BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
ca colon
1. 1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang
tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki
keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma
ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling
sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon
sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan
Martin Tucker, 1998).
Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum,
asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan
membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah
penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS
1998 ).
B. Etiologi
Penyebab dari kanker kolon antara lainny:
1. Diet
Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus
besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang
mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang
tinggi lemak trutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi
asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus
besar. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah
yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dlam usus besar. Beberapa
kelompok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan
tinggi sayuran & buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day Adventists).
- Makanan yang harus di hindari:
2. 2
Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak, daging atau ikan goreng
panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di saring).
- Makanan yang harus di konsumsi
Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir padi yang utuh, cairan
cukup terutama air.
2. Kelainan kolon
Adenoma di kolon: degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis: Polip di usus mengalami degenerasi maligna karsinoma.
Kondisi ulserative: Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko
terkena karsinoma kolon.
3. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon
mempunyai frekuensi 3½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang
tuanya sehat.
C. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun
makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu
berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak
hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di
dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya
tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas
dan menyusup, serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur
sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen,
dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin).
Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid
yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
3. 3
Tumor dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan
darah balik ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
a. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding
usus besar (lapisan mukosa).
b. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
c. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe
yang banyak terdapat di sekitar usus.
d. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar
limfe atau bahkan ke organ-organ lain.
Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses.
Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon.
4. 4
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan
besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk
buang air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.
D. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan
kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala
dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan
berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah
kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala
yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan
dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan
distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungakan
dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi,
konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna
terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain
5. 5
pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau
imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini
sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas
terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU,
levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan
pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
2. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon
dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang
terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi
laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan
dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk
kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang
dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam
situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup
struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
3. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
b. Meningkatkan kenyamanan.
c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
4. Penatalaksanaan Diet
a. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus,
6. 6
karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun
yang memicu sel kanker.
b. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari).
c. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
d. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
e. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
f. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
F. Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Kolon
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
perasaan lelah; adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi,
frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi); pola eliminasi
terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan konsistensi feses,
mencakup adanya darah atau mukus.informasi usus inflamasi kronis atau
polip kolorektal; riwayat keluarga dari penyakit kolorektal; dan terapi obat
saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/atau
serat serta jumlah konsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah
penting.
Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising
usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi dan massa padat.
Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup
sebagai berikut:
a. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi.
b. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
7. 7
c. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan, respon
pembedahan.
d. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan anoreksia.
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi.
g. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis
kanker.
h. Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan
perawatan diri setelah pulang.
i. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen
dan perianal), pembetukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap kual
periostoma.
j. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.
3. Intervensi
a. Nyeri b.d iritasi intestinal, respon pembedahan
Tujuan :
dalam waktu 2x24 jam pasca bedah nyeri berkurang atau teradaptasi
Kriteria :
- Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi.
- Skala nyeri (0-4).
- TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi
dan noninvansif Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan, meliputi :
- Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST.
8. 8
- Beri oksigen nasal apabila skal nyeri ≥ 3 ( 0-4).
- Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul.
- Atur posisi fisiologis.
- Ajarkan teknik relaxasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.
- Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
- Lakukan manajemen sentuhan.
Pendekatan PQRST dapat secara komprehensif menggali kondisi
nyeri pasien apabila pasien mengalami skala nyeri 3 (0-4) , keadaan ini
merupakan peringatan yang perlu perawat waspadai karena memberikan
manifestasi klinik yang bervariasi dari komplikasi pasca bedah reseksi
kolon.
Pemberian oksigen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada saat pasien mengalami nyeri pasca bedah yang dapat
mengganggu kondisi hemodinamik.
Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
Pengaturan posisi semifowler dapat membantu merelaxasi otot-otot
abdomen pasca bedah sehingga dapat menurunkan stimulus nyeri dari
luka pasca bedah.
Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri
sekunder dari penurunan oksigen lokal.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal.
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik melalui
intravena. Analgetik diberikan untuk membantu menghambat stimulus
nyeri ke pusat persepsi nyeri di korteks serebri sehingga nyeri dapat
berkurang.
b. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang kurang adekuat
Tujuan :
9. 9
Setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pasca
bedah, intake nutrisi dapat optima dilakukan.
Kriteria evaluasi :
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makan yang tepat.
- Terjadi penurunan gejala refluks esofagus, meliputi : odinovagia
berkurang, pirosis berkurang, RR dalam batas normal 12-20
kali/menit.
- Berat badan pada hari ke7 pasca bedah meningkat minimal 0,5 kg.
Intervensi Rasional
Intervensi nonbedah
- Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan mengunyah makanan
dengan saksama.
- Sajikana makanan dengan cara yang menarik.
- Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa dengan kandungan serat
tinggi.
- Pantau intake dan output anjurkan untuk timbang berat badan secara
periodik (sekali seminggu).
Makanan dapat lewat dengan mudah ke lambung.
Membantu merangsang nafsu makan.
