SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Mewujudkan Transit Oriented Development (TOD) di Indonesia
Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
Oswar Mungkasa
April 2023
ii
It doesn’t matter
whether the trasnsit or the development comes first.
The end outcome of a thriving,
sustainable TOD community is what matters
tidak masalah
apakah transit atau pembangunan yang didahulukan.
komunitas TOD yang berkelanjutan adalah yang terpenting
Fabiola Macintyre
iii
Sapa dari penulis
Terima kasih sudah mengunduh, menyimpan, membaca,
mendistribusikan bahkan turut menyampaikan langsung isi makalah
panjang ini. Semoga bermanfaat dan memberi pencerahan bagi kita semua
demi
almamater,bangsa dannegara
Sedikit tentang Penulis
Lahir lebih dari 59 tahun yang lalu di Makassar
berlatar belakang pendidikan
perencanaan kota dan wilayah (S1, ITB dan S2, GSPIA University of Pittsburgh USA) dan
ekonomi publik (S3, UI).
bekerja sepanjang hampir 40 tahun
dimulai sejak mahasiswa sebagai konsultan berbagai perusahaan konsultan perencanaan kota dan wilayah,
dilanjutkan sebentar sebagai peneliti pada pusat penelitian,
selanjutnya menjadi pegawai sampai kepala cabang pembantu bank swasta nasional,
akhirnya memilih menjadi PNS
dengan karir awal pada lembaga perencanaan pembangunan nasional dan
sempat menjabat sebagai Direktur Tata Ruang dan Pertanahan (Bappenas),
berpindah sebentar ke kementerian teknis
sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran (Kementerian Perumahan Rakyat),
dan sempat meniti karir pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
sebagai Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
Saat ini penulis menjadi fungsional perencana utama (PAU) Kementerian PPN/Bappenas.
Selain juga menjadi pengurus beberapa organisasi kemasyarakatan yaitu Housing and Urban Development Institute
(HUD Institute), Dana Mitra Lingkungan (DML), Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Jejaring AMPL),
Hands for Help
Portofolio penulis dapat dilihat pada
https://www.academia.edu/oswarmungkasa
https://www.researchgate.net/profile/Oswar-Mungkasa
email : oswar.mungkasa63@gmail.com
i
DAFTAR ISI
halaman
Daftar Isi ………………………………………………………………………………... i
Daftar Tabel ……………………………………………………………………………. ii
Daftar Gambar …………………………………………………………………………. ii
Daftar Singkatan ……………………………………………………………………….. iii
BAB I Latar Belakang ……..……………………………………………..……….... 1
BAB II Pembangunan Berorientasi Transit/Transit Oriented Development
(TOD). Konsep Dasar ………………………………………………………. 4
2.1 Latar Belakang dan Sejarah TOD ……………………………………… 4
2.2 Pemahaman Dasar ……………………………………………………... 5
2.3 Maksud Pengembangan TOD ………………………………………….. 5
2.4 Prinsip TOD ……………………………………………………………. 7
2.5 Strategi Implementasi ………………………………………………….. 10
BAB III
Daftar Rujukan …………………………………………………………………………… 20
Daftar Tabel
halaman
ii
Tabel 1 Kategori Jalan Berbayar ..…………………………….…………………..…. 7
Tabel 2 Dampak Penerapan ERP Singapura ………………………………………… 10
Daftar Gambar
halaman
Gambar 1 Manfaat Penyelenggaraan Jalan Berbayar (ERP) ……..……………….…… 6
iii
Daftar Singkatan
5 D dencity (kepadatan), divercity (keragaman), design (desain), destination
(tujuan), dan distance (jarak)
BRT Bus Rapid Transit
BUMD Badan Usaha Milik Negara
BUMN Badan Usaha Milik Daerah
ERP Electronic Road Price
HKIed The Hong Kong Institute of Education
ITDP Institute for Transportation and Development Policy
KCR Kowlon-Canton Railway
KDB Koefisien Dasar Bangunan
KLB Koefisien Lantai Bangunan
LRT Light Rail Transit
MRT Mass Rapid Transit
NFB Non Fare Box
PZ Peraturan Zoning
RDTR Rencana Detail Tata Ruang
RTH Ruang Terbuka Hijau
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
TOD Transit Oriented Development
1
BAB I
Pendahuluan
Pertambahan penduduk perkotaan yang demikian cepat berdampak pada peningkatan
kebutuhan ruang kota yang tidak dapat terpenuhi oleh karena keterbatasan lahan, yang berakibat
pada meningkatnya harga tanah dan rumah sehingga tidak terjangkau oleh penduduk kota
khususnya golongan menengah ke bawah. Selain itu, tingkat kenyamanan kota juga memburuk
dengan terjadinya kemacetan, polusi, termasuk meningkatnya tingkat kejahatan. Kondisi ini
mendorong terjadinya perpindahan penduduk ke arah pinggiran kota, yang dikenal dengan sebutan
Urban Sprawl (perserakan kota). Perubahan ini biasanya berlangsung cepat dan tidak terencana
sehingga berdampak negatif pada proses perkembangan kota (Mungkasa, 2012).
Para ahli perkotaan dunia menyadari terjadinya fenomena perserakan kota dengan berbagai
dampak negatifnya, kemudian memperkenalkan model compact city (Kota Kompak) sebagai
upaya mengatasi munculnya fenomena perserakan kota tersebut. Istilah Compact City
diperkenalkan pada tahun 1973 oleh George Dantzig and Thomas L yang merupakan
matematikawan utopis.
