SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
98
GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI AKIBAT PATOLOGIS PENCERNAAN
Ns. Muhammad Ardi, Sp.Kep.M.B
Prodi D3 Keperawatan Poltekkes Makassar
Topik 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA GASTROENTERITIS
Gastroenteritis adalah radang gaster dan usus halus. Gastroenteritis adalah self-
limiting disease yang juga disebut flu usus, diare di perjalanan, enteritis virus, atau
keracunan makanan. Lambung dan usus halus bereaksi terhadap salah satu agen
penyebab dengan peradangan dan peningkatan motilitas gastrointestinal (GI),
sehingga menyebabkan diare berat. Gastroenteritis adalah penyakit umum di seluruh
dunia, dan seringkali terjadi epidemi, terutama orang-orang yang tinggal
dipemukman padat. Hal ini juga lebih umum di musim gugur dan musim dingin
daripada di musim panas.
Organisme virus atau bakteri masuk ke saluran usus dan menyebabkan peradangan
pada lapisan usus dan terjadi diare dengan salah satu cara berikut: (1) Enterotoksin
dilepaskan dari organisme dan merangsang mukosa usus untuk mengeluarkan
sejumlah air dan elektrolit yang meningkat ke dalam lumen usus; (2) organisme
menginfiltrasi dinding usus, menyebabkan kerusakan lapisan sel, atau menempel
pada epitel, menyebabkan kerusakan sel villae usus.
ETIOLOGI
Umumnya organisme yang menyebabkan infeksi usus diperoleh melalui makanan
dan air yang terkontaminasi. Faktor risiko utama gastroenteritis yang disebabkan
oleh keracunan makanan adalah penanganan dan penyimpanan makanan yang
tidak tepat. Keracunan makanan oleh bakteri atau virus biasanya terjadi dalam 16
jam setelah makan makanan yang terkontaminasi.
Beberapa infeksi ditularkan melalui kontak dari orang-ke-orang. Transmisi fecal-oral
akibat hygiene yang buruk. Bentuk virusnya adalah gastroenteritis virus epidemik
dan gastroenteritis rotavirus. Bentuk virus epidemik, yang sering disebut flu usus,
ditularkan melalui jalur fecal-oral dalam makanan dan air; Masa inkubasi berkisar
antara 10 sampai 50 jam. Rotavirus ditularkan melalui rute fekal-oral atau mungkin
fekal-pernapasan; Masa inkubasi adalah 24 sampai 72 jam.
Tiga bentuk utama gastroenteritis bakteri: Campylobacter enteritis (traveler’s
diarrhea), diare Escherichia coli (juga dikenal sebagai traveler’s diarrhea), dan
shigellosis (disentri basiler). Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kerentanan
host terhadap agen adalah pH tinggi dengan penggunaan antasida, penurunan
produksi asam lambung, atau intake makanan berlemak yang berlebihan, yang
melindungi mikroba dari asam lambung. Selain itu, motilitas usus halus yang lambat
99
meningkatkan waktu patogen kontak dengan lumen usus. Flora usus normal
melindungi seseorang dari organisme patogen.
PENGKAJIAN
Anamnese :
Diare adalah gejala penting dari gastroenteritis, namun tingkat keparahannya
bervariasi tergantung organisme penyebab. Tentukan frekuensi, warna, konsistensi,
dan jumlah buang air besar. Diare virus epidemik hanya berlangsung 24 sampai 48
jam, sedangkan infeksi rotavirus bisa berlangsung hingga 7 hari. Enteritis
Campylobacter menghasilkan feses berbau busuk selama seminggu. E. coli dapat
menyebabkan adanya darah dan lendir di dalam tinja, dengan durasi 7 sampai 10
hari. Diare dari shigellosis berwarna kehijauan, bisa berlangsung 2 sampai 20 hari,
dan juga mengandung darah dan lendir.
Mual dan muntah biasanya terjadi dalam 48 jam pertama penyakit. Tanyakan apakah
kram, nyeri, mual, atau muntah disertai diare. Demam sering terjadi dengan infeksi
usus bakteri. Gejala flu (malaise, sakit kepala, mialgia [nyeri otot]) berhubungan
dengan gastroenteritis virus epidemik. Tentukan apakah anggota keluarga atau
rekan kerja lain memiliki gejala yang sama. Penting untuk menentukan apakah
gastroenteritis ditularkan dari makanan atau air yang terkontaminasi sehingga dapat
diinformasikan ke petugas kesehatan masyarakat. Tanyakan tentang intake
makanan selama perjalanan baru-baru ini. Tanyakan apa dan dimana pasien makan
dalam 2 hari terakhir.
Pemeriksaan Fisik :
Pasien umumnya tampak sakit berat, dengan kulit kering dan turgor kulit yang buruk.
Periksa mulut dan perhatikan mukosa biasanya kering, lidah berkerut, dan air liur
berkurang. Tanda lain termasuk kemerahan pada daerah perianal, dan penurunan
volume urin dengan konsentrasi urine meningkat (urin warna gelap dan pekat). Saat
auskultasi, periksa bising usus hiperaktif. Pasien dapat mengalami distensi abdomen
dengan diare yang cair, hijau, berbau busuk, berdarah atau berlendir.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Abnormal Penjelasan
Kultur feses dan
pewarnaan Gram
Patogen
negatif, flora
feses normal
Adanya patogen
enterik;
enterotoksigenik
Escherichia coli; sel
darah putih dan
shigella; sel darah
putih, sel darah
merah, dan
campylobacter.
Menunjukkan
adanya pathogen
dan pengaruh
patogen
100
Pemeriksaan lain : Kimia darah untuk mengidentifikasi dehidrasi, hitung darah
lengkap, mikroskop elektron dan immunoassay untuk infeksi virus atau
gastroenteritis rotavirus
DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS :
Diare b.d peningkatan motilitas usus
Outcome : eliminasi usus, Keseimbangan elektrolit dan asam-basa;
Keseimbangan cairan; Hidrasi; Status infeksi; Status nutrisi: intake cairan dan
makanan.
Intervensi : Manajemen diare, manajemen cairan dan elektrolit, monitoring
cairan, perawatan perianal, surveillance kulit dan manajemen pengobatan.
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Mandiri
Jelaskan alasan untuk rejimen pengobatan tanpa asupan oral, pertahankan bedrest,
dan berikan cairan intravena. Monitor output urin, muntah, dan feses. Tempatkan
pasien di kamar khusus untuk mengurangi rasa malu karena feses berbau busuk
dan untuk mencegah kontaminasi silang. Anjurkan pasien untuk mencuci tangan
setelah defekasi dan melakukan perawatan perianal; Pastikan semua staf
menggunakan teknik mencuci tangan yang baik dan tindakan pencegahan universal
saat berhadapan dengan feses dan muntah untuk mencegah penularan penyakit.
Untuk mencegah eksoriasi, berikan krim pelindung kulit (petroleum jelly, zinc oxide)
untuk dioleskan di sekitar anus. Ajarkan pasien untuk membersihkan dengan
semprotan pembersih, bantalan kapas, dan oleskan krim setelah buang air besar.
Inspeksi area perianal setiap hari untuk melihat gangguan lebih lanjut. Sitz bath
selama 10 menit dua sampai tiga kali per hari sangat membantu untuk kenyamanan
perianal.
Kolaborasi
Banyak infeksi usus hanya berlangsung 24 sampai 48 jam, dirawat cukup baik
dengan mengistirahatkan kolon dan rehidrasi. Pasien dianjurkan untuk tidak makan
sampai muntah berhenti. Penggantian cairan dan elektrolit awal sangat penting untuk
pasien yang lemah, lansia, dan anak-anak. Air putih dimulai perlahan sampai
toleransi. Minuman lain dengan elektrolit lebih disukai daripada air. Pasien bisa
dilanjutkan ke makanan padata hambar dalam waktu 24 jam. Bila terjadi dehidrasi
cepat, pasien dirawat di rumah sakit untuk penggantian cairan intravena dengan
larutan garam normal untuk mencegah komplikasi serius atau kematian. Elektrolit
seperti natrium dapat ditambahkan ke larutan intravena, tergantung pada hasil kimia
darah pasien. Antiemetik dan anticholingerics dikontraindikasikan karena
