SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Asuhan Keperawatan pada masalahkebutuhan Nutrisi
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian
khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan masalah
nutrisi
1. Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi keterangan tentang pola makan,tipe makanan yang di
hindari ataupun di mbil,makanan yang lebih disukai,yang dapat di gunakan untuk membantu
merencanakan jenis makanan untuk selanjutnya.
2. Kemampuan makan
Berapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemammpuan makan,antara lain kemampuan
mengunyah, menelan,dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
3. Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah pengetahuan tingkat pengetahuan
pasyen mengenai kebutuhan nutrisi.
4. Nafsu makan, jumlah asupan
5. Tingkat aktivitas
6. Pengonsumsi obat
7. Penempilan fisik
Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek berikut;
rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalamio kebotakan
bukan karena faktor usia; daerah di atas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna
gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh darah; daerah bibir tidak
kering, pecah-pecah, ataupun mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak
berwarna merah terang, dan tidak ada luka pada permukaannya; gusi tidak bengkak, tidak
mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tetarik ke bawah
sampai di bawah permukaan gigi; gigi tidak berlubang dan tidak berwarna; kulit tubuh halus,
tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan;
kuku jari kuat dan berwarna merah tua.
8. Pengukuran atromopometrik
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar badan. Tinggi
badan anak dapat digambarkan pada suatu kurva/ grafik sehingga dapat terlihat
perkembangannya.
9. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuha nutrisi
adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit, dll.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi antara lain :
1. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan :
o Peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara berkelanjutan akibat infeksi, luka
bakar,ataupun kanker.
o Dispagia akibat kelumpuhan serabral
o Pemenuhan obserpasi nutrisi akibat intoleransi laktosa
o Pemenuhan nafsu makan
oSekrasi berlebihan,baik melalui latihan fisik,muntah,diare,atopun peneluaran lainnya
o Ketidakcukupan obserpasi akibat efek samping obat atau lainnya
o Kesulitan mengunyah
2. Kelebihan nutrisi behubungan dengan
o Perubahan pola kayang akibat efek obat atau radiasi
o Penurunan pungsi pengecap atau penciuman
o Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi
o Penurunan kebutuhan metabolisme
o Kelebihan asupan
o Perubahan gaya hidup
C. Perencanaan keperawatan
1. Tujuan
o Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang
o Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
o Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parentral
2. Rencana tindakan
o Monitor perubahan paktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan kebutuhan nutrisi atau
kelebihannya dan status kebutuhan nutrisi.
o Kurangi paktor yang mempengaruhi perubahan nutrisi.
o Ajarkan untuk merencanakan makanan
o Kaji tanda vital dan bising usus
o Monitor glukosa,elektrolit,albumin,dan hemoglobin
oBerikan pendidikan tentang cara diet ,kebutuhan kal0ri atau tindakan lainnya.
3. Tindakan pada ganggun kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara :
oMengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu makan
o Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering dengan memperhatikan
jumlah kalori dan tanpa kontraidinasi
o Menata ruang senyaman mungkin
o Menjaga kebersihan mulut
o Menyediakan makanan yang mudah dicernayang
D. Pelaksanaan (tindakan) keperawatan
1. Pemberian nutrisi melalui oral
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yanga di lakukan pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan membantu
memberikan makan /nutrisi melqlui oral (mulut)bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
2. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung
Pemberian nutrisi melalui pia penduga/lambung merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak
mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung ataupipa penduga adalah
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3. Pemberian nutrisi melalui perentral
Merupakan pemberian nutrisi berupa cairan inpus yang dimasukkan kedalam tubuh melalui
darah vena,( untuk nutrisi perantral parsial).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilae dari adanya
kemampuan dalam.
a.Meningkatkan napsu makan ditunjukkan dengan adanya kempuan dalam makan serta adanyua
perubahan nafsu makan apabila kurang dari kebutuhan
b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditentukan dengan tidak adanya tanda kekurangan atau
berlebihan berat badan
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan dengan adanya proses
pencernaan makan yang adekuat
Evalasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dalam elektrolit secara umum dpat dinilae dari
kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan caeran dan elektrolit ditunjukkan denga
adanya keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran,nilae elektrolid dalam batas
norma,berat badan sesuae dengan tinggi badan atau tidak mengalami penurunan.
PEMBERIAN NUTRISI MELALUI ORAL
Tindakan ini merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi per oral secara mandiri.
Tujuan
Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Alat dan bahan
1. piring
2. sendok
3. garpu
4. gelas
5. serbet
6. mengkok cuci tanganpengalasmakanan dengan porsi dan menu sesuai program
Prosedur kerja
1. Beri penjelasan
2. cuci tangan
