SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
JURNAL PSIKOLOGI
VOLUME 38, NO. 2, DESEMBER 2011: 147 – 163
JURNAL PSIKOLOGI 147
Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres dan
Keluhan Tukak Lambung pada Penderita
Tukak Lambung Kronis
Tri Subekti1
Muhana Sofiati Utami2
Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Abstract
Individual disability to manage stress results the body become susceptible to diseases so that some
physical disorders like gastritis enable to see. Gastritis represent one of psychosomatic disorders, a
physiological disorder caused by a major psychological factor, stress as a common. This research is
aimed to test the relaxation method that is used to lessen stress and the sigh of gastritis pain for the
patients of chronic gastritis. The research applies the single case experimental design. Subjects of the
research are three women who get treatment of Imagery Relaxation Therapy and Muscle Relaxation
Therapy for three times. Then, they are monitored by self monitoring for 3 weeks. The instruments
used in this experiment are Scale of Stress compiled by Prawitasari (1989), and Sigh of Gastritis
Pain Scale adapted from Sigh of Physical Gastritis Scale compiled by Sutrisno (1998). The data
analysed in manual through some visual inspection to compare the level of stress and sigh of gastritis
pain of each subject among the baseline, treatment and follow-up. Results showed that there is
decreases of stress and sigh of gastritis pain of the subjects. They also showed clinical significancy.
Keyword : patient, stress, psychosomatic, gastritis, relaxation
Salah1 satu penyakit pasien yang bero-
bat ke sebuah Puskesmas di Sleman Yogya-
karta pada tahun 2005 adalah penyakit
tukak lambung yang menempati urutan ke-
7 dalam kategori 10 besar penyakit pasien
rawat jalan di wilayah tersebut. Jika dilihat
dari kategori penyakit tidak menular,
penyakit tukak lambung menempati urutan
ke-4. Jumlah kunjungan pasien penyakit
tukak lambung yang berobat ke sebuah
Puskesmas di Sleman meningkat sebanyak
hampir 600% sejak tahun 2002- 2005, dari
58 kasus menjadi 651 kasus (Laporan
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dila-
kukan melalui: becky_indonesia@yahoo.co.id
2 Atau melalui: muhana@ugm.ac.id
Tahunan 10 Besar Penyakit, 2005). Penga-
laman peneliti selama melaksanakan Prak-
tek Kerja Profesi di Puskesmas tersebut
menunjukkan bahwa pasien penyakit tukak
lambung yang datang rata-rata tiga orang
perhari. Kondisi pasien rata-rata sudah
mengalami penyakit tukak lambung selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Penyakit tukak lambung dapat dikla-
sifikasikan berdasarkan lamanya gejala.
Tjokronegoro (1999) menyatakan tukak
lambung dapat digolongkan menjadi dua
yaitu (1) tukak lambung akut dan (2) tukak
ambung kronis. Penyakit tukak lambung
kronis sangat mengganggu kinerja penderi-
tanya karena menimbulkan rasa pedih dan
SUBEKTI & UTAMI
JURNAL PSIKOLOGI148
terbakar di ulu hati, mual, muntah, rasa
panas di perut, rasa kembung dan perasaan
cepat kenyang (Sutrisno, 1998). Selain
mengganggu kinerja, tukak lambung juga
dapat mengakibatkan kematian (Lachman,
1972). Terapi medis yang selama ini dilaku-
kan kepada pasien tukak lambung kronis
yang sering mengalami kekambuhan tidak
menguntungkan secara ekonomi. Selain itu
efek samping penggunaan obat dalam
jangka panjang dapat merusak organ
tubuh, hal ini juga merupakan permasa-
lahan kesehatan yang menyertainya.
Penyakit tukak lambung atau ulkus
lambung atau tukak dalam istilah kedok-
teran disebut dyspepsia merupakan luka
pada lambung berupa peradangan atau
iritasi mukosa lambung atau infiltrasi din-
ding lambung (Crow & Crow, 1963). Bebe-
rapa faktor yang menyebabkan penyakit
tukak lambung: (1) faktor konstitusi atau
pembawaan, yaitu suatu gen yang diturun-
kan secara autosomal, (2) faktor lingkungan,
yaitu rangsangan dan kehilangan sel epitel
secara terus-menerus oleh zat-zat tajam
seperti alkohol, rokok, obat-obatan tertentu
yang diminum secara terus-menerus dan
makanan yang mengiritasi mukosa lam-
bung. Selain itu dapat juga disebabkan oleh
serangan pada mukosa lambung karena
sekresi asam hidroklorida yang berlebihan,
(3) faktor bakteri, yaitu bakteri berbentuk
spiral dan tahan hidup di lambung manu-
sia (helicobacter pylori), (4) faktor efek sam-
ping obat (Tasminatun, 2004; http://www.
medicinenet.com/dyspepsia/page10.htm, 2006).
Pemakaian obat-obatan tertentu dalam
jangka panjang beresiko mengakibatkan
penyakit tukak lambung karena obat-obat
tersebut mengiritasi dinding lambung dan
menyebabkan mukosa pelindung lambung
menjadi tipis sehingga lebih mudah terlu-
ka, dan (5) faktor sosial, yaitu situasi yang
penuh stres psikologis. Suatu pengamatan
terhadap seorang pasien yang menderita
fistula pada lambungnya sehingga peru-
bahan-perubahan pada lambung dapat
diamati, ternyata mengalami peningkatan
produksi asam lambung saat dihadapkan
pada situasi yang menegangkan yang
menimbulkan perasaan cemas. (Sheridan &
Radmacher, 1992; Syam, 2006).
Timbulnya penyakit tukak lambung
dipicu oleh stres yang berkepanjangan
(http://www.hanyawanita.com/product/
knowledge/mylanta/, 2006). Menurut Syam
(2006) secara umum 80 persen penyakit
tukak lambung termasuk jenis fungsional,
yaitu tidak diakibatkan kelainan pada sa-
luran pencernaan melainkan disebabkan
oleh stres, kurang tidur, dan beban peker-
jaan. Duapuluh persen sisanya termasuk
organik, yaitu ada kelainan pada organ
pencernaan, seperti luka pada lambung
atau kerongkongan.
Stres yang berkepanjangan ini muncul
karena gaya hidup saat ini yang serba cepat
akibat tuntutan hidup dan tuntutan kerja,
misalnya mobilitas yang tinggi maupun
beban kerja yang dirasakan berat. Gaya hi-
dup tersebut membuat individu selalu
berada dalam ketegangan sehingga beraki-
bat pada munculnya stres. Selain itu pola
makan yang tidak teratur dan mengkon-
sumsi makanan instan sebagai akibat pola
hidup serba cepat juga merupakan salah
satu pencetus penyakit tukak lambung
(http://www.indomedia.com/sripo/2003/08/26/2
608gay6.htm, 2006; Syam, 2006).
Stres merupakan reaksi fisiologis yang
umum dari tubuh terhadap tekanan-tekan-
an yang mengenainya (Selye dalam
Zimbardo & Gerrig, 1996), misalnya rasa
cemas yang berlebihan menyebabkan indi-
vidu sering buang air kecil. Pestonjee (1992)
menyatakan bahwa stres adalah suatu kon-
disi organisme yang timbul dari interaksi
dengan lingkungannya. Stres menunjukkan
suatu perubahan fisik yang luas yang
dipicu oleh berbagai faktor psikologis mau-
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG
JURNAL PSIKOLOGI 149
pun fisik atau kombinasi dari keduanya.
Selye (dalam Zimbardo & Gerrig, 1996)
menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan
stres fisiologis setelah terjadi peritiwa yang
dianggap mengancam atau membahaya-
kan, yaitu :
1. Tahap Reaksi Tanda Bahaya
Tubuh menerima tanda bahaya yang
disampaikan oleh pancaindera dan siap
untuk menentang bahaya yang mengan-
cam. Kesiapan tubuh tampak melalui res-
pon fisiologis yang bersifat otomatis antara
lain otot yang mengencang dan menegang,
darah dipompa ke jantung dengan lebih
kuat sehingga dada berdebar-debar, keri-
ngat keluar lebih banyak, ataupun mata
memandang dengan lebih waspada. Hipo-
thalamus dapat berperan ganda dalam
kondisi bahaya yaitu mengontrol sistem
syaraf otonom dan mengaktifkan kelenjar
pituitary. Dalam kondisi stres, sistem syaraf
simpatetis bekerja. Respon yang terjadi
adalah dilatasi pupil, produksi saliva
terhambat, jantung berdetak lebih keras,
dilatasi paru-paru, fungsi digestif dari
pencernaan dan sekresi adrenalin menurun
(Prokop, 1991; Zimbardo & Gerrig,1996).
Apabila keadaan seseorang sudah tidak
mengalami stres maka kerja sistem syaraf
simpatetis menurun, pada saat ini sese-
orang mulai rileks. Selanjutnya yang beker-
ja adalah sistem syaraf parasimpatetis.
Setelah tahap pertama kemudian timbul
tahap kedua (Zimbardo & Gerrig, 1996).
2. Tahap Penolakan
Setelah bahaya dianggap hilang, tubuh
menjadi rileks dan kembali ke keadaan
semula. Pada tahap ini biasanya individu
menggunakan segala cara untuk mengatasi
bahaya yang dihadapinya dan biasanya
individu berhasil memperoleh adaptasi
yang sesuai. Bila reaksi-reaksi ini selalu
diulang atau sering diulang maupun bila
pengatasannya gagal maka individu mulai
masuk ke tahap selanjutnya, yaitu tahap
kelelahan.
3. Tahap Kelelahan
Pada saat ini penolakan mulai menu-
run, kerusakan fisiologis mulai muncul,
dan tubuh menjadi rentan terhadap penya-
kit, demikian pula organ tubuh mulai
cedera.
Ketiga tahap ini disebut General Adap-
tive Syndrome (GAS). GAS bersifat adaptif
karena selama tahap reaksi tanda bahaya,
tahap penolakan, dan tahap kelelahan indi-
vidu dapat menyelesaikan dan bertahan
dari efek yang tidak menyenangkan. Pene-
rapan GAS telah diketahui dapat menjelas-
kan gangguan yang disebut psikosomatis.
Hal ini membuat para dokter yang sebe-
lumnya tidak menyadari bahwa stres meru-
pakan penyebab penyakit menjadi terka-
gum-kagum (Prokop, 1991; Zimbardo &
Gerrig, 1992).
Merujuk pada General Adaptive Syn-
drome yang dikemukakan Selye di atas,
dapat dipahami bahwa pada tahap pertama
terjadi ketegangan. Pada tahap ini seluruh
organ tubuh dalam keadaan siaga mengha-
dapai stresor. Keadaan siaga atau tegang
merupakan umpan balik yang dikirim ke
sistem syaraf pusat. Umpan balik ini meru-
pakan stimulus yang menambah kecemas-
an dan ketegangan. Selanjutnya tahap ke-
dua adalah tahap dimana seseorang mela-
kukan upaya untuk mengatasi ketegangan-
nya dengan melakukan coping. Pada bebe-
rapa orang, coping dapat berhasil namun
pada sebagian orang yang lain tidak ber-
hasil melakukan coping. Pengulangan atas
kegagalan melakukan coping berakibat pa-
da berlanjutnya proses ini ke tahap ketiga
yaitu kelelahan. Pada tahap ketiga mulai
terjadi kelelahan organ tubuh, kerentanan
organ sehingga muncul gangguan fisiologis
(Zimbardo & Gerrig, 1992; Taylor, 1995).
SUBEKTI & UTAMI
JURNAL PSIKOLOGI150
Salah satu bentuk gangguan fisiologis yang
dapat timbul pada tahap ketiga ini adalah
penyakit tukak lambung.
Kelelahan, kerentanan tubuh terhadap
penyakit, kerusakan fisiologis, maupun
timbulnya cedera pada organ tubuh yang
terjadi pada tahap ketiga akan terus
berlanjut menimbulkan kerusakan semakin
parah bila tidak dihentikan. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemutusan rantai pada
tahap ini agar kelelahan dan kerusakan
organ tidak semakin parah. Relaksasi dapat
memutus rantai proses tersebut dengan
cara memutuskan rantai yang terjadi pada
tahap ketiga agar individu yang sedang
tegang dapat melakukan penyantaian
sejenak. Dalam kondisi santai aktivitas sis-
tem syaraf simpatetis menurun dan digan-
tikan dengan kerja sistem syaraf parasim-
patetis, sehingga seluruh organ tubuh
kembali dalam keadaan rileks. Berarti de-
ngan relaksasi individu dapat mengontrol
ketegangan dan mencegah ketegangan ber-
tahan pada tahap ketiga. Apabila relaksasi
dapat memutus rantai tersebut maka stres
dan keluhan tukak lambung dapat
berkurang (Sheridan & Radmacher, 1992;
Taylor, 1995; Zimbardo & Gerrig, 1992) .
Relaksasi merupakan salah satu inter-
vensi psikologis yang dapat diterapkan
pada gangguan psikosomatis, antara lain
sakit kepala (migren), arthritis, penyakit
pernafasan (asma), hipertensi, insomnia,
diabetes dengan ketergantungan insulin,
demikian pula untuk gangguan psikologis
seperti phobia dan stres. Relaksasi juga
terbukti lebih cocok untuk intervensi gang-
guan panik karena lebih dapat mengontrol
keadaan dan fungsi psikologis dibanding-
kan terapi kognitif (Kazdin, 1994; Beck,
Stanley, Baldwin, Deagle, dan Averill,
2001).
Intervensi psikologis mulai dipilih
sebagai alternatif terapi psikosomatis khu-
susnya penyakit tukak lambung karena
inkonsistensi atas bukti pengobatan yang
biasanya diberikan pada pasien dan adanya
efek samping yang sama banyaknya de-
ngan jenis terapi yang diberikan. Intervensi
medis yang selama ini diberikan pada
pasien tukak lambung yaitu pembedahan,
diet dan terapi obat. Meskipun 20% pasien
tukak lambung di Amerika menjalani pem-
bedahan namun intervensi ini sangat mahal
dan tidak menjamin kesembuhan tukak
secara total bahkan seringkali menimbul-
kan efek samping. Misalnya tindakan
vagotomy yang bertujuan mengurangi
sekresi asam lambung menimbulkan efek
samping terganggunya proses pengosong-
an lambung menuju usus dua belas jari
(Prokop, 1991; Sonnenberg dalam Prokop,
1991).
Pengobatan yang biasa dilakukan pada
tukak lambung adalah pemberian antasid
dan obat-obatan yang menghambat sekresi
asam lambung. Namun terdapat penelitian
yang membandingkan efektivitas terapi
farmasi dengan obat placebo membuktikan
hasilnya tidak konsisten. Pilihan obat baru
berupa cimetidine dan ranitidine yang ber-
fungsi menghambat sekresi asam lambung
dengan cara menghambat reseptor hista-
min berefek samping kekacauan mental
dan perubahan dada pada pria. Terapi lain
berupa diet menggunakaan makanan lunak
seperti susu, keju yang lunak, dan daging
halus. Namun susu atau krim justru me-
ningkatkan sekresi asam lambung (Prokop,
1991) sehingga terapi ini kurang efektif
untuk mengatasi tukak lambung. Terapi
medis yang disebutkan di atas hasilnya ku-
rang memuaskan dan tidak dapat menga-
tasi penyebab sebenarnya dari penyakit
tukak lambung yang merupakan gangguan
psikosomatis yaitu stres. Oleh sebab itu,
pada penelitian ini akan dilakukan inter-
vensi psikologis yaitu relaksasi.
Relaksasi merupakan teknik mengu-
rangi ketegangan dan kecemasan dengan
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG
JURNAL PSIKOLOGI 151
latihan melemaskan otot tubuh pada saat
dibutuhkan. Tujuan relaksasi diberikan
kepada pasien tukak lambung adalah un-
tuk memberikan sebuah teknik mengem-
bangkan perasaan rileks ketika pasien
mengalami serangan rasa sakitnya. Setelah
melakukan latihan relaksasi beberapa sesi
maka seseorang akan mampu menjadi
rileks dengan relatif lebih cepat dan waktu
yang singkat bahkan tanpa bantuan terapis
(Kazdin, 1994).
Penelitian sebelumnya tentang manfaat
relaksasi telah dilakukan di Indonesia
(Prawitasari, 1989; Utami, 1991; Sutrisno,
1998). Demikian halnya di luar negeri pene-
litian tentang relaksasi juga telah banyak
dilakukan, antara lain penelitian Dendato
dan Diener (1986) tentang terapi relaksasi
dan kognitif yang terbukti efektif mengu-
rangi kecemasan meskipun tidak mening-
katkan prestasi akademik pada remaja.
Efek relaksasi juga telah diteliti oleh
beberapa ahli pada psikologi kesehatan
yaitu Relaksasi Otot Progresif dan Relak-
sasi Imajeri Terpandu efektif mengurangi
efek samping chemotherapy seperti cemas,
depresi, mual, dan meningkatnya tekanan
darah pada pasien kanker (Lyles, Burish,
Krozely, & Oldham, 1982).
Relaksasi juga terbukti efektif menu-
runkan tekanan darah sistolik pada pende-
rita hipertensi, dalam hal ini terapi
relaksasi kelompok lebih efektif daripada
terapi relaksasi kelompok yang disertai
dengan perjanjian konsekuensi jika terjadi
pelanggaran aturan misalnya lupa tidak
melakukan latihan. Sebagai terapi komple-
menter, relaksasi terbukti efektif menurun-
kan tekanan darah sistolik pada penderita
hipertensi ringan (Lichstein, Hoelscher &
Rosenthal, 1986; Yung, French, & Leung,
2001).
 diputus
Stresor sehari-hari
(situasi mengancam, fisik, situasi
bising, dll)
Tegang/Stres
(Pupil mata membesar, jantung
berdebar-debar, otot menegang)
Menolak ketegangan /melakukan
coping adaptif
COPING
ADAPTIF
BERHASIL
NYAMAN
COPING TIDAK
BERHASIL
Tahap Kelelahan
Tubuh rentan terhadap penyakit,
organ tubuh yang lemah cedera
(migren, tukak lambung, sakit
punggung, dll)
Relaksasi
Melakukan penyantaian.
Memutus rantai proses agar
ketegangan tidak terus-
menerus berada pada tahap
kelelahan. Tubuh kembali
rileks, kerja syaraf simpatetis
digantikan syaraf
parasimpatetis.
Gambar 1. Dasar kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini
SUBEKTI & UTAMI
JURNAL PSIKOLOGI152
Stresor sehari-hari dapat menimbulkan
ketegangan. Ketegangan dapat dikenali
