yang
diuraikan secara ringkas dan sederhana
 Fakta Hukum Fakta Hukum berisi fakta-fakta secara
kronologis tentang adanya hubungan hukum antara
Penggugat dengan Tergugat maupun dengan
objek.gugatan.
 Kualifikasi Perbuatan Tergugat, Dalam gugatan harus
diuraikan secara ringkas dan tegas serta jelas
tentang kualifikasi kesalahan dari tergugat.
 Uraikan Kerugian Penggugat: Seandainya akibat
perbuatan tergugat menerbitkan keputusan yang
disengketakan itu telah menimbulkan kerugian bagi
penggugat, maka hal itu dapat digugat dalam
Gugatan Tata Usaha Negara sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 1991
 Petitum adalah kesimpulan gugatan
yang berisikan hal-hal yang dituntut oleh
penggugat untuk diputuskan oleh hakim.
 Petitum (apa yang menjadi tuntutan/
yang diminta) Ada beberapa alternatif :
1)Pembatalan atau menyatakan tidak sah
SK yang dikeluarkan Tergugat.
2)Ganti rugi
3)Rehabilitasi
4)Bisa mengajukan penangguhan
pelaksanaan SK
 Petitum itu umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut
:
 Mengabulkan/ menerima gugatan Penggugat
seluruhnya
 Menyatakan perbuatan Tergugat adalah perbuatan
yang sewenang-wenang atau perbuatan yang
bertentangan dengan Undang- Undang
 Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan
No…. Tanggal …… yang dikeluarkan oleh tergugat:
 Menghukum tergugat untuk membayar ganti
kerugian sebesar Rp……………. Kepada Penggugat
(Jika ada)
 Menghukum Tergugat untuk membayar segala
biaya yang timbul dalam perkara ini untuk semua
tingkatan
 Dalam hal ada gugatan privisi maka hal
tersebut harus diuraikan  terlebih dahulu
setelah identitas para pihak dan objek
gugatan diuraikan. Gugaatn provisi itu dapat
menyangkut tindakan tertentu yaitu: menunda
pelaksanaan keputusan Usaha Negara yang
disengketakan sampai ada putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Atau untuk megizinkan penggugat berperkara
secara prodeo atau Cuma-Cuma.atau
mungkin juga untuk meminta suatu perkara
diperiksa dengan acara cepat, Untuk itu harus
dikemukakan alasan-alasanya dalam gugatan
provisi tersebut
Details ptun

More Related Content

What's hot

Hukum publik dan hukum privat
Hukum publik dan hukum privatHukum publik dan hukum privat
Hukum publik dan hukum privatAllo Martins
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tunMoel Ryadhie
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraFakhrul Rozi
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
Eksekusi.sisip ppt
Eksekusi.sisip pptEksekusi.sisip ppt
Eksekusi.sisip pptHafidz Akbar
 
slide share presentasi Upaya hukum
slide share presentasi Upaya hukumslide share presentasi Upaya hukum
slide share presentasi Upaya hukumUndip
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaFarah Ramafitri
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidanairmasiti8
 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanayudikrismen1
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
1 pengertiandan sumberhkacpid
1 pengertiandan sumberhkacpid1 pengertiandan sumberhkacpid
1 pengertiandan sumberhkacpidRonalto_Tan
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4   penafsiran dalam hukum pidanaBab 4   penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidanaNuelimmanuel22
 
12 posisiparapihak
12 posisiparapihak12 posisiparapihak
12 posisiparapihakRonalto_Tan
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Pertemuan 19 hukum pidana peng
Pertemuan 19 hukum pidana pengPertemuan 19 hukum pidana peng
Pertemuan 19 hukum pidana pengyudikrismen1
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataLisa SYP
 

What's hot (20)

Hukum publik dan hukum privat
Hukum publik dan hukum privatHukum publik dan hukum privat
Hukum publik dan hukum privat
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
 
Hukum Indonesia
Hukum IndonesiaHukum Indonesia
Hukum Indonesia
 
Bahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acaraBahan Kuliah - hukum-acara
Bahan Kuliah - hukum-acara
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukum
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
Eksekusi.sisip ppt
Eksekusi.sisip pptEksekusi.sisip ppt
Eksekusi.sisip ppt
 
slide share presentasi Upaya hukum
slide share presentasi Upaya hukumslide share presentasi Upaya hukum
slide share presentasi Upaya hukum
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
 
Acaraperdata
AcaraperdataAcaraperdata
Acaraperdata
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidana
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
1 pengertiandan sumberhkacpid
1 pengertiandan sumberhkacpid1 pengertiandan sumberhkacpid
1 pengertiandan sumberhkacpid
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
 
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4   penafsiran dalam hukum pidanaBab 4   penafsiran dalam hukum pidana
Bab 4 penafsiran dalam hukum pidana
 
12 posisiparapihak
12 posisiparapihak12 posisiparapihak
12 posisiparapihak
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Pertemuan 19 hukum pidana peng
Pertemuan 19 hukum pidana pengPertemuan 19 hukum pidana peng
Pertemuan 19 hukum pidana peng
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 

Viewers also liked

Presentasi tugas p heri
Presentasi tugas p heriPresentasi tugas p heri
Presentasi tugas p heridani hidayat
 
Dominazione spagnola
Dominazione spagnola Dominazione spagnola
Dominazione spagnola mgpiparo
 
La spedizione araba in sicilia
La spedizione araba in sicilia La spedizione araba in sicilia
La spedizione araba in sicilia mgpiparo
 
Tecnologie e Beni Culturali. Contesti applicativi.
Tecnologie e Beni Culturali. Contesti applicativi.Tecnologie e Beni Culturali. Contesti applicativi.
Tecnologie e Beni Culturali. Contesti applicativi.Giuseppe Naccarato
 
How to-draw-manga-vol-1-compiling-characters
How to-draw-manga-vol-1-compiling-charactersHow to-draw-manga-vol-1-compiling-characters
How to-draw-manga-vol-1-compiling-charactersIsshin Stark
 
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)dani hidayat
 

Viewers also liked (13)

Presentasi tugas p heri
Presentasi tugas p heriPresentasi tugas p heri
Presentasi tugas p heri
 
Ptun
PtunPtun
Ptun
 
Come Scegliere un SEO
Come Scegliere un SEOCome Scegliere un SEO
Come Scegliere un SEO
 
04 . utilizando la consola de play framework
04 .  utilizando la consola de play framework04 .  utilizando la consola de play framework
04 . utilizando la consola de play framework
 
Dominazione spagnola
Dominazione spagnola Dominazione spagnola
Dominazione spagnola
 
La spedizione araba in sicilia
La spedizione araba in sicilia La spedizione araba in sicilia
La spedizione araba in sicilia
 
Usman
UsmanUsman
Usman
 
High School Diploma
High School DiplomaHigh School Diploma
High School Diploma
 
diferencias entre versiones de sencha ext js
diferencias entre versiones de sencha ext jsdiferencias entre versiones de sencha ext js
diferencias entre versiones de sencha ext js
 
Tecnologie e Beni Culturali. Contesti applicativi.
Tecnologie e Beni Culturali. Contesti applicativi.Tecnologie e Beni Culturali. Contesti applicativi.
Tecnologie e Beni Culturali. Contesti applicativi.
 