Kandungan serat tinggi dapat membentuk massa feses yang optimal dan
menurunkan kondisi diverkolosis menjadi divertikulatis. Komponen
buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan asupan tinggi serat
Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
Intervensi dengan pembedahan:
- Berikan diet prabedah.
- Kaji kondisi dan toleransi gasxtrointestinal pasca reseksi kolon.
- Lakukan perawatan mulut.
- Kolaborasi dengan ahli gizi jenis nutrisi yang akan digunakan
pasien.
10. 10
Diet tinggi kalori, rendah residu biasanya diberikan selama beberapa
hari sebelum pembedahan, bila waktu dan kondisi pasien
memungkinan.
Apabila tidak terdapat situasi kedaruratan, tindakan praoperatif
dilakukan serupa dengan pembedahan abdomen umumnya.
Parameter penting adalah dengan melakukan auskultasi bising usus
artinya untuk fungsi gastrointestinal sudah pulih pasca anestesi umum.
Kembalinya diet kepola normal berlangsung sangat cepat.
Sebaiknya 2 liter cairan/hari dianjurkan.
c. Kecemasan b.d. promosis penyakit, misinterpretasi informasi
Tujuan:
Dalam waktu 1 x 24 jam secara subjektif melaporkan rasa cemas
berkurang.
Kriteria evaluasi :
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat.
- Pasien dapat mendemonstrasikan keterampilan pasca bedah
masalahnya dan perubahan koping yang digunakan sesuai situasi
yang dihadapi.
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan dibawah
standar.
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan dibawah
standar.
- Pasien dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi Rasional
- Monitor respons fisik seperti : kelemahan, perubahan tanda-tanda
vital, gerakan yang berulang-ulang, serta catat kesesuaian respons
verbal dan nonverbal selama komunikasi.
- Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan
mengekspresikan rasa takutnya.
- Beri dukungan prabedah.
11. 11
- Digunakan dalam mengevaluasi derajat/ tingkat kesedaran/
konsentrasi, khususnya ketika melakukan komunikasi verbal.
- Pada kondisi klinik, pasien biasanya merasa sedih akibat diagnosis
penyakit dan rencana pembedahan. Pasien yang mengalami
pembedahan untuk kolostomi sementara dapat mengekspresikan rasa
takut dan masalah yang serupa dengan individu yang memiliki stoma
permanen.
Memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi, kejelasan dari rasa
takut, dan mengurangi cemas yang berlebihan.
- Hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan
memengaruhi penerimaan pasien dengan pembedahan.
- Aktif mendengar semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien
adalah bagian penting dari evaluasi praoperatif.
- Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan dilakukan, pilihan
anestesi, dan perubahan atau kejadian pasca operatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak tak berdasar terhadap
anestesi.
- Bantu pasien meningkatkan citra tubuh memberi kesempatan pasien
mengungkapkan perasaannya. Perubahan yang terjadi pada citra
tubuh dan gaya hidup sering sangat mengganggu, oleh karena itu
pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba
menyesuaikannya. Oleh karena stoma ditempatkan pada abdomen
pasien dapat berfikir bahwa setiap orang akan melihat ostomi.
- Perawat dapat membantu informasi aktual tentang prosedur pembedahan
dan pembentukan, serta penatalaksaan ostomi. Apabila pasien
menghendaki, diagram, foto dan slat dapat digunakan untuk menjelaskan
dan memperjelas. Pasien juga dapat mengalami stres emosional, perawat
perlu mengulang beberapa intonasi. Berikan kesempatan pada pasien
untuk mengajukan pertanyaan.
Kolaborasi : Berikan anti cemas sesuai indikasi contohnya
diazepam. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
12. 12
d. Risiko injuri b.d. pasca-prosedur reseksi kolon
Tujuan :
Dalam waktu 2 X 24 jam pascaintervensi reseksi kolon, pasien tidak
mengalami injuri.
Kriteria evaluasi:
- TTV dalam batas normal.
- Kondisi kepatenan selang dada optimal.
- Tidak terjadi infeksi pada insisi.
Intervensi Rasional
- Kaji faktor-faktor yang meningkatkan risiko injuri. Pascabedah
pasien akan terdapat drain pada tubuh pasien. Keterampilan
keperawatan kritis diperlukan agar pengkajian vital dapat sistematis
dilakukan.
- Monitor adanya komplikasi pasca bedah. Perawat memonitor
adanya komplikasi pasca bedah seperti kebocoran dari sisi
anastomosis, prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, inpaksi fekal
dan iritasi kulit, serta komplikasi paru yang dihubungkan dengan
abdomen. Andomen dipantau terhadap tanda kembalinya peristaltil
dan kaji karakteristik feses.
- Bantu ambulasi dini. Paisen yang menjalani kolostomi dibantu
turun dari tempat tidur pada hari pertama pascaoperatif dan didorong
untuk mulai berpartisipasi dalam menghadapi kolostomi.