101
memperlambat motilitas usus, yang mengganggu evakuasi organisme penyebab.
Semakin lama agen infeksius bersentuhan dengan dinding usus, menyebabkan
infeksi semakin parah.
Pengobatan Dosis Penjelasan Rasional
Antidiare Bervariasi
tergantung
obat
Kaolin-pektin
(Kaopectate); bismut
subsalicylate (Pepto-
Bismol
Melapisi dinding usus
dan mengurangi sekresi
usus
Antiinfeksi Bervariasi
tergantung
obat
Trimethoprim-
sulfamethoxazole
(Bactrim, Septra)
Mengatasi Shigellosis
enteritis
Antibiotik Bervariasi
tergantung
obat
Ampicillin;
tetracycline;
hydrochloride;
rifaximin
Mengatasi infeksi jika
jika terdapat leucosit
dalam feses
TOPIK 2 : ASUHAN KEPERAWATAN PADA COLITIS ULSERATIF
Kolitis ulceratif merupakan radang usus besar biasanya dimulai dari rectum dan
kolon sigmoid dan secara bertahap menyebar ke kolon bagian atas dalam pola
distribusi terus menerus. Proses inflamasi akan mempengaruhi mukosa dan
submucosa kolon. Secara bertahap, banyak ulkus dan abses terbentuk di area yang
meradang. Seiring dengan berkembangnya penyakit, mukosa kolon mengalami
edema dan menebal dengan pembentukan jaringan parut yang menyebabkan
gangguan absorpsi.
PENGKAJIAN
Anamneses :
Pasien yang mengalami colitis ulseratif akut, melaporkan diare bercampur darah.
Frekuensi buang air besar 4-5 kali bahkan 10-25 kali sehari. Selain itu,pasien dapat
melaporkan nyeri dan kram abdomen yang berkurang setelah busng air besar.
Gejala lain kelelahan, anoreksia, penurunan berat badan, demam ringan, mual
disertai muntah.
Pemeriksaan Fisik
Kaji tanda-tanda malnutrisi dan dehidrasi. Kolitis ulseratif merupakan penyakit kronis
yang dapat menyebabkan anoreksia, diare dan malabsorpsi usus.
Mukosa kering, turgor kulit jelek, kelemahan otot dan lesu. Auskultasi abdomen
pasien, bising usus hiperaktif selama proses inflamasi. Nyeri tekan saat palpasi
abdomen. Biasanya nyeri dirasakan di kuadran kiri bawah.
Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering jika kondisi tidak stabil.
Peningatan suhu dan frekuensi jantung sering menunjukkan proses infeksi
Psikososial : Efek dari penyakit kronik menimbulkan berbagai masalah psikologis.
Catat status psikologis pasien karena stress emosional meningkatkan aktivitas bowel
dan memegang peranan penting dalam kekambuhan penyakit. Pastikan pasien
dapat menerima instruksi pada tekhnik penurunan stress.
102
DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna dan menyerap nutrient
OUTCOMES : status nutrisi : intake makanan dan cairan, Intake nutrient, Energi,
eliminasi bowel
INTERVENSI : Manajemen nutrisi, Terapi nutrisi : konseling dan monitoring,
manajemen cairan/elektrolit, terapi IV, enteral tube feeding.
IMPLEMENTASI
Untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit selama fase akut, diberikan
cairan IV. Transfusi darah juga mungkin diresepkan jika pasien mengalami anemia
akibat diare bercampur darah. Untuk mengistirahatkan usus, deficit nutrisi dikelola
dengan pemberian nutrisi parenteral total dan suplemen vitamin. Monitor intake dan
output secara akurat setiap shift. Perhatikan jumlah dan karakteristik feses setiap
shift. Secara bertahap pasien diberikan diet rendah residu, rendah lemak, tinggi
kalori, tinggi protein bebas laktosa.
Jika pasien tidak membaik dengan terapi konservatif, episode akut sering terjadi atau
terjadi komplikasi perdarahan atau perforasi, pasien perlu pembedahan. Prosedur
bedah standar adalah proctocolectomi total dengan ileostomy. Sebelum
pembedahan lakukan persiapan dengan pemberian laxative dan enema.
Tingkatkan kenyamanan fisik dan emosional pasien. Berikan perawatan supportif
dengan penuh empati. Ajarkan tentang tanda-tanda komplikasi, pentingnya istirahat
dan mengurangi stress serta penyesuaian diet. Jika pasien akan menjalani
pembedahan, lakukan pengajaran pra operasi berupa latihan kaki dan tekhnik napas
dalam. Diskusikan dengan pasien tentang penempatan dan perawatan stoma.
Anjurkan pasien batuk dan napas dalam setiap 1-2 jam setelah pembedahan.
Observasi penyembuhan luka, catat dan laporkan ukuran, warna, drainage dan bau
luka.
Topik 3 : ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOROID
Hemoroid adalah dilatasi dan distensi pembuluh darah di daerah anorektal. Saat
penting, jika haemoroid mengalami perdarahan, menyebabkan rasa sakit dan gatal.
Haemoroid dikategorikan menjadi haemoroid internal dan eksternal. Haemoroid
internal, jika terjadi dilatasi dan pembesaran pleksus superior, tidak dapat dilihat
karena berada di atas sfingter anus, sedangkan haemoroid eksternal, terjadi dilatasi
dan pembesaran pleksus inferior, berada di bawah sfingter dan dapat diinspeksi saat
pemeriksaan. Haemoroid terjadi ketika tekanan intra-abdomen meningkat
menyebabkan peningkatan tekanan vena sistemik dan portal, sehingga terjadi
peningkatan tekanan pada pembuluh darah anorektal. Arteriole di daerah anorektal
menyuplai darah langsung ke pembuluh darah anorektal yang melebar, dan
selanjutnya meningkatkan tekanan. Tekanan yang berulang menyebabkan vena
103
yang membesar terpisah dengan otot polos sekitarnya dan menyebabkan prolaps
(pembesaran hemoroid internal yang menonjol melalui anus).
ETIOLOGI
Beberapa faktor yang berhubungan dengan hemoroid adalah pekerjaan yang
membutuhkan duduk atau berdiri lama; gagal jantung; infeksi anorektal; anal seks;
alkoholisme; kehamilan; Kanker kolorektal; dan penyakit hati seperti sirosis, abses
amuba, atau hepatitis. Peningkatan tekanan karena konstipasi, diare, batuk, bersin,
atau muntah dan kehilangan tonus otot karena penuaan, operasi rektum, dan
episiotomi.
PENGKAJIAN
Anamnese :
1. Kaji riwayat gatal pada anus, ada darah setelah BAB, nyeri dan
ketidaknyamanan anorektal.
2. Tanyakan apakah ada pengeluaran lendir
3. Tanyakan apakah pasien merasakan adanya hemoroid eksternal.
4. Kaji faktor resiko dan pola diet
Pemeriksaan Fisik : Inspeksi area anorektal, perhatikan hemoroid eksternal.
Hemoroid internal ditemukan melalui pemeriksaan rektal toucher atau anoscopy.
Perhatikan adanya benjolan subkutan dan benjolan di daerah anus.
Pemeriksaan Diagnostik :
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
Abnormal
Penjelasan
Proctoscopy:
pemeriksaan
endoscopik rectum
dan saluran anus
Normalnya lapisan
rectum : kemerahan
terus menerus,
bebas dari lesi dan
peradangan
Terlihat
hemoroid
internal
Memastikan ukuran
dan lokasi hemoroid
Pemeriksaan lain : Barium enema, protoscopic ultrasound, virtual colonoscopy.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS :
Nyeri (akut atau kronis) b.d pembengkakan dan prolapses rektal
Outcome : Tingkat kenyamanan; Perilaku control nyeri; Tingkat nyeri
Intervensi : Pemberian analgesik; Penurunan anxietas; Manajemen nyeri;
Manajemen pengobatan; Kompres hangat/dingin; Manajemen usus; Peningkatan
koping
104
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Mandiri
Sebagian besar pasien rawat jalan. Ajarkan pasien dan keluarga penggunaan salep
lokal untuk kenyamanan. Jelaskan pentingnya meningkatkan kebiasaan buang air
besar secara teratur. Anjurkan untuk meningkatkanintake cairan diet serat seperti
sayur dan buah segar. Aktivitas sedang seperti berjalan kaki juga bisa membantu
mengatur fungsi usus. Tindakan pasca operasi meliputi pemberian paket es untuk
