SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
KETERAMPILAN DASAR
KEBIDANAN II
MODUL 4
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
NURWENINGTYAS WISNU
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
Pemeriksaan
Diagnostik
KEGIATAN BELAJAR 1
PEMERIKSAAN DARAH
SEMESTER 5
i
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Kata
Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Maha esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan MODUL EMPAT dari ENAM MODUL dalam Mata
Kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan yang berjudul Pemeriksaan
Diagnostik.
	 Modul Pemeriksaan Diagnostik ini disusun dalam rangka
membantu proses pembelajaran program Diploma III kebidanan
dengansystempembelajaranjarakjauhyangdisusunbagimahasiswa
dengan latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit
untuk ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan.
	 Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada
segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya
modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
a.	 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
b.	Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
c.	 Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
d.	 Australian Government Overseas Aid Program (AusAID)
e.	 Tim editor modul
	 Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari
kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat
kami harapkan.
	 Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan
kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang
menggunakan system jarak jauh.
								Jakarta, Juli 2013
								PENULIS
Gambar : Pengecekan cabang bayi
ii
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Daftar Isi
Kata Pengantar									i
Daftar Isi										ii
Daftar Istilah										iii
Pendahuluan 									iv	
Kegiatan Belajar 1: Pemeriksaan Darah					 1
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Daftar Istilah
•	 Urinomter: Merupakan hidrometer untuk penentuan berat jenis dari urine dan
ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060
(tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5 oC.
•	 Hemoglobin: Adalah protein yang kaya akan zat besi. Merupakan yang mengisi ba-
gian inti dari sel darah merah. Dapat diukur dengan pemeriksaan sederhana.
•	 Fiksasi: Tindakan untuk membuat bagian alat atau sesuatu tidak dapat digerakkan,
sehingga menjadikan posisinya stabil.
•	 Fehling: Reagen yang digunakan untuk memeriksa kandungan gula dalam urine.
Ada 2 jenis yaitu fehling A dan fehling B
4
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Pendahuluan
	 Ketika saudara melayani masyarakat, seringkali masyarakat bertanya berapa
darah saya, atau berapa tensi saya, atau saya menderita gula, kolesterol saya tinggi, dsb.
Nah, ketika menjumpai masalah seperti itu saudara mesti harus mengajak masyarakat
untuk berpikir kritis dan meluruskan pemahaman masyarakat yang keliru. Banyak
sekali tayangan TV saat ini yang berisiko menjerumuskan pemahaman masyarakat
tentang pengertian kesehatan. Istilah-istilah yang digunakan di siaran TV, terutama
oleh pengobatan alternatif kadang-kadang merancukan pemahaman kesehatan
secara medis. Kita harus mendudukkan permasalahan secara tepat. Kita memiliki
tanggungjawab untuk melakukan promosi kesehatan secara benar jujur dan akademis.
Pada modul kali ini saudara akan diajak belajar cara melakukan pemeriksaan diagnostik
secara makro artinya yang bisa diketahui hasilnya tanpa menggunakan mikroskop dan
Saudara bisa mengerjakan secara mandiri. Modul ini dikemas dalam dua kegiatan yang
disusun secara berurutan sebagai berikut:
	 Kegiatan Belajar I : Perawatan pasien pre dan paska operasi.
	 Kegiatan Belajar II : Perawatan luka
Relevansi
Setelah mempelajari modul ini, saudara akan dapat 1) menjelaskan konsep dasar
pemeriksaan darah 2) menjelaskan konsep dasar pemeriksaan urine Kompetensi ini
nantinya menunjang kompetensi saudara sebagai bidan untuk melakukan pemeriksaan
diagnostik sederhana sesuai dengan kewenangan. Dengan memiliki kemampuan ini
saudara dapat menentukan diangnosa kebidanan karena hasil pemeriksaan ini sebagai
penunjang untuk menegakaan diagnosa terutama pada saat kehamilan sehingga dapat
mencegah komplikasi kehamilan
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Metode Mempelajari Modul
Proses pembelajaran untuk materi Pemeriksaan diagnostik, dapat berjalan dengan
lancar apabila Anda mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut:
a.	 Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga
diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.
b.	Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut
sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan
dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang
terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya.
c.	 Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan
tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah
yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan
kunci jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar.
d.	 Lakukan pemeriksaa diagnostik sesuai dengan pedoman yang telah disediakan
e.	 Jikasaudaramengalamikesulitandiskusikandengantemansaudaraataumenanyakan
Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan
sehingga Anda dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan.
Baiklah Saudara peserta Pendidikan jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas
sebagai bidan di daerah dengan baik
1
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Kegiatan
Belajar 1
PEMERIKSAAN DARAH
Setelah pembelajaran ini diharapakan saudara dapat melakukan pengabilan darah vena
dan dapat melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan tepat dan benar
1.	 Menjelaskan pengertian pengambilan sediaan darah vena
2.	 Menyebutkan tujuan pengambilan darah vena
3.	 Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi pengambian darah vena
4.	 Mengetahui langkah- langkah pengambilan darah vena
5.	 Melakukan pengambilan pengambilan darah vena sesuai prosedur tindakan
6.	 Menjelaskan pengertian pemeriksaan hemoglobin
7.	 Menyebutkan tujuan pemeiksaan hemoglobin
8.	 Mengetahui langkah-langkah pemeriksaan hemoglobin
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
2
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Uraian
Materi
Pengambilan Sediaan Darah Vena
PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan pengambilan sedian darah vena adalah suatu pengambilan
darah yang diambil dari vena yang cukup besar (biasanya di vena fossa cubiti, vena
saphena magna dan vena superfisial lain) untuk mendapatkan sampel darah yang baik
dan representatif.
TUJUAN
1. Untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan
pemeriksaan
2. Untuk petunjuk bagi petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy)
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
	 Tidak semua orang bisa dan boleh dilakukan pengambilan darah vena. Indikasi
untukpengambilandarahvenaantaralain:biladilakukanpemeriksaanyangmemerlukan
specimen darah lebih dari 0,5 cc, bila terdapat pemeriksaan yang memerlukan serum,
plasma, maupun wholeblood. Nah sekarang masalahnya, bagaimana jika ditemukan
pasien yang venanya mudah rapuh/terlalu lembut atau mudah pindah? Yang dilakukan
adalah dengan menggunakan tindakan venapuncture. Demikian sebaliknya jika
pembuluh darahnya terlalu kecil dapat dilakukan tindakan sejenis yaitu venapunture
dengan metode wing needle. Biasanya ditemukan pasien anak-anak dan orang tua.
Nah, sekarang apa kontra indikasi vena punksi artinya pada kondisi yang bagaimana
yang tidak diperkenankan melakukan pengambilan darah vena?
a.	 Daerah oedema (daerah yang membengkak karena terdapat banyak cairan jaringan).
b.	 Daerah hematoma.
c.	 Daerah dimana darah sedang ditransfusikan.
d.	 Daerah bekas luka.
e.	 Daerah dengan cannula, fistula , atau cangkokan vascular.
f.	 Daerah intra - vena lines. Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah
menjadi lebih encer dan meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN DARAH VENA
1	 Persiapan pasien
	 Pesien didudukan dalam keadaan tenang.
	 Rasional: Proses pengambilan darah diterangkan untuk mendapatkan kerjasama
dari pasien.
2	 Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu :
a.	 spuit injeksi 3 ml / 5 ml
b.	 botol penampung darah
c.	 karet pembendung (torniquet)
d.	kapas
e.	 alkohol 70%
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
f.	plester
3 Mempersiapkan antikoagulansia, yaitu :
a.	 Na-EDTA 10%
b.	 Na-citras 3,8% (dimasukkan ke dalam botol penampung darah)
4 Lokasi yang boleh diambil:
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
•	 Daerah edema
•	 Hematoma
•	 Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
•	 Daerah bekas luka
•	 Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
•	 Daerah intra-vena lines
Rasional:
	 Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer
dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
	 Pemilihan letak pengambilan harus sangat diperhatikan dan harus memenuhi
syarat yaitu pada lengan yang tidak terluka dan tidakterpasang infus. Jika syarat tersebut
tidak terpenuhi maka pengambilan dilakukan pada lengan sebelah dan apabila semua
lengan terpasang infus maka penambilan vena dapat dilakukan pada vena kaki(apabila
sangat terdesak).
5. PROSEDUR TINDAKAN
NO PROSEDUR RASIONAL
1. Lakukan penjelasan pada penderita
(tentang apa yang dilakukan terhadap
penderita, kerjasama penderita, sensasi
yang akan dirasakan penderita)
Supaya penderita bisa bertindak
kooperatif dengan petugas dan
mengurangi kecemasan pada
penderita
2. Cari vena yang akan ditusuk (superfisial,
cukup besar, lurus, tidak ada peradangan,
tidak diinfus)
Memastikan tempat yang tepat
untuk pengambilan sampel darah
dan untuk memudahkan mengambil
sampel darah
3. Letakkan tangan lurus serta ekstensikan
dengan bantuan tangan kiri operator
atau diganjal dengan telapak tnagan
menghadap keatas sambil mengepal
Vena terlihat lebih jelas sehingga
memudahkan pengambilan sampel
darah
4. Lakukan desinfektan daerah yang akan
ditusuk dengan kapas steril yang dibasahi
alkohol 70% dan biarkan sampai kering
Mencegah infeksi
4
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
NO PROSEDUR RASIONAL
5. Lakukan pembendungan pada daerah
proximal kira-kira 4-5 jari dari tempat
penusukan agar vena tampak lebih
jelas (bila tourniguet berupa ikatan
simpul terbuka dan arahnya keatas),
pembendunagn tidak boleh terlalu lama
(maksimal 2 menit, terbaik 1 menit)
•	 Memudahkan penusukan pada
daerah vena karena vena tampak
lebih jelas
•	 Aliran arteri yang terhenti
mencegah pengisian vena
•	 Pembendungan yang terlalu lama
akan mengakibatkan perubahan
komposisi plasma karena terjadi
insentrasi
6. Ambil spuit dengan ukuran sesuai jumlah
darah yang akan diambil, cek jarum dan
karetnya.
Memastikan bahwa alat yang
digunakan tepat dan steril, serta siap
pakai
7. Pegang spuit dengan tangan kanan,
kencangkan jarumnya dan dorong
penghisap sampai ke ujung depan
Memastikan tidak ada udara dalam
spuit yang dapat mengakibatkan
emboli
8. Fiksasi pembuluh darah yang akan ditusuk
dengan ibu jari tangan kiri.
Memudahkan pengambilan sampel
darah
9. Tusukkan jarum dengan sisi menghadap
keatas membentuk sudut 150-300 sampai
ujung masuk ke dalam vena dan terlihat
darah dalam pangkal jarum