3. Atur posisi pasien dengan duduk atau setengah duduk sesuai kondisi pasien
4. pasang pengalas
5. tawarkan pasien melakukan ritual makan ( misalnya berdoa sebelum makan )
6. Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah
makan
7. bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan anjurkan duduk sebentar
8. catat tindakan dan hasil atau respons terhadap tindakan
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Pemberiannutrisimelalui NGTDanPemasanganNGT
NasogastricTubes(NGT) seringdigunakanuntukmenghisapisi lambung,jugadigunakanuntuk
memasukanobat-obatandanmakananan.NGTini digunakanhanyadalamwaktuyangsingkat.
(Metheny&Titler,2001).
TUJUAN
Naso Gastric Tube digunakan untuk:
1. Mengurangi isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung(cairan,udara,darah)
2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
INDIKASI
Pasiendengandistensi abdomenkarenagas,darahataucairan
Keracunanmakananatau minuman
Pasienyangmembutuhkannutrisi melaluiNGT
Untuk diagnose atauanalisaisi lambung
Persiapanoperasi dengangeneral anestesi
KONTRA INDIKASI
Pasien dengan riwayat esophageal stricture dan esophageal varises
Pasien dengan gatric bypass surgery
Pasien koma(tanpa tindakan proteksi airway)
Pasien dengan maxillofacial injury atau anterior fossa skull fracture
Pemasangan NGT
Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring
klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik
pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.
Pelaksana harus seorang professional kesehatan yang berkompeten dalam prosedur dan
praktek dalam pekerjaannya.
Pengetahuan dan ketrampilan dibutuhkan untuk melakukan procedure dengan aman
adalah :
1. Anatomi dan fisiologi saluran gastro-intestinal bagian atas dan system pernafasan..
2. Kehati-hatian dalam procedure pemasangan dan kebijaksanaan penatalaksanaan NGT.
Pengetahuan mendalam pada pasien ( misalnya : perubahan anatomi dan fisiologi yang
dapat mambuat sulitnya pemasangan NGT tersebut
Peralatan
 Slang nasogastrik (ukuran tergantung pada kebutuhan pasien)
 Pelumas/ jelly
 Spuit berujung kateter 60 ml
 Stetoskop
 lampu senter/ pen light
 klem
 Handuk kecil
 Tissue
 Spatel lidah
 Sarung tangan dispossible
 Plester
 Kidney tray
 Bak instrumen
Ukuran Selang Nasogastric
 Digunakan berbagai ukuran selang, and pemilihan ukuran yang sesuai tergantung pada tujua
penggunaan dan perkiraan lama/ durasi penggunaan selang
 Selang berdiameter kecil ( 8 Fr sampai 12 Fr ), lunak, fleksible, sering digunakan untuk pasien
yang membutuhkan enteral feeding untuk kurang dari 6 minggu
 NGT berdiameter besar, kurang flexible, lebih kaku, digunakan untuk pemberian obat,
dekompresi/pengurangan tekanan udara di lambung, dan untuk feeding jangka pendek ( biasanya
kurang dari 1 minggu ).
 Keuntungan NG tubes ukuran kecil dengan ukuran besar meliputi : kurang menimbulkan trauma
pada mukosa nasal baik selama pemasangan maupun NG tube insitu, dan toleransi klien lebih
 Penggunaan NGT ukuran kecil sebagai tindakan propilaksis untuk pencegahan gastro-
oesofageal reflux dan micro-aspiration isi lambung, ke dalam jalan napas bagian bawah
meskipun masih kontroversial sebagaimana yang lain menunjukkan tak ada hubungan antara
ukuran NGT dan komplikasi-komplikasi ini.
 Displacement dapat terjadi ukuran besar maupun kecil, namun ukuran kecil lebih mudah
dislokasi, sering ke dalam jalan napas dan tanpa tanda-tanda dapat terlihat dari luar, dan mudah
terjadi kemacetan dan melilit.
 Insertion of the NG tube adalah suatu procedure yang kompleks, and membutuhkan skill and
keahlian sebaimana kesalahan-kesalahan penempatan dapat berakibat pada komplikasi-
komplikasi .
 Selama awal pemasangan NGT, misplacement dapat meliputi respiratory tract , brain,
oesophagus, peritoneum, stomach (duodenal tube) and intestine (gastric tube) .
 Upward displacement meningkatkan resiko pada pulmonary aspiration, sedangkan downward
displacement meningkatkan resiko feeding intolerance jika formula atau obat-obatan diberikan
melalui tubing itu.
Langkah Pelaksanaan
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Jika memungkinan,jelaskan prosedur kepada klien dan keluarga
3. Identifikasi kebutuhan ukuran NGT klien
4. Bantu klien untuk posisi semifowler
5. Posisi klien yang diperlukan :Jika klien sadar dan bisa komunikasi maka posisisnya sitting
position in high-Fowler’s dan jika klien tidak sadar (unconscious) posisinya kepala kebawah,
sedikit miring kearah kiri dan posisi badan klien tidur terlentang.
6. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominant kanan(atau sisi kiri bila
anda bertangan dominan kiri)
7. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat
lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi
dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
8. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien
9. Gunakan sarung tangan
10. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.Ukur jarak dari
lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga;
Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di
sepanjang slang dengan plester kecil
11. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling
bersih
12. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan leher
lurus dan membuka mulut
13. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk
menekuk kepala ke depan dan menelan
14. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa
saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring
dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
15. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang
dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan
spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke
selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar
gemuruh, fiksasi slang.
16. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap
utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang
lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
17. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan untuk
memfiksasi slang.
18. Kurangi manipulasi atau merubah posisi klien sewaktu memasukan NGT, termasuk juga batuk
atau tersedak karena bisa menyebabkan cervical injury karena manual stabilization of the head
sangat diperlukan sewaktu melaksanakan prosedur.
19. Stabilisasikan posisi kepala.
PENGUKURANANTROPOMETRI
A. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kataanthroposdanmetros.Anthroposartinyatubuhdanmetrosartinya
ukuran.Antropometri artinyaukurandari tubuh.
Antropometri gizi adalahberhubungandenganberbagai macampengukuran dimensi tubuhdan
komposisi tubuhdari berbagai tingkatumurdantingkatgizi.
B. Keunggulan Antropometri
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa, dan alat
pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh tenaga lain setelah
dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
6. Secara alamiah diakui kebenaranya.
C. Kelemahan Antropometri
1. Tidak sensitif
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi, akurasi, dan validitas
pengukuran antropometri gizi.
4. Kesalahan terjadi karena:
a. Pengukuran
b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
c. Analisis dan asumsi yang keliru
5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
a. Latihan petugas yang tidak cukup
b. Kesalahan alat atau alat tidak ditera
c. Kesulitan pengukuran
D. Jenis Parameter
1. Berat badan
Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru
lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan:
a. Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat.
b. Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang pertumbuhan
c. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.
d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur
e. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan monitor
kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian.
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
a. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
b. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
d. Skala mudah dibaca
e. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Cara menimbang/mengukur berat badan:
a. Langkah I
Gantungkan dacin pada:
Dahan pohon
Palang rumah atau penyangga kaki ktiga
b. Langkah 2
Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat
c. Langkah 3
Sebelum dipakai, letakkan bandul geser pada angka 0 (nol)
d. Langkah 4
Pasanglah celana timbang, kotak timbang, atau sarung timbang yang kosong pada dacin.
e. Langkah 5
Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang
f. Langkah 6
Anak di timbang dan seimbangkan dacin
g. Langkah 7
Tentukan berat badan anak dengan membaca angka diujung bandul geser.
h. Langkah 8
Catat hasil penimbangan di atas pada secarik kertas
i. Langkah 9
Geserlah bandul ke angka nol, letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu bayi baru anak
dapat diturunkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:
a. Pemeriksaan alat timbangan
b. Anak balita yang ditimbang
c. Keamanan
d. Pengetahuan dasar petugas.
2. Umur
a. Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980),
batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak 0-2 tahun digunakan bulan penuh.
Contoh : tahun usia penuh.
Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.
3. Tinggi Badan
Cara mengukur:
a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar sehingga tepat 2 meter.
b. Lepaskan sepatu atau sandal.
c. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna
d. Turunkanmikrotoasampai rapat pada kepalabagianatas,siku-sikuharuslurusmenempel padadinding.
e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
4. Lingkar Lengan Atas
a. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum dapat mendapat pengujian memadai untuk
digunakan di Indonesia.
b. KesalahanpengukuranLLA (adaberbagai tingkatketrampilan pengukur) relatif lebihbesardibandingkan
dengantinggi badan,mengingatbatasantara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA dari pada
tinggi badan.
c. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan.
Cara mengukur:
Yang diukuradalahpertengahanlenganatassebelahkiri Lengandalamkeadaanbergantungbebas,tidak
tertutup kain atau pakaian. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur
keliling lingkaran lengan.
5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya untuk
memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.
Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel,
tidakmudahpatah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal, caranya dengan melingkarkan
pita pada kepala.
6. Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada
sama pada umur 6 bulan.
Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah, biasanya terbuat dari serat kaca (fiber
glas). Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Masalah yang sering dijumpai adalah
mengenai akurasi pengukuran (pembaca), karena pernapasan anak yang tidak teratur.
Rumus Antropometri pada anak : ( Soetjiningsih : 1998).
a. Berat badan
Umur 1 – 6 tahun = ( tahun ) x 2 + 8
b. Tinggi badan
Umur 1 tahun = 1,5 x tinggi badan lahir
Umur 2 – 12 tahun = umur ( tahun ) x 6 + 77
1. Indikasi
a. Keperluan ergonomik
b. Arsitektur, desain pakaian
c. pemeriksaan tumbuh kembang anak termasuk status nutrisi
d. keperluan syarat masuk sekolah militer
e. keperluan identifikasi ras atau data forensik lainnya
2. Kontra indikasi
a. Pasien yang tidak bersedia diperiksa/tidak setuju dengan inform consent
b. Subjek yang tidak bisa mengikuti prosedur pemeriksaan.
https://i1samayoga.wordpress.com/2009/01/19/anthropometry-anthropos-manusia-metrosmetry-
ukurpengukuranmengukur/

