Dokumen tersebut membahas tentang kelemahan UUD 1945 pasca-amendemen, termasuk adanya kepentingan politik fraksi-fraksi dalam MPR, inkonsistensi teori dan ketidaksempurnaan konstitusi. Dokumen ini juga menyinggung tentang usulan amandemen kelima UUD 1945 oleh DPD untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang besaran organisasi dan hubungannya dengan struktur organisasi. Secara umum disebutkan bahwa besaran organisasi berkorelasi positif dengan kompleksitas dan formalisasi struktur, tetapi tidak berkorelasi dengan sentralisasi. Besaran dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi struktur organisasi, meskipun ada pendapat yang menyatakan hubungan ini tidak selalu terjadi.
Sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensial yang dimodifikasi, di mana kekuasaan eksekutif dipegang presiden tetapi dengan pengawasan dan keseimbangan dari lembaga legislatif dan yudikatif. Sistem ini berubah beberapa kali sejak kemerdekaan mengikuti amandemen konstitusi.
Sumber hukum terdiri dari hukum tertulis seperti undang-undang dan perjanjian internasional, serta hukum tidak tertulis seperti hukum adat dan kebiasaan. Faktor-faktor seperti yurisprudensi, doktrin, dan kesadaran hukum masyarakat turut membentuk hukum. Hukum dapat berlaku secara nasional maupun internasional, dan mencakup bidang privat maupun publik.
Dokumen tersebut membahas enam dimensi dalam administrasi publik yaitu dimensi kebijakan, organisasi, manajemen, etika, lingkungan, dan akuntabilitas kinerja. Dimensi-dimensi tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain dalam rangka menjalankan administrasi publik untuk kepentingan masyarakat.
Sistem pemerintahan Indonesia mengalami beberapa perubahan sejak kemerdekaan. Awalnya menganut sistem presidensial parlementer berdasarkan UUD 1945, kemudian beralih ke sistem parlementer semu pada masa Konstitusi RIS 1949-1950. Setelah itu menganut sistem parlementer hingga masa Orde Baru yang kembali ke sistem presidensial. Sistem ini diamandemen lagi pada era reformasi dengan membentuk lembaga negara baru seperti DPD dan MK.
Dokumen tersebut membahas tentang besaran organisasi dan hubungannya dengan struktur organisasi. Secara umum disebutkan bahwa besaran organisasi berkorelasi positif dengan kompleksitas dan formalisasi struktur, tetapi tidak berkorelasi dengan sentralisasi. Besaran dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi struktur organisasi, meskipun ada pendapat yang menyatakan hubungan ini tidak selalu terjadi.
Sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensial yang dimodifikasi, di mana kekuasaan eksekutif dipegang presiden tetapi dengan pengawasan dan keseimbangan dari lembaga legislatif dan yudikatif. Sistem ini berubah beberapa kali sejak kemerdekaan mengikuti amandemen konstitusi.
Sumber hukum terdiri dari hukum tertulis seperti undang-undang dan perjanjian internasional, serta hukum tidak tertulis seperti hukum adat dan kebiasaan. Faktor-faktor seperti yurisprudensi, doktrin, dan kesadaran hukum masyarakat turut membentuk hukum. Hukum dapat berlaku secara nasional maupun internasional, dan mencakup bidang privat maupun publik.
Dokumen tersebut membahas enam dimensi dalam administrasi publik yaitu dimensi kebijakan, organisasi, manajemen, etika, lingkungan, dan akuntabilitas kinerja. Dimensi-dimensi tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain dalam rangka menjalankan administrasi publik untuk kepentingan masyarakat.
Sistem pemerintahan Indonesia mengalami beberapa perubahan sejak kemerdekaan. Awalnya menganut sistem presidensial parlementer berdasarkan UUD 1945, kemudian beralih ke sistem parlementer semu pada masa Konstitusi RIS 1949-1950. Setelah itu menganut sistem parlementer hingga masa Orde Baru yang kembali ke sistem presidensial. Sistem ini diamandemen lagi pada era reformasi dengan membentuk lembaga negara baru seperti DPD dan MK.
Bentuk negara dan pemerintahan memiliki berbagai teori menurut para ahli. Ada tiga bentuk negara utama yaitu monarki, republik, dan autoritarian fuhrerstaat. Bentuk pemerintahan terdiri atas legislatif, eksekutif, dan yudisial. Negara dapat bersusun tunggal atau jamak, seperti kesatuan atau federasi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Diskresi dan konflik kepentingan bagi pejabat pemerintah dijelaskan, dimana diskresi merupakan kebebasan mengambil keputusan oleh pejabat berwenang untuk mengatasi persoalan yang tidak diatur oleh peraturan, sedangkan konflik kepentingan terjadi ketika pejabat memiliki kepentingan pribadi dalam menggunakan wewenangnya.
Dokumen tersebut membahas tentang organisasi dan manajemen pemerintahan. Terdapat beberapa poin penting yaitu pengertian organisasi, teori dasar organisasi, karakteristik organisasi mekanik dan organik, serta perubahan paradigma organisasi dari yang bersifat rasionalistis menjadi yang lebih demokratis dan terbuka. Dokumen ini juga membahas konsep dasar organisasi berbasis kinerja sebagai salah satu upaya meningkatkan kinerja organisasi
Tatanan organisasi pemerintahan negaraendahmustika
Materi ini mempelajari mengenai tatanan organisasi pemerintahan negara yang meliputi tatanan organisasi kenegaraan, tatanan organisasi pemerintahan beserta dengan prinsip-prinsipnya.
Konstitusi adalah ketentuan dasar sebuah negara yang diatur dalam UUD 1945. UUD 1945 mengatur berbagai aspek negara berdasarkan Pancasila dan dapat diubah melalui proses amandemen untuk menyesuaikan perkembangan zaman.