pengendalian nyeri dan mengatur posisi pasien untuk kenyamanan. Setelah 12 jam
pertama pasca operasi, sitz bath tiga atau empat kali sehari dapat dilakukan untuk
mencegah spasme anorektal dan mengurangi pembengkakan. Jelaskan bahwa
buang air besar pertama pascaoperasi terasa sakit dan mungkin memerlukan
intervensi narkotika yang sesuai untuk kenyamanan.
Kolaborasi
Hemoroid dapat ditangani secara farmakologi. Perawatan konservatif meliputi
penggunaan salep (Tucks) atau dibucaine (Nupercainal). Jika pengobatan
konservatif tidak mengurangi gejala dalam waktu 3 sampai 5 hari, diperlukan
penanganan invasif. Penanganan invasif pada trombosis atau gejala berat.
Sclerotherapy menghilangkan pembuluh darah ketika dokter menyuntikkan agen
sklerosis ke dalam jaringan di sekitar hemoroid. Dengan ligasi pita elastis, pita karet
diletakkan di atas hemoroid pada pasien rawat jalan.
Dengan cryosurgery, dokter membekukan hemoroid dengan probe untuk
menghasilkan nekrosis. Cryosurgery hanya digunakan untuk hemoroid derajat satu
dan dua. Pengobatan yang paling efektif adalah hemorrhoidectomy yaitu operasi
pengangkatan hemoroid. Perawatan pasca operasi meliputi observasi balutan
terhadap pendarahan atau drainase yang berlebihan. Jika diresepkan, oleskan
petroleum jelly di tempat luka. Komplikasi meliputi retensi urin dan perdarahan.
Pengobatan Dosis Penjelasan Rasional
Docusate
sodium
(Colace)
100 mg bid PO Melunakkan
feses
Memudahkan defekasi
Anusol
suppositoria
1 bid PR Analgesik,
emolien
Mengurangi nyeri dan
gatal
Hydrocortisone
salep atau
suppositoria
Topikal atau PR
sesuai kebutuhan
Kortikosteroid Mengurangi gatal dan
pembengkakan
Catatan: Laxatif tidak dianjurkan
Discharge Planning
Ajarkan pasien pentingnya diet tinggi serat , meningkatkan intake cairan, aktivitas
ringan, dan buang air besar secara teratur. Pastikan pasien menjadwalkan
105
kunjungan lanjutan ke dokter. Ajarkan pasien bahwa analgesik untuk nyeri lokal
dapat digunakan. Jika pasien telah menjalani operasi, ajarkan untuk mengenali
tanda-tanda retensi urin, seperti distensi kandung kemih dan perdarahan, dan untuk
menghubungi dokter jika ada keluhan.
Topik 4 : ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEPATITIS
Hepatitis merupakan inflamasi hepar yang menyebabkan degenerasi dan nekrosis
sel-sel hepar. Di Amerika Serikat, lebih dari 700.000 kasus hepatitis yang dilaporkan
setiap tahun. Beberapa kasus mengalami kerusakan yang reversibel setelah fase
akut, dan beberapa kasus mengalami gagal hepar dan kematian.
Hepatitis virus akut merupakan masalah kesehatan yang utama karena sangat
menular. Sekitar 20% kasus hepatitis B akut dan 50% kasus hepatitis C berkembang
menjadi kronik. Komplikasi paling serius dari hepatitis adalah hepatitis fulminant yang
terjadi pada sekitar 1% dari semua pasien yang menyebabkan gagal hepar dan
ensefalopati. Komplikasi lain berupa sirosis, pankreatitis, miokarditis, anemia aplastik
dan neuropati perifer.
Etiologi
Hepatitis disebabkan oleh bakteri, zat hepatotoksik (obat, alkohol, zat kimia industri)
dan lebih sering disebabkan oleh virus. Virus hepatitis terdiri dari virus hepatitis A
(HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus delta atau virus
hepatitis D (HDV), virus hepatitis E (HEV). Virus hepatitis F telah diisolasi dari feses
manusia dan virus hepatitis G yang dihubungkan dengan hepatitis akut dan kronik
non-ABCDE yang ditularkan secara parenteral.
PENYEBAB HEPATITIS
VIRU
S
RUTE
TRANSMISI
KARAKTERISTIK
DAN KELOMPOK RISIKO
MASA
INKUBASI
CARRIER/
HEPATITIS
KRONIK
HAV Fecal-oral,
darah, kontak
seksual
Tentara, anak-anak (day
care), insiden meningkat
pada homoseksual dan
infeksi HIV
2-7 minggu
(sering 4
minggu)
Tidak/Tidak
HBV Darah,
kontak
sejsual,
kontak
perinatal
Penyalahguna IV drug,
petugas kesehatan, penerima
transfusi, insiden meningkat
pada infeksi HIV
2-5 bulan Ya/Ya
HCV Darah,
kontak
seksual,
kontak
perinatal,
Penyalahguna IV drug,
petugas kesehatan, penerima
transfusi
1 minggu-
beberapa
bulan
Ya/Ya
106
factor yang
tidak
diketahui
HDV Darah,
kontak
seksual,
kontak
perinatal
Penyalahguna IV drug,
seseorang dengan HBV
3 minggu-3
bulan
Ya/Ya
HEV Fecal-oral Seseorang yang bepergian
ke India, Asia, Afrika,
Amerika
14-60 hari Tidak/Tidak
HGV Darah,
kontak
seksual,
kontak
perinatal
Penyalahguna IV drug,
petugas kesehatan, penerima
transfusi
Tidak
diketahui
Ya/Tidak
diketahui
PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan
Pertama, tanyakan apakah pernah terpapar dengan orang yang mengalami hepatitis.
Tanyakan apakah:
 Terpapar dengan zat kimia yang diinhalasi atau ingesti
 Menggunakan supplement herbal
 Menggunakan obat-obat yang diresepkan
 Baru saja mengkonsumsi kerang
 Terpapar sumber air yang kemungkinan terkontaminasi
 Baru saja bepergian ke luar negeri
 Aktivitas seksual dengan laki-laki, perempuan atau keduanya menggunakan proteksi
atau tidak.
 Penggunaan obat injeksi
 Tertusuk jarum suntik, untuk tenaga kesehatan
 Tindik atau tattoo
 Penginapan tertutup seperti asrama militer, penjara, asrama yang padat.
Pasien yang memiliki sedikit atau tidak ada gejala penyakit tapi hasil laboratorium (ALT
dan AST) abnormal, tanyakan:
 Riwayat transfusi darah
 Tugas militer atau perjalanan lain ke luar negeri
 Riwayat seksual
 Riwayat mengkonsumsi alkohol
107
Pemeriksaan Fisik
Pada fase prodromal, inspeksi ruam di kulit. Suhu tubuh biasanya diantara
38.3o
C-38.9o
C. Pada fase ikterik, urine berwarna gelap dan pekat. Tinja pucat berwarna
tanah liat. Periksa kulit, sklera dan membrane mukosa untuk menilai adanya icterus.
Ikterus pada hepatitis akibat obstruksi intrahepatik dan edema saluran empedu di hepar.
Pasien melaporkan pruritus dan menyebabkan kulit abrasi akibat garukan.
Puncak icterus 1-2 minggu dan akan berkurang secara bertahap selama 2-4
minggu. Periksa spider nevi pada hepatitis alkoholik. Komplikasi termasuk perdarahan
dan kemungkinan degenerasi hepar yang progresif.
Pengkajian Laboratorium
Hepatitis mengalami peningkatan enzim hepar dan marker serologic spesifik.
Enzim Hepar. Kadar alanine amino transferase (ALT)/SGPT dan aspartate
aminotransferase (AST)/SGOT meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum icterus
kemudian menurun. Total bilirubin serum juga mengalami peningkatan (2.5 mg/dl)
sesuai dengan penampilan klinik yang mengalami ikterus. Juga terjadi peningkatan
bilirubin urine.
Serologic Markers. Hepatitis A virus (HAV) : positif anti HAV, IgM tetap dalam darah 4-6
minggu. Hepatitis B Virus : HBsAg dan IgM. HBsAg ada dalam darah setelah 6 bulan
atau lebih mengindikasikan sebagai status carier atau hepatitis kronik. Normalnya HBsAg
menurun setelah episode akut.
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) awalnya untuk screening Hepatitis C.
Pemeriksaan enzim yang juga sering digunakan yaitu anti-HCV. Antibodi dapat dideteksi
dalam 4 minggu infeksi. Antibodi (anti-HDV) untuk Hepatitis D meningkat dalam
beberapa hari setelah infeksi.
Virus Hepatitis E (HEV) umumnya dilakukan pada wisatawan yang mengalami hepatitis
namun virus tidak dapat dideteksi. Adanya antibody hepatitis E (anti-HEV) ditemukan
pada seseorang yang terinfeksi virus.
108
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Mual
Mual merupakan sensasi seperti gelombang di belakang tenggorok, epigastrik atau