Pkn bab 5 kelompok 2
Pkn bab 5 kelompok 2Pkn bab 5 kelompok 2
Pkn bab 5 kelompok 2
 
How to-draw-manga-vol-1-compiling-characters
How to-draw-manga-vol-1-compiling-charactersHow to-draw-manga-vol-1-compiling-characters
How to-draw-manga-vol-1-compiling-characters
 
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
 

Similar to Details ptun

MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...ArsipDatunNTT
 
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.pptAZIS50
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxdonihasmanto
 
Sistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.pptSistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.pptGustiZain
 
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...Yassir Adiputera
 
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidanahukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidanapardalis1
 
Perundang-Undangan Nasional Kelas 8 smt 1
Perundang-Undangan Nasional Kelas 8 smt 1Perundang-Undangan Nasional Kelas 8 smt 1
Perundang-Undangan Nasional Kelas 8 smt 1GAN GAN SMKBAH
 
KAPASITAS APARATUR DESA.pptx
KAPASITAS APARATUR DESA.pptxKAPASITAS APARATUR DESA.pptx
KAPASITAS APARATUR DESA.pptxdpmdbusel
 
DATUN (1).ppt
DATUN (1).pptDATUN (1).ppt
DATUN (1).pptNoth5
 
PERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxPERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxBeatDragon
 
Perlindungan Dan Penegakan Hukum
Perlindungan Dan Penegakan HukumPerlindungan Dan Penegakan Hukum
Perlindungan Dan Penegakan HukumKiagoesdoni
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukumroellys
 
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliAsas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliIca Diennissa
 

Similar to Details ptun (20)

MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
MATERI DIKLAT DATUN 2018 TERKAIT PERTIMBANGAN HUKUM (OLEH HERRY HERMANUS HORO...
 
Hukum ac perdata
Hukum ac perdataHukum ac perdata
Hukum ac perdata
 
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
3. UAS ccccccccccccccccccccccccccccccPUTUSAN PA.ppt
 
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptxIX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
IX Sumber Hukum & Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.pptx
 
Sistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.pptSistem_Hukum_Indonesia.ppt
Sistem_Hukum_Indonesia.ppt
 
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
Prosedur penanganan permasalahan hukum bila terjadi dalam penyelenggaraan pem...
 
Mekanisme penyusunan peraturan perundang undangan
Mekanisme penyusunan peraturan perundang undanganMekanisme penyusunan peraturan perundang undangan
Mekanisme penyusunan peraturan perundang undangan
 
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidanahukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
hukum pidana bagi pemula, mengajarkan dasar-dasar dalam ilmu pidana
 
HUKUM PIDANA.pptx
HUKUM PIDANA.pptxHUKUM PIDANA.pptx
HUKUM PIDANA.pptx
 
Materi Bagian Hukum
Materi Bagian HukumMateri Bagian Hukum
Materi Bagian Hukum
 
Perundang-Undangan Nasional Kelas 8 smt 1
Perundang-Undangan Nasional Kelas 8 smt 1Perundang-Undangan Nasional Kelas 8 smt 1
Perundang-Undangan Nasional Kelas 8 smt 1
 
KAPASITAS APARATUR DESA.pptx
KAPASITAS APARATUR DESA.pptxKAPASITAS APARATUR DESA.pptx
KAPASITAS APARATUR DESA.pptx
 
DATUN (1).ppt
DATUN (1).pptDATUN (1).ppt
DATUN (1).ppt
 
PERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxPERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptx
 
Uu 02 1952
Uu 02 1952Uu 02 1952
Uu 02 1952
 
YDPA.ppt
YDPA.pptYDPA.ppt
YDPA.ppt
 
Perlindungan Dan Penegakan Hukum
Perlindungan Dan Penegakan HukumPerlindungan Dan Penegakan Hukum
Perlindungan Dan Penegakan Hukum
 
Legal opinion
Legal opinionLegal opinion
Legal opinion
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukum
 
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliAsas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
 

More from virmannsyah

Bab 4 buku teks sim 2014
Bab 4 buku teks sim 2014Bab 4 buku teks sim 2014
Bab 4 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Bab 3 buku teks sim 2014
Bab 3 buku teks sim 2014Bab 3 buku teks sim 2014
Bab 3 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Bab 2 buku teks sim 2014
Bab 2 buku teks sim 2014Bab 2 buku teks sim 2014
Bab 2 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Bab 5 buku teks sim 2014
Bab 5 buku teks sim 2014Bab 5 buku teks sim 2014
Bab 5 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Bab 1 buku teks sim 2014
Bab 1 buku teks sim 2014Bab 1 buku teks sim 2014
Bab 1 buku teks sim 2014virmannsyah
 
Budaya birokrasi
Budaya birokrasiBudaya birokrasi
Budaya birokrasivirmannsyah
 
Budaya birokrasi
Budaya birokrasiBudaya birokrasi
Budaya birokrasivirmannsyah
 
Teknis formulasi kebijakan
Teknis formulasi kebijakanTeknis formulasi kebijakan
Teknis formulasi kebijakanvirmannsyah
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusanvirmannsyah
 
Mengambil keputusan.pdf
Mengambil keputusan.pdfMengambil keputusan.pdf
Mengambil keputusan.pdfvirmannsyah
 
Konsep dasar pengambilan keputusan
Konsep dasar pengambilan keputusanKonsep dasar pengambilan keputusan
Konsep dasar pengambilan keputusanvirmannsyah
 
Kebijakan publik.pdf
Kebijakan publik.pdfKebijakan publik.pdf
Kebijakan publik.pdfvirmannsyah
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkrivirmannsyah
 
Struktur Organisasi
Struktur OrganisasiStruktur Organisasi
Struktur Organisasivirmannsyah
 
Defenisi Teori Organisasi
Defenisi Teori OrganisasiDefenisi Teori Organisasi
Defenisi Teori Organisasivirmannsyah
 
Defenisi teori organisasi
Defenisi teori organisasiDefenisi teori organisasi
Defenisi teori organisasivirmannsyah
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusivirmannsyah
 

More from virmannsyah (20)

Bab 4 buku teks sim 2014
Bab 4 buku teks sim 2014Bab 4 buku teks sim 2014
Bab 4 buku teks sim 2014
 
Bab 3 buku teks sim 2014
Bab 3 buku teks sim 2014Bab 3 buku teks sim 2014
Bab 3 buku teks sim 2014
 
Bab 2 buku teks sim 2014
Bab 2 buku teks sim 2014Bab 2 buku teks sim 2014
Bab 2 buku teks sim 2014
 
Bab 5 buku teks sim 2014
Bab 5 buku teks sim 2014Bab 5 buku teks sim 2014
Bab 5 buku teks sim 2014
 
Bab 1 buku teks sim 2014
Bab 1 buku teks sim 2014Bab 1 buku teks sim 2014
Bab 1 buku teks sim 2014
 
Materi app i
Materi app iMateri app i
Materi app i
 
Materi app iii
Materi app iiiMateri app iii
Materi app iii
 
Materi app ii
Materi app iiMateri app ii
Materi app ii
 
Budaya birokrasi
Budaya birokrasiBudaya birokrasi
Budaya birokrasi
 
Budaya birokrasi
Budaya birokrasiBudaya birokrasi
Budaya birokrasi
 
Teknis formulasi kebijakan
Teknis formulasi kebijakanTeknis formulasi kebijakan
Teknis formulasi kebijakan
 
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusanPengambilan keputusan
Pengambilan keputusan
 
Mengambil keputusan.pdf
Mengambil keputusan.pdfMengambil keputusan.pdf
Mengambil keputusan.pdf
 
Konsep dasar pengambilan keputusan
Konsep dasar pengambilan keputusanKonsep dasar pengambilan keputusan
Konsep dasar pengambilan keputusan
 
Kebijakan publik.pdf
Kebijakan publik.pdfKebijakan publik.pdf
Kebijakan publik.pdf
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
 
Struktur Organisasi
Struktur OrganisasiStruktur Organisasi
Struktur Organisasi
 
Defenisi Teori Organisasi
Defenisi Teori OrganisasiDefenisi Teori Organisasi
Defenisi Teori Organisasi
 
Defenisi teori organisasi
Defenisi teori organisasiDefenisi teori organisasi
Defenisi teori organisasi
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 

Recently uploaded

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 

Recently uploaded (20)