Ini merupakan salah satu tugas saya mengenai Keputusan Tata Usaha Negara dimana merupakan tugas untuk mata kuliah Hukum Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia
Hukum Perdata Buku Ke 1 membahas tentang hukum perorangan atau pribadi yang mengatur status seseorang sebagai subjek hukum mulai dari kelahiran hingga kematian. Subjek hukum terdiri dari orang pribadi dan badan hukum, dimana orang pribadi menjadi subjek hukum sejak lahir sedangkan badan hukum dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan. Buku ini juga membahas tentang cakap hukum, ke
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang definisi negara, pemerintah, komponen negara, sistem pemerintahan, lembaga-lembaga negara, pemerintah pusat dan daerah, serta hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
Makalah ini membahas tentang ontologi sebagai salah satu kajian filsafat ilmu yang mempelajari hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada. Ontologi membahas tentang yang ada secara universal dan menampilkan pemikiran semesta universal. Terdapat beberapa aliran ontologi yang dibedakan berdasarkan jumlah, sifat, dan proses keberadaan. Ontologi bermanfaat untuk mengkritik sistem pemikiran, memecahkan masalah
Filters work by trapping particles and dirt in water that are larger than water molecules. As water passes through a filter, the dirt and other impurities stick to the filter rather than passing through. Without filters, most water for drinking today would be dirty. While people in developed countries have access to filtered water, people in other parts of the world often do not have ways to clean their water and risk illness or death from drinking dirty water every day.
Bentuk negara dan pemerintahan memiliki berbagai teori menurut para ahli. Ada tiga bentuk negara utama yaitu monarki, republik, dan autoritarian fuhrerstaat. Bentuk pemerintahan terdiri atas legislatif, eksekutif, dan yudisial. Negara dapat bersusun tunggal atau jamak, seperti kesatuan atau federasi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Diskresi dan konflik kepentingan bagi pejabat pemerintah dijelaskan, dimana diskresi merupakan kebebasan mengambil keputusan oleh pejabat berwenang untuk mengatasi persoalan yang tidak diatur oleh peraturan, sedangkan konflik kepentingan terjadi ketika pejabat memiliki kepentingan pribadi dalam menggunakan wewenangnya.
Dokumen tersebut membahas tentang organisasi dan manajemen pemerintahan. Terdapat beberapa poin penting yaitu pengertian organisasi, teori dasar organisasi, karakteristik organisasi mekanik dan organik, serta perubahan paradigma organisasi dari yang bersifat rasionalistis menjadi yang lebih demokratis dan terbuka. Dokumen ini juga membahas konsep dasar organisasi berbasis kinerja sebagai salah satu upaya meningkatkan kinerja organisasi
Tatanan organisasi pemerintahan negaraendahmustika
Materi ini mempelajari mengenai tatanan organisasi pemerintahan negara yang meliputi tatanan organisasi kenegaraan, tatanan organisasi pemerintahan beserta dengan prinsip-prinsipnya.
Konstitusi adalah ketentuan dasar sebuah negara yang diatur dalam UUD 1945. UUD 1945 mengatur berbagai aspek negara berdasarkan Pancasila dan dapat diubah melalui proses amandemen untuk menyesuaikan perkembangan zaman.
Ini merupakan salah satu tugas saya mengenai Keputusan Tata Usaha Negara dimana merupakan tugas untuk mata kuliah Hukum Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia
Hukum Perdata Buku Ke 1 membahas tentang hukum perorangan atau pribadi yang mengatur status seseorang sebagai subjek hukum mulai dari kelahiran hingga kematian. Subjek hukum terdiri dari orang pribadi dan badan hukum, dimana orang pribadi menjadi subjek hukum sejak lahir sedangkan badan hukum dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan. Buku ini juga membahas tentang cakap hukum, ke
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang definisi negara, pemerintah, komponen negara, sistem pemerintahan, lembaga-lembaga negara, pemerintah pusat dan daerah, serta hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
Makalah ini membahas tentang ontologi sebagai salah satu kajian filsafat ilmu yang mempelajari hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada. Ontologi membahas tentang yang ada secara universal dan menampilkan pemikiran semesta universal. Terdapat beberapa aliran ontologi yang dibedakan berdasarkan jumlah, sifat, dan proses keberadaan. Ontologi bermanfaat untuk mengkritik sistem pemikiran, memecahkan masalah
Filters work by trapping particles and dirt in water that are larger than water molecules. As water passes through a filter, the dirt and other impurities stick to the filter rather than passing through. Without filters, most water for drinking today would be dirty. While people in developed countries have access to filtered water, people in other parts of the world often do not have ways to clean their water and risk illness or death from drinking dirty water every day.
This document provides historical context for the development of Edgemont in Park Hill, a subdivision of North Little Rock, Arkansas from 1927-1931. It describes how developer Justin Matthews created Edgemont to compete with upscale neighborhoods in Pulaski Heights by featuring larger, more expensive homes on curving streets with scenic views. Matthews planned Edgemont to attract upper-middle and upper-class residents through deed restrictions and neighborhood amenities like paved streets and utilities.
This document contains a social studies e-test for grade 8 students. It includes 30 multiple choice questions about topics like geography, climate, natural disasters, rocks, and weather instruments. Students are asked to identify locations on a map, define key terms, label diagrams, and describe different types of rocks. The test was administered by Mr. D. Gooden to assess students' knowledge of social studies concepts covered in class.
The IML file is our user readable import or input file to the IMPL modeling and solving platform. IMPL is an acronym for Industrial Modeling and Programming Language provided by Industrial Algorithms LLC. The IML file allows the user to configure the necessary data to model and solve large-scale and complex industrial optimization problems (IOP's) such as planning, scheduling, control and data reconciliation and regression in either off or on-line environments.
Please see our IML “(Basic) Reference Manual for Quantities” for a complete introduction on the basics of IML. This manual describes the configuration data necessary to model and solve IOP’s with logic and logistics (quantity and logic) variables and constraints i.e., setups, startups, shutdowns, switchovers, sequence-dependent switchovers, etc.
The symbol "&" denotes an address, index, pointer or key, the "@" denotes an attribute, property, characteristic or value and the prefix "s" stands for string of which there are two other prefixes "r" and "i" for reals (double precision) and integers respectively. String addresses and attributes are case sensitive and do not require any quotes where essentially any character is allowed including spaces except for ",". Each address string field may have no more than 64 characters for it to be considered as unique and each attribute string field may have no more than 512 characters.
