Dokumen tersebut membahas tentang gastritis erosiva, yang merupakan peradangan pada permukaan lambung yang ditandai dengan adanya erosi pada mukosa lambung. Dibahas pula anatomi dan fisiologi lambung, termasuk fungsi motorik dan pencernaan lambung. Juga disebutkan beberapa definisi gastritis erosiva dan bagian-bagiannya.
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
Askep gastritis erosiva
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja
sama dalam mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan
salh satu system yang penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa
energi yang sangat pentinng dalam proses metabolisme dan kelangsungan
hidu setiap sel di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah
satunya adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan
penyerapan karbohidrat dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam
lambung (HCL) yang dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan
pada dinding lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan
diet yang tidak normal attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa
mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub
mukosa lambung. Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah
satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit dalam
pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun
ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih
banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan
merokok.
Secara garis besar gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran histologi yang khas,
distribusi anatomi dan kemungkinan patogenesis gastritis. Berdasarkan
pada manifestasi klini, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
Masalah yang sering timbul pada gastritis umumnya mengalami masalah
keperawatan gangguan rasa nyaman nyrei.
2. 2
Saat ini dalam proses keperawatan gastritis banyak dijumpai dan
menyerang 80 – 90% laki-laki. Pasien dan keluarga dengan penyakit
gastritis membutuhkan pengawasan diet makanan setelah pulang dari
rumah sakit dan sangat mudah terkena bila tidak mematuhi tentang
penatalaksanaan diet dirumah. Makan makanan yang teratur dan
menghindari makan yang dapat mengiritasi lambung.
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di
lingkungan masyarakat dan masalah kesehatan saluran pencernaan yang
banyak terjadi di masyarakat. Badan penelitian kesehatan dunia WHO
mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan
hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris
31%, Jepang 14,5%, Kanada35%, dan Prancis 29,5% (Gustin, 2012).
Gastritis yang terjadi di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya (WHO, 2013). Di Indonesia prevalensi gastritis
sebanyak 0,99% dan insiden gastritis sebesar 115/100.000 penduduk (Putri
dkk, 2012).
Persentase angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO
adalah 40%. Angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah
40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia pada
tahun 2011 cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari
238.452.952 jiwa penduduk. Gastritis merupakan salah satu penyakit di
dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien gawat inap di rumah sakit
Indonesia (Gustin,2012).
Di Indonesia angka kejadia gastritis cukup tinggi .Penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis
dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 81,6% yaitu di
kota Medan, dibeberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar
46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan
Pontianak 31,2% (Sulastri, 2012).
3. 3
. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat studi kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien gatstritis erosiva di Ruang HMM Lt 3
RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan studi kasus ini adalah untukmenerapkan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastritis Erosiva sesuai dengan
konsep dan teori yang didapatkan selama proses pendidikan.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan penulisan studi kasus ini, penulis diharapkan
mampu :
a. Melakukan pengkajian data pada pasien yang menderita Gastritis
Erosiva baik melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien gastritis erosiva.
c. Membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan gastritis
erosiva.
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan gastritis
erosiva.
e. Mengevaluasi atas tindakan keperawatan yang telah dilakukan
padapasien gastritis erosiva.
f. Mendokumentasi semua hasil pengkajian, analisa data,
perumusandiagnosa, rencana tindakan, tindakan yang telah dilakukan,
serta evaluasi tindakan.
C. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalamandalam memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan
ilmuyang diperoleh selama pendidikan.
4. 4
2. Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan
sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa di Stikes Rajawali.
3. Lahan praktik
Dapat menjadi bahan masukan bagi perawat di Rumah Sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang tepat pada pasien
gastritis erosiva.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode Studi Kasus,
dengan pendekatan proses keperawatan guna mengumpulkan data, analisa data
dan menarik kesimpulan untuk memperoleh bahan atau materi yang digunakan
dalam penyusunan makalah ini. Sedangkan tehnik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data
secara komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang
berhubungan dengan penderita Gastritis Erosiva dalam rangka
mendapatkan dasar teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah,
makalah literatur, atau referensi.
2. Tinjauan kasus
Dengan cara mengadakan observasi pada pasien yang di rawat di Ruang
HMM Lt 3 RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi khususnya pada
penderita gastritis erosiva.
3. Dokumenter
Dokumenter diambil dari catatan medis untuk menyesuaikan pelaksanaan
kegiatan teori. Dengan tehnik studi dokumenter ini akan lebih mendukung
pada data yang telah diambil dengan cara lain sebagai data yang diperoleh
lebih bisa dipercaya.
4. Komunikasi dan wawancara
5. 5
Yaitu dengan mengadakan wawancara dengan penderita maupun
keluarganya dengan tujuan untuk mengumpulkan data mengenai riwayat
kesehatan pasien tersebut.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode
dan Tehnik Penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka yang berisi Pengertian, Anatomi dan Fisiologi,
Etiologi, Patofisiologi, Menifestasi Klinik, Komplikasi, Penatalaksanaan,
Pengkajian, Pemeriksaan Penunjang, Pathways Keperawatan serta Fokus
Intervensi dan Rasional.
BAB III : Tinjauan Kasus, Pengkajian, Pathways Keperawatan, Diagnosis
Keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang berisi membahas kesenjangan antara BAB II dan
BAB III.
BAB V : Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.
6. 6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Gastritis Erosiva
1. Definisi
Gastritis akut erosiva adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh
kuman-kuman (misalnya pada pneumonia), virus ( influensa, variola, morbili
dan lain-lain) atau karena makanan-minuman (bahan-bahan kimia, arsen,
plumbum, obat-obat yang mengandung salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan
lain-lain) (Smeltzer & Bare, 2010).
Gastritis akut erosiva adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi (Suyono, 2014).
Gastritis akut erosiva adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial (Price & Wilson,
2015).
Gastritis erosiva adalah kondisi lambung dimana terjadi erosi atau ulserasi
lambung yang telah mencapai sistem pembuluh darah lambung yang dapat
terjadi secara akut atau kronis (Priyanto, 2013).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan gastritis erosiva
adalah suatu peradangan pada permukaan lambung yang ditandai dengan
adanya erosi-erosi pada mukosa lambung dan bersifat akut.
7. 7
2. Anatomi dan Fisiologi Lambung
a. Anatomi lambung
Gambar 2.1 Lambung( Tortora dan Derrickson , 2009)
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster, lambung terdiri
dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui
orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limpa,
menempel disebelah kiri fundus uteri. ( Syaifudin, 2012).
Bagian lambung menurut Syaifudin ( 2012) terdiri dari :
a) Fundus Ventrikuli
Bagian yang menonjol keatas, terletak disebelah kiri osteum
kardium.dan biasanya berisi gas.
b) Korpus Ventrikuli
Bagian ini setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
c) Antrum Pilorus
Bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang
tebal berbentuk sfingter pilorus.
d) Kurvatura Minor
8. 8
Kurvatura minor terdapat disebelah kanan lambung dan terbentang dari
osteum kardiak sampai ke pilorus.
e) Kurvatura Mayor
Kurvatura mayor lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari
sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan
menuju ke pilorus inferior.
f) Osteum Kardiakum
Osteum kardiakum Merupakan tempat dimana esofagus bagian
abdomen masuk kedalam lambung.Pada bagian ini terdapat orifisium
pilorik.
