Dokumen tersebut membahas tentang upaya percepatan pemberantasan korupsi, yang mencakup beberapa poin utama sebagai berikut: (1) penjelasan tentang sikap dan perilaku anti korupsi, peraturan korupsi di Indonesia, dan program percepatan anti korupsi; (2) penyebab dan permasalahan korupsi serta langkah pemberantasan korupsi; (3) bentuk-bentuk korupsi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2. Muslihin
Widyaiswara
BPSDMD NTB
Perka LAN no. 18 Tahun 2014 Perka LAN no. 16 Tahun 2017
Mampu memahami sikap
anti korupsi dan cara
mendorong percepatan
pemberantasan korupsi di
lingkungan instansinya
HASIL BELAJAR
1. Menjelaskan sikap dan perilaku anti korupsi
2. Menjelaskan peraturan tentang korupsi di
Indonesia
3. Menjelaskan program percepatan anti korupsi
4. Menjelaskan penyebab dan permasalahan
seputar korupsi
5. Menjelaskna langkah-langkah pemberantasan
korupsi di bidang tugasnya
Indikator HasilBelajar
3. Muslihin
Widyaiswara
BPSDMD NTB
Sikap dan perilaku
anti korupsi
PERATURAN
tentang Korupsi
Program percepatan
anti korupsi
MATERI
POKOK Penyebab dan
Permasalahan korupsi
Langkah pemberantasan
korupsi
1
2
3
4
5
4. muslihin
Korupsi Akar Semua Masalah
Minimnya
Militer
Minim Fasi-
litas Umum
Rendahnya
Kesehatan
Penegakan
Hukum
Lapangan
Kerja
Penggusuran
BBM
Ekonomi
Tinggi
Pendidikan
Mahal
Korupsi
8. Muslihin
Widyaiswara
BPSDMD NTB
TAHUN KEGIATAN LINGKUP DASAR HUKUM
1957 Operasi Militer Kegiatan tdk terstruktur PRT/RM/06/1957
1967 Pemberantasan
korupsi
Represif & preventif Kepres 228 Th, 1967
1977 Opstib Penertiban sistem &
operasi
Inpres 9 Th. 1977
1987 Pemsus Restitusi
Pajak
Kebenaran restitusi Surat Menkeu S-
234/MK.04/1987
97 - 98 Krisis moneter
1999 KPKPN Preventif UU 29 Tahun 1999
1999 TGTPK Represif PP 19 Tahun 2000
2003 KPK Penindakan dan
pencegaham
UU 30 Tahun 2002
Tugas koordinasi, supervisi, penindakan, pencegahan, dan monitor
Model dan Sejarah Pemberantasan Korupsi
9. Muslihin
Widyaiswara
BPSDMD NTB
PERATURAN
tentang
KORUPSI
yang berlaku
DI INDONESIA
1. UU RI No. 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
Dari KKN.
2. UU RI No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
3. UU RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan
Atas UU No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4. UU RI nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
5. UU RI No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan
Atas UU No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang
9
UU KORUPSI
10. Muslihin
Widyaiswara
BPSDMD NTB
1. PP RI No. 19 Tahun 2000 Tentang Tim Gabungan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. PP RI No. 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
3. PP RI No. 109 Tahun 109 Tahun 2000 Tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah
4. Kepres Nomor 127 Tahun 1999 Tentang
Pembentukan Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat
Negara,
5. Kepres RI No. 73 Tahun 2003 Tentang Pembentukan
Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
6. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
7. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi.