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 

Details ptun

  • 1.
  • 2. Oleh: 1. Virmansyah (14042052) 2. Rian Syufa Anggana (1307100) 3. Ari Nofrizal Kamal (55058) Jurusan Ilmu Administrasi negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Padang 2015
  • 3.  1. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA.  2. UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA  3. UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA  PTUN ADALAH LEMBAGA PERADILAN YANG MENGADILI SENGKETA TUN, TERMASUK SENGKETA KEPEGAWAIAN ANTARA BADAN ATAU PEJABAT TUN/ADMINISTRASI NEGARA (PEJABAT PEMERINTAHAN) DENGAN SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA SEPERTI PT, YAYASAN DAN BADAN HUKUM LAINNYA
  • 4.  TUN ADALAH ADMINISTRASI NEGARA YANG MELAKSANAKAN FUNGSI UNTUK MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN BAIK DI PUSAT MAUPUN DI DAERAH.  BADAN ATAU PEJABAT TUN ADALAH BADAN ATAU PEJABAT YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.  KEPUTUSAN TUN ADALAH SUATU PENETAPAN TERTULIS YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG BERISI TINDAKAN HUKUM TUN YANG BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, YANG BERSIFAT KONKRET, INDIVIDUAL DAN FINAL, YANG MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA
  • 5.  TINDAKAN HUKUM TUN ADALAH PERBUATAN HUKUM BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG BERSUMBER PADA SUATU KETENTUAN HUKUM TUN YANG DAPAT MENIMBULKAN HAK DAN KEWAJIBAN PADA ORANG LAIN.  BERSIFAT KONKRET ARTINYA OBYEK YANG DIPUTUSKAN DALAM KEPUTUSAN TUN ITU TIDAK ABSTRAK, TETAPI BERWUJUD, TERTENTU ATAU DAPAT DITENTUKAN, MISALNYA KEPUTUSAN MENGENAI RUMAH SI A, IZIN USAHA BAGI SI B, PEMBERHENTIAN SI C SEBAGAI PEGAWAI NEGERI DSB.  BERSIFAT INDIVIDU ARTINYA KEPUTUSAN TUN ITU TIDAK DITUJUKAN UNTUK UMUM, TETAPI TERTENTU BAIK ALAMAT MAUPUN HAL YANG DITUJU. KALAU YANG DITUJU ITU LEBIH DARI SEORANG, TIAP-TIAP NAMA ORANG YANG TERKENA KEPUTUSAN ITU DISEBUTKAN.  BERSIFAT FINAL ARTINYA SUDAH DEFINITIF DAN KARENANYA DAPAT MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM
  • 6.  SENGKETA TUN ADALAH SENGKETA YANG TIMBUL DALAM BIDANG TUN ANTARA ORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA DENGAN BADAN ATAU PEJABAT TUN, BAIK DI PUSAT MAUPUN DI DAERAH, SEBAGAI AKIBAT DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN TUN, TERMASUK SENGKETA KEPEGAWAIAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN YANG BERLAKU.  GUGATAN ADALAH PERMOHONAN YANG BERISI TUNTUTAN TERHADAP BADAN ATAU PEJABAT TUN DAN DIAJUKAN KE PENGADILAN UNTUK MENDAPATKAN PUTUSAN.  TERGUGAT ADALAH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG MENGELUARKAN KEPUTUSAN BERDASARKAN WEWENANG YANG ADA PADANYA ATAU YANG DILIMPAHKAN KEPADANYA, YANG DIGUGAT OLEH ORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA.  PENGADILAN ADALAH PENGADILAN TUN DAN/ATAU PENGADILAN TINGGI TUN DILINGKUNGAN PERADILAN TUN.  HAKIM ADALAH HAKIM PADA PENGADILAN TUN DAN/ATAU PENGADILAN TINGGI TUN.
  • 7.  TUJUAN  1. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HAK-HAK YANG BERSUMBER PADA HAK-HAK INDIVIDU.  2. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK MASYARAKAT YANG DIDASARKAN KEPADA KEPENTINGAN BERSAMA DARI INDIVIDU YANG HIDUP DALAM MASYARAKAT TERSEBUT.  FUNGSI  SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KONFLIK YANG TIMBUL ANTARA PEMERINTAH (BADAN ATAU PEJABAT TUN) DENGAN RAKYAT (ORANG PERORANGAN MAUPUN BADAN HUKUM PERDATA) SEBAGAI AKIBAT DIKELUARKAN ATAU TIDAK DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN TUN.
  • 8.  MENURUT F.J. STAHL PEMBETUKAN LEMBAGA PERADILAN ADMINISTRASI DIMAKSUDKAN ANTARA LAIN :  1. MENGAKUI DAN MELINDUNGI HAK-HAK ASASI MANUSIA.  2. UNTUK MELINDUNGI HAK-HAK ASASI TERSEBUT, MAKA NEGARA HARUS BERDASARKAN PADA TRIAS POLITIKA.  3. DALAM MENJALANKAN TUGASNYA, PEMERINTAH BERDASARKAN ATAS UNDANG-UNDANG.  4. APABILA DALAM TUGASNYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG ITU PEMERINTAH MASIH MELANGGAR HAK ASASI YAITU ADANYA CAMPUR TANGAN PEMERINTAH DALAM KEHIDUPAN PRIBADI SESEORANG, MAKA ADA PENGADILAN ADMINISTRASI YANG AKAN MENYELESAIKAN.
  • 9.  1. UNDANG-UNDANG DASAR 1945 :  PASAL 24  (1) KEKUASAAN KEHAKIMAN MERUPAKAN KEKUASAAN YANG MERDEKA UNTUK MENYELENGARAKAN PERADILAN GUNA MENEGAKKAN HUKUM DAN KEADILAN.  (2) KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKUKAN OLEH SEBUAH MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DIBAWAHNYA DALAM LINGKUNGAN PERADILAN UMUM, LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA, LINGKUNGAN PERADILAN MILITER, LINGKUNGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DAN OLEH SEBUAH MAHKAMAH KONSTITUSI
  • 10.  2. TAP MPR RI NOMOR IV/MPR/1978 DIHUBUNGKAN DENGAN TAP MPR RI NOMOR II/MPR/1983 TENTANG GBHN  3. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1970 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN.  4. UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN  5. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG.  6. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG.
  • 11.  1. AZAS PRADUGA RECHTMATIG, MENGANDUNG MAKNA BAHWA SETIAP TINDAKAN PENGUASA SELALU HARUS DIANGGAP BENAR (RECHTMATIG) SAMPAI ADA PEMBATALANNYA. DENGAN AZAS INI GUGATAN TIDAK MENUNDA PELAKSANAAN KEPUTUSAN TUN YANG DIGUGAT.  2. AZAS PEMBUKTIAN BEBAS, MAKSUDNYA HAKIM YANG MENETAPKAN BEBAN PEMBUKTIAN.
  • 12.  3. AZAS KEAKTIFAN HAKIM (DOMINUS LITIS) KEAKTIFAN HAKIM DIMAKSUDKAN UNTUK MENGIMBANGI KEDUDUKAN PARA PIHAK YANG TIDAK SEIMBANG. PIHAK TERGUGAT ADALAH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG MENGUASAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN KEWENANGAN DAN/ATAU DASAR DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN YANG DIGUGAT, SEDANGKAN PIHAK PENGGUGAT ADALAH ORANG PERORANGAN ATAU BADAN HUKUM PERDATA YANG DALAM POSISI LEMAH, KARENA BELUM TENTU MEREKA MENGETAHUI BETUL PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN YANG DIJADIKAN SUMBER UNTUK DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN YANG DIGUGAT.  4. AZAS PUTUSAN PENGADILAN YANG MEMPUNYAI KEKUATAN MENGIKAT (ERGA OMNES), SENGKETA TUN ADALAH SENGKETA DALAM RANAH HUKUM PUBLIK, DIMANA AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP AKAN MENGIKAT TIDAK HANYA PARA PIHAK YANG BERSENGKETA, NAMUN BERDASARKAN AZAS INI PUTUSAN TERSEBUT AKAN MENGIKAT SIAPA SAJA.
  • 13.  SUATU KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA YANG DAPAT DIGUGAT MELALUI PERADILAN TUN :  1. KEPUTUSAN TUN YANG BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.  2. PEJABAT TUN PADA WAKTU MENGELUARKAN KEPUTUSAN TUN TELAH MENGGUNAKAN WEWENANGNYA UNTUK TUJUAN LAIN DARI MAKSUD DIBERIKANNYA WEWENANG TERSEBUT.  3. PEJABAT TUN PADA WAKTU MENGELUARKAN ATAU TIDAK MENGELUARKAN KEPUTUSAN TUN SETELAH MEMPERTIMBANGKAN SEMUA KEPENTINGAN YANG TERSANGKUT DENGAN KEPUTUSAN ITU.
