1. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKAMBUHAN
GASTRITIS DI SMAN 1 CILEUNGSI
OLEH
RAHMAT GOESTI GEMILANG OETOMO
1032171004
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
JAKARTA
2020
2. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan Judul “ HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN
MAHASISWA DENGAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN
REPRODUKSI DI FAKULTAS KESEHATAN MH THAMRIN”, sebagai
persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi SI Keperawatan
Universitas MH. Thamrin Jakarta.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan yang tidak ternilai harganya dari berbagai pihak, baik dari institusi,
tempat penelitian, keluarga dan teman-teman terdekat lainnya. Dalam kesempatan
ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo SKM., M.Comm. H selaku Rektor Universitas
MH. Thamrin.
2. Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, M.Sc selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin.
3. Ilah Muhafilah, SKp., M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin.
4. Ns.Neli Husniawati M.Kep , pembimbing I yang telah memberikan pengarahan
dan ilmunya dengan penuh kesabaran.
5. Ns. Siti Jubaidah, S.Kep., M.Kep pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan ilmunya dengan penuh kesabaran.
6. Dosen dan Staf Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin yang telah banyak membantu penulis selama
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
3. 7. Kedua orang tua yang telah merawat dan mendidik penulis dengan penuh
kasih sayang dan pengorbanan, mendoakan dan memberikan dukungan
secara moril maupun materil.
8. Sahabat seperjuangan yang amat saya sayangi : Dinda Nur
A’fifah,Susilawati,Denti Rahma Fadilah,Mega Frisca,Rina Ratna,Bunga
Ananda yang senantiasa selalu mengingatkan dan memberikan support
kepada saya .
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah berperan
dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari skripsi ini
masih memiliki beberapa kekurangan, oleh karena itu masukan dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan. Semoga penelitian ini nantinya membawa
manfaat bagi para pembacanya dan pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang keperawatan maternitas .
Jakarta, 5 Maret 2021
Penulis
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. Gastritis yang berlangsung dalam waktu lama akan
didapatkan perubahan inflamasi mukosa yang berpengaruh pada
terjadinya atrofi mukosa dan metaplasia epitelia sehingga akan menjadi
gastritis kronis (Hirlan, 2012). Menurut World Health Organization
(WHO), insiden gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta jumlah penduduk
setiap tahunnya, di Inggris (22%), China (31%), Jepang (14,5%),
Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Penderita Gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari seluruh penduduk setiap tahunnya.
Presentasi dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO
adalah 40,8%, dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari
238.452.952 jiwa penduduk (Kurnia, 2012). Berdasarkan profil
kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu
penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah
sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes, 2012).
Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi, dari penelitian
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2013 angka
kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi
mencapai 91,6 % yaitu di Kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya
seperti Jakarta 50,0 %, Denpasar 46,0 %, Palembang 35,5 %, Bandung
32,5 %, Aceh 31,7 %, Surabaya 31,2 % dan Pontianak 31,1 %.
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan pelayanan kesehatan,
tradisional, kesehatan dan pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan, kesehatan reproduksi, bencana,
pengamanan makanan dan minuman dan lain - lain (UU No. 36 Tahun
2009 Pasal 48 Ayat 1).
5. Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah
mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung, padahal sakit maag
atau gastritis sangat mengganggu aktivitas sehari - hari, baik remaja
maupun orang dewasa. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa
keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari
gastritis fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari seluruh kasus.
Gastritis fungsional merupakan sakit yang bukan disebabkan oleh
gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh
makanan yang tidak sesuai dan stres, dan obat - obatan (Saydam, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor yang
mempengaruhi kekambuhan gastritis di SMAN 1 Cileungsi ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekambuhan gastritis pada remaja”
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kekambuhan gastritis remaja di
SMAN 1 Cileungsi
2. Untuk mengetahui pola makan pada remaja di SMAN 1
Cileungsi
3. Untuk mengetahui stres pada remaja di SMAN 1
Cileungsi
4. Untuk mengetahui konsumsi obat pada remaja di SMAN
1 Cileungsi
5. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh di
SMAN 1 Cileungsi
6. 1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Remaja
Mendapat informasi mengenai tingkat pengetahuan terhadap
kejadian Gastritis pada remaja sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatannya terutama
pada pola makannya.