Mendapatkan sampel darah yang
dibutuhkan
10. Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan
membentuk sudut
Supaya spuit tidak bergeser yang
dapat menyebabkan vena pecah
11. Penghisap spuit ditarik pelan-pelan
sampai didapatkan volume darah yang
diinginkan
Mendapatkan sampel darah yang
dibutuhkan
12. Kepalan tangan dibuka, lepaskan
bendungan, letakkan kapas alkohol
70% diatas jarum, cabut jarum dengan
menekan kapas beberapa menit untuk
mencegah perdarahan, plester, tekan
dengan telunjuk dan ibu jari penderita
selama ± 5 menit
Mencegah perdarahan
13. Lepaskan jarum, alirkan darah dalam
wadah melalui dindingnya supaya tidak
terjadi hemolisa
Supaya tidak terjadi pembekuan
darah
14. Tuangkan darah ke dalam botol
penampungan yang volumenya sesuai
(sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta)
Memudahkan pengambilan darah
saat pemeriksaan di laboratorium
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
NO PROSEDUR RASIONAL
15.
16.
Jika ,menggunakan antikoagulan, kocok
botol beberapa menit agar antikoagulan
tercampur dengan darah dan tidak terjadi
bekuan.
Evaluasi dan dokumentasi
Mendapatkan sampel darah yang
dibutuhkan dan mencegah bekuan
darah
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
•	 Pemasangan turniket (tali pembendung)
•	 pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan
kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
•	 melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
•	 Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan     
masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
•	 penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga
dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga
berpotensi menyebabkan hematoma.
•	 tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma
•	 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat
kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien
ketika dilakukan penusukan
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan memeriksa Hemoglobin adalah mengukur kadar hemoglobin
berdasarkan warna yang terjadi akibat perubahan Hb yang menjadi asam hematin oleh
adanya HCL 0,1 N.
TUJUAN
Tujuan pemeriksaan Hb adalah untuk menetapkan kadar hemoglobin dalam darah dan
mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan
untuk mendeteksi adanya anemiadan penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat
menunjukan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagal
jantung kongestif dan lain-lain.
Hemoglobinmerupakanproteinyangkayazatbesi.Olehkarenaitustrukturpenyusunnya
adalah protein dan zat besi. Untuk itulah biasanya pada ibu hamil selalu diberikan Fe (zat
besi) untuk menghindari anemia yang disebabkan kekurangan zat besi. Satuan untuk
mengukur kadar hemoglobin adalah g% atau g/dl. Hemoglobin hanya dapat diangkut
oleh sel darah merah. Sehingga sel darah merah yang potensi intinya mengandung
hemoglobin. Fungsi hemoglobin adalah mengikat oksigen, sehingga bisa dimengerti
kenapa pasien/ibu hamil yang mengalami anemia dapat terjadi muka yang pucat, tidak
bergairah, timbul sesak nafas bahkan tidak jarang pada ibu hamil terjadi keguguran
6
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
akibat hipoksia janin.
Untuk itulah saudara sebagai petugas kesehatan terdepan memiliki tanggung jawab
untuk dapat melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin ini secara benar.
LANGKAH LANGKAH PEMERIKSAAN
a.	 Bahan pemeriksaan : darah kapiler atau darah vena dan darah tepi.
b.	 Persiapan pasien memberitahu tujuan pemeriksaan untuk mendapatkan kerjasama
dar
pada klien.
c.	 Persiapan alat
1. Haemometer set terdiri dari :
a.	Tabung pengukur
b.	2 tabung standar warna
c.	Pipet Hb dengan pipa karetnya
d.	Pipet HCl
e.	Batang pengaduk
2. Botol tempat HCl dan aquadest
3. Sikat pembersih
4. Perlak kecil dan pengalas
5. Kapas alkohol 70%
6. Jarum/Lancet
7. Handscoon steril
8. Kapas kering
9. Bengkok
PROSEDUR KERJA
1.	 Masukan larutan HCl 0,1N dengan pipet HCl kedalam tabung pengencer sampai pada
angka 2
	 Rasional: untuk direaksikan dengan darah
2.	 Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan dan langkah prosedur pemeriksaan
	 Rasional:Supayapenderitabisabertindakkooperatifdenganpetugasdanmengurangi
kecemasan pada penderita
3	 Membawa alat-alat ke dekat pasien
	 Rasonal: agar mudah dan cepat dalam mengambil alat-alat
4	 Mencuci tangan
	 Rasional: agar tangan steril dan mencegah infeksi nosokomial
5	 Memasang perlak dan pengalas dibawah tangan pasien yang akan diambil darahnya
	 Rasional: agar darah yang kemungkinan menetes tidak mengenai tempat tidur pasien
6	 Menyiapkan bengkok
	 Rasional: untuk membuang alat-alat yang sudah tidak digunakan
7	 Memakai handscoon steril
	 Rasional: menghindari infeksi nosokomial
8	 Menyiapkan jari klien dan mengumpulkan darah ke bagian jari tangan dengan cara
memijat
	 Rasional: agar darah bisa keluar dengan lancer
9	 Menghapus hamakan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan alkohol
	 Rasional: menghindari terjadinya infeksi
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10	Menusukan jarum pada ujung jari sebelah tepi sampai darah keluar
	 Rasional: untuk membuat luka dan darah yang keluar sesuai dengan yang dibutuhkan
11	Menghapus darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering
	 Rasional: untuk menghilangkan darah yang tidak steril
12	Dengan pipet Hb menghisap darah sampai angka 20 cm, jangan sampai ada
gelembung udara yang sampai ikut terhisap
	 Rasional: agar mendapatkan darah sesuai dengan yang diperlukan
13	Hapus darah yang melekat pada ujung pipet dengan menggunakan kapas kering
	 Rasional: agar pipet tidak tersumbat
14	Menuangkan darah tersebut ke dalam tabung pengencer yang sudah berisi HCl0,1 N
dengan posisi tegak lurus dan hindarkan darah mengenai dinding tabung
	 Rasional: agar darah bereaksi dengan HCL dan mengetahui hasilnya dan untuk
mendapatkan ukuran yang sempurna
15	Sisa darah yang mungkin masih melekat di dalam lumen pipet Hb di bilas dengan
jalan meniup dan menyedotnya.
	 Rasional: agar tabung tidak tersumbat
16	Tunggu sampai 1 menit
	 Rasional: untuk mendapatkan hasil reaksi yang terjadi
17	Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, pada setiap kali penambahan warna dari
larutan asam hematin yang terjadi, bandingkan dengan warna dari larutan standar
	 Rasional: untuk mengetahui kadar Hb klien
18	Pada saat warna tersebut sama, maka penambahan aquadest dihentikan dan kadar
Hb dibaca skala itu dengan satuan pembacaan gr %
	 Rasional: untuk mengetahui kadar Hb klien
19	Mengambil perlak dan pengalas, merapikan alat-alat
	 Rasional: agar tempat pasien rapi dan nyaman
20	Melepaskan handscoon
	 Mencuci tangan
	 Rasional: menghindari infeksi nosokomial
21	Evaluasi dan dokumentasi
Apakah saudara tahu bahwa nilai kadar hemoglobin seseorang tidak sama? Ya, betul
tidak sama karena dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan umur .
Nilai norma kadar hemoglobin ( Hb):
• Wanita : 12-16 g/dl
• Pria : 14-18 g/dl
• Bayi : 10-15 g/dl
• Balita : 11-14 g/dl
• Anak-anak : 12-16 g/dl
• Bayi baru lahir : 16-25 g/dl
• Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta
Kesalahan yang sering terjadi :
1). Alat / reagen kurang sempurna yaitu :
- Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ml.
-    Warna standar sering sudah pucat.
- Kadar larutan HCl sering tidak dikontrol.
8
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
2). Orang yang melakukan pemeriksaan :
- Pengambilan darah kurang baik.
- Papat gelembung penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.
- Intensitas sinar / penerangan kurang.
- Pada waktu membaca hasil dipermukaan terdapat gelembung udara.
- Pipet tidak dibilas dengan HCl.
- Pengenceran tidak baik.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,
memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui
faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1.	 Pra instrumentasi
	 Padatahapinisangatpentingdiperlukankerjasamaantarapetugas,pasiendandokter.
Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu atau mempengaruhi
hasil pemeriksaaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi
meliputi:
a.	 Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
	 Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang di perintahkan dokter dan di
pindahkan kedalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan
pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak
merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara
lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data
klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang
sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun
dapat membantu interpretasi hasil utama pada pasien yang mendapat pengobatan
khusus dan jangka panjang.
b.	 Persiapan penderita
1.	Puasa
	 Dua jam setelah makan sebanyaak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelaah berolahraga volume plasma
akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2.	Obat
	 Penggunaan obat dapat mempengaruhihasil pemeriksaan hematologi misalnya
: asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pemberian tranfusi darah akan mempengaruhi
komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfolgi sediaan apus darah
tepi maupun penilaian hemostatis.
3.	 Waktu pengambilan
	 Umumya bahhan pemeriksaan diambil padapagi hari terutama pada pasien rawat
inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urinakan menjadi lebih pekat pada pagi
hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instrusi
dan indikasi khusus atas perintah dokter.
4.	 Posisi pengambilan
	 Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian pula
sebaiknya.Hallainyangpentingdalampersiapanpenderitaaadalahmenenangkan
dan membertitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika
sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi
objek.
5.	 Penampung khusus. Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau
pemeriksaan khusu lainnya, yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap
identitaas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga
tidak tertukar.
c.	 Cara pengambilan sampel
Pada tahap ini perhaatika ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan
pada pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa
yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga
tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain.
d.	 Penanganan awal sampel dan transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan, karena sering terjadi sumber kesalahan
ada disini. Yang harus dilakukan: Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel
dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah
sudah terhitung biayanya (lunas). Jangan lupa melakukan homogenisasi paada
bahan yang mengandung antikoagulan. Segera tutup penampung yang ada
shingga tidak tumpah. Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan
penundaan.
10
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Rangkuman
1.	Indikasi untuk pengambilan darah vena antara lain: bila dilakukan
pemeriksaan yang memerlukan specimen darah lebih dari 0,5 cc, bila
terdapat pemeriksaan yang memerlukan serum, plasma, maupun
wholeblood..
2.	Kontra indikasi pengambilan darah vena: daerah oedema ,daerah
hematoma.,daerah dimana darah sedang ditransfusikan,.daerah bekas
luka, daerah dengan cannula, fistula , atau cangkokan vascular, daerah