  • 14.  SUATU KEPUTUSAN TUN DAPAT DINILAI BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN YANG BERLAKU, APABILA KEPUTUSAN YANG BERSANGKUTAN ITU:  1. BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM PERETURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERSIFAT PROSEDURAL/FORMAL (BIASANYA MENYANGKUT MENGENAI PERSIAPAN, TERJADINYA, SUSUNAN ATAU PENGUMUMAN KEPUTUSAN YANG BERSANGKUTAN.  2. BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERSIFAT MATERIIL/SUBSTANSIAL ( CACAT MENGENAI ISINYA MISALNYA KPTSN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN YANG BERTENTANGAN DENGAN RENCANA YANG TELAH DITENTUKAN)  3. DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG TIDAK BERWENANG (CACAT KEWENANGAN)
  • 15.  CACAT KEWENANGAN TERDIRI ATAS : A. APABILA SUATU KEPUTUSAN TUN TIDAK ADA DASARNYA DALAM PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN ATAU APABILA KEPUTUSAN ITU DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG TIDAK BERWENANG UNTUK MENGELUARKANNYA. B. BADAN ATAU PEJABAT TUN BELUM BERWENANG ATAU TIDAK BERWENANG LAGI MENGELUARKAN KEPUTUSAN TUN, MISALNYA KARENA JANGKA WAKTUNYA SUDAH LAMPAU ATAU MENERAPKAN PERATURAN LAIN SEMENTARA ITU SUDAH BERLAKU PERATURAN BARU C. KEPUTUSAN YANG DIAMBIL OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN TERSEBUT MENYANGKUT HAL YANG BERADA DILUAR BATAS WILAYAHNYA.
  • 16.  UNTUK BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG PADA WAKTU MENGELUARKAN KEPUTUSAN TELAH MENGGUNAKAN KEWENANGANNYA UNTUK TUJUAN LAIN DARI MAKSUD DIBERIKANNYA KEWENANGAN TERSEBUT SERING DISEBUT JUGA DENGAN PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN ( DETOURNEMENT DE POUVOIR).  SEDANGKAN UNTUK BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG PADA WAKTU MENGELUARKAN ATAU TIDAK MENGELUARKAN KEPUTUSAN SETELAH MEMPERTIMBANGKAN SEMUA KEPENTINGAN YANG TERSANGKUT DENGAN KEPUTUSAN ITU SEHARUSNYA TIDAK SAMPAI PADA PENGAMBILAN ATAU TIDAK PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERSEBUT, SERING JUGA DISEBUT DENGAN BERBUAT SEWENANG-WENANG (WILLEKEUR)
  • 17.  DENGAN DEMIKIAN YANG DAPAT DIJADIKAN OBYEK PERADILAN TUN SEMATA-MATA TERBATAS PADA PENETAPAN (KEPUTUSAN) TERTULIS YANG DIKELUARKAN OLEH BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG MEMENUHI UNSUR- UNSUR BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, BADAN ATAU PEJABAT TUN YANG MENGELUARKAN KEPUTUSAN TERSEBUT TELAH MENYALAHGUNAKAN WEWENANGNYA DAN BADAN ATAU PEJABAT TUN TERSEBUT TELAH BERBUAT SEWENANG-WENANG.
  • 18.  GUGATAN SENGKETA TUN DIAJUKAN KEPADA PENGADILAN YANG BERWENANG YANG DAERAH HUKUMNYA MELIPUTI TEMPAT KEDUDUKUAN TERGUGAT.  DALAM HAL TEMPAT KEDUDUKAN TERGUGAT TIDAK BERADA DALAM DAERAH HUKUM PENGADILAN TEMPAT KEDIAMAN PENGGUGAT, MAKA GUGATAN DAPAT DIAJUKAN KE PENGADILAN YANG DAERAH HUKUMNYA MELIPUTI TEMPAT KEDIAMAN PENGGUGAT UNTUK SELANJUTNYA DITERUSKAN KEPADA PENGADILAN YANG BERSANGKUTAN.  GUGATAN DAPAT DIAJUKAN HANYA DALAM TENGGANG WAKTU 90 HARI TERHITUNG SEJAK SAAT DITERIMANYA ATAU DIUMUMKANNYA KEPUTUSAN BADAN ATAU PEJABAT TUN
  • 19.  GUGATAN HARUS MEMUAT :  1. NAMA, KEWARGANEGARAAN, TEMPAT TINGGAL DAN PEKERJAAN PENGGUGAT ATAU KUASAHUKUMNYA.  2. NAMA, JABATAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN TERGUGAT.  3. DASAR GUGATAN DAN HAL YANG DIMINTA UNTUK DIPUTUSKAN OLEH PENGADILAN  APABILA GUGATAN DIBUAT DAN DITANDATANGAI OLEH SEORANG KUASA PENGGUGAT, MAKA GUGATAN HARUS DISERTAI SURAT KUASA YANG SAH.  GUGATAN SEDAPAT MUNGKIN JUGA DISERTAI KEPUTUSAN TUN YANG DISENGKETAKAN OLEH PENGGUGAT.
  • 20.  AGAR SESEORANG DAPAT BERTINDAK SEBAGAI WAKIL ATAU KUASA HUKUM DARI PARA PIHAK, MAKA IA HARUS MEMENUHI SYARAT-SYARAT :  A. MEMPUNYAI SURAT KUASA KHUSUS.  B. DITUNJUK SECARA LISAN DIPERSIDANGAN OLEH PARA PIHAK.  C. SURAT KUASA YANG DIBUAT DILUAR NEGERI BENTUKNYA HARUS MEMENUHI PERSYARATAN DI NEGARA YANG BERSANGKUTAN DAN DIKETAHUI OLEH PERWAKILAN RI DI NEGARA TERSEBUT, SERTA KEMUDIAN DITERJEMAHKAN DALAM BAHASA INDONESIA OLEH PENTERJEMAH RESMI.  KENDATIPUN PARA PIHAK TELAH MENGGUNAKAN KUASA HUKUM ATAU WAKIL, NAMUN APABILA DIPANDANG PERLU HAKIM DAPAT MDEMERINTAHKAN PARA PIHAK UNTUK DATANG MENGHADAP SENDIRI.
  • 21.  BIAYA PERKARA  PADA PRINSIPNYA UNTUK BERPERKARA DIPERLUKAN BIAYA. UANG MUKA BIAYA PERKARA ADALAH BIAYA YANG HARUS DIBAYAR LEBIH DAHULU SEBAGAI UANG PANJAR OLEH PENGGUGAT .  YANG TERMASUK BIAYA PERKARA ADAALAH BIAYA-BIAYA KEPANITERAAN, MATERAI, SAKSI-SAKSI, AHLI, ALIH BAHASA, PEMERIKSAAN DILUAR SIDANG DAN BIAYA-BIAYA LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK KEPENTINGAN PEMUTUSAN SENGKETA ATAS PERINTAH HAKIM.  SETELAH PEMERIKSAAN PERKARA ITU SELESAI, MAKA UANG MUKA BIAYA PERKARA ITU AKAN DIPERHITUNGKAN KEMBALI DENGAN KESELURUHAN BIAYA PERKARA. APABILA PENGGUGAT DIKALAHKAN DAN MASIH ADA KELEBIHAN UANG MUKA BIAYA PERKARA, MAKA UANG KELEBIHAN TERSEBUT DIKEMBALIKAN KEPADA PENGGUGAT. DAN APABILA KURANG MAKA IA DIWAJIBKAN UNTUK MEMBAYAR KEKURANGANNYA. SEBALIKNYA APABILA PENGGUGAT MENANG, MAKA UANG MUKA TERSEBUT AKAN DIKEMBALIKAN SELURUHNYA KEPADA PENGGUGAT DAN BIAYA PERKARA DIBEBANKANKEPADA TERGUGAT.
  • 22.  DENGAN PRINSIP DIATAS TIDAK MENUTUP KEMUNGKINAN UNTUK BERPERKARA TANPA BIAYA.  DALAM BERPERKARA TANPA BIAYA INI, PENGGUGAT DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN KEPADA KETUA PENGADILAN UNTUK BERPERKARA SECARA CUMA- CUMA DENGAN DISERTAI SURAT KETERANGAN TIDAK MAMPU DARI KEPALA DESA ATAU LURAH TEMPAT KEDIAMANNYA.  PERMOHONAN INI HARUS DIPERIKSA DAN DITETAPKAN SEBELUM POKOK SENGKETA DIPERIKSA.  PENETAPAN DIAMBIL DI TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR, ARTINYA APABILA PEMOHONAN DIKABULKAN, BERPERKARA SECARA CUMA CUMA INI BERLAKU JUGA DITINGKAT BANDING DAN KASASI.
  • 23.  PENCATATAN PERKARA  BAGI MEREKA YANG BERPERKARA SECARA CUMA-CUMA, GUGATAN BARU DICATAT DALAM DAFTAR PERKARA SETELAH ADANYAPENETAPAN TENTANG PENGABULAN BERPERKARA SECARA CUMA-CUMA.
  • 24.  Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (HAPTUN/HATUN) adalah Peraturan Hukum yg mengatur proses penyelesaian perkara TUN melalui pengadilan (hakim), sejak pengajuan gugatan sampai keluarnya putusan pengadilan (hakim).  HAPTUN/HATUN disebut juga hukum formal yang berfungsi mempertahankan berlakunya HTUN (HAN) sebagai hukum material.