Susunan lapisan lambung dari dalam keluar terdiri dari :
a) Lapisan selaput lendir (mukosa) : bila lambung dikosongkan, lapisan
ini berlipat-lipat yang disebut rugae.
b) Lapisan otot melingkar (M. Aurikularis).
c) Lapisan otot miring (M. Obliques).
d) Lapisan otot panjang (M. Longitudinal).
e) Jaringan ikat serosa.
(Syaifudin,2010)
b. Fisiologi Lambung
Fungsi pencemaan dan motorik lambung meliputi:
a) Fungsi motorik lambung
1) Fungsi reservoir
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit
demi sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran cerna.
Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan
dengan retaksasi reseptif otot polos; diperantarai oleh saraf vagus
dan dirangsang oleh gastrin.
2) Fungsi mencampur.
9. 9
Memecahkan makanan meniadi partikel-partikel kecil
danmencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot
yang mengelilingi lambung.Kontraksi peristaltik diatur oleh suatu
irama listrik intrinsik dasar.
3) Fungsi pengosongan lambung.
Diatur oleh pembukaan sfingter pilorus yang dipengaruhi
oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan
fisik, serta oleh emosi.obat-obatan, dan kerja. Pengosongan
lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal.
1. Fungsi pencernaan lambung
a) Pencernaan protein oleh pepsin dan sekresi asam
lambung dimulai di sini; pencemaan karbohidrat dan lemak oleh
amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya.
b) Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum, dan
rangsangan vagus.
c) Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12
dari usus halus bagian distal.
d) Sekresi mukus. membentuk selubung yang melindungi lambung
serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah
diangkut.
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik,
gastrik, dan intestinal. Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum
makanan masuk lambung, yaitu sebagai akibat melihat, mencium,
memikir, atau mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya oleh
saraf vagus dan dihilangkan dengan vagotomi. Sinyal neurogenik yang
menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu
makan.Impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke
lambung. Hasilnya, kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam
lambung, pepsinogen dan menambah mukus.Fase sefalik menghasilkan
10. 10
sekitar 10% dari sekresi lambung normal yang berhubungan dengan
makanan.
Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus,
distensi yang terjadi pada antrm menyebabkan terjadinya rangsangan
mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung.Impuls tersebut
berjalan menuju medula melalui aferen vagus dan kembali ke lambung
melalui eferen vagus; impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormon
gastrin dan secara langsung juga merangsang kelenjar-kelenjar
lambung.Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran
darah menuju kelenjar lambung, untuk merangsang sekresi.Pelepasan
gastrin juga dirangsang oleh pH alkali, garam empedu di antrum, dan
terutama oleh protein makanan dan alkohol. Gastrin adalah stimulus utama
sekresi asam hidroklorida,selain itu gastrin juga mempunyai fungsi antara
lain:
a) Merangsang sekresi asam dan pepsin.
b) Merangsang sekresi faktor intrinsik.
c) Merangsang sekresi enzim pankreas.
d) Merangsang peningkatan aliran empedu hati.
e) Merangsang pengeluaran insulin.
f) Merangsang pergerakan lambung dan usus.
g) Mempermudah relaksasi resektif lambung.
h) Meningkatkan tonus istirahat sfingter esofagus bagian bawah.
i) Menghambat pengosongan lambung.
Fase sekresi gastrik menghasilkan lebih dari dua per tiga sekresi
lambung total setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari
total sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2.000 ml. Fase gastrik
dapat terpengaruh pada reseksi bedah antrum pilorus, sebab di tempat
inilah gastrin diproduksi.
Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke
duodenum. Fase sekresi lambung ini diduga sebagian besar bersifat
hormonal. Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum
11. 11
tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus, suatu hormon yang
menyebabkan lambung terus-menerus mensekresikan cairan lambung.
Tetapi, peranan usus kecil sebagai penghambat sekresi lambung jauh lebih
besar.
Distensi usus halus rnenimbukan reflek entrogastrik, diperantarai
oleh pleksus mienterikus, saraf simpatis dan vagus, yang menghambat
sekresi dan pengosongan lambung. Adanya asam (pH kurang dari 2,5),
lemak dan hasil-hasil pemecahan protein menyebabkan pengeluaran
baberapa hormon usus. Sekretin, kolesitokinin (CCK, cholecytokinin),
dan peptida penghambat gastrik (GIP), semuanya memiliki efek inhibisi
terhadap sekresi lambung.
Selama periode interdigestif (antar dua waktu pencernaan) sewaktu
pencernaan tidak terjadi dalam usus,sekresi asam klorida terus
berlangsung dengan kecepatan lambat yaitu 1 sampai 5mEq/jam.Ini
disebut pengeluaran asam basal (BAO,basal acid output) dan dapat
diukur dengan pemeriksaan sekresi cairan lambung selama puasa 12 jam.
Sekresi lambung normal selama periode ini teutama terdiri dari terdiri
dari mukus dan hanya sedikit pepsin dan asam. Tetapi, rangsang
emosional kuat dapat meningkatkan pengeluaran asam basal melalui
saraf parasimpatis (vagus ) dan diduga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan tukak lambung ( Price dan Wilson, 2008)
3. Etiologi
Etiologi dari gastritis erosivaadalah :
1. Obat-obatan,seperti Obat Anti Inflamasi Nonsteroid/OAINS
(indometasin, ibupropen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid,
kokain, agen kemotrapi(Mitomisin, 5-flouro-2-
deoxyuridine)salisilat, dan digitalis yang bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol;seperti whisky, vodka dan gin.
12. 12
3. Infeksi bakteri;seperti Helicobacter pylori (yang paling
sering),Helicobacter heilmanii, Streptococci, Staphylococci,
Propteus spesies, Entamoeba.coli, Tuberculosis, dan secondary
syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
5. Infeksi jamur;seperti Candidiasis, Histoplasma, Hycomycosis.
6. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, kerusakan susunan saraf pusat dan refluk usus-
lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu
dan minuman dengan mengandung kafein dan alkohol merupakan
agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu
(komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim
gastrointestinal ) dari usus kecil ke mukosa lambung.
9. Iskemi, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah
ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan
antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas
mukosa, yang dapat menimbulkan respons peradangan pada
mukosa lambung.
(Muttaqin &Sari ,2011)
4. Patofisiologi Anemia Akibat Gastritis Erosiva
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosiva).Mukosa lambung berperan penting dalam
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung
rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa.
Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi
pepsin.Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan
13. 13
cairan dari intra sel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler
sehingga timbul perdarahan pada lambung.
Lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan
tersebut menghilang dengan sendirinya. Bila lambung sering terpapar dengan zat
iritan maka inflamasi akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan
diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan
terjadi atropi sel mukasa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel
mukosa lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12)
tidak dapat diserap diusus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting
dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah.Selain itu dinding lambung
menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Suratum, 2010).
Perdarahan hebat merupakan penyebab tersering dari anemia.Jika kehilangan
darah, tubuh dengan segera menarik cairan darijaringan diluar pembuluh darah
sebagai usaha untuk menjaga agar pembuluh darah tetap terisi.Akibatnya darah
menjadi lebih encer dan persentase sel darah merah berkurang.
Anemia terjadi akibat gangguan maturasi inti sel akibat gangguan sintesis
DNA sel-sel eritroblas. Defisienasi asam folat akan mengganggu sintesis DNA
hingga terjadi gangguan maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel
megaloblas. Defesiensi vitamin B12 yang berguna dalam reaksi metilasi
homosisten menjadi metionin dan reaksi ini berperan dalam mengubah metil THF
menjadi DHF yang berperan dalam sintesis DNA dan akan mengganggu maturasi
inti sel dengan akibat terjadinya megaloblas (Restiadie 2009).