melalui reaksi fisiologis seperti jantung
berdebar, pupil membesar dan otot
menegang. Individu akan berusaha untuk
menghadapi ketegangan tersebut dengan
melakukan coping. Bila coping berhasil
maka individu akan kembali ke keadaan
normal atau rileks tanpa ketegangan.
Sebaliknya, apabila coping tidak berhasil
maka tubuh akan mengalami kelelahan
akibat syaraf simpatetis bekerja terus-
menerus sehingga muncul gangguan fisik.
Relaksasi diberikan untuk menghentikan
ketegangan agar tidak terus-menerus,
sehingga kelelahan yang dialami tubuh
tidak berlanjut. Relaksasi dapat digunakan
untuk memutuskan rantai ketegangan
karena dapat membuat tubuh mengalami
penyantaian dimana kerja syaraf simpatetis
digantikan oleh syaraf parasimpatetis
sehingga seluruh organ tubuh kembali ke
keadaan rileks. Dengan demikian kete-
gangan dapat dicegah agar tidak berada di
tahap kelelahan terlalu lama.
Teknik relaksasi banyak digunakan
untuk mengontrol rasa sakit, yang pada
awalnya dikembangkan untuk menangani
kecemasan berupa gangguan emosi. Apabi-
la teknik relaksasi diterapkan pada mana-
jemen penyakit, maka tujuannya adalah
untuk mengurangi kecemasannya sebab
kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit.
Oleh sebab itu relaksasi dapat menurunkan
kecemasan sehingga rasa sakit dapat ber-
kurang (Taylor, 1995).
Berdasarkan teori dan hasil penelitian
yang telah dikemukakan maka diajukan
hipotesis “Metode Relaksasi Dapat Menu-
runkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung
pada Penderita Tukak Lambung Kronis”.
Subjek dalam peneliltian ini diharapkan
mengalami penurunan taraf stres dan taraf
keluhan tukak lambung setelah diberi
intervensi relaksasi.
Metode
Penelitian ini menggunakan single case
experimental designs atau eksperimen
dengan subjek berjumlah sedikit. Subjek
dalam penelitian ini berjumlah tiga orang.
Secara skematis perlakuan yang diberikan
dapat digambarkan dalam Tabel 1:
Tabel 1
Desain Penelitian
Keterangan Hari ke- S1 S2 S3
Baseline Hari ke-1 sampai hari ke-4 O1 O1 O1
Terapi I : Hari ke-5 X1
O2
X1
O2
X1
O2
Terapi II : Hari ke-7 X2
O3
X2
O3
X2
O3
Terapi
Terapi III : Hari ke-9 X3
O4
X3
O4
X3
O4
Latihan mandiri Hari ke-10 sampai hari ke-25 O5 O5 O5
Tanpa terapi Hari ke-26 sampai hari ke-39 O6 O6 O6
Follow up Hari ke-40 sampai hari ke-47 O7 O7 O7
Keterangan : S : subjek
O: pengukuran / observasi
X : perlakuan
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG
JURNAL PSIKOLOGI 153
Subjek
Subjek diperoleh dengan cara pena-
waran relawan, dengan kriteria pria atau
wanita pasien tukak lambung yang dipicu
oleh stres bukan kerusakan organis yang
diketahui melalui seleksi menggunakan
wawancara skrining awal, telah menderita
tukak lambung minimal tiga bulan terakhir,
berusia dewasa sehingga dapat mengerja-
kan tugas-tugas yang diberikan selama
penelitian, dan tinggal di wilayah kerja
Puskesmas tempat penelitian. Jumlah sub-
jek tiga orang semuanya wanita.
Alat Peneltian
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1. Alat tulis untuk mencatat observasi
selama perlakuan
2. Tape perekam
3. Kaset rekaman relaksasi produksi Ba-
gian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi
UGM
4. Lembar self repport: Skala Keluhan Fisik
Tukak Lambung, Skala Ketegangan,
dan Catatan Harian Relasasi
5. Lembar Observasi
6. Pedoman Terapi Relaksasi
7. Pedoman Wawancara (saat skrining
awal, perlakuan, dan follow up).
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara
visual inspection, yaitu membandingkan ha-
sil pengukuran tingkat ketegangan dan
keluhan tukak lambung ketiga subjek pene-
litian. Tingkat ketegangan keluhan tukak
lambung dibandingkan antara hasil pengu-
kuran pada saat baseline, perlakuan, dan
follow up. Perbandingan tampak pada ke-
naikan atau penurunan yang disajikan
melalui tabel dan grafik (Barlow, 1984).
H a s i l
Hasil penelitian berikut ini disusun
berdasarkan data subjek yang diperoleh
dari pengisian Skala Ketegangan dan Skala
Keluhan Tukak Lambung yang dihitung
berdasarkan skor harian. Selain itu juga
didukung data kualitatif berupa hasil
wawancara skrining awal, Catatan Harian
Relaksasi, Catatan Observasi, diskusi sete-
lah latihan dan wawancara pada saat follow
up.
Tabel 2
Ringkasan Analisis Visual
Rerata Skor Selama Baseline, Terapi, Latihan Mandiri dan Follow up dan Selisih Rerata
Selama Terapi – Baseline, Latihan Mandiri – Terapi, dan Follow up – Latihan Mandiri
B T LM FU
Subjek Skala
M M
Selisih
T - B
M
Selisih
LM - T
M
Selisih
FU - LM
1 Stres
Keluhan Tukak Lambung
56,25
23,25
45
21,2
-11,25
-2,05
28,13
20,07
-16,87
-1,13
39,29
19,57
+11,16
-0,5
2 Stres
Keluhan Tukak Lambung
68,75
36
65
34,6
-3,75
-1,4
48,44
31,44
-16,56
-3,16
25
20,71
-23,44
-10,73
3 Stres
Keluhan Tukak Lambung
50
43,75
55
40,2
-5
-3,55
45,3
29,25
-9,7
-10,95
32,15
22,29
-13,15
-6,96
Keterangan : B = Baseline T = Terapi FU = Follow up Selisih = (-) turun
M = Rerata LM = Latihan Mandiri = (+) naik
SUBEKTI & UTAMI
JURNAL PSIKOLOGI154
Grafik1.ProfilSubyek1
Grafik2.ProfilSubyek2
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG
JURNAL PSIKOLOGI 155
Grafik3.ProfilSubyek3
Keterangan:
Harike-1sampaike-4:baseline
Harike-5sampaike-9:terapi
Harike-10sampaike-25:latihanmandiri
Harike-26sampaike-32:followup
SUBEKTI & UTAMI
JURNAL PSIKOLOGI156
Berdasarkan tabel 2 dan hasil visual
inspection dapat diketahui bahwa dua
subjek dalam penelitian ini mengalami
penurunan stres dan intensitas keluhan
tukak lambung sedangkan satu diantara-
nya justru mengalami kenaikan pada
pengukuran follow up.
Pada saat sebelum perlakuan, menun-
jukkan tidak terdapat perbedaan stres yang
nyata antara ketiga subjek. Perbedaan
tampak pada skor intensitas keluhan tukak
lambung, subjek 1 mendekati angka teren-
dah.
Dari tabel 2 tampak bahwa rerata
baseline stres subjek 1=56,25, subjek 2=68,75,
dan subjek 3=50. Rerata stres pada masa
terapi subjek 1=45, subjek 2=65 dan subjek
3=55. Rerata stres pada masa latihan man-
diri subjek 1=28,13, subjek 2=48,44 dan sub-
jek 3=45,3. Rerata stres pada pengukuran
follow up subjek 1=39,29, subjek 2=25 dan
subjek 3=32,15. Rerata baseline keluhan
tukak lambung subjek 1=23,25, subjek 2=36,
dan subjek 3=43,75. Rerata keluhan tukak
lambung pada masa terapi subjek 1=21,2,
subjek 2 =34,6 dan subjek 3=40,2. Rerata
keluhan tukak lambung pada masa latihan
mandiri subjek 1=20,07, subjek 2=31,44 dan
subjek 3=29,25. Rerata keluhan tukak
lambung pada pengukuran follow up subjek
1=19,57, subjek 2=20,21 dan subjek 3=22,29.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa rerata
stres subjek 1 pada saat terapi mengalami
penurunan 11,25, subjek 2=3,75, sedangkan
subjek 3=5. Pada saat latihan mandiri stres
subjek 1 mengalami penurunan sebesar
16,87, subjek 2=16,56, sedangkan subjek
3=9,7. Pada saat follow up rerata stres subjek
1 naik sebesar 11,16, subjek 2 mengalami
penurunan 23,44, sedangkan subjek 3
=13,25. Rerata penurunan intensitas keluh-
an tukak lambung saat terapi pada subjek
1=2,05, subjek 2=1,4, sedangkan subjek
3=3,55. Pada saat latihan mandiri rerata
penurunan intensitas keluhan tukak lam-
bung pada subjek 1=1,13, subjek 2=3,16,
sedangkan subjek 3=10,95. Rerata penurun-
an intensitas keluhan tukak lambung saat
follow up pada subjek 1=0,5, subjek 2=10,73,
sedangkan subjek 3=6,96.
Diskusi
Ketiga subjek dalam penelitian ini
menunjukkan penurunan stres dan keluhan
tukak lambung baik pada saat terapi,
latihan mandiri maupun pada saat follow
up. Adanya penurunan stres dan intensitas
keluhan tukak lambung menunjukkan
bahwa relaksasi yang diberikan sebagai
terapi maupun sebagai latihan mandiri (self
help) dapat menurunkan stres dan keluhan
tukak lambung. Hal ini sesuai dengan
penelitian Blanchard (1982) bahwa self help
relaksasi dapat mengatasi keluhan fisik.
Penurunan yang terjadi terbukti signi-
fikan secara klinis karena berdasarkan data
kualitatif yang diperoleh dengan wawan-
cara pada masa follow up terdapat perubah-
an positif dalam kehidupan sehari-hari
pada ketiga subjek. Signifikansi klinis
merupakan perubahan positif dalam kehi-
dupan sehari-hari subjek (Barlow, 1984;
Diekhoff, 2002). Setelah teknik relaksasi
diberikan sebagai terapi untuk mengem-
bangkan keterampilan subjek selama tera-
pi, subjek dapat mempraktekkan dan
menerapkan kemampuan tersebut ke da-
lam kehidupan sehari-hari untuk mengon-
trol perilaku dalam berbagai situasi
(Kazdin, 1994).
Hasil penelitian ini menguatkan pene-
litian sebelumnya bahwa relaksasi dapat
menurunkan ketegangan, keluhan tukak
lambung, menurunkan tekanan darah, dan
efektif sebagai terapi komplementer pada
penderita psikosomatis ringan (Prawitasari,
1989; Sutrisno, 1998 Utami, 1988; Dendato
& Diener, 1986; Lyles, Burish, Krozely, &
Oldham, 1982).
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG
JURNAL PSIKOLOGI 157
Keberhasilan terapi relaksasi dalam
penelitian ini tampak pada penurunan skor
stres dan keluhan tukak lambung. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan Taylor
(1995) bahwa tujuan penerapan teknik
relaksasi pada manajemen penyakit adalah
untuk mengurangi kecemasannya sebab
kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit.
Oleh sebab itu relaksasi dapat menurunkan
kecemasan sehingga rasa sakit dapat
berkurang.
Berdasarkan analisis visual dan pertim-
bangan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil terapi baik faktor yang mendukung
maupun menghambat, maka dapat disim-
pulkan bahwa diantara ketiga subjek yang
mengalami penurunan stres dan keluhan
tukak lambung paling besar adalah subjek
3. Subjek 3 melakukan relaksasi setiap hari
sehingga frekuensinya memenuhi jumlah
minimal yang diharapkan. Penurunan yang
dialami sangat tampak karena terjadi
penurunan stres maupun keluhan tukak
lambung. Walaupun pada hari ke-12 sam-
pai ke-18 perlakuan stres subjek 3 naik.
Peningkatan stres ini tidak diikuti dengan
peningkatan keluhan tukak lambung ke-
mungkinan karena adanya penilaian kog-
nitif terhadap sumber stres oleh subjek 3.
Subjek menilai sumber stres yang dialami
pada saat itu tidak mengancam sehingga
tidak berpengaruh pada reaksi psikologis
terhadap stres. Setiap penilaian individu
akan membawa konsekuensi yang berbeda
terhadap dirinya. Suatu peristiwa dapat
dinilai sebagai menyakitkan, mengancam
atau tantangan. Penilaian ini disebut peni-
laian primer. Selanjutnya subjek 3 memiliki
penilaian sekunder (secondary appraisal)
yaitu penilaian terhadap kemampuan serta
sumber daya lainnya seperti dukungan
sosial dalam mengatasi dampak peristiwa
negatif (Lazarus dalam Taylor, 1995).
Selama penelitian berlangsung, subjek 3
mendapat dukungan dari keluarga. Hal ini
dapat membuat subjek 3 merasa mendapat
sumber daya untuk mengatasi stres yang
dialaminya.
Relaksasi yang diberikan pada subjek 1
juga berhasil. Frekuensi latihan subjek 1
memenuhi jumlah minimal dalam pedo-
man, teknik yang digunakan lebih banyak
daripada subjek 3 namun tidak membuat
perubahan yang dialami lebih besar. Sebab
skor stres maupun keluhan tukak lambung
pada subjek 1 pada pengukuran baseline su-
dah rendah sehingga kalaupun mengalami
penurunan maka tidak akan begitu tampak.
Perubahan stres dan keluhan tukak
lambung yang berbanding terbalik pada
hari ke-19 sampai ke-25 dan masa follow up
kemungkinan terjadi karena faktor penilai-
an kognitif sebagaimana yang terjadi pada
subjek 3. Pada saat follow up stres subjek
naik, kemungkinan hal ini dipengaruhi
oleh faktor penilaian kognitif atas sumber
stres dimana situasi yang dialami subjek 1
sama dengan situasi sebelumnya namun
dapat meningkatkan stres. Meningkatnya
intensitas keluhan tukak lambung subjek 1
pada akhir follow up terjadi akibat makanan.
Hal ini menunjukkan bahwa terapi kepada
penderita tukak lambung fungsional tetap
perlu memperhatikan faktor lain seperti
pengaturan makanan.
Perbedaan hasil terapi pada subjek 1
dan 3 tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
tunggal. Subjek 1 menggunakan dua teknik
relaksasi yaitu Relaksasi Kesadaaran Indera
dan Relaksasi Otot, sedangkan subjek 3
hanya menggunakan teknik Relaksasi Otot.
Kemungkinan hal ini mempengaruhi ke-
berhasilan tersebut, sebagaimana hasil
penelitian Yung, French, dan Leung (2001)
yang menunjukkan bahwa relaksasi pere-
gangan-pengenduran seperti relaksasi otot
lebih efektif daripada relaksasi kognitif-
imajeri untuk mengatasi kasus-kasus
somatis. Oleh karena itulah penurunan
SUBEKTI & UTAMI
JURNAL PSIKOLOGI158
stres dan keluhan tukak lambung yang
dicapai subjek 3 tampak lebih berhasil.
Frekuensi relaksasi subjek 2 tidak
memenuhi syarat minimal dalam pedoman
terapi yaitu 22 kali. Ketidakpatuhan subjek
2 dalam melaksanakan tugas rumah untuk
melakukan relaksasi kemungkinan karena
prosedur dalam Terapi Relaksasi ini tidak
mencantumkan hadiah dan hukuman apa-
bila subjek mematuhi atau melanggar tugas
rumah yang diberikan untuk melakukan
relaksasi setiap hari. Apabila suatu stimu-
lus dihadirkan sebagai akibat subjek
mematuhi tugas untuk melakukan relaksasi
setiap hari maka perilaku tersebut akan
terpelihara, demikian pula apabila suatu
stimulus dihadirkan sebagai akibat subjek
melanggar tugas untuk melakukan relak-
sasi setiap hari maka kemungkinan beru-
langnya perilaku tersebut dapat dikurangi
(Soekadji, 1983).
Keberhasilan yang dialami subjek 2
dan signifikansi klinis yang didapat ke-
mungkinan karena pengaruh karakteristik
subjek yaitu minat terhadap relaksasi yang
memungkinkan subjek memiliki penilaian
positif terhadap relaksasi. Meskipun hanya
melakukan latihan sebanyak 5 kali namun
subjek menggunakan keterampilan menca-
pai keadaan rileks dalam kehidupan sehari-
hari seperti ketika mendapat telepon dari
kekasih yang sering membuat subjek mera-
sa tegang maupun ketika akan melakukan
perjalanan jauh. Dengan demikian subjek 2
mampu mentransfer hasil belajarnya dalam
situasi nyata.
Terdapat internal invalidity dalam pene-
litian ini, bahwa desain penelitian tidak
dapat mengisolasi relaksasi sebagai satu-
satunya faktor dalam keberhasilan penu-
runan stres dan keluhan tukak lambung.
Hal ini dikarenakan relaksasi tetap dilaku-
kan oleh subjek yang ingin melakukannya
pada saat tanpa terapi dan follow up.
Seharusnya tahap tanpa terapi dan follow up
benar-benar terbebas dari intervensi untuk
mengetahui efek yang ditimbulkan oleh
eksperimen.
Variabel eksternal yang dapat mence-
mari hasil penelitian ini tidak dikendalikan,
hal ini berkaitan dengan kesulitan memper-
oleh subjek apabila variabel tersebut diken-
dalikan sepenuhnya. Variabel yang dimak-
sud adalah faktor diet tukak lambung oleh
subjek, pengobatan di luar terapi seperti
pengobatan alternatif maupun terapi medis
dengan obat-obatan, jenis penyakit yang
diderita subjek, tingkat keparahan dan
penyakit lain yang menyertai, kemampuan
konsentrasi dan motivasi untuk sembuh
pada masing-masing subjek dan pengam-
bilan data subjek 1 pada bulan Ramadhan.
Kemampuan berkonsentrasi berperan
dalam keberhasilan mempelajari relaksasi,
tampak bahwa subjek 2 dan 3 kurang dapat
berkonsentrasi sehingga lebih lambat da-
lam mempelajari teknik relaksasi terutama
Teknik Relaksasi Kesadaran Indera diban-
dingkan subjek 1 yang lebih cepat mengua-
sainya. Selain itu juga motivasi untuk
sembuh menentukan seberapa besar usaha
subjek untuk mencapai kesembuhan mela-
lui berbagai upaya sehingga secara tidak
langsung juga mempengaruhi kepatuhan
subjek terhadap prosedur terapi.
Penurunan akibat self help yang terjadi
pada masing-masing subjek berbeda
dinamikanya. Relaksasi sebagai self help
pada subjek 1 dapat menurunkan stres dan
keluhan tukak lambung. Stres subjek 1 naik
pada pengukuran follow up, keluhan tukak
lambung subjek 1 juga naik pada hari ke-19
sampai hari ke-25, hal ini dipengaruhi jenis
makanan yang dikonsumsi. Naiknya kete-
gangan pada pengukuran follow up berkait-
an dengan penilaian kognitif terhadap
permasalahan yang dihadapi, kemungkin-
an peristiwa yang dihadapi dinilai lebih
mengancam. Pada subjek 2, relaksasi seba-
gai self help juga dapat menurunkan stres
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG
JURNAL PSIKOLOGI 159
dan keluhan tukak lambung. Pada masa
latihan mandiri hari ke-12 sampai hari ke-
18 subjek belum berlatih relaksasi sehingga
stresnya naik. Kenaikan ini tidak diikuti
dengan keluhan tukak lambung. Pada hari
ke-19 sampai hari ke-25 stres subjek turun
demikian pula dengan keluhan tukak
lambung. Subjek 3 belum dapat melakukan
relaksasi sebagai self help karena subjek
belum dapat mempraktekkan relaksasi un-
tuk mengatasi ketegangan yang dihadapi.
Subjek membutuhkan latihan setiap hari
agar dapat mencapai keadaan rileks. Naik-
nya stres subjek pada hari ke-12 sampai ke-
18 kemungkinan berkaitan penilaian kog-
nitif terhadap tingkat kesulitan masalah
yang dihadapi. Subjek sudah memiliki
antisipasi negatif terhadap permasalahan
yang dihadapi, sehingga mengakibatkan
stresnya naik.
Keberhasilan sebuah terapi dipenga-
ruhi oleh banyak faktor yaitu tipe terapi,
karakteristik klien, taraf latihan, dan setting
terapi. Oleh sebab itu apabila dilakukan
penelitian tentang terapi maka tujuannya
adalah mengetahui hubungan 6 faktor
dalam terapi yaitu karakteristik terapis,
subjek, permasalahan yang ada, teknik
terapi, situasi saat terapi dan hasil terapi.
Hasil suatu terapi dievaluasi berdasarkan
pengaruh kelima faktor lainnya sehingga
diperoleh suatu pemahaman yang menda-
lam mengenai faktor yang menghambat
atau mendukung keberhasilan suatu terapi
pada suatu permasalahan tertentu (Barlow,
Hayes, & Nelson dalam Pramana, 1989;
Corey, 2005). Hal ini dapat dijelaskan pada
masing-masing individu yang akan dipa-
parkan pada pembahasan individual.
Pengaruh Situasi Saat Terapi Terhadap
Hasil Terapi
Subjek 1. Keluarga subjek 1 membe-
rikan dukungan atas pelaksanaan terapi.,
subjek juga tidak memiliki kegiatan yang
padat sehingga pemilihan jadwal terapi
dapat dilakukan secara fleksibel. Pelaksa-
naan waktu terapi bertepatan dengan bulan
Ramadhan yang memberikan pengaruh
positif terhadap pengendalian tingkat stres
subjek, karena pada bulan Ramadhan sub-
jek merasa lebih dapat menenangkan diri
dan mengendalikan emosi sehingga mem-
bantu keberhasilan terapi dalam menurun-
kan stres dan keluhan tukak lambung
selain adanya efek obat tukak lambung
yang tetap diminum subjek selama pene-
litian walaupun dosisnya akhirnya semakin
berkurang.
Situasi yang tidak mendukung terha-
dap hasil terapi dialami pada saat peman-
tauan tugas rumah kedua dan ketiga kare-
na subjek tidak dapat berkonsentrasi untuk
relaksasi akibat suasana rumah yang ramai
menjelang Hari Raya Idul Fitri. Keadaan
tersebut mengganggu ketenangan subjek,
sehingga tidak dapat berlatih relaksasi.
Subjek 2. Sepanjang masa penelitian,
subjek 2 mengalami situasi yang mengun-
tungkan. Tidak ada gangguan suasana
rumah ataupun perubahan jadwal kegiatan
pribadi yang mengganggu jadwal terapi,
sehingga ada kebebasan melakukan relak-
sasi di tempat kost.
Subjek 3. Adanya dukungan keluarga
yang tampak dari tindakan anak-anak dan
suami dalam menyiapkan tempat yang
nyaman dan menjaga suasana tetap tenang.
Pengaruh Karakteristik Subjek Terhadap
Hasil Terapi
Subjek 1. Beberapa karakteristik yang
menguntungkan atas keberhasilan terapi
adalah: (1) belum menikah dan belum
bekerja sehingga mempunyai lebih banyak
kebebasan mengatur waktu dan tindakan
yang dipilih untuk mencapai kesembuhan.
Kebebasan mengatur waktu meliputi kebe-
basan mengatur waktu untuk melakukan
SUBEKTI & UTAMI
JURNAL PSIKOLOGI160
tugas yang diberikan terapis untuk melaku-
kan relaksasi setiap hari; (2) kemampuan
mengingat yang baik sehingga memudah-
kan dalam penguasaan instruksi relaksasi.
Pelaksanaan relaksasi selanjutnya oleh
subjek dianjurkan tidak menggunakan ka-
set agar menghindari ketergantungan
terhadap alat. Kaset hanya digunakan pada
saat terapi bersama terapis dan selama
subjek belum hafal instruksinya; (3) moti-
vasi untuk sembuh yang cukup baik. Moti-
vasi yang tinggi untuk sembuh mempenga-
ruhi kepatuhan subjek melaksanakan tugas
rumah yang diberikan dalam penelitian
yaitu melakukan relaksasi setiap hari.
Karakteristik yang menghambat keber-
hasilan terapi adalah sikap mudah curiga
dan mudah menyalahkan sesuatu bila
suatu kejadian menimpa subjek. Misalnya
subjek khawatir bila sakit perut yang dide-
rita pada masa tanpa terapi merupakan
akibat relaksasi yang dilakukannya. Kekha-
watiran tersebut membuat subjek ragu-
ragu dalam melakukan relaksasi.
Subjek 2. Beberapa karakteristik yang
menguntungkan atas keberhasilan terapi
yaitu: (1) subjek belum menikah dan belum
bekerja seperti subjek 1; (2) kemampuan
mengingat yang baik sehingga memudah-
kan dalam penguasaan instruksi relaksasi.
(3) perilaku makan yang baik. Subjek
sangat hati-hati memilih menu makanan
dengan menghindari jenis makanan yang
memicu kekambuhan tukak lambung; (4)
ketelitian dalam mengisi lembar self repport.
Karakteristik yang menghambat keber-
hasilan terapi yaitu: (1) kurangnya motivasi
untuk sembuh. Motivasi yang kurang
untuk sembuh mempengaruhi kepatuhan
subjek melaksanakan tugas rumah yang
diberikan dalam penelitian yaitu melaku-
kan relaksasi setiap hari, (2) perilaku
makan. Meskipun perilaku makan subjek
sangat hati-hati memilih menu namun fak-
tor ini juga dapat menghambat keber-
hasilan terapi karena pada saat-saat terten-
tu subjek memiliki keinginan yang sangat
kuat untuk makan makanan pedas yang
sebenarnya dapat memicu kekambuhan
keluhan tukak lambung. Biasanya hal ini
terjadi menjelang subjek haid.
Subjek 3. Karakteristik yang mengun-
tungkan atas keberhasilan terapi yaitu: (1)
tidak memiliki banyak kegiatan sehingga
mempunyai lebih banyak kebebasan dalam
mengatur waktu dan tindakan yang dipilih
untuk mencapai kesembuhan, (2) kemam-
puan mengingat yang baik sehingga
memudahkan dalam penguasaan instruksi
relaksasi, (3) perilaku makan yaitu meng-
hindari beberapa makanan yang berdasar-
kan pengalamannya dapat memicu kekam-
buhan keluhan tukak lambung; (4) motivasi
untuk sembuh.
Karakteristik yang menghambat keber-
hasilan terapi pada subjek 3 hampir tidak
ada.
Pengaruh Permasalahan Yang Ada Terha-
dap Hasil Terapi
Subjek 1. Subjek sudah dinyatakan
menderita tukak lambung sejak tahun 2003
dan mengidap penyakit TB Kelenjar yang
cukup parah. Obat TB Kelenjar yang dimi-
num subjek memiliki efek samping menaik-
kan asam lambung, meskipun reaksi terse-
but tidak terjadi setiap kali obat tersebut
diminum.
Subjek 2. Ia telah didiagnosis menderita
tukak lambung oleh dokter sejak tahun
2003. Subjek merupakan penderita tukak
lambung tanpa penyakit lain sehingga lebih
dapat difokuskan untuk menurunkan stres
dan keluhan tukak lambung.
Subjek 3. Ia menderita tukak lambung
sejak 6 bulan lalu. Penyakit lain yang dide-
rita subjek adalah diabetes dan hipertensi,
sehingga terdapat 3 macam gangguan
psikosomatis yang dialami subjek 3.
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG
JURNAL PSIKOLOGI 161
Kemungkinan hipertensi dan diabetes
subjek yang dilaporkan berkurang pada
saat pengukuran follow up merupakan
akibat Terapi Relaksasi yang diberikan.
Pengaruh Prosedur Terapi Terhadap Hasil
Terapi
a. Jumlah Terapi Yang Dilakukan
Subjek 1 mengikuti terapi bersama te-
rapis sebanyak 3 kali. Frekuensi melakukan
relaksasi adalah 36 kali.
Subjek 2 mengikuti terapi bersama
terapis sebanyak 4 kali tetapi dua kali
Relaksasi Kesadaran Indera tidak mampu
dipahami oleh subjek karena tidak dapat
berkonsentrasi. Frekuensi relaksasi yang
dilakukan tidak memenuhi jumlah minimal
yang diharapkan yaitu sebanyak 7 kali.
Subjek 3 mengikuti terapi bersama te-
rapis sebanyak 4 kali, dua kali diantaranya
juga gagal seperti subjek 2. Frekuensi total
latihan yang dilakukan subjek adalah 40
kali.
Bila subjek melakukan relaksasi sesuai
jumlah minimal yang diharapkan, maka ia
telah melakukan relaksasi hampir setiap
hari. Dengan demikian subjek telah dapat
mempelajari keterampilan relaksasi. Na-
mun bila subjek telah dapat menerapkan
relaksasi dalam situasi nyata berarti ia telah
menguasai keterampilan relaksasi, sehing-
ga terapi telah mencapai keberhasilannya
meski jumlah relaksasi yang dilakukan
tidak memenuhi jumlah minimal.
b. Pertemuan Terapis dengan Subjek
Subjek 1
Terapi dilakukan di rumah subjek.
Pada setiap pertemuan, terdapat keluarga
subjek yang ikut hadir namun tidak
menunggui proses terapi. Kehadiran ang-
gota keluarga pada saat pertemuan dengan
terapis memberikan perasaan atas adanya
dukungan keluarga.
Pertemuan pemantauan 4 hari pertama
dilakukan di rumah subjek. Pertemuan
pemantauan 4 hari ke-2 dan 4 hari ke-3
dilakukan melalui telepon karena pada saat
itu situasi kurang menguntungkan. Peman-
tauan melalui telepon kurang memung-
kinkan untuk melakukan pengecekan pe-
ngisian skala secara teliti karena sulit
menciptakan keterlibatan antara subjek
dengan peneliti.
Subjek 2
Pertemuan pertama yang berisi terapi
Relaksasi Kesadaran Indera gagal dilaku-
kan, karena subjek tidak mampu berkon-
sentrasi pada instruksi. Pertemuan beri-
kutnya dilaksanakan tanpa hambatan.
Pemantauan pertama, kedua, ketiga dan
keempat dilakukan di kost subjek.
Subjek 3
Seluruh pertemuan dilakukan di ru-
mah subjek secara langsung pada saat
selalu ada salah satu keluarga subjek yang
ikut hadir menemani namun tidak me-
nunggui proses terapi. Pengaruh dukungan
keluarga tampak pada subjek 1 dan 3 yang
lebih termotivasi dalam mengikuti terapi
daripada subjek 2.
Teknik Relaksasi Yang Dilakukan Oleh
Subjek
Subjek 1 melakukan kedua teknik
relaksasi yang diajarkan setiap hari secara
bergantian kecuali pada saat ia tidak mela-
kukan latihan. Subjek 2 hanya melakukan
Relaksasi Otot, dan ubjek 3 hanya mela-
kukan Relaksasi Otot setiap hari secara
rutin.
Penurunan stres dan keluhan tukak
lambung pada subjek 2 dan 3 relatif lebih
berhasil daripada subjek 1. Salah satu yang
mempengaruhinya adalah teknik relaksasi.
SUBEKTI & UTAMI
JURNAL PSIKOLOGI162
Teknik yang dilakukan subjek 2 dan 3
hanya satu macam yaitu Relaksasi Otot,
sedangkan subjek 1 menggunakan dua
teknik sekaligus yaitu Relaksasi Kesadaran
Indera dan Relaksasi Otot. Sebagaimana
hasil penelitian Yung, French, & Leung
(2001) yang menunjukkan bahwa relaksasi
peregangan-pengenduran seperti Relaksasi
Otot lebih efektif daripada Relaksasi
Kognitif-Imajeri untuk mengatasi kasus-
kasus somatis.
Relaksasi yang diberikan secara indi-
vidual sebagai terapi maupun sebagai self
help dapat menurunkan stres dan keluhan
tukak lambung. Selain itu juga dapat
membuat subjek tidak merasa mudah lelah,
mengurangi rasa sesak nafas dan menim-
bulkan rasa tenang dan nyaman.
Kepustakaan
Azwar, S. (1996). Tes prestasi. fungsi dan
pengembangan pengukuran prestasi bela-
jar. (2nd ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Barlow, D.H., Hersen, M., Hartmann,D.P.,
& Kazdin, A.E. (1984). Single case
experimental designs. Strategies for
studying behavior change.(2nd ed.). New
York: Pergamon Press, Inc.
Beck. J.G., Stanley. M.A., Baldwin. L.E.,
Deagle III. E.A., & Averill. P.M. (2001).
Comparison of cognitive therapy and
relaxation training. Journal of Consulting
and Clinical Psychology, 69, 875–899
Blanchard, E, Andrasik, F; Neff, D.F.,
Arena, J.G., Ahles, T.S., Jurish, S.E., et
al. (1982). Biofeedback and relaxation
training with three kinds of headache:
Treatment effects and their prediction.
Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 50( 4), 452 – 575.
Corey, G. (2005). Teori dan praktek konseling
dan psikoterapi (terjemahan). Bandung:
PT. Refika Aditama.
Crow, LD & Crow, A. (Editor). (1963).
Readings in abnormal psychology. New
Jersey: Littlefield adams, co.
Dendato, K.M & Diener, D. (1986). Effec-
tiveness of cognitive/relaxation therapy
and study skills training in reducing
self-report and improving the academic
performance of test-anxious students.
Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 33( 2), 131-135.
Diekhoff, G. (2002). Statistic for the social and
behavioral sciences: Univariate, bivariate,
multivariate. Dubuque: WCB Publisher.
http://www.indomedia.com/sripo/2003/08/26/26
08gay6.htm.,(2006).Mengatasi ketegang-
an dengan relaksasi. Tanggal akses: 2
Juli 2006.
http://www.hanyawanita.com/product_knowled
ge/mylanta/ , (2005). Hidup serba cepat,
bagaimana dengan kesehatan anda?
Tanggal akses: 5 Juni 2006.
http://www.medicinenet.com/dyspepsia/page10.
htm.(2006).Dyspepsia.Tanggal akses:23
April 2006.
Kazdin, A. E. (1992). Research design in cli-
nical psychology. Boston: Allyn & Bacon.
____. (1994). Behavior modification in applied
setting. Boston: Brooks Cole Publishing
Company.
Kerlinger, F.N & Lee, H. B. (2000). Foun-
dations of behavioral research. (4th ed).
New York: Harcout, Inc.
Lachman, S.J. (1972). Psychosomatic disorder:
A behavioristic interpretation. Approach to
behavioral pathology series. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Lichstein. K.L., Riedel. B.W., Wilson. N.M.,
Lester. K.W., & Aguillard. R.N. (2001).
Relaxation and sleep compression for
late-life insomnia: A placebo-controlled
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG
JURNAL PSIKOLOGI 163
trial. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 69( 2), 227 – 239.
Lyles, J.N., Burish, T.G., Krozely, M.G., &
Oldham, R.O. (1982). Efficacy of
relaxation training and guided imagery
in reducing the aversiveness of cancer
chemotherapy. Journal of Consulting and
Clinical Psycholog, 50(4), 509-524.
Pramana, W. (1989). Efektivitas teknik
kontrol diri pada obesitas. Skripsi (tidak
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psiko-
logi Universitas Gadjah Mada.
Prawitasari, J.E. (1988). Pengaruh relaksasi
terhadap keluhan fisik: suatu studi
eksperimental. Laporan Penelitian (tidak
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psiko-
logi Universitas Gadjah Mada.
____ ., (1989). Pemantauan diri: Salah satu
cara untuk mengendalikan ketegangan.
Laporan Penelitia. (tidak diterbitkan). Yog-
yakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada
Puskesmas Gamping I. (2005). Laporan
tahunan 10 besar penyakit. (Tidak diter-
bitkan). Sleman: Puskesmas Gamping I.
Pestonjee, D.N. (1992). Stres and coping.
London: Sage Publications.
Prokop., C.K., Bradley., L.A, Burish., T.G,
Anderson., K.O., & Fox., J.E. (1991).
Health Psycholoy. clinical methods and
research. Toronto: Macmillan Publishing
Co.
Retnowati, S. (2004). Depresi pada remaja.
Model integrasi penyebab depresi dan
pengatasan depresi pada remaja. Diser-
tasi. (Tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada
Reynolds, WM & Coats, K.I. (1986). A
comparison of cognitif-behavioral the-
rapy and relaxation training for the
treatment of depression in adolescents.
Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 54, 653 – 660.
Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology :
Biopsychosocial Challenging the biomedical
model. New York: John Wiley & Sons,
Inc.
Sheridan, C.L & Radmacher, S.A. (1992).
Health psychology challenging the biome-
dical model. New York: John Wiley &
Sons, Inc.
Soekadji, S. (1983). Modifikasi Perilaku.
Penerapan sehari-hari dan penerapan
profesional. Yogyakarta : Liberty.
Sutrisno, EL. (1998). Efektivitas relaksasi
untuk mengurangi keluhan fisik
gastritis dan ulkus peptikum kronis
(Effectiveness of relaxation for reduce
the sigh of gastritis and chronic Anima,
XIII(50), 174 – 185.
Syam, A.F. (2006). Stres, penyebab tertinggi
penyakit maag. http://www.kaskus.com/
showthread.php?t=184789. 3 Mei 2006.
Tasminatun, S. (2004). Kenali obat maag
anda. Kedaulatan Rakyat, 15, 20 Juni
2004.
Taylor, A.E. (1995). Healthp psychology (3rd
ed). International Editions. New York :
McGraw-Hill, Inc.
Tjokronegoro, A. (1999). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Penerbit
FKUI.
Yung, P., French. P., & Leung, B. (2001).
Relaxation training as a complementary
therapy for mild hypertension control
and the implications of evidence
basedmedicine. Complementary Thera-
pies in Nursing & Midwifery. Hongkong :
Harcout Publlishers, Ltd.
Zimbardo, P.G & Gerrig, R.J. (1996). Psycho-
logy and Life. 14th. Ed. New York: Harper
Collins.