Konsep Kota Kompak sendiri pada dasarnya merupakan upaya mengurangi terjadinya
pergerakan penduduk atau bangkitan lalu lintas (trip generation) sehingga kemacetan lalu lintas
dengan berbagai rangkaian dampaknya dapat dikurangi. Upaya ini dinyatakan dalam bentuk
pengembangan node (titik pertumbuhan) yang berupa suatu kawasan pertumbuhan berkepadatan
tinggi, guna lahan beragam (mixed used), dan diikat dengan titik transit transportasi publik
setidaknya dua moda angkutan. Kawasan ini yang kemudian dikenal sebagai Transit Oriented
Development (TOD) atau Pengembangan Berorientasi Transit.
Metropolitan Indonesia yang juga telah mengalami kemacetan parah mulai menerapkan
konsep TOD dimulai dengan kota Jakarta yang saat ini sedang dalam tahap awal pengembangan
TOD. Indonesia sendiri belum mempunyai pengalaman membangun TOD sehingga pembelajaran
negara lain menjadi salah satu acuan dalam pengembangan TOD.
Hasil telaahan berupa catatan penting pembelajaran yang dapat dikenali diantaranya,
berbeda dengan yang selama ini dipahami bahwa aspek teknis yang utama, ternyata bahwa tata
kelola kolaboratif menjadi suatu keniscayaan yang mengedepankan kolaborasi diantara pemangku
kepentingan baik pemerintah, swasta (pengembang dan/atau investor), dan masyarakat. Keputusan
2
merupakan hasil konsensus pemangku kepentingan. Keberadaan forum pemangku kepentingan
menjadi bagian dari upaya mempermudah kolaborasi pemangku kepentingan.
Selain itu, rencana pengembangan TOD seyogyanya merupakan bagian dari rencana
pembangunan pemerintah agar memperoleh dukungan baik swasta maupun masyarakat.
Ketersediaan dana pembangunan sebaiknya tidak hanya berasal dari sumber pemerintah tetapi juga
merupakan gabungan pemerintah dan nonpemerintah, baik swasta maupun masyarakat, sehingga
pilihan pembiayaan alternatif menjadi penting.
Berangkat dari kenyataan banyaknya pembelajaran pengembangan TOD yang ternyata
berbeda, telaahan ini pada dasarnya bermaksud melengkapi hasil telaahan terdahulu terkait
pengembangan TOD agar semakin banyak pilihan kebijakan yang dapat diambil.
3
BAB II
Pembangunan Berorientasi Transit/Transit Oriented Development (TOD)
Konsep Dasar
2.1 Latar Belakang dan Sejarah TOD
Pada dasarnya konsep Transit Oriented Development (TOD) tidak berdiri sendiri tetapi
merupakan bagian dari konsep pembangunan kota yang diperkenalkan oleh para perencana kota
untuk mewujudkan sebuah kota yang sebagaimana seharusnya. TOD dipertimbangkan sebagai
salah satu bentuk pembangunan kota yang berkelanjutan dan telah dipraktekkan di banyak kota di
dunia dalam upaya mengurangi dominasi penggunaan kendaraan pribadi dan mempromosikan
pola permukiman yang mumpuni dalam mengusung pergerakan berbasis transit. TOD menjanjikan
adanya vitalitas dan pembangunan di sekitar titik-titik transit atau simpul transportasi dengan
menciptakan lingkungan yang ramah bagi pejalan kaki (pedestrian friendly), penggunaan lahan
bercampur, dan keterhubungan yang baik dengan titik transit.
Namun kemudian, para perencana kota mempunyai pandangan beragam terkait sejarah
terwujudnya konsep TOD. Sebagian berpendapat konsep TOD merupakan bagian dari konsep
Smart Growth City yang mengusung penggunaan lahan bercampur (mix used) dan kota kompak
(sistem kegiatan) di sekitar titik transit angkutan umum massal (sistem jaringan) untuk
mempengaruhi perilaku perjalanannya (sistem pergerakan).
Sementara sebagian berpendapat bahwa TOD berkembang dari konsep yang pada awal
kemunculannya merupakan reaksi atas fenomena urban sprawl (perembetan kota ke pinggiran) di
Amerika diikuti dengan tingginya ketergantungan penduduk terhadap penggunaan jalan raya dan
kendaraan pribadi (automobile) (Curtis, 2009). Untuk mengurangi ketergantungan tersebut,
pengembangan kota diarahkan pada titik-titik transit. Konsep ini meninjau titik-titik transit tidak
hanya berfungsi sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, namun titik-titik
transit tersebut dapat sekaligus berfungsi sebagai sebuah tempat berlangsungnya aktivitas
perkotaan (pusat permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan sebagainya).
Di lain pihak, mempertimbangkan kesamaan karakteristiknya, maka banyak para ahli yang
kemudian berpendapat bahwa TOD merupakan bagian dari konsep Kota Kompak (compact city).
4
Pada awal perkembangannya, TOD diterapkan pada beberapa kota-kota di Amerika seperti
San Francisco dan Atlanta. Selanjutnya konsep ini diadopsi di Eropa, dan kemudian mulai
menginspirasi metode perencanaan kota di beberapa kota Asia (Korea Selatan, Taiwan, Hongkong,
Jepang, dan Singapura).
Setelah pertama kali dikenalkan dan dikembangkan di Amerika Serikat, TOD telah
menarik perhatian sebagai alat untuk mempromosikan konsep smart growth, meningkatkan daya
saing perekonomian, dan mampu mengantarkan perubahan pada permintaan pasar dan gaya hidup.
Memfokuskan pertumbuhan di sekitar stasiun transit dapat meningkatkan investasi publik yang
tinggi sehingga dapat memproduksi keuntungan yang baik untuk perekonomian setempat maupun
wilayah.