More Related Content

What's hot

2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAmalia Senja
 
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanadeputra93
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan AnakPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anakpjj_kemenkes
 
Kebutuhan cairan dan elketrlit
Kebutuhan cairan dan elketrlitKebutuhan cairan dan elketrlit
Kebutuhan cairan dan elketrlitdinda putri
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTpjj_kemenkes
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnDwi Ap
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
System dokumentasi keperawatan
System dokumentasi keperawatanSystem dokumentasi keperawatan
System dokumentasi keperawatanAmalia Senja
 
Sejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan KeperawatanSejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan Keperawatanpjj_kemenkes
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAMas Mawon
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidSri Nala
 
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger aris munandar
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensiNirma Syari Vutry
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolitpjj_kemenkes
 
Makalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhMakalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhdwimank
 

What's hot (20)

2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
 
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatan
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan AnakPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
Kebutuhan cairan dan elketrlit
Kebutuhan cairan dan elketrlitKebutuhan cairan dan elketrlit
Kebutuhan cairan dan elketrlit
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGT
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tn
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
System dokumentasi keperawatan
System dokumentasi keperawatanSystem dokumentasi keperawatan
System dokumentasi keperawatan
 
Sejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan KeperawatanSejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan Keperawatan
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Klasifikasi data
Klasifikasi dataKlasifikasi data
Klasifikasi data
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam Thypoid
 
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
Teori dan Konseptual Asuhan Keperawatan Madeleine Leiniger
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan ElektrolitAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
 
Makalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuhMakalah cairan tubuh
Makalah cairan tubuh
 