More Related Content

What's hot

What's hot (18)

Bab ii 9
Bab ii 9Bab ii 9
Bab ii 9
 
Bab i 7
Bab i 7Bab i 7
Bab i 7
 
Modul 1 pernafasan ok
Modul 1 pernafasan okModul 1 pernafasan ok
Modul 1 pernafasan ok
 
Askep gastritis erosiva
Askep gastritis erosivaAskep gastritis erosiva
Askep gastritis erosiva
 
Askep dyspepsia
Askep dyspepsiaAskep dyspepsia
Askep dyspepsia
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
16111 58433-2-pb
16111 58433-2-pb16111 58433-2-pb
16111 58433-2-pb
 
Bab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'spsBab 1 t cs'sps
Bab 1 t cs'sps
 
Fix english
Fix englishFix english
Fix english
 
kwasikor
kwasikorkwasikor
kwasikor
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
 
118661489 gerd
118661489 gerd118661489 gerd
118661489 gerd
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggu System Pencernaan Akibat Keganasan
 
383 988-1-sm
383 988-1-sm383 988-1-sm
383 988-1-sm
 
Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi
 
Buku 3.kb 2.
Buku 3.kb 2. Buku 3.kb 2.
Buku 3.kb 2.
 
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
Asuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akutAsuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akut
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
 

Viewers also liked

Efektifitas Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik Relaksasi untuk Membantu ...
Efektifitas Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik Relaksasi untuk Membantu ...Efektifitas Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik Relaksasi untuk Membantu ...
Efektifitas Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik Relaksasi untuk Membantu ...
Ratih Aini
 
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
Ratih Aini
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
Ratih Aini
 
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...
Ratih Aini
 
STUDI PENGEMBANGAN TERAPI MUSIK ISLAMI SEBAGAI RELAKSASI UNTUK LANSIA
STUDI PENGEMBANGAN TERAPI MUSIK ISLAMI SEBAGAI RELAKSASI UNTUK LANSIASTUDI PENGEMBANGAN TERAPI MUSIK ISLAMI SEBAGAI RELAKSASI UNTUK LANSIA
STUDI PENGEMBANGAN TERAPI MUSIK ISLAMI SEBAGAI RELAKSASI UNTUK LANSIA
Ratih Aini
 
Makalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresifMakalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresif
KANDA IZUL
 
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
Ratih Aini
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
Ratih Aini
 
Terapi modalitas relaksasi otot progresif
Terapi modalitas relaksasi otot progresifTerapi modalitas relaksasi otot progresif
Terapi modalitas relaksasi otot progresif
Wenny Anugrah
 
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Aditya Setyawan
 

Viewers also liked (12)

Efektifitas Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik Relaksasi untuk Membantu ...
Efektifitas Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik Relaksasi untuk Membantu ...Efektifitas Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik Relaksasi untuk Membantu ...
Efektifitas Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik Relaksasi untuk Membantu ...
 
laporan STEMI
laporan STEMIlaporan STEMI
laporan STEMI
 
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI PADA ...
 