  • 25.  Diatur bersama dg hkm materialnya. ketentuan mengenai prosedur berperkara diatur bersama dg hkm materialnya/ dg susunan, kompetensi badan peradilan dlm bentuk UU/Peraturan lain.  HAPTUN sbg pelaksana Pasal 12 UU No. 14 Tahun 1970 diatur bersama hkm materialnya, yang selanjutnya dirubah dengan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman.  Prosedur berperkara diatur tersendiri dalam bentuk UU/Peraturan lainnya.  UU No. 5/1986 tentang PTUN  UU No.9/2004 tentang PTUN  UU No. 51/2009 tentang PTUN
  • 26.  Salah 1 unsur PTUN adlh pihak2 dan slh 1 pihak itu adlh Badan atau Pejabat TUN dlm kedudukanya dan bertindak berdasarkan wewenang yang diberikan oleh HTUN (HAN) dlm menjalankan tugas pelayanan umum.  Dimuka PTUN para pihak yg berperkara mempunyai kedudukan yg sama. Hakim harus memperlakukan kedua belah pihak dg sama adil.
  • 27.  Badan atau Pejabat TUN dlm menjalankan fungsinya mempunyai kewenangan berdasarkan ketentuan per-uu-an baik secara langsung (atribusi) maupun pelimpahan (delegasi) serta mandat dan kebebasan bertindak yang dalam ilmu hkm dikenal dg istilah freis Ermessen.  Dlm menjalankan tgsnya, tdk jarang terjadi bahwa tindakan badan atau Pejabat TUN melanggar batas, shgga menimbulkan kerugian bagi yg terkena. Hal demikian disebut perbuatan melanggar hkm oleh penguasa (onrechtmatige overheidsdaad).
  • 28. No Pembeda HAPTUN Acara Perdata 1 Subjek/Pihak badan/Pejabat TUN lawan warga masyarakat Warga masy. Lawan warga masyarakat 2 Pangkal sengketa Ketetapan tertulis pejabat Kepentingan perdata warga masyarakat 3 Tindakan Perbuatan melawan hukum penguasa Perbuatan melawan hukum masy. wanprestasi 4 Peran hakim Hakim aktif Hakim pasif 5 Rekonvensi Tidak dikenal Dikenal, diatur
  • 29. Mahkamah Agung Individu/Badan Hukum Perdata Ps 53 ayat 1 “Keberatan” Sema No. 2/1991 “Banding Adm” Ps. 48 jo Sema No. 2/1991 PT TUN Pasal 51 ayat 3 P. TUN PT TUN
  • 30. Subjek PTUN 1.pihak penggugat.  Yang dapat menjadi pihak penggugat dalam perkara di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah setiap subjek hukum, orang maupun badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan dengan dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara di Pusat maupun di Daerah (Pasal 53 ayat (1) jo Pasal 1 angka 4 UU no. 5 tahun 1986)
  • 31.  .Pihak tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya (Pasal 1 angka 6 UU no. 5 tahun 1986).  Yang dimaksud wewenang tersebut adalah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku oleh SF.MARBUN dikemukakan bahwa:menurut hokum administrasi,pengertian kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan,baik dalam suatu bidang pemerintahan yang berasal dari kekuasaan legislative atau dari kekuasaan pemerintah,sedangkan pengertian wewenang hanya onderdil tertentu atau bidang tertentu.dengan demikian wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan hokum tersebut
  • 32.  Selama pemeriksaan berlangsung, setiap orang yang berkepentingan dalam sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan, baik atas prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan, maupun atas prakarsa Hakim dapat masuk dalam sengketa Tata Usaha Negara, dan bertindak sebagai: pihak yang membela haknya; atau peserta yang bergabung dengan salah satu pihak yang bersengketa (pasal 83)  Apabila pihak ketiga yang belum pernah ikut serta atau diikut sertakan selama waktu pemeriksaan sengketa yang bersangkutan, pihak ketiga tersebut berhak mengajukan gugatan perlawanan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan tersebut kepada Pengadilan yang mengadili sengketa tersebut pada tingkat pertama (pasal 118 ayat 1)
  • 33. Objek PTUN 1. Keputusan Tata Usaha Negara “suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.” (Pasal 1 angka 3 UU no. 5 tahun 1986). 2. yang dipersamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara yang dimaksud diatas adalah sebagaimana yang disebut dalam ketentuan Pasal 3 Uu no. 5 tahun 1986.
  • 34. 1) apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal ini menjadi kewajiban, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara. 2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Peraruran perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud. 3) dalam hal Peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) : “maka setelah lewat waktu 2 (empat) bulan sejak diterimanya permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan Keputusan Penolakan.” Lanjutan maksud yg dipersamakan dgn KTUN: ……
  • 35.  Jenis upaya hkm: a. Upaya hkm biasa yg berupa pengadilan tingkat banding dan peradilan tingkat kasasi. b. Upaya hkm luar biasa, yaitu perlawanan phk ketiga dan peninjauan kembali.
  • 36. 36
  • 37. Hal yg berbeda dengan peradilan lainnya, kekhususan dari PTUN adalah mengenal tahapan pemeriksaan pendahuluan; Pemeriksaan pendahuluan terdiri dari: a.Rapat permusyawaratan (pasal 62) b.Pemeriksaan persiapan (pasal 63) 37
  • 38.  Disebut jg sebagai dismissel process (tahap penyaringan). Tujuannya adalah memeriksa gugatan yg masuk, apakah memenuhi syarat yg ditentukan atau melihat kompetensi peradilan TUN yg mengadili.  Jika suatu gugatan dilanjutkan tanpa adanya dismissal process maka dikhawatirkan akan membuang waktu & biaya. 38
  • 39.  Dalam dismissal process, Ketua berhak memutuskan penetapan bahwa gugatan tdk dapat diterima/ tdk berdasar, apabila: 1)Pokok gugatan tidak masuk kewenangan TUN; 2)Syarat gugatan sbgmn pasal 56 tidak terpenuhi; 3)Gugatan didasarkan pada alasan tidak layak; 4)Gugatan sudah dipenuhi dalam KTUN yg digugat; 5)Gugatan diajukan sebelum/telah lewat waktu. 39
  • 40.  Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara mengenai hal ini diucapkan dalam rapat permusyawaratan sebelum hari persidangan ditentukan dengan memanggil kedua belah pihak untuk mendengarkannya. Pemanggilan kedua belah pihak dilakukan dengan surat tercatat oleh panitera atas perintah Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang bersangkutan. Terhadap penetapan ketua pengadilan tersebut diajukan perlawanan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang bersangkutan dalam tenggang waktu 14 hari sesudah diucapakan. Perlawanan tersebut diajukan harus dengan memenuhi syarat-syarat seperti yang gugatan biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 56 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Perlawanan diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Tata Usaha Negara denga acara cepat, maka penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang yang diambil dalam rapat permusyawaratan tesebut dinyatakan gugur demi hukum dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara biasa 40