Similar to Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi

Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
Laporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganLaporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganYabniel Lit Jingga
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Kelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anak
Kelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anakKelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anak
Kelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anaknindyM1
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxssuserdfff78
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisicuttriahajaton
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Makalah Memberi Makanan Melalui NGT
Makalah Memberi Makanan Melalui NGTMakalah Memberi Makanan Melalui NGT
Makalah Memberi Makanan Melalui NGTyohanes meor
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasisalsa010699
 
Penyakit gastritis
Penyakit gastritisPenyakit gastritis
Penyakit gastritistiwhy
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaIs Muhar
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan pjj_kemenkes
 

Similar to Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi (20)

Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisi
 
DIARE.pptx
DIARE.pptxDIARE.pptx
DIARE.pptx
 
Laporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganLaporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien dengan
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
pemenuhan Kebutuhan nutrisi
pemenuhan Kebutuhan nutrisipemenuhan Kebutuhan nutrisi
pemenuhan Kebutuhan nutrisi
 
Lp dispepsia
Lp dispepsiaLp dispepsia
Lp dispepsia
 
Bab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'spsBab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'sps
 
Aterisa Ani.pptx
Aterisa Ani.pptxAterisa Ani.pptx
Aterisa Ani.pptx
 
Kelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anak
Kelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anakKelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anak
Kelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anak
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptx
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Makalah Memberi Makanan Melalui NGT
Makalah Memberi Makanan Melalui NGTMakalah Memberi Makanan Melalui NGT
Makalah Memberi Makanan Melalui NGT
 
Askep nutrisi
Askep nutrisiAskep nutrisi
Askep nutrisi
 
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan nutrisiKebutuhan nutrisi
Kebutuhan nutrisi
 
Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteralNutrisi parenteral
Nutrisi parenteral
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasi
 
Penyakit gastritis
Penyakit gastritisPenyakit gastritis
Penyakit gastritis
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsia
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
 

More from Sulistia Rini

Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraTindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxAsuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 Asuhan Keperawatan pneumuthorax Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisTerapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaTerapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCTerapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCSulistia Rini
 

More from Sulistia Rini (20)

Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
 
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraTindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxAsuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 Asuhan Keperawatan pneumuthorax Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisTerapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusis
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
 
Terapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaTerapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumonia
 
Terapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCTerapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBC
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi

