Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Leks&Co
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No. 18/2021
Outline
Hak Pengelolaan
Tanah Reklamasi
Hak Atas Tanah
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Hak Pakai
Pembatalan Hak atas Tanah
Satuan Rumah Susun
Properti untuk Orang Asing
Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah
Pendaftaran Tanah secara Elektronik
Kawasan dan Tanah Telantar
HPL
Ketentuan mengenai HPL diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah (“PP No. 18/2021”)
Sejarah Pengaturan HPL
Sebelum ditetapkannya PP No. 18/2021, ketentuan mengenai HPL disinggung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (“PP No. 40/1996”) dan berbagai aturan lain
HPL didefinisikan PP No. 40/1996 sebagai hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
Ketentuan mengenai subjek HPL serta tata cara permohonan dan pemberiannya diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan (“Permenag No. 9/1999”)
PP No. 18/2021 juga memberikan definisi HPL sebagai hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang HPL
HPL dapat berasal dari (i) tanah negara dan (i) tanah ulayat.
HPL di atas tanah negara diberikan sepanjang tugas pokok dan fungsinya langsung berhubungan dengan pengelolaan tanah
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Leks&Co
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No. 18/2021
Outline
Hak Pengelolaan
Tanah Reklamasi
Hak Atas Tanah
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Hak Pakai
Pembatalan Hak atas Tanah
Satuan Rumah Susun
Properti untuk Orang Asing
Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah
Pendaftaran Tanah secara Elektronik
Kawasan dan Tanah Telantar
HPL
Ketentuan mengenai HPL diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah (“PP No. 18/2021”)
Sejarah Pengaturan HPL
Sebelum ditetapkannya PP No. 18/2021, ketentuan mengenai HPL disinggung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (“PP No. 40/1996”) dan berbagai aturan lain
HPL didefinisikan PP No. 40/1996 sebagai hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
Ketentuan mengenai subjek HPL serta tata cara permohonan dan pemberiannya diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan (“Permenag No. 9/1999”)
PP No. 18/2021 juga memberikan definisi HPL sebagai hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang HPL
HPL dapat berasal dari (i) tanah negara dan (i) tanah ulayat.
HPL di atas tanah negara diberikan sepanjang tugas pokok dan fungsinya langsung berhubungan dengan pengelolaan tanah
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta KerjaLeks&Co
Outline:
1. Perubahan istilah
2. Skala perumahan
3. Hunian berimbang
4. Dana konversi
5. PPJB
6. Sanksi administratif & pidana
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (“UU No. 1/2011”) Pasca UU Cipta Kerja
Pada awalnya, pengaturan mengenai Perumahan dan Kawasan Permukiman dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (“UU No.1/2011”). Namun, sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU No. 11/2020”), UU No.1/2011 mengalami beberapa perubahan.
1. Rusun umum & alas hak rusun
2. Pemisahan & pertelaan
3. SHM & SKBG sarusun
4. P3SRS
5. Sanksi administratif & pidana
6. Perbandingan PP rusun
Perubahan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun(”UU No. 20/2011”) Pasca UU Cipta Kerja
Pada awalnya, pengaturan mengenai Rumah Susun dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (“UU No.20/2011”). Namun, sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU No. 11/2020”), UU No.20/2011 mengalami beberapa perubahan.
Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur
penguasaan, pemilikian, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui
Penataan Aset dan disertai dengan Penataan Akses
untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yang didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di pengadilan
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta KerjaLeks&Co
Outline:
1. Perubahan istilah
2. Skala perumahan
3. Hunian berimbang
4. Dana konversi
5. PPJB
6. Sanksi administratif & pidana
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (“UU No. 1/2011”) Pasca UU Cipta Kerja
Pada awalnya, pengaturan mengenai Perumahan dan Kawasan Permukiman dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (“UU No.1/2011”). Namun, sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU No. 11/2020”), UU No.1/2011 mengalami beberapa perubahan.
1. Rusun umum & alas hak rusun
2. Pemisahan & pertelaan
3. SHM & SKBG sarusun
4. P3SRS
5. Sanksi administratif & pidana
6. Perbandingan PP rusun
Perubahan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun(”UU No. 20/2011”) Pasca UU Cipta Kerja
Pada awalnya, pengaturan mengenai Rumah Susun dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (“UU No.20/2011”). Namun, sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU No. 11/2020”), UU No.20/2011 mengalami beberapa perubahan.
Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur
penguasaan, pemilikian, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui
Penataan Aset dan disertai dengan Penataan Akses
untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yang didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di pengadilan
Download Full Version (Format MS Word DOC.): http://www.legalakses.com/contoh-contoh-surat-perjanjian-2/
DRAF PERATURAN PERUSAHAAN:
Hak dan Kewajiban Perusahaan dan Karyawan, Jam Kerja, Gaji/Upah, Lembur, Penerimaan dan Penempatan Karyawan, PHK, Tata Tertib Perusahaan, Sanksi, Larangan Karyawan, Tunjangan Karyawan, dll.