  • 41.  Diatur lebih lanjut dalam Pasal 63 UU No. 5 Tahun 1986 yang berbunyi : 1) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, hakim wajib mengadakan pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas 2) Dalam pemeriksaan persiapan  sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hakim : 1. Wajib member nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu 30 hari 2. Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan 3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, penggugat belum menyempurnakan gugatannya, maka hakim menyatakan dengan putusan bahwa gugatannya tidak dapat diterima; 4) Terhadap putusan sebagaimana diatur dalam ayat (3) tidak dapat digunakan upaya hukum, tetapi dapat diajukan gugatan41
  • 42. Dilakukan dengan dua cara: 1.Acara cepat; 2.Acara biasa. Selama pemeriksaan berlangsung, pihak yg berkepentingan dapat mengajukan diri sebagai para pihak atau keikutsertaan pihak ketiga. 42
  • 43.  Keikutsertaan pihak ketiga dalam pemeriksaan tgkt pertama dpt dalam bentuk: a.Tussenkomst: pihak ketiga yg ikut serta dalam pemeriksaan PTUN dgn kemauan sendiri, tujuannya mempertahankan kepentingannya, agar tidak dirugikan baik KTUN yg diperiksa maupun akibat putusan TUN. Jika gugatan pihak ketiga dikabulkan maka disebut sebagai penggugat intervensi (intervenient) 43
  • 44.  Yaitu keikutsertaan pihak ketiga dalam pemeriksaan tingkat pertama PTUN atas permintaan para pihat baik penggugat maupun tergugat. Tujuan voeging ini adalah memperkuat kedudukan salah satu pihak, baik penggugat maupun tergugat. 44
  • 45.  Intervensi khusus terjadi dalam pemeriksaan tingkat pertama atas permintaan sendiri dari hakim yang mengadili sengketa TUN. Kedudukan pihak ketiga tersebut yaitu sebagai tergugat II intervensi.  Pemanggilan tergugat II intervensi tersebut, dilakukan oleh hakim TUN lewat putusan sela. 45
  • 46.
  • 47. • Eksepsi adalah tangkisan hal-hal di luar pokok perkara, sehingga gugatan dinyatakan tidak dapat diterima. a) Eksepsi dalam perkara Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 77 UU.No. 5/1986 terdiri dari: a. Eksepsi Absolut : - Kopetensi Absolut.  Yakni eksepsi tentang kompetensi absolut pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan berjalan. Bahwa meskipun tidak diajukan, Pengadilan wajib untuk memeriksanya dan menyatakan tidak berwenang mengadili perkara. - Kopetensi Relatif.  Eksepsi diajukan sebelum disampaikan jawaban atas pokok perkara. Eksepsi ini harus diputus sebelum pokok perkara diperiksa. Jadi untuk itu pengadilan terlebih dahulu harus menetapkan putusan sela. EKSEPSI
  • 48. b. Eksepsi Relatif :  Eksepsi Relatif adalah tangkisan mengenai hal-hal kekurangan/kesalahan mengenai pembuatan gugatan.  Misalnya : Penggugat tidak berkualitas sebagai Penggugat, Objek gugatan bukan objek TUN, identitas para pihak tidak lengkap, gugatan kabur, gugatan telah daluwarsa, gugatan nebis in idem dll. Eksepsi relatif ini tidak terbatas, asal itu merupakan kelemahan dari gugatan diajukan sebagai eksepsi relatif. 
  • 49.  Setelah mengemukakan eksepsi (tangkisan), selanjutnya disampaikan jawaban terhadap pokok perkara (Pasal 74 ayat 1 UU.No. 5/1986). Suatu jawaban biasanya berisikan : 1. Bantahan   Bantahan yang dimaksud adalah suatu pengingkaran terhadap apa yang dikemukakan penggugat dalam dalil-dalil gugatannya.  2. Pengakuan/pembenaran  Di dalam Jawaban ada kemungkinan Tergugat mengakui kebenaraan dalil-dalil gugatan Penggugat. Untuk menghidarkan agar jangan sampai ada pengakuan yang tidak memerlukan pembuktian lagi biasanya dipergunakan kata-kata “ seandanyapun itu benar” atau “qwodnoon. Maksudnya tidak membantah secara tegas, tetapi juga tidak mengakui secara tegas, tetapi juga tidak mengakui secara pasti. 3. Fakta-fakta lain  Di dalam jawaban itu Tergugat ada kemungkinan juga mengemukakan fakta-fakta baru untuk membenarkan kedudukannya. 
  • 50.  Hal : Jawaban Perkara Tata Usaha Negara No. : ....../G/..../PTUN...... Dengan Hormat, Tergugat dengan ini menyampaikan Eksepsi dan Jawaban sebagai berikut : I. TENTANG EKSEPSI A. Eksepsi Absolut (kalau ada) 1. Kopentensi Absolut (uraikan) 2. Kopetensi Relatif (uraikan) B. Eksepsi relatif 1. Daluwarsa (uraikan) 2. Gugatan Nebis in idem (uraikan) 3. dll (uraikan) Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mohon PTUN menyatakan diri tidak berwenang mengadili perkara ini (kalau menyangkut eksepsi absolut) dan karenanya/atau menyatakan gugatan tidak dapat diterima. II. TENTANG POKOK PERKARA - Bahwa Tergugat dengan ini membantah seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat, kecuali atas hal-hal yang secara tegas diakui oleh Tergugat dalam jawaban ini ; - Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan dalam eksepsi, secara mutatismutandis juga masuk kedalam jawaban terhadap pokok perkara, sehingga tidak perlu diulagi lagi ; - Bahwa ............... (dan seterusnya) merupakan bantahan terhadap dailil-dalil gugatan Penggugat poin demi poin. III. KESIMPULAN Berdasarkan hal-hal tersebut di atas mohon Majelis hakim yang memeriksa perkara ini menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima. Terima Kasih  ........ (domisili), tanggal ..... Hormat Tergugat Kuasa Hukumnya (........................)
  • 51.  Replik yaitu bantahan penggugat atas keterangan / jawaban tergugat.  Atas jawaban Tergugat, selanjutnya kepada Penggugat diberikan kesempatan untuk membantah, menguatkan alasan-alasan gugatan yang diajukan (Pasal 75 (1) UU. No. 51/1986 Jo. UU No. 9 Tahun 2004).  Replik biasanya berisi dalil-dalil atau hal-hal tambahan untuk menguatkan dalil-dalil gugatan Penggugat. Penggugat dalam replik ini dapat niengemukakan sumber-sumber kepustaaan, pendapat para ahli, doktrin, kebiasaan, dan sébagainya.  Perananan Yurisprudensi sangat penting dalam Replik, mengingat kedudukannya sebagai salah sam sumber hukum.  Dalam rnenyusun replik biasanya cukup dengan mengikuti poin-poin jawaban Tergugat. Dalam replik Penggugat dapat mengajukan hal-hal baru untuk menguatkan dalil gugatanya.
  • 52.  Duplik yaitu jawaban tergugat atas bantahan penggugat  Terhadap Replik Peggugat, maka kepada Tergugat diberi kesempatan untuk menyampaikan Duplik, yang isinya berupa dalil-dalil bantahan atas Replik Penggugat atau dalil-dalil utuk menguatkan jawaban Tergugat (Pasal 75 ayat (2) UU.No. 5/1986 Jo. VU No. 9 Tahun 2004). Penyusunan duplik biasanya berdasarkan poin-poin replik Penggugat.  Pada Duplik Tergugat masih dapat mengemukakan dalil-dalil baru tentang bantahannya terhadap gugatan, atau sekedar untuk rnenguatkan dalil-dalil jawabannya. Dengan adanya jawab-menjawab ini menjadi jelas permasalahan perkara.