2.2 Pengertian Dasar
Secara umum, tidak tersedia definisi baku terkait Transit Oriented Development (TOD) atau
Pembangunan Berorientasi Transit, namun terdapat beberapa definisi yang dapat dijadikan rujukan
diantaranya
(i) Indonesian Urban Transport Insititute (2016) mendefinisikan TOD sebagai sebuah konsep
pengembangan/pembangunan suatu kawasan yang bersifat mix-use dan kompak (compact)
yang berada dalam jangkauan jarak berjalan kaki dari titik layanan angkutan masal dan pusat
kawasan komersil (Arum, 2018)
(ii) Institute for Transportation and Development Policy (2017) menjelaskan TOD sebagai
lokasi perkotaan terpadu yang dirancang untuk menyatukan orang-kegiatan-bangunan-
ruang publik melalui kemudahan keterhubungan dengan berjalan kaki di antara mereka dan
berada dekat layanan transit yang terhubung dengan seluruh kota. Hal ini menunjukkan
tersedianya akses bagi semua pihak ke seluruh bagian kota dan menggunakan gabungan
beragam moda yang sehat dan efisien, dengan biaya terjangkau berikut ramah lingkungan
dan dengan tingkat kebertahanan tinggi terhadap gangguan. TOD inklusif merupakan
pijakan dasar bagi keberlanjutan jangka panjang, kesetaraan, kesejahteraan yang merata dan
kedamaian masyarakat dalam sebuah kota (Arum, 2018).
2.3 Maksud Pengembangan TOD
Pada dasarnya TOD bertujuan untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor/
kendaraan pribadi dengan meningkatkan penggunaan transportasi umum (moda transit) dan moda
5
tidak bermotor untuk menciptakan lingkungan yang layak huni. Selain itu, TOD juga bertujuan
untuk mengurangi kemacetan dan perembetan wilayah dan memberikan berbagai macam pilihan
perumahan di sekitar kawasan transit yang pada akhirnya dapat dicapai hasil berupa pembangunan
yang sukses, penggunaan moda transit yang meningkat, dan terciptanya lingkungan permukiman
yang layak huni. Lebih spesifik, selain meningkatkan penggunaan moda transit, TOD juga
bertujuan untuk mendorong pembangunan dengan penggunaan lahan bercampur, memacu
pertumbuhan kota yang kompak dan padat, menciptakan lingkungan yang lengkap, atraktif, dan
bergeliat, dan meningkatkan nilai properti.
2.4 Manfaat TOD
Konsep TOD memberikan magnet tersendiri kepada berbagai pihak karena pengembangan
kawasan TOD telah berhasil meningkatkan penggunaan ruang kota dengan ruang publik dan ruang
hijau yang sangat baik. Terbukti dengan data yang ditunjukkan oleh UN-Habitat City Prosperity
Index tahun 2015 bahwa Copenhagen dan Stockholm yang menerapkan konsep TOD dalam tata
kotanya menempati peringkat teratas Indeks Kota Sejahtera.
Manfaat langsung dari TOD adalah bertambahnya jumlah pengguna angkutan umum dan
meningkatnya pendapatan sektor transportasi. Berbagai penelitian membuktikan bahwa
masyarakat yang bertempat tinggal dekat dengan stasiun transit memiliki intensitas lima hingga
enam kali lebih sering berkendara via transit daripada masyarakat lainnya. Manfaat lainnya adalah
meningkatnya kualitas lingkungan, tersedianya rumah layak dan terjangkau, dan meningkatnya
pendapatan pemilik atau penyewa properti dan pemilik usaha dekat dengan titik transit.
Menurut Reconnecting Amerika (2009), TOD berdampak pada penghematan waktu dan
biaya. Berdasar biaya pengeluaran yang dapat lebih di tekan tanpa penggunaan kendaraan pribadi
dan kemudahan berbagai sistem pembelian tiket perjalanan menggunakan transportasi publik
sehari-hari. Sedangkan dari segi penghematan waktu, akses lebih mudah dan lebih pasti yang
mengurangi keterlambatan dan waktu menunggu yang berkurang.
Salat dan Olliver (2017) menjelaskan bahwa TOD memberikan keuntungan dalam
mengurangi emisi gas karbon dan meningkatkan ketangguhan terhadap bencana alam. Kedua hal
tersebut dapat terjadi karena rasio pengguna kendaraan bermotor akan lebih sedikit dibanding
pejalan kaki sehingga akses lebih mudah dan membentuk sebuah kebiasaan baik. Selain itu,
ketangguhan terhadap bencana alam akan meningkat karena pemilihan lokasi berada di tempat
6
yang tingkat risiko bencananya rendah dan konektivitas yang mudah sehingga juga akan
memudahkan proses evakuasi dalam keadaan darurat (Arum, 2018).
2.5 Prinsip – Prinsip TOD
Prinsip-prinsip TOD terdiri dari berbagai aspek yang akan menjadi tolok ukur
pengembangan konsep TOD. Salah satu prinsip pengembangan TOD diperkenalkan oleh Institute
for Transportation and Development Policy (2017) sebagai berikut:
1. Walk/berjalan kaki merupakan ciri utama dari kawasan TOD sehingga keterhubungan
antarlokasi diniscayakan dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Hal penting yang perlu
diperhatikan pada prinsip berjalan kaki ini antara lain jalur pejalan kaki yang aman dan
mudah di akses oleh semua masyarakat, ruang pejalan kaki merupakan ruang yang hidup dan
memiliki iklim mikro yang nyaman sehingga membuat seluruh masyarakat senang berjalan
kaki.
2. Cycle yang ditandai dengan pemberian prioritas bagi kendaraan tidak bermotor untuk
mewujudkan kawasan TOD yang bebas polusi, terjangkau, menyehatkan dan inklusif.
Ramah bagi pesepeda dapat diindikasikan dengan dua hal yaitu jalur sepeda yang aman dan
lengkap fasilitasnya serta keberadaan lokasi parkir sepeda yang aman terutama di titik transit
sehingga memudahkan pesepeda untuk menuju tempat tujuan.