Perjanjian Sewa Menyewa Mal
1.Ketentuan Sewa Menyewa Berdasarkan KUHPerdata dan 2.Peraturan Menteri Perdagangan
3.Poin-poin Perjanjian Sewa Menyewa Mal
4.Aspek Pidana terkait Sewa Menyewa
5.Putusan Pengadilan terkait Sewa Menyewa
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaRizki Gumilar
Subjek hukum yang memiliki hak pengelolaan, khususnya yaitu hak milik adalah warga negara Indonesia, badan hukum nasional yang diberi kewenangan oleh undang-undang. Adapun warga negara asing dan badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia juga mendapatkan hak penguasaan tanah yang diatur dalam Pasal 41 dan 42 UUPA. Lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah jo. PP nomor 41 tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Pasal 21 ayat 3 UUPA juga menentukan, bahwa orang asing yang sesudah tanggal 24 september 1960 memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan juga mendapatkan hak milik yang bersifat sementara yang setelahnya harus diserahkan kembali pada negara. Cara-cara yang disebutkan seperti diatas adalah cara memperoleh hak tanpa melakukan sesuatu tindakan positif yang sengaja ditujukan pada terjadinya peralihan hak yang bersangkutan.
Supreme Court Regulation No. 3 of 2023 on Procedure for Appointment of Arbitr...Leks&Co
In general, arbitration procedures are regulated under Law No. 30 of 1999 on Arbitration and Alternative Dispute Resolution (“Arbitration Law”).
In the last quarter of 2023, the Supreme Court issued SC Regulation No. 3/2023. As part of the regulatory framework under Arbitration Law, this regulation sets out further details in arbitration procedures, among others, the court-ordered appointment of arbitrators, right to challenge, and the enforcement as well as the annulment of arbitral awards.
Key Provisions of SC Regulation No.3/2023
1. Recognition of Sharia Arbitration;
2. Appointment of Arbitrator and Right to Challenge;
3. Registration and Enforcement of Arbitral Award; and
4. Annulment of Arbitral Award;
This regulation aims to streamline arbitration processes and ensure clarity and fairness in the resolution of disputes through both conventional and Sharia arbitration mechanisms.
HUKUM PROPERTI PASCA UU CIPTA KERJA
Kepemilikan HMSRS Orang Asing
Ketentuan Umum HMSRS
• UU Rusun: SHMSRS diterbitkan bagi setiap orang yang memenuhi syarat sebagai pemegang HAT
• HAT adalah hak-hak atas tanah yang diatur dalam UUPA, untuk Orang Asing yang relevan adalah Hak Pakai
Kepemilikan HMSRS oleh Orang Asing
• UU CK: HMSRS dapat diberikan kepada Orang Asing yang memiliki izin sesuai ketentuan per-uu-an
• PP 18/2021: Rumah tempat tinggal/hunian yang dapat dimiliki Orang Asing dapat berupa Rusun yang dibangun di atas bidang tanah: (i) HP atas Tanah Negara/HPL/Hak Milik; atau (ii) HGB atas Tanah Negara/HPL/Hak Milik
• Orang Asing dapat memiliki Sarusun yang dibangun di atas HP atau HGB. Ketentuan Orang Asing berhak memiliki Sarusun di atas HGB hanya muncul di PP 18/2021
Catatan/Tanggapan Kritis
• Ada potensi pertentangan ketentuan dalam PP 18/2021 dengan ketentuan dalam UU Rusun dan UUPA
• PP 18/2021 memperkenankan Orang Asing memiliki Sarusun yang dibangun di atas HGB, padahal dalam UU Rusun dan UUPA, Orang Asing hanya berhak memiliki Sarusun yang dibangun di atas HP
• Apa beda SHMSRS Orang Asing di atas HGB dan SKBG?
• Risiko: Ketentuan PP 18/2021 diajukan uji materiil melalui Mahkamah Agung karena dinilai bertentangan dengan UU Rusun dan UUPA
Kepemilikan HMSRS Orang Asing (HGB) Tidak Meliputi Tanah Bersama
Kepemilikan Sarusun oleh Orang Asing tidak meliputi Tanah Bersama
• UU Rusun: HMSRS merupakan hak milik yang bersifat perorangan terpisah dengan hak bersama atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama
• Pasal 188 (2) Permen ATR 18/2021: dalam hal Sarusun Orang Asing dibangun di atas HGB, hak bersama atas kepemilikan Sarusun dihitung berdasarkan NPP yang terdiri atas bagian bersama, benda bersama, dan tidak termasuk tanah bersama
• Sebaliknya, jika dibangun di atas HP, karena Orang Asing berhak memegang HP, maka hak bersama yang dapat dimiliki Orang Asing meliputi tanah bersama
Catatan/Tanggapan Kritis
• Jika Orang Asing yang memiliki Sarusun yang dibangun di atas HGB tidak memiliki hak bersama atas tanah bersama, bukankah seharusnya Orang Asing juga dapat memiliki Sarusun yang dibangun di atas HM dengan catatan ia tidak memiliki hak bersama atas tanah bersama? Mengapa dibatasi hanya di atas HGB?