intra - vena lines pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan meningkatkan atau menurunkan kadar
zat tertentu
3.	 Nilai norma kadar hemoglobin ( Hb):
a.	 Wanita : 12-16 g/dl
b.	 Pria : 14-18 g/dl
c.	 Bayi : 10-15 g/dl
d.	 Balita : 11-14 g/dl
e.	 Anak-anak : 12-16 g/dl
f.	 Bayi baru lahir : 16-25 g/dl
g.	 Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta
11
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
PEDOMAN PENGAMBILAN DARAH VENA
NO KOMPONEN Nilai
1 2 3 4
>>
>>
Katrampilan ( 5 )
1.	 Persiapan Pasien
a.	 Memberitahu tujuan pengambilan darah divena
b.	 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu :
2.	 Spuit injeksi 3 ml / 5 ml
3.	 Botol penampung darah
4.	 Karet pembendung (torniquet)
5.	Kapas
6.	 Alkohol 70%
7.	Plester
8.	 Na-EDTA 10%
9.	 Na-citras 3,8% (dimasukkan ke dalam botol penam-
pung darah
Prosedur pelaksanaan
10.	Cari vena yang akan ditusuk
11.	Letakkan tangan lurus serta ekstensikan dengan
diganjal handuk /lain
12.	Atur telapak tangan menghadap keatas sambil
mengepal
13.	Lakukan desinfektan daerah yang akan ditusuk
dengan kapas steril yang dibasahi alkohol 70%
14.	Lakukan pembendungan pada daerah proximal
kira-kira 4-5 jari dari tempat penusukan
15.	Letakan simpul tourniguet kearah atas pembend-
unagn tidak boleh terlalu lama (maksimal 2 menit,
terbaik 1 menit
16.	Ambil spuit dengan ukuran sesuai jumlah darah
yang akan diambil, cek jarum dan karetnya
17.	Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan
jarumnya
18.	Fiksasi pembuluh darah yang akan ditusuk dengan
ibu jari tangan kiri
12
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
NO KOMPONEN Nilai
1 2 3 4
>>
>>
>>
>>
19.	Tusukkan jarum dengan sisi menghadap keatas
membentuk sudut 150-300
20.	Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan memben-
tuk sudut
21.	Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai didapa-
tkan volume darah yang diinginkan
22.	Anjurkan membuka kepalan tangan
23.	Lepaskan bendungan
24.	Letakkan kapas alkohol 70% diatas jarum
25.	Cabut jarum dengan menekan kapas beberapa
menit
26.	Anjurkan pasien menekan dengan telunjuk dan ibu
jari penderita selama ± 5 menit
27.	Lepaskan jarum alirkan darah dalam wadah
melalui dindingnya
28.	Tuangkan darah ke dalam botol penampungan
yang volumenya sesuai dengan jenis pemeriksaan
yang diminta
29.	Jika menggunakan antikoagulan kocok botol be-
berapa menit agar antikoagulan tercampur dengan
darah dan tidak terjadi bekuan.
30.	Membereskan alat-alat
31.	Mencuci tangan
32.	Evaluasi dan dokumentasi
Sikap ( 2 )
1.	 Tanggap terhadap respon
2.	 Teliti
3.	Sabar
4.	 Bertanggung jawab
Pengetahuan (3)
1.	 Dapat menjelaskan rasional tindakan
2.	 Dapat menjawab setiap pertanyaan
Keterangan :
Tanda >> yang ada pada setiap format penilaian merupakan titik kritis yaitu hal- hal
prinsip yang harus dilakukan
Cara menilai : Skor perolehan tiap domain x 100 x bobot
			 Skor maksimal					
Nilai Akhir = ∑ N Ketrampilan + ∑ N Sikap  + ∑  N PengetahuaN
				10
							 		Pembimbing/ Penguji
									(………………………………. )
13
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
PEDOMAN: Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
NO KOMPONEN Nilai
1 2 3 4
A
B
>>
>>
Ketrampilan ( 5 )
1.	 Persiapan Pasien
Bahan pemeriksaan :
1. Darah kapiler
2. Darah vena
3. Darah tepi.
Persiapan pasien
Memberitahu tujuan pemeriksaan untuk mendapat-
kan kerjasama dar pada klien.
Persiapan Alat
Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu :
1.	 Haemometer set terdiri dari :
2.	 Tabung pengukur
3.	 2 tabung standar warna
4.	 Pipet Hb dengan pipa karetnya
5.	 Pipet HCl
6.	 Batang pengaduk
7.	 Botol tempat HCl dan aquadest
8.	 Sikat pembersih
9.	 Perlak kecil dan pengalas
10.	Kapas alkohol 70%
11.	Jarum/Lancet
12.	Handscoon steril
13.	Kapas kering
14.	Bengkok
C
>>
>>
>>
Prosedur pelaksanaan
1.	 Masukan larutan HCl 0,1N dengan pipet HCl keda-
lam tabung pengencer sampai pada angka 2
2.	 Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan dan
langkah prosedur pemeriksaan
3.	 Membawa alat-alat ke dekat pasien
4.	 Mencuci tangan
5.	 Memasang perlak dan pengalas dibawah tangan
pasien yang akan diambil darahnya
14
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
NO KOMPONEN Nilai
1 2 3 4
6.	 Menyiapkan bengkok
7.	 Memakai handscoon steril
8.	 Menyiapkan jari klien dan mengumpulkan darah ke
bagian jari tangan dengan cara memijat
9.	 Menghapus hamakan ujung jari yang akan diambil
darahnya dengan alkohol
10.	Menusukan jarum pada ujung jari sebelah tepi
sampai darah keluar
11.	Menghapus darah yang pertama kali keluar den-
gan kapas kering
12.	Dengan pipet Hb menghisap darah sampai angka
20 cm, jangan sampai ada gelembung udara yang
sampai ikut terhisap
13.	Hapus darah yang melekat pada ujung pipet den-
gan menggunakan kapas kering
14.	HCl0,1 N dengan posisi tegak lurus dan hindarkan
darah mengenai dinding tabung
15.	Menuangkan darah tersebut ke dalam tabung pen-
gencer yang sudah berisi
16.	Sisa darah yang mungkin masih melekat di dalam
lumen pipet Hb di bilas dengan jalan meniup dan
menyedotnya
17.	Tunggu sampai 1 menit
18.	Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, pada
setiap kali penambahan warna dari larutan asam
hematin yang terjadi, bandingkan dengan warna
dari larutan standar
19.	Pada saat warna tersebut sama, maka penambah-
an aquadest dihentikan dan kadar Hb dibaca skala
itu dengan satuan pembacaan gr%
20.	Mengambil perlak dan pengalas, merapikan alat-
alat
21.	Rasional: agar tempat pasien rapi dan nyaman
22.	Melepaskan handscoon
23.	Mencuci tangan
24.	Evaluasi dan dokumentasi
D Sikap ( 2 )
1.	 Tanggap terhadap respon
2.	 Teliti
3.	Sabar
4.	 Bertanggung jawab
15
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
NO KOMPONEN Nilai
1 2 3 4
E Pengetahuan (3)
1.	 Dapat menjelaskan rasional tindakan
2.	 Dapat menjawab setiap pertanyaan
Keterangan :
Tanda >> yang ada pada setiap format penilaian merupakan titik kritis yaitu hal- hal
prinsip yang harus dilakukan
Cara menilai : Skor perolehan tiap domain x 100 x bobot
			 Skor maksimal					
Nilai Akhir = ∑ N Ketrampilan + ∑ N Sikap  + ∑  N PengetahuaN
				10
							 		Pembimbing/ Penguji
									(………………………………. )
16
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Evaluasi
Formatif
Petunjuk :
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan cara membrikan tanda
silang
1 Pernyataan yang benar tentang pengambilan darah vena adalah:
a.	 Suatu pengambilan darah yang diambil dari arteri radialis
b.	 Pengambilan darah biasanya di vena fossa cubiti atau vena saphena mag-
na
c.	 Pengambilan darah dari vena non superficial
d.	 Pengambilan sampel darah dari pembuluh yang meninggalkan jantung.
2 Pengambilan darah dari tubuh mempunyai berbagai macam tujuan. Tujuan
pengambilan darah vena adalah:
a.	 Untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan memenuhi syarat untuk
dilakukan pemeriksaan.
b.	 Dipergunakan untuk membantu orang yang membutuhkan darah kita
c.	 Untuk dipergunakan untuk transfuse darah
d.	 Merupakan kebiasaan yang berisiko
3 Tidak semua orang bisa dan boleh dilakukan pengambilan darah vena, art-
inya hanya orang-orang yang diperbolehkan saja yang dapat diambil darah
venanya. Indikasi untuk pengambilan darah vena antara lain:
a.	 Bila memerlukan pemeriksaan untuk jumlah darah 50 cc
b.	 Bila dilakukan transfuse darah
c.	 Bila dilakukan pemeriksaan yang memerlukan specimen darah lebih
dari 0,5 cc
d.	 Hanya orang yang sehat saja yang boleh dilakukan pemeriksaan darah
vena.
4 Tidak semua orang dengan mudah dilakukan pengambilan darah vena.
Bagaimana jika ditemukan pasien yang venanya mudah rapuh/terlalu
lembut atau mudah pindah?
a.	 Langsung dirujuk ke Puskesmas/RS terdekat
b.	 Tanda-tanda kematian sudah dekat
c.	 Dapat disuruh minum yang banyak karena dehidrasi
d.	 Menggunakan tindakan venapuncture.
5 Pada pasien anak-anak atau orang tua, seringkali pembuluh darahnya terlalu
kecil. Maka dapat dilakukan tindakan sejenis yaitu:
a.	 Venasavena
b.	 Dengan metode wing needle.
c.	 Tusuk jarum
d.	 Minum banyakBiasanya ditemukan pasien anak-anak dan orang tua.
17
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6 Tidak semua kondisi pasien boleh dilakuan pengambilan darah vena. Kon-
tra indikasi vena punksi artinya pada kondisi yang bagaimana yang tidak
diperkenankan melakukan pengambilan darah vena yaitu:
a.	 Daerah oedema
b.	 Daerah kaki.
c.	 Daerah dimana tempat untuk beraktifitas
d.	 Pembuluh darah yang besar.
7 Slah satu pemeriksaan darah yang paling popular yaitu pemeriksaan kadar
hemoglobin. Pernyataan yang benar tentang hemoglobin adalah:
a.	 Hemoglobin merupakan protein
b.	 Hemoglobin merupakan fe
c.	 Hemoglobin merupakan Zn
d.	 Hemoglobin merupakan protein yang kaya Fe
8 Struktur penyusun Hemoglobin adalah protein dan zat besi. Untuk itulah
biasanya pada ibu hamil selalu diberikan Fe (zat besi) untuk menghindari
anemia yang disebabkan kekurangan zat besi. Satuan untuk mengukur kadar
hemoglobin adalah:
a.	MmHg
b.	 mg%
c.	g/dl
d.	cmHg
9 Fungsi hemoglobin adalah mengikat oksigen, sehingga bisa dimengerti kena-
pa pasien/ibu hamil yang mengalami anemia dapat terjadi muka yang pucat,
tidak bergairah, timbul sesak nafas bahkan tidak jarang pada ibu hamil ter-
jadi keguguran akibat hipoksia janin. Bahan yang dipakai untuk memeriksa
kadar Hb adalah:
a.	 Darah kapiler
b.	 Darah putih
c.	 Darah arteri
d.	 Bukan darah pasien.
10 Saat setelah menusuk ujung jari untuk mendapatkan darah tepi, maka tin-
dakan kita adalah menghapus darah yang pertama kali keluar dengan kapas
kering. Rasional tindakan ini adalah:
a.	 Mencegah infeksi
b.	 Untuk menghilangkan darah yang tidak steril
c.	 Supaya darah segera berhenti
d.	 Agar perdarahan tidak berlangsung lama
18
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Kunci Jawaban
1. B
2. A
3. C
4. D
5. B	
6. A
7. D
8. B
9. A
10. B
TUGAS TERSTRUKTUR
1.	 Lakukanlah latihan dengan mengadakan simulasi pada boneka atau phantom tinda-
kan pengambilan darah vena.
2.	 Lakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin pada 10 orang yang saudara curigai men-
galami anemia, dengan terlebih dulu memahami panduan praktek yang sudah ada!
19
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
DAFTAR PUSTAKA
Rofiq, Ahmad.2011.Pemeriksaan Golongan Darah.http://rofiqahmad.wordpress.
com/pemeriksaan-golonagn-darah. Di unduh pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 08:23
Cikaa.2012. Periksa Golongan Darah.http://nursecikaa.blogspot.com/periksa-golon-
gan-darah. Di unduh pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 08:32
Sumantri, Bambang.2012.Pemeriksaaan Hemoglobin Menurut Sahli (Hb Sahli).
http://mantrinews.blogspot.com/ pemeriksaan-hemoglobin. Di unduh pada tanggal 21
Maret 2013 pukul 08:38
Rochmad, Ratih.2009. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb).
http://ratihrochmad.wordpress.com/pemeriksaan-hemoglobin(Hb). Di unduh pada
tanggal 21 Maret 2013 pukul 08:49
Agustina, Mia.2012.Pengambilan Darah Vena Untuk Hematologi.http://miaarum.
blogspot.com/ pengambilan-darah-vena-untuk-hematologi. Di unduh pada tanggal 21
Maret 2013 pukul 09:02
Gozali, Amir.2009.Pengambilan Darah Vena.http://infoanalis.com/ pengambilan-da-
rah-vena. Di unduh pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 09:18
20
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Kegiatan
Belajar 2
PEMERIKSAAN URINE
	