PERATURAN
tentang
KORUPSI
yang berlaku
DI INDONESIA
PP KORUPSI
11. Muslihin
Widyaiswara
1. Dapat memberikan kepastian hukum
2. Menghindari keragman penafsiran hukum
3. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak
social dan eonomi masyarakat
4. Perlakuan secara adil dalam memberantas
tindak pidana korupsi
Peraturan Tindak Pidana Korupsi terus mengalami
PENYEMPURNAAN dan PERUBAHAN agar :
12. Rumusan Tindak Pidana Korupsi
(UU 31/1999 jo UU 20/2001)
Delik yg terkait dg kerugian
keuangan negara
Delik Perbuatan Pemerasan
Delik Perbuatan Curang
Delik Penggelapan dalam
Jabatan
Delik Gratifikasi
Pasal 2(1); 3
Pasal 12 huruf e,f,g
Pasal 7 (1) huruf a,b,c,d;
Ps 7 (2); Ps 12 huruf h
Pasal 8; 9; 10 a,b,c
Pasal 12B jo Pasal 12C
Merupakan
delik-delik
yg diadopsi
dari KUHP
(berasal dari
pasal 1 ayat
1 sub c UU
no. 3/71)
Delik pemberian sesuatu/janji
kpd Peg Neg/PN (Penyuapan)
Ps 5(1) a,b; Ps 13; Ps, 5(2);
Ps 12 a,b; Ps 11; Ps 6(1) a,b;
Ps 6(2); Ps 12 c,d
Selama ini sebagian kita memandang korupsi hanya dari sisi korupsi sebagai
delik tindak pidana (bahkan hanya yg memenuhi kriteria merugikan keuangan
negara), hal ini mendorong strategi pemberantasan yang sifatnya represif saja.
Delik Benturan kepentingan
dalam Pengadaan
Pasal 12 huruf i
13. Muslihin
Widyaiswara
BPSDMD NTBKORUPSI dirumuskan dalam 30 bentuk, yang
dikelompokkan ke dalam :
1. Kerugian Keuangan Negara, (kasus 9)
2. Suap menyuap, (kasus 1)
3. Penggelapan dalam jabatan, (kasus 6)
4. Pemerasan, (kasus 4)
5. Perbuatan Curang, (kasus 7)
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Barang, (kasus 6)
7. Gratifikasi. (kasus 8)
Fakta perbuatan yang
dilakukan
Alat bukti yang
mendukung
Sanksi Hukum,
Sikap Anda dalam
pencegahan sbg PNS
diskusikan
Bentuk korupsi Evolusi koruptor
14. Muslihin, Widyaiswara BPSDMD
penyebab korupsimenurut BPKP4aspek
– Sifat tamak manusia
– Moral yang kurang kuat
– Penghasilan yang kurang
mencukupi
– Kebutuhan hidup yang
mendesak
– Gaya hidup yang
konsumtif
– Malas atau tidak mau
kerja
– Ajaran agama yang
kurang diterapkan
individu pelaku
– Kurang adanya sikap
keteladanan
pimpinan
– Tidak adanya kultur
organisasi yang benar
– Sistim akuntabilitas
yang benar di instansi
pemerintah yang
kurang memadai
– Kelemahan sistim
pengendalian
manajemen
– Manajemen
organisasi
– Masyarakat kurang
menyadari sebagai
korban; atau terlibat
korupsi; korupsi akan
bisa dicegah dan
diberantas bila
masyarakat ikut aktif
– Aspek peraturan
perundang-undangan
– Nilai-nilai di
masyarakat kondusif
untuk terjadinya
korupsi (muncul dlm
budaya masyarakat)
Tempat individu
& organisasi
1. Memonopoli Politik
2. Kualitas Uu Lemah
3. Judicial Review
Kurang Efektif
4. Sanksi Yang Ringan
5. Lemah Dalam
Evaluasi Dan
Monitoring Perundang-
undangan
Peraturan
perundang2an
15. muslihin
SUBJEKTIF
Dorongan
-Menguntungkan org lain
- Menguntungkan diri sendiri
- Menguntungkan korporasi
Kesempatan
-Karena Jabatan
-Karena ada kesempatan
-Karena ada kewenangan
Rasionalisasi
-Tdk Memikirkan kerugian orang lain
-Tdk memikirkan akibatnya terhadap
- perekonomian
dan keuangan negara
Segitiga Korupsi
Sources: Steve Albreicht. Publisher: Richard Irwin (KPK, 2006)
16. Muslihin
Widyaiswara
BPSDMD NTB
Dipengaruhi oleh :
1. Corruption by needs
2. Corruption by greed
3. Unexpected crisis
4. Perubahan pola hidup
Dorongan bisa diperkuat atau
diperlemah karena tingkat iman
pelaku adanya rasa malu dan
konsekuensi jabatan sebagai
penegakan hukum
DORONGAN dorongan = tekanan
keuangan
( financial pressure )
• Serakah ( Greed )
• Gaya hidup yang melebihi
kemampuan ( living beyond
one’s means )
• Memiliki utang yang besar (
high bills or personal debt )
• Mengalami kerugian keuangan
(financial losses)
• Kebutuhan keuangan yang tak
terduga ( unexpected financial
needs )
17. Muslihin
Widyaiswara
Korupsi muncul karena sistem
kerja yang tidak mendukung,
top level manajemen bersikap
semena-mena, pemisahan
kewenangan yang tidak tegas,
kurangnya kontrol akan
otorisasi dan persetujuan,
kontrol terhadap asset yang
kurang baik, serta tidak
adanya transparansi.