• Bagaimana perhitungan NPP jika ada Orang Asing berkenaan dengan tanah bersama? 100% - NPP orang asing? Bagaimana pencatatan para pemilik hak atas tanah ketika terjadi perpanjangan hak? Tidak ada panduan tentang hal ini.
Batasan Kepemilikan Orang Asing atas Properti yang Belum Jelas
Batasan Kepemilikan Orang Asing atas Properti
• Minimal Harga
v Belum diatur di dalam Peraturan Menteri
v Sebelumnya batasan minimal harga diatur dalam Permen ATR 29/2016, namun dicabut oleh Permen ATR 18/2021
• Luas bidang tanah
v Rumah tapak: Maksimal 2.000m2 [kecuali untuk perwakilan negara asing/badan internasional]
• Jumlah bidang tanah atau Sarusun
v Rumah tapak: 1 bidang tanah [kecuali untuk perwakilan negara asing/badan internasional]
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
Pendahuluan
Pada awalnya, pengaturan mengenai Perumahan dan Kawasan Permukiman dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (“UU No.1/2011”). Namun, sejak diundangkannya Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU No. 11/2020”), UU No. 1/2011 mengalami beberapa perubahan.
Perencanaan dan Perancangan Rumah
UU No.1/2011
Perencanaan dan perancangan rumah harus memenuhi persyaratan teknis, administratif, tata ruang, dan ekologis.
UU No.11/2020
Hasil perencanaan dan perancangan rumah harus memenuhi standar.
Perencanaan dan Perancangan PSU
UU No.1/2011
Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan ekologis.
UU No.11/2020
Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum harus memenuhi standar.
Hunian Berimbang
UU No. 1/2011
Tidak diatur mengenai konversi Hunian Berimbang (kecuali untuk rusun umum).
UU No. 11/2020
Dalam hal rumah sederhana tidak dapat dibangun dalam bentuk rumah tunggal atau rumah deret, dapat dikonversi dalam:
a. bentuk rumah susun umum yang dibangun dalam satu hamparan yang sama; atau
b. bentuk dana untuk pembangunan rumah umum.
Filsafat Hukum John Finnis Kewajiban Hukum dan Hukum tidak AdilLeks&Co
Filsafat Hukum John Finnis Kewajiban Hukum dan Hukum tidak Adil
Siapakah John Finnis?
Biografi Singkat John Finnis
• John Finnis adalah seorang pemikir hukum kodrat kontemporer;
• Cukup banyak mengacu dan dipengaruhi oleh pemikiran Thomas Aquinas;
• Ia membedakan kewajiban hukum dari sudut pandang moral dan dari sudut pandang legal;
• Finnis menyelesaikan gelar sarjana-nya di Universitas Adelaide dan kemudian melanjutkan Pendidikan pada tahun 1960 di Oxford dengan beasiswa Australian Rhodes;
• Dalam membuat disertasi hukumnya yang mengangkat tema “kekuasaan yudisial”, Finnis berada di bawah pengawasan HLA Hart yang merupakan seorang profesor yurisprudensi pada Universitas Oxford dan seorang filosof hukum terkenal pada zamannya;
• Banyak pemikiran hukum dan politik yang dicapai oleh Finnis merupakan tanggapan kritis dari pemikiran Hart;
• Hart juga yang merekomendasikan Finnis untuk menulis Natural Law and Natural Rights;
• Finnis berpandangan bahwa terhadap hukum yang tidak adil, yang gugur hanya “kewajiban hukum dalam arti moral”, sedangkan, “kewajiban hukum dalam arti legal” tetap hidup dan mengikat.
Filsafat Hukum John Finnis
Finnis mengatakan, ada beberapa nilai kehidupan manusia, yaitu hidup; pengetahuan; rekreasi; pengalaman estetis; sosial (persahabatan); kemasukakalan praktis (practical reasonableness); dan agama.
Kemasukakalan Praktis
• Kemasukakalan praktis adalah suatu nilai dasar yang melibatkan kegiatan intelektual dalam pemilihan pengambilan tindakan seseorang ketika menghadapi berbagai permasalahan yang ada dan gaya hidup dan juga pembentukan karakter orang tersebut.