abdomen bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan
dorongan atau keinginan untuk muntah.
Data pendukung: enggan untuk makan, sensasi muntah, peningkatan salvias,
melaporkan mual dan rasa asam di mulut.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi dapat terjadi akibat penurunan intake untuk memenuhi
kebutuhan metabolism akibat anoreksia, mual dan muntah.
3. Nyeri akut
Setelah hepar terpapar oleh agent penyebab, menyebabkan pembesaran dan
kongesti oleh sel inflamasi, limfosit dan cairan menyebabkan nyeri kuadran kanan
atas dan ketidaknyamanan.
4. Risiko kekurangan volume cairan
Diagnosis ini ditemukan jika pasien mengalami kehilangan cairan yang dapat
menyebabkan kekurangan volume cairan. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat
muntah dan diare pada hepatitis.
5. Risiko kerusakan integritas kulit
Akumulasi garam empedu dalam jaringan menimbulkan pruritus. Pasien dapat
mengalami abrasi kulit akibat garukan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NIC : Manajemen Mual
a. Kaji penyebab dan faktor risiko mual dan muntah
Faktor risiko mual muntah dapat berupa efek pengobatan, infeksi, gangguan
peritoneum, penyakit system saraf pusat termasuk ansietas, gangguan endokrin dan
metabolic, status yang berhubungan dengan post operasi.
b. Evaluasi dan dokumentasikan riwayat mual dan muntah termasuk onset, durasi,
waktu, volume, pola frekuensi, faktor yang berhubungan, faktor pemicu, riwayat
pengobatan dan riwayat sosial.
c. Berikan diet sesuai kebutuhan (puasa, porsi kecil, sering dan rendah lemak).
109
Menghindari makanan yang berbumbu, berlemak dan bergaram dapat membantu.
d. Pertimbangkan intervensi non famakologik seperti akupressur, akupunktur, terapi
music, distraksi, dan pergerakan yang hati-hati.
e. Lakukan oral care setelah pasien muntah
f. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari iritan di rumah yang dapat
memicu mual seperti bau makanan yang kuat, parfum dan pengharum ruangan.
Semua obat kecuali antiemetik diberikan setelah makan untuk meminimalkan risiko
mual
g. Berikan cairan dan elektrolit secara intravena
h. Berikan antiemetik sesuai yang diorderkan
NIC: Terapi nutrisi; Manajemen Nutrisi
Tidak ada diet khusus pada pasien hepatitis. Diet tinggi kalori dan karbohidrat dengan
jumlah lemak dan protein sedang. Makan dengan porsi kecil dan sering. Snack tinggi
kalori mungkin dibutuhkan.
Suplemen vitamin kadang diresepkan. Jika intake kalori rendah, pasien mungkin
membutuhkan suplemen makanan seperti Ensure.
NIC : Manajemen Nyeri
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, keparahan dan factor presipitasinya. Observasi isyarat
ketidaknyamanan nonverbal, gunakan tindakan mengontrol nyeri sebelum nyeri
bertambah hebat. Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti relaksasi, imajinasi terbimbing,
akupressur, kompres hangat dan massase jika memungkinkan.
NIC : Manajemen Cairan/Elektrolit
Monitor intake dan output, lakukan pemeriksaan tanda vital, nadi perifer, pegisian kapiler,
turgor kulit dan membrane mukosa sebagai indicator volume perfusi dan sirkulasi.
Berikan cairan intravena (biasanya glukosa) untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
mengganti cairan yang hilang. Jika pasien diare, berikan obat antidiare sesuai order
untuk mengurangi kehilangan cairan melalui saluran cerna.
NIC : Survelans Kulit
Untuk mencegah kulit kering dan mengurangi gatal pada pasien hepatitis, hindari sabun
alkali dan gunakan lotion sesuai indikasi. Agar kulit tidak abrasi akibat garukan, maka
110
pasien dianjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk. Obat
antihistamin diresepkan untuk menghilangkan gatal.
Evaluasi
1. Pasien merasa nyaman dan terbebas dari mual
2. Pasien mempertahankan intake kalori yang diperlukan
3. Pasien toleransi terhadap nyeri
4. Pasien menunjukkan status hidrasi yang adekuat
5. Pasien menunjukkan tidak ada gangguan integritas kulit, terbebas dari lesi.
Topik 5 : ASUHAN KEPERAWATAN PADA OBSTRUKSI INTESTINAL
Obstruksi usus adalah gangguan pasase usus.
Terdapat 2 jenis obstruksi : yaitu ileus paralitik dan obstruksi mekanik.
Ileus paralitik (ileus adinamik), dimana peristaltik usus dihambat sebagian akibat
pengaruh toksin trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus.
Obstruksi mekanik (ileus dinamik) adalah gangguan pasase usus atau peristaltic usus
akibat adanya obstruksi intralumen misalnya oleh strangulasi, invaginasi atau sumbatan
di dalam lumen usus. Obstruksi usus dapat terjadi akut (dalam jam) atau kronis (dalam
minggu), sederhana (mekanik) yaitu aliran darah tidak terganggu, atau strangulasi yaitu
aliran darah terganggu.
Bagian usus distal dari tempat obstruksi mengalami kolaps. Bagian usus proksimal dari
tempat obstruksi mengalami distensi dan menjadi hiperaktif. Distensi disebabkan oleh
udara yang tertelan dan seksresi usus yang menumpuk. Dinding usus menjadi edema.
Cairan dan elektrolit berakumulasi di dinding dan lumen. Bakteri mengalami proliferasi
pada bagian usus yang mengalami obstruksi. Ketika usus mengalami distensi, pembuluh
darah intramural menjadi teregang dan aliran darah terganggu menyebabkan iskemik
dan nekrosis.
Etiologi
 Ekstramural : adhesi, volvulus, hernia, kompresi oleh tumor.
 Intramural : penyakit inflamasi usus, tumor, karsinoma, limfoma, striktur, paralitik (ileus
adinamik), intususepsi.
 Intraluminal : impaksi feses, benda asing, ileus batu empedu.
111
Penatalaksanaan
PENGKAJIAN
Anamnese :
 Riwayat pembedahan, infeksi usus, hernia, trauma, peritonitis dan kanker
 Tanyakan apakah mengalami mual dan muntah, serta hiccup
 Tanyakan tentang flatus dan konsistensi feses
 Suhu tubuh jarang lebih 37.8oC, jika tinggi dengan atau tanpa nyeri tekan disertai HR
meningkat mengindikasikan obstruksi strangulasi atau peritonitis.
Pemeriksaan Fisik
Obstruksi Mekanik :
• Obstruksi usus halus, nyeri midabdomen atau kram.
• Jika strangulasi, nyeri terlokalisir dan menetap
• Muntah mengandung mukus dan berbau
• Obstipasi dan tidak bisa flatus jika obstruksi total
• Diare dapat terjadi pada obstruksi parsial
• Auskultasi bagian proksimal terdengar Borborigmi
Obstruksi Non Mekanik :
• Nyeri menetap, difus
• Distensi abdomen
• Bunyi usus menurun pada awal obstruksi dan tidak ada pada tahap lanjut.
• Muntah sering tetapi jarang berbau
• Obstipasi ada/tidak ada
Obstruksi Usus Halus Obstruksi Usus Besar
Nyeri abdomen disertai dengan gelombang
peristaltik di abdomen bagian tengah atau
atas
Kram abdomen bawah intermitten
Distensi abdomen bagian atas atau
epigastrium
Distensi abdomen bagian bawah
Mual diawal, muntah berlebihan Minimal atau tidak muntah (dapat
mengandung feses)
Obstipasi Obstipasi atau feses seperti pita
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berat
Tidak mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Alkalosis metabolic Asidosis metabolik
Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium :
- Hb, Ht, Ureum, kreatinin meningkat mengindikasikan dehidrasi
- Natrium, klorida, kalium menurun karena kehilangan cairan dan elektrolit
112
- Serum amilase meningkat pada obstruksi strangulasi
 Radiografi
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi
- Pertahankan puasa
- Pasang NGT
- Penggantian cairan dan elektrolit
- Manajemen nyeri