Akibat dari anemia kadar hemoglobin dalam darah turun sehingga asupan
oksigen ke organ tubuh berkurang, sehigga suplai oksigen ke otot paru berkurang
yang menyebabkan terjadinya pola napas yang tidak efektif pada klen. Selain itu
akibat asupan oksigen yang kurang ke otak menyebabkan lemah, letih, lesu, lelah
dan lalai pada klien sehingga pasien menjadi intoleransi aktivitas.
14. 14
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada gastritis erosiva menurut Priyanto (2008) adalah
1. Mual dan/atau muntah
2. Hiperperistaltik usus
3. Hematemesis atau muntah darah
4. Melena atau BAB darah (feses berwarna hitam)
5. Menggigil, demam
6. Ansietas (cemas) atau ketakutan
7. Penurunan tekanan darah
8. Adanya peningkatan nadi
9. Distensi (ketegangan) abdomen
10. Nyeri tekan abdominal (epigastrium)
11. Peningkatan bising usus
12. Dehidrasi (ringan, sedang, atau berat)
13. Peningkatan suhu tubuh
14. Anemia
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada gastritis erosiva menurut Priyanto (2008) adalah
1. Istirahat baring
2. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak. Hindari
bahan-bahan yang merangsang.
3. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 –
100 mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh
kuman-kuman, berikan antibiotika yang sesuai.
4. Bila nyeri tidak hilang dengan antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit
sebelum makan.
5. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik gastritis akut erosiva, ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi biopsi mukosa
15. 15
lambung.Pemeriksaan radiologis biasanya tidak mempunyai arti dan baru
dapat membantu apabila digunakan kontras ganda menurut Purwanto (2008).
1. Endoskopi
Pada pemeriksaan endoskopi akan nampak erosi multipel yang sebagian
biasanya tampak berdarah dan letaknya tersebar. Kadang-kadang dijumpai
erosi yang mengelompok pada satu daerah. Mukosa umumnya tampak
merah. Kadang-kadang dijumpai daerah erosif yang ditemukan pada
mukosa yang tampak normal. Pada saat pemeriksaan dapat dijumpai
adanya lesi yang terdiri dari semua tingkatan perjalanan penyakit nya.
Akibatnya pada saat itu terdapat erosi yang masih baru bersama-sama
dengan lesi yang sudah mengalami penyembuhan.
2. Histopatologi
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah
sembuh sempurna dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh
karena itu pemeriksaan endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal
mungkin.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita
gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila
terjadi perdarahan. Batas serum gastrin biasanya menurun atau
normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk melihat kekurangan
vitamin B 12.
8. Komplikasi
Komplikasi yang penting menurut Purwanto (2008) adalah :
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
2. Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.
3. Jarang terjadi perforasi.
16. 16
2.1 Konsep Dasar Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah merupakan cara yang sistematis yang
dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis,
merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta
mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien,
berorentasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan
saling berhubungan. (Nursalam, 2011).
Tahap-tahap dalam proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2011). Tipe data pada pengkajian
keperawatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data subjektif dan data
objektif. Proses pengkajian keperawatan terdiri dari beberapa tahap
yaitu :
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa meliputi :Nama, Usia, Jenis kelamin, Jenis
pekerjaan, Alamat, Suku/bangsa,Agama, status perkawinan dll.
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : lemah, letih, lelah, lesu, dan lunglai (5L)
Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal
dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara
mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
17. 17
Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat
pemakaian obat.Klien riwayat penyakit atritis rematoid dan
gastritis. Klien selalu mengkonsumsi obat NSAID.
3) Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum : Tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik
terdapat nyeri tekan di kuadran epigastrik.
B1 (Breath) : Takhipnea
B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat, konjungtiva anemis.
B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
B4 (bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak toleran terhadap makanan pedas.
B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan
4) Fokus Pengkajian (NANDA)
Promosi Kesehatan
Data Subjektif:
Kesehatan umum klien biasanya tampak sakit sedang hingga
berat.Penyakit yang lalu seperti atritis rematoid, gastritis,
perdarahan
Data Objektif :
Keadaan umum tampak sakit sedang hingga berat
Tanda-tanda vital : Tekanan darah terkadang turun dari normal,
Nadi Biasanya normal atau takikardi, Respirasi dapat naik, suhu
biasanya normal.
Nutrisi
Data Subjektif :
Perubahan selera makan seperti anoreksia, mual dan muntah
Data Objektif :
18. 18
Berat badan biasanya juga dapat menurun, porsi makan kurang
dari ¼ porsi makan
Eliminasi
Sistem gastrointestinal
Data Subjektif :
Riwayat penyakit pencernaan, gastritis erosive dan melena.
Data Objektif :
Konsistensi dan karakteristik BAB biasanya disertai darah
Pengkajian abdomen:
Inspeksi perut tampak normal
Palpasi perut lembut
Perkusi abdomen peka
Auskultasi bising usus biasanya normal
Aktivitas dan Istirahat
Aktivitas
Data Subjektif :
Badan lemas, cepat lelah dan terasa ngantuk
Data Objektif :
Penampilan umum selama beraktivitas tampak lesu
Keamanan dan Perlindungan
Data Subjektif :
Badan terasa dingin, lemas
Data Objektif :
Suhu biasanya normal dan turun
Keringat dingin
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H.
Pylori dalam darah.Hasil tes yang positif menunujukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
19. 19
dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi.Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung
karena gastritis.
2) Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea
diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak
dan karbondioksida (CO2).CO2 cepat diabsorbsi melalui
dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3) Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam
feses atau tidak.Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi.Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses.Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
dalam lambung.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pertanyaan yang
menjelaskan respons manusia dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah
(Nursalam, 2011).
Dengan demikian cara membuat diagnosa keperawatan
adalah dengan menentukan masalah keperawatan yang terjadi,
kemudian mencari penyebab dari masalah yang ada.
Diagnosa yang biasa muncul pada pasien dengan anemia
akibat gastritis erosive menurut Nurarif & Kusuma (2013), meliputi
:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
20. 20
3. Pola napas tidak efektif
4. Keletihan
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan keperawatan diartikan sebagai sebagai
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan
intervensi.Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, rencana
keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan
keperawatan kepada klien (Nursalam, 2011).
Untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka
ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan, diantaranya
menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan
rencana tindakan dan dokumentasi.
Menurut Maslow dalam menentukan prioritas masalah
klien memerlukan suatu tahapan kebutuhan manusia yang terdiri
dari fisiologis, rasa aman dan nyaman, social, harga diri dan
aktualisasi. Jika klien menghendaki suatu tindakan yang
memuaskan dan dengan kata lain bahwa kebutuhan fisiologis
biasanya sebagai prioritas utama bagi klien dari pada kebutuhan
lainnya (Nursalam, 2011).
Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap
perencanaan itu adalah menentukan prioritas masalah keperawatan,
menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana
tindakan keperawatan, dan menetapkan rasional rencana tindakan
keperawatan.