3. Connect/keterhubungan yang memudahkan sirkulasi jalan sehingga akses bagi pengguna
kendaraan tidak bermotor untuk bergerak memiliki jarak yang pendek. Prinsip ini akan
berhasil bila rute berjalan kaki dan bersepeda adalah rute yang lebih pendek dibandingkan
menggunakan kendaraan bermotor.
4. Transit; transportasi publik yang sangat berkualitas diintegrasikan dengan berbagai ragam
pemanfaatan ruang di sekitar titik transit. Titik transit ini dapat ditempuh hanya dengan
berjalan kaki kurang lebih 500-1000 m (±20 menit) serta frekuensi ketersediaan bus lokal
menuju titik transit berjarak kurang dari 5 km.
5. Mix/bercampur berupa penggunaan lahan campuran dan saling melengkapi sehingga
kebutuhan dapat dipenuhi dengan cepat dan tepat. Prinsip ini fokus kepada kesempatan untuk
mendapatkan pelayanan dalam radius berjalan kaki serta ketersediaan ruang publik yang
aktif 24 jam.
6. Densify/densitas dalam kesatuan kawasan TOD perlu diperhatikan agar dapat terus
mengakomodasi berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di dalam kawasan
7
yang luasannya tidak bertambah/terbatas. Densitas kawasan didukung dengan
pengembangan kualitas infrastruktur yang baik.
7. Compact/kompak yang menunjukkan bahwa di dalam kawasan TOD semua kebutuhan dapat
dengan mudah dipenuhi, berdekatan dan penataan ruang yang efisien. Kawasan di dalam
skala yang lebih luas yaitu di skala perkotaan juga terintegrasi dengan sistem angkutan
umum.
8. Shift/pergeseran dengan membentuk kawasan TOD melalui intervensi kebijakan parkir dan
penggunaan jalan yang membatasi penggunaan kendaraan pribadi sehingga berdampak pada
pemilihan moda tranportasi masyarakat yang juga akan berdampak pada kapasitas jalan
(berkaitan dengan beban jalan) (Arum, 2018).
Salat dan Ollivier (2017) mengemukakan prinsip 3V Framework yang terdiri dari
1. Node Value, dengan melihat seberapa penting jejaring yang terbentuk pada stasiun sebagai
titik transit publik berdasar jumlah penumpang, volume lalulintas (traffic volume) serta
pergantian modanya.
2. Place Value, menyangkut pada kualitas tempat transit yang didukung berbagai fasilitas, jalan
yang saling terkoneksi dengan baik sehingga nyaman bagi pejalan kaki ataupun pengguna
sepeda, akses yang mudah dijangkau dan lebih hidup dengan guna lahan yang bercampur
(mixed-used).
3. Market Potential Value, merujuk pada potensi pasar yang selama ini tidak terlihat yang
berada di area stasiun yang dapat membuka lapangan kerja baru sehingga menciptakan pasar
yang lebih hidup (Arum, 2018).
Prinsip pengembangan TOD lainnya dikemukakan oleh Ewing dan Cervero dalam Huang
(2016), bahwa konsep TOD berhasil terbentuk ketika terwujud kawasan kompak yang
dikembangkan berdasar pada prinsip 5D yang terdiri dari:
1. High Density, untuk meningkatkan pengguna fasilitas transit.
2. High Diversity, dengan banyaknya fungsi bangunan yang beragam, maka aksesibilitas dan
pergerakan masyarakat akan meningkat.
3. Quality Design, memberikan kenyamanan dan keamanan pada berbagai aspek pengguna
ruang TOD.
4. Walkable Distance, meningkatkan kemauan untuk berjalan kaki di kawasan tersebut sehingga
penggunaan kendaraan pribadi dapat ditekan.
8
5. Accessible Destination, meningkatkan aksesibilitas dari ataupun menuju kawasan TOD
dekat ataupun jauh (Arum, 2018).
Selain itu, Black dkk. (2016) menjelaskan pengembangan kawasan TOD berdasar prinsip 5A
yaitu:
1. Accessibility, memperbaiki akses bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda menuju titik transit.
2. Amenity, meningkatkan kualitas pusat permukiman (neighborhood Center), menghubungkan
berbagai pelayanan perkotaan dan mengembangkan ruang publik yang mengakomodasi
berbagai kondisi lingkungan.
3. Axis, memperbaiki koneksi untuk pergantian moda, memperkuat hubungan antara budaya
lokal, ruang terbuka dan pusat kegiatan serta membuka peluang parkir untuk mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi pada area T-Way.
4. Affordability, untuk meningkatkan tipe perumahan campuran (mix Housing), kemudahan
dalam sistem tata kelola lingkungan yang sehat dan dapat diakses oleh semua masyarakat.
5. Ancestry, untuk meningkatkan aktivitas terutama aktifitas ruang terbuka (outdoor Activities)
menggunakan pusat kegiatan, sebagai tanggapan dari karakter budaya komunitas setempat,
serta meningkatkan keamanan dan kenyamanan pada kawasan tersebut (Arum, 2018).
Di lain pihak, beberapa kota dalam merencanakan kawasan transit mengacu pada aspek 3D
yaitu
1. kepadatan (density), yaitu kepadatan penduduk dan kepadatan penggunaan lahan.
2. keberagaman (diversity), yaitu keberagaman penggunaan lahan. Selain itu, kawasan TOD
juga memiliki pilihan moda transportasi alternatif yang beragam seperti berjalan kaki,
bersepeda, moda transit, angkutan umum, dan kendaraan pribadi. Tidak hanya itu, kawasan
TOD juga memiliki demografi (mulai dari jenis pekerjaan, pendapatan, dan usia) dan
segmentasi yang beragam seperti pilihan harga perumahan yang beragam.
3. desain (design), yaitu desain kawasan yang mendukung kenyamanan pejalan kaki, pesepeda,
dan pengguna moda transit dalam melakukan pergerakan.