More Related Content

What's hot (19)

Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Laporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganLaporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien dengan
 
Kolitis
KolitisKolitis
Kolitis
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
 
Lp diare putu
Lp diare putuLp diare putu
Lp diare putu
 
Asuhan keperawatan anak dengan gastritis
Asuhan keperawatan anak dengan gastritisAsuhan keperawatan anak dengan gastritis
Asuhan keperawatan anak dengan gastritis
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 
Laporan tutorial gastritis
Laporan tutorial gastritisLaporan tutorial gastritis
Laporan tutorial gastritis
 
Askep sirosis hepatis
Askep sirosis hepatisAskep sirosis hepatis
Askep sirosis hepatis
 
Askep peritonitis
Askep peritonitisAskep peritonitis
Askep peritonitis
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
 
Gastritis dan cara penanganannya
Gastritis dan cara penanganannyaGastritis dan cara penanganannya
Gastritis dan cara penanganannya
 
Asuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritisAsuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritis
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 
Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5
 

Similar to Modul pencernaan d3 (20)

PPT GIT KEL 1.pptx
PPT GIT KEL 1.pptxPPT GIT KEL 1.pptx
PPT GIT KEL 1.pptx
 
Gastroenteritis
GastroenteritisGastroenteritis
Gastroenteritis
 
Isi makalah diare.
Isi makalah diare.Isi makalah diare.
Isi makalah diare.
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Askep kolitis
Askep kolitisAskep kolitis
Askep kolitis
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ Diare
 
DIARE AKUT.pdf
DIARE AKUT.pdfDIARE AKUT.pdf
DIARE AKUT.pdf
 
358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx
358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx
358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptxPPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
 

More from ardiners

Dokumentasi gadar 2020
Dokumentasi gadar 2020Dokumentasi gadar 2020
Dokumentasi gadar 2020ardiners
 
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalisAsuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalisardiners
 
Askep stroke
Askep stroke Askep stroke
Askep stroke ardiners
 
Perspektif kep medikal bedah
Perspektif kep medikal bedahPerspektif kep medikal bedah
Perspektif kep medikal bedahardiners
 
Hyperthyroidism
HyperthyroidismHyperthyroidism
Hyperthyroidismardiners
 
Patofisiologi kelainan sistem persarafan
Patofisiologi kelainan sistem persarafanPatofisiologi kelainan sistem persarafan
Patofisiologi kelainan sistem persarafanardiners
 
Universal precaution
Universal precautionUniversal precaution
Universal precautionardiners
 
Perspektif keperawatan Medikal Bedah
Perspektif keperawatan Medikal BedahPerspektif keperawatan Medikal Bedah
Perspektif keperawatan Medikal Bedahardiners
 

More from ardiners (8)

Dokumentasi gadar 2020
Dokumentasi gadar 2020Dokumentasi gadar 2020
Dokumentasi gadar 2020
 
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalisAsuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
Asuhan keperawatan pada trauma medula spinalis
 
Askep stroke
Askep stroke Askep stroke
Askep stroke
 
Perspektif kep medikal bedah
Perspektif kep medikal bedahPerspektif kep medikal bedah
Perspektif kep medikal bedah
 
Hyperthyroidism
HyperthyroidismHyperthyroidism
Hyperthyroidism
 
Patofisiologi kelainan sistem persarafan
Patofisiologi kelainan sistem persarafanPatofisiologi kelainan sistem persarafan
Patofisiologi kelainan sistem persarafan
 
Universal precaution
Universal precautionUniversal precaution
Universal precaution
 
Perspektif keperawatan Medikal Bedah
Perspektif keperawatan Medikal BedahPerspektif keperawatan Medikal Bedah
Perspektif keperawatan Medikal Bedah
 

Recently uploaded

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 

Recently uploaded (18)