1.4.2 SMAN 1 Cileungsi
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai pengetahuan terhadap kejadian Gastritis pada anak
remaja. Sehingga setelah diketahui apa saja faktor - faktor
yang berhubungan dengan pengetahuan terhadap kejadian
Gastritis pada anak remaja pihak sekolah terutama orang tua
dapat memberikan pengawasan yang lebih.
1.4.3 Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Kesehatan,
Universitas Mohammad Husni Thamrin
Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kepustakaan promosi kesehatan yang ada di
Prodi S1 Keperawatan Universitas Mohammad Husni
Thamrin sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi
terkait pengetahuan terhadap kejadian Gastritis pada siswa /
siswi.
1.4.4 Peneliti
Mendapatkan wawasan, pengalaman, dan pengetahuan
mengenai penerapan ilmu promosi kesehatan di dalam suatu
lingkungan sekolah dan informasi terutama terkait kejadian
Gastritis sehingga dapat dijadikan bahan penulisan yang
disajikan dalam bentuk Skripsi mengenai faktor - faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan terhadap kejadian Gastritis
pada siswa / siswi di SMAN 1 Cileungsi.
7. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Gastritis
2.1.1 Pengertian Gastritis
Penyakit Gastritis adalah peradangan atau
pembengkakan dari mukosa lambung yang disebabkan oleh
infeksi kuman heliobacter pylori. Penderita penyakit gastritis
akan mengalami sakit ulu hati, nyeri lambung, rasa mual
muntah, rasa lemah, nafsu makan menurun, sakit kepala dan
terjadi perdarahan pada saluran cerna (Gobel, 2012).
Gastritis menjadi salah satu gangguan pencernaan
yang dialami masyarakat, karena pola makan yang tidak sesuai
atau dengan makanan yang terlalu pedas, sehingga produksi
asam lambung tidak terkontrol. Penyakit ini menyerang semua
usia tetapi lebih sering menyerang usia produktif karena gaya
hidup yang kurang memperhatikan kesehatan dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya (Hartati dkk, 2014).
Gastritis disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
stress, alkohol, dan obat anti inflamasi. Penderita sering
mengalami gangguan pencernaan terutama bagian atas yaitu
perut kembung, mual dan muntah, bersendawa dan sakit
kepala. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis.
Penderita akan mengalami kekambuhan atau gejala munul
berulang karena salah satunya dipengaruhi dari faktor
penyebab (Misnadiarly, 2012).
8. 2.1.2 Klasifikasi Gastritis
1) Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan mukosa
lambung yang menyebabkan perdarahan lambung
akibat terpapar pada zat iritan. Gastritis akut suatu
penyakit yang sering ditemukan dan biasanya bersifat
jinak dan dapat disembuhkan (Suratum, 2012).
2) Gastritis Kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun,
yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri helicobacter
pylory. Gastritis kronis cenderung terjadi pada usia
muda yang menyebabkan penipisan dan degenerasi
dinding lambung (McCance & Huether, 2012)
Gastritis kronik dikelompokkan lagi menjadi 2
tipe yaitu tipe A dan tipe B (Suzane et al, 2012):
a. Gastritis tipe A (kronik fundal) sering
disebut gastritis autoimun. Tipe ini sering
dihubungkan dengan penurunan mukosa
yang mengakibatkan penurunan produksi
antibodi. Anemia pernisiosa terjadi pada
fundus dari lambung.
b. Gastritis tipe B (antrum) terjadi karena
bakteri helicobacter pylory yang
mengakibatkan ulkus pada lambung.
9. 2.1.3 Etiologi Gastritis
1) Pola Makan
Gastritis dapat disebabkan pola makan yang
tidak teratur yaitu frekuensi makan, jenis makanan,
dan jumlah makanan, sehingga asam lambung akan
mengalami peningkatan. Pola makan merupakan
masalah yang dapat mempengaruhi kekambuhan
gastritis (Misnadiarly, 2012).