Syarat-syarat dasar kemasukakalan praktis:
1. Rencana hidup yang koheren;
2. Tidak mengurangi nilai dasar lain secara sewenang-wenang;
3. Netral terhadap orang lain yang juga berpartisipasi dalam nilai baik manusia;
4. Pelepasan;
5. Komitmen;
6. (Keterbatasan) Relevansi terhadap konsekuensi; efisiensi yang wajar;
7. Penghargaan terhadap nilai dasar lain dalam setiap tindakan;
8. Apresiasi dan pembinaan kebaikan bersama pada komunitas; dan
9. Mengikuti suara hati.
Outline
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Alih Daya
Lembur
Pengupahan
Pemutusan Hubungan Kerja
Penggunaan Tenaga Kerja Asing
PKWT – Perubahan UU Ketenagakerjaan dalam UU Cipta Kerja
PKWT dibuat berdasarkan (i) jangka waktu, atau (ii) selesainya suatu pekerjaan tertentu;
Jangka waktu atau selesainya pekerjaan tertentu diatur dalam perjanjian kerja;
Ketentuan lebih lanjut PKWT diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Alih Daya - Perubahan UU Ketenagakerjaan dalam UU Cipta Kerja
UU Cipta Kerja menghapus ketentuan mengenai:
penyerahan sebagian pekerjaan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyediaan jasa pekerja;
persyaratan pemborongan dan penyediaan jasa pekerja;
syarat-syarat pekerjaan yang dapat dilakukan pemborongan dan penyediaan jasa pekerja;
peralihan hubungan kerja dari perusahaan pemborongan/penyediaan jasa pekerja ke perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal tidak dipenuhinya persyaratan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan...
Penyelesaian Sengketa Komersial Implementasi dalam Praktik dan Contoh KasusLeks&Co
Sengketa Komersial
Sengketa, persoalan, dan konflik yang timbul di antara para pihak yang timbul dalam ruang lingkup niaga atau perdagangan, antara lain:
perniagaan;
perbankan;
keuangan;
penanaman modal;
industri;
konstruksi;
dll.
Situasi dalam Sengketa Komersial
Setiap pihak bersengketa memiliki perspektif, kepentingan, sumber daya, aspirasi, dan ketakutan masing-masing.
Hampir sebagian besar pihak yang bersengketa tidak menikmati pengalaman bersengketa karena menguras energi.
Sengketa memaksa pihak yang bersengketa untuk berhubungan dengan pihak lain (lawan) yang sebenarnya tidak ingin ditemuinya.
Sengketa dapat memakan waktu panjang dan biaya yang besar bagi pihak bersengketa.
Tugas Lawyer Adalah Menjaga Kepentingan Kliennya
Menjadi “part of the solution, not part of the problem”.
Memahami aspek komersial dan praktik bisnis yang menjadi sengketa;
Mencari langkah-langkah penyelesaian sengketa dengan menganalisa risiko-risiko bagi klien.
Menganalisa dan nenyampaikan risiko-risiko yang dapat terjadi terkait pelaksanaan upaya hukum kepada klien agar klien dapat mengetahui konsekuensi yang dapat terjadi ke depan.
Legal Writing – Cont’d
Mulai dengan menulis untuk kepentingan hukum (penulisan hukum)
Penting sekali untuk praktisi hukum seperti advokat, hakim, in-house lawyers, jaksa, dll
Tujuan : Untuk menginformasikan, membujuk, mencatat suatu hal penting
Untuk hakim, jika ditulis secara tidak baik atau bahkan salah maka pesan yang mau disampaikan tidak akan tercapai. Jika ini adalah suatu putusan pengadilan, maka putusan tersebut tentu berisiko dibantah lebih lanjut (upaya hukum seperti banding, kasasi, dll)
Untuk advokat, jika salah menulis bahasa hukum maka bisa kalah di suatu kasus, kehilangan klien, dokumen menjadi ambigu tidak jelas (berakibat sengketa), malpraktik, dll
Terdapat tiga tipe :
Untuk menginformasikan, misalnya surat kepada klien, surat kepada pihak ketiga, nasihat hukum dan memo. Surat termasuk komunikasi elektronik seperti surat elektronik dan WhatsApp misalnya
Untuk membujuk, misalnya gugatan, memori banding, memori kasasi
Untuk mencatat atau mendokumentasikan, misalnya akta, kontrak, wasiat, resolusi rapat umum pemegang saham, dll
Sistem Perjanjian Pendahuluan Jual Beli RumahLeks&Co
Pendahuluan
Peraturan Menteri PU dan PR Nomor 11/PRT/M/2019 tentang Sistem Perjanjian Pendahuluan Jual Beli Rumah (“Permen PPJB”) mencabut dua peraturan sebelumnya, yaitu:
- Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 11/KPTS/1994 tentang Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun; dan
- Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah.
Di dalam ketentuan peralihan, disebutkan bahwa PPJB yang masih dalam proses penyusunan (belum ditandatangani sebelum 18 Juli 2019), harus disesuaikan dengan ketentuan Permen PPJB.
Updated and revised edition: The Ownership of House and Resident by ForeignerLeks&Co
Franework
Legal basis;
Subject;
Object;
Terms and conditions;
Transfer of house and residence;
Mortgage rights of house or residence;
Termination of the ownership of house or residence;
Differences between the previous regulation and the current regulation; and
Conflicting regulations.