STUDI PENGEMBANGAN TERAPI MUSIK ISLAMI SEBAGAI RELAKSASI UNTUK LANSIA
STUDI PENGEMBANGAN TERAPI MUSIK ISLAMI SEBAGAI RELAKSASI UNTUK LANSIASTUDI PENGEMBANGAN TERAPI MUSIK ISLAMI SEBAGAI RELAKSASI UNTUK LANSIA
STUDI PENGEMBANGAN TERAPI MUSIK ISLAMI SEBAGAI RELAKSASI UNTUK LANSIA
 
Makalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresifMakalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresif
 
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
 
Terapi modalitas relaksasi otot progresif
Terapi modalitas relaksasi otot progresifTerapi modalitas relaksasi otot progresif
Terapi modalitas relaksasi otot progresif
 
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
 

Similar to Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung pada Penderita Tukak Lambung Kronis

adminjipt,+01-20.+Teknik+Relaksasi+Otot+Progresif+Untuk+Mengurangi+Stres+Pada...
adminjipt,+01-20.+Teknik+Relaksasi+Otot+Progresif+Untuk+Mengurangi+Stres+Pada...adminjipt,+01-20.+Teknik+Relaksasi+Otot+Progresif+Untuk+Mengurangi+Stres+Pada...
adminjipt,+01-20.+Teknik+Relaksasi+Otot+Progresif+Untuk+Mengurangi+Stres+Pada...
wahyu791468
 
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndnPPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
ShakilaNatasya1
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
Sumadin1112
 
persentasi mggkgkjbkbkjgjkbjkbkjgigkb,vjgvmv,vjvmvjhvvmnbv1jhfuyruyfhjfhjfhjf...
persentasi mggkgkjbkbkjgjkbjkbkjgigkb,vjgvmv,vjvmvjhvvmnbv1jhfuyruyfhjfhjfhjf...persentasi mggkgkjbkbkjgjkbjkbkjgigkb,vjgvmv,vjvmvjhvvmnbv1jhfuyruyfhjfhjfhjf...
persentasi mggkgkjbkbkjgjkbjkbkjgigkb,vjgvmv,vjvmvjhvvmnbv1jhfuyruyfhjfhjfhjf...
vandrioojahan1
 
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada AnakDiagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Lena Setianingsih
 

Similar to Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung pada Penderita Tukak Lambung Kronis (20)

adminjipt,+01-20.+Teknik+Relaksasi+Otot+Progresif+Untuk+Mengurangi+Stres+Pada...
adminjipt,+01-20.+Teknik+Relaksasi+Otot+Progresif+Untuk+Mengurangi+Stres+Pada...adminjipt,+01-20.+Teknik+Relaksasi+Otot+Progresif+Untuk+Mengurangi+Stres+Pada...
adminjipt,+01-20.+Teknik+Relaksasi+Otot+Progresif+Untuk+Mengurangi+Stres+Pada...
 
Kb 3 epidemiologi
Kb 3 epidemiologiKb 3 epidemiologi
Kb 3 epidemiologi
 
Jurnal lansia
Jurnal lansia Jurnal lansia
Jurnal lansia
 
3.new
3.new3.new
3.new
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
Tugas ilmu dan prilaku
Tugas ilmu dan prilakuTugas ilmu dan prilaku
Tugas ilmu dan prilaku
 
Epidemiologi (5)
Epidemiologi (5)Epidemiologi (5)
Epidemiologi (5)
 
Makalah Gangguan Kesehatan Kaitannya dengan Psikologi (Psikologi)
Makalah Gangguan Kesehatan Kaitannya dengan Psikologi (Psikologi)Makalah Gangguan Kesehatan Kaitannya dengan Psikologi (Psikologi)
Makalah Gangguan Kesehatan Kaitannya dengan Psikologi (Psikologi)
 
patologi 1.ppt
patologi 1.pptpatologi 1.ppt
patologi 1.ppt
 
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndnPPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
persentasi mggkgkjbkbkjgjkbjkbkjgigkb,vjgvmv,vjvmvjhvvmnbv1jhfuyruyfhjfhjfhjf...
persentasi mggkgkjbkbkjgjkbjkbkjgigkb,vjgvmv,vjvmvjhvvmnbv1jhfuyruyfhjfhjfhjf...persentasi mggkgkjbkbkjgjkbjkbkjgigkb,vjgvmv,vjvmvjhvvmnbv1jhfuyruyfhjfhjfhjf...
persentasi mggkgkjbkbkjgjkbjkbkjgigkb,vjgvmv,vjvmvjhvvmnbv1jhfuyruyfhjfhjfhjf...
 
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada AnakDiagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
 
INSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptx
INSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptxINSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptx
INSOMNIA READY BANGET SALIM 2.pptx
 
Makalah GERD
Makalah GERDMakalah GERD
Makalah GERD
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 

More from Ratih Aini

Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Ratih Aini
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
Ratih Aini
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
Ratih Aini
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
Ratih Aini
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
Ratih Aini
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
Ratih Aini
 
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGPENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
Ratih Aini
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
Ratih Aini
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Ratih Aini
 
“PENERAPAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU NEGATIF BERPACARAN PA...
“PENERAPAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU NEGATIF BERPACARAN PA...“PENERAPAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU NEGATIF BERPACARAN PA...
“PENERAPAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU NEGATIF BERPACARAN PA...
Ratih Aini
 

More from Ratih Aini (20)

Tugas teknik tari
Tugas teknik tariTugas teknik tari
Tugas teknik tari
 
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaMasjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
 
Contoh membuat berita
Contoh membuat beritaContoh membuat berita
Contoh membuat berita
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
 
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARAHUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
 
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiPendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi
 
Kebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaKebudayaan Toraja
Kebudayaan Toraja
 
Perawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenPerawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristen
 
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
 
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGPENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
 
“PENERAPAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU NEGATIF BERPACARAN PA...
“PENERAPAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU NEGATIF BERPACARAN PA...“PENERAPAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU NEGATIF BERPACARAN PA...
“PENERAPAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENGURANGI PERILAKU NEGATIF BERPACARAN PA...
 

Recently uploaded

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Recently uploaded (20)

sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 

Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung pada Penderita Tukak Lambung Kronis