2) Stres
Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme
neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga
berisiko untuk mengalami gastritis (Saroinsong, 2014).
3) Alkohol dan Merokok
Gaya hidup mengkonsumsi alkohol dan rokok
akan merangsang produksi asam lambung yang
berlebih. Alkohol dan rokok dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh sehingga memperlambat
mekanisme kerja sel pelindung dalam melindungi
dinding dari asam lambung (Rahma, 2013).
4) OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
Obat anti inflamasi non steroid merupakan
jenis obat yang memiliki efek yang menyebabkan
gastritis. OAINS bersifat analgetik, antipiretik, dan
anti inflamasi. Obat analgetik hanya efektif terhadap
nyeri. Sedangkan obat antipiretik akan menurunkan
suhu dalam keadaan demam dan meringankan gejala
nyeri (Hidayah, 2012).
10. 2.1.4 Tanda dan Gejala Gastritis
Gejala yang sering muncul Widjadja (2012) seperti
bersendawa atau cegukan, tenggorokan panas, mual, perut
terasa diremas - remas, muntah, tidak nafsu makan, sering
keluar keringat dingin, penurunan berat badan, perut bagian
atas terasa tidak nyaman, lambung terasa penuh, kembung,
cepat kenyang dan perut sering bunyi. Gejala lainnya yang
jarang terjadi, tetapi terasa berat adalah nyeri di ulu hati
disertai mual, gejala anemia, yaitu pusing dan lemas,
keseimbangan tumbuh berkurang, seolah - olah mau pingsan,
muntah darah atau cairan berwarna kuning kecoklatan dan
buang air besar berdarah. Gejala tersebut bisa akut, berulang
dan bisa menjadi kronis, disebut kronis jika gejala tersebut
berlangsung lebih dari satu bulan terus menerus. Kebanyakan
gastritis tanpa gejala.
Keluhan yang dihubungkan dengan gastritis adalah
nyeri panas dan pedih pada ulu hati disertai mual, bahkan
terkadang sampai muntah. Keluhan - keluhan dan juga
pemeriksaan fisik tidak dapat menegakkan diagnosa secara
tepat. Diagnosis ditegakkan dengan cara pemeriksaan
endoskopi dan hispatologi. Pemeriksaan hispatologi
sebaliknya menyatakan pemeriksaan kuman H. Pylori.
Kebanyakan orang tidak nampak gejala dan apabila tidak di
obati penyakit ini akan bertahan seumur hidup.
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi dalam gastritis akut, yaitu perdarahan
saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan
melena. Perdarahan yang banyak dapat menyebabkan syok
hemoragik yang bisa mengakibatkan kematian dan dapat
terjadi ulkus. Kompliksai yang timbul pada gastritis kronis
yaitu atrofi lambung yang dapat menyebabkan gangguan
11. penyerapan vitamin B12, akibat kurangnya penyerapan B12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan zat besi
terganggu dan penyempitan daerah atrum pylorus (Masjoer,
2012).
2.1.6 Pengobatan Gastritis
Obat antasida digunakan untuk mengurangi gejala-
gejala yang sering muncul pada penyakit gastritis. Antasida
merupakan kombinasi alumunium hidroksida dan magnesium
hidroksida, bekerja menetralkan asam lambung sehingga rasa
nyeri di ulu hati akibat iritasi asam lambung menurun. Obat
antasida dapat digolongkan menjadi:
1) H2 Bloker atau antihistamin, bekerja dengan
menempati reseptor histamin sehingga sekresi asam
lambung dan pepsin dikirangi. Contoh ratinidine,
cimetidine, famotidine, nizatidine.
2) Proton Pump Inhibitor (PPI), berkera menghambat sel
penghasil asam lambung dan mengurangi sekresi asam
lambung. Contoh Omeprazol, lansoprazol,
pantoprazol, rabeprazol, dan esomeprazol.
2.2 Faktor – Faktor Kekambuhan
2.2.1 Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara untuk mengatur jumlah
atau jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, pencegah atau
membantu menyembuhkan penyakit (Depkes, 2011).
