2. PENGERTIAN
Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya
tidak ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi.
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang menyebabkan anus tidak
terbentuk dengan sempurna, akibatnya, penderita tidak dapat
mengeluarkan tinja secara normal. Kondisi ini biasanya terjadi
akibat gangguan saluranan cerna janin saat usia kehamilan 5-7
minggu
3. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi saluran anus
■ Anus adalah komponen akhir dari saluran pencernaan, dan langsung berlanjut dari dubur. Anus
melewati dasar panggul. Anus dikelilingi oleh otot. bagian atas dan bawah anus dikelilingi oleh
sfingter anal internal dan eksternal , dua cincin berotot yang mengontrol buang air besar.
Fisiologi saluran anus
■ Bagian-bagian anus dan fungsinya:
- Ana Canal
- Rektum
- Sfingter anal internal
- Sfingter anal eksternal
- Pectinate line
- Kolom anal
4. ETIOLOGI
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada sumber yang
mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar
panggul.
5. ANUS DAN REKTUM BERASAL DARI STRUKTUR EMBRIOLOGI YANG DI
SEBUT KLOAKA. PERTUBUHAN KEDALAM SEBELAH LATERAL BANGUNAN
INI MEMBENTUK SEPTUM UROREKTUM YANG MEMISAHKAN REKTUM DI
SEBELAH DORSAL DARI SALURAN KENCING DI SEBELAH VENTRAL. KEDUA
SISTEM (REKTUM DAN SALURAN KENCING) MENJADI TERPISAH
SEMPURNA PADA UMUMNYA KEHAMILAN MINGGU KE-7.
PADA SAAT YANG SAMA, BAGIAN UROGENITAL YANG BERASAL DARI
KLOAKA SUDAH MEMPUNYAI LUBANG EKSTERNA, SEDANGKAN BAGIAN
ANUS TERTUTUP OLEH MEMBRAN YANG BARU TERBUKA PADA
KEHAMILAN MINGGU KE-8.
PATOFISIOLOGI
6. Atresia ani adalah kelainan kongenital. Secara umum faktor resiko yang dapat menyebabkan kelainan
kongenital adalah:
1. Pemakain alkohal oleh ibu hamil.
Pemakaian alkohol pada ibu hamil dapat menyebabkan sindroma alkohol pada janin dan obat – obatan
tertentu yang di minum ibu hamil juga bisa menyebabkan kelinan kongenital.
1. Penyakit rhesus, jika ibu dan bayi pempunyai rhesus yang berbeda.
2. Teratogenik
Teratogren adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkat kan resiko suatu
kelainan bawaan. Secara umum radiasi dan racun merupakan teratogen.
1. Infeksi pada ibu hamil.
Beberapa infeksi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kelainan bawaan antara lain, sindrom rubella,
toksoplasmosis, varisela dan infeksi virus herpes.
Faktor resiko
7. Menifestasi Klinis
■ Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium.
■ Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi. Pada golongan 3 hampir selalu
disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala
bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah
rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan
berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.
8. PENATALAKSANAAN
a. Pembuatan kolostomi Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli 22
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya sementara
atau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi
beberapa hari setelah lahir.
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty) Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya
ditunda 9 sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
c. Tutup kolostomi Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi,
anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi
BAB berkurang frekuensinya dan agak padat.
9. Komplikasi
■ obstruksi intestinal
■ Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
■ Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
■ Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
■ Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
10. PENGKAJI
AN
Identitaas Pasien
Nama : An T
Tempat tgl lahir : Bandung 16 Januari 2019
Umur : 6 Bulan
Golongan darah : B
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Al fathu no 09 rt 07 rw 08
Kab. Bandung
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
No. CM : -
Tanggal Masuk RS : 29 April 2019
Diagnosa Medis : Atresia Ani
Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. I
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan dengan klien : Ibu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Al fathu no 09 rt 07 rw 08
Kab. Bandung
11. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Keluarga klien mengatakan anaknya Muntah, perut
kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina
atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam
pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/
penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi
kejadian atresia ani
12. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi terhadap Kesehatan, Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yang
dirasakan dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/Latihan, Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih bayi
c. Pola istirahat/tidur, Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolic, Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi, Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
f. Pola kognitif perseptual, Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientas i dengan baik pada orang
lain
g. Pola kensep diri, belum bisa di kaji
h. Pola seksual Reproduksi, Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan, Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan, Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain secaramandiri
k. Pola koping, Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon terhadap adanya suatu masalah
14. 1.Abdomen: Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba
ginjal, tidak termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan
pada umbilicus, perut tampak kembung,
hiperperistaltik, usus tampak melebar
2. Anus : Tidak terdapat anus, anus nampak merah,
Thermometer yang dimasukan kedalam anus
tertahanoleh jaringan.
16. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Pre operasi
1.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan bd asupan inadekuat
2. gangguan cairan bd adanya muntah
3. inkontinensia bowel bd tidak adanya anus
Diagnosa Post Operasi
1. Nyeri bd terputusnya kontinuitas jaringan
2. Perubahan eliminasi bd perubahan defekasi karena pemasangan colostomy
3. gangguan integritas kulit bd iritasi mukosa
4. resti infeksi bd perawatan tidak adekuat
17. INTERVENSI
Pre Operasi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. inkotinensia
bowel bd tidak
adanya anus
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatanselam
a 1x 24 jam Klien
mampu
mempertahankan
pola eliminasi BAB
dengan teratur KH
: Penurunan
distensi
abdomen,meningk
atnya kenyamanan
1. Lakukan enema
atau irigasi rectal
sesuai order
2. Kaji bising usus dan
abdomen setiap 4
jam
3. Ukur lingkar
abdomen
1. Evaluasi bowel
meningkatkan kenyaman
pada anak
2.Meyakinkan berfungsinya
usus
3. Pengukuran lingkar
abdomen membantu
mendeteksi terjadinya
distensi
18. 2. Resiko
kekurangan
volume
cairan b/d
menurun nya
intake
muntah
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x 24
jam Klien dapat
mempertahanka
nkeseimbangan
cairan KH:
Output urin 1-2
ml/kg/jam,
capillary refill 3-
5detik, trgor
kulit baik,
membrane
1. Monitor intake –
output cairan
2. Lakukan pemasangan
infus dan berikan
cairan IV
3. Observasi TTV
4. Monitor status hidrasi
(kelembaban
membran
mukosa,nadi
adekuat, tekanan
darah ortostatik)
1.Dapat mengidentifikasi
status cairan klien
2.Mencegah dehidrasi
3.Mengetahui kehilangan
cairan melalui suhu tubuh
yang tinggi
4. Mengetahui tanda-
tanda dehidrasi
19. 3. Cemas
orang tua
b/d kurang
pengetahua
n tentang
penyakit
dan
prosedur
perawatan
Setelah di
lakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam kecemasan
orang tua dapat
berkurang KH
klien tidak
lemas
1. Jelaskan istilah
yang di mengerti
tentang anatomi dan
fisioloagi saluran
pencernaan normal
2. Gunakan alat media
dan gambar beri
jadwal studi diagnose
pada orang tua
3. Beri informasi pada
orang tua tentang
operasi kolostomi
1. Agar orang tua
mengerti kondisi klien
2.Pengetahuan tersebut
di harapkan membantu
menurunkan kecemasan
3.Membantu
mengurangi kecemasan
klien
20. Post operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1
Gangguan
integritas kulit
b/d kolostomi.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1 x 24 jam
diharapkan integritas
kulit dapat
dikontrol. KH : -
temperatur jaringan
dalam batas normal,
sensasi dalam batas
normal, elastisitas
dalam batas normal,
hidrasi dalam bats
normal, pigmentasi
dalam batas normal,
perfusi jaringan baik
1. Hindari kerutan
pada tempat tidur
2. Jaga kebersihan
kulit agar tetap
bersih dan kering
3. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
4. Oleskan
lotion/baby oil
pada daerah yang
tertekan
5. Monitor status
nutrisi klien
1. Mencegah perlukaan
pada kulit
2. Menjaga ketahanan kulit
3. Mengetahui adanya
tanda kerusakan
jaringan kulit
4. Menjaga kelembaban
kulit
5. Menjaga keadekuatan
nutrisi guna
penyembuhan luka
21. 2 Resiko infeksi
b/d prosedur
pembedahan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24
jam diharapkan
klien bebas dari
tanda -tanda
infeksi KH : bebas
dari tanda dan
gejala infeksi
a.Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
b.Batasi pengunjung
c.Pertahankan teknik
cairan asepsis pada
klien yang beresiko
d.Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
e.Ajarkan keluarga klien
tentang tanda dan
gejala infeksi
f. Laporkan kecurigaan
infeksi
1.Mengetahui tanda
infeksi lebih dini
2.Menghindari kontaminasi
dari pengunjung
3.Mencegah penyebab
infeks
4.Mengetahui kebersihan
luka dan tanda infeksi
5.Gejala infeksi dapat di
deteksi lebih dini
6.Gejala infeksi dapat
segera teratasi
22. Post operasi
4 Gangguan
integritas kulit b/d
kolostomi
1.Menghindarkan kerutan
padatempat tidur
2.Menjaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan kering
3.Memonitor kulit akan
adanya kemerahan
4.Mengoleskan lotion/baby oil
pada daerah yang tertekan
5.Memonitor status nutrisi
klien
S : integritas kulit klien
dapat terkontrol
O : Temperatur jaringan
dalam batasnormal,
sensasi dalam batas
normal,elastisitas dalam
batas normal,hidrasi
dalam batas normal,
pigmentasi dalam batas
normal, perfusi jaringan
baik.
A : Diagnosa
Keperawatan Gangguan
integritas kulit teratasi
P : Intervensi dihentikan
23. 5 Resiko infeksi b/d
prosedur
pembedahan
1.Memonitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
2.Membatasi pengunjun.
3.Mempertahankan teknik
cairan asepsis pada klien
yang beresiko
4.Menginspeksi kondisi
luka/insisi bedah
5. Mengajarkan keluarga
klien tentang tanda dan
gejala infeksi
6.Melaporkan kecurigaan
infeksi
S : Klien sudah tidak
mengalami infeksi
O : tanda gejala
infeksi tidak ada
A : Diagnosa
Keperawatan
Resikoinfeksi teratasi
P : Intervensi
dihentikan