  • 1. Asuhan Keperawatan pada masalahkebutuhan Nutrisi A. Pengkajian keperawatan Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan masalah nutrisi 1. Riwayat makanan Riwayat makanan meliputi informasi keterangan tentang pola makan,tipe makanan yang di hindari ataupun di mbil,makanan yang lebih disukai,yang dapat di gunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk selanjutnya. 2. Kemampuan makan Berapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemammpuan makan,antara lain kemampuan mengunyah, menelan,dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain. 3. Pengetahuan tentang nutrisi Aspek yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah pengetahuan tingkat pengetahuan pasyen mengenai kebutuhan nutrisi. 4. Nafsu makan, jumlah asupan 5. Tingkat aktivitas 6. Pengonsumsi obat 7. Penempilan fisik Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek berikut; rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalamio kebotakan bukan karena faktor usia; daerah di atas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak
  • 2. berwarna merah terang, dan tidak ada luka pada permukaannya; gusi tidak bengkak, tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tetarik ke bawah sampai di bawah permukaan gigi; gigi tidak berlubang dan tidak berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan berwarna merah tua. 8. Pengukuran atromopometrik Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar badan. Tinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu kurva/ grafik sehingga dapat terlihat perkembangannya. 9. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuha nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit, dll. B. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi antara lain : 1. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan : o Peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara berkelanjutan akibat infeksi, luka bakar,ataupun kanker. o Dispagia akibat kelumpuhan serabral o Pemenuhan obserpasi nutrisi akibat intoleransi laktosa o Pemenuhan nafsu makan oSekrasi berlebihan,baik melalui latihan fisik,muntah,diare,atopun peneluaran lainnya o Ketidakcukupan obserpasi akibat efek samping obat atau lainnya o Kesulitan mengunyah 2. Kelebihan nutrisi behubungan dengan
  • 3. o Perubahan pola kayang akibat efek obat atau radiasi o Penurunan pungsi pengecap atau penciuman o Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi o Penurunan kebutuhan metabolisme o Kelebihan asupan o Perubahan gaya hidup C. Perencanaan keperawatan 1. Tujuan o Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang o Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi o Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parentral 2. Rencana tindakan o Monitor perubahan paktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan kebutuhan nutrisi atau kelebihannya dan status kebutuhan nutrisi. o Kurangi paktor yang mempengaruhi perubahan nutrisi. o Ajarkan untuk merencanakan makanan o Kaji tanda vital dan bising usus o Monitor glukosa,elektrolit,albumin,dan hemoglobin oBerikan pendidikan tentang cara diet ,kebutuhan kal0ri atau tindakan lainnya. 3. Tindakan pada ganggun kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan cara : oMengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu makan
  • 4. o Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering dengan memperhatikan jumlah kalori dan tanpa kontraidinasi o Menata ruang senyaman mungkin o Menjaga kebersihan mulut o Menyediakan makanan yang mudah dicernayang D. Pelaksanaan (tindakan) keperawatan 1. Pemberian nutrisi melalui oral Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yanga di lakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan membantu memberikan makan /nutrisi melqlui oral (mulut)bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien 2. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung Pemberian nutrisi melalui pia penduga/lambung merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung ataupipa penduga adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. 3. Pemberian nutrisi melalui perentral Merupakan pemberian nutrisi berupa cairan inpus yang dimasukkan kedalam tubuh melalui darah vena,( untuk nutrisi perantral parsial). E. Evaluasi keperawatan Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilae dari adanya kemampuan dalam. a.Meningkatkan napsu makan ditunjukkan dengan adanya kempuan dalam makan serta adanyua perubahan nafsu makan apabila kurang dari kebutuhan b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditentukan dengan tidak adanya tanda kekurangan atau berlebihan berat badan
  • 5. c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan dengan adanya proses pencernaan makan yang adekuat Evalasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dalam elektrolit secara umum dpat dinilae dari kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan caeran dan elektrolit ditunjukkan denga adanya keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran,nilae elektrolid dalam batas norma,berat badan sesuae dengan tinggi badan atau tidak mengalami penurunan. PEMBERIAN NUTRISI MELALUI ORAL Tindakan ini merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi per oral secara mandiri. Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien Alat dan bahan 1. piring 2. sendok 3. garpu 4. gelas 5. serbet 6. mengkok cuci tanganpengalasmakanan dengan porsi dan menu sesuai program Prosedur kerja 1. Beri penjelasan 2. cuci tangan 3. Atur posisi pasien dengan duduk atau setengah duduk sesuai kondisi pasien 4. pasang pengalas 5. tawarkan pasien melakukan ritual makan ( misalnya berdoa sebelum makan ) 6. Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan 7. bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan anjurkan duduk sebentar 8. catat tindakan dan hasil atau respons terhadap tindakan 9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