KESEMPATAN
18. Muslihin
Widyaiswara
Pembenaran akan apa
yang dilakukan karena
gajinya rendah, orang lain
juga melakukan, kita hanya
manusia biasa, merasa
tidak ada yang dirugikan
dan menempatkan diri
sendiri diatas kepentingan
umum
RASIONALISASI
19. Muslihin, Widyaiswara BPSDMD
Mengapa malas
Mengapa suka
Minta imbalan/
Memeras/korupsi
Apa yg mendorong
- Gaji sangat kecil / relatif
- Orang lain juga malas
- Malas tidak ada sanksi
- Rajin juga percuma
- Karena tdk ada pekerjaan di kantor
- Orang lain juga begitu / berjamaah
- Tidak ada sanksi yang tegas
- Kesempatan terbuka lebar
- Karena diberi / dikasih
- Gaji kecil – tidak cukup
- System
- Lingkungan
- Aturan yang tidak jelas
- Tidak ada reward & punishment
- Tidak merasakan manfaat kalau
berbuat baik / rajin
- Pendidikan / Latihan kurang
Mendasar
Reformasi
Birokrasi
Sistemik
PNS dan KORUPSI
20. Muslihin, Widyaiswara BPSDMD
Gaji/Penghasilan Kecil
Pensiun Kecil
Jauh Dari Cukup
Cari tambahan karena
tidak bisa menabung
Ada niat & kesempatan
- Korupsi
Masa depan suram
Cari tambahan untuk
persiapan pensiun
- Kinerja buruk
- Pelayanan buruk
- Pemborosan
- Lamban
- Tidak disiplin
Kalau bisa dipersulit buat apa dipermudah
Kalau bisa diperlambat buat apa dipercepat
PNS dan KORUPSI
21. Muslihin, Widyaiswara BPSDMD
Dampak Korupsi di Indonesia
• Rendahnya kualitas pelayanan publik;
• Rendahnya kualitas sarana dan prasarana
yang dibangun pemerintah,
• Makin meningkatnya beban masyarakat akibat
adanya ketidak efisienan dan ketidak effektifan
pengelolaan badan usaha yang mengelola
kebutuhan publik seperti telekomunikasi, bahan
bakar minyak, listrik dan lain sebagainya.
• Meningkatnya kemiskinan dan kesengsaraan
rakyat
• Meningkatnya kesenjangan antara kaya dan
miskin
• Meningkatnya masalah sosial dan kriminal
• Mengancam keutuhan bangsa dan negara
• Terpasungnya tujuan demokrasi demokrasi
22. Muslihin
Widyaiswara
BPSDMD NTB
Integritas Naik Korupsi Turun
+ _
integritas merupakan upaya positif terkait korupsi
Simultan
Integritas
Individu
Integritas
Organisasi
Dave Ulrich (2012)
In side - out
Out side - in
Integritas sebagai “Value”
Integritas sebagai
“Unity”
Simultan
Norton & Kaplan (2006)
Alignment
Stephen L Carter (1996)
23. Muslihin
Widyaiswara
BPSDMD NTB
Perjalanan jauh selalu dimulai dengan
satu langkah awal dan penuh rintangan.
Dirisendiri
Lingkungan
Instansi
Indonesia
Resistensi
Perubahan.
Tdk ada
contoh
Pimpinan.