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini saudara diharapka dapat melakukan
pemeriksaan ampel urine dan reduksi
1.	 Menjelaskan pengertian pemeriksaan sampel urine
2.	 Menyebutkan tujuan pemeriksaan sampel urine
3.	 Melakukan prosedur pemeriksaan urine
4.	 Membaca hasil pemeriksaan dan Interpretasi hasil
5.	 Melakukan test glukosa urine
Kegiatan belajar ini akan dibahas tentang pengertian , tujuan , prosedur pemeriksaan
sampel urine, Hasil pemeriksaan dan interpretsi hasil sera test glikosa urine
Tujuan Pembelajaran Umum
Pokok - Pokok Materi
Tujuan Pembelajaran Khusus
21
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Uraian
Materi
Pemeriksaan Sampel Urin (Organoleptis, Berat Jenis, pH)
Pemeriksaan urin dapat dilakukan secara makroskopis dan pemeriksaan sederhana.
Pemeriksaan makroskopis urine meliputi volume urine, bau, buih, warna, kejernihan,
pH, dan berat jenis. Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam.
Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine
masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian
cairan, dan kelembapan udara / penguapan.
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan pemeriksaan sampel urine disini adalah pemeriksaan
sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas untuk mengnalisa organoleptis, berat
jenis dan pH dari sampel urin pasien.
2. Tujuan pemeriksaan sampel urin ini adalah: Untuk mengetahui organoleptis, berat
jenis, dan pH dari urin sampel.
Pemeriksaan Organoleptis Urin
a. Warna Urin
Urin normal yang baru tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning
karena pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi
urine, urin encer hampir tidak berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo
matang. Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, hematuria, penyakit hati, kerusakan otot atau
eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu dapat mengubah warna urin.
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urin adalah :
1)	 Merah : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna.
2)	 Orange : pigmen empedu.
Penyebab nonpatologik : biasanya karena paparan obat untuk infeksi saluran kemih
(piridium), termasuk fenotiazin.
3)	 Kuning : urin sangat pekat, bilirubin, urobilin.
Penyebab non-patologik : wortel, fenasetin,obat nitrofurantoin.
4)	 Hijau: adanya biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
Penyebab non-patologik : preparat vitamin, obat psiko-aktif, diuretic.
5)	 Biru : ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
6)	Coklat : Penyebab patologik : asam hematin, myoglobin, pigmen empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
7)	 Hitamatauhitamkecoklatan:melanin,asamhomogentisat,indikans,urobilinogen,
methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
b. Bau Urine
Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau biasa
disebut berbau pesing Bau pada urin disebakan oleh adanya asam-asam yang mudah
menguap. Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh makanan/minuman yang dikonsumsi.
22
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Apabila urin dibiarkan lama, maka akan timbul bau ammonia, sebagai hasil pemecahan
ureum. Aseton memberikan bau manis, sedangkan adanya kuman memberikan bau
busuk pada urine.
c. Buih pada Urine
Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka akan timbul buih. WArna kuning
pada buih disebabkan oleh pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodamino-
pyridine. Adanya buih juga dapat disebakan karena adanya sejumlah besar protein
pada urin (proteinuria).
d. Kekeruhan pada Urine
Urin baru dan normal pada umumnya jernih. Kekeruhan biasanya terjadi karena
kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau pengendapat fosfat (dalam
urin basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau
protein dalam urin.
Adanya kekeruhan pada urine umumnya disebabkan karena :
•	 Fosfat Amorf : warna putih, hilang bila diberi asam, terdapat pada urin yang alkalis.
•	 Urat Amorf : kuning coklat, hilang bila dipanaskan, terdapat pada urin yang asam.
•	 Darah : warna merah samapi coklat.
•	 Pus : seperti susu, menjadi jernih setelah disaring.
•	 Kuman : pada umumnya akan tetap keruh setelah disaring ataupun dipusingkan.
Pada urethritis terlihat benang-benang halus.
3. Berat Jenis Urine
Pemeriksaan berat jenis urin berhubungan dengan keadaan faal pemekatan
yang dilakukan oleh ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu urometer,
refraktometer, gravimetri dan falling drop. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal
antara 1,003-1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar
diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi
berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang
mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik.
Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan
berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,
hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun (Wirawan dkk., 1983). Berat
jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes
insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes
mellitus (Oka, 1998).
Urinomter adalah hidrometer untuk penentuan berat jenis dari urine dan ditera khusus
untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan
umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5 oC. Bila temperatur cairan
yang akan dikur bukan 15,5oC, maka harus diadakan koreksi. Koreksi tersebut dilakukan
dengan jalan menambah angka satu pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap
3o di atas temperatur peneraan atau mengurangi 1 angka pada angka ketiga di belakang
koma untuk setiap 3o di bawah temperatur peneraan.
23
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4. pH Urine
Pengukuran pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0). Pembacaan pH
hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama
cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH
dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan
dengan tes Carik Celup.
Kertas lakmus :
Urin asam 		 : kertas lakmus biru >> merah
		 	 kertas lakmus merah >> tetap merah
Urin alkalis 		 : kertas lakmus merah >> biru
			 kertas lakmus biru >> tetap biru
Langkah-langkah
1. Persiapan Alat dan Bahan
a.	 Tabung reaksi
b.	Urometer
c.	 Gelas ukur
d.	 Kertas saring
e.	 Kertas lakmus
f.	 Sarung tangan
g.	Tissue
h.	Masker
b. Bahan: Sampel urine
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Organoleptis
Diambil sejumlah sampel urin.
Dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Diamati warna, bau, buih, kekeruhan sampel urine.
b. Berat Jenis
Urometer yang akan digunakan ditera dengan menggunakan aquadest.
Bila pada peneraan tidak mendapatkan hasil 1,000 (misalkan 1,005), maka hasil
akhir pembacaan dikurangi 0,005.
Gelas ukur diisi dengan urin hingga bagian.
Buih yang terbentuk dihilangkan dengan kertas saring atau dengan penambahan
satu tetes eter.
Urometer dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan cara mengukur dan memutar
pada sumbu penyangganya. Jangan sampai urometer menyentuh atau menempel
pada dinding bagian dalam gelas ukur.
Dibaca bagian meniscusnya, dimana 1 strip = 0,001
c. pH
Diambil sejumlah sampl urin.
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Dicelupkan kertas lakmus merah ke dalam sampel urin.
Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
24
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
5. Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
a. Organoleptis Urine
Warna urine 	 	 : kuning bening
Bau urine 			 : pesing
Buih pada urine 		 : terdapat buih pada urine
Kekeruhan pada urine 	 : jernih
Interpretasi Hasil
Dari hasil yang diperoleh, urine berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat
buih namun jernih, maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk normal.
b. Berat Jenis Urine
Bila berat jenis urine yang diperiksa adalah 1,005 dimana masih masuk dalam
rentang (1,003-1,030) sehingga dapat dikatakan berat jenis urine tersebut normal.
c. pH Urine
Kertas lakmus merah tetap berwarna merah.
Interpretasi Hasil
Tes Glukosa Urine
Pemeriksan urine yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan sekalipun
didaerah terpencil adalah pemeriksaan urine reduksi, yaitu untuk memeriksa adanya
kandungan glukosa dalam sampel urine. Metode yang digunakan tes glukosa urine
dilakukan dengan menggunakan metode fehling.
Prinsip Pemeriksaan
Dalamsuasanaalkali,glukosamereduksikuprimenjadikuprokemudianmembentuk
Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara
kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa.
Langkah-langkah pelaksanaan
Alat dan Bahan
Alat	Tabung reaksi
Api Bunsen
Pipet volume
Ball filler
Bahan		 Sampel urine
Reagen Fehling A dan Fehling B
Cara Kerja:
1.	 Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi hingga
homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel)
2.	 Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi
3.	Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi
tersebut
4.	 Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hingga mendidih
5.	 Setelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung.
25
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Interpretasi :
(-)	 : warna biru / hijau keruh
(+) 	    : larutan keruh dan hijau agak kuning
(++)	   : kuning kehijauan dengan endapan kuning
(+++)	    : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
(++++)    :  merah jingga sampai merah bata
Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
No Tabung
Ke-
Komposisi Ba-
han
Pengamatan Warna Interpretasi
Sebelum Pemana-
san
Setelah Pemana-
san
1 A Fehling A + Fe-
hling B + Sam-
pel urine 1
Biru Tua Kuning kehijauan ++
2 B Fehling A + Fe-
hling B + Sam-
pel urine 2
Biru Tua Kuning kemera-
han
+++
3 C Fehling A +
Fehling B +
Sampel urine 3
(urine normal)
Biru Tua Biru tua
Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar
yang berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar pula
kandungan glukosa yang terdapat dalam sampel urine.
26
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Rangkuman
1.	 Pemeriksaan urin meliputi pengujian organoleptis, berat jenis, pH dan uji
kualitatif adanya protein dalam sampel urin dan tes carik celup.
2.	 Pemeriksaan Organoleptis Urin: Warna Urin, Bau Urine, Buih pada Urine,
Kekeruhan pada Urine Interpretasi Hasil Dari hasil yang diperoleh, urine
berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat buih namun jernih,
maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk normal.
3.	 Berat Jenis Urine :Bila bBrat jenis urine yang diperiksa adalah 1,005 dimana
masih masuk dalam rentang (1,003-1,030) sehingga dapat dikatakan berat
jenis urine tersebut normal.
4.	pH Urine :Kertas lakmus merah tetap berwarna merah.Interpretasi Hasil
normal
5.	 Interpretasi hasil test glukosa
(-)		 : warna biru / hijau keruh
(+) 	    : larutan keruh dan hijau agak kuning
(++)	    : kuning kehijauan dengan endapan kuning
(+++)	   : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
(++++)  :  merah jingga sampai merah bata
27
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Evaluasi
Formatif
Petunjuk :
1.Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
2.Pilihlah jawaban :
A.	 jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B.	 jika jawaban 1 dan 3 benar
C.	 jika jawaban 2 dan 4 benar
D.	 jika jawaban 4 benar
E.	 jika jawaban 1,2,3 dan 4 benar semua atau salah semua
1 Pemeriksaan kimiawi sediaan urin terdiri dari organoleptis, berat jenis, dan
pH dari urin sampel. Yang termasuk pemeriksaan organoleptis adalah:
a.	Asam
b.	 Berat jenis
c.	 Warna
d.	Rupa
2 Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berka-
but dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Beberapa
keadaan yang menyebabkan warna urin berubah. Apabila urine berwarna
merah, disebabkan oleh:
a.	 Pigmen empedu.
b.	Fenotiazin.
c.	Bilirubin
d.	 Hemoglobin, mioglobin.
3 Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau
biasa disebut berbau pesing. Penyebab bau pesing pada urine adalah
a.	 Adanya zat pesing dalam urine
b.	 Adanya asam-asam yang mudah menguap.
c.	 Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh makanan yang beraroma pesing.
d.	 Apabila urin dibiarkan lama maka akan timbul bau amis.
4 Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka akan timbul buih. Penye-
bab warna kuning pada buih urin disebabkan oleh:
a.	 Pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodamino-pyridine.
b.	 Adanya zat gula dalam urin
c.	 Adanya busa dalam urin
d.	 Normalnya memang berbusa
28
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Berat jenis urin dapat dilakukan pemeriksaan secara khusus. Berat jenis urin
sewaktu pada orang normal adalah:
a.	1,03-1,05
b.	3,5-3,7
c.	1,003-1,030.
d.	1-30
Pada penyakit tertentu dapat diketahui dari kondisi asam basa urine. Untuk
mengetahui kondisi asam basa urin pH urine normal berkisar antara 4,8-
7,5 (sekitar 6,0). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan :
kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup. Bila
kertas lakmus tetap berwarna merah, maka kondisi urin adalah:
a.	 Urin asam
b.	 Urin basa
c.	 Urin normal
d.	 Urin asam basa
Pemeriksan urine yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan seka-
lipun didaerah terpencil adalah pemeriksaan urine reduksi, yaitu untuk
memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine. Metode yang
digunakan tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode
fehling.Prinsip Pemeriksaan ini adalah:
a.	 Gula bereaksi positif dengan fehling A
b.	 Gula bereaksi dengan Fehling B
c.	 Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian
membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah.
d.	 Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar fehling
dalam urine yang diperiksa.
Hasil dari reduksi atas urin pasien menunjukkan beberapa perubahan war-
na. Apabila pasien dinyatakan negative, interpretasi perubahan warna
reaksi menjadi :
a.	 Marah padam
b.	Merah
c.	 Merah bata
d.	 warna biru / hijau keruh
Hasil pemeriksaan reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Dia-
betes Melitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat
terjadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan karena adanya kand-
ungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat menim-
bulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain :
a.	penicillin
b.	galaktosa
c.	rifampicin
d.	antihistamin
29
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Kandungan glukosa yang semakin banyak memberikan efek perubahan
warna pada hasil reaksi. Kalau hasil menunjukkan positif 4 (++++) menun-
jukkan :
a.	 biru tua
b.	 biru muda
c.	kuning
d.	 merah jingga sampai merah bata
KUNCI JAWABAN
1. C
2. D
3. B
4. A
5. C	
6. A
7. C
8. D
9. B
10.D
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Lakukanlah pemeriksaan kondisi fisik 5 sampel urin dari orang sehat dan yang sakit.
Lalu simpulkan kondisi fisik urin tersebut.
Lakukan pemeriksaan Reduksi pada urine orang normal dan 3 orang yang menderita
Diabetus Millitus. Tulislah kesimpulan saudara
30
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
PEDOMAN; Pemeriksaan Glukosa Urin
NO KOMPONEN Nilai
1 2 3 4
A
B
>>
>>
C
>>
>>
D
Ketrampilan ( 5 )
Persiapan Pasien
1.	 Memberitahu tujuan pengambilan pemeriksaan
reduksi
2.	 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.	 Meminta bantuan menyediakan urine untuk bahan
pemeriksaan
Persiapan Alat
1. Tabung reaksi
2. Api Bunsen
3. Pipet volume
4. Ball filler
5. Sampel urine
6. Reagen Fehling A
7. Fehling B
Prosedur pelaksanaan
a.	 Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampur-
kan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk
pemeriksaan tiga sampel)
b.	 Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke
dalam tiga tabung reaksi
c.	 Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine
ke dalam tiga tabung reaksi tersebut
d.	 Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hing-
ga mendidih
e.	 Setelah dingin, diamati perubahan warna yang ter-
jadi pada ketiga tabung.
f.	 Membereskan alat-alat
g.	 Mencuci tangan
h.	 Evaluasi dan dokumentasi
Sikap ( 2 )
1.	Teliti
2.	Hati-hati
3.	Sabar
4.	 Peka terhadap reaksi pasien
Pengetahuan (3)
1.	 Dapat menjelaskan rasional tindakan
2.	 Dapat menjawab setiap pertanyaan
31
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Keterangan :
Tanda >> yang ada pada setiap format penilaian merupakan titik kritis yaitu hal- hal
prinsip yang harus dilakukan
Cara menilai : Skor perolehan tiap domain x 100 x bobot
			 Skor maksimal					
Nilai Akhir = ∑ N Ketrampilan + ∑ N Sikap  + ∑  N PengetahuaN
				10
							 		Pembimbing/ Penguji
									(………………………………. )		
									NIP.
32
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Daftar
Gambar
Cover
http://cahayareformasi.com/wp-content/
uploads/2014/03/Tes-darah.jpg
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