  • 6. Pemberiannutrisimelalui NGTDanPemasanganNGT NasogastricTubes(NGT) seringdigunakanuntukmenghisapisi lambung,jugadigunakanuntuk memasukanobat-obatandanmakananan.NGTini digunakanhanyadalamwaktuyangsingkat. (Metheny&Titler,2001). TUJUAN Naso Gastric Tube digunakan untuk: 1. Mengurangi isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung(cairan,udara,darah) 2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi) 3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung INDIKASI Pasiendengandistensi abdomenkarenagas,darahataucairan Keracunanmakananatau minuman Pasienyangmembutuhkannutrisi melaluiNGT Untuk diagnose atauanalisaisi lambung Persiapanoperasi dengangeneral anestesi KONTRA INDIKASI Pasien dengan riwayat esophageal stricture dan esophageal varises Pasien dengan gatric bypass surgery Pasien koma(tanpa tindakan proteksi airway) Pasien dengan maxillofacial injury atau anterior fossa skull fracture Pemasangan NGT Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung. Pelaksana harus seorang professional kesehatan yang berkompeten dalam prosedur dan praktek dalam pekerjaannya.
  • 7. Pengetahuan dan ketrampilan dibutuhkan untuk melakukan procedure dengan aman adalah : 1. Anatomi dan fisiologi saluran gastro-intestinal bagian atas dan system pernafasan.. 2. Kehati-hatian dalam procedure pemasangan dan kebijaksanaan penatalaksanaan NGT. Pengetahuan mendalam pada pasien ( misalnya : perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat mambuat sulitnya pemasangan NGT tersebut Peralatan  Slang nasogastrik (ukuran tergantung pada kebutuhan pasien)  Pelumas/ jelly  Spuit berujung kateter 60 ml  Stetoskop  lampu senter/ pen light  klem  Handuk kecil  Tissue  Spatel lidah  Sarung tangan dispossible  Plester  Kidney tray  Bak instrumen Ukuran Selang Nasogastric  Digunakan berbagai ukuran selang, and pemilihan ukuran yang sesuai tergantung pada tujua penggunaan dan perkiraan lama/ durasi penggunaan selang  Selang berdiameter kecil ( 8 Fr sampai 12 Fr ), lunak, fleksible, sering digunakan untuk pasien yang membutuhkan enteral feeding untuk kurang dari 6 minggu  NGT berdiameter besar, kurang flexible, lebih kaku, digunakan untuk pemberian obat, dekompresi/pengurangan tekanan udara di lambung, dan untuk feeding jangka pendek ( biasanya kurang dari 1 minggu ).
  • 8.  Keuntungan NG tubes ukuran kecil dengan ukuran besar meliputi : kurang menimbulkan trauma pada mukosa nasal baik selama pemasangan maupun NG tube insitu, dan toleransi klien lebih  Penggunaan NGT ukuran kecil sebagai tindakan propilaksis untuk pencegahan gastro- oesofageal reflux dan micro-aspiration isi lambung, ke dalam jalan napas bagian bawah meskipun masih kontroversial sebagaimana yang lain menunjukkan tak ada hubungan antara ukuran NGT dan komplikasi-komplikasi ini.  Displacement dapat terjadi ukuran besar maupun kecil, namun ukuran kecil lebih mudah dislokasi, sering ke dalam jalan napas dan tanpa tanda-tanda dapat terlihat dari luar, dan mudah terjadi kemacetan dan melilit.  Insertion of the NG tube adalah suatu procedure yang kompleks, and membutuhkan skill and keahlian sebaimana kesalahan-kesalahan penempatan dapat berakibat pada komplikasi- komplikasi .  Selama awal pemasangan NGT, misplacement dapat meliputi respiratory tract , brain, oesophagus, peritoneum, stomach (duodenal tube) and intestine (gastric tube) .  Upward displacement meningkatkan resiko pada pulmonary aspiration, sedangkan downward displacement meningkatkan resiko feeding intolerance jika formula atau obat-obatan diberikan melalui tubing itu. Langkah Pelaksanaan 1. Cuci tangan dan atur peralatan 2. Jika memungkinan,jelaskan prosedur kepada klien dan keluarga 3. Identifikasi kebutuhan ukuran NGT klien 4. Bantu klien untuk posisi semifowler 5. Posisi klien yang diperlukan :Jika klien sadar dan bisa komunikasi maka posisisnya sitting position in high-Fowler’s dan jika klien tidak sadar (unconscious) posisinya kepala kebawah, sedikit miring kearah kiri dan posisi badan klien tidur terlentang. 6. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominant kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri) 7. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
  • 9. 8. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien 9. Gunakan sarung tangan 10. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil 11. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih 12. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut 13. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan 14. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam 15. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang. 16. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang 17. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang. 18. Kurangi manipulasi atau merubah posisi klien sewaktu memasukan NGT, termasuk juga batuk atau tersedak karena bisa menyebabkan cervical injury karena manual stabilization of the head sangat diperlukan sewaktu melaksanakan prosedur. 19. Stabilisasikan posisi kepala.