- Beri perhatian khusus pada pasien usia lanjut. Pasien lansia dapat
mengalami penurunan penglihatan sampai beberapa derajat dan
kerusakan pendengaran, serta kesulitan melakukan keterampilan
yang memerlukan koordinasi motorik halus. Oleh karenanya,
membantu pasien memegang alat ostomi pada periode praoperatif
dan simulasi perbersihan kulit periostomal, seta irigasi stoma akan
membantu pasien.
13. 13
- Jatuh akibat ketidaksengajaan sering terjadi pada lansia. Oleh karena
itu, penting untuk memastikan apakah pasien dapat berjalan tanpa
bantuan kekamar mandi.
Perawatan kulit adalah masalah utama untuk para lansia dengan
ostoma, karena pada lansia terjadi perubahan pada kulit akibat proses
penuaan. Lapisan lemak subkutan dan epitel menjadi tipis dan kulit
mudah teriritasi. Untuk mencegah krusakan, perhatian khusus
diberikan pada hygiene kulit dan penempatan alat yang tepat.
Arteri sklerosis terjadi akibat penurunan aliran darah pada luka dan
sisi stoma.
- Pertahankan status hemodinamik yang optimal. Pasien akan
mendapat cairan intravena sebagai pemeliharaan status
hemodinamik.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotic pasca bedah. Antibiotik
menurunkan risiko infeksi yang akan menimbulkan reaksi inflamasi local
dan dapat memeperlama proses penyembuhan pasca-funduplikasi
lambung.
e. Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree dari luka
pembedahaan
Tujuan :
Dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada
integritas jaringan lunak.
Kriteria evaluasi:
- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan.
- Leukosit dalam batas normal.
- TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji jenis pembedahan, hari pembedahan, dan apakah adanya order
khusus dari tim dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.
14. 14
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang
diharapkan.
Buat kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering. Kondisi bersih
dan kering akan menghindari kontaminasi komensal dan akan
menyebabkan respons inflamasi lokal, serta akan memperlama
penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka:
- Lakukan perawatan luka steril pada hari kedua pasca bedah dan
diulang setiap dua hari sekali pada luka abdomen.
- Lakukan perawatan luka pada sekitar drain.
- Bersihkan luka dan drainase dengan cairan antiseptic, jenis iodine
providium dengan caraswabbing dari arah dalam keluar.
- Bersihkan bekas sisa iodine providium dengan alcohol 70% atau
normal salin dengan cara swabbing dari arah dalam keluar.
- Tutup luka dengan kasa steril dan tuutp dengan plester adhesive
yang menyeluruh menutupi kasa.
Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari untuk menurunkan kontak
tindakan dengan luka yang dalam kondisi steril sehingga mencegah
kontaminasi kuman ke luka bedah.
Drain pasca bedah merupakan material yang menjadi jalan
masuk kuman. Perawat melakukan perawatan luka setiap hari atau
disesuaikan dengan kondisi pembalut drain, apabila kotor maka harus
diganti.
Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan mati) dan kuman
sekitar luka dengan mengoptimalkan kelebihan dari iodine providium
sebagai antiseptic dan dengan arah dari dalam keluar sehingga dapat
mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luka.
Antiseptic iodine providium mempunyai kelemahan dalam
menurunkan proses epitelisasi jaringan sehingga memperlambat
pertumbuhan luka, maka harus dibersihkan dengan alcohol atau normal
salin.
15. 15
Penutupan secara menyeluruh dapat menghindari kontaminasi
dari benda atau udara yang bersentuhan dengan luka bedah.
Angkat drainase pascabedah sesuai pesanan medis. Pelepasan sesuai
indikasi bertujuan untuk menurunkan risiko infeksi.
Kolaborasi penggunaan antibiotic. Antibiotic injeksi diberikan
selama tiga hari pascabedah yang kemudian dilanjutkan antibiotic oral
sampai jahitan dilepas. Peran perawat mengkaji adanya reaksi dan
riwayat alergi antibiotic, serta memberikan antibiotic sesuai pesanan
dokter.
4. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
a. Mempertahankan eliminasi usus adekuat.
b. Mengalami sedikit nyeri.
c. Meningkatkan toleransi aktivitas.
d. Mencapai tingkat nutrisi optimal.
e. Makan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori.
f. Kram abdomen berkurang.
g. Keseimbangan cairan tercapai.
h. Membatasi masukan makanan dan cairan oral bila terjadi mual.
i. Berkemih sedikitnya 1½ liter per 24 jam.
j. Mengalami penurunan ansietas.
k. Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan
diri setelah pulang.
- Mendiskusikan diagnosa, prosedur bedah, dan perawatan diri
pascaoperatif.
- Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi.
l. Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal.
- Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma.
m. Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal.
16. 16
n. Tidak mengalami komplikasi.
- Menggunakan antibiotic oral sesuai resep.
- Bekerjasama dalam protocol pembersihan usus.
- Tidak demam.
- Bisisng usus ada.
- Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun.
- Tidak ada bukti perforasi atau pendarahan.