  • 53. Hal : REPLIK dalam Perkara No. …/…../2014/PTUN …. Kepada Yang Terhormat, Ketua Majelis Hakim Perkara No. …/…../2014/PTUN ... Pengadilan Tata Usaha Negara …….. Di ………… Dengan hormat, Untuk dan atas nama Penggugat dengan ini mengajukan REPLIK atas JAWABAN TERGUGAT, yang telah diuraikan tertanggal …………. 2014, sebagai berikut : DALAM POKOK PERKARA Penggugat tetap pada dalil-dalil sebagaimana terurai dalam surat Gugatan aquo, dan selanjutnya membantah seluruh dalil-dalil Tergugal sebagaimana diuraikan dalam Jawabannya, dengan uraian seperti dibawah ini. 1. Bahwa ……. 2. Bahwa ……. 3. Bahwa …….. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Penggugat tetap pada tuntutan semula dan mohon Majelis Hakim dapat memutuskan sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan untuk seluruhnya; 2. Memutuskan ………………………………………. ; 3. Mengadili perkara ini dengan seadil-adilnya Hormat Kami, Penggugat/Kuasa Penggugat, (Penggugat/kuasa hukum).
  • 54.  Banda Aceh, ………. 2014  Hal : Duplik atas Replik Penggugat Kepada  Yth. Majelis Hakim Pemeriksa Perkara No. …. /…../2014/PTUN.Bna Pada Pengadilan Tata Usaha Negara di – Banda Aceh  Dengan Hormat,  Untuk dan atas nama klien kami Tergugat (nama tergugat) dalam Perkara No. …/ …../2014/PTUN.Bna, Pada Pengadilan Tata Usaha Negara di Banda Aceh dengan ini menyampaikan Duplik atas Replik Penggugat.  Adapun Duplik atas Replik Penggugat adalah sebagai berikut :  Dalam Eksepsi: 1. Bahwa ………… 2. Bahwa …………. 3. Bahwa …………  Dalam Pokok Perkara: 1. Bahwa ………… 2. Bahwa ……….. 3. Bahwa ………..
  • 55.  Dalam rekonpensi: 1. Bahwa …. 2. Bahwa …. 3. Bahwa ….  Berdasarkan alasan tersebut diatas Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi mohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara, agar berkenan memutus perkara sebagai berikut :  Dalam Eksepsi  PRIMER: 1. Menerima dan mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya. 2. Menolak atau setidak-tidaknya tidak menerima gugatan Penggugat untuk seluruhnya. 3. Menghukum Penggugat) untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara ini.  Dalam Pokok Perkara :  Dalam Konpensi :  PRIMER : 1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya. 2. Menolak ………………… 3. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara
  • 56.  Dalam Rekonpensi :  PRIMER : 1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonpensi Penggugat untuk seluruhnya. 2. Menetapkan dan menyatakan bahwa, ….. 3. Menghukum Tergugat Rekonpensi/Penggugat Konpensi untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara ini.  Dalam Eksepsi, Konpensi, dan Rekonpensi.  Subsider :  Mohon Putusan seadil-adilnya.  Demikian Eksepsi, Jawaban serta gugatan balik kami, atas perkenan Yang Terhormat Hakim Pemeriksa Perkara, diucapkan Terima Kasih. Hormat Kami Kuasa Hukum Tergugat Konsepsi/Penggugat Rekonsepsi. (Nama Kuasa Hukum)
  • 57.  Kuasa menurut hukum disebut juga wettelijke vertegenwoording atau legal mandatory (legal representative). Artinya, undang- undang menetapkan bahwa seseorang atau badan hukum dengan sendirinya menurut hukum berhak bertindak mewakili orang atau badan hukum tersebut tanpa memerlukan surat kuasa.  Pengertian kuasa merujuk pada wewenang, jadi pemberian kuasa berarti pemberian/pelimpahan wewenang dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa, untuk mewakili kepentingannya.  Kuasa hukum yaitu pihak yang diberikan kewenangan untuk melaksanakan proses hukum di muka pengadilan.  Pengacara atau advokat atau kuasa hukum adalah kata benda, subyek. Dalam praktik dikenal juga dengan istilah Konsultan Hukum. Dapat berarti seseorang yang melakukan atau memberikan nasihat (advis) dan pembelaan “mewakili” bagi orang lain yang berhubungan (klien) dengan penyelesaian suatu kasus hukum
  • 58. 1. Kuasa Umum  Kuasa Umum diatur dalam Pasal 1795 KUH Perdata, dimana kuasa umum bertujuan untuk memberi kuasa kepada seseorang untuk mengurus kepentingan pemberi kuasa mengenai pengurusan , yang disebut berharder untuk mengatur kepentingan pemberi kuasa. Dengan demikian , dari segi hukum , surat kuasa umum tidak dapat dipergunakan di depan pengadilan untuk mewakili pemberi kuasa. Sebab, sesuai dengan ketentuan Pasal 123 HIR, untuk dapat tampil di depan pengadilan sebagai wakil pemberi kuasa, Penerima Kuasa haruslah mendapat surat kuasa khusus. 2. Kuasa Khusus  Adapun pengaturan mengenai surat kuasa khusus diatur dalam pasal 1975 BW yaitu mengenai pemberian kuasa mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih. Agar bentuk kuasa yang disebut dalam pasal ini sah sebagai surat kuasa khusus di depan pengadilan , kuasa tersebut harus disempurnakan terlebih dahulu dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam pasal 123 HIR. 3. Kuasa Istimewa  Kuasa Istimewa diatur dalam pasal 1796 BW dikaitkan dengan Pasal 157 HIR atau Pasal 184 RBG.
  • 59. • Menurut SEMA No.2 Tahun 1959, digariskan syarat khusus antara lain; 1. menyebutkan kompetensi relatif, di PN mana kuasa itu dipergunakan mewakili kepentingan pemberi kuasa; 2. menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak (sebagai penggugat dan tergugat); 3. menyebutkan secara ringkas dan konkret pokok dan objek sengketa yang diperkarakan antara pihak yang berperkara.
  • 60.  KANTOR HUKUM ADVOKAT/PENGACARA & KONSULTAN HUKUM  (NAMA KANTOR)  Alamat kantor Yang bertanda tangan di bawah ini : o Nama                           : ….. o Umur                           : …… o Pekerjaan                     : ……. o Kewarganegaraan       : Indonesia o Alamat                        : …… Selanjutnya disebut PEMBERI KUASA. Dalam hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasanya tersebut di bawah ini, menerangkan bahwa dengan ini memberi kuasa penuh kepada : 1.      …….. 2.      …….. 3.      …….. adalah Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum  pada Kantor Hukum Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum “……………”, beralamat di ………………….., untuk selanjutnya disebut sebagai PENERIMA KUASA. ------------------------------------------------------- KHUSUS ---------------------------------------------------
  • 61.  Untuk dan atas nama pemberi kuasa, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama mengurus kepentingan pemberi kuasa untuk mengurus perkara : “Atas diterbitkannya Surat Keputusan Tata Usaha Negara No. … / …/…./…./2014 tertanggal …………. 2014, Tentang ……………… atas nama …………………. oleh …………………. (LEMBAGA PEMERINTAH).  Untuk itu penerima kuasa dikuasakan untuk melakukan perbuatan hukum untuk ………………………….. (uraian-uraian terkait hal yg dapat dilakukan oleh kuasa hukum)  Demikian surat kuasa dan kekuasaan ini dapat dialihkan kepada orang lain dengan hak substitusi dan seterusnya menurut hukum, seperti yang dimaksud dalam Pasal 1812 KUH Perdata dan menurut syarat-syarat lainya ditetapkan dalam Undang-undang.  Langsa, ……….. 2014  PENERIMA KUASA PEMBERI KUASA  (PENGACARA/KUASA HUKUM) (Nama Pemberi Kuasa)