Sedangkan EMBARQ Mexico (2014) menekankan prinsip pengembangan TOD bagi
komunitas perkotaan yaitu:
1. Kualitas titik transit publik, kedekatan jarak untuk menuju titik transit, akses yang mudah,
begitu juga dengan titik transit yang viable disertai dengan berbagai infrastruktur pendukung.
9
2. Pergerakan kendaraan tidak bermotor, ruang yang tidak terputus dan terhubung dengan baik
didukung dengan sarana prasarana yang baik.
4. Mixed-used dan efisiensi bangunan, didukung dengan fasilitas serta efisiensi ruang baik dari
segi blok bangunan maupun ruang jalan bagi pejalan kaki.
5. Neighborhood centers dan ruang yang aktif, mengangkat potensi ekonomi lokal,
menghidupkan pusat-pusat kegiatan di lingkungan neighborhood serta memperhitungkan
transisi antara ruang publik dan ruang privat.
6. Ruang publik dan sumber daya alam, area hijau yang strategis, pengelolaan energi, air dan
efisiensi pembuangan sampah, keterhubungan ruang publik yang menyangkut kehidupan
masyarakat.
7. Keterlibatan komunitas dan indentitas, menyangkut pada hubungan yang baik antara
masyarakat dan bagaimana identitas dari tempat tersebut dapat terkelola dengan baik.
2.6 Strategi Implementasi
TOD telah menjadi fokus dari perencanaan kota. Peran pihak non pemerintah dalam
pembangunan kota dan pendanaan TOD telah mengemuka. Namun terdapat banyak TOD yang
telah gagal dalam pelaksanaannya walaupun peluang pendanaan telah tersedia. Terdapat 4 (empat)
strategi yang dipercaya dapat memasilitasi pengembangan TOD, yang perlu terinternalisasi dalam
rencana kota dan transportasi. Untuk itu, peninjauan (review) terhadap rencana kota dan
transportasi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa:
(i) kerangka perencanaan strategis yang menegaskan lokasi TOD disertai tingkat kepadatan dan
guna lahan campuran
(ii) kerangka perencanaan strategis yang menghubungkan pusat kegiatan dengan transit.
(iii) Perencanaan yang didukung perundang-undangan yang mengharuskan pengembangan pusat
kegiatan dengan kepadatan dan desain tertentu oleh institusi ditetapkan khusus.
(iv) Mekanisme pembiayaan kerjasama pemerintah-swasta yang memungkinkan pengembangan
atau revitalisasi TOD melalui keterhubungan transit dan pusat kegiatan yang dilayaninya.
10
BAB III
Pembelajaran Mancanegara
3.1 Koridor Rosslyn-Ballston, Arlington, Virginia.
Salah satu pembelajaran keberhasilan penerapan TOD di Amerika adalah pengembangan
TOD di Koridor Rosslyn-Ballston, Arlington, Virginia. Berdasarkan hasil survei U.S Census
Journey-toWork, setelah 30 tahun beroperasi, pada tahun 2000 sebanyak 47,2% penduduk di
koridor tersebut menggunakan moda transit untuk bekerja. Sementara pada tahun 2002, berdasar
laporan Manajer Pengembangan Properti dan Perumahan di koridor tersebut, tercatat sekitar 40-
60% penyewa apartemen di koridor tersebut memilih berjalan kaki menuju stasiun (titik transit)
terdekat. Implementasi konsep TOD ini mampu menekan penggunaan kendaraan pribadi dan
meningkatkan penggunaan kendaraan umum. Selain itu, keberadaan TOD berdampak pada
meningkatnya nilai lahan akibat tingginya pembangunan properti perumahan, perkantoran,
perdagangan dan jasa yang terbukti berhasil menyelamatkan kawasan tersebut dari penurunan
perekonomian dan berkurangnya jumlah penduduk
Pengembangan TOD bersifat inklusif, yang memungkinkan berbagai pihak seperti
pemerintah daerah, pemerintah nasional, swasta selaku pengembang dan penanam modal,
organisasi masyarakat bahkan komunitas masyarakat, untuk berkolaborasi. Banyaknya pihak yang
terlibat tidak jarang menjadi penyebab terhambatnya pelaksanaan TOD. Namun dari pembelajaran
keberhasilan, salah satu kunci kesuksesan adalah konsistensi dalam melibatkan berbagai pihak
dalam pengembangan TOD dengan beragam cara seperti membentuk tim ad-hoc, dan forum
pemangku kepentingan.
3.2 Model Pengembangan Terpadu Properti-Rel Kereta MRTC Hongkong1
The Census and Statistics Department menegaskan bahwa sekitar 68 persen pekerja di
Hong Kong menggunakan baik MTR atau bus ke tempat kerja (Cho-Yam, 2010). Dibandingkan
moda lain, sistem kereta transit memberikan layanan lebih cepat, lebih nyaman bagi penumpang.
Namun yang terpenting adalah biayanya terjangkau oleh pekerja miskin (Cho-Yam, 2010).
Pertumbuhan kereta rel di Hong Kong sebagian disebabkan fakor politis dan kondisi geografis.
1
Disarikan dari Bukowski dkk (2013). A Comparative Study of Transit-Oriented Developments in Hong Kong
11
Kawasan padat perkotaan bertumbuhan hingga mencapai kepadatan 265 orang per m2 (Cervero,
2009). Sekitar 40 persen dari luas Hong Kong berupa kawasan perdesaan yang tidak
diperkenankan untuk dikembangkan (Loo, 2007). Meskipun begitu, penduduk Hong Kong tetap
bertumbuh sehingga dibutuhkan sistem transportasi yang efisien. The Hong Kong Institute of
Education (HKIed) menyatakan bahwa kereta rel transit adalah moda transportasi berkelanjutan
bagi penduduk Hong Kong (HKIEd, 2010). Tetapi yang terpenting kereta rel merupakan moda
transportassi yang terjangkau bagi masyarakat pekerja kelas bawah (Cho-Yam, 2010). Berdasar
kondisi ini, TOD telah menunjukkan sebagai jawaban yang memungkinkan bagi sistem
transportasi pada komunitas yang baru.