Pola makan yang baik selalu mengacu pada gizi yang
seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan
kebutuhan dan seimbang. Kebutuhan zat gizi tubuh hanya
dapat terpenuhi hanya dengan pola makan yang bervariasi dan
beragam, semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh,
12. maka semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk
mewujudkan kesehatan yang optimal (Prita, 2012).
1) Frekuensi Makan
Frekuensi makan merupakan jumlah
makanan dalam sehari-hari yang dilakukan
berulang kali dalam mengkonsumsi makanan
baik makanan utama maupun makanan
selingan (Okviani, 2012).
Frekuensi makan yang kurang dari tiga
kali dalam sehari dapat menimbulkan maag.
Makan pagi sangat penting sebab dapat
membekali tubuh berbagai zat guna menjadi
cadangan energi untuk melakukan aktivitas.
Selain makan utama, makan selingan juga
harus dilakukan guna menanggulangi rasa
lapar, sebab jarak waktu makan yang lama.
2) Jenis Makanan
Jenis makanan merupakan variasi
bahan makan yang dicerna dan diserap akan
menghasilkan susunan menu sehat dan
seimbang. Variasi makanan bergantung pada
individu dalam menentukan makanan yang
dapat menyebabkan ganguan pencernaan
seperti halnya makanan pedas (Okviani, 2012).
Mengkonsumsi makanan pedas lebih
dari satu kali dalam seminggu selama 6 bulan
secara terus menerus dapat menyebabkan
irirtasi pada lambung. Sehingga pada penderita
gastritis atau maag disarankan untuk
mempertimbangkan makanan yang dapat
mengurangi nyeri pada lambung seperti
13. kentang, pisang, brokoli, kol, dan bubur
(Okviani, 2012).
2.2.2 Stres
Stres adalah reaksi tubuh tidak spesifik terhadap
kebutuhan tubuh yang terganggu. Stres suatu fenomena yang
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat
dihindari setiap orang. Stres memberikan dampak secara total
pada individu seperti dampak fisiksosial, psikologik, dan
spiritual (Phatmanathan & Husada, 2013).
Stres adalah suatu reaksi adaptif bersifat sangat
individual. Stres seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat
kematangan berfikir, tingkat pendidikan, dan kemampuan
adaptasi terhadap lingkungan, serta dapat mengancam
keseimbangan fisiologis seseorang.
Respon mual muntah yang dirasakan saat seseorang
mengalami stress pada saluran pencernaan antar lain
menurunkan saliva mulut menjadi kering. Hal ini
menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol sehingga sulit
untuk menelan. Peningkatan asam lambung menyebabkan
produksi mukus yang melindungi dinding saluran cerna
menurun sehingga menyebabkan iritasi luka pada dinding
lambung dan perubahan mortilitas usus yang dapat meningkat
sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi pada individu
terjadi saat depresi sedangkan diare terjadi saat individu terjadi
saat panik. Hal ini menunjukkan bahwa stress memiliki
pengaruh yang negative terhadap saluran pencernaan antar
lain gastritis yang bias mengalami kekambuhan kapan saja
14. 2.2.3 Pemakaian Obat – Obatan
Obat OAINS merupakan golongan obat besar yang
menghambat pengeluaran prostaglandin dari asam
arakhidonat. Prostaglandin salah satu faktor defensif yang
sangat penting, selain menghambat produksi prostaglandin,
aspirin, dan obat anti inflamasi nonsteroid dapat merusak
mukosa secara menyeluruh, ini terjadi karena kandungan
asam dalam obat bersifat korosif sehingga merusak sel
epitel mukosa dan mengakibatkan gastritis dan ulkus
peptikum (Rosniyanti, 2012).
2.3 Definisi Pengetahuan Secara Umum
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan juga diperoleh dari pendidikan, pengalaman
diri sendiri, maupun pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
15. bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletekkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi - formulasi yang ada.
16. Misalnya, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan - rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian - penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan di atas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada
masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria,
yaitu :
1) Tingkat pengetahuan baik, jika jawaban responden dari
kuesioner yang benar 76-100 %.
2) Tingkat pengetahuan cukup, jika jawaban responden dari
kuesioner yang benar 56-75 %.