  • 62.
  • 63.
  • 64. 1. Tempat Mengajukan Gugatan  Gugatan yang telah disusun / dibuat ditandatangani oleh Penggugat atau Kuasanya, kemudian didaftarkan di Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara yang berwenang sesuai dengan ketentuan Pasal 54.  Ayat (1) Gugatan Sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat  Ayat (2) Apabila Tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan berkedudukan tidak dalam satu faerah Hukum Pengadilan, Gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kedudukan salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara  Ayat (3) Dalam hal tempat kedudukan Tergugat tidak berada dalam daerah hukum Pengadilan tempat kediaman Pengugat, maka Gugatan dapat diajukan ke Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
  • 65.  Ayat (4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara yang bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, Gugatan dapat diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat  Ayat (5) Apabila Penggugat dan Tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri, Gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.  Ayat (6) Apabila Tergugat berkedudukan di dalam negeri dan Penggugat di luar negeri, Gugatan diajukan kepada Pengadilan ditempat kedudukan Tergugat.
  • 66.  Panitera menaksir biaya panjer ongkos perkara yang harus dibayar oleh Penggugat atau Kuasanya yang diwujudkan dalam bentuk SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) atau antara lain:  Biaya Kepaniteraan  Biaya Materai  Biaya Saksi  Biaya Saksi Ahli  Biaya Alih Bahasa  Biaya Pemeriksaan Setempat  Biaya lain untuk Penebusan Perkara
  • 67.  Gugatan yang telah dilampiri SKUM tersebut kemudian diteruskan ke Sub bagian Kepaniteraan Muda Perkara untuk penyelesaian perkara lebih lanjut.  Atas dasar SKUM tersebut kemudian Penggugat atau kuasanya dapat membayar di kasir (dibagian Kepaniteraan Muda Perkara) dan atas pembayaran tersebut kemudian dikeluarkan, kwitansi pembayarannya. Gugatan yang telah dibayar panjer biaya perkara tersebut kemudian didaftarkan didalam buku register perkara dan mendapat nomor register perkara.
  • 68.  Gugatan yang sudah didaftarkan dan mendapat nomor register tersebut kemudian dilengkapi dengan formulir-formulir yang diperlukan dan Gugatan tersebut diserahkan kembali kepada Panitera dengan buku ekspedisi penyerahan berkas.  Selanjutnya berkas perkara gugatan tersebut oleh Panitera diteruskan / diserahkan kepada Ketua Pengadilan untuk dilakukan Penelitian terhadap Gugatan tersebut, yaitu dalam proses dismissal ataupun apakah ada permohonan penundaan pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat, beracara cepat maupun ber-acara Cuma- Cuma.
  • 69.  Terdapat dua syarat yg harus dipenuhi, yaitu syarat formal dan syarat materiil. 1. Syarat Formal   Pasal 56 (1) UU no 5 tahun 1986 Jo uu no 9 tahun 2004 menentukan bahwa suatu gugatan harus memuat  :  a.Identitas Penggugat 1. Nama lengkap Penggugat 2. Kewarganegaraan Penggugat 3. Tempat Tinggal penggugat 4. Pekerjaaan penggugat
  • 70. b. Identitas Tergugat 1) Nama., Jabatan, Misalnya : Kepala Dinas…, Bupati…., Gubenur…., Menteri…, Camat…, Lurah….dan sebgainya 2) Tempat kedudukan tergugat c.  Tenggang waktu mengajukan gugatan  Gugatan terhadap suatu Keputusan/Penetapan tertulis atau yang disamakan dengan itu, hanya dapat dilakukan dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak keputusan itu: 1) Setelah diterima atau dikeluarkan SK. 2) Setelah 4 bulan dilakukan permintaan dikeluarkan SK. 3) Setelah banding administratif
  • 71. d. Diberi Tanggal; Suatu gugatan biasanya diberi tanggal, hal ini berkaitan dengan tenggang waktu untuk mengajukan gugatan.  e. Ditandatangani; Suatu surat gugatan haruslah ditanda tangani oleh Penggugat atau oleh kuasanya yang sah untuk itu. Surat gugatan tidak perlu diberi materai, karena biaya materai tersebut telah dihitung dalam biaya perkara (SEMA No. 2 Tahun 1991).
  • 72. a. Objek gugatan (misal Perkara Tata Usaha Negara No. 01/G/l 994/PTUN- MDN, tanggal 14 November 1994, objek gugatanya adalah Sertifikat Tanah Hak Guna Bangunan (HGB) No. 22 tertanggal 7 Januari 1982 atas nama M.KADIRAN) b. Posita gugatan: Posita atau dasar-dasar gugatan, benisikan dalil Penggugat untuk mengajukan gugatan. yang diuraikan secara ringkas dan sederhana
  • 73.  Fakta Hukum Fakta Hukum berisi fakta-fakta secara kronologis tentang adanya hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat maupun dengan objek.gugatan.  Kualifikasi Perbuatan Tergugat, Dalam gugatan harus diuraikan secara ringkas dan tegas serta jelas tentang kualifikasi kesalahan dari tergugat.  Uraikan Kerugian Penggugat: Seandainya akibat perbuatan tergugat menerbitkan keputusan yang disengketakan itu telah menimbulkan kerugian bagi penggugat, maka hal itu dapat digugat dalam Gugatan Tata Usaha Negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 1991
  • 74.  Petitum adalah kesimpulan gugatan yang berisikan hal-hal yang dituntut oleh penggugat untuk diputuskan oleh hakim.  Petitum (apa yang menjadi tuntutan/ yang diminta) Ada beberapa alternatif : 1)Pembatalan atau menyatakan tidak sah SK yang dikeluarkan Tergugat. 2)Ganti rugi 3)Rehabilitasi 4)Bisa mengajukan penangguhan pelaksanaan SK
  • 75.  Petitum itu umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut :  Mengabulkan/ menerima gugatan Penggugat seluruhnya  Menyatakan perbuatan Tergugat adalah perbuatan yang sewenang-wenang atau perbuatan yang bertentangan dengan Undang- Undang  Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan No…. Tanggal …… yang dikeluarkan oleh tergugat:  Menghukum tergugat untuk membayar ganti kerugian sebesar Rp……………. Kepada Penggugat (Jika ada)  Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini untuk semua tingkatan
  • 76.  Dalam hal ada gugatan privisi maka hal tersebut harus diuraikan  terlebih dahulu setelah identitas para pihak dan objek gugatan diuraikan. Gugaatn provisi itu dapat menyangkut tindakan tertentu yaitu: menunda pelaksanaan keputusan Usaha Negara yang disengketakan sampai ada putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Atau untuk megizinkan penggugat berperkara secara prodeo atau Cuma-Cuma.atau mungkin juga untuk meminta suatu perkara diperiksa dengan acara cepat, Untuk itu harus dikemukakan alasan-alasanya dalam gugatan provisi tersebut