Tingkat kepadatan yang tinggi menjadikan Hong Kong membutuhkan pengembangan
berkelanjutan yang bermanfaat bagi penduduknya. Kualitas hidup penduduk dipengaruhi oleh
jenis transportasi yang dipergunakan (Wadhwa, 2000). Penduduk Hong Kong telah berpindah ke
lokasi berdekatan dengan stasiun kereta yang dibangun MTR berdasar pertimbangan lebih mudah
menjangkau seluruh bagian kota. Pemerintah kemudian memperkenankan MTR membangun
perumahan di atas stasiun dengan harga yang terjangkau (Cho-Yam, 2010). Sebagai tambahan,
untuk menghindari dampak kemacetan pada kawasan padat perkotaan, lebih banyak jalur kereta
transit dibangun yang menghubungkan antarstasiun transit.
3.2.1 Sejarah MTR
MTR adalah salah satu perusahaan kereta terpenting di Hong Kong dan dunia. Perusahaan
ini bermula sebagai penyedia sistem transportasi publik yang dimiliki oleh Hong Kong Investment,
dan telah berkembang menjadi perusahaan swasta internasional yang mengendalikan hampir
semua infrastruktur rel Hong Kong. MTR menjadi perusahaan swasta sejak Juni 2000 ketika
pemerintah Hong Kong menjual 23 persen sahamnya ke perusahaan swasta. Pada 2 Desember
2007, MTR bergabung dengan Kowloon-Canton Railway (KCR) Corporation. KCR, yang juga
dimiliki pemerintah, awalnya menolak bergabung namun kemudian dipaksa oleh pemerintah.
Selanjutnya, nama MTR berubah menjadi Mass Transit Rail Corporation Limited, tetapi tetap
disebut MTR. Setelah penggabungan, MTR mengendalikan 168 km rel dengan 85 stasiun, dengan
jarak antarstasiun sekitar 2 km (Cervero, 2009). Keberadaan MTR mempunyai dampak nyata bagi
penduduk, terbukti dari jumlah pengguna sehingga perubahan kebijakan akan berdampak nyata
bagi kehidupan penduduk Hong Kong. Misalnya, perubahan harga karcis berdampak nyata bagi
12
pekerja kelas bawah. Antara tahun 1984 sampai 2004, peningkatan harga karcis dibatasi hanya
maksimal 100 persen per 10 tahun (Tang, 2010).
3.2.2 Kaitan antara TOD dan Tingkat Penggunaan Kereta
Pada tahun 2006, Lund menyelenggarakan survei TOD di California. Hasilnya
menunjukkan bahwa penduduk yang dekat stasiun transit 40 kali lebih mungkin menggunakan
kereta dan secara umum penduduk bertempat tinggal di kawasan TOD lebih banyak menggunakan
kereta dibanding penduduk di luar kawasan TOD. Sebuah studi TOD di Hongkong menunjukkan
bahwa peningkatan penggunaan kereta transit berasal dari kawasan TOD dengan permukiman
padat berskala besar (Loo, 2010). Keberadaan permukiman menjadi penentu keberhasilan TOD
dari sisi keuangan.
Model Pengembangan Terpadu Properti-Rel Kereta (integrated rail-property development
model) merupakan sebuah pendekatan unik milik MRT Corporation dalam menangani keterkaitan
antara rel kereta dan pengembangan lahan. Ini bukan hanya keterpaduan pengembangan rel kereta
dan properti di atas stasiun, yang sebenarnya hanya sebagian outcome dari model.
Model Pengembangan Terpadu Properti-Rel Kereta mempunyai 4 (empat) prinsip yaitu:
a. Kebijakan. Kebijakan pemerintah yang mendukung dalam bentuk penyerahan lahan ke
MTRC dan komitmen pemerintah menjadikan kereta sebagai moda utama angkutan umum.
b. Proses. Prosedur perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian yang baik, serta proses
pembangunan yang efektif yang memadukan antara kereta dan properti sejak awal hingga
akhir tahapan pembangunan.
c. Project. Pembangunan kawasan berkualitas tinggi yang berkepadatan tinggi,
berkeragaman pemanfaatan ruang dan berdesain menarik dan terpadu dengan fasilitas
kereta di lokasi dan saat yang tepat.
d. Organisasi. Perusahaan pengelola yang berpengalaman dan efisien yang berkomitmen
menyediakan layanan kereta berkelas dunia dan membangun kawasan properti berkualitas
terbaik dalam rangka meningkatkan kualitas hidup seluruh kota.
Keterpaduan pembangunan kereta dan properti diharapkan menghasilkan manfaat sosial
dan ekonomi seperti:
(i) Kereta. Keberadaan stasiun kereta meningkatkan nilai lahan sekitar. Peningkatan nilai
lahan ini dapat dimanfaatkan melalui pengembangan properti dan lainnya, sehingga dapat
membiayai pengembangan kereta.
13
(ii) Properti. Intensifikasi kepadatan pengembangan lahan sekitar stasiun akan meningkatkan
jumlah penumpang dan pendapatan perusahaan kereta.
(iii) Pemerintah. Penerimaan pajak meningkat dari meningkatnya nilai lahan dan properti,
berkembangnya usaha di kawasan tersebut, termasuk pendapatan lainnya jika lahan
dimiliki pemerintah. Selain itu, pemerintah dapat mengurangi subsidi bahkan
meniadakannya kepada perusahaan kereta.