Fokus Intervensi
1. Peningkatan perfusi jaringan
2. Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan
3. Mencegah komplikasi
21. 21
Diagnosa Tujuan Intervensi
Ketidakefektif-an
perfusi jaringan
perifer
NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan perfusi
jaringan perifer pasien efektif
dengan kriteria hasil :
1. Membran mukosa merah
2. Konjungtiva tidak anemis
3. Akral hangat
4. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
- NIC
1. Kaji warna kulit, suhu
dan kelembaban, apakah
seluruh tubuh atau
terlokalisir
2. Ukur CRT
3. Palpasi nadi perifer
4. Kaji fungsi motorik dan
sensorik
5. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian tablet
penambah darah atau
agen yang sesuaidengan
kondisi anemia klien
6. Berikan cairan, elektrolit
dan okesigen sesuai
indikasi
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan status
nutrisi: intake nutrient dan
biochemical measures
menunjukkan perbaikan dengan
kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
NIC
Nutrition Therapy
1. Lengkapi pengkajian
nutrisi sesuai kebutuhan
2. Monitor makanan/cairan
yang dicerna dan hitung
intake kalori sehari-hari
3. Tentukan dengan
kolaborasi dengan ahli
diet, jumlah kaloro dan
tipe kalori yang
dibutuhkan untuk
mendapatkan kebutuhan
22. 22
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
7. Pemasukan yang adekuat
8. Tanda-tanda malnutrisi
9. Membran konjungtiva dan
mukosa tidak pucat
10. Nilai Laboratorium :
a. Protein total: 6-8 gr
b. Albumin: 3.5-5,3 gr
c. Globulin 1,8-3,6 gr
d. HB tidak kurang dari 10
gr%
nutrisi yang tepat
4. Berikan edukasi pada
pasien dan keluarga
untuk konsumsi makanan
yang tinggi protein,
kalori, zat besi dan
vitamin
5. Tentukan apakah klien
membutuhkan enteral
feeding
6. Berikan nutrisi melalui
enteral apabila
dibutuhkan
7. Berikan penjelasan
kepada keluarga
mengenai kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan
oleh klien
Nutritional Monitoring
1. Monitor albumin, total
protein, hemoglobin
dan hematokrit
2. Monitor mual/ muntah
3. Monitor kalori dan
intake makanan
23. 23
Keletihan NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkantingkat
keletihan pasien berkurang
dengan kriteria hasil :
1. Kemampuan aktivitas
adekuat
2. Mempertahankan nutrisi
adekuat
3. Keseimbangan aktivitas dan
istirahat
4. Menggunakan teknik energi
konservasi
5. Mempertahankan interaksi
sosial
6. Mengidentifikasi faktor-
faktor fisik dan psikologis
yang menyebabkan
kelelahan
7. Mempertahankan
kemampuan untuk
konsentrasi
- NIC
1. Kaji tingkat
keletihan klien dan
tanyakan perasaan
klien dengan adanya
keletihan yang
dialami klien
2. Review kemampuan
dan kebutuhan
bantuan dalam
melakukan aktivitas
sehari – hari
3. Berikan terapi
oksigen sesuai
kebutuhan
4. Sarankan untuk
beristi-rahat & tidak
terlalu lelah dalam
melakukan aktivitas
Gangguan pola napas
tidak efektif
NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam
status respirasi klien membaik
dengan kriteria :
1. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
NIC
Airway Managemen
1. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
24. 24
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak
ada pursed lips).
2. Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas
abnormal).
3. Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan)
3. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan.
4. Pasang mayo bila perlu.
5. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu.
6. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction.
7. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan.
8. Lakukan suction pada
mayo.
9. Berikan bronkodilator
bila perlu.
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab.
11. Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
4. Implementasi / Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik.Tahap pelaksaan di mulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang di harapkan.Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2010).
Implementasi keperawatan pada anak dengan penyakit DBD
diarahkan untuk mencegah terjadinya kekurangan volume cairan,
perfusi jaringan adekuat, kebutuhan nutrisi adekuat, mempertahankan
25. 25
suhu tubuh normal, mensupport koping keluarga adaftif, memberikan
pengetahuan tentang penyakit, mencegah terjadinya gangguan aktivitas,
mencegah terjadinya gangguan rasa nyaman : nyeri dan mencegah
terjadinya komplikasi (syok/pendarahan).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk menghadapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai (Nursalam,
2010).
Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil atau formatif
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan khusus
dan umum yang telah ditentukan. Evaluasi sumatif dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A: Analisa ulang atas subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau masih muncul masalah baru atau
data yang dikontradiksi dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien
Selanjutnya setelah evaluasi dilakukan pada hari berikutnya dituliskan
dalam catatan perkembangan. Catatan perkembangan berisikan
perkembangan atau kemajuan dari tiap-tiap masalah yang telah dilakukan
tindakan dan disusun oleh semua yang terlibat dengan menambahkan
catatan perkembangan pada lembar yang sama dengan menggunakan
bentuk SOAPIER (Nursalam, 2010).
26. 26
S : Data Subjektif : Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan klien.
O : Data Objektif : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.
A : Analisa : Data subjektif dan objektif dinilai dan dianalisa, apakah
berkembang kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis
dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi
atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan
diagnosa keperawatan baru.
P : Perencanaan : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan
pada hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan rencana
selanjutnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan
membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif
I : Implementasi : Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana
E : Evaluasi : Evaluasi berisikan penilaian sejauhmana tindakan dan
evaluasi telah dilaksanakan dan sejauhmana masalah bisa teratasi
R : Reassement : Bila hasil
27. 27
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1.1 Identitas klien
a. Data pasien
Nama : Ny. N
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : subang kulon RT 001/006
No Rm : R00167100
Diagnosa : gastritis erosiva
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 11 Juni 2019
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. I
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : subang kulon RT 001/006
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien : anak kandung
28. 28
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan lemas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan lemas, lemas dirasakan klien setiap akan
melakukan aktivitas, lemas berkurang jika klien beristirahat, lemas
bertambah jika setiap klien bab darah, lemas dirasakan klien setiap
saat, lemas dirasakan pada seluruh badan klien
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya, klien
mengtakan sering minum obat nyeri seperti stelan dan dibeli sendiri di
warung tanpa resep dokter, klien mengtakan sudah lama menderita
penyakit rematik
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi
2.10Pola Kebiasaan Klien
No Kebiasaan Sehari-
hari
Sebelum Sakit Saat Sakit
1 Pola nutrisi
a. Makan
Frekuensi
Jenis
Jumlah
Keluhan
b. Minum
Frekuensi
3x/hari
Nasi, lauk pauk, sayur
mayor
1 porsi
Tidak ada
5 gelas belimbing/hari
3x/hari
bubur , lauk pauk,
sayur mayor, sxtra
putih telur
1 porsi makan
Mau makan
6 gelas belimbing /hari
29. 29
Jenis
Jumlah
Keluhan
± 1250 cc
Tidak ada
Air putih
± 1500 cc
Tidak ada
2 Pola Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Keluhan
b. BAK
Frekuensi
Warna
Jumlah
Keluhan
1x/hari
Lembek
Hitam pekat
Tidak ada
Tidak dihitung
Kuning pekat
Tidak dapat dihitung
Tidak ada
1x/hari
lembek
kuning
Tidak ada
tidak dapat dihitung
Kuning pekat
Tdak dapat dihitung
Tidak ada
3 Pola Istirahat Tidur
a. Tidur siang
b. Tidur malam
c. Keluhan
Tidak pernah tidur
siang
7-8 jam
Tidak ada
3 jam
2 jam
Sesak
4 Pola personal hygiene
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Mencuci
rambut
d. Gunting kuku
2x/hari
2x/hari
2x/minggu
1x/minggu
1x/hari
1x/hari
Belum mencuci
rambut
Sudah menggunting
kuku
1.5 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umun : lemah
b. Kesadaran : Compos Mentis GCS 15 E4M6V5
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
30. 30
Nadi : 90 x/menit (N : 70 – 80 x/menit)
Suhu : 36,7˚C (N : 36˚C – 37˚C)
Respirasi : 20 x/menit (N : 16 – 20 x/menit)
d. Pengkajian Antropometri
TB : 158 cm
BB : 60 kg
IMT : BB
TB2
: 60
1,582
: 25 kg/m2
e. Pemeriksaan Persistem
1. Sistem Pernapasan
Inspeksi : bentuk hidung simetris, bentuk dada simetris, tidak ada
sumbatan pada rongga hidung, tidak ada jejas pada daerah dada,
tidak ada pernapasan cuping hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah rongga hidung, tidak
ada nyeri pada daerah dada
Perkusi : terdengar suara sonor pada kedua lapang dada
Auskultrasi : bunyi napas terdengar vesikuler
2. Sistem Pencernaan
Inspeksi : gigi berjumlah lengkap, gigi tampak berwarna putih,
gusi berwarna kemerahan, lidah simetris, lidah berwarna merah
muda,warna abdomen sawo, bentuk abdomen datar, tidak ada jejas
pada daerah abdomen klien.