Smooth-and-Dive Accelerator: A Pre-MILP Primal Heuristic applied to SchedulingAlkis Vazacopoulos
This article describes an effective and simple primal heuristic to greedily encourage a reduction in the number of binary or 0-1 logic variables before an implicit enumerative-type search heuristic is deployed to find integer-feasible solutions to “hard” production scheduling problems. The basis of the technique is to employ well-known smoothing functions used to solve complementarity problems to the local optimization problem of minimizing the weighted sum over all binary variables the product of themselves multiplied by their complement. The basic algorithm of the “smooth-and-dive accelerator” (SDA) is to solve successive linear programming (LP) relaxations with the smoothing functions added to the existing problem’s objective function and to use, if required, a sequence of binary variable fixings known as “diving”. If the smoothing function term is not driven to zero as part of the recursion then a branch-and-bound or branch-and-cut search heuristic is called to close the procedure finding at least integer-feasible primal infeasible solutions. The heuristic’s effectiveness is illustrated by its application to an oil-refinery’s crude-oil blendshop scheduling problem, which has commonality to many other production scheduling problems in the continuous and semi-continuous (CSC) process domains.
The theory of emotional intelligence originated in the 1990s in response to IQ testing. Psychologists Mayer and Salovey introduced the concept in the early 1990s, defining it as the ability to monitor and discriminate between emotions, and use this information to guide thinking and actions. There are five main components: self-awareness, managing emotions, self-motivation, empathy, and handling relationships. The document discusses implications for education, including the importance of communication, understanding, and negotiation skills within and outside the classroom.
Formation chancellerie une gestion sensible au genre_mtimmerman_jan 2012Elise Beyst
This document discusses the importance of gender-sensitive management. It argues that diversity and inclusion are critical for organizations to adapt to changing demographics. Failing to focus on these areas could put companies at a competitive disadvantage. The document also highlights research finding that gender-balanced leadership teams can improve company performance. Overall, it promotes taking proactive steps to recruit and promote more women into leadership positions.
Windows 8 is Microsoft's upcoming operating system that follows Windows 7. It features a new tile-based Metro interface designed for touchscreens and supports ARM processors in addition to Intel and AMD chips. A consumer preview was released in February 2012 and the final version of Windows 8 will be available in October 2012. It overhauls the user interface with a Start screen resembling Windows Phone and allows apps to share information between each other.
In 2014 besloot Provincie Noord-Holland de catering, officeservices, de schoonmaak,
de levering van sanitaire artikelen en de beveiliging geïntegreerd aan te
besteden. Daarbij werd gebruikgemaakt van de Best Value-aanpak.
In dit artikel aandacht voor het doorlopen proces en de ervaringen.
La Unión Europea ha acordado un paquete de sanciones contra Rusia por su invasión de Ucrania. Las sanciones incluyen restricciones a las transacciones con bancos rusos clave y la prohibición de la venta de aviones y equipos a Rusia. Los líderes de la UE esperan que las sanciones aumenten la presión económica sobre Rusia y la disuadan de continuar su agresión contra Ucrania.
This document outlines a 3 day 2 night tour of Singapore that includes visits to Marina Bay Sands, Resort World Sentosa, and the Singapore Flyer. The itinerary details the attractions at each location such as the Sands Sky Park and Infinity Pool at Marina Bay Sands, the Universal Studios theme park and S.E.A. Aquarium at Resort World Sentosa, and panoramic views from the Singapore Flyer. Meals include a buffet dinner and Jumbo Seafood restaurant. Transportation and prices are provided for the full tour package.
Una persona recibe una llamada de un cartero, pero grita que no quiere recibir nada. Luego suena un grito de sorpresa seguido de varios sonidos de gemidos o quejidos.
The document appears to be about a place called Adrianopolis. It provides the name Oruç Gazi Kutluer but no other context or details about who this person is or their connection to Adrianopolis. Overall the single word and name provided give very little information to understand the overall topic or purpose of the document.
Wharton presents Old New York society as a cruel world governed by strict social codes and appearances. The novel's characters attend an opera performance, which serves as a symbolic microcosm of their society - a place where people gather solely to see and judge one another. The narrator critiques this privileged class for their hypocrisy, as all are obsessed with wealth, status and following the arbitrary rules, limiting individual freedom. Men hold power and influence over women, who are defined solely by their beauty, dress and role as objects to be watched and evaluated.
Dokumen tersebut membahas berbagai aspek reformasi ketatanegaraan Indonesia pasca amandemen UUD 1945, termasuk pergeseran kekuasaan antar lembaga negara, pembentukan lembaga-lembaga baru seperti DPD dan Mahkamah Konstitusi, serta penguatan lembaga-lembaga seperti kekuasaan kehakiman dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Dokumen tersebut membahas tentang perubahan Undang-Undang Dasar 1945 di Indonesia, termasuk empat kali amandemen yang dilakukan, perubahan kedudukan lembaga-lembaga negara akibat amandemen tersebut, serta mekanisme perubahan UUD 1945.
Dokumen tersebut membahas tentang amandemen UUD 1945 sebagai konstitusi transisi. UUD 1945 telah mengalami amandemen empat kali sejak reformasi 1998 untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya. Ada pro dan kontra terhadap gagasan menjadikan UUD 1945 yang telah diamandemen sebagai konstitusi transisi sebelum dibuatnya konstitusi baru. Pihak pro berargumen untuk menciptakan momentum baru dan menjadi titik temu, sementara pih
Amandemen UUD 1945 dilakukan karena adanya penyelewengan kekuasaan pada masa Orde Baru dan karena UUD 1945 memiliki kelemahan. Amandemen pertama pada 1999 membatasi kekuasaan presiden, amandemen kedua pada 2000 memperkuat otonomi daerah dan DPR, sedangkan amandemen ketiga pada 2001 mengatur pemilihan presiden secara langsung dan membentuk lembaga baru seperti DPD dan MK.
Reformasi kelembagaan negara Indonesia terkait hasil amandemen UUD 1945 menciptakan 8 lembaga negara yang terdiri dari lembaga legislatif (MPR, DPR dan DPD), eksekutif (presiden) dan yudikatif (MA, MK, KY dan BPK).