Association of Owner And Tenant of Condominium Unit (P3SRS)Leks&Co
The establishment of P3SRS must be facilitated by the developers no later than the end of transition period.
The transition period is at the latest 1 year from the first handover of condominium unit to the owner, despite that the condition all condominium units have not been sold.
The “facilitation” must consist of at least:
providing meeting rooms along with its supporting equipment, which must consist of at least tables, chairs, whiteboards/stationaries, microphones, and information/media boards for the owners and/or tenants.
providing ownership and/or tenancy data, along with the location of condominium units based on the record conducted by the developers.
supporting the administration and providing meals (consumption).
The establishment of P3SRS consists of the (i) preparation for the establishment, and (ii) implementation of establishment, with the funding that will be borne by the developer.
Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah SusunLeks&Co
Pembentukan P3SRS wajib difasilitasi oleh Pelaku Pembangunan paling lambat sebelum masa transisi berakhir.
Masa transisi ditetapkan paling lama 1 tahun sejak penyerahan pertama kali Sarusun kepada pemilik, tanpa dikaitkan dengan belum terjualnya Sarusun.
Pembentukan P3SRS terdiri atas Persiapan Pembentukan dan Pelaksanaan Pembentukan P3SRS yang pembiayaannya dibebankan kepada Pelaku Pembangunan.
Perizinan Berusaha di Indonesia Melalui OSSLeks&Co
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik atau OSS (Online Single Submission) adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati / wali kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
Sistem OSS hanya merupakan sebuah platform perantara perizinan berusaha yang dikelola oleh Lembaga OSS yang bekerja sama dengan menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati / wali kota sebagai pejabat-pejabat yang berwenang menerbitkan izin.
Jenis perizinan berusaha yang diurus melalui OSS terbagi menjadi Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional.
2. HUKUM PERTANAHAN
Materi ini terdiri atas:
I. HukumAgraria
II. Sistem Kepemilikan Lahan
III. Sistem Pendaftaran Tanah di Indonesia
3.
4. I. Hukum Agraria
A. Sejarah Hukum Tanah Nasional
B. Ketentuan-ketentuan Pokok
Hukum Tanah Nasional
C. Politik Hukum Pertanahan
Nasional
D. Ruang Lingkup HukumAgraria
5. A. Sejarah Hukum Tanah Nasional
Hukum Tanah Lama (sebelum UUPA 1960)
• Hukum Tanah Adat
• Hukum Tanah Barat
• Hukum Tanah Antargolongan
• Hukum Tanah Administrasi
• Hukum Tanah Swapraja
Ketentuan
Pokok
Ketentuan
Pelengkap
Hukum Tanah Baru (Hukum Tanah Nasional)
Mengandung
pluralisme
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 mengenai Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA)
6. B. Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum
Tanah Nasional
Hukum Tanah Barat tertulis
dalam Kitab Undang-undang
Hukum Perdata
(KUH Perdata)
Hukum Tanah Adat
Hukum
Tanah
Nasional
Undang-undang No.
5 Tahun 1960
tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok
Agraria (”UUPA”)
7. C. Politik Hukum Pertanahan Nasional
Apa tujuan yang
hendak dicapai
Negara?
Apa sarana yang
hendak digunakan
Negara?
Pasal 33
ayat (3)
UUD 1945
“Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”
dibentuk UUPA
8. Sarana yang Digunakan Negara
Pasal 2 jo. Pasal
15 UUPA
Pasal 6 UUPA
• Kewenangan Negara untuk mengatur:
a. perencanaan;
b. peruntukan;
c. penugasan;
d. penggunaan; dan
e. pemeliharaan tanah
• Pengaturan fungsi sosial tanah yang diwujudkan
dalam peruntukan tanah dalam kepentingan
bersama berupa Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW)
9. D. Ruang Lingkup Hukum Agraria
Dalam Arti Luas
Dalam Arti Sempit
Hukum Agraria merupakan bidang hukum positif
yang mengatur unsur-unsur sumber daya alam yang
merupakan satu kesatuan atas suatu bidang tanah.
Sumber daya alam tersebut meliputi bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
termasuk ruang angkasa.
Hukum Agraria adalah Hukum Tanah atau Hukum
Pertanahan yang merupakan bidang hukum positif
yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah.
10.
11. II. Sistem Kepemilikan Lahan
A. Pengertian Penguasaan atas
Tanah dalam Hukum Tanah
Nasional
B. Jenis-jenis Hak atas Tanah
dalam Hukum Tanah Nasional
C. Subjek Hak atas Tanah
D. Karakteristik Hak atas Tanah
E. Sistem Pendaftaran Tanah di
Indonesia
F. Penyelenggaraan Pendaftaran
Tanah
12. A. Pengertian Penguasaan atas Tanah
dalam Hukum Tanah Nasional
Hak penguasaan atas tanah berisikan
serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau
larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat
sesuatu mengenai tanah yang dihaki
Penguasaan atas tanah
secara fisik dan yuridis
13. B. Jenis-jenis Hak Tanah dalam Hukum Tanah
Nasional
Hak Menguasai
dari Negara
Primer
Diberikan oleh
Negara
HM
HGB
HGU
HP
Sekunder
Bersumber dari
pihak lain
HGB/HP
HM
HGB/HP
HPL
Hak-hak
Perorangan
Hak Ulayat
Hak Lainnya
14. 1. Hak Menguasai dari Negara
(Pasal 2 ayat (1) dan (2) UUPA)
Bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu
pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat.