What's hot

Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratPembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratHenriantoKarolusSire
 
377118361 skenario-role-play
377118361 skenario-role-play377118361 skenario-role-play
377118361 skenario-role-playsfsadfas
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaowik15
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragikmamasaugi
 
Model keperawatan primer
Model keperawatan primerModel keperawatan primer
Model keperawatan primerasadul usud
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 
Etika pelayanan kebidanan AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Etika pelayanan kebidanan AKBID PARAMATA KAB. MUNA Etika pelayanan kebidanan AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Etika pelayanan kebidanan AKBID PARAMATA KAB. MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
ppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineSantos Tos
 
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata rahaMakalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata rahaSeptian Muna Barakati
 
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalAnatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalDestu Ayu Hapsari
 
Instrumen Dalam Praktik Kebidanan
Instrumen Dalam Praktik KebidananInstrumen Dalam Praktik Kebidanan
Instrumen Dalam Praktik Kebidananpjj_kemenkes
 

What's hot (20)

pemberian-oksigen
pemberian-oksigenpemberian-oksigen
pemberian-oksigen
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
SOP Irigasi telinga dan mata
SOP Irigasi telinga dan mataSOP Irigasi telinga dan mata
SOP Irigasi telinga dan mata
 
Kumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologiKumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologi
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Kb 1 modul 3 kdm ii
Kb 1 modul 3 kdm iiKb 1 modul 3 kdm ii
Kb 1 modul 3 kdm ii
 
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat DaruratPembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
Pembahasan Soal Ukom Keperawatan Gawat Darurat
 
377118361 skenario-role-play
377118361 skenario-role-play377118361 skenario-role-play
377118361 skenario-role-play
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis lochea
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragik
 
Model keperawatan primer
Model keperawatan primerModel keperawatan primer
Model keperawatan primer
 
Pembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMBPembahasan Soal UKOM KMB
Pembahasan Soal UKOM KMB
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
 
Etika pelayanan kebidanan AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Etika pelayanan kebidanan AKBID PARAMATA KAB. MUNA Etika pelayanan kebidanan AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Etika pelayanan kebidanan AKBID PARAMATA KAB. MUNA
 
ppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urine
 
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata rahaMakalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
Makalah dokumentasi keperawatan por akbid paramata raha
 
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalAnatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
 
Medis mamae
Medis mamaeMedis mamae
Medis mamae
 
Instrumen Dalam Praktik Kebidanan
Instrumen Dalam Praktik KebidananInstrumen Dalam Praktik Kebidanan
Instrumen Dalam Praktik Kebidanan
 

Viewers also liked

PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)Chacha febrian
 
Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darahPemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darahDasuki Suke
 
Kb3 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb3 dokumentasi asuhan kehamilanKb3 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb3 dokumentasi asuhan kehamilanpjj_kemenkes
 
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputumProsedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputumBambang Fadhil
 
Kb 2 pemeriksaan urine
Kb 2 pemeriksaan urineKb 2 pemeriksaan urine
Kb 2 pemeriksaan urinepjj_kemenkes
 
Kb 1 pemeriksaan darah
Kb 1 pemeriksaan darahKb 1 pemeriksaan darah
Kb 1 pemeriksaan darahpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu HamilPemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamilpjj_kemenkes
 
M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2pjj_kemenkes
 
National Thalassaemia Screening Program , Malaysia
National Thalassaemia Screening Program , MalaysiaNational Thalassaemia Screening Program , Malaysia
National Thalassaemia Screening Program , MalaysiaHCY 7102
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Pemeriksaan hb dan protein urine
Pemeriksaan hb dan protein urinePemeriksaan hb dan protein urine
Pemeriksaan hb dan protein urineFriska Silalahi
 
Kajian literatur
Kajian literaturKajian literatur
Kajian literaturDwi Karyani
 
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilanpjj_kemenkes
 
Pengertian penelitian eksperimen
Pengertian penelitian eksperimenPengertian penelitian eksperimen
Pengertian penelitian eksperimenIkhsan Bz
 

Viewers also liked (15)

PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)
 
Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darahPemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darah
 
Kb3 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb3 dokumentasi asuhan kehamilanKb3 dokumentasi asuhan kehamilan
Kb3 dokumentasi asuhan kehamilan
 
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputumProsedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
 
Kb 2 pemeriksaan urine
Kb 2 pemeriksaan urineKb 2 pemeriksaan urine
Kb 2 pemeriksaan urine
 
Kb 1 pemeriksaan darah
Kb 1 pemeriksaan darahKb 1 pemeriksaan darah
Kb 1 pemeriksaan darah
 
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu HamilPemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
 
M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2M2 praktikum kehamilan 2
M2 praktikum kehamilan 2
 
Makalah pemeriksaan lab darah
Makalah pemeriksaan lab darahMakalah pemeriksaan lab darah
Makalah pemeriksaan lab darah
 
National Thalassaemia Screening Program , Malaysia
National Thalassaemia Screening Program , MalaysiaNational Thalassaemia Screening Program , Malaysia
National Thalassaemia Screening Program , Malaysia
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
 
Pemeriksaan hb dan protein urine
Pemeriksaan hb dan protein urinePemeriksaan hb dan protein urine
Pemeriksaan hb dan protein urine
 
Kajian literatur
Kajian literaturKajian literatur
Kajian literatur
 
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
 
Pengertian penelitian eksperimen
Pengertian penelitian eksperimenPengertian penelitian eksperimen
Pengertian penelitian eksperimen
 

Similar to Kb 1 pemeriksaan darah

Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2pjj_kemenkes
 
Modul 4 Praktikum Biokimia
Modul 4 Praktikum BiokimiaModul 4 Praktikum Biokimia
Modul 4 Praktikum Biokimiapjj_kemenkes
 
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)pjj_kemenkes
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infuspjj_kemenkes
 
KDK III Modul 3 Kb 3
KDK III Modul 3 Kb 3KDK III Modul 3 Kb 3
KDK III Modul 3 Kb 3pjj_kemenkes
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTpjj_kemenkes
 
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...pjj_kemenkes
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanpjj_kemenkes
 
KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGTProsedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGTpjj_kemenkes
 
Pedoman Praktikum 1
Pedoman Praktikum 1Pedoman Praktikum 1
Pedoman Praktikum 1pjj_kemenkes
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxBahirahHabibah
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxMethaKemala
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxnurfitrilandu
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluargapjj_kemenkes
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluargapjj_kemenkes
 
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iiM5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iipjj_kemenkes
 

Similar to Kb 1 pemeriksaan darah (20)

Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2
 
Modul 4 Praktikum Biokimia
Modul 4 Praktikum BiokimiaModul 4 Praktikum Biokimia
Modul 4 Praktikum Biokimia
 
Modul 1 kdk ii
Modul 1 kdk iiModul 1 kdk ii
Modul 1 kdk ii
 
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
 
KDK III Modul 3 Kb 3
KDK III Modul 3 Kb 3KDK III Modul 3 Kb 3
KDK III Modul 3 Kb 3
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGT
 
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
Analisis, Planning (Tindakan dan Evaluasi), Dokumentasi dengan SOAP pada Gang...
 
Modul 7 kb 4
Modul 7   kb 4Modul 7   kb 4
Modul 7 kb 4
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
 
KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2
 
Prosedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGTProsedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGT
 
Pedoman Praktikum 1
Pedoman Praktikum 1Pedoman Praktikum 1
Pedoman Praktikum 1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga
 
Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi  keperawatan keluargaEvaluasi  keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga
 
Modul 5 kdk ii
Modul 5 kdk iiModul 5 kdk ii
Modul 5 kdk ii
 
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iiM5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (19)

MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 

Kb 1 pemeriksaan darah

  • 1. KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN II MODUL 4 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 NURWENINGTYAS WISNU Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) Pemeriksaan Diagnostik KEGIATAN BELAJAR 1 PEMERIKSAAN DARAH SEMESTER 5
  • 2. i Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Kata Pengantar Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan MODUL EMPAT dari ENAM MODUL dalam Mata Kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan yang berjudul Pemeriksaan Diagnostik. Modul Pemeriksaan Diagnostik ini disusun dalam rangka membantu proses pembelajaran program Diploma III kebidanan dengansystempembelajaranjarakjauhyangdisusunbagimahasiswa dengan latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan. Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : a. Menteri Kesehatan Republik Indonesia b. Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia c. Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia d. Australian Government Overseas Aid Program (AusAID) e. Tim editor modul Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan. Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang menggunakan system jarak jauh. Jakarta, Juli 2013 PENULIS Gambar : Pengecekan cabang bayi
  • 3. ii Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Istilah iii Pendahuluan iv Kegiatan Belajar 1: Pemeriksaan Darah 1
  • 4. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Daftar Istilah • Urinomter: Merupakan hidrometer untuk penentuan berat jenis dari urine dan ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5 oC. • Hemoglobin: Adalah protein yang kaya akan zat besi. Merupakan yang mengisi ba- gian inti dari sel darah merah. Dapat diukur dengan pemeriksaan sederhana. • Fiksasi: Tindakan untuk membuat bagian alat atau sesuatu tidak dapat digerakkan, sehingga menjadikan posisinya stabil. • Fehling: Reagen yang digunakan untuk memeriksa kandungan gula dalam urine. Ada 2 jenis yaitu fehling A dan fehling B
  • 5. 4 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Pendahuluan Ketika saudara melayani masyarakat, seringkali masyarakat bertanya berapa darah saya, atau berapa tensi saya, atau saya menderita gula, kolesterol saya tinggi, dsb. Nah, ketika menjumpai masalah seperti itu saudara mesti harus mengajak masyarakat untuk berpikir kritis dan meluruskan pemahaman masyarakat yang keliru. Banyak sekali tayangan TV saat ini yang berisiko menjerumuskan pemahaman masyarakat tentang pengertian kesehatan. Istilah-istilah yang digunakan di siaran TV, terutama oleh pengobatan alternatif kadang-kadang merancukan pemahaman kesehatan secara medis. Kita harus mendudukkan permasalahan secara tepat. Kita memiliki tanggungjawab untuk melakukan promosi kesehatan secara benar jujur dan akademis. Pada modul kali ini saudara akan diajak belajar cara melakukan pemeriksaan diagnostik secara makro artinya yang bisa diketahui hasilnya tanpa menggunakan mikroskop dan Saudara bisa mengerjakan secara mandiri. Modul ini dikemas dalam dua kegiatan yang disusun secara berurutan sebagai berikut: Kegiatan Belajar I : Perawatan pasien pre dan paska operasi. Kegiatan Belajar II : Perawatan luka Relevansi Setelah mempelajari modul ini, saudara akan dapat 1) menjelaskan konsep dasar pemeriksaan darah 2) menjelaskan konsep dasar pemeriksaan urine Kompetensi ini nantinya menunjang kompetensi saudara sebagai bidan untuk melakukan pemeriksaan diagnostik sederhana sesuai dengan kewenangan. Dengan memiliki kemampuan ini saudara dapat menentukan diangnosa kebidanan karena hasil pemeriksaan ini sebagai penunjang untuk menegakaan diagnosa terutama pada saat kehamilan sehingga dapat mencegah komplikasi kehamilan
  • 6. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Metode Mempelajari Modul Proses pembelajaran untuk materi Pemeriksaan diagnostik, dapat berjalan dengan lancar apabila Anda mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut: a. Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. b. Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya. c. Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan kunci jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar. d. Lakukan pemeriksaa diagnostik sesuai dengan pedoman yang telah disediakan e. Jikasaudaramengalamikesulitandiskusikandengantemansaudaraataumenanyakan Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan sehingga Anda dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan. Baiklah Saudara peserta Pendidikan jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai bidan di daerah dengan baik
  • 7. 1 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Kegiatan Belajar 1 PEMERIKSAAN DARAH Setelah pembelajaran ini diharapakan saudara dapat melakukan pengabilan darah vena dan dapat melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan tepat dan benar 1. Menjelaskan pengertian pengambilan sediaan darah vena 2. Menyebutkan tujuan pengambilan darah vena 3. Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi pengambian darah vena 4. Mengetahui langkah- langkah pengambilan darah vena 5. Melakukan pengambilan pengambilan darah vena sesuai prosedur tindakan 6. Menjelaskan pengertian pemeriksaan hemoglobin 7. Menyebutkan tujuan pemeiksaan hemoglobin 8. Mengetahui langkah-langkah pemeriksaan hemoglobin Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus
  • 8. 2 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Uraian Materi Pengambilan Sediaan Darah Vena PENGERTIAN Yang dimaksud dengan pengambilan sedian darah vena adalah suatu pengambilan darah yang diambil dari vena yang cukup besar (biasanya di vena fossa cubiti, vena saphena magna dan vena superfisial lain) untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan representatif. TUJUAN 1. Untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan 2. Untuk petunjuk bagi petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy) INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI Tidak semua orang bisa dan boleh dilakukan pengambilan darah vena. Indikasi untukpengambilandarahvenaantaralain:biladilakukanpemeriksaanyangmemerlukan specimen darah lebih dari 0,5 cc, bila terdapat pemeriksaan yang memerlukan serum, plasma, maupun wholeblood. Nah sekarang masalahnya, bagaimana jika ditemukan pasien yang venanya mudah rapuh/terlalu lembut atau mudah pindah? Yang dilakukan adalah dengan menggunakan tindakan venapuncture. Demikian sebaliknya jika pembuluh darahnya terlalu kecil dapat dilakukan tindakan sejenis yaitu venapunture dengan metode wing needle. Biasanya ditemukan pasien anak-anak dan orang tua. Nah, sekarang apa kontra indikasi vena punksi artinya pada kondisi yang bagaimana yang tidak diperkenankan melakukan pengambilan darah vena? a. Daerah oedema (daerah yang membengkak karena terdapat banyak cairan jaringan). b. Daerah hematoma. c. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan. d. Daerah bekas luka. e. Daerah dengan cannula, fistula , atau cangkokan vascular. f. Daerah intra - vena lines. Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu. LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN DARAH VENA 1 Persiapan pasien Pesien didudukan dalam keadaan tenang. Rasional: Proses pengambilan darah diterangkan untuk mendapatkan kerjasama dari pasien. 2 Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu : a. spuit injeksi 3 ml / 5 ml b. botol penampung darah c. karet pembendung (torniquet) d. kapas e. alkohol 70%
  • 9. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan f. plester 3 Mempersiapkan antikoagulansia, yaitu : a. Na-EDTA 10% b. Na-citras 3,8% (dimasukkan ke dalam botol penampung darah) 4 Lokasi yang boleh diambil: Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah : • Daerah edema • Hematoma • Daerah dimana darah sedang ditransfusikan • Daerah bekas luka • Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular • Daerah intra-vena lines Rasional: Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu. Pemilihan letak pengambilan harus sangat diperhatikan dan harus memenuhi syarat yaitu pada lengan yang tidak terluka dan tidakterpasang infus. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka pengambilan dilakukan pada lengan sebelah dan apabila semua lengan terpasang infus maka penambilan vena dapat dilakukan pada vena kaki(apabila sangat terdesak). 5. PROSEDUR TINDAKAN NO PROSEDUR RASIONAL 1. Lakukan penjelasan pada penderita (tentang apa yang dilakukan terhadap penderita, kerjasama penderita, sensasi yang akan dirasakan penderita) Supaya penderita bisa bertindak kooperatif dengan petugas dan mengurangi kecemasan pada penderita 2. Cari vena yang akan ditusuk (superfisial, cukup besar, lurus, tidak ada peradangan, tidak diinfus) Memastikan tempat yang tepat untuk pengambilan sampel darah dan untuk memudahkan mengambil sampel darah 3. Letakkan tangan lurus serta ekstensikan dengan bantuan tangan kiri operator atau diganjal dengan telapak tnagan menghadap keatas sambil mengepal Vena terlihat lebih jelas sehingga memudahkan pengambilan sampel darah 4. Lakukan desinfektan daerah yang akan ditusuk dengan kapas steril yang dibasahi alkohol 70% dan biarkan sampai kering Mencegah infeksi
  • 10. 4 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan NO PROSEDUR RASIONAL 5. Lakukan pembendungan pada daerah proximal kira-kira 4-5 jari dari tempat penusukan agar vena tampak lebih jelas (bila tourniguet berupa ikatan simpul terbuka dan arahnya keatas), pembendunagn tidak boleh terlalu lama (maksimal 2 menit, terbaik 1 menit) • Memudahkan penusukan pada daerah vena karena vena tampak lebih jelas • Aliran arteri yang terhenti mencegah pengisian vena • Pembendungan yang terlalu lama akan mengakibatkan perubahan komposisi plasma karena terjadi insentrasi 6. Ambil spuit dengan ukuran sesuai jumlah darah yang akan diambil, cek jarum dan karetnya. Memastikan bahwa alat yang digunakan tepat dan steril, serta siap pakai 7. Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan jarumnya dan dorong penghisap sampai ke ujung depan Memastikan tidak ada udara dalam spuit yang dapat mengakibatkan emboli 8. Fiksasi pembuluh darah yang akan ditusuk dengan ibu jari tangan kiri. Memudahkan pengambilan sampel darah 9. Tusukkan jarum dengan sisi menghadap keatas membentuk sudut 150-300 sampai ujung masuk ke dalam vena dan terlihat darah dalam pangkal jarum Mendapatkan sampel darah yang dibutuhkan 10. Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan membentuk sudut Supaya spuit tidak bergeser yang dapat menyebabkan vena pecah 11. Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai didapatkan volume darah yang diinginkan Mendapatkan sampel darah yang dibutuhkan 12. Kepalan tangan dibuka, lepaskan bendungan, letakkan kapas alkohol 70% diatas jarum, cabut jarum dengan menekan kapas beberapa menit untuk mencegah perdarahan, plester, tekan dengan telunjuk dan ibu jari penderita selama ± 5 menit Mencegah perdarahan 13. Lepaskan jarum, alirkan darah dalam wadah melalui dindingnya supaya tidak terjadi hemolisa Supaya tidak terjadi pembekuan darah 14. Tuangkan darah ke dalam botol penampungan yang volumenya sesuai (sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta) Memudahkan pengambilan darah saat pemeriksaan di laboratorium
  • 11. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan NO PROSEDUR RASIONAL 15. 16. Jika ,menggunakan antikoagulan, kocok botol beberapa menit agar antikoagulan tercampur dengan darah dan tidak terjadi bekuan. Evaluasi dan dokumentasi Mendapatkan sampel darah yang dibutuhkan dan mencegah bekuan darah HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN • Pemasangan turniket (tali pembendung) • pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total) • melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma • Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah. • penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma. • tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma • Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN PENGERTIAN Yang dimaksud dengan memeriksa Hemoglobin adalah mengukur kadar hemoglobin berdasarkan warna yang terjadi akibat perubahan Hb yang menjadi asam hematin oleh adanya HCL 0,1 N. TUJUAN Tujuan pemeriksaan Hb adalah untuk menetapkan kadar hemoglobin dalam darah dan mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya anemiadan penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagal jantung kongestif dan lain-lain. Hemoglobinmerupakanproteinyangkayazatbesi.Olehkarenaitustrukturpenyusunnya adalah protein dan zat besi. Untuk itulah biasanya pada ibu hamil selalu diberikan Fe (zat besi) untuk menghindari anemia yang disebabkan kekurangan zat besi. Satuan untuk mengukur kadar hemoglobin adalah g% atau g/dl. Hemoglobin hanya dapat diangkut oleh sel darah merah. Sehingga sel darah merah yang potensi intinya mengandung hemoglobin. Fungsi hemoglobin adalah mengikat oksigen, sehingga bisa dimengerti kenapa pasien/ibu hamil yang mengalami anemia dapat terjadi muka yang pucat, tidak bergairah, timbul sesak nafas bahkan tidak jarang pada ibu hamil terjadi keguguran
  • 12. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan akibat hipoksia janin. Untuk itulah saudara sebagai petugas kesehatan terdepan memiliki tanggung jawab untuk dapat melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin ini secara benar. LANGKAH LANGKAH PEMERIKSAAN a. Bahan pemeriksaan : darah kapiler atau darah vena dan darah tepi. b. Persiapan pasien memberitahu tujuan pemeriksaan untuk mendapatkan kerjasama dar pada klien. c. Persiapan alat 1. Haemometer set terdiri dari : a. Tabung pengukur b. 2 tabung standar warna c. Pipet Hb dengan pipa karetnya d. Pipet HCl e. Batang pengaduk 2. Botol tempat HCl dan aquadest 3. Sikat pembersih 4. Perlak kecil dan pengalas 5. Kapas alkohol 70% 6. Jarum/Lancet 7. Handscoon steril 8. Kapas kering 9. Bengkok PROSEDUR KERJA 1. Masukan larutan HCl 0,1N dengan pipet HCl kedalam tabung pengencer sampai pada angka 2 Rasional: untuk direaksikan dengan darah 2. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan dan langkah prosedur pemeriksaan Rasional:Supayapenderitabisabertindakkooperatifdenganpetugasdanmengurangi kecemasan pada penderita 3 Membawa alat-alat ke dekat pasien Rasonal: agar mudah dan cepat dalam mengambil alat-alat 4 Mencuci tangan Rasional: agar tangan steril dan mencegah infeksi nosokomial 5 Memasang perlak dan pengalas dibawah tangan pasien yang akan diambil darahnya Rasional: agar darah yang kemungkinan menetes tidak mengenai tempat tidur pasien 6 Menyiapkan bengkok Rasional: untuk membuang alat-alat yang sudah tidak digunakan 7 Memakai handscoon steril Rasional: menghindari infeksi nosokomial 8 Menyiapkan jari klien dan mengumpulkan darah ke bagian jari tangan dengan cara memijat Rasional: agar darah bisa keluar dengan lancer 9 Menghapus hamakan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan alkohol Rasional: menghindari terjadinya infeksi