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Amandemen UUD 1945 telah mengubah sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi lebih demokratis dengan memberikan lebih banyak kekuasaan kepada lembaga perwakilan dan rakyat, meskipun masih banyak ketidakjelasan yang menimbulkan implikasi bagi hubungan antarlembaga negara.
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Nugroho Ariwibowo
UUD 1945 dan UUD NRI 1945 memberikan pengaruh terhadap kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikatif di Indonesia. Lembaga legislatif seperti MPR dan DPR mengalami perubahan kewenangan pasca amandemen, seperti MPR kehilangan kedudukan tertinggi dan DPR diberi kekuasaan penuh untuk membentuk UU. Lembaga yudikatif seperti Mahkamah Agung juga mengalami penyempurnaan peran setelah amandemen UUD 1945
1. UUD 1945 telah mengalami beberapa kali amandemen untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dan penyelewengan yang terjadi selama berlakunya konstitusi tersebut. 2. Alasan-alasan amandemen antara lain secara filosofis, historis, subtantif, dan yuridis untuk menyesuaikan perkembangan zaman dan memperbaiki ketentuan yang masih abstrak dan mudah ditafsirkan. 3. Amandemen dilakukan untuk membatasi kekuasa
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptxMichelleAngely
Dokumen tersebut membahas tentang konstitusi dan konstitusi Indonesia. Secara singkat, dibahas definisi konstitusi sebagai kode hukum dan politik tertinggi suatu negara, sistem konstitusional Indonesia yang berbasis UUD 1945, materi dan klasifikasi konstitusi, proses perubahan konstitusi di Indonesia, serta perjalanan konstitusi Indonesia dari masa ke masa sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini.
Dokumen tersebut membahas implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa: (1) pencantuman HAM dalam UUD 1945 dimotivasi oleh tuntutan demokrasi dan supremasi hukum, (2) terdapat perdebatan panjang soal HAM bersumber Barat dan budaya Indonesia, dan (3) implementasi HAM membutuhkan peran negara dan masyarakat sipil dalam pendidikan
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum tata negara Indonesia dan sejarah perubahan Undang-Undang Dasar 1945, mulai dari Undang-Undang Dasar Sementara 1950 hingga amandemen UUD 1945 pasca reformasi. Dokumen ini menjelaskan konsep konstitusi dan perbedaannya dengan UUD, serta tujuan dan kesepakatan dasar yang dicapai dalam proses perubahan UUD 1945.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
Amandemen kelima uud 1945
1. Politik : Amandemen Kelima UUD 1945
Oleh: Albert Hasibuan
Pakar Hukum Tata Negara
Setelah empat kali amendemen UUD 1945, terjadi pengelompokan sikap masyarakat. Satu
kelompok menghendaki UUD 1945 dikembalikan kepada yang asli, kelompok lainnya
menginginkan diadakan lagi perubahan atau amendemen kelima UUD 1945, dan kelompok
terakhir tetap pada UUD 1945 pasca-amendemen.
Dalam konteks ini, saya mau mengangkat penelitian Valina Singka Subekti, mantan anggota
KPU dan PAH I BP MPR, terhadap proses perubahan UUD 1945 oleh MPR.
Hasil penelitian itu kemudian menjadi buku berjudul, Menyusun Konstitusi Transisi,
Pergulatan Kepentingan, dan Pemikiran dalam Proses perubahan UUD 1945, yang terbit
tahun 2008. Pada Bab 6 tentang Kesimpulan dan Implikasi Teoritis disebutkan, pertama,
selama proses perubahan UUD 1945, peran elite fraksi di PAH BP MPR dan DPP partainya,
besar. Kedua, warna aliran mempengaruhi secara terbatas pandangan dan sikap fraksi.
Ketiga, proses politik di MPR selama perubahan pertama sampai keempat UUD 1945
diwarnai kompetisi, bargaining, dan kompromi. Keempat, perdebatan fraksi-fraksi di PAH
BP MPR juga diwarnai kepentingan partai. Dengan demikian, berdasarkan penelitian itu, bisa
dikatakan bahwa UUD 1945 pasca-amendemen, berisikan kekurangan, kelemahan, dan
ketidaksempurnaan.
Terkait dengan itu, saya ingin menambahkan beberapa faktor menyangkut kelemahan UUD
1945 pasca-amendemen. Pertama, adanya kekaburan dan inkonsistensi teori dan materi
muatan UUD 1945. Kedua, kekacauan struktur dan sistematisasi pasal-pasal UUD 1945.
Ketiga, ketidaklengkapan konstitusi dan pasal-pasal yang multi-interpretatif, yang
menimbulkan instabilitas hukum dan politik.
Dalam hal ini, Komisi Konstitusi yang dibentuk berdasarkan Ketetapan MPR No 1/2002 dan
Keputusan MPR No 4/2003 dengan tugas melakukan pengkajian secara komprehensif tentang
perubahan UUD NKRI Tahun 1945 oleh MPR, juga menyebutkan hal sama.
Setelah bertugas selama tujuh bulan dan menyerahkan hasil kerjanya, berupa Naskah Kajian
Akademis Perubahan UUD NKRI Tahun 1945 dan Naskah Perubahan UUD NKRI Tahun
1945 kepada Ketua MPR Amien Rais pada 24 April 2003, Komisi Konstitusi menyatakan
terdapat 31 butir kekurangan, kelemahan, dan ketidaksempurnaan UUD 1945 pasca-
amendemen.
Namun, sebelum menguraikan kekurangan dan ketidaksempurnaan UUD 1945, saya ingin
terlebih dulu memberikan penghargaan dan acungan jempol terhadap kerja MPR yang
mengadakan amendemen tersebut.
Pertama, MPR, dalam melakukan perubahan UUD 1945, telah berhasil mendesakralisasi
UUD 1945, yang di masa Orde Baru dianggap sakral. Tindakan MPR itu merupakan
pemutusan mata rantai kemandekan konstitusional menuju masyarakat demokratis dan
terbuka.