Hak menguasai dari Negara memberi wewenang untuk:
1. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
2. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi, air dan ruang angkasa;
3. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
15. 2. Hak-hak Individual
Hak yang memberi wewenang untuk memakai
tanah yang diberikan kepada orang dan
badan hukum
Meliputi:
a. Hak Primer
b. Hak Sekunder
c. Hak Lainnya
16. Hak-hak atas tanah primer
yaitu hak-hak atas tanah
yang diberikan oleh Negara
Jenis Hak
atas
Tanahnya:
1.) Hak Milik
- Pasal 20-27 UUPA
2.) Hak Guna Usaha
- Pasal 28-34 UUPA
- Pasal 2-18 PP No. 40/1996
3.) Hak Guna Bangunan
- Pasal 35-40 UUPA
- Pasal 19-38 PP No. 40/1996
4.) Hak Pakai
- Pasal 41-43 UUPA
- Pasal 39-58 PP No. 40/1996
a. Hak Primer
17. b. Hak Sekunder
Jenis Hak
atas
Tanahnya:
1.) Hak Guna Bangunan
- Pasal 37 UUPA
- Pasal 24 PP No. 40/1996
2.) Hak Pakai
- Pasal 41 UUPA
- Pasal 44 PP No. 40/1996
3.) Hak Sewa
- Pasal 44-45 dan 53 UUPA
4.) Hak Usaha Bagi Hasil
- Pasal 53 UUPA
5.) Hak Gadai atas Tanah
- Pasal 53 UUPA
6.) Hak Menumpang
- Pasal 53 UUPA
Hak-hak atas tanah yang
bersumber pada hak pihak
lain.
18. c. Hak Lainnya
Hak-hak atas tanah
lainnya yang memberi
sebagian wewenang
maupun tidak
memberi wewenang
secara langsung
kepada pemegang
haknya.
Jenis Hak
atas
Tanahnya
1.) Hak atas Tanah Wakaf
2.) Hak Milik atas Satuan Rumah
Susun
3.) Hak Tanggungan
19. C. Subjek Hak atas Tanah
Pasal 4 UUPA
• (1) Atas dasar hak menguasai dari
Negara ........ tanah, yang dapat
diberikan kepada dan dipunyai
oleh orang-orang, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama
dan badan-badan hukum.
20. D. Karakteristik Hak atas Tanah
Hak Milik
• Khusus bagi individu berkewarganegaraan Indonesia (WNI);
*Pasal 21 ayat (1) & (4) UUPA
• Hak turun temurun yang dapat diwariskan, terkuat dan
terpenuh atas tanah; *Pasal 20 ayat (1)UUPA
• Dapat beralih (karena hukum) dan dialihkan (karena
pemindahan hak); *Pasal 20 ayat (2)UUPA
• Dapat dibebani dengan Hak Baru (Hak atas Tanah Lainnya);
*Pasal 24 UUPA
• Dapat dibebani Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan
utang; *Pasal 25 UUPA
• Dapat diwakafkan. *Pasal 49 UUPA
21. • Khusus diberikan kepada orang dan badan hukum Indonesia;
• Penggunaannya untuk pertanian, perikanan dan peternakan;
• Jangka waktu yang diberikan paling lama 35 tahun, dapat
diperpanjang paling lama 25 tahun dan dapat diperbaharui
paling lama 35 tahun.
Hak Guna Usaha
Hak Guna
Bangunan
• Khusus diberikan kepada orang dan badan hukum Indonesia;
• Penggunaannya untuk membangun bangunan di atas tanah
pihak lain;
• Jangka waktu yang diberikan paling lama 30 tahun, dapat
diperpanjang paling lama 20 tahun dan dapat diperbaharui
paling lama 30 tahun.
22. Hak Pakai
• Khusus diberikan kepada: (i) orang Indonesia dan badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia, (ii) Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen
dan Pemerintah Daerah, (iii) Badan-badan keagamaan dan sosial, (iv)
Orang asing yang berkedudukan di Indonesia, (v) Badan hukum asing
yang memiliki perwakilan di Indonesia, (vi) Perwakilan negara asing
dan perwakilan badan internasional;
• Penggunaannya untuk membangun bangunan atau usaha pertanian di
atas tanah pihak lain;
• Jangka waktu yang diberikan paling lama 25 tahun, dapat
diperpanjang dan diperbaharui dengan jangka waktu yang tidak
ditentukan selama tanahnya digunakan untuk keperluan tertentu.