  • 13. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 10 Menusukan jarum pada ujung jari sebelah tepi sampai darah keluar Rasional: untuk membuat luka dan darah yang keluar sesuai dengan yang dibutuhkan 11 Menghapus darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering Rasional: untuk menghilangkan darah yang tidak steril 12 Dengan pipet Hb menghisap darah sampai angka 20 cm, jangan sampai ada gelembung udara yang sampai ikut terhisap Rasional: agar mendapatkan darah sesuai dengan yang diperlukan 13 Hapus darah yang melekat pada ujung pipet dengan menggunakan kapas kering Rasional: agar pipet tidak tersumbat 14 Menuangkan darah tersebut ke dalam tabung pengencer yang sudah berisi HCl0,1 N dengan posisi tegak lurus dan hindarkan darah mengenai dinding tabung Rasional: agar darah bereaksi dengan HCL dan mengetahui hasilnya dan untuk mendapatkan ukuran yang sempurna 15 Sisa darah yang mungkin masih melekat di dalam lumen pipet Hb di bilas dengan jalan meniup dan menyedotnya. Rasional: agar tabung tidak tersumbat 16 Tunggu sampai 1 menit Rasional: untuk mendapatkan hasil reaksi yang terjadi 17 Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, pada setiap kali penambahan warna dari larutan asam hematin yang terjadi, bandingkan dengan warna dari larutan standar Rasional: untuk mengetahui kadar Hb klien 18 Pada saat warna tersebut sama, maka penambahan aquadest dihentikan dan kadar Hb dibaca skala itu dengan satuan pembacaan gr % Rasional: untuk mengetahui kadar Hb klien 19 Mengambil perlak dan pengalas, merapikan alat-alat Rasional: agar tempat pasien rapi dan nyaman 20 Melepaskan handscoon Mencuci tangan Rasional: menghindari infeksi nosokomial 21 Evaluasi dan dokumentasi Apakah saudara tahu bahwa nilai kadar hemoglobin seseorang tidak sama? Ya, betul tidak sama karena dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan umur . Nilai norma kadar hemoglobin ( Hb): • Wanita : 12-16 g/dl • Pria : 14-18 g/dl • Bayi : 10-15 g/dl • Balita : 11-14 g/dl • Anak-anak : 12-16 g/dl • Bayi baru lahir : 16-25 g/dl • Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta Kesalahan yang sering terjadi : 1). Alat / reagen kurang sempurna yaitu : - Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ml. - Warna standar sering sudah pucat. - Kadar larutan HCl sering tidak dikontrol.
  • 14. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 2). Orang yang melakukan pemeriksaan : - Pengambilan darah kurang baik. - Papat gelembung penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah. - Intensitas sinar / penerangan kurang. - Pada waktu membaca hasil dipermukaan terdapat gelembung udara. - Pipet tidak dibilas dengan HCl. - Pengenceran tidak baik. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu : 1. Pra instrumentasi Padatahapinisangatpentingdiperlukankerjasamaantarapetugas,pasiendandokter. Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu atau mempengaruhi hasil pemeriksaaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi: a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang di perintahkan dokter dan di pindahkan kedalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu interpretasi hasil utama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang. b. Persiapan penderita 1. Puasa Dua jam setelah makan sebanyaak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelaah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
  • 15. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2. Obat Penggunaan obat dapat mempengaruhihasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pemberian tranfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfolgi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostatis. 3. Waktu pengambilan Umumya bahhan pemeriksaan diambil padapagi hari terutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urinakan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instrusi dan indikasi khusus atas perintah dokter. 4. Posisi pengambilan Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian pula sebaiknya.Hallainyangpentingdalampersiapanpenderitaaadalahmenenangkan dan membertitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi objek. 5. Penampung khusus. Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusu lainnya, yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitaas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar. c. Cara pengambilan sampel Pada tahap ini perhaatika ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan pada pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. d. Penanganan awal sampel dan transportasi Pada tahap ini sangat penting diperhatikan, karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan: Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas). Jangan lupa melakukan homogenisasi paada bahan yang mengandung antikoagulan. Segera tutup penampung yang ada shingga tidak tumpah. Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan.
  • 16. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Rangkuman 1. Indikasi untuk pengambilan darah vena antara lain: bila dilakukan pemeriksaan yang memerlukan specimen darah lebih dari 0,5 cc, bila terdapat pemeriksaan yang memerlukan serum, plasma, maupun wholeblood.. 2. Kontra indikasi pengambilan darah vena: daerah oedema ,daerah hematoma.,daerah dimana darah sedang ditransfusikan,.daerah bekas luka, daerah dengan cannula, fistula , atau cangkokan vascular, daerah intra - vena lines pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu 3. Nilai norma kadar hemoglobin ( Hb): a. Wanita : 12-16 g/dl b. Pria : 14-18 g/dl c. Bayi : 10-15 g/dl d. Balita : 11-14 g/dl e. Anak-anak : 12-16 g/dl f. Bayi baru lahir : 16-25 g/dl g. Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta
  • 17. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan PEDOMAN PENGAMBILAN DARAH VENA NO KOMPONEN Nilai 1 2 3 4 >> >> Katrampilan ( 5 ) 1. Persiapan Pasien a. Memberitahu tujuan pengambilan darah divena b. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan Persiapan Alat Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu : 2. Spuit injeksi 3 ml / 5 ml 3. Botol penampung darah 4. Karet pembendung (torniquet) 5. Kapas 6. Alkohol 70% 7. Plester 8. Na-EDTA 10% 9. Na-citras 3,8% (dimasukkan ke dalam botol penam- pung darah Prosedur pelaksanaan 10. Cari vena yang akan ditusuk 11. Letakkan tangan lurus serta ekstensikan dengan diganjal handuk /lain 12. Atur telapak tangan menghadap keatas sambil mengepal 13. Lakukan desinfektan daerah yang akan ditusuk dengan kapas steril yang dibasahi alkohol 70% 14. Lakukan pembendungan pada daerah proximal kira-kira 4-5 jari dari tempat penusukan 15. Letakan simpul tourniguet kearah atas pembend- unagn tidak boleh terlalu lama (maksimal 2 menit, terbaik 1 menit 16. Ambil spuit dengan ukuran sesuai jumlah darah yang akan diambil, cek jarum dan karetnya 17. Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan jarumnya 18. Fiksasi pembuluh darah yang akan ditusuk dengan ibu jari tangan kiri
  • 18. 12 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan NO KOMPONEN Nilai 1 2 3 4 >> >> >> >> 19. Tusukkan jarum dengan sisi menghadap keatas membentuk sudut 150-300 20. Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan memben- tuk sudut 21. Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai didapa- tkan volume darah yang diinginkan 22. Anjurkan membuka kepalan tangan 23. Lepaskan bendungan 24. Letakkan kapas alkohol 70% diatas jarum 25. Cabut jarum dengan menekan kapas beberapa menit 26. Anjurkan pasien menekan dengan telunjuk dan ibu jari penderita selama ± 5 menit 27. Lepaskan jarum alirkan darah dalam wadah melalui dindingnya 28. Tuangkan darah ke dalam botol penampungan yang volumenya sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta 29. Jika menggunakan antikoagulan kocok botol be- berapa menit agar antikoagulan tercampur dengan darah dan tidak terjadi bekuan. 30. Membereskan alat-alat 31. Mencuci tangan 32. Evaluasi dan dokumentasi Sikap ( 2 ) 1. Tanggap terhadap respon 2. Teliti 3. Sabar 4. Bertanggung jawab Pengetahuan (3) 1. Dapat menjelaskan rasional tindakan 2. Dapat menjawab setiap pertanyaan Keterangan : Tanda >> yang ada pada setiap format penilaian merupakan titik kritis yaitu hal- hal prinsip yang harus dilakukan Cara menilai : Skor perolehan tiap domain x 100 x bobot Skor maksimal Nilai Akhir = ∑ N Ketrampilan + ∑ N Sikap + ∑ N PengetahuaN 10 Pembimbing/ Penguji (………………………………. )
  • 19. 13 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan PEDOMAN: Pemeriksaan Kadar Hemoglobin NO KOMPONEN Nilai 1 2 3 4 A B >> >> Ketrampilan ( 5 ) 1. Persiapan Pasien Bahan pemeriksaan : 1. Darah kapiler 2. Darah vena 3. Darah tepi. Persiapan pasien Memberitahu tujuan pemeriksaan untuk mendapat- kan kerjasama dar pada klien. Persiapan Alat Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu : 1. Haemometer set terdiri dari : 2. Tabung pengukur 3. 2 tabung standar warna 4. Pipet Hb dengan pipa karetnya 5. Pipet HCl 6. Batang pengaduk 7. Botol tempat HCl dan aquadest 8. Sikat pembersih 9. Perlak kecil dan pengalas 10. Kapas alkohol 70% 11. Jarum/Lancet 12. Handscoon steril 13. Kapas kering 14. Bengkok C >> >> >> Prosedur pelaksanaan 1. Masukan larutan HCl 0,1N dengan pipet HCl keda- lam tabung pengencer sampai pada angka 2 2. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan dan langkah prosedur pemeriksaan 3. Membawa alat-alat ke dekat pasien 4. Mencuci tangan 5. Memasang perlak dan pengalas dibawah tangan pasien yang akan diambil darahnya
  • 20. 14 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan NO KOMPONEN Nilai 1 2 3 4 6. Menyiapkan bengkok 7. Memakai handscoon steril 8. Menyiapkan jari klien dan mengumpulkan darah ke bagian jari tangan dengan cara memijat 9. Menghapus hamakan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan alkohol 10. Menusukan jarum pada ujung jari sebelah tepi sampai darah keluar 11. Menghapus darah yang pertama kali keluar den- gan kapas kering 12. Dengan pipet Hb menghisap darah sampai angka 20 cm, jangan sampai ada gelembung udara yang sampai ikut terhisap 13. Hapus darah yang melekat pada ujung pipet den- gan menggunakan kapas kering 14. HCl0,1 N dengan posisi tegak lurus dan hindarkan darah mengenai dinding tabung 15. Menuangkan darah tersebut ke dalam tabung pen- gencer yang sudah berisi 16. Sisa darah yang mungkin masih melekat di dalam lumen pipet Hb di bilas dengan jalan meniup dan menyedotnya 17. Tunggu sampai 1 menit 18. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, pada setiap kali penambahan warna dari larutan asam hematin yang terjadi, bandingkan dengan warna dari larutan standar 19. Pada saat warna tersebut sama, maka penambah- an aquadest dihentikan dan kadar Hb dibaca skala itu dengan satuan pembacaan gr% 20. Mengambil perlak dan pengalas, merapikan alat- alat 21. Rasional: agar tempat pasien rapi dan nyaman 22. Melepaskan handscoon 23. Mencuci tangan 24. Evaluasi dan dokumentasi D Sikap ( 2 ) 1. Tanggap terhadap respon 2. Teliti 3. Sabar 4. Bertanggung jawab
  • 21. 15 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan NO KOMPONEN Nilai 1 2 3 4 E Pengetahuan (3) 1. Dapat menjelaskan rasional tindakan 2. Dapat menjawab setiap pertanyaan Keterangan : Tanda >> yang ada pada setiap format penilaian merupakan titik kritis yaitu hal- hal prinsip yang harus dilakukan Cara menilai : Skor perolehan tiap domain x 100 x bobot Skor maksimal Nilai Akhir = ∑ N Ketrampilan + ∑ N Sikap + ∑ N PengetahuaN 10 Pembimbing/ Penguji (………………………………. )
  • 22. 16 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Evaluasi Formatif Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan cara membrikan tanda silang 1 Pernyataan yang benar tentang pengambilan darah vena adalah: a. Suatu pengambilan darah yang diambil dari arteri radialis b. Pengambilan darah biasanya di vena fossa cubiti atau vena saphena mag- na c. Pengambilan darah dari vena non superficial d. Pengambilan sampel darah dari pembuluh yang meninggalkan jantung. 2 Pengambilan darah dari tubuh mempunyai berbagai macam tujuan. Tujuan pengambilan darah vena adalah: a. Untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan. b. Dipergunakan untuk membantu orang yang membutuhkan darah kita c. Untuk dipergunakan untuk transfuse darah d. Merupakan kebiasaan yang berisiko 3 Tidak semua orang bisa dan boleh dilakukan pengambilan darah vena, art- inya hanya orang-orang yang diperbolehkan saja yang dapat diambil darah venanya. Indikasi untuk pengambilan darah vena antara lain: a. Bila memerlukan pemeriksaan untuk jumlah darah 50 cc b. Bila dilakukan transfuse darah c. Bila dilakukan pemeriksaan yang memerlukan specimen darah lebih dari 0,5 cc d. Hanya orang yang sehat saja yang boleh dilakukan pemeriksaan darah vena. 4 Tidak semua orang dengan mudah dilakukan pengambilan darah vena. Bagaimana jika ditemukan pasien yang venanya mudah rapuh/terlalu lembut atau mudah pindah? a. Langsung dirujuk ke Puskesmas/RS terdekat b. Tanda-tanda kematian sudah dekat c. Dapat disuruh minum yang banyak karena dehidrasi d. Menggunakan tindakan venapuncture. 5 Pada pasien anak-anak atau orang tua, seringkali pembuluh darahnya terlalu kecil. Maka dapat dilakukan tindakan sejenis yaitu: a. Venasavena b. Dengan metode wing needle. c. Tusuk jarum d. Minum banyakBiasanya ditemukan pasien anak-anak dan orang tua.
  • 23. 17 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 6 Tidak semua kondisi pasien boleh dilakuan pengambilan darah vena. Kon- tra indikasi vena punksi artinya pada kondisi yang bagaimana yang tidak diperkenankan melakukan pengambilan darah vena yaitu: a. Daerah oedema b. Daerah kaki. c. Daerah dimana tempat untuk beraktifitas d. Pembuluh darah yang besar. 7 Slah satu pemeriksaan darah yang paling popular yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin. Pernyataan yang benar tentang hemoglobin adalah: a. Hemoglobin merupakan protein b. Hemoglobin merupakan fe c. Hemoglobin merupakan Zn d. Hemoglobin merupakan protein yang kaya Fe 8 Struktur penyusun Hemoglobin adalah protein dan zat besi. Untuk itulah biasanya pada ibu hamil selalu diberikan Fe (zat besi) untuk menghindari anemia yang disebabkan kekurangan zat besi. Satuan untuk mengukur kadar hemoglobin adalah: a. MmHg b. mg% c. g/dl d. cmHg 9 Fungsi hemoglobin adalah mengikat oksigen, sehingga bisa dimengerti kena- pa pasien/ibu hamil yang mengalami anemia dapat terjadi muka yang pucat, tidak bergairah, timbul sesak nafas bahkan tidak jarang pada ibu hamil ter- jadi keguguran akibat hipoksia janin. Bahan yang dipakai untuk memeriksa kadar Hb adalah: a. Darah kapiler b. Darah putih c. Darah arteri d. Bukan darah pasien. 10 Saat setelah menusuk ujung jari untuk mendapatkan darah tepi, maka tin- dakan kita adalah menghapus darah yang pertama kali keluar dengan kapas kering. Rasional tindakan ini adalah: a. Mencegah infeksi b. Untuk menghilangkan darah yang tidak steril c. Supaya darah segera berhenti d. Agar perdarahan tidak berlangsung lama
  • 24. 18 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Kunci Jawaban 1. B 2. A 3. C 4. D 5. B 6. A 7. D 8. B 9. A 10. B TUGAS TERSTRUKTUR 1. Lakukanlah latihan dengan mengadakan simulasi pada boneka atau phantom tinda- kan pengambilan darah vena. 2. Lakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin pada 10 orang yang saudara curigai men- galami anemia, dengan terlebih dulu memahami panduan praktek yang sudah ada!
  • 25. 19 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan DAFTAR PUSTAKA Rofiq, Ahmad.2011.Pemeriksaan Golongan Darah.http://rofiqahmad.wordpress. com/pemeriksaan-golonagn-darah. Di unduh pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 08:23 Cikaa.2012. Periksa Golongan Darah.http://nursecikaa.blogspot.com/periksa-golon- gan-darah. Di unduh pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 08:32 Sumantri, Bambang.2012.Pemeriksaaan Hemoglobin Menurut Sahli (Hb Sahli). http://mantrinews.blogspot.com/ pemeriksaan-hemoglobin. Di unduh pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 08:38 Rochmad, Ratih.2009. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb). http://ratihrochmad.wordpress.com/pemeriksaan-hemoglobin(Hb). Di unduh pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 08:49 Agustina, Mia.2012.Pengambilan Darah Vena Untuk Hematologi.http://miaarum. blogspot.com/ pengambilan-darah-vena-untuk-hematologi. Di unduh pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 09:02 Gozali, Amir.2009.Pengambilan Darah Vena.http://infoanalis.com/ pengambilan-da- rah-vena. Di unduh pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 09:18