(iv) Sosial dan ekonomi. Masyarakat secara umum mendapat manfaat dari meningkatnya
kepadatan pengembangan kota, pemanfaatan ruang lebih efisien, tersedianya ruang publik
lebih luas, berkurangnya fenomena ‘urban sprawl’, dibutuhkan lebih sedikit jalan
kendaraan bermotor sehingga mengurangi polusi udara dari kendaraan, dan meningkatnya
kualitas lingkungan ramah pejalan kaki. Keseluruhannya dapat meningkatkan kualitas
hidup penduduk melalui meningkatnya kesehatan, kenyamanan, keragaman gaya hidup,
dan lebih hemat waktu. Perekonomian akan mendapat manfaat dari meningkatnya efisiensi
transportasi dan kegiatan masyarakat.
3.3 MRT Stations, New Delhi
Penerapan pengembangan konsep TOD pada MRT station di New Delhi memiliki beberapa
point penting yang harus diperhatikan. Setidaknya pengembangan TOD harus memberikan
PRO-
YEK
KEBI-
JAKAN
PRO-
SES
ORGA-
NISASI
Model Pengembangan Terpadu Kereta dan
Properti MTRC: Elemen Dasar
14
manfaat sebagai berikut (i) pilihan mobilitas bagi semua; (ii) kualitas hidup lebih baik bagi semua;
(iii) menyediakan rumah bagi semua; (iv) meningkatkan kemandirian; (v) angkutan umum yang
lebih murah; (vi) mengurangi degradasi lingkungan; (vii) menghemat uang masyarakat; (viii)
multi disiplin, pendekatan multi-institusi.
3.4 TOD Amerika Serikat2
3.4.1 Desa Transit New Jersey
Minat pemerintah federal AS terhadap TOD memperoleh momentum dengan NJ TRANSIT
meluncurkan buku pegangan TOD tahun 1994, Planning for Transit-Friendly Land Use (Rencana
Guna Lahan Ramah Transit), penuh dengan ilustrasi dan ide tentang bagaimana membuat
komunitas lebih menarik bagi bus, kereta api, pejalan kaki, dan pengendara sepeda. Diperkenalkan
oleh Gubernur Whitman pada tahun 1999, “Inisiatif Desa Transit” memanfaatkan rancang kota
dan rencana tapak ideal sesuai buku pegangan. Mendefinisikan desa transit sebagai kota yang
berkomitmen untuk membangun kembali kawasan di sekitar stasiun kereta (biasanya 1⁄4- hingga
radius 1⁄2 mil) menjadi kompak, ragam guna, dan dominasi perumahan.
Pembelajaran utama adalah (i) kerjasama pemerintah, baik pusat dan daerah, dengan
swasta dalam mengembangkan TOD menjadi suatu keniscayaan; (ii) keberhasilan TOD tidak selau
terjadi pada kota besar tetapi dapat juga berlangsung pada kota kecil.
3.4.2 Washington, D.C.: Model Nasional
Sistem Metro Washington adalah sistem transit cepat modern pertama dibangun sejak Perang
Dunia Kedua yang secara khusus menggabungkan tujuan membentuk pertumbuhan daerah di
samping memerangi kemacetan dan meningkatkan transit. Munculnya TOD sekitar puluhan
stasiun Metrorail ini banyak dipuji sebagai sukses oleh pendukungnya dan pengamat dari seluruh
dunia.
Pembelajaran utama adalah (i) pelaksanaan pembangunan tidak dapat terburu-buru atau
dipercepat; (ii) Warga menjadi pendukung yang andal, pejabat terpilih bekerja, dan pengembang
bekerja sungguh-sungguh untuk melaksanakan kebijakan merupakan dukungan nyata bagi
pemerintah; (iii) Keterlibatan publik yang lebih besar dan konsesi diperlukan untuk membuat
proyek tersebut bekerja, dengan atau tanpa transit.
2
Disarikan dari Transit Cooperative Research Program (TCRP) (2004). Transit-Oriented Development United
States: Experience, Challenges and Prospects. Transportation Reseacrh Board of The National Academy.
15
3.4.3 TOD and Joint Development di Sunbelt: Miami-Dade County
Peluang paling menjanjikan di Florida untuk TOD ditemukan di Miami-Dade County, yang
kepadatannya relatif tinggi telah menyediakan angkutan umum pilihan transportasi yang layak.
Miami-Dade County juga tuan rumah bagi salah satu pemerintah lokal paling aktif di Florida
sehubungan dengan baik perencanaan transportasi maupun pembangunan bersama (joint
development).
Pembelajaran utama adalah perencana dan pengembang bersepakat bahwa perencanaan
terpusat tidak menghilangkan kebutuhan untuk bekerja sama dengan yurisdiksi lokal
untukmemastikan bahwa keputusan penggunaan lahan dan pedoman desain konsisten dengan
kebutuhan masyarakat. Untuk menjadi sukses, TOD pada akhirnya harus responsive realitas pasar
yang luas dan kebutuhan komunitas lokal.
3.4.4 Chicago’s Transit Villages: Back to the Future for Historic Commuter-Rail Towns
Pengalaman Metro Chicago menunjukkan potensi penggunaan kereta api komuter,
dirancang dengan cara yang sensitif, dikombinasikan dengan dukungan kebijakan dan investasi
publik yang ditargetkan untuk memanfaatkan revitalisasi dan peremajaan pinggiran kota yang
lebih tua.