3) Tingkat pengetahuan buruk, jika jawaban responden dari
kuesioner yang benar < 56 % (Arikunto, 2012).
17. BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Teori
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
(Dermawan & Rahyuningsih, 2010)
Penyebab Gastritis :
1. Infeksi Bakteri ;
seperti H. Pylory,
H. heilmanii, E.
coli, Streptococci,
staphylococci
2. Refluks isi usus
kedalam lambung
3. Alkohol
4. Obat-obatan
5. Stres fisik
6. Makanan dan
minuman yang
bersifat iritan
Gastritis Kambuh
Faktor kekambuhan gastritis:
1. Stres
a. Fisik
b. Psikologis
2. Kebiasaan Menkonsumsi Alkohol
3. Konsumsi Obat-obatan
4. Kebiasaan Merokok
5. Frekuensi konsumsi bahan pangan yang
mengiritasi lambung
6. Kebiasaan makan makanan merangsang
(pedas, asam)
18. 3.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan
visualisasi atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari
masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Variabel Independent : Variabel Dependent :
Stres
Frekuensi Konsumsi
makanan dan minuman
Pemakaian Obat -
Obatan
Kekambuhan
Gastritis
19. 3.3 Definisi Operasional
No Variable Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Variable Dependen
1. Kekambuhan Gastritis Terjadi kembali serangan gastritis
dalam 1 bulan
Kuesioner Mengisi
Kuesioner
Berat > 3
Sedang 2
Ringan 1
Ordinal
Variable Independen
2. Stres Respon individu ketika merasa
tertekan dengan kondisi yang
dialaminya seperti perasaan
gelisah, cemas, sedih dan marah
Kuesioner Mengisi
Kuesioner
Tinggi 7 – 10
Sedang 4 – 6
Rendah 1 - 3
Ordinal
3. Frekuensi Konsumsi
makanan dan
minuman
Kebiasaan seseorang yang dilihat
dari pola makan setiap hari
meliputi kebiasaan makan,
frekuensi makan dan jenis makan
yang relatif tetap
Kuesioner Mengisi
Kuesioner
Tinggi 7 – 10
Sedang 4 – 6
Rendah 1 - 3
Ordinal
4. Pemakaian Obat -
Obatan
Perilaku individu dalam
mengkonsumsi obat - obatan dari
golongan OAINS. Dalam hal ini
pengguna obat – obatan
dimaksudkan untuk mengurangi
rasa sakit, menurunkan demam,
dan mengatasi peradangan.
Kuesioner Mengisi
Kuesioner
Menggunakan
skor : 1 – 3
Tidak
menggunakan
skor : 0
Ordinal
20. 3.4 Hipotesis
1. Ada hubungan antara stres dengan kekambuhan gastritis
2. Ada hubungan antara pola makan dengan kekambuhan gastritis
3. Ada hubungan antara pemakaian obat – obatan dengan
kekambuhan gastritis
21. BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasi deskriptif
korelasi menggunakan Pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini siswa yang mengalami gastritis di SMAN 1 Cileungsi
dengan jumlah remaja 40 orang. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 40 responden. Cara pengambilan sampel
pada penelitian ini adalah Total Sampling. Penelitian ini telah
menggunakan alat pengumpulan data berupa kuisoner dan dokumen.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Menurut Notoatmodjo (2010), populasi penelitian
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa / siswi di
SMAN 1 Cileungsi. Berdasarkan data yang diperoleh, ada
sebanyak “40” siswa siswi yang bersekolah di sekolah SMAN
1 Cileungsi.
4.2.2 Sampel
Menurut Notoatmodjo (2010), sampel adalah objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam
penelitian ini, sampel diambil secara langsung yaitu meliputi
siswa siswi di SMAN 1 Cileungsi.
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2020
22. 4.4 Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah
yang sangat penting karena berhubungan langsung dengan manusia.
Menurut Hidayat (2010), masalah etika yang harus diperhatikan yaitu:
1) Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang
diteliti tujuannya agar responden mengetahui maksud dan
tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama
pengumpulan data.Jika subjek bersedia menjadi responden,
maka harus menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden. Jika subjek menolak menjadi responden, maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak
responden.
2) Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasian rsponden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden dan sebagai gantinya setiap
responden diberikan inisial.
3) Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasian informasi responden dijaga peneliti, hanya
kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil
penelitian
4.5 Alat Pengumpulan Data Penelitian
Pada pelaksanaa penelitian ini, peneliti mengumpulkan data
melalui data primer dan data sekunder, yang diuraikan sebagai
betikut:
4.5.1 Data Primer
Data diperoleh langsung dari seluruh siswa siswi yang
bersekolah di SMAN 1 Cileungsi dengan menggunakan alat
ukur berupa kuesioner yang diisi langsung oleh siswa / siswi
dan berisi mengenai variabel dependen (pengetahuan terhadap
23. kekambuhan Gastritis) dan variabel independen (Stres, Pola
Makan, dan Pemakaian Obat - Obatan)
4.5.2 Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh
dari data - data di SMAN 1 Cileungsi berupa jumlah
keseluruhan siswa / siswi dan profil sekolah.
4.6 Prosedur Pengumpulan Data
Menurut Hastono (2011), agar analisa menghasilkan informasi
yang benar, sebaiknya ada 5 tahapan yang harus dilakukan, antara
lain:
1. Editing
Memeriksa, mengamati apakah semua pertanyaan
sudah terjawab. Jawaban yang ada akan ditulis dapat
dijawab atau tidak. Konsistensi jawaban ada atau tidak,
kekeliruan lain yang mungkin dapat mengganggu proses
data.
2. Scoring
Setelah dilakukan editing data, dilakukan scoring
terhadap setiap jawaban agar proses pengolahan data lebih
mudah
3. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Pengkodean
dilakukan sesuai dengan definisi operasional.
4. Processing
Proses memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database computer.
24. 5. Cleaning
Cleaning data dilakukan oleh peneliti dengan melihat
kembali, apakah ada data yang missing atau ada data yang
belum dimasukkan ke dalam.
4.7 Rencana Analisis Data
Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk mengetahui
kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan program/software statistik, dalam
penelitian ini digunakan program SPSS (Statistical Program for Social
Science). Analisis yangdilakukan adalah analisis univariat dan
analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010).
2. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan
diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel dan
dapat dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat yang
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010).
Dalam melakukan analisis bivariat pada penelitian ini, Peneliti
menggunakan uji Chi Square yaitu analisis yang dilakukan untuk
melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen
secara statistik. Prinsip uji Chi Square adalah membandingkan
frekuensi yang teruji (observasi) dengan frekuensi harapan
(ekspektasi). Untuk menentukan kemaknaan hasil perhitungan
statistik digunakan batas kemaknaan alfa 0,05. Dengan uji ini dapat
diketahui kemaknaan hubungan antara variabel dependen dengan
25. variabel independen. Kemudian dilihat juga Odds Ratio (OR)
(Hastono, 2010).
Untuk melihat hasil kemaknaan, perhitungan statistik
digunakan batas kemaknaan (p-value) 0,05 sehingga:
1. Jika p-value ≤ 0,05, maka hasil perhitungan statistik
bermakna / berhubungan. Jika p-value > 0,05, maka hasil
perhitungan statistik tidak bermakna / berhubungan.
Aturan Chi-Square.
2. Jika pada tabel 2x2 dijumpai nilai Expected kurang dari 5
maka digunakan Fisher’s Exact test Jika pada tabel 2x2
dan tidak ada nilai E kurang dari 5 maka uji yang
digunakan adalah Continuity Correction.
3. Jika tabel lebih dari 2x2, missal 2x3 atau 3x2 maka
digunakan Pearson Chi-Square. Tiap variabel independen
akan ditabulasikan dengan variabel
Dependen. Pada tabulasi silang 2 x 2 akan dicari nilai OR
(Odds Ratio)untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Interpretasi nilai OR adalah
sebagai berikut :
1. Bila OR = 1 maka ada hubungan antara faktor dengan
kejadian.
2. Bila OR < 1 maka ada hubungan negatif antara faktor
dengan kejadian.
3. Bila OR > 1 maka hubungan positif antara faktor dengan
kejadian.