  • 26. 20 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Kegiatan Belajar 2 PEMERIKSAAN URINE Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini saudara diharapka dapat melakukan pemeriksaan ampel urine dan reduksi 1. Menjelaskan pengertian pemeriksaan sampel urine 2. Menyebutkan tujuan pemeriksaan sampel urine 3. Melakukan prosedur pemeriksaan urine 4. Membaca hasil pemeriksaan dan Interpretasi hasil 5. Melakukan test glukosa urine Kegiatan belajar ini akan dibahas tentang pengertian , tujuan , prosedur pemeriksaan sampel urine, Hasil pemeriksaan dan interpretsi hasil sera test glikosa urine Tujuan Pembelajaran Umum Pokok - Pokok Materi Tujuan Pembelajaran Khusus
  • 27. 21 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Uraian Materi Pemeriksaan Sampel Urin (Organoleptis, Berat Jenis, pH) Pemeriksaan urin dapat dilakukan secara makroskopis dan pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan makroskopis urine meliputi volume urine, bau, buih, warna, kejernihan, pH, dan berat jenis. Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan. 1. Pengertian Yang dimaksud dengan pemeriksaan sampel urine disini adalah pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan oleh petugas untuk mengnalisa organoleptis, berat jenis dan pH dari sampel urin pasien. 2. Tujuan pemeriksaan sampel urin ini adalah: Untuk mengetahui organoleptis, berat jenis, dan pH dari urin sampel. Pemeriksaan Organoleptis Urin a. Warna Urin Urin normal yang baru tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning karena pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine, urin encer hampir tidak berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, hematuria, penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu dapat mengubah warna urin. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urin adalah : 1) Merah : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna. 2) Orange : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : biasanya karena paparan obat untuk infeksi saluran kemih (piridium), termasuk fenotiazin. 3) Kuning : urin sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab non-patologik : wortel, fenasetin,obat nitrofurantoin. 4) Hijau: adanya biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab non-patologik : preparat vitamin, obat psiko-aktif, diuretic. 5) Biru : ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran. 6) Coklat : Penyebab patologik : asam hematin, myoglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa. 7) Hitamatauhitamkecoklatan:melanin,asamhomogentisat,indikans,urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol. b. Bau Urine Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau biasa disebut berbau pesing Bau pada urin disebakan oleh adanya asam-asam yang mudah menguap. Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh makanan/minuman yang dikonsumsi.
  • 28. 22 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Apabila urin dibiarkan lama, maka akan timbul bau ammonia, sebagai hasil pemecahan ureum. Aseton memberikan bau manis, sedangkan adanya kuman memberikan bau busuk pada urine. c. Buih pada Urine Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka akan timbul buih. WArna kuning pada buih disebabkan oleh pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodamino- pyridine. Adanya buih juga dapat disebakan karena adanya sejumlah besar protein pada urin (proteinuria). d. Kekeruhan pada Urine Urin baru dan normal pada umumnya jernih. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau pengendapat fosfat (dalam urin basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin. Adanya kekeruhan pada urine umumnya disebabkan karena : • Fosfat Amorf : warna putih, hilang bila diberi asam, terdapat pada urin yang alkalis. • Urat Amorf : kuning coklat, hilang bila dipanaskan, terdapat pada urin yang asam. • Darah : warna merah samapi coklat. • Pus : seperti susu, menjadi jernih setelah disaring. • Kuman : pada umumnya akan tetap keruh setelah disaring ataupun dipusingkan. Pada urethritis terlihat benang-benang halus. 3. Berat Jenis Urine Pemeriksaan berat jenis urin berhubungan dengan keadaan faal pemekatan yang dilakukan oleh ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu urometer, refraktometer, gravimetri dan falling drop. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003-1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun (Wirawan dkk., 1983). Berat jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus (Oka, 1998). Urinomter adalah hidrometer untuk penentuan berat jenis dari urine dan ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5 oC. Bila temperatur cairan yang akan dikur bukan 15,5oC, maka harus diadakan koreksi. Koreksi tersebut dilakukan dengan jalan menambah angka satu pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3o di atas temperatur peneraan atau mengurangi 1 angka pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3o di bawah temperatur peneraan.
  • 29. 23 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 4. pH Urine Pengukuran pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0). Pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup. Kertas lakmus : Urin asam : kertas lakmus biru >> merah kertas lakmus merah >> tetap merah Urin alkalis : kertas lakmus merah >> biru kertas lakmus biru >> tetap biru Langkah-langkah 1. Persiapan Alat dan Bahan a. Tabung reaksi b. Urometer c. Gelas ukur d. Kertas saring e. Kertas lakmus f. Sarung tangan g. Tissue h. Masker b. Bahan: Sampel urine 4. Prosedur Pelaksanaan a. Organoleptis Diambil sejumlah sampel urin. Dimasukkan kedalam tabung reaksi. Diamati warna, bau, buih, kekeruhan sampel urine. b. Berat Jenis Urometer yang akan digunakan ditera dengan menggunakan aquadest. Bila pada peneraan tidak mendapatkan hasil 1,000 (misalkan 1,005), maka hasil akhir pembacaan dikurangi 0,005. Gelas ukur diisi dengan urin hingga bagian. Buih yang terbentuk dihilangkan dengan kertas saring atau dengan penambahan satu tetes eter. Urometer dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan cara mengukur dan memutar pada sumbu penyangganya. Jangan sampai urometer menyentuh atau menempel pada dinding bagian dalam gelas ukur. Dibaca bagian meniscusnya, dimana 1 strip = 0,001 c. pH Diambil sejumlah sampl urin. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dicelupkan kertas lakmus merah ke dalam sampel urin. Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
  • 30. 24 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 5. Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil a. Organoleptis Urine Warna urine : kuning bening Bau urine : pesing Buih pada urine : terdapat buih pada urine Kekeruhan pada urine : jernih Interpretasi Hasil Dari hasil yang diperoleh, urine berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat buih namun jernih, maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk normal. b. Berat Jenis Urine Bila berat jenis urine yang diperiksa adalah 1,005 dimana masih masuk dalam rentang (1,003-1,030) sehingga dapat dikatakan berat jenis urine tersebut normal. c. pH Urine Kertas lakmus merah tetap berwarna merah. Interpretasi Hasil Tes Glukosa Urine Pemeriksan urine yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan sekalipun didaerah terpencil adalah pemeriksaan urine reduksi, yaitu untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine. Metode yang digunakan tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling. Prinsip Pemeriksaan Dalamsuasanaalkali,glukosamereduksikuprimenjadikuprokemudianmembentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa. Langkah-langkah pelaksanaan Alat dan Bahan Alat Tabung reaksi Api Bunsen Pipet volume Ball filler Bahan Sampel urine Reagen Fehling A dan Fehling B Cara Kerja: 1. Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel) 2. Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi 3. Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebut 4. Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hingga mendidih 5. Setelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung.
  • 31. 25 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Interpretasi : (-) : warna biru / hijau keruh (+) : larutan keruh dan hijau agak kuning (++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning (+++) : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah (++++) : merah jingga sampai merah bata Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil No Tabung Ke- Komposisi Ba- han Pengamatan Warna Interpretasi Sebelum Pemana- san Setelah Pemana- san 1 A Fehling A + Fe- hling B + Sam- pel urine 1 Biru Tua Kuning kehijauan ++ 2 B Fehling A + Fe- hling B + Sam- pel urine 2 Biru Tua Kuning kemera- han +++ 3 C Fehling A + Fehling B + Sampel urine 3 (urine normal) Biru Tua Biru tua Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar yang berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar pula kandungan glukosa yang terdapat dalam sampel urine.
  • 32. 26 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Rangkuman 1. Pemeriksaan urin meliputi pengujian organoleptis, berat jenis, pH dan uji kualitatif adanya protein dalam sampel urin dan tes carik celup. 2. Pemeriksaan Organoleptis Urin: Warna Urin, Bau Urine, Buih pada Urine, Kekeruhan pada Urine Interpretasi Hasil Dari hasil yang diperoleh, urine berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat buih namun jernih, maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk normal. 3. Berat Jenis Urine :Bila bBrat jenis urine yang diperiksa adalah 1,005 dimana masih masuk dalam rentang (1,003-1,030) sehingga dapat dikatakan berat jenis urine tersebut normal. 4. pH Urine :Kertas lakmus merah tetap berwarna merah.Interpretasi Hasil normal 5. Interpretasi hasil test glukosa (-) : warna biru / hijau keruh (+) : larutan keruh dan hijau agak kuning (++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning (+++) : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah (++++) : merah jingga sampai merah bata
  • 33. 27 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Evaluasi Formatif Petunjuk : 1.Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) 2.Pilihlah jawaban : A. jika jawaban 1,2 dan 3 benar B. jika jawaban 1 dan 3 benar C. jika jawaban 2 dan 4 benar D. jika jawaban 4 benar E. jika jawaban 1,2,3 dan 4 benar semua atau salah semua 1 Pemeriksaan kimiawi sediaan urin terdiri dari organoleptis, berat jenis, dan pH dari urin sampel. Yang termasuk pemeriksaan organoleptis adalah: a. Asam b. Berat jenis c. Warna d. Rupa 2 Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berka- but dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urin berubah. Apabila urine berwarna merah, disebabkan oleh: a. Pigmen empedu. b. Fenotiazin. c. Bilirubin d. Hemoglobin, mioglobin. 3 Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau biasa disebut berbau pesing. Penyebab bau pesing pada urine adalah a. Adanya zat pesing dalam urine b. Adanya asam-asam yang mudah menguap. c. Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh makanan yang beraroma pesing. d. Apabila urin dibiarkan lama maka akan timbul bau amis. 4 Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka akan timbul buih. Penye- bab warna kuning pada buih urin disebabkan oleh: a. Pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodamino-pyridine. b. Adanya zat gula dalam urin c. Adanya busa dalam urin d. Normalnya memang berbusa
  • 34. 28 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Berat jenis urin dapat dilakukan pemeriksaan secara khusus. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal adalah: a. 1,03-1,05 b. 3,5-3,7 c. 1,003-1,030. d. 1-30 Pada penyakit tertentu dapat diketahui dari kondisi asam basa urine. Untuk mengetahui kondisi asam basa urin pH urine normal berkisar antara 4,8- 7,5 (sekitar 6,0). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup. Bila kertas lakmus tetap berwarna merah, maka kondisi urin adalah: a. Urin asam b. Urin basa c. Urin normal d. Urin asam basa Pemeriksan urine yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan seka- lipun didaerah terpencil adalah pemeriksaan urine reduksi, yaitu untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine. Metode yang digunakan tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling.Prinsip Pemeriksaan ini adalah: a. Gula bereaksi positif dengan fehling A b. Gula bereaksi dengan Fehling B c. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. d. Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar fehling dalam urine yang diperiksa. Hasil dari reduksi atas urin pasien menunjukkan beberapa perubahan war- na. Apabila pasien dinyatakan negative, interpretasi perubahan warna reaksi menjadi : a. Marah padam b. Merah c. Merah bata d. warna biru / hijau keruh Hasil pemeriksaan reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Dia- betes Melitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan karena adanya kand- ungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat menim- bulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : a. penicillin b. galaktosa c. rifampicin d. antihistamin
  • 35. 29 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Kandungan glukosa yang semakin banyak memberikan efek perubahan warna pada hasil reaksi. Kalau hasil menunjukkan positif 4 (++++) menun- jukkan : a. biru tua b. biru muda c. kuning d. merah jingga sampai merah bata KUNCI JAWABAN 1. C 2. D 3. B 4. A 5. C 6. A 7. C 8. D 9. B 10.D TUGAS TERSTRUKTUR 1. Lakukanlah pemeriksaan kondisi fisik 5 sampel urin dari orang sehat dan yang sakit. Lalu simpulkan kondisi fisik urin tersebut. Lakukan pemeriksaan Reduksi pada urine orang normal dan 3 orang yang menderita Diabetus Millitus. Tulislah kesimpulan saudara
  • 36. 30 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan PEDOMAN; Pemeriksaan Glukosa Urin NO KOMPONEN Nilai 1 2 3 4 A B >> >> C >> >> D Ketrampilan ( 5 ) Persiapan Pasien 1. Memberitahu tujuan pengambilan pemeriksaan reduksi 2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 3. Meminta bantuan menyediakan urine untuk bahan pemeriksaan Persiapan Alat 1. Tabung reaksi 2. Api Bunsen 3. Pipet volume 4. Ball filler 5. Sampel urine 6. Reagen Fehling A 7. Fehling B Prosedur pelaksanaan a. Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampur- kan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel) b. Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi c. Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebut d. Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hing- ga mendidih e. Setelah dingin, diamati perubahan warna yang ter- jadi pada ketiga tabung. f. Membereskan alat-alat g. Mencuci tangan h. Evaluasi dan dokumentasi Sikap ( 2 ) 1. Teliti 2. Hati-hati 3. Sabar 4. Peka terhadap reaksi pasien Pengetahuan (3) 1. Dapat menjelaskan rasional tindakan 2. Dapat menjawab setiap pertanyaan
  • 37. 31 Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Keterangan : Tanda >> yang ada pada setiap format penilaian merupakan titik kritis yaitu hal- hal prinsip yang harus dilakukan Cara menilai : Skor perolehan tiap domain x 100 x bobot Skor maksimal Nilai Akhir = ∑ N Ketrampilan + ∑ N Sikap + ∑ N PengetahuaN 10 Pembimbing/ Penguji (………………………………. ) NIP.
  • 38. 32 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Daftar Gambar Cover http://cahayareformasi.com/wp-content/ uploads/2014/03/Tes-darah.jpg
  • 39. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS) 2015