2. Kedua, dengan ditetapkannya Pembukaan UUD 1945, bentuk Negara Kesatuan dan
Republik, serta sistem pemerintahan Presidensiil, maka dapat ditafsirkan bahwa MPR
melakukan penghormatan terhadap Pembukaan UUD 1945 yang merupakan luhur bangsa
atau pacta sunt servanda. Hal ini menandakan bahwa kesepakatan masa lalu telah dipelihara
dalam perubahan UUD 1945.
Ketiga, MPR berhasil mengubah tempat asal kedaulatan (locus of souvereignity) menjadi
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD, dan tidak lagi, berbunyi
kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR.
Juga MPR, sebagai lembaga perwakilan dan permusyawaratan, yang terdiri dari anggota-
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah, berfungsi pada saat
anggota DPR dan DPD mengadakan sidang gabungan atau joint session.
Keempat, DPR, Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, dalam suatu
pemilihan umum. Juga, dibentuk Komisi Pemilihan Umum yang independen dan bebas dari
kooptasi pemerintah dan partai-partai politik yang dominan.
Kelima, dibentuk Komisi Yudisial, yang independen, dengan fungsi memelihara kehormatan
dan integritas hakim. Selain itu dibentuk pula Mahkamah Konstitusi, sebagai lembaga negara
yang paling baru, dengan kewenangan menguji undang-undang terhadap UUD, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus
pembubaran partai politik dan perselisihan hasil pemilihan umum serta memberikan putusan
atas pendapat DPR mengenai pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Kelemahan Amandemen
Namun, dengan pemikiran dan penilaian bahwa semua faktor positif tadi belum cukup
memadai, dilihat dari kepentingan dan aspirasi rakyat, maka saya akan menguraikan
kelemahan dan ketidaksempurnaan UUD 1945 pasca-amandemen.
Saya mulai dengan tawar-menawar atau bargaining, kompetisi, dan kompromi politik
berdasarkan kepentingan politik fraksi-fraksi di MPR dalam empat kali amandemen UUD
1945. Contohnya ketika MPR mulai membicarakan lembaga DPD, tanggal 7 November
2001, sebanyak 190 anggota MPR menyatakan tidak setuju terhadap lembaga DPD. Mereka
lebih memilih untuk tetap pada struktur ketatanegaraan UUD 1945 yang berdasarkan negara
kesatuan dengan sistem satu kamar atau uni-cameral.
Ketidaksetujuan itu disebabkan adanya kekhawatiran bahwa lembaga DPD akan merubah
struktur negara kesatuan menjadi negara federal dengan sistem dua kamar atau bi-cameral.
Padahal, banyak negara kesatuan atau unitary state di dunia mempunyai sistem perwakilan
dua kamar.
Lalu, kompromi politik menghasilkan rumusan Pasal 22D UUD 1945 di mana kewenangan
dan kekuasaan DPD, sebagai spatial representation, tidak seimbang dan bersifat asimetrik
dengan kewenangan DPR. Hal ini disebut sistem dua kamar yang lunak atau soft bi-cameral.
Kewenangan dan kekuasaan DPD, sesuai dengan sistem checks and balances seharusnya
bersifat seimbang dan simetrik dengan DPR dalam sistem perwakilan dua kamar yang
seimbang atau balanced bi-cameral.
3. Dengan pertimbangan bahwa DPD, yang anggotanya dipilih melalui sistem distrik dengan
keanggotaan majemuk atau multi-member district, dapat menjalankan fungsi integrasi sesuai
Sila Ketiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia, dengan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan daerah dalam koridor NKRI.
Selanjutnya, ketidaksempurnaan UUD 1945 pascaperubahan, berdasarkan fenomena
dominasi kekuasaan DPR atau legislative heavy. Salah satu bukti adalah Pasal 13 ayat (3)
UUD 1945, yakni Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR. Biasanya kewenangan menerima duta negara lain adalah domain
eksekutif atau Presiden, maka ketentuan adanya pertimbangan DPR menunjukkan dominasi
kekuasaan DPR yang telah memasuki domain Presiden.
Kemudian inkonsistensi dan kekaburan teori UUD 1945 yang berhubungan dengan sistem
pemerintahan presidensial. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 20 ayat (5) UUD 1945 yang
berisikan, “Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan”.
Pasal ini, bersifat inkonsisten dan kabur, sebab dalam sistem pemerintahan presidensial
segenap legislasi (pembuatan UU) merupakan wewenang badan legislatif. Sehingga Presiden
tidak mengambil keputusan terhadap hasil akhir legislasi walaupun Presiden berhak
mengajukan suatu RUU kepada DPR dan DPD untuk sektor hubungan pusat dan daerah.
Oleh karena itu, Presiden berhak menolak RUU atau hak veto, dengan ketentuan bahwa
bobot keputusan parlemen yang menentukan validitas dari RUU tersebut. Misalnya, dengan
2/3 dukungan suara di DPR atau 2/3 suara pada masing-masing kamar untuk menghasilkan
rancangan undang-undang yang tidak boleh ditolak oleh Presiden. Oleh sebab itu, bisa
dikatakan bahwa Pasal 20 ayat (5) UUD 1945 adalah legislative heavy.
Selanjutnya, masalah penyebutan dengan perubahan atau amandemen UUD 1945 yang
berarti mengubah pasal-pasal tertentu tanpa mengubah teks asli, tetapi memberi tambahan
terhadap pasal-pasal yang sudah ada.
Seperti diketahui, setelah dilakukan perubahan oleh MPR, dari 37 Pasal UUD 1945, ditambah
empat pasal Aturan Peralihan dan dua ayat Aturan Tambahan serta Penjelasan Umum dan
Penjelasan Pasal demi Pasal UUD 1945 yang diputuskan oleh Sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945, hanya 6 pasal (sekitar 16,21%) yang
belum diubah.
Pasal-pasal tersebut adalah, 1) Pasal 4 tentang Presiden memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang Undang Dasar; 2) Pasal 10 tentang Presiden memegang kekuasaan yang
tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara; 3) Pasal 12 tentang
kewenangan Presiden menyatakan keadaan bahaya; 4) Pasal 22 tentang kewenangan Presiden
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang; 5) Pasal 25 tentang syarat-
syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim; dan 6) Pasal 29 tentang agama.