Palpasi : tidak teraba hepatomegaly atau massa pada daerah
abdomen klien, ada nyeri tekan pada daerah epigastrium
Perkusi : saat perkusi abdomen terdengar dulness
Auskultrasi : bising usus 6x/menit
31. 31
3. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Kongjutiva merah muda, sclera berwarna putih, tidak
bendungan pada vena jugularis, bentuk dada simetris
Palpasi : teraba arteri karotis, teraba getaran jantung, CRT > 3
detik, nadi teraba cepat dan kuat
Perkusi : Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup
sebagai batas jantung kiri.
Auskultrasi : terdengar lub-dub
4. Sistem integumen
Inspeksi :warna kulit sawo matang, tidak ada luka pada seluruh
kulit klien
Palpasi : turgor kulit kurang elastis, akral hangat
5. Sistem persarafan
Tingkat kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : lemas
GCS : E4V5M6
Saraf kranial :
N. I (Olfaktorius): klien mampu membedakan bau kopi, bawang,
sabun
N. II (Optikus) : klien tidak menggunakan kaca mata
N. III (oculomotorius) : klien mampu menggerakkan bola mata,
mengangkat kelopak mata, kontraksi pupil
N. IV (Trochlear) : klien mampu menggerakkan mata ke atas dan
ke bawah
N. V (Trigeminus) : klien mampu menggerakkan rahang bawah
dan atas, ada gerakan mengedip pada mata saat ujung mata
diberikan sentuhan
N. VI (Abducens) : klien mampu menggerakkan mata ke kanan
dan ke kiri
N. VII (Facialis) : klien mampu tersenyum dengan normal
32. 32
N. VIII (Acustikus) : klien mampu mendengar gesekan jari dengan
kedua mata tertutup, klien dapat berjalan lurus
N. IX (Glossopharingeal): klien ada merasakan asin, manis, pahit
dan pedas
N. X (Vagus) : klien mampu menelan dengan baik dan tidak sulit
membuka mulut
N. XI (Accessorius) : klien mampu menggerakkan kepala dan
leher, klien dapat mengangkat bahu
N. XII (Hypoglosus) : klien mampu menggerakkan lidah ke kanan
dan kiri, bentuk lidah normal dan simetris
6. Sistem pengindraan
Pengindraan penglihatan, pendengaran dan pengecapan normal
7. Sistem urogenitalia
Inspeksi : daerah genital klien bersih, bentuk normal, ukuran
skrotum simetris, tidak ada luka, tidak terpasang dower cateter
Palpasi : tidak ada nyeri pada daerah genital klien
Perkusi : tidak ada nyeri ketuk pada pinggang kanan dan kiri klien
8. Sistem musculoskeletal
Inspeksi : jumlah jari tangan dan kali lengkap, bentuk tangan dan
kaki simetris, tidak ada luka pada tangan dan kaki klien
Perkusi : reflek bisep dan trisep baik
Palpasi : tidak ada nyeri pada tangan dan kaki klien, teraba panas,
ROM aktif. Edema +/+, kekuatan otot 5 5
5 5
9. Sistem endokrin
Inspeksi : distribusi pertumbuhan rambut merata, leher simetris
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan
kelenjar tiroid, tidak teraba masa pada daerah leher klien
1.6 Data Psikologis, Sosial, Spiritual
a. Data Psikologis :
33. 33
1) Status Emosional : Klien emosinya tampak stabil, terlihat dari
ketenangan klien walaupun klein sesak
2) Gambaran Diri : Klien tampak sabar dalam merasakan sakit
yang dirasakannya
3) Peran Diri : Klien merasa perannya sebagai stri dan
seorang ibu umah tangga terganggu setelah beliau sakit
4) Harga Diri : Klien merasa tidak malu dengan
kondisinya sekarang
5) Identitas Diri : Klien menyadari bahwa dirinya adalah
seorang istri, ibu dan nenek bagi cucu-cucunya
6) Ideal Diri : Klien mengatakan ingin cepat pulang dan
sehat kembali
b. Data Sosiologis
1) Komunikasi : Klien mampu berkomunikasi dengan
bahasa sunda yang baik, terbuka
2) Pola Interaksi : Klien mampu bersosialisai dengan baik,
dengan siapa saja yang disekitarnya, hubungan dengan perawat
pun baik
c. Data Spiritual : Klien adalah muslim, percaya adanya
tuhan, ketika kesakitan klien terlihat berdo’a
d. Data Kultural : Tidak ada hal hal kebudayaan klien yang
menentang kesehatan
1.7 Keamanan dan Kenyamanan
Skala nyeri : 6 (0-10), ada nyeri tekan pada daerah epigastrium dan
abdomen
34. 34
1.8 Data Penunjang
a. Laboratorium tanggal 11 Juni 2019
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1. Hemoglobin 6.6 g/dl 12-14 Kurang
2. Leukosit 11.300/µl 4.000-10.000 Normal
3. Hematokrit 22% 37-47 Kurang
5. Trombosit 425000 µl 150.000-450.00 Normal
1.9 Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Rute Waktu
1 Omeprazole 2 x 1 Intravena 16.00 WIB dan
04.00 WIB
2 ondancentron 2x 1 Intravena 16.00 WIB dan
04.00 WIB
3 sucralfat 3x1 peroral 12.00, 20.00 dan
04.00 WIB
2.11Analisa Data
No Simptom Etiologi Problem
1. DS :
- Klien mengatakan
lemas
DO :
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Respirasi : 30 x/menit
- Suhu : 36,5 C
- HB : 6.6 g/dl
- Konjungtiva anemis
- CRT > 3 detik
- Klien tampak pucat
konsumsi obat-obatan NSAID
mukosa lambung rusak
pendarahan lambung
kadar HB dalam darah turun
ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Ketidakefektifa
n perfusi
jaringa perifer
35. 35
2. DS :
- Klien mengatakan
nyeri pada
daerah ulu hati
DO :
- Skala nyeri 6 (0-
10)
- Nyeri tekan pada
daerah
epigastrium
konsumsi obat-obatan NSAID
terjadinta inflamasi terus
menerus di lambung
nyeri tekan epigastrium
nyeri akut
Nyeri akut
3. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringahn perifer
2) nyeri
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
NIC
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan dihara
pkan perfusi jaringan
perifer pasien efektif
dengan kriteria hasil
:
1. Membran mukosa
merah
2. Konjungtiva tidak
anemis
3. Akral hangat
4. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
- NOC
1. Kaji warna kulit, suhu
dan kelembaban,
apakah seluruh tubuh
atau terlokalisir
2. Ukur CRT
3. Palpasi nadi perifer
4. Kaji fungsi motorik dan
sensorik