23. Hak ini dapat digunakan oleh (1) Warganegara Indonesia,
(2) Badan Hukum Indonesia, (3) Warganegara asing yang
berkedudukan di Indonesia dan (4) Badan hukum asing
yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
Jangka waktunya berdasarkan perjanjian, dengan
memeperhatikan Pasal 26 ayat 2 UUPA
Hak Sewa
24.
25. E. Sistem Pendaftaran Tanah di
Indonesia
Sistem pendaftaran: REGISTRATION OF TITLE
Sistem publikasi negatif dengan UNSUR-UNSUR POSITIF
(Penjelasan: PP No. 10/1961 dan PP No. 24/1997).
PENDAFTARAN PERTAMA
KALI
Pendaftaran hak pertama kali pada
Daftar Umum di Kantor Pertanahan
atau
dikenal juga dengan
“REGISTRATION OF TITLE” atau
disebut juga
“REGISTRATION OF RIGHT”
PENDAFTARAN PERALIHAN
HAK
Pendaftaran peralihan hak atau
pendaftaran akta pada Daftar
Umum di Kantor Pertanahan
dikenal dengan
“REGISTRATION OF DEED”.
26. SISTEM PUBLIKASI POSITIF
i. Menggunakan sistem pendaftaran
hak (Registration of Title);
ii. Menggunakan daftar umum yang
mempunyai kekuatan bukti;
iii. Perlindungan hukum diberikan
kepada orang yang beritikad baik
dalam memperoleh hak dan orang
dianggap sebagai pemegang hak sah,
meskipun orang yang mengalihkan
hak ternyata bukan orang yang
sebenarnya berhak.
SISTEM PUBLIKASI NEGATIF
i. Menggunakan sistem pendaftaran
akta (Registration of Deeds)
ii. Menggunakan daftar umum yang
tidak mempunyai kekuatan bukti;
iii. Perlindungan hukum diberikan
kepada pemegang hak yang
sebenarnya, meskipun terdapat
tindakan pelanggaran hukum oleh
orang lain yang mengalihkan hak
orang tersebut.
(Cont’d)
27. SISTEM PUBLIKASI POSITIF
Diberikan kekuatan bukti mutlak yang berlaku
terhadap semua orang pada
“SISTEM TORRENS”
di Australia
KEUNTUNGAN
SISTEM PUBLIKASI POSITIF
Terjaminnya kepastian pemegang hak,
yang terdaftar dalam daftar umum;
Pemegang hak, yang terdaftar dalam
daftar umum tidak dapat diganggu
gugat (mutlak, meskipun oleh
pemegang hak yang sebenarnya)
KELEMAHAN
SISTEM PUBLIKASI POSITIF
Pendaftaran suatu hak atas tanah atas
nama seseorang yang tidak berhak
dalam daftar umum, menghapus hak
dari pemegang hak yang sebenarnya.
(Cont’d)
28. SISTEM PUBLIKASI NEGATIF
KEUNTUNGAN
SISTEM PUBLIKASI NEGATIF
Perlindungan hukum diberikan kepada
pemegang hak yang sebenarnya,
walaupun pemegang hak sebenarnya
tersebut tidak terdaftar dalam daftar
umum.
KELEMAHAN
SISTEM PUBLIKASI NEGATIF
Pemerintah tidak menjamin kebenaran
dari isi daftar umum yang
diselenggarakan;
Pemegang hak yang terdaftar dalam
daftar umum tidak dilindungi haknya
oleh negara, apabila pemilik tanah
sebenarnya menuntut hak atas
tanahnya.
(Cont’d)
29. SISTEM PENDAFTARAN TANAH
INDONESIA
Pendaftaran akta (Registration of Deed)
dengan sistem publikasi negatif yang
mengandung unsur positif
(Cont’d)
INDIKATOR NEGATIF
Pemegang hak yang tercantum dalam daftar
umum/buku tanah/sertipikat hak, dapat
digugat oleh pemilik tanah sebagai
pemegang hak sebenarnya, walaupun
pemegang hak sebenarnya tidak terdaftar
dalam daftar umum/buku tanah.