Sedangkan pasal-pasal yang diubah berjumlah 31 Pasal (83,79%) ditambah dengan pasal-
pasal baru dengan sistem penomoran pasal lama ditambah huruf A, B, C, D, dan seterusnya
beserta ayat-ayat yang baru dalam pasal-pasal lama.
4. Dengan pasal-pasal baru yang berjumlah 36 pasal atau 97,30% dari UUD 1945 asli, patut
dipersoalkan bahwa MPR telah mengganti konstitusi lama dengan yang baru, dan bukan
amandemen UUD 1945.
Kemudian, masalah inkonsistensi yang menyangkut bagian mana dari UUD 1945 pasca-
amandemen yang tidak dapat diubah atau dapat diubah dengan persyaratan tertentu.
Dalam UUD 1945 pasca-amandemen yang tidak dapat diubah adalah hanya bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Hal ini berarti bahwa terhadap landasan dasar filosofis kehidupan bangsa dan negara yakni
Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila, secara teoritis, terbuka penafsiran untuk dapat diubah
sekalipun diperlukan persyaratan sesuai Pasal 37 ayat (1) UUD 1945, karena Pasal 37 ayat
(5) UUD 1945 tidak mencantumkannya. Sedangkan, Pembukaan UUD 1945 yang berisikan
Pancasila, adalah perjanjian luhur bangsa atau pacta sunt seranda.
Kelemahan, kekurangan, dan ketidaksempurnaan yang bersifat mendasar dari UUD 1945
pasca-amandemen itulah yang menyebabkan UUD 1945 tidak bisa berlaku sebagai konstitusi
yang hidup, yang berlaku puluhan tahun ke depan.
Mengapa hal itu terjadi? Saya berpendapat, di samping kepentingan politik fraksi-fraksi di
MPR ditambah beberapa faktor seperti minimnya pengalaman para anggota MPR, juga akibat
tidak adanya kerangka acuan dan/atau naskah akademik yang dipersiapkan dengan matang
oleh suatu Komisi Konstitusi independen yang terdiri dari para ahli konstitusi dan ahli-ahli
lainnya serta wakil-wakil dari daerah.
Kemudian, draft konstitusi hasil Komisi Konstitusi tersebut disosialisasikan di masyarakat
dengan metode participatory (partisipasi) untuk kemudian dibicarakan dan dipertimbangkan
serta ditetapkan oleh MPR, vide Pasal 3 ayat (1) UUD 1945.
Karena itulah, perlu ada amandemen kelima UUD 1945.
Pentingkah Amandemen kelima UUD 1945 Usulan DPD?
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, secara resmi telah menyerahkan naskah usulan
Amandemen kelima UUD 45 kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI pada
Selasa, 29 Maret 2011 dikutip dari JPNN.COM. Disebutkan juga bahwa wacana perubahan
UUD ini sebenarnya telah mencuat empat tahun silam, namun melihat situasi dan kondisi
waktunya, baru sekarang draf naskah usulan perubahan UUD 1945 yang komprehensif
diajukan kepada MPR RI untuk dijadikan bahan kajian dan diskusi.
Di dalam usulan amandemen UUD 1945 tersebut, terdapat beberapa hal yang menjadi
perbincangan hangat akhir-akhir ini. Contohnya adalah peluang dapat dipilihnya calon
presiden yang berasal dari luar partai politik. Selain itu, di dalam Draf Amendemen Kelima
UUD 1945 tersebut juga diatur bahwa Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI mempunyai
kewenangan yang setara dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
5. Sehingga nantinya apabila usulan ini disetujui dan diputuskan oleh MPR, maka hak
mengajukan rancangan undang-undang, hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan
pendapat juga dimiliki DPD karena fungsi-fungsi yang dimiliki DPR juga dimiliki oleh DPD.
Selanjutnya, menurut UUD 1945 yang berlaku sekarang, perubahan hanya dapat dilakukan
jika diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Kemudian untuk mengubah pasal-pasal Undang Undang Dasar, sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Dan Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang Undang Dasar
dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota
dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (bukan separuh lebih dari yang hadir).
Lalu perlukah perubahan UUD 1945? Sebagai seorang warga negara, kita harus peduli
terhadap konstitusi kita. Dan setiap orang pasti mempunyai pendapat yang berbeda-beda.
Semua ini tergantung pada suara terbanyak. Dan untuk lebih memahaminya, Draf
amandemen kelima UUD 1945 dapat didownload di website amandemen UUD 45.
Tanpa Dukungan DPR, Usul Amandemen Kelima UUD 1945 Bakal
Kandas
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie mengingatkan
DPD RI soal usulan perubahan kelima UUD 1945 yang diusulkannya akan gagal jika tidak mampu
meyakinkan semua pihak, terutama DPR RI.
"Wacana amandemen kelima UUD 1945 ini bisa saja kandas lagi jika tidak didukung semua pihak,
terutama DPD RI dan DPR RI," kata Jimly Asshiddiqie pada sarasehan nasional "Urgensi Perubahan
Kelima UUD 1945" di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Selasa.
Jimly menjelaskan, perlu ada kesadaran yang tinggi pada anggota DPR RI untuk memiliki kemauan
yang sama dengan anggota DPD RI dalam merealisasikan amandemen kelima UUD 1945.
Sementara itu, Ketua Kelompok DPD RI di MPR RI, Bambang Suroso mengatakan, UUD 1945 telah
diamandemen sebanyak empat tahap yang merupakan konsekuensi dari tuntutan reformasi.
Namun realitasnya, kata dia, setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi kehidupan masyarakat
Indonesia relatif tidak berubah. "Hubungan antarlembaga negara juga masih belum berjalan baik,"
katanya.
Karena itu, DPD, mengusulkan amandemen kelima UUD 1945 guna menata sistem politik dan
pemerintahan di Indonesia. Usulan perubahan UUD 1945 itu, kata dia, digagas dan disusun DPD RI
selama empat tahun setelah menyerap aspirasi dari berbagai elemen masyarakat termasuk dari 75
perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Menurut dia, pada usulan amandemen kelima UUD 1945, ada beberapa isu strategis, antara lain,
penguatan sistem presidensial, penguatan hubungan lembaga legislatif, calon presiden
perseorangan, dan sebagainya.