5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian tablet
penambah darah atau
agen yang sesuai
dengan kondisi anemia
klien
6. Berikan cairan,
elektrolit dan okesigen
sesuai indikasi
36. 36
12.Nyeri akut NIC
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan nyeri
teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Mampu
mengontrol nyer
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri)
2. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu
mengenali nyeri
(skala nyeri,
intensitas nyeri,
frekuensi dan
tanda nyeri)
NOC
1. Lakukan pengkajian
nyeri
2. Kaji tipe dan sumber
nyeri
3. Ajarkan tentang
teknik nonfarakolog
: napas dalam,
relaksasi, distraksi,
kompres hangat
4. Tingkatkan istirahat
37. 37
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal/
jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi Paraf
/nama
12 Juni
2019
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
Ketidaefektifan
perfusi jaringan
perifer
1. Mengkaji warna
kulit, suhudan
kelembaban,
apakahseluruh
tubuhatau
terlokalisir
R/ klientampak
pucat, suhu36,8
C, turgor elastis,
pucat tampak
pada daerah
wajahklien
2. MengukurCRT
R/ CRT > 3 detik,
konjungtiva
anemis
3. Mempalpasi nadi
perifer
R/ nadi teraba
kuat dancepat,
nadi : 90x/menit
4. Mengkaji fungsi
motorik dan
sensorik
R/fungsi motoric
dan sensorik klien
normal,, klien
hanyamerasa
lemahdancepat
capek jika
beraktivitas
5. Memberikan
cairan, elektrolit
dan okesigen
sesuai indikasi
Pkl.14.00
S : klien
mengatakan
masihlemas
dan pusing
O : HB : 5.6 gr/dl,
konjungtiva
anemis,CRT> 3
detik,klien
tampakpucat,
TD : 110/80
mmHg,Nadi :
90x/menit,
suhu36,5 C,
respirasi :
20x/menit,
akral hangat
A : masalah
ketidakefektifa
n perfusi
jarinfanperifer
belumteratasi
P : intervensi lanjut
ice
38. 38
13.00
R/ klienterpasang
infusNACL0,9%
20 tetes/menit
danklien
diberkan oksigen
3 liter/menit
6. Kolaborasi
dengandokter
untuk pemberian
tabletpenambah
darah atau agen
yang sesuai
dengankondisi
anemiaklien
R/ kliendiberikan
tabletSF1 tab
dan rencana
untuk tranfusi
darah 2 labuprc
setiaphari
15.00
16.00
16.30
17.00
1. Mengkaji warna
kulit, suhudan
kelembaban,
apakahseluruh
tubuhatau
terlokalisir
R/ klientampak
pucat, suhu36,6
C, turgor elastis,
pucat tampak
pada daerah
wajahklien
2. MengukurCRT
R/ CRT > 3 detik,
konjungtiva
anemis
3. Mempalpasi nadi
perifer
R/ nadi teraba
kuat dancepat,
nadi : 90x/menit
Pkl.21.00
S : klien
mengatakan
masihlemas
dan pusing
O : HB : 5.6 gr/dl,
konjungtiva
anemis,CRT> 3
detik,klien
tampakpucat,
TD : 100/70
mmHg,Nadi :
88x/menit,
suhu36,5 C,
respirasi :
20x/menit,
akral hangat
A : masalah
ketidakefektifa
n perfusi
aning
39. 39
18.00
19.00
20.00
4. Mengkaji fungsi
motorik dan
sensorik
R/fungsi motoric
dan sensorik klien
normal,, klien
hanyamerasa
lemahdancepat
capek jika
beraktivitas
5. Kolaborasi
dengandokter
untuk pemberian
tabletpenambah
darah atau agen
yang sesuai
dengankondisi
anemiaklien
R/ kliendiberikan
tranfusi PRC1
labu, tidak ada
reaksi alergi saat
darah diberikan
6. Memberikan
cairan, elektrolit
dan oksigen
sesuai indikasi
R/ klienterpasang
darah PRC GOl A
Rh + dan klien
diberikan oksigen
3 liter/menit
7. Kolaborasi
dengandokter
untuk pemberian
tabletpenambah
darah atau agen
yang sesuai
dengankondisi
anemiaklien
R/ kliendiberikan
tabletSF1 tab
jaringanperifer
belumteratasi
P : intervensi lanjut
22.00 1. Mengkaji warna
kulit, suhudan
Pkl.07.00
S : klien
40. 40
23.00
24.00
04.00
05.00
06.00
kelembaban,
apakahseluruh
tubuhatau
terlokalisir
R/ klientampak
pucat, suhu36,6
C, turgor elastis,
pucat tampak
pada daerah
wajahklien
2. MengukurCRT
R/ CRT > 3 detik,
konjungtiva
anemis
3. Memberikan
cairan, elektrolit
dan oksigen
sesuai indikasi
R/ klienterpasang
cairan infusNACL
0,9% 20
tetes/menit dan
kliendiberikan
oksigen 3
liter/menit
4. Mempalpasi nadi
perifer
R/ nadi teraba
kuat nadi :
80x/menit
5. Mengkaji fungsi
motorik dan
sensorik
R/fungsi motoric
dan sensorik klien
normal,, klien
hanyamerasa
lemahdancepat
capek jika
beraktivitas
6. Kolaborasi
dengandokter
untuk pemberian
mengatakan
masihlemas
dan pusing
O : HB : 5.6 gr/dl,
konjungtiva
anemis,CRT> 3
detik,klien
tampakpucat,
TD : 90/60
mmHg,Nadi :
88x/menit,
suhu36,8 C,
respirasi :
23x/menit,
akral hangat
A : masalah
ketidakefektifa
n perfusi
jaringanperifer
belumteratasi
P : intervensi lanjut
Dewi
41. 41
tabletpenambah
darah atau agen
yang sesuai
dengankondisi
anemiaklien
R/ kliendiberikan
tabletSF1 tab
Tanggal
12 juni
2019
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
12.30
Nyeri akut 1. melakukan
pengkajian nyeri
R/ skala nyeri
6(0-10)
2. mengkaji tipe
dan sumber
nyeri
R/ nyeri seperti
ditusuk-tusuk,
nyeri tekan pada
daerah
epigastrium
3. mengajarkan
tentang teknik
nonfarakolo :
napas dalam
R/klien
mengatakan
nyeri masih
4. meningkatkan
istirahat
R/ klien nasih
sulit untuk
istirahat karena
masih terasa
nyeri pada
daerah ulu hati
5. melakukan
pengkajian nyeri
R/ skala nyeri
6(0-10)
6. mengkaji tipe
dan sumber
nyeri
R/ nyeri seperti
Pukul 14.00
S : klien
mengatakan
nyeri masih,
nyeri seperti
ditusuk-tusuk
O : nyeri tekan
epigastrium,
skalanyeri 5(0-
10)
A ; masalahnyeri
akut belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
ice
42. 42
13.00
ditusuk-tusuk,
nyeri tekan pada
daerah
epigastrium
7. mengajarkan
tentang teknik
nonfarakolo :
kompres hangat
R/klien
mengatakan
nyeri berkurang
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
19.30
1. melakukan
pengkajian nyeri
R/ skala nyeri
5(0-10)
2. mengkaji tipe
dan sumber
nyeri
R/ nyeri seperti
ditusuk-tusuk,
nyeri tekan pada
daerah
epigastrium
3. mengajarkan
tentang teknik
nonfarakolo :
napas dalam
R/klien
mengatakan