  • 10. PENGUKURANANTROPOMETRI A. Pengertian Antropometri Antropometri berasal dari kataanthroposdanmetros.Anthroposartinyatubuhdanmetrosartinya ukuran.Antropometri artinyaukurandari tubuh. Antropometri gizi adalahberhubungandenganberbagai macampengukuran dimensi tubuhdan komposisi tubuhdari berbagai tingkatumurdantingkatgizi. B. Keunggulan Antropometri Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah: 1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah. 2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif 3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu. 4. Biaya relatif murah 5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas. 6. Secara alamiah diakui kebenaranya. C. Kelemahan Antropometri 1. Tidak sensitif 2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) 3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. 4. Kesalahan terjadi karena: a. Pengukuran
  • 11. b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan c. Analisis dan asumsi yang keliru 5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan: a. Latihan petugas yang tidak cukup b. Kesalahan alat atau alat tidak ditera c. Kesulitan pengukuran D. Jenis Parameter 1. Berat badan Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan: a. Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat. b. Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang pertumbuhan c. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas. d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur e. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan: a. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain. b. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya. c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg d. Skala mudah dibaca
  • 12. e. Cukup aman untuk menimbang anak balita. Cara menimbang/mengukur berat badan: a. Langkah I Gantungkan dacin pada: Dahan pohon Palang rumah atau penyangga kaki ktiga b. Langkah 2 Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat c. Langkah 3 Sebelum dipakai, letakkan bandul geser pada angka 0 (nol) d. Langkah 4 Pasanglah celana timbang, kotak timbang, atau sarung timbang yang kosong pada dacin. e. Langkah 5 Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang f. Langkah 6 Anak di timbang dan seimbangkan dacin g. Langkah 7 Tentukan berat badan anak dengan membaca angka diujung bandul geser. h. Langkah 8 Catat hasil penimbangan di atas pada secarik kertas i. Langkah 9
  • 13. Geserlah bandul ke angka nol, letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu bayi baru anak dapat diturunkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak: a. Pemeriksaan alat timbangan b. Anak balita yang ditimbang c. Keamanan d. Pengetahuan dasar petugas. 2. Umur a. Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak 0-2 tahun digunakan bulan penuh. Contoh : tahun usia penuh. Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun 6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun. 3. Tinggi Badan Cara mengukur: a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar sehingga tepat 2 meter. b. Lepaskan sepatu atau sandal. c. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna d. Turunkanmikrotoasampai rapat pada kepalabagianatas,siku-sikuharuslurusmenempel padadinding.
  • 14. e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. 4. Lingkar Lengan Atas a. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum dapat mendapat pengujian memadai untuk digunakan di Indonesia. b. KesalahanpengukuranLLA (adaberbagai tingkatketrampilan pengukur) relatif lebihbesardibandingkan dengantinggi badan,mengingatbatasantara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA dari pada tinggi badan. c. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan. Cara mengukur: Yang diukuradalahpertengahanlenganatassebelahkiri Lengandalamkeadaanbergantungbebas,tidak tertutup kain atau pakaian. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkaran lengan. 5. Lingkar Kepala Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Alat dan tehnik pengukuran: Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel, tidakmudahpatah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal, caranya dengan melingkarkan pita pada kepala. 6. Lingkar Dada Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Alat dan tehnik pengukuran:
  • 15. Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah, biasanya terbuat dari serat kaca (fiber glas). Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai akurasi pengukuran (pembaca), karena pernapasan anak yang tidak teratur. Rumus Antropometri pada anak : ( Soetjiningsih : 1998). a. Berat badan Umur 1 – 6 tahun = ( tahun ) x 2 + 8 b. Tinggi badan Umur 1 tahun = 1,5 x tinggi badan lahir Umur 2 – 12 tahun = umur ( tahun ) x 6 + 77 1. Indikasi a. Keperluan ergonomik b. Arsitektur, desain pakaian c. pemeriksaan tumbuh kembang anak termasuk status nutrisi d. keperluan syarat masuk sekolah militer e. keperluan identifikasi ras atau data forensik lainnya 2. Kontra indikasi a. Pasien yang tidak bersedia diperiksa/tidak setuju dengan inform consent b. Subjek yang tidak bisa mengikuti prosedur pemeriksaan. https://i1samayoga.wordpress.com/2009/01/19/anthropometry-anthropos-manusia-metrosmetry- ukurpengukuranmengukur/