  • 1. JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 38, NO. 2, DESEMBER 2011: 147 – 163 JURNAL PSIKOLOGI 147 Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung pada Penderita Tukak Lambung Kronis Tri Subekti1 Muhana Sofiati Utami2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Abstract Individual disability to manage stress results the body become susceptible to diseases so that some physical disorders like gastritis enable to see. Gastritis represent one of psychosomatic disorders, a physiological disorder caused by a major psychological factor, stress as a common. This research is aimed to test the relaxation method that is used to lessen stress and the sigh of gastritis pain for the patients of chronic gastritis. The research applies the single case experimental design. Subjects of the research are three women who get treatment of Imagery Relaxation Therapy and Muscle Relaxation Therapy for three times. Then, they are monitored by self monitoring for 3 weeks. The instruments used in this experiment are Scale of Stress compiled by Prawitasari (1989), and Sigh of Gastritis Pain Scale adapted from Sigh of Physical Gastritis Scale compiled by Sutrisno (1998). The data analysed in manual through some visual inspection to compare the level of stress and sigh of gastritis pain of each subject among the baseline, treatment and follow-up. Results showed that there is decreases of stress and sigh of gastritis pain of the subjects. They also showed clinical significancy. Keyword : patient, stress, psychosomatic, gastritis, relaxation Salah1 satu penyakit pasien yang bero- bat ke sebuah Puskesmas di Sleman Yogya- karta pada tahun 2005 adalah penyakit tukak lambung yang menempati urutan ke- 7 dalam kategori 10 besar penyakit pasien rawat jalan di wilayah tersebut. Jika dilihat dari kategori penyakit tidak menular, penyakit tukak lambung menempati urutan ke-4. Jumlah kunjungan pasien penyakit tukak lambung yang berobat ke sebuah Puskesmas di Sleman meningkat sebanyak hampir 600% sejak tahun 2002- 2005, dari 58 kasus menjadi 651 kasus (Laporan 1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dila- kukan melalui: becky_indonesia@yahoo.co.id 2 Atau melalui: muhana@ugm.ac.id Tahunan 10 Besar Penyakit, 2005). Penga- laman peneliti selama melaksanakan Prak- tek Kerja Profesi di Puskesmas tersebut menunjukkan bahwa pasien penyakit tukak lambung yang datang rata-rata tiga orang perhari. Kondisi pasien rata-rata sudah mengalami penyakit tukak lambung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Penyakit tukak lambung dapat dikla- sifikasikan berdasarkan lamanya gejala. Tjokronegoro (1999) menyatakan tukak lambung dapat digolongkan menjadi dua yaitu (1) tukak lambung akut dan (2) tukak ambung kronis. Penyakit tukak lambung kronis sangat mengganggu kinerja penderi- tanya karena menimbulkan rasa pedih dan
  • 2. SUBEKTI & UTAMI JURNAL PSIKOLOGI148 terbakar di ulu hati, mual, muntah, rasa panas di perut, rasa kembung dan perasaan cepat kenyang (Sutrisno, 1998). Selain mengganggu kinerja, tukak lambung juga dapat mengakibatkan kematian (Lachman, 1972). Terapi medis yang selama ini dilaku- kan kepada pasien tukak lambung kronis yang sering mengalami kekambuhan tidak menguntungkan secara ekonomi. Selain itu efek samping penggunaan obat dalam jangka panjang dapat merusak organ tubuh, hal ini juga merupakan permasa- lahan kesehatan yang menyertainya. Penyakit tukak lambung atau ulkus lambung atau tukak dalam istilah kedok- teran disebut dyspepsia merupakan luka pada lambung berupa peradangan atau iritasi mukosa lambung atau infiltrasi din- ding lambung (Crow & Crow, 1963). Bebe- rapa faktor yang menyebabkan penyakit tukak lambung: (1) faktor konstitusi atau pembawaan, yaitu suatu gen yang diturun- kan secara autosomal, (2) faktor lingkungan, yaitu rangsangan dan kehilangan sel epitel secara terus-menerus oleh zat-zat tajam seperti alkohol, rokok, obat-obatan tertentu yang diminum secara terus-menerus dan makanan yang mengiritasi mukosa lam- bung. Selain itu dapat juga disebabkan oleh serangan pada mukosa lambung karena sekresi asam hidroklorida yang berlebihan, (3) faktor bakteri, yaitu bakteri berbentuk spiral dan tahan hidup di lambung manu- sia (helicobacter pylori), (4) faktor efek sam- ping obat (Tasminatun, 2004; http://www. medicinenet.com/dyspepsia/page10.htm, 2006). Pemakaian obat-obatan tertentu dalam jangka panjang beresiko mengakibatkan penyakit tukak lambung karena obat-obat tersebut mengiritasi dinding lambung dan menyebabkan mukosa pelindung lambung menjadi tipis sehingga lebih mudah terlu- ka, dan (5) faktor sosial, yaitu situasi yang penuh stres psikologis. Suatu pengamatan terhadap seorang pasien yang menderita fistula pada lambungnya sehingga peru- bahan-perubahan pada lambung dapat diamati, ternyata mengalami peningkatan produksi asam lambung saat dihadapkan pada situasi yang menegangkan yang menimbulkan perasaan cemas. (Sheridan & Radmacher, 1992; Syam, 2006). Timbulnya penyakit tukak lambung dipicu oleh stres yang berkepanjangan (http://www.hanyawanita.com/product/ knowledge/mylanta/, 2006). Menurut Syam (2006) secara umum 80 persen penyakit tukak lambung termasuk jenis fungsional, yaitu tidak diakibatkan kelainan pada sa- luran pencernaan melainkan disebabkan oleh stres, kurang tidur, dan beban peker- jaan. Duapuluh persen sisanya termasuk organik, yaitu ada kelainan pada organ pencernaan, seperti luka pada lambung atau kerongkongan. Stres yang berkepanjangan ini muncul karena gaya hidup saat ini yang serba cepat akibat tuntutan hidup dan tuntutan kerja, misalnya mobilitas yang tinggi maupun beban kerja yang dirasakan berat. Gaya hi- dup tersebut membuat individu selalu berada dalam ketegangan sehingga beraki- bat pada munculnya stres. Selain itu pola makan yang tidak teratur dan mengkon- sumsi makanan instan sebagai akibat pola hidup serba cepat juga merupakan salah satu pencetus penyakit tukak lambung (http://www.indomedia.com/sripo/2003/08/26/2 608gay6.htm, 2006; Syam, 2006). Stres merupakan reaksi fisiologis yang umum dari tubuh terhadap tekanan-tekan- an yang mengenainya (Selye dalam Zimbardo & Gerrig, 1996), misalnya rasa cemas yang berlebihan menyebabkan indi- vidu sering buang air kecil. Pestonjee (1992) menyatakan bahwa stres adalah suatu kon- disi organisme yang timbul dari interaksi dengan lingkungannya. Stres menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang dipicu oleh berbagai faktor psikologis mau-
  • 3. RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG JURNAL PSIKOLOGI 149 pun fisik atau kombinasi dari keduanya. Selye (dalam Zimbardo & Gerrig, 1996) menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan stres fisiologis setelah terjadi peritiwa yang dianggap mengancam atau membahaya- kan, yaitu : 1. Tahap Reaksi Tanda Bahaya Tubuh menerima tanda bahaya yang disampaikan oleh pancaindera dan siap untuk menentang bahaya yang mengan- cam. Kesiapan tubuh tampak melalui res- pon fisiologis yang bersifat otomatis antara lain otot yang mengencang dan menegang, darah dipompa ke jantung dengan lebih kuat sehingga dada berdebar-debar, keri- ngat keluar lebih banyak, ataupun mata memandang dengan lebih waspada. Hipo- thalamus dapat berperan ganda dalam kondisi bahaya yaitu mengontrol sistem syaraf otonom dan mengaktifkan kelenjar pituitary. Dalam kondisi stres, sistem syaraf simpatetis bekerja. Respon yang terjadi adalah dilatasi pupil, produksi saliva terhambat, jantung berdetak lebih keras, dilatasi paru-paru, fungsi digestif dari pencernaan dan sekresi adrenalin menurun (Prokop, 1991; Zimbardo & Gerrig,1996). Apabila keadaan seseorang sudah tidak mengalami stres maka kerja sistem syaraf simpatetis menurun, pada saat ini sese- orang mulai rileks. Selanjutnya yang beker- ja adalah sistem syaraf parasimpatetis. Setelah tahap pertama kemudian timbul tahap kedua (Zimbardo & Gerrig, 1996). 2. Tahap Penolakan Setelah bahaya dianggap hilang, tubuh menjadi rileks dan kembali ke keadaan semula. Pada tahap ini biasanya individu menggunakan segala cara untuk mengatasi bahaya yang dihadapinya dan biasanya individu berhasil memperoleh adaptasi yang sesuai. Bila reaksi-reaksi ini selalu diulang atau sering diulang maupun bila pengatasannya gagal maka individu mulai masuk ke tahap selanjutnya, yaitu tahap kelelahan. 3. Tahap Kelelahan Pada saat ini penolakan mulai menu- run, kerusakan fisiologis mulai muncul, dan tubuh menjadi rentan terhadap penya- kit, demikian pula organ tubuh mulai cedera. Ketiga tahap ini disebut General Adap- tive Syndrome (GAS). GAS bersifat adaptif karena selama tahap reaksi tanda bahaya, tahap penolakan, dan tahap kelelahan indi- vidu dapat menyelesaikan dan bertahan dari efek yang tidak menyenangkan. Pene- rapan GAS telah diketahui dapat menjelas- kan gangguan yang disebut psikosomatis. Hal ini membuat para dokter yang sebe- lumnya tidak menyadari bahwa stres meru- pakan penyebab penyakit menjadi terka- gum-kagum (Prokop, 1991; Zimbardo & Gerrig, 1992). Merujuk pada General Adaptive Syn- drome yang dikemukakan Selye di atas, dapat dipahami bahwa pada tahap pertama terjadi ketegangan. Pada tahap ini seluruh organ tubuh dalam keadaan siaga mengha- dapai stresor. Keadaan siaga atau tegang merupakan umpan balik yang dikirim ke sistem syaraf pusat. Umpan balik ini meru- pakan stimulus yang menambah kecemas- an dan ketegangan. Selanjutnya tahap ke- dua adalah tahap dimana seseorang mela- kukan upaya untuk mengatasi ketegangan- nya dengan melakukan coping. Pada bebe- rapa orang, coping dapat berhasil namun pada sebagian orang yang lain tidak ber- hasil melakukan coping. Pengulangan atas kegagalan melakukan coping berakibat pa- da berlanjutnya proses ini ke tahap ketiga yaitu kelelahan. Pada tahap ketiga mulai terjadi kelelahan organ tubuh, kerentanan organ sehingga muncul gangguan fisiologis (Zimbardo & Gerrig, 1992; Taylor, 1995).
  • 4. SUBEKTI & UTAMI JURNAL PSIKOLOGI150 Salah satu bentuk gangguan fisiologis yang dapat timbul pada tahap ketiga ini adalah penyakit tukak lambung. Kelelahan, kerentanan tubuh terhadap penyakit, kerusakan fisiologis, maupun timbulnya cedera pada organ tubuh yang terjadi pada tahap ketiga akan terus berlanjut menimbulkan kerusakan semakin parah bila tidak dihentikan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemutusan rantai pada tahap ini agar kelelahan dan kerusakan organ tidak semakin parah. Relaksasi dapat memutus rantai proses tersebut dengan cara memutuskan rantai yang terjadi pada tahap ketiga agar individu yang sedang tegang dapat melakukan penyantaian sejenak. Dalam kondisi santai aktivitas sis- tem syaraf simpatetis menurun dan digan- tikan dengan kerja sistem syaraf parasim- patetis, sehingga seluruh organ tubuh kembali dalam keadaan rileks. Berarti de- ngan relaksasi individu dapat mengontrol ketegangan dan mencegah ketegangan ber- tahan pada tahap ketiga. Apabila relaksasi dapat memutus rantai tersebut maka stres dan keluhan tukak lambung dapat berkurang (Sheridan & Radmacher, 1992; Taylor, 1995; Zimbardo & Gerrig, 1992) . Relaksasi merupakan salah satu inter- vensi psikologis yang dapat diterapkan pada gangguan psikosomatis, antara lain sakit kepala (migren), arthritis, penyakit pernafasan (asma), hipertensi, insomnia, diabetes dengan ketergantungan insulin, demikian pula untuk gangguan psikologis seperti phobia dan stres. Relaksasi juga terbukti lebih cocok untuk intervensi gang- guan panik karena lebih dapat mengontrol keadaan dan fungsi psikologis dibanding- kan terapi kognitif (Kazdin, 1994; Beck, Stanley, Baldwin, Deagle, dan Averill, 2001). Intervensi psikologis mulai dipilih sebagai alternatif terapi psikosomatis khu- susnya penyakit tukak lambung karena inkonsistensi atas bukti pengobatan yang biasanya diberikan pada pasien dan adanya efek samping yang sama banyaknya de- ngan jenis terapi yang diberikan. Intervensi medis yang selama ini diberikan pada pasien tukak lambung yaitu pembedahan, diet dan terapi obat. Meskipun 20% pasien tukak lambung di Amerika menjalani pem- bedahan namun intervensi ini sangat mahal dan tidak menjamin kesembuhan tukak secara total bahkan seringkali menimbul- kan efek samping. Misalnya tindakan vagotomy yang bertujuan mengurangi sekresi asam lambung menimbulkan efek samping terganggunya proses pengosong- an lambung menuju usus dua belas jari (Prokop, 1991; Sonnenberg dalam Prokop, 1991). Pengobatan yang biasa dilakukan pada tukak lambung adalah pemberian antasid dan obat-obatan yang menghambat sekresi asam lambung. Namun terdapat penelitian yang membandingkan efektivitas terapi farmasi dengan obat placebo membuktikan hasilnya tidak konsisten. Pilihan obat baru berupa cimetidine dan ranitidine yang ber- fungsi menghambat sekresi asam lambung dengan cara menghambat reseptor hista- min berefek samping kekacauan mental dan perubahan dada pada pria. Terapi lain berupa diet menggunakaan makanan lunak seperti susu, keju yang lunak, dan daging halus. Namun susu atau krim justru me- ningkatkan sekresi asam lambung (Prokop, 1991) sehingga terapi ini kurang efektif untuk mengatasi tukak lambung. Terapi medis yang disebutkan di atas hasilnya ku- rang memuaskan dan tidak dapat menga- tasi penyebab sebenarnya dari penyakit tukak lambung yang merupakan gangguan psikosomatis yaitu stres. Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dilakukan inter- vensi psikologis yaitu relaksasi. Relaksasi merupakan teknik mengu- rangi ketegangan dan kecemasan dengan
  • 5. RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG JURNAL PSIKOLOGI 151 latihan melemaskan otot tubuh pada saat dibutuhkan. Tujuan relaksasi diberikan kepada pasien tukak lambung adalah un- tuk memberikan sebuah teknik mengem- bangkan perasaan rileks ketika pasien mengalami serangan rasa sakitnya. Setelah melakukan latihan relaksasi beberapa sesi maka seseorang akan mampu menjadi rileks dengan relatif lebih cepat dan waktu yang singkat bahkan tanpa bantuan terapis (Kazdin, 1994). Penelitian sebelumnya tentang manfaat relaksasi telah dilakukan di Indonesia (Prawitasari, 1989; Utami, 1991; Sutrisno, 1998). Demikian halnya di luar negeri pene- litian tentang relaksasi juga telah banyak dilakukan, antara lain penelitian Dendato dan Diener (1986) tentang terapi relaksasi dan kognitif yang terbukti efektif mengu- rangi kecemasan meskipun tidak mening- katkan prestasi akademik pada remaja. Efek relaksasi juga telah diteliti oleh beberapa ahli pada psikologi kesehatan yaitu Relaksasi Otot Progresif dan Relak- sasi Imajeri Terpandu efektif mengurangi efek samping chemotherapy seperti cemas, depresi, mual, dan meningkatnya tekanan darah pada pasien kanker (Lyles, Burish, Krozely, & Oldham, 1982). Relaksasi juga terbukti efektif menu- runkan tekanan darah sistolik pada pende- rita hipertensi, dalam hal ini terapi relaksasi kelompok lebih efektif daripada terapi relaksasi kelompok yang disertai dengan perjanjian konsekuensi jika terjadi pelanggaran aturan misalnya lupa tidak melakukan latihan. Sebagai terapi komple- menter, relaksasi terbukti efektif menurun- kan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi ringan (Lichstein, Hoelscher & Rosenthal, 1986; Yung, French, & Leung, 2001).  diputus Stresor sehari-hari (situasi mengancam, fisik, situasi bising, dll) Tegang/Stres (Pupil mata membesar, jantung berdebar-debar, otot menegang) Menolak ketegangan /melakukan coping adaptif COPING ADAPTIF BERHASIL NYAMAN COPING TIDAK BERHASIL Tahap Kelelahan Tubuh rentan terhadap penyakit, organ tubuh yang lemah cedera (migren, tukak lambung, sakit punggung, dll) Relaksasi Melakukan penyantaian. Memutus rantai proses agar ketegangan tidak terus- menerus berada pada tahap kelelahan. Tubuh kembali rileks, kerja syaraf simpatetis digantikan syaraf parasimpatetis. Gambar 1. Dasar kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini
  • 6. SUBEKTI & UTAMI JURNAL PSIKOLOGI152 Stresor sehari-hari dapat menimbulkan ketegangan. Ketegangan dapat dikenali melalui reaksi fisiologis seperti jantung berdebar, pupil membesar dan otot menegang. Individu akan berusaha untuk menghadapi ketegangan tersebut dengan melakukan coping. Bila coping berhasil maka individu akan kembali ke keadaan normal atau rileks tanpa ketegangan. Sebaliknya, apabila coping tidak berhasil maka tubuh akan mengalami kelelahan akibat syaraf simpatetis bekerja terus- menerus sehingga muncul gangguan fisik. Relaksasi diberikan untuk menghentikan ketegangan agar tidak terus-menerus, sehingga kelelahan yang dialami tubuh tidak berlanjut. Relaksasi dapat digunakan untuk memutuskan rantai ketegangan karena dapat membuat tubuh mengalami penyantaian dimana kerja syaraf simpatetis digantikan oleh syaraf parasimpatetis sehingga seluruh organ tubuh kembali ke keadaan rileks. Dengan demikian kete- gangan dapat dicegah agar tidak berada di tahap kelelahan terlalu lama. Teknik relaksasi banyak digunakan untuk mengontrol rasa sakit, yang pada awalnya dikembangkan untuk menangani kecemasan berupa gangguan emosi. Apabi- la teknik relaksasi diterapkan pada mana- jemen penyakit, maka tujuannya adalah untuk mengurangi kecemasannya sebab kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit. Oleh sebab itu relaksasi dapat menurunkan kecemasan sehingga rasa sakit dapat ber- kurang (Taylor, 1995). Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka diajukan hipotesis “Metode Relaksasi Dapat Menu- runkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung pada Penderita Tukak Lambung Kronis”. Subjek dalam peneliltian ini diharapkan mengalami penurunan taraf stres dan taraf keluhan tukak lambung setelah diberi intervensi relaksasi. Metode Penelitian ini menggunakan single case experimental designs atau eksperimen dengan subjek berjumlah sedikit. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang. Secara skematis perlakuan yang diberikan dapat digambarkan dalam Tabel 1: Tabel 1 Desain Penelitian Keterangan Hari ke- S1 S2 S3 Baseline Hari ke-1 sampai hari ke-4 O1 O1 O1 Terapi I : Hari ke-5 X1 O2 X1 O2 X1 O2 Terapi II : Hari ke-7 X2 O3 X2 O3 X2 O3 Terapi Terapi III : Hari ke-9 X3 O4 X3 O4 X3 O4 Latihan mandiri Hari ke-10 sampai hari ke-25 O5 O5 O5 Tanpa terapi Hari ke-26 sampai hari ke-39 O6 O6 O6 Follow up Hari ke-40 sampai hari ke-47 O7 O7 O7 Keterangan : S : subjek O: pengukuran / observasi X : perlakuan
  • 7. RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG JURNAL PSIKOLOGI 153 Subjek Subjek diperoleh dengan cara pena- waran relawan, dengan kriteria pria atau wanita pasien tukak lambung yang dipicu oleh stres bukan kerusakan organis yang diketahui melalui seleksi menggunakan wawancara skrining awal, telah menderita tukak lambung minimal tiga bulan terakhir, berusia dewasa sehingga dapat mengerja- kan tugas-tugas yang diberikan selama penelitian, dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas tempat penelitian. Jumlah sub- jek tiga orang semuanya wanita. Alat Peneltian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Alat tulis untuk mencatat observasi selama perlakuan 2. Tape perekam 3. Kaset rekaman relaksasi produksi Ba- gian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi UGM 4. Lembar self repport: Skala Keluhan Fisik Tukak Lambung, Skala Ketegangan, dan Catatan Harian Relasasi 5. Lembar Observasi 6. Pedoman Terapi Relaksasi 7. Pedoman Wawancara (saat skrining awal, perlakuan, dan follow up). Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara visual inspection, yaitu membandingkan ha- sil pengukuran tingkat ketegangan dan keluhan tukak lambung ketiga subjek pene- litian. Tingkat ketegangan keluhan tukak lambung dibandingkan antara hasil pengu- kuran pada saat baseline, perlakuan, dan follow up. Perbandingan tampak pada ke- naikan atau penurunan yang disajikan melalui tabel dan grafik (Barlow, 1984). H a s i l Hasil penelitian berikut ini disusun berdasarkan data subjek yang diperoleh dari pengisian Skala Ketegangan dan Skala Keluhan Tukak Lambung yang dihitung berdasarkan skor harian. Selain itu juga didukung data kualitatif berupa hasil wawancara skrining awal, Catatan Harian Relaksasi, Catatan Observasi, diskusi sete- lah latihan dan wawancara pada saat follow up. Tabel 2 Ringkasan Analisis Visual Rerata Skor Selama Baseline, Terapi, Latihan Mandiri dan Follow up dan Selisih Rerata Selama Terapi – Baseline, Latihan Mandiri – Terapi, dan Follow up – Latihan Mandiri B T LM FU Subjek Skala M M Selisih T - B M Selisih LM - T M Selisih FU - LM 1 Stres Keluhan Tukak Lambung 56,25 23,25 45 21,2 -11,25 -2,05 28,13 20,07 -16,87 -1,13 39,29 19,57 +11,16 -0,5 2 Stres Keluhan Tukak Lambung 68,75 36 65 34,6 -3,75 -1,4 48,44 31,44 -16,56 -3,16 25 20,71 -23,44 -10,73 3 Stres Keluhan Tukak Lambung 50 43,75 55 40,2 -5 -3,55 45,3 29,25 -9,7 -10,95 32,15 22,29 -13,15 -6,96 Keterangan : B = Baseline T = Terapi FU = Follow up Selisih = (-) turun M = Rerata LM = Latihan Mandiri = (+) naik
  • 8. SUBEKTI & UTAMI JURNAL PSIKOLOGI154 Grafik1.ProfilSubyek1 Grafik2.ProfilSubyek2
  • 9. RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG JURNAL PSIKOLOGI 155 Grafik3.ProfilSubyek3 Keterangan: Harike-1sampaike-4:baseline Harike-5sampaike-9:terapi Harike-10sampaike-25:latihanmandiri Harike-26sampaike-32:followup
  • 10. SUBEKTI & UTAMI JURNAL PSIKOLOGI156 Berdasarkan tabel 2 dan hasil visual inspection dapat diketahui bahwa dua subjek dalam penelitian ini mengalami penurunan stres dan intensitas keluhan tukak lambung sedangkan satu diantara- nya justru mengalami kenaikan pada pengukuran follow up. Pada saat sebelum perlakuan, menun- jukkan tidak terdapat perbedaan stres yang nyata antara ketiga subjek. Perbedaan tampak pada skor intensitas keluhan tukak lambung, subjek 1 mendekati angka teren- dah. Dari tabel 2 tampak bahwa rerata baseline stres subjek 1=56,25, subjek 2=68,75, dan subjek 3=50. Rerata stres pada masa terapi subjek 1=45, subjek 2=65 dan subjek 3=55. Rerata stres pada masa latihan man- diri subjek 1=28,13, subjek 2=48,44 dan sub- jek 3=45,3. Rerata stres pada pengukuran follow up subjek 1=39,29, subjek 2=25 dan subjek 3=32,15. Rerata baseline keluhan tukak lambung subjek 1=23,25, subjek 2=36, dan subjek 3=43,75. Rerata keluhan tukak lambung pada masa terapi subjek 1=21,2, subjek 2 =34,6 dan subjek 3=40,2. Rerata keluhan tukak lambung pada masa latihan mandiri subjek 1=20,07, subjek 2=31,44 dan subjek 3=29,25. Rerata keluhan tukak lambung pada pengukuran follow up subjek 1=19,57, subjek 2=20,21 dan subjek 3=22,29. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rerata stres subjek 1 pada saat terapi mengalami penurunan 11,25, subjek 2=3,75, sedangkan subjek 3=5. Pada saat latihan mandiri stres subjek 1 mengalami penurunan sebesar 16,87, subjek 2=16,56, sedangkan subjek 3=9,7. Pada saat follow up rerata stres subjek 1 naik sebesar 11,16, subjek 2 mengalami penurunan 23,44, sedangkan subjek 3 =13,25. Rerata penurunan intensitas keluh- an tukak lambung saat terapi pada subjek 1=2,05, subjek 2=1,4, sedangkan subjek 3=3,55. Pada saat latihan mandiri rerata penurunan intensitas keluhan tukak lam- bung pada subjek 1=1,13, subjek 2=3,16, sedangkan subjek 3=10,95. Rerata penurun- an intensitas keluhan tukak lambung saat follow up pada subjek 1=0,5, subjek 2=10,73, sedangkan subjek 3=6,96. Diskusi Ketiga subjek dalam penelitian ini menunjukkan penurunan stres dan keluhan tukak lambung baik pada saat terapi, latihan mandiri maupun pada saat follow up. Adanya penurunan stres dan intensitas keluhan tukak lambung menunjukkan bahwa relaksasi yang diberikan sebagai terapi maupun sebagai latihan mandiri (self help) dapat menurunkan stres dan keluhan tukak lambung. Hal ini sesuai dengan penelitian Blanchard (1982) bahwa self help relaksasi dapat mengatasi keluhan fisik. Penurunan yang terjadi terbukti signi- fikan secara klinis karena berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dengan wawan- cara pada masa follow up terdapat perubah- an positif dalam kehidupan sehari-hari pada ketiga subjek. Signifikansi klinis merupakan perubahan positif dalam kehi- dupan sehari-hari subjek (Barlow, 1984; Diekhoff, 2002). Setelah teknik relaksasi diberikan sebagai terapi untuk mengem- bangkan keterampilan subjek selama tera- pi, subjek dapat mempraktekkan dan menerapkan kemampuan tersebut ke da- lam kehidupan sehari-hari untuk mengon- trol perilaku dalam berbagai situasi (Kazdin, 1994). Hasil penelitian ini menguatkan pene- litian sebelumnya bahwa relaksasi dapat menurunkan ketegangan, keluhan tukak lambung, menurunkan tekanan darah, dan efektif sebagai terapi komplementer pada penderita psikosomatis ringan (Prawitasari, 1989; Sutrisno, 1998 Utami, 1988; Dendato & Diener, 1986; Lyles, Burish, Krozely, & Oldham, 1982).
  • 11. RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG JURNAL PSIKOLOGI 157 Keberhasilan terapi relaksasi dalam penelitian ini tampak pada penurunan skor stres dan keluhan tukak lambung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Taylor (1995) bahwa tujuan penerapan teknik relaksasi pada manajemen penyakit adalah untuk mengurangi kecemasannya sebab kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit. Oleh sebab itu relaksasi dapat menurunkan kecemasan sehingga rasa sakit dapat berkurang. Berdasarkan analisis visual dan pertim- bangan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil terapi baik faktor yang mendukung maupun menghambat, maka dapat disim- pulkan bahwa diantara ketiga subjek yang mengalami penurunan stres dan keluhan tukak lambung paling besar adalah subjek 3. Subjek 3 melakukan relaksasi setiap hari sehingga frekuensinya memenuhi jumlah minimal yang diharapkan. Penurunan yang dialami sangat tampak karena terjadi penurunan stres maupun keluhan tukak lambung. Walaupun pada hari ke-12 sam- pai ke-18 perlakuan stres subjek 3 naik. Peningkatan stres ini tidak diikuti dengan peningkatan keluhan tukak lambung ke- mungkinan karena adanya penilaian kog- nitif terhadap sumber stres oleh subjek 3. Subjek menilai sumber stres yang dialami pada saat itu tidak mengancam sehingga tidak berpengaruh pada reaksi psikologis terhadap stres. Setiap penilaian individu akan membawa konsekuensi yang berbeda terhadap dirinya. Suatu peristiwa dapat dinilai sebagai menyakitkan, mengancam atau tantangan. Penilaian ini disebut peni- laian primer. Selanjutnya subjek 3 memiliki penilaian sekunder (secondary appraisal) yaitu penilaian terhadap kemampuan serta sumber daya lainnya seperti dukungan sosial dalam mengatasi dampak peristiwa negatif (Lazarus dalam Taylor, 1995). Selama penelitian berlangsung, subjek 3 mendapat dukungan dari keluarga. Hal ini dapat membuat subjek 3 merasa mendapat sumber daya untuk mengatasi stres yang dialaminya. Relaksasi yang diberikan pada subjek 1 juga berhasil. Frekuensi latihan subjek 1 memenuhi jumlah minimal dalam pedo- man, teknik yang digunakan lebih banyak daripada subjek 3 namun tidak membuat perubahan yang dialami lebih besar. Sebab skor stres maupun keluhan tukak lambung pada subjek 1 pada pengukuran baseline su- dah rendah sehingga kalaupun mengalami penurunan maka tidak akan begitu tampak. Perubahan stres dan keluhan tukak lambung yang berbanding terbalik pada hari ke-19 sampai ke-25 dan masa follow up kemungkinan terjadi karena faktor penilai- an kognitif sebagaimana yang terjadi pada subjek 3. Pada saat follow up stres subjek naik, kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh faktor penilaian kognitif atas sumber stres dimana situasi yang dialami subjek 1 sama dengan situasi sebelumnya namun dapat meningkatkan stres. Meningkatnya intensitas keluhan tukak lambung subjek 1 pada akhir follow up terjadi akibat makanan. Hal ini menunjukkan bahwa terapi kepada penderita tukak lambung fungsional tetap perlu memperhatikan faktor lain seperti pengaturan makanan. Perbedaan hasil terapi pada subjek 1 dan 3 tidak hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal. Subjek 1 menggunakan dua teknik relaksasi yaitu Relaksasi Kesadaaran Indera dan Relaksasi Otot, sedangkan subjek 3 hanya menggunakan teknik Relaksasi Otot. Kemungkinan hal ini mempengaruhi ke- berhasilan tersebut, sebagaimana hasil penelitian Yung, French, dan Leung (2001) yang menunjukkan bahwa relaksasi pere- gangan-pengenduran seperti relaksasi otot lebih efektif daripada relaksasi kognitif- imajeri untuk mengatasi kasus-kasus somatis. Oleh karena itulah penurunan
  • 12. SUBEKTI & UTAMI JURNAL PSIKOLOGI158 stres dan keluhan tukak lambung yang dicapai subjek 3 tampak lebih berhasil. Frekuensi relaksasi subjek 2 tidak memenuhi syarat minimal dalam pedoman terapi yaitu 22 kali. Ketidakpatuhan subjek 2 dalam melaksanakan tugas rumah untuk melakukan relaksasi kemungkinan karena prosedur dalam Terapi Relaksasi ini tidak mencantumkan hadiah dan hukuman apa- bila subjek mematuhi atau melanggar tugas rumah yang diberikan untuk melakukan relaksasi setiap hari. Apabila suatu stimu- lus dihadirkan sebagai akibat subjek mematuhi tugas untuk melakukan relaksasi setiap hari maka perilaku tersebut akan terpelihara, demikian pula apabila suatu stimulus dihadirkan sebagai akibat subjek melanggar tugas untuk melakukan relak- sasi setiap hari maka kemungkinan beru- langnya perilaku tersebut dapat dikurangi (Soekadji, 1983). Keberhasilan yang dialami subjek 2 dan signifikansi klinis yang didapat ke- mungkinan karena pengaruh karakteristik subjek yaitu minat terhadap relaksasi yang memungkinkan subjek memiliki penilaian positif terhadap relaksasi. Meskipun hanya melakukan latihan sebanyak 5 kali namun subjek menggunakan keterampilan menca- pai keadaan rileks dalam kehidupan sehari- hari seperti ketika mendapat telepon dari kekasih yang sering membuat subjek mera- sa tegang maupun ketika akan melakukan perjalanan jauh. Dengan demikian subjek 2 mampu mentransfer hasil belajarnya dalam situasi nyata. Terdapat internal invalidity dalam pene- litian ini, bahwa desain penelitian tidak dapat mengisolasi relaksasi sebagai satu- satunya faktor dalam keberhasilan penu- runan stres dan keluhan tukak lambung. Hal ini dikarenakan relaksasi tetap dilaku- kan oleh subjek yang ingin melakukannya pada saat tanpa terapi dan follow up. Seharusnya tahap tanpa terapi dan follow up benar-benar terbebas dari intervensi untuk mengetahui efek yang ditimbulkan oleh eksperimen. Variabel eksternal yang dapat mence- mari hasil penelitian ini tidak dikendalikan, hal ini berkaitan dengan kesulitan memper- oleh subjek apabila variabel tersebut diken- dalikan sepenuhnya. Variabel yang dimak- sud adalah faktor diet tukak lambung oleh subjek, pengobatan di luar terapi seperti pengobatan alternatif maupun terapi medis dengan obat-obatan, jenis penyakit yang diderita subjek, tingkat keparahan dan penyakit lain yang menyertai, kemampuan konsentrasi dan motivasi untuk sembuh pada masing-masing subjek dan pengam- bilan data subjek 1 pada bulan Ramadhan. Kemampuan berkonsentrasi berperan dalam keberhasilan mempelajari relaksasi, tampak bahwa subjek 2 dan 3 kurang dapat berkonsentrasi sehingga lebih lambat da- lam mempelajari teknik relaksasi terutama Teknik Relaksasi Kesadaran Indera diban- dingkan subjek 1 yang lebih cepat mengua- sainya. Selain itu juga motivasi untuk sembuh menentukan seberapa besar usaha subjek untuk mencapai kesembuhan mela- lui berbagai upaya sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi kepatuhan subjek terhadap prosedur terapi. Penurunan akibat self help yang terjadi pada masing-masing subjek berbeda dinamikanya. Relaksasi sebagai self help pada subjek 1 dapat menurunkan stres dan keluhan tukak lambung. Stres subjek 1 naik pada pengukuran follow up, keluhan tukak lambung subjek 1 juga naik pada hari ke-19 sampai hari ke-25, hal ini dipengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Naiknya kete- gangan pada pengukuran follow up berkait- an dengan penilaian kognitif terhadap permasalahan yang dihadapi, kemungkin- an peristiwa yang dihadapi dinilai lebih mengancam. Pada subjek 2, relaksasi seba- gai self help juga dapat menurunkan stres