Loyalitas buta
kpd pimpinan.
•Inkonsistensi pelaks;
•Sistem lemah;
•Dsb.
RINTANGAN
Indonesia
berintegritas dan
bebas dari korupsi
24. Muslihin
Widyaiswara
STRATEGI
Solusi total, sistematis, komprehensif dan terintegrasi.
Mencakup upaya preventif dan represif dengan peran serta
masyarakat.
Dilaksanakan secara simultan dan berkesinambungan dalam jangka
pendek, menengah dan panjang.
PemberantasanKorupsi
25. Muslihin
Widyaiswara
Kegiatan
penindakan yang
‘keras dan tegas’
Membangun sistem
kepegawaian yang
berkualitas
Membangun sistem
akuntabilitas kinerja
sebagai control
mechanism
Perbaikan
pelayanan publik
Jangka Pendek
Membangun beberapa
proses kunci dalam
perbaikan manajemen
kepemerintahan yang
mendorong efisiensi
dan efektivitas.
Meningkatkan
partisipasi masyarakat
dan akses publik
terhadap
pemerintahan.
Jangka Menengah
Membangun dan mendidik
masyarakat pada berbagai
tingkat dan jenjang
kehidupan sebagai
penangkal korupsi.
Membangun tata
kepemerintahan yang baik
sebagai bagian penting
dalam sistem pendidikan
nasional.
Membangun nilai etika dan
budaya anti korupsi
Jangka Panjang
Strategi Pemberantasan KORUPSI
26. Muslihin
Widyaiswara
HAMBATAN-HAMBATANdalam upaya
pemberantasan KORUPSIdi Indonesia
1. Masih rendahnya “political will” pemerintah yang menyeluruh ke
setiap lapisan birokrasi.
2. Korupsi sudah menjadi penyakit kronis di Indonesia sehingga
setiap upaya-upaya menangani kasus korupsi akan menghadapi
resistensi yang tinggi, ingin mempertahankan status quo.
3. Masyarakat sendiri masih banyak yang bersikap permissive.
4. Sistem kepegawaian yang belum mendukung untuk pegawai
termotivasi dan ber intergritas.
5. Sistem keuangan dan anggaran yang belum mendukung
operasional pada lembaga penegak hukum secara penuh.
6. Masih belum terciptanya sinergi yang baik di antara lembaga-
lembaga penegak hukum maupun lembaga pengawasan yang ada.
7. Corruptor Fightback.
27. 5 Capaian Pondasi Antikorupsi
Indonesia LEBIH DEMOKRATIS
REGULASI Antikorupsi Lebih Baik
PARTISIPASI PUBLIK Lebih Baik
INSTITUSI Antikorupsi Lebih Baik
PERS LEBIH BEBAS
1
2
3
4
5
29. Dr. Muslihin
1. Korupsi harus diselesaikan dgn 3
pendekatan : hukum, ekonomi dan
moral
2. Pemberantasan korupsi harus dipimpin
oleh pemimpin yang berani, bersih,
reputasi baik, moral tinggi, bisa jadi
teladan, dan didukung peran serta
masyarakat.
3. Makin banyak orang berperilaku sama
dengan kita, makin cepat korupsi
musnah dari negeri kita.
PENUTUP
30. Dr. MuslihinDr. MUSLIHIN, M.Pd. amaqhilim@gmail.com081917204866
Ayobersama wujudkan
Indonesia BEBAS KORUPSI
Editor's Notes
Bagi Indonesia, dalam masa reformasi ini maka masalah korupsi (baca KKN) merupakan masalah yang sangat menonjol, yang tercermin antara lain dari rendahnya kualitas pelayanan publik; rendahnya kualitas sarana dan prasarana yang dibangun pemerintah, makin meningkatnya beban masyarakat akibat adanya ketidak efisienan dan ketidak effektifan pengelolaan badan usaha yang mengelola kebutuhan publik seperti telekomunikasi, bahan bakar minyak, listrik dan lain sebagainya. Sementara itu di lain pihak makin terjadi kesenjangan, dimana pihak konglomerat dan beberapa pejabat secara demonstratif memamerkan kekayaannya.