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 

Modul pencernaan d3

  • 1. 98 GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI AKIBAT PATOLOGIS PENCERNAAN Ns. Muhammad Ardi, Sp.Kep.M.B Prodi D3 Keperawatan Poltekkes Makassar Topik 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA GASTROENTERITIS Gastroenteritis adalah radang gaster dan usus halus. Gastroenteritis adalah self- limiting disease yang juga disebut flu usus, diare di perjalanan, enteritis virus, atau keracunan makanan. Lambung dan usus halus bereaksi terhadap salah satu agen penyebab dengan peradangan dan peningkatan motilitas gastrointestinal (GI), sehingga menyebabkan diare berat. Gastroenteritis adalah penyakit umum di seluruh dunia, dan seringkali terjadi epidemi, terutama orang-orang yang tinggal dipemukman padat. Hal ini juga lebih umum di musim gugur dan musim dingin daripada di musim panas. Organisme virus atau bakteri masuk ke saluran usus dan menyebabkan peradangan pada lapisan usus dan terjadi diare dengan salah satu cara berikut: (1) Enterotoksin dilepaskan dari organisme dan merangsang mukosa usus untuk mengeluarkan sejumlah air dan elektrolit yang meningkat ke dalam lumen usus; (2) organisme menginfiltrasi dinding usus, menyebabkan kerusakan lapisan sel, atau menempel pada epitel, menyebabkan kerusakan sel villae usus. ETIOLOGI Umumnya organisme yang menyebabkan infeksi usus diperoleh melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Faktor risiko utama gastroenteritis yang disebabkan oleh keracunan makanan adalah penanganan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat. Keracunan makanan oleh bakteri atau virus biasanya terjadi dalam 16 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi. Beberapa infeksi ditularkan melalui kontak dari orang-ke-orang. Transmisi fecal-oral akibat hygiene yang buruk. Bentuk virusnya adalah gastroenteritis virus epidemik dan gastroenteritis rotavirus. Bentuk virus epidemik, yang sering disebut flu usus, ditularkan melalui jalur fecal-oral dalam makanan dan air; Masa inkubasi berkisar antara 10 sampai 50 jam. Rotavirus ditularkan melalui rute fekal-oral atau mungkin fekal-pernapasan; Masa inkubasi adalah 24 sampai 72 jam. Tiga bentuk utama gastroenteritis bakteri: Campylobacter enteritis (traveler’s diarrhea), diare Escherichia coli (juga dikenal sebagai traveler’s diarrhea), dan shigellosis (disentri basiler). Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kerentanan host terhadap agen adalah pH tinggi dengan penggunaan antasida, penurunan produksi asam lambung, atau intake makanan berlemak yang berlebihan, yang melindungi mikroba dari asam lambung. Selain itu, motilitas usus halus yang lambat
  • 2. 99 meningkatkan waktu patogen kontak dengan lumen usus. Flora usus normal melindungi seseorang dari organisme patogen. PENGKAJIAN Anamnese : Diare adalah gejala penting dari gastroenteritis, namun tingkat keparahannya bervariasi tergantung organisme penyebab. Tentukan frekuensi, warna, konsistensi, dan jumlah buang air besar. Diare virus epidemik hanya berlangsung 24 sampai 48 jam, sedangkan infeksi rotavirus bisa berlangsung hingga 7 hari. Enteritis Campylobacter menghasilkan feses berbau busuk selama seminggu. E. coli dapat menyebabkan adanya darah dan lendir di dalam tinja, dengan durasi 7 sampai 10 hari. Diare dari shigellosis berwarna kehijauan, bisa berlangsung 2 sampai 20 hari, dan juga mengandung darah dan lendir. Mual dan muntah biasanya terjadi dalam 48 jam pertama penyakit. Tanyakan apakah kram, nyeri, mual, atau muntah disertai diare. Demam sering terjadi dengan infeksi usus bakteri. Gejala flu (malaise, sakit kepala, mialgia [nyeri otot]) berhubungan dengan gastroenteritis virus epidemik. Tentukan apakah anggota keluarga atau rekan kerja lain memiliki gejala yang sama. Penting untuk menentukan apakah gastroenteritis ditularkan dari makanan atau air yang terkontaminasi sehingga dapat diinformasikan ke petugas kesehatan masyarakat. Tanyakan tentang intake makanan selama perjalanan baru-baru ini. Tanyakan apa dan dimana pasien makan dalam 2 hari terakhir. Pemeriksaan Fisik : Pasien umumnya tampak sakit berat, dengan kulit kering dan turgor kulit yang buruk. Periksa mulut dan perhatikan mukosa biasanya kering, lidah berkerut, dan air liur berkurang. Tanda lain termasuk kemerahan pada daerah perianal, dan penurunan volume urin dengan konsentrasi urine meningkat (urin warna gelap dan pekat). Saat auskultasi, periksa bising usus hiperaktif. Pasien dapat mengalami distensi abdomen dengan diare yang cair, hijau, berbau busuk, berdarah atau berlendir. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Abnormal Penjelasan Kultur feses dan pewarnaan Gram Patogen negatif, flora feses normal Adanya patogen enterik; enterotoksigenik Escherichia coli; sel darah putih dan shigella; sel darah putih, sel darah merah, dan campylobacter. Menunjukkan adanya pathogen dan pengaruh patogen
  • 3. 100 Pemeriksaan lain : Kimia darah untuk mengidentifikasi dehidrasi, hitung darah lengkap, mikroskop elektron dan immunoassay untuk infeksi virus atau gastroenteritis rotavirus DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS : Diare b.d peningkatan motilitas usus Outcome : eliminasi usus, Keseimbangan elektrolit dan asam-basa; Keseimbangan cairan; Hidrasi; Status infeksi; Status nutrisi: intake cairan dan makanan. Intervensi : Manajemen diare, manajemen cairan dan elektrolit, monitoring cairan, perawatan perianal, surveillance kulit dan manajemen pengobatan. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI Mandiri Jelaskan alasan untuk rejimen pengobatan tanpa asupan oral, pertahankan bedrest, dan berikan cairan intravena. Monitor output urin, muntah, dan feses. Tempatkan pasien di kamar khusus untuk mengurangi rasa malu karena feses berbau busuk dan untuk mencegah kontaminasi silang. Anjurkan pasien untuk mencuci tangan setelah defekasi dan melakukan perawatan perianal; Pastikan semua staf menggunakan teknik mencuci tangan yang baik dan tindakan pencegahan universal saat berhadapan dengan feses dan muntah untuk mencegah penularan penyakit. Untuk mencegah eksoriasi, berikan krim pelindung kulit (petroleum jelly, zinc oxide) untuk dioleskan di sekitar anus. Ajarkan pasien untuk membersihkan dengan semprotan pembersih, bantalan kapas, dan oleskan krim setelah buang air besar. Inspeksi area perianal setiap hari untuk melihat gangguan lebih lanjut. Sitz bath selama 10 menit dua sampai tiga kali per hari sangat membantu untuk kenyamanan perianal. Kolaborasi Banyak infeksi usus hanya berlangsung 24 sampai 48 jam, dirawat cukup baik dengan mengistirahatkan kolon dan rehidrasi. Pasien dianjurkan untuk tidak makan sampai muntah berhenti. Penggantian cairan dan elektrolit awal sangat penting untuk pasien yang lemah, lansia, dan anak-anak. Air putih dimulai perlahan sampai toleransi. Minuman lain dengan elektrolit lebih disukai daripada air. Pasien bisa dilanjutkan ke makanan padata hambar dalam waktu 24 jam. Bila terjadi dehidrasi cepat, pasien dirawat di rumah sakit untuk penggantian cairan intravena dengan larutan garam normal untuk mencegah komplikasi serius atau kematian. Elektrolit seperti natrium dapat ditambahkan ke larutan intravena, tergantung pada hasil kimia darah pasien. Antiemetik dan anticholingerics dikontraindikasikan karena
  • 4. 101 memperlambat motilitas usus, yang mengganggu evakuasi organisme penyebab. Semakin lama agen infeksius bersentuhan dengan dinding usus, menyebabkan infeksi semakin parah. Pengobatan Dosis Penjelasan Rasional Antidiare Bervariasi tergantung obat Kaolin-pektin (Kaopectate); bismut subsalicylate (Pepto- Bismol Melapisi dinding usus dan mengurangi sekresi usus Antiinfeksi Bervariasi tergantung obat Trimethoprim- sulfamethoxazole (Bactrim, Septra) Mengatasi Shigellosis enteritis Antibiotik Bervariasi tergantung obat Ampicillin; tetracycline; hydrochloride; rifaximin Mengatasi infeksi jika jika terdapat leucosit dalam feses TOPIK 2 : ASUHAN KEPERAWATAN PADA COLITIS ULSERATIF Kolitis ulceratif merupakan radang usus besar biasanya dimulai dari rectum dan kolon sigmoid dan secara bertahap menyebar ke kolon bagian atas dalam pola distribusi terus menerus. Proses inflamasi akan mempengaruhi mukosa dan submucosa kolon. Secara bertahap, banyak ulkus dan abses terbentuk di area yang meradang. Seiring dengan berkembangnya penyakit, mukosa kolon mengalami edema dan menebal dengan pembentukan jaringan parut yang menyebabkan gangguan absorpsi. PENGKAJIAN Anamneses : Pasien yang mengalami colitis ulseratif akut, melaporkan diare bercampur darah. Frekuensi buang air besar 4-5 kali bahkan 10-25 kali sehari. Selain itu,pasien dapat melaporkan nyeri dan kram abdomen yang berkurang setelah busng air besar. Gejala lain kelelahan, anoreksia, penurunan berat badan, demam ringan, mual disertai muntah. Pemeriksaan Fisik Kaji tanda-tanda malnutrisi dan dehidrasi. Kolitis ulseratif merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan anoreksia, diare dan malabsorpsi usus. Mukosa kering, turgor kulit jelek, kelemahan otot dan lesu. Auskultasi abdomen pasien, bising usus hiperaktif selama proses inflamasi. Nyeri tekan saat palpasi abdomen. Biasanya nyeri dirasakan di kuadran kiri bawah. Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering jika kondisi tidak stabil. Peningatan suhu dan frekuensi jantung sering menunjukkan proses infeksi Psikososial : Efek dari penyakit kronik menimbulkan berbagai masalah psikologis. Catat status psikologis pasien karena stress emosional meningkatkan aktivitas bowel dan memegang peranan penting dalam kekambuhan penyakit. Pastikan pasien dapat menerima instruksi pada tekhnik penurunan stress.