nyeri masih
4. meningkatkan
istirahat
R/ klien nasih
sulit untuk
istirahat karena
masih terasa
nyeri pada
daerah ulu hati
5. melakukan
pengkajian nyeri
R/ skala nyeri
5(0-10)
6. mengkaji tipe
dan sumber
Pukul 21.00
S : klien
mengatakan
nyeri masih,
nyeri seperti
ditusuk-tusuk
O : nyeri tekan
epigastrium,
skalanyeri 5(0-
10)
A : maslaahnyeri
akut belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
aning
43. 43
20.00
nyeri
R/ nyeri seperti
ditusuk-tusuk,
nyeri tekan pada
daerah
epigastrium
7. mengajarkan
tentang teknik
nonfarakolo :
kompres hangat
R/klien
mengatakan
nyeri berkurang
22.00
22.30
23.00
24.00
04.00
1. melakukan
pengkajian nyeri
R/ skala nyeri
5(0-10)
2. mengkaji tipe
dan sumber
nyeri
R/ nyeri seperti
ditusuk-tusuk,
nyeri tekan pada
daerah
epigastrium
3. mengajarkan
tentang teknik
nonfarakolo :
napas dalam
R/klien
mengatakan
nyeri masih
4. meningkatkan
istirahat
R/ klien nasih
sulit untuk
istirahat karena
masih terasa
nyeri pada
daerah ulu hati
5. melakukan
pengkajian nyeri
R/ skala nyeri
Pukul 07.00
S : klien
mengatakan
nyeri masih,
nyeri seperti
ditusuk-tusuk
O : nyeri tekan
epigastrium,
skalanyeri 4(0-
10)
A : maslaahnyeri
akut teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
dewi
44. 44
05.00
06.00
5(0-10)
6. mengkaji tipe
dan sumber
nyeri
R/ nyeri seperti
ditusuk-tusuk,
nyeri tekan pada
daerah
epigastrium
7. mengajarkan
tentang teknik
nonfarakolo :
kompres hangat
R/klien
mengatakan
nyeri berkurang
5. Catatan Perkembangan
Tanggal/
jam
Catatan Perkembangan Nama/
paraf
13 Juni
2018
Pukul
08.00
S: klien mengatakan masih lemas dan pusing, jika
beraktivitas sudah tidak merasa cepat lelah dan nyeri
ulu hati masih,
O: TD: 100/70 mmHg, nadi : 80 x/menit, respirasi
23x/menit, suhu 36,7 C, HB 2,7 gr/dl, konjungtiva
anemis, CRT < 3 detik, , klien terpasang oksigen 2
liter/menit, skala nyeri 4 (0-10), nyeri tekan
epigastrium masih
A : 1 Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
belum teratasi
2. Masalah nyeri teratasi sebagian
ice
45. 45
08.30
08.45
08.50
08.55
09.00
09.30
11.00
P : intervensi dilanjutkan
I :
DX 1
1. Mengkaji warna kulit, suhu dan kelembaban,
apakah seluruh tubuh atau terlokalisir
R/ klien tampak pucat, suhu 36,6 C, turgor elastis,
pucat tampak pada daerah wajah klien
2. Mengukur CRT
R/ CRT > 3 detik, konjungtiva anemis
3. Mempalpasi nadi perifer
R/ nadi teraba kuat reguler, nadi : 88x/menit
DX 2
9. melakukan pengkajian nyeri
R/ skala nyeri 4(0-10)
10. mengkaji tipe dan sumber nyeri
R/ nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri tekan pada
daerah epigastrium
11. mengajarkan tentang teknik nonfarmakologi : napas
dalam
R/klien mengatakan nyeri berkurang
12. meningkatkan istirahat
R/ klien mengatakan sudah dapat beristirahat
DX 2
13. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian tablet
penambah darah atau agen yang sesuai dengan
kondisi anemia klien
R/ klien diberikan tranfusi PRC 1 labu, tidak ada
46. 46
12.00
14.00
reaksi alergi saat darah diberikan
14. Memberikan cairan, elektrolit dan oksigen sesuai
indikasi
R/ klien terpasang darah PRC GOl A Rh + dan klien
diberikan oksigen 2 liter/menit
E :
klien mengatakan lemas dan pusing berkurang, jika
beraktivitas sudah tidak merasa cepat lelah, klien
mengatakan sesak berkurang, klen mengatakan mual
berkurang, nyeri ulu hati berkurang, TD: 100/70 mmHg,
nadi : 80 x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36,5 C, HB 4,7
gr/dl, konjungtiva anemis, CRT < 3 detik, melena sudah
tidak ada, klien masih dibantu oleh keluarga jika ke kamar
mandi, klien terpasang oksigen 2 liter/menit, klien habis 2
gelas diit sonde, kebutuhan kalori perhari 9804 kal, skala
nyeri 3(0-10), nyeri tekan epigastrium berkurang, Masalah
gangguan pola napas tidak efektif teratasi sebagian,
Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum
teratasi, Masalah perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan belum teratasi, masalah nyeri akut teratasi
sebagaian, masalah gangguan pola eliminasi BAB teratasi,
Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian, intervensi
dilanjutkan
R : -
47. 47
3.2 Pembahasan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. K dengan
gangguan sistem pencernaan akibat Gastritis Erosivadari tanggal 12 Juni 2019
sampai tanggal 13 Juni 2019 di Ruang HMM Lt 3 RSUD R Syamsudin SH
Kota Sukabumi. Penulis berusaha memberikan pelayanan keperawatan
seoptimal mungkin dan menerapkan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan secara kompherensif. Penulis
juga mengaplikasikan beberapa teori atau konsep keperawatan yang telah ada
supaya hasil akhir sesuai dengan yang diterapkan.
Pada bagian ini juga akan di uraikan hasil penulis selama melakukan
Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan gangguan sistem pencernaan akibat
Gastritis Erosiva dari tanggal 12 Juni 2019 sampai tanggal 13 Juni 2019 di
Ruang HMM Lt 3 RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. Uraian
pembahasan kasus ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
3.2.1 Pengkajian Keperawatan
Sebelum pengkajian penulis terlebih dahulu membuat kontrak dengan
keluarga klien sehingga terjalin hubungan saling percaya dan kerjasama
yang baik antara penulis, klien dan keluarga.
1) Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
pengumpulan data adalah dengan tehnik wawancara kepada keluarga
dan klien tentang kondisi kesehatan klien. Pada saat penulis akan
melakukan pengelolaan kasus penulis tidak mengalami hambatan
karena keadaan klien dan keluarga sangat kooperatif terhadap
pertanyaan dan pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada klien.