Berdasarkan Pasal 37 ayat (1) UUD 1945, usul perubahan pasal-pasal dalam UUD dapat diagendakan
6. dalam sidang paripurna MPR RI jika diajukan oleh sekurang-kurangnya sepertiga dari jumlah anggota
MPR RI.
Isu Amandemen : DPD Usulkan Perubahan Kelima UUD 45
Read more: Isu Amandemen : DPD Usulkan Perubahan Kelima UUD 45
"Amandemen kelima UUD 1945 sangat
penting, karena merupakan permintaan
masyarakat di daerah"
Ketua DPD RI, Bambang Soeroso
JAKARTA - Rencana Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI mengajukan usul perubahan
kelima UUD 1945 sangat bergantung pada strategi DPD dalam sosialisasi dan lobi kepada
DPR.DPD sendiri mengakui isu amandemen ini diusung karena permintaan masyarakat di
daerah.
Menurut Ketua MPR RI Taufiq Kiemas, kegagalan DPD sebelumnya dalam mengajukan
perubahan kelima UUD 1945 merupakan pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran. Ia
mengatakan hingga kini pimpinan MPR belum menerima usulan resmi atas rencana tersebut.
“Baru sebatas mendengar dari pemberitaan media,” ujarnya di Gedung Nusantara III,
Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (23/3), Seperti dilansir laman Kominfo.
Taufiq enggan menanggapi subtansi atau materi yang diajukan DPD,misalnya calon
perseorangan diperbolehkan maju dalam Pilpres dan keinginan DPD agar dapat diberikan
kewenangan mengajukan usul pemakzulan.
“Kita tunggu deh setelah pimpinan MPR menerima resmi dan mempelajari naskah akademik
untuk perubahan UUD tersebut,”tegasnya.
“Saya memastikan bahwa jawaban dari seluruh stake holders kita yang ada di seluruh
Indonesia menyatakan bahwa amandemen kelima UUD 45 sangat diperlukan,” tegas
Bambang dalam Dialog Kenegaraan Perlukah Perubahan Kelima UUD 1945.
UUD 1945 sudah mengalami perubahan mendasar sebanyak empat tahap semenjak reformasi
1998 hingga sekarang. Namun, ujar Bambang, masih tetap menyisakan berbagai persoalan
yang sangat dirasakan mempengaruhi kemajuan Indonesia.
Wacana perubahan sudah bergulir sejak empat tahun lalu dan telah berwujud naskah
perubahan kelima UUD 1945.
“Ini bersumber dari segenap aspirasi seluruh stake holders kita yang ada di seluruh wilayah
Indonesia,” kata Bambang.
7. Dalam menyerap aspirasi ini, lanjutnya, DPD mengawal perjalanan yang dilakukan oleh 75
perguraun tinggi di seluruh Indonesia.Aspirasi juga berasal dari lembaga-lembaga kajian
konstitusi dan seluruh stake holders.
“Mulai dari gubernur sampai dengan kepala desa, mulai dari tokoh-tokoh masyarakat sampai
para petani,” terang Bambang.
Penyerapan aspirasi melahirkan amendemen kelima UUD 1945.
”Hasilnya ialah apa yang telah kita hadirkan sebagai rumusan perubahan konstitusi berupa
hal-hal yang sekarang ramai menjadi sebuah wacana terhadap perubahan pasal-pasal di dalam
UUD 45,”katanya.
Selain itu, adanya amendemen ini untuk memberikan pemahaman bahwa konstitusi Indonesia
bukanlah konstitusi yang kekal.
“Kita berpendapat bahwa konstitusi kita itu seharusnya duduk dan bekerja beriring dengan
perkembangan zaman atau mempunyai antisipasi perkembangan zaman yang akan kita lalui
di kemudian hari,” pungkas Bambang.(c8/lik)
Read more: Isu Amandemen : DPD Usulkan Perubahan Kelima UUD 45
Politik · Hukum · Peristiwa · Kriminal · Opini Anda · Info Anda · Forum · Foto · TV
detikNews
Berita
DPD Dorong Amandemen Kelima UUD 1945
Hery Winarno - detikNews
Jakarta Dewan Perwakilan Daerah (DPD) akan mendorong dilakukannya amandemen Undang-
undang Dasar (UUD) 1945 yang kelima. Usulan ini sudah disampaikan ke fraksi di DPR RI.
"Kita akan mendorong agar dilakukan amandemen atas UUD 1945. Kita sudah komunikasi dengan
fraksi-fraksi yang ada untuk mendapat dukungan," ujar ketua DPD Irman Gusman saat dihubungi
detikcom, Sabtu (16/4/2011) malam.
Menurutnya, amandemen UUD 1945 mutlak harus dilakukan untuk memperkuat demokrasi di
Indonesia. Salah satunya pengaturan mengenai sistem presidensiil yang saat ini masih banyak
kelemahan.
"Termasuk juga mengenai hubungan kelembagaan antara DPR, DPD dan MPR. Lalu dibidang legislatif
seperti hubungan antara MA, MK dan KY perlu kita kuatkan, jangan sampai saling melemahkan,"
terangnya.
8. Usulan tersebut menurut Gusman, saat ini masih berada di tahap awal. DPD akan
mengkomunikasikan usulan amandemen ini kepada fraksi-fraksi. Bab dan materi yang akan
diamandemen diserahkan kepada masing-masing fraksi.
"Kalau fraksi di DPR juga sepakat, nantinya itu bisa menjadi usulan bersama. Jadi lebih kuat untuk
amandemen ini," terangnya.
Menurut Gusman, setelah reformasi, UUD 1945 telah diamandemen empat kali dalam kurun waktu
1999-2003. Namun amandemen keempat belum juga menguatkan struktur demokrasi di Indonesia.
"Tidak ada tendensi apa-apa, kalau kita ingin memperkuat bangunan pondasi demokrasi harus dari
bawah, yaitu konstitusi. Sekarang ini dalam konstitusi masih banyak kelemahan," imbuhnya.
Menakar Urgensi Amandemen Kelima UUD 1945
Sejak dimulainya era reformasi, sampai saat ini, pemerintah Indonesia telah
melakukan perubahan atau amendemen terhadap Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 sebanyak empat kali. Namun, saking seringnya amendemen dilakukan, banyak
kalangan menilai konstitusi Indonesia masih jauh dari sempurna sehingga perlu
segera dilakukan amendemen.