  • 13. RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG JURNAL PSIKOLOGI 159 dan keluhan tukak lambung. Pada masa latihan mandiri hari ke-12 sampai hari ke- 18 subjek belum berlatih relaksasi sehingga stresnya naik. Kenaikan ini tidak diikuti dengan keluhan tukak lambung. Pada hari ke-19 sampai hari ke-25 stres subjek turun demikian pula dengan keluhan tukak lambung. Subjek 3 belum dapat melakukan relaksasi sebagai self help karena subjek belum dapat mempraktekkan relaksasi un- tuk mengatasi ketegangan yang dihadapi. Subjek membutuhkan latihan setiap hari agar dapat mencapai keadaan rileks. Naik- nya stres subjek pada hari ke-12 sampai ke- 18 kemungkinan berkaitan penilaian kog- nitif terhadap tingkat kesulitan masalah yang dihadapi. Subjek sudah memiliki antisipasi negatif terhadap permasalahan yang dihadapi, sehingga mengakibatkan stresnya naik. Keberhasilan sebuah terapi dipenga- ruhi oleh banyak faktor yaitu tipe terapi, karakteristik klien, taraf latihan, dan setting terapi. Oleh sebab itu apabila dilakukan penelitian tentang terapi maka tujuannya adalah mengetahui hubungan 6 faktor dalam terapi yaitu karakteristik terapis, subjek, permasalahan yang ada, teknik terapi, situasi saat terapi dan hasil terapi. Hasil suatu terapi dievaluasi berdasarkan pengaruh kelima faktor lainnya sehingga diperoleh suatu pemahaman yang menda- lam mengenai faktor yang menghambat atau mendukung keberhasilan suatu terapi pada suatu permasalahan tertentu (Barlow, Hayes, & Nelson dalam Pramana, 1989; Corey, 2005). Hal ini dapat dijelaskan pada masing-masing individu yang akan dipa- parkan pada pembahasan individual. Pengaruh Situasi Saat Terapi Terhadap Hasil Terapi Subjek 1. Keluarga subjek 1 membe- rikan dukungan atas pelaksanaan terapi., subjek juga tidak memiliki kegiatan yang padat sehingga pemilihan jadwal terapi dapat dilakukan secara fleksibel. Pelaksa- naan waktu terapi bertepatan dengan bulan Ramadhan yang memberikan pengaruh positif terhadap pengendalian tingkat stres subjek, karena pada bulan Ramadhan sub- jek merasa lebih dapat menenangkan diri dan mengendalikan emosi sehingga mem- bantu keberhasilan terapi dalam menurun- kan stres dan keluhan tukak lambung selain adanya efek obat tukak lambung yang tetap diminum subjek selama pene- litian walaupun dosisnya akhirnya semakin berkurang. Situasi yang tidak mendukung terha- dap hasil terapi dialami pada saat peman- tauan tugas rumah kedua dan ketiga kare- na subjek tidak dapat berkonsentrasi untuk relaksasi akibat suasana rumah yang ramai menjelang Hari Raya Idul Fitri. Keadaan tersebut mengganggu ketenangan subjek, sehingga tidak dapat berlatih relaksasi. Subjek 2. Sepanjang masa penelitian, subjek 2 mengalami situasi yang mengun- tungkan. Tidak ada gangguan suasana rumah ataupun perubahan jadwal kegiatan pribadi yang mengganggu jadwal terapi, sehingga ada kebebasan melakukan relak- sasi di tempat kost. Subjek 3. Adanya dukungan keluarga yang tampak dari tindakan anak-anak dan suami dalam menyiapkan tempat yang nyaman dan menjaga suasana tetap tenang. Pengaruh Karakteristik Subjek Terhadap Hasil Terapi Subjek 1. Beberapa karakteristik yang menguntungkan atas keberhasilan terapi adalah: (1) belum menikah dan belum bekerja sehingga mempunyai lebih banyak kebebasan mengatur waktu dan tindakan yang dipilih untuk mencapai kesembuhan. Kebebasan mengatur waktu meliputi kebe- basan mengatur waktu untuk melakukan
  • 14. SUBEKTI & UTAMI JURNAL PSIKOLOGI160 tugas yang diberikan terapis untuk melaku- kan relaksasi setiap hari; (2) kemampuan mengingat yang baik sehingga memudah- kan dalam penguasaan instruksi relaksasi. Pelaksanaan relaksasi selanjutnya oleh subjek dianjurkan tidak menggunakan ka- set agar menghindari ketergantungan terhadap alat. Kaset hanya digunakan pada saat terapi bersama terapis dan selama subjek belum hafal instruksinya; (3) moti- vasi untuk sembuh yang cukup baik. Moti- vasi yang tinggi untuk sembuh mempenga- ruhi kepatuhan subjek melaksanakan tugas rumah yang diberikan dalam penelitian yaitu melakukan relaksasi setiap hari. Karakteristik yang menghambat keber- hasilan terapi adalah sikap mudah curiga dan mudah menyalahkan sesuatu bila suatu kejadian menimpa subjek. Misalnya subjek khawatir bila sakit perut yang dide- rita pada masa tanpa terapi merupakan akibat relaksasi yang dilakukannya. Kekha- watiran tersebut membuat subjek ragu- ragu dalam melakukan relaksasi. Subjek 2. Beberapa karakteristik yang menguntungkan atas keberhasilan terapi yaitu: (1) subjek belum menikah dan belum bekerja seperti subjek 1; (2) kemampuan mengingat yang baik sehingga memudah- kan dalam penguasaan instruksi relaksasi. (3) perilaku makan yang baik. Subjek sangat hati-hati memilih menu makanan dengan menghindari jenis makanan yang memicu kekambuhan tukak lambung; (4) ketelitian dalam mengisi lembar self repport. Karakteristik yang menghambat keber- hasilan terapi yaitu: (1) kurangnya motivasi untuk sembuh. Motivasi yang kurang untuk sembuh mempengaruhi kepatuhan subjek melaksanakan tugas rumah yang diberikan dalam penelitian yaitu melaku- kan relaksasi setiap hari, (2) perilaku makan. Meskipun perilaku makan subjek sangat hati-hati memilih menu namun fak- tor ini juga dapat menghambat keber- hasilan terapi karena pada saat-saat terten- tu subjek memiliki keinginan yang sangat kuat untuk makan makanan pedas yang sebenarnya dapat memicu kekambuhan keluhan tukak lambung. Biasanya hal ini terjadi menjelang subjek haid. Subjek 3. Karakteristik yang mengun- tungkan atas keberhasilan terapi yaitu: (1) tidak memiliki banyak kegiatan sehingga mempunyai lebih banyak kebebasan dalam mengatur waktu dan tindakan yang dipilih untuk mencapai kesembuhan, (2) kemam- puan mengingat yang baik sehingga memudahkan dalam penguasaan instruksi relaksasi, (3) perilaku makan yaitu meng- hindari beberapa makanan yang berdasar- kan pengalamannya dapat memicu kekam- buhan keluhan tukak lambung; (4) motivasi untuk sembuh. Karakteristik yang menghambat keber- hasilan terapi pada subjek 3 hampir tidak ada. Pengaruh Permasalahan Yang Ada Terha- dap Hasil Terapi Subjek 1. Subjek sudah dinyatakan menderita tukak lambung sejak tahun 2003 dan mengidap penyakit TB Kelenjar yang cukup parah. Obat TB Kelenjar yang dimi- num subjek memiliki efek samping menaik- kan asam lambung, meskipun reaksi terse- but tidak terjadi setiap kali obat tersebut diminum. Subjek 2. Ia telah didiagnosis menderita tukak lambung oleh dokter sejak tahun 2003. Subjek merupakan penderita tukak lambung tanpa penyakit lain sehingga lebih dapat difokuskan untuk menurunkan stres dan keluhan tukak lambung. Subjek 3. Ia menderita tukak lambung sejak 6 bulan lalu. Penyakit lain yang dide- rita subjek adalah diabetes dan hipertensi, sehingga terdapat 3 macam gangguan psikosomatis yang dialami subjek 3.
  • 15. RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG JURNAL PSIKOLOGI 161 Kemungkinan hipertensi dan diabetes subjek yang dilaporkan berkurang pada saat pengukuran follow up merupakan akibat Terapi Relaksasi yang diberikan. Pengaruh Prosedur Terapi Terhadap Hasil Terapi a. Jumlah Terapi Yang Dilakukan Subjek 1 mengikuti terapi bersama te- rapis sebanyak 3 kali. Frekuensi melakukan relaksasi adalah 36 kali. Subjek 2 mengikuti terapi bersama terapis sebanyak 4 kali tetapi dua kali Relaksasi Kesadaran Indera tidak mampu dipahami oleh subjek karena tidak dapat berkonsentrasi. Frekuensi relaksasi yang dilakukan tidak memenuhi jumlah minimal yang diharapkan yaitu sebanyak 7 kali. Subjek 3 mengikuti terapi bersama te- rapis sebanyak 4 kali, dua kali diantaranya juga gagal seperti subjek 2. Frekuensi total latihan yang dilakukan subjek adalah 40 kali. Bila subjek melakukan relaksasi sesuai jumlah minimal yang diharapkan, maka ia telah melakukan relaksasi hampir setiap hari. Dengan demikian subjek telah dapat mempelajari keterampilan relaksasi. Na- mun bila subjek telah dapat menerapkan relaksasi dalam situasi nyata berarti ia telah menguasai keterampilan relaksasi, sehing- ga terapi telah mencapai keberhasilannya meski jumlah relaksasi yang dilakukan tidak memenuhi jumlah minimal. b. Pertemuan Terapis dengan Subjek Subjek 1 Terapi dilakukan di rumah subjek. Pada setiap pertemuan, terdapat keluarga subjek yang ikut hadir namun tidak menunggui proses terapi. Kehadiran ang- gota keluarga pada saat pertemuan dengan terapis memberikan perasaan atas adanya dukungan keluarga. Pertemuan pemantauan 4 hari pertama dilakukan di rumah subjek. Pertemuan pemantauan 4 hari ke-2 dan 4 hari ke-3 dilakukan melalui telepon karena pada saat itu situasi kurang menguntungkan. Peman- tauan melalui telepon kurang memung- kinkan untuk melakukan pengecekan pe- ngisian skala secara teliti karena sulit menciptakan keterlibatan antara subjek dengan peneliti. Subjek 2 Pertemuan pertama yang berisi terapi Relaksasi Kesadaran Indera gagal dilaku- kan, karena subjek tidak mampu berkon- sentrasi pada instruksi. Pertemuan beri- kutnya dilaksanakan tanpa hambatan. Pemantauan pertama, kedua, ketiga dan keempat dilakukan di kost subjek. Subjek 3 Seluruh pertemuan dilakukan di ru- mah subjek secara langsung pada saat selalu ada salah satu keluarga subjek yang ikut hadir menemani namun tidak me- nunggui proses terapi. Pengaruh dukungan keluarga tampak pada subjek 1 dan 3 yang lebih termotivasi dalam mengikuti terapi daripada subjek 2. Teknik Relaksasi Yang Dilakukan Oleh Subjek Subjek 1 melakukan kedua teknik relaksasi yang diajarkan setiap hari secara bergantian kecuali pada saat ia tidak mela- kukan latihan. Subjek 2 hanya melakukan Relaksasi Otot, dan ubjek 3 hanya mela- kukan Relaksasi Otot setiap hari secara rutin. Penurunan stres dan keluhan tukak lambung pada subjek 2 dan 3 relatif lebih berhasil daripada subjek 1. Salah satu yang mempengaruhinya adalah teknik relaksasi.
  • 16. SUBEKTI & UTAMI JURNAL PSIKOLOGI162 Teknik yang dilakukan subjek 2 dan 3 hanya satu macam yaitu Relaksasi Otot, sedangkan subjek 1 menggunakan dua teknik sekaligus yaitu Relaksasi Kesadaran Indera dan Relaksasi Otot. Sebagaimana hasil penelitian Yung, French, & Leung (2001) yang menunjukkan bahwa relaksasi peregangan-pengenduran seperti Relaksasi Otot lebih efektif daripada Relaksasi Kognitif-Imajeri untuk mengatasi kasus- kasus somatis. Relaksasi yang diberikan secara indi- vidual sebagai terapi maupun sebagai self help dapat menurunkan stres dan keluhan tukak lambung. Selain itu juga dapat membuat subjek tidak merasa mudah lelah, mengurangi rasa sesak nafas dan menim- bulkan rasa tenang dan nyaman. Kepustakaan Azwar, S. (1996). Tes prestasi. fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi bela- jar. (2nd ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barlow, D.H., Hersen, M., Hartmann,D.P., & Kazdin, A.E. (1984). Single case experimental designs. Strategies for studying behavior change.(2nd ed.). New York: Pergamon Press, Inc. Beck. J.G., Stanley. M.A., Baldwin. L.E., Deagle III. E.A., & Averill. P.M. (2001). Comparison of cognitive therapy and relaxation training. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 69, 875–899 Blanchard, E, Andrasik, F; Neff, D.F., Arena, J.G., Ahles, T.S., Jurish, S.E., et al. (1982). Biofeedback and relaxation training with three kinds of headache: Treatment effects and their prediction. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 50( 4), 452 – 575. Corey, G. (2005). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi (terjemahan). Bandung: PT. Refika Aditama. Crow, LD & Crow, A. (Editor). (1963). Readings in abnormal psychology. New Jersey: Littlefield adams, co. Dendato, K.M & Diener, D. (1986). Effec- tiveness of cognitive/relaxation therapy and study skills training in reducing self-report and improving the academic performance of test-anxious students. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 33( 2), 131-135. Diekhoff, G. (2002). Statistic for the social and behavioral sciences: Univariate, bivariate, multivariate. Dubuque: WCB Publisher. http://www.indomedia.com/sripo/2003/08/26/26 08gay6.htm.,(2006).Mengatasi ketegang- an dengan relaksasi. Tanggal akses: 2 Juli 2006. http://www.hanyawanita.com/product_knowled ge/mylanta/ , (2005). Hidup serba cepat, bagaimana dengan kesehatan anda? Tanggal akses: 5 Juni 2006. http://www.medicinenet.com/dyspepsia/page10. htm.(2006).Dyspepsia.Tanggal akses:23 April 2006. Kazdin, A. E. (1992). Research design in cli- nical psychology. Boston: Allyn & Bacon. ____. (1994). Behavior modification in applied setting. Boston: Brooks Cole Publishing Company. Kerlinger, F.N & Lee, H. B. (2000). Foun- dations of behavioral research. (4th ed). New York: Harcout, Inc. Lachman, S.J. (1972). Psychosomatic disorder: A behavioristic interpretation. Approach to behavioral pathology series. New York: John Wiley & Sons, Inc. Lichstein. K.L., Riedel. B.W., Wilson. N.M., Lester. K.W., & Aguillard. R.N. (2001). Relaxation and sleep compression for late-life insomnia: A placebo-controlled
  • 17. RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG JURNAL PSIKOLOGI 163 trial. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 69( 2), 227 – 239. Lyles, J.N., Burish, T.G., Krozely, M.G., & Oldham, R.O. (1982). Efficacy of relaxation training and guided imagery in reducing the aversiveness of cancer chemotherapy. Journal of Consulting and Clinical Psycholog, 50(4), 509-524. Pramana, W. (1989). Efektivitas teknik kontrol diri pada obesitas. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psiko- logi Universitas Gadjah Mada. Prawitasari, J.E. (1988). Pengaruh relaksasi terhadap keluhan fisik: suatu studi eksperimental. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psiko- logi Universitas Gadjah Mada. ____ ., (1989). Pemantauan diri: Salah satu cara untuk mengendalikan ketegangan. Laporan Penelitia. (tidak diterbitkan). Yog- yakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Puskesmas Gamping I. (2005). Laporan tahunan 10 besar penyakit. (Tidak diter- bitkan). Sleman: Puskesmas Gamping I. Pestonjee, D.N. (1992). Stres and coping. London: Sage Publications. Prokop., C.K., Bradley., L.A, Burish., T.G, Anderson., K.O., & Fox., J.E. (1991). Health Psycholoy. clinical methods and research. Toronto: Macmillan Publishing Co. Retnowati, S. (2004). Depresi pada remaja. Model integrasi penyebab depresi dan pengatasan depresi pada remaja. Diser- tasi. (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Reynolds, WM & Coats, K.I. (1986). A comparison of cognitif-behavioral the- rapy and relaxation training for the treatment of depression in adolescents. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 54, 653 – 660. Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology : Biopsychosocial Challenging the biomedical model. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sheridan, C.L & Radmacher, S.A. (1992). Health psychology challenging the biome- dical model. New York: John Wiley & Sons, Inc. Soekadji, S. (1983). Modifikasi Perilaku. Penerapan sehari-hari dan penerapan profesional. Yogyakarta : Liberty. Sutrisno, EL. (1998). Efektivitas relaksasi untuk mengurangi keluhan fisik gastritis dan ulkus peptikum kronis (Effectiveness of relaxation for reduce the sigh of gastritis and chronic Anima, XIII(50), 174 – 185. Syam, A.F. (2006). Stres, penyebab tertinggi penyakit maag. http://www.kaskus.com/ showthread.php?t=184789. 3 Mei 2006. Tasminatun, S. (2004). Kenali obat maag anda. Kedaulatan Rakyat, 15, 20 Juni 2004. Taylor, A.E. (1995). Healthp psychology (3rd ed). International Editions. New York : McGraw-Hill, Inc. Tjokronegoro, A. (1999). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Penerbit FKUI. Yung, P., French. P., & Leung, B. (2001). Relaxation training as a complementary therapy for mild hypertension control and the implications of evidence basedmedicine. Complementary Thera- pies in Nursing & Midwifery. Hongkong : Harcout Publlishers, Ltd. Zimbardo, P.G & Gerrig, R.J. (1996). Psycho- logy and Life. 14th. Ed. New York: Harper Collins.