2) Analisa Data
Pada tahap analisa untuk menentukan masalah keperawatan,
proses analisa data dilakukan dengan cara menggabungkan antara data
48. 48
yang di peroleh dengan konsep teori, dan prinsip keperawatan yang
sesuai kondisi klien. Dalam tahap ini penulis melakukan analisa dari
semua data yang diperoleh dari permasalahan yang muncul pada
klien.Hasil analisa data penulis menemukan beberapa data yang
menjadi masalah yaitu klien mengeluhlemas, konjungtiva anemis,
CRT > 3 detik, HB 6,6 gr/dl, ada nyeri tekan pada daerah epigastrium,
skala nyeri 6b (0-10)
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Amin Nuda dalam aplikasi asuhan kepeawatan Nanda,
NIC & NOC ( 2015) bahwa diagnosa yang muncul pada Gastritis
Erosivaada 11 diagnosa yaitu nyeri, ganguan citra tubuh, kerusakan
integritas kulit, resiko perdarahan, kelebihan volume cairan, intoleransi
aktivitas, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketdakefektifan pola
napas, ketidakmampuan koping keluarga, resiko ketdakseimbangan
elektrolit dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan diagnosa yang muncul pada Ny. N ada 2 diagnosa
berdasarkan prioritas yaitu sebagai berikut : ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer dan nyeri
3.2.3 Intervensi Keperawatan
Penulis menyusun rencana disesuaikan dengan permasalahan yang
ada, kemampuan klien, situasi, dan kondisi serta sarana dan prasarana
yang ada. Perencanaan keperawatan tersebut disusun berdasarkan asuhan
keperawatan yang ada sesuai tinjauan teoritis dan melibatkan kerja sama
keluarga klien, dan petugas kesehatan yang ada. Penulis tidak
menemukan hambatan karena sumber buku yang disediakan
perpustakaan cukup banyak dan juga penulis menggunakan media
internet untuk menambah sumber asuhan keperawatan yang penulis
rencanakan.Dalam menentukan intervensi kepada klien penulis mengacu
kepada landasan teori yang ada yaitu menurut Amin Nuda dalam aplikasi
asuhan kepeawatan Nanda, NIC & NOC (2015).
49. 49
3.2.4 Implementasi Keperawatan
Sebelum tahap pelaksanaan kontrak waktu terlebih dahulu kepada
klien dan menjelaskan tujuan tindakan. Pada pelaksanaan tindakan dari
diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola napas pada Ny. K yaitu
mengobservasi tanda-tanda vital, memonitor sianosis perifer,
mengobservasi pendarahan, kolaborasi pemberian tranfusi, mengkaji
skala nyeri, menganjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Pada pelaksanaan tindakan dari diagnosa nyeri penulis melakukan
implementasi sesuai dengan jurnal manajemen nyeri dengan cara
genggam jari jika klien merasakan nyeri ulu hati dimana sesuai dengan
jurnal yang telah dilakukan oleh sarah dian rani dengan judul jurnal
teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas nyeri pada pasien post
appedictomy. Dan saat dilakukan teknik genggam jari nyeri yang
dirasakan pasien berkurang.
3.2.5 Evaluasi Keperawatan
Pada asuhan keperawatan dilakukan evaluasi secara formatif dan
evaluasi secara sumatif yang mana untuk menentukan tercapai tidaknya
perkembangan klien sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam
perencanaan keperawatan. Evaluasi formatif adalah evaluasi dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan. Pada kasus ini evaluasi formatifnya
adalah saat klienj mengeluh nyeri klien akan melakukan teknik relaksasi
genggam jari. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan dengan
membandingkan respon klien dengan tujuan khusus. Evaluasi sumatif
pada kasus ini adalah tanda-tanda vital dalam batas normal, nyeri
berkurang, hb > 8 gr/dl dan status perifer baik.
50. 50
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengelolaan kasus Asuhan keperawatan pada Ny. K
dengan gangguan sistem pencernaan akibat Gastritis Erosiva di Ruang HMM
lt 3 RSUD Syamsudin SH Kota Sukabumi. Selama 2 hari dari tanggal 12 Juni
2019 sampai dengan tanggal 13 Juni 2019, dapat diambil kesimpulan
berdasarkan proses keperawatan, sebagai berikut :
5.1.1 Pengkajian Keperawatan
Pada saat pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Juni 2019
dan hari berikutnya selama melaksanakan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan secara bio-psiko-sosial dan spiritual, ditemukan
tanda dan gejala seperti : klien mengeluh lemas dan nyeri ulu hati, skala
nyeri 6 (0-10), Hb 6,6 gr/dl
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelasakan status
atau masalah kesehatan actual atau resiko. Setelah dilakukan analisa
data, diagnosa yang muncul pada Ny. N adalah :
a. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. nyeri akut
5.1.3 Perencanaan Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat berdasarkan masalah
yang ditemukan pada klien saat dilakukan pengkajian dan
perencanaan tersebut disusun dengan mengacu pada sumber teori serta
disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien dan keluarga.
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan penulis tidak dapat
memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam, sehingga solusinya
51. 51
penulis bekerja sama dengan perawat ruangan untuk melaksanakan
rencana tindakan keperawatan. Pelaksanaan dilakukan sesuai
perencanaan yang dibuat, penulis melakukan tindakan keperawatan
selama 2 hari dengan fokus observasi tanda-tanda vital, observasi
pendarahan dan manajemen nyeri.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan oleh penulis dari setiap tindakan yang diberikan
baik secara formatif maupun sumatif untuk menentukan tercapai
tidaknya perkembangan klien sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan dalam perencenaan keperawatan.Masalah – masalah yang
terjadi pada klien pada umumnya dapat teratasi dengan tindakan
keperawatan yang diberikan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi RS
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan selama 2 hari di
Ruang Hmm Lt 3 RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi penulis dapat
memperoleh pengalaman sehingga dapat mengetahui kekurangan atau hal
yang perlu dipertahankan dengan demikian pada kesempatan ini penulis
menyampaikan saran yang ditunjukan kepada tenaga kesehatan RS untuk
meningkatkan monitor intake output pada pasien pendarahan dan monitor
tanda-tanda vital.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan STIKES Rajawali
Hasil pengelolaan kasus ini diharapkan dapat menjadi sumber
bacaan atau referensi diperpustakaan STIKES Rajawali, sehingga dapat
memberikan pemahaman yang baik bagi para pembaca tentang penyakit
gastritis erosiva.
52. 52
DAFTAR PUSTAKA
arokaro, M, (2015).Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk
Pakam.(Volume 3, No.4,
Corwin, Elizabet, 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Nurarif, A.H.A & Kusuma, H., 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda. Jogya: Mediaction.
Novita, Ambar. 2016. Upaya Penanganan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Gastritis
ErosivaD RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah
Ramadina, S, Utami, S, & Jumaini (2014), Efektifitas Teknik Relaksasi Genggam
Jari dan Nafas Dalam Terhadap Penurunan Dismenore, Program Studi
Ilmu Keperawatan, Universitas Riau.(Ramadina, Utami, Studi,
Keperawatan, & Riau, n.d.)
Riris, Elida. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastritis ErosivaDalam
Konteks Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Di RSUPN DR.
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jakarta : Universitas Indonesia
Setiatis, Siti, dkk. 2014. Buku Ahar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid I.
Jakarta : Interna Publshing
Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Elsevier (Singapura):
Salemba Medika.
DiGiulio, M. (2014).Keperawatan Medikal Bedah.Yogjakarta: Rapha Publising.
Huda, N. A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: Media Action Publishing.
Longo, D. L. (2013).Harrison Gastroenterologi dan Hepatologi.Jakarta: EGC.
53. 53
Tallbot, L. A. dkk (2007).Pengkajian Keperawatan Kritis Edisi 2.Jakarta : EGC.
Tarwoto,& Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan .Jakarta: SalembaMedika.