  • 5. 102 DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna dan menyerap nutrient OUTCOMES : status nutrisi : intake makanan dan cairan, Intake nutrient, Energi, eliminasi bowel INTERVENSI : Manajemen nutrisi, Terapi nutrisi : konseling dan monitoring, manajemen cairan/elektrolit, terapi IV, enteral tube feeding. IMPLEMENTASI Untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit selama fase akut, diberikan cairan IV. Transfusi darah juga mungkin diresepkan jika pasien mengalami anemia akibat diare bercampur darah. Untuk mengistirahatkan usus, deficit nutrisi dikelola dengan pemberian nutrisi parenteral total dan suplemen vitamin. Monitor intake dan output secara akurat setiap shift. Perhatikan jumlah dan karakteristik feses setiap shift. Secara bertahap pasien diberikan diet rendah residu, rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein bebas laktosa. Jika pasien tidak membaik dengan terapi konservatif, episode akut sering terjadi atau terjadi komplikasi perdarahan atau perforasi, pasien perlu pembedahan. Prosedur bedah standar adalah proctocolectomi total dengan ileostomy. Sebelum pembedahan lakukan persiapan dengan pemberian laxative dan enema. Tingkatkan kenyamanan fisik dan emosional pasien. Berikan perawatan supportif dengan penuh empati. Ajarkan tentang tanda-tanda komplikasi, pentingnya istirahat dan mengurangi stress serta penyesuaian diet. Jika pasien akan menjalani pembedahan, lakukan pengajaran pra operasi berupa latihan kaki dan tekhnik napas dalam. Diskusikan dengan pasien tentang penempatan dan perawatan stoma. Anjurkan pasien batuk dan napas dalam setiap 1-2 jam setelah pembedahan. Observasi penyembuhan luka, catat dan laporkan ukuran, warna, drainage dan bau luka. Topik 3 : ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOROID Hemoroid adalah dilatasi dan distensi pembuluh darah di daerah anorektal. Saat penting, jika haemoroid mengalami perdarahan, menyebabkan rasa sakit dan gatal. Haemoroid dikategorikan menjadi haemoroid internal dan eksternal. Haemoroid internal, jika terjadi dilatasi dan pembesaran pleksus superior, tidak dapat dilihat karena berada di atas sfingter anus, sedangkan haemoroid eksternal, terjadi dilatasi dan pembesaran pleksus inferior, berada di bawah sfingter dan dapat diinspeksi saat pemeriksaan. Haemoroid terjadi ketika tekanan intra-abdomen meningkat menyebabkan peningkatan tekanan vena sistemik dan portal, sehingga terjadi peningkatan tekanan pada pembuluh darah anorektal. Arteriole di daerah anorektal menyuplai darah langsung ke pembuluh darah anorektal yang melebar, dan selanjutnya meningkatkan tekanan. Tekanan yang berulang menyebabkan vena
  • 6. 103 yang membesar terpisah dengan otot polos sekitarnya dan menyebabkan prolaps (pembesaran hemoroid internal yang menonjol melalui anus). ETIOLOGI Beberapa faktor yang berhubungan dengan hemoroid adalah pekerjaan yang membutuhkan duduk atau berdiri lama; gagal jantung; infeksi anorektal; anal seks; alkoholisme; kehamilan; Kanker kolorektal; dan penyakit hati seperti sirosis, abses amuba, atau hepatitis. Peningkatan tekanan karena konstipasi, diare, batuk, bersin, atau muntah dan kehilangan tonus otot karena penuaan, operasi rektum, dan episiotomi. PENGKAJIAN Anamnese : 1. Kaji riwayat gatal pada anus, ada darah setelah BAB, nyeri dan ketidaknyamanan anorektal. 2. Tanyakan apakah ada pengeluaran lendir 3. Tanyakan apakah pasien merasakan adanya hemoroid eksternal. 4. Kaji faktor resiko dan pola diet Pemeriksaan Fisik : Inspeksi area anorektal, perhatikan hemoroid eksternal. Hemoroid internal ditemukan melalui pemeriksaan rektal toucher atau anoscopy. Perhatikan adanya benjolan subkutan dan benjolan di daerah anus. Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Abnormal Penjelasan Proctoscopy: pemeriksaan endoscopik rectum dan saluran anus Normalnya lapisan rectum : kemerahan terus menerus, bebas dari lesi dan peradangan Terlihat hemoroid internal Memastikan ukuran dan lokasi hemoroid Pemeriksaan lain : Barium enema, protoscopic ultrasound, virtual colonoscopy. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS : Nyeri (akut atau kronis) b.d pembengkakan dan prolapses rektal Outcome : Tingkat kenyamanan; Perilaku control nyeri; Tingkat nyeri Intervensi : Pemberian analgesik; Penurunan anxietas; Manajemen nyeri; Manajemen pengobatan; Kompres hangat/dingin; Manajemen usus; Peningkatan koping
  • 7. 104 PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI Mandiri Sebagian besar pasien rawat jalan. Ajarkan pasien dan keluarga penggunaan salep lokal untuk kenyamanan. Jelaskan pentingnya meningkatkan kebiasaan buang air besar secara teratur. Anjurkan untuk meningkatkanintake cairan diet serat seperti sayur dan buah segar. Aktivitas sedang seperti berjalan kaki juga bisa membantu mengatur fungsi usus. Tindakan pasca operasi meliputi pemberian paket es untuk pengendalian nyeri dan mengatur posisi pasien untuk kenyamanan. Setelah 12 jam pertama pasca operasi, sitz bath tiga atau empat kali sehari dapat dilakukan untuk mencegah spasme anorektal dan mengurangi pembengkakan. Jelaskan bahwa buang air besar pertama pascaoperasi terasa sakit dan mungkin memerlukan intervensi narkotika yang sesuai untuk kenyamanan. Kolaborasi Hemoroid dapat ditangani secara farmakologi. Perawatan konservatif meliputi penggunaan salep (Tucks) atau dibucaine (Nupercainal). Jika pengobatan konservatif tidak mengurangi gejala dalam waktu 3 sampai 5 hari, diperlukan penanganan invasif. Penanganan invasif pada trombosis atau gejala berat. Sclerotherapy menghilangkan pembuluh darah ketika dokter menyuntikkan agen sklerosis ke dalam jaringan di sekitar hemoroid. Dengan ligasi pita elastis, pita karet diletakkan di atas hemoroid pada pasien rawat jalan. Dengan cryosurgery, dokter membekukan hemoroid dengan probe untuk menghasilkan nekrosis. Cryosurgery hanya digunakan untuk hemoroid derajat satu dan dua. Pengobatan yang paling efektif adalah hemorrhoidectomy yaitu operasi pengangkatan hemoroid. Perawatan pasca operasi meliputi observasi balutan terhadap pendarahan atau drainase yang berlebihan. Jika diresepkan, oleskan petroleum jelly di tempat luka. Komplikasi meliputi retensi urin dan perdarahan. Pengobatan Dosis Penjelasan Rasional Docusate sodium (Colace) 100 mg bid PO Melunakkan feses Memudahkan defekasi Anusol suppositoria 1 bid PR Analgesik, emolien Mengurangi nyeri dan gatal Hydrocortisone salep atau suppositoria Topikal atau PR sesuai kebutuhan Kortikosteroid Mengurangi gatal dan pembengkakan Catatan: Laxatif tidak dianjurkan Discharge Planning Ajarkan pasien pentingnya diet tinggi serat , meningkatkan intake cairan, aktivitas ringan, dan buang air besar secara teratur. Pastikan pasien menjadwalkan
  • 8. 105 kunjungan lanjutan ke dokter. Ajarkan pasien bahwa analgesik untuk nyeri lokal dapat digunakan. Jika pasien telah menjalani operasi, ajarkan untuk mengenali tanda-tanda retensi urin, seperti distensi kandung kemih dan perdarahan, dan untuk menghubungi dokter jika ada keluhan. Topik 4 : ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEPATITIS Hepatitis merupakan inflamasi hepar yang menyebabkan degenerasi dan nekrosis sel-sel hepar. Di Amerika Serikat, lebih dari 700.000 kasus hepatitis yang dilaporkan setiap tahun. Beberapa kasus mengalami kerusakan yang reversibel setelah fase akut, dan beberapa kasus mengalami gagal hepar dan kematian. Hepatitis virus akut merupakan masalah kesehatan yang utama karena sangat menular. Sekitar 20% kasus hepatitis B akut dan 50% kasus hepatitis C berkembang menjadi kronik. Komplikasi paling serius dari hepatitis adalah hepatitis fulminant yang terjadi pada sekitar 1% dari semua pasien yang menyebabkan gagal hepar dan ensefalopati. Komplikasi lain berupa sirosis, pankreatitis, miokarditis, anemia aplastik dan neuropati perifer. Etiologi Hepatitis disebabkan oleh bakteri, zat hepatotoksik (obat, alkohol, zat kimia industri) dan lebih sering disebabkan oleh virus. Virus hepatitis terdiri dari virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus delta atau virus hepatitis D (HDV), virus hepatitis E (HEV). Virus hepatitis F telah diisolasi dari feses manusia dan virus hepatitis G yang dihubungkan dengan hepatitis akut dan kronik non-ABCDE yang ditularkan secara parenteral. PENYEBAB HEPATITIS VIRU S RUTE TRANSMISI KARAKTERISTIK DAN KELOMPOK RISIKO MASA INKUBASI CARRIER/ HEPATITIS KRONIK HAV Fecal-oral, darah, kontak seksual Tentara, anak-anak (day care), insiden meningkat pada homoseksual dan infeksi HIV 2-7 minggu (sering 4 minggu) Tidak/Tidak HBV Darah, kontak sejsual, kontak perinatal Penyalahguna IV drug, petugas kesehatan, penerima transfusi, insiden meningkat pada infeksi HIV 2-5 bulan Ya/Ya HCV Darah, kontak seksual, kontak perinatal, Penyalahguna IV drug, petugas kesehatan, penerima transfusi 1 minggu- beberapa bulan Ya/Ya
  • 9. 106 factor yang tidak diketahui HDV Darah, kontak seksual, kontak perinatal Penyalahguna IV drug, seseorang dengan HBV 3 minggu-3 bulan Ya/Ya HEV Fecal-oral Seseorang yang bepergian ke India, Asia, Afrika, Amerika 14-60 hari Tidak/Tidak HGV Darah, kontak seksual, kontak perinatal Penyalahguna IV drug, petugas kesehatan, penerima transfusi Tidak diketahui Ya/Tidak diketahui PENGKAJIAN Riwayat Kesehatan Pertama, tanyakan apakah pernah terpapar dengan orang yang mengalami hepatitis. Tanyakan apakah:  Terpapar dengan zat kimia yang diinhalasi atau ingesti  Menggunakan supplement herbal  Menggunakan obat-obat yang diresepkan  Baru saja mengkonsumsi kerang  Terpapar sumber air yang kemungkinan terkontaminasi  Baru saja bepergian ke luar negeri  Aktivitas seksual dengan laki-laki, perempuan atau keduanya menggunakan proteksi atau tidak.  Penggunaan obat injeksi  Tertusuk jarum suntik, untuk tenaga kesehatan  Tindik atau tattoo  Penginapan tertutup seperti asrama militer, penjara, asrama yang padat. Pasien yang memiliki sedikit atau tidak ada gejala penyakit tapi hasil laboratorium (ALT dan AST) abnormal, tanyakan:  Riwayat transfusi darah  Tugas militer atau perjalanan lain ke luar negeri  Riwayat seksual  Riwayat mengkonsumsi alkohol