INDIKATOR POSITIF
Pihak ketiga tidak dapat menuntut tanah
yang sudah bersertifikat atas nama orang
atau badan hukum, jika selama 5 (lima)
tahun sejak dikeluarkan sertifikat, apabila
tidak mengajukan keberatan secara tertulis
kepada pemegang sertifikat tanah dan
Kantor Pertanahan ataupun mengajukan
gugatan ke Pengadilan mengenai
penguasaan tanah dan penerbitan sertifikat
tersebut. * Pasal 32 ayat (2) PP No. 24 Tahun
1997
30. F. Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah
1. Tujuan Pendaftaran Tanah
Memberikan kepastian hukum dan perlindungan
hukum kepada pemegang haknya
Memberikan keterangan yang dipercayai kebenarannya
oleh yang berkepentingan
Demi terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
31. 2. Objek Pendaftaran Tanah
Objek pendaftaran tanah dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (“PP No. 24/1997”):
Hak atas Tanah:
Hak Milik;
HGU
HGB
Hak Pakai
Tanah Hak
Pengelolaan;
Tanah Wakaf
Tanah Negara
Hak Tanggungan
Hak Milik atas
Satuan Rumah Susun
32. 3. Kegiatan Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah
untuk pertama kali
Pendaftaran Tanah
Pemeliharaan data
pendaftaran tanah
33. Pasal 1 ayat (1) PP No. 24/1997:
“Pendaftaran tanah adalah rangkuman kegiatan yang dilakukan
oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan
teratur, meliputi pengumpulan pengolahan, pembukuan dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam
bentuk peta dan daftar menjadi bidang-bidang Tanah yang sudah
ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak
tertentu yang membebaninya. “
34. a. Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali
Kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap objek
pendaftaran tanah yang belum pernah didaftar berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran
Tanah (“PP No. 10/1961”) dan PP No. 24/1997. Dalam Pasal 1
angka 9 PP No. 24/1997 yang berlaku saat ini, yaitu:
Meliputi:
1) Kegiatan Di Bidang Fisik
2) Kegiatan Di Bidang Yuridis
3) Penerbitan Tanda Bukti Hak
35. 1.) Kegiatan Di Bidang Fisik
Di bidang fisik tanahnya
atau teknis kadastral
Berupa
kegiatan:
a) Pengumpulan data fisik (penetapan
letak, batas, luas, dan pemberian
tanda batas);
b) Pengukuran dalam pembuatan peta
dan surat ukur;
c) Pencatatan data yuridis dalam buku
tanah; dan
d) Pemberian nomor urut tahunan
dan tahun penerbitan pada surat
ukur.
36. 2.) Kegiatan Di Bidang Yuridis
Di bidang yuridis, yaitu
mengenai hubungan
hukum dengan
tanahnya atau pihak
ketiga
Berupa
kegiatan:
a) Pengumpulan data yuridis (berupa
jenis haknya, pemegang hak serta
keberadaan pihak ketiga yang
membebaninya); dan
b) Pencatatan data yuridis dalam buku
tanah.
37. 3.) Kegiatan Penerbitan Tanda Bukti Hak
Pemberian dokumen
tanda bukti hak
kepada pemegang
hak atas tanah
Berupa
kegiatan:
a) Penerbitan sertifikat sebagai tanda
bukti hak; dan
b) Penyerahan sertifikat kepada
pemegang haknya.
38. b. Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah
Kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik
dan yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar
nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat dengan
perubahan-perubahan yang terjadi kemudian ( Pasal 1 angka
12 PP No. 24 Tahun 1997)
Pendaftaran tanah wajib didaftarkan pada PPAT (Pasal 37 UU
No. 24/1997)
Meliputi:
1) Perubahan Haknya
2) Perubahan Subjeknya
3) Perubahan Tanahnya
39. 1.) Perubahan Haknya
Perubahan terjadi
apabila dibebani Hak
Tanggungan dan Hak
atas Tanah yang baru
Berupa
kegiatan:
a) Pencatatan Hak Tanggungan pada
Buku Tanah dan pembuatan
sertifikat Hak Tanggungan; dan
b) Pembuatan akta pemberian hak
baru oleh PPAT, pendaftaran di
BPN setempat dan pembuatan
sertifikat Hak Barunya.
40. 2.) Perubahan Subjeknya
Perubahan terjadi
karena adanya
pengalihan hak Berupa:
a) Pengalihan hak karena hukum akibat
pewarisan wajib didaftarkan dalam
Buku Tanah dan Sertifikat atas nama
Ahli Waris; dan
b) Pengalihan hak karena jual beli,
tukar menukar, hibah, inbreng dan
lainnya dibuatkan akta PPAT yang
didaftarkan pada BPN.
41. 3.) Perubahan Tanahnya
Perubahan terjadi
karena adanya
pemisahan,
pemecahan dan
penggabungan bidang
tanah
Kegiatannya
Berupa:
a) Pemisahan dilakukan terhadap
Hak Milik atas sebagian luas
tanah dan dibuatkan surat ukur
dan sertifikat Hak Milik oleh BPN
setempat;
b) Pemecahan dilakukan terhadap
tanah Hak Baru atas sebagian
luasnya; dan
c) Penggabungan dilakukan bagi
tanah Hak Baru atas total
luasnya yang digabungkan
dengan Hak Baru yang lainnya.
42. Leks&Co
Menara Palma 17 Floor,
Suite17-02B
Jl. H. R. Rasuna Said Blok X2
Kav.6
Kuningan, Jakarta 12950,
Indonesia
T. +62 21 5795 7550
F. +62 21 5795 7551
www.lekslawyer.com