Memang, ada pula kalangan yang mengatakan, amendemen tidak perlu terburu-
buru dilakukan, antara lain, karena dari segi waktu konstitusi yang kini sedang
berjalan belum cukup lama berlangsung.
Akan tetapi, amendemen tetap penting dilakukan sejauh dimaksudkan untuk
membuat konstitusi kita semakin baik. Di antara kriteria dari konstitusi yang baik
(good constitution) adalah bahwa ketentuan dalam konstitusi harus jelas dan tegas
sehingga menghindari ambiguitas dan keraguan.
Kriteria ini sangat penting mengingat banyak ketentuan dalam amendemen UUD
1945 yang masih belum tegas dan jelas, khususnya yang menyangkut sistem
presidensial pada pemerintahan kita. Sebagaimana ditegaskan D.V. Verner dalam
The Analysis of Political System, sistem presidensial didasarkan pada prinsip
pemisahan kekuasaan (separation of powers) antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.
Pemisahan kekuasaan antara legislatif dan eksekutif inilah yang justru menjadi
masalah besar dalam praktik ketatanegaraan kita, khususnya menyangkut masalah
fungsi legislasi dari DPR. Rendahnya tingkat produktivitas badan legislatif dalam
menjalankan fungsi legislasi, antara lain, disebabkan tidak tegas atau kaburnya
aturan dalam undang-undang.
Menurut sistem presidensial, pembuatan undang-undang atau legislasi cukup
dilakukan oleh lembaga legislatif. Eksekutif, pada sisi lain, hanya menjalankan
undang-undang tersebut. Namun, eksekutif dalam hal ini presiden, tidak berarti pasif
9. sama sekali, tetapi diberikan peluang untuk tidak menyetujui atau menolak undang-
undang tersebut dengan mekanisme hak veto.
Sementara ketentuan yang terdapat dalam undang-undang kita sampai amendemen
keempat masih memperlihatkan penggabungan kekuasaan antara kedua lembaga
tersebut. Ini, misalnya, tampak pada Pasal 20 ayat (2) setelah amendemen yang
berbunyi, "Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan presiden untuk
mendapatkan persetujuan bersama". Oleh karena itu, setiap pembuatan undang-
undang di DPR mesti melibatkan presiden yang dalam hal ini biasanya diwakili oleh
para menterinya.
Implikasi dari sistem seperti ini selain akan melemahkan produktivitas lembaga
legislatif karena prosesnya yang cukup berbelit, juga rawan menimbulkan praktik-
praktik pemborosan uang negara. Bukan tidak mungkin, hal ini akan berimplikasi
pula pada praktik kolusi antara kedua pihak sehingga terjadilan korupsi.
Di sisi lain, DPR juga harus konsisten dengan wewenangnya tanpa perlu mengambil
alih wewenang yang memang sejatinya dimiliki eksekutif. Apa yang terjadi pada
DPR kita sekarang memperlihatkan hal yang sebaliknya. Dalam kasus-kasus
tertentu, DPR terlalu "bernafsu" sehingga sering melampaui kewenangan eksekutif.
Oleh karena itu, amendemen terhadap masalah di atas mendesak untuk dilakukan
supaya pemerintahan kita yang menganut sistem presidensial, semakin kuat.
Dengan demikian, berbagai kerancuan dan kerumitan yang ditimbulkan oleh
ketidakjelasan sistem presidensial yang berlangsung sekarang ini, sedikit demi
sedikit akan terkikis.***
Megawati: Amandemen Kelima UUD 1945 Keniscayaan
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) Megawati Soekarnoputri berpendapat amendemen kelima UUD 1945 merupakan
keniscayaan.
"Sebagai sebuah dokumen yang merupakan hasil kesepakatan, perubahan adalah
keniscayaan," kata Megawati dalam pidato tertulis yang dibacakan Sekretaris Jenderal DPP
PDIP Tjahjo Kumolo dalam acara Pekan Konstitusi di Sekretariat International Conference of
Islamic Scholars (ICIS), Jakarta, Senin.
Hanya saja, kata Presiden RI ke-5 itu, amendemen tersebut harus dilakukan dengan hati-hati,
tidak boleh serampangan, dan tidak boleh melepaskan dari sejarah pembentukannya.
"Amendemen yang hanya digerakkan oleh kepentingan memperkuat kekuasaan, lebih-lebih
jika kekuasaan itu digerakkan oleh paham individualisme, haruslah dipinggirkan dari agenda
kebangsaan kita," katanya.
Menurut Megawati, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi untuk mengamendemen
kembali UUD 1945, antara lain amendemen harus mengembalikan lagi spirit UUD 1945,
harus menjadi jalan untuk meluruskan kembali liberalisasi politik dan ekonomi yang telah
mengaburkan gambaran ideal sebagai negara berdaulat berdasarkan Pancasila.
10. Amendemen, menurut Megawati, juga harus memastikan bangunan sistem pemerintahan
negara yang berdaulat di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Lebih dari segalanya, kata Megawati, amendemen harus mengembalikan lagi pentingnya
garis-garis besar haluan negara.
"Sebab, negara tidak bisa dikelola hanya dalam kurun waktu lima atau 10 tahun masa jabatan
melalui visi dan misi," tandasnya.
Dikatakannya, ide atau gagasan amendemen harus dijawab dengan sikap kenegarawanan dan
dalam suatu pemahaman yang kuat terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara.
Menurut Megawati, sangat penting untuk mengkontemplasikan benang merah alur pikiran
Bung Karno bersama pendiri bangsa lainnya, sehingga seluruh falsafah kenegaraan, suasana
kebatinan, dan spirit perjuangan untuk membebaskan Indonesia dari segala bentuk penjajahan
benar-benar dipahami secara menyeluruh.
"Dari kontemplasi yang terus menerus saya lakukan, saya merasa bahwa benang merah itu
telah terputus. Kita menjadi bangsa yang mudah goyah dan terombang-ambingkan oleh
pusaran gelombang kepentingan global," kata Megawati.