  • 10. 107 Pemeriksaan Fisik Pada fase prodromal, inspeksi ruam di kulit. Suhu tubuh biasanya diantara 38.3o C-38.9o C. Pada fase ikterik, urine berwarna gelap dan pekat. Tinja pucat berwarna tanah liat. Periksa kulit, sklera dan membrane mukosa untuk menilai adanya icterus. Ikterus pada hepatitis akibat obstruksi intrahepatik dan edema saluran empedu di hepar. Pasien melaporkan pruritus dan menyebabkan kulit abrasi akibat garukan. Puncak icterus 1-2 minggu dan akan berkurang secara bertahap selama 2-4 minggu. Periksa spider nevi pada hepatitis alkoholik. Komplikasi termasuk perdarahan dan kemungkinan degenerasi hepar yang progresif. Pengkajian Laboratorium Hepatitis mengalami peningkatan enzim hepar dan marker serologic spesifik. Enzim Hepar. Kadar alanine amino transferase (ALT)/SGPT dan aspartate aminotransferase (AST)/SGOT meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum icterus kemudian menurun. Total bilirubin serum juga mengalami peningkatan (2.5 mg/dl) sesuai dengan penampilan klinik yang mengalami ikterus. Juga terjadi peningkatan bilirubin urine. Serologic Markers. Hepatitis A virus (HAV) : positif anti HAV, IgM tetap dalam darah 4-6 minggu. Hepatitis B Virus : HBsAg dan IgM. HBsAg ada dalam darah setelah 6 bulan atau lebih mengindikasikan sebagai status carier atau hepatitis kronik. Normalnya HBsAg menurun setelah episode akut. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) awalnya untuk screening Hepatitis C. Pemeriksaan enzim yang juga sering digunakan yaitu anti-HCV. Antibodi dapat dideteksi dalam 4 minggu infeksi. Antibodi (anti-HDV) untuk Hepatitis D meningkat dalam beberapa hari setelah infeksi. Virus Hepatitis E (HEV) umumnya dilakukan pada wisatawan yang mengalami hepatitis namun virus tidak dapat dideteksi. Adanya antibody hepatitis E (anti-HEV) ditemukan pada seseorang yang terinfeksi virus.
  • 11. 108 DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Mual Mual merupakan sensasi seperti gelombang di belakang tenggorok, epigastrik atau abdomen bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan dorongan atau keinginan untuk muntah. Data pendukung: enggan untuk makan, sensasi muntah, peningkatan salvias, melaporkan mual dan rasa asam di mulut. 2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Ketidakseimbangan nutrisi dapat terjadi akibat penurunan intake untuk memenuhi kebutuhan metabolism akibat anoreksia, mual dan muntah. 3. Nyeri akut Setelah hepar terpapar oleh agent penyebab, menyebabkan pembesaran dan kongesti oleh sel inflamasi, limfosit dan cairan menyebabkan nyeri kuadran kanan atas dan ketidaknyamanan. 4. Risiko kekurangan volume cairan Diagnosis ini ditemukan jika pasien mengalami kehilangan cairan yang dapat menyebabkan kekurangan volume cairan. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat muntah dan diare pada hepatitis. 5. Risiko kerusakan integritas kulit Akumulasi garam empedu dalam jaringan menimbulkan pruritus. Pasien dapat mengalami abrasi kulit akibat garukan. INTERVENSI KEPERAWATAN NIC : Manajemen Mual a. Kaji penyebab dan faktor risiko mual dan muntah Faktor risiko mual muntah dapat berupa efek pengobatan, infeksi, gangguan peritoneum, penyakit system saraf pusat termasuk ansietas, gangguan endokrin dan metabolic, status yang berhubungan dengan post operasi. b. Evaluasi dan dokumentasikan riwayat mual dan muntah termasuk onset, durasi, waktu, volume, pola frekuensi, faktor yang berhubungan, faktor pemicu, riwayat pengobatan dan riwayat sosial. c. Berikan diet sesuai kebutuhan (puasa, porsi kecil, sering dan rendah lemak).
  • 12. 109 Menghindari makanan yang berbumbu, berlemak dan bergaram dapat membantu. d. Pertimbangkan intervensi non famakologik seperti akupressur, akupunktur, terapi music, distraksi, dan pergerakan yang hati-hati. e. Lakukan oral care setelah pasien muntah f. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari iritan di rumah yang dapat memicu mual seperti bau makanan yang kuat, parfum dan pengharum ruangan. Semua obat kecuali antiemetik diberikan setelah makan untuk meminimalkan risiko mual g. Berikan cairan dan elektrolit secara intravena h. Berikan antiemetik sesuai yang diorderkan NIC: Terapi nutrisi; Manajemen Nutrisi Tidak ada diet khusus pada pasien hepatitis. Diet tinggi kalori dan karbohidrat dengan jumlah lemak dan protein sedang. Makan dengan porsi kecil dan sering. Snack tinggi kalori mungkin dibutuhkan. Suplemen vitamin kadang diresepkan. Jika intake kalori rendah, pasien mungkin membutuhkan suplemen makanan seperti Ensure. NIC : Manajemen Nyeri Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, keparahan dan factor presipitasinya. Observasi isyarat ketidaknyamanan nonverbal, gunakan tindakan mengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah hebat. Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti relaksasi, imajinasi terbimbing, akupressur, kompres hangat dan massase jika memungkinkan. NIC : Manajemen Cairan/Elektrolit Monitor intake dan output, lakukan pemeriksaan tanda vital, nadi perifer, pegisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa sebagai indicator volume perfusi dan sirkulasi. Berikan cairan intravena (biasanya glukosa) untuk memenuhi kebutuhan cairan dan mengganti cairan yang hilang. Jika pasien diare, berikan obat antidiare sesuai order untuk mengurangi kehilangan cairan melalui saluran cerna. NIC : Survelans Kulit Untuk mencegah kulit kering dan mengurangi gatal pada pasien hepatitis, hindari sabun alkali dan gunakan lotion sesuai indikasi. Agar kulit tidak abrasi akibat garukan, maka
  • 13. 110 pasien dianjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk. Obat antihistamin diresepkan untuk menghilangkan gatal. Evaluasi 1. Pasien merasa nyaman dan terbebas dari mual 2. Pasien mempertahankan intake kalori yang diperlukan 3. Pasien toleransi terhadap nyeri 4. Pasien menunjukkan status hidrasi yang adekuat 5. Pasien menunjukkan tidak ada gangguan integritas kulit, terbebas dari lesi. Topik 5 : ASUHAN KEPERAWATAN PADA OBSTRUKSI INTESTINAL Obstruksi usus adalah gangguan pasase usus. Terdapat 2 jenis obstruksi : yaitu ileus paralitik dan obstruksi mekanik. Ileus paralitik (ileus adinamik), dimana peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Obstruksi mekanik (ileus dinamik) adalah gangguan pasase usus atau peristaltic usus akibat adanya obstruksi intralumen misalnya oleh strangulasi, invaginasi atau sumbatan di dalam lumen usus. Obstruksi usus dapat terjadi akut (dalam jam) atau kronis (dalam minggu), sederhana (mekanik) yaitu aliran darah tidak terganggu, atau strangulasi yaitu aliran darah terganggu. Bagian usus distal dari tempat obstruksi mengalami kolaps. Bagian usus proksimal dari tempat obstruksi mengalami distensi dan menjadi hiperaktif. Distensi disebabkan oleh udara yang tertelan dan seksresi usus yang menumpuk. Dinding usus menjadi edema. Cairan dan elektrolit berakumulasi di dinding dan lumen. Bakteri mengalami proliferasi pada bagian usus yang mengalami obstruksi. Ketika usus mengalami distensi, pembuluh darah intramural menjadi teregang dan aliran darah terganggu menyebabkan iskemik dan nekrosis. Etiologi  Ekstramural : adhesi, volvulus, hernia, kompresi oleh tumor.  Intramural : penyakit inflamasi usus, tumor, karsinoma, limfoma, striktur, paralitik (ileus adinamik), intususepsi.  Intraluminal : impaksi feses, benda asing, ileus batu empedu.
  • 14. 111 Penatalaksanaan PENGKAJIAN Anamnese :  Riwayat pembedahan, infeksi usus, hernia, trauma, peritonitis dan kanker  Tanyakan apakah mengalami mual dan muntah, serta hiccup  Tanyakan tentang flatus dan konsistensi feses  Suhu tubuh jarang lebih 37.8oC, jika tinggi dengan atau tanpa nyeri tekan disertai HR meningkat mengindikasikan obstruksi strangulasi atau peritonitis. Pemeriksaan Fisik Obstruksi Mekanik : • Obstruksi usus halus, nyeri midabdomen atau kram. • Jika strangulasi, nyeri terlokalisir dan menetap • Muntah mengandung mukus dan berbau • Obstipasi dan tidak bisa flatus jika obstruksi total • Diare dapat terjadi pada obstruksi parsial • Auskultasi bagian proksimal terdengar Borborigmi Obstruksi Non Mekanik : • Nyeri menetap, difus • Distensi abdomen • Bunyi usus menurun pada awal obstruksi dan tidak ada pada tahap lanjut. • Muntah sering tetapi jarang berbau • Obstipasi ada/tidak ada Obstruksi Usus Halus Obstruksi Usus Besar Nyeri abdomen disertai dengan gelombang peristaltik di abdomen bagian tengah atau atas Kram abdomen bawah intermitten Distensi abdomen bagian atas atau epigastrium Distensi abdomen bagian bawah Mual diawal, muntah berlebihan Minimal atau tidak muntah (dapat mengandung feses) Obstipasi Obstipasi atau feses seperti pita Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat Tidak mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Alkalosis metabolic Asidosis metabolik Pemeriksaan Diagnostik  Laboratorium : - Hb, Ht, Ureum, kreatinin meningkat mengindikasikan dehidrasi - Natrium, klorida, kalium menurun karena kehilangan cairan dan elektrolit
  • 15. 112 - Serum amilase meningkat pada obstruksi strangulasi  Radiografi Diagnosis Keperawatan 1. Nyeri akut 2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Intervensi - Pertahankan puasa - Pasang NGT - Penggantian cairan dan elektrolit - Manajemen nyeri