Faktor keberhasilan upaya tersebut adalah sebagai berikut (i) rancangan sistim transit yang
memadai; (ii) berpandangan jauh ke depan. Kesuksesan tidak selalu datang dengan cepat. Di setiap
masyarakat, strategi pembangunan kembali TOD adalah bagian dari rencana induk yang telah
ditetapkan selama 15 sampai 20 tahun. Kesabaran dan kemauan untuk membuat pengorbanan
jangka pendek untuk keuntungan jangka panjang; (iii) Kesinambungan dan Kepemimpinan. Unsur
penting dalam setiap masyarakat adalah ketekunan yang berkelanjutan dan kepemimpinan yang
dikelola pegawai professional dan pejabat terpilih; (iv) Perangkat tersedia. Instrumental dalam
memanfaatkan TOD adalah rancangan yang baik, dapat berjalan, pembangunan kompak di pusat
kota membutuhkan investasi publik—perakitan situs, perbaikan infrastruktur publik, dan
rehabilitasi bangunan yang lebih tua; (v) Mengelola Parkir. Kereta Komuter TOD Metro Chicago
membutuhkan akses kendaraan yang baik agar layak. Jika memungkinkan, parkir bersama
diperkenalkan untuk menghemat konstruksi dan konservasi lahan.
16
3.5 Bus Rapid Transit (BRT) dan Transit Oriented Development (TOD)3
Pembangunan Berorientasi Transit (TOD) telah menjadi demikian populer sehingga hampir
setiap kota besar ingin menerapkan konsep ini. Walaupun kemudian tidak semua kota mempunyai
MRT atau LRT tetapi hanya Bus Rapid Transit (BRT). Namun hal ini tidak menghalangi upaya
mengembangkan TOD berbasis BRT. Kelebihan BRT adalah fleksibel dan hemat biaya
Berikut ini beberapa pengalaman penerapan TOD berbasis BRT di negara Amerika Utara
dan Australia yang dapat bermanfaat bagi pengambil keputusan, lembaga pemerintah, dan
komunitas pembangunan.
Pembelajaran diperoleh dari 4 (empat) kota yaitu (i) Brisbane, Australia; (ii) Cleveland,
Ohio; (iii) Boston, Massachusetts; dan (v) Ottawa, Ontario. Dilengkapi dengan penelitian tertulis
dan wawancara perorangan dengan pengembang setempat dan institusi pemerintah.
3.5.1 Brisbane (Australia)
Brisbane sedang mengembangkan jaringan busway yang sepenuhnya terpisah yang telah
membantu membalikkan keadaan penurunan wilayah dalam penggunaan angkutan umum. BRT
dicirikan oleh jalannya yang substansial dan infrastruktur stasiun yang dilayani oleh rute bus
konvensional dan koridor operasi utama.
TOD di sekitar jaringan BRT Brisbane dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori. Pertama,
busway melayani area eksisting yang memiliki banyak karakteristik TOD, namun kurang tersedia
jalur khusus transit. Kedua, busway berfungsi sebagai katalis untuk lapangan baru di dekat stasiun.
Terakhir, busway mengkatalisasi pengisian perkotaan (urban infill), termasuk pengembangan
ruang udara/atas.
Sebagian besar kegiatan TOD ini digerakkan oleh pasar, dengan sedikit dorongan dari
pemerintah. Namun baru-baru ini, pemerintah mulai aktif mempromosikan TOD di kawasan
stasiun busway.
3.5.2 Cleveland (Ohio, AS)
3
Disarikan dari Breakthrough Technologies Institute (2008). Bus Rapid Transit and Transit Oriented Development:
Case Studies on Transit Oriented Development Around Bus Rapid Transit Systems in North America and Australia
17
Cleveland menggunakan satu jalur BRT untuk membantu merevitalisasi koridor pusat kota
yang rusak. Proyek Transportasi Koridor Euclid (ECTP) terdiri dari jalur BRT sepanjang 9,4 mil
di sepanjang Euclid Avenue, jalan raya utama pusat kota, dan renovasi jalanan yang lengkap. Kota
Pejabat pemerintah, perusahaan transit dan kelompok pengembangan masyarakat lokal
mempromosikan ECTP sebagai cara untuk merevitalisasi koridor ini. Karena Cleveland adalah
pasar real estat yang lemah, sejumlah besar insentif pembiayaan tersedia untuk pengembang.
Meski BRT belum selesai, koridor tersebut telah mengalami investasi yang signifikan kira-
kira selama dekade terakhir. Meskipun ini tidak semua karena proyek BRT, BRT mendukung
intensifikasi dengan menyediakan koneksi yang sangat dibutuhkan antara daerah yang berbeda di
sepanjang koridor. Renovasi jalan juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih menarik
dan mendukung upaya pemerintah untuk mengubah Euclid menjadi kota yang hidup, ramah
pejalan kaki, dan masyarakat kota ramah transit.
3.5.3 Boston (Massachusetts, AS)
Boston memiliki sejarah panjang dalam pengembangan berorientasi transit. Investasi
angkutan cepat terbaru, Silver Line BRT, untuk mendukung revitalisasi inisiatif publik-swasta di
dua lingkungan. Dalam kedua kasus tersebut, BRT dianggap perlu prasyarat untuk keberhasilan
pembangunan kembali koridor.
Koridor Washington Street adalah jalan bersejarah pusat kota di lingkungan South End
Boston. Silver Line Washington Corridor BRT adalah fitur kunci dari inisiatif publik dan pribadi
untuk menghidupkan kembali karakter koridor yang semarak dan serba guna. Sejak BRT Jalur
Perak diperkenalkan, telah ada lebih dari $571 juta investasi di sepanjang koridor ini, dan pajak
dasar tumbuh sebesar 247%, dibandingkan dengan rata-rata kota sebesar 146%.
Distrik Pelabuhan Boston saat ini menjadi fokus investasi publik dan swasta yang
signifikan mengembangkan penggunaan lahan komersial, ritel, dan perumahan dengan kepadatan
tinggi. BRT Silver Line Waterfront adalah jalur transit cepat pertama di area ini dan menyediakan
layanan yang diperlukan untuk mendukung proyek kepadatan tinggi yang baru dan mengubah
distrik menjadi perkotaan yang berorientasi pada pejalan kaki dan transit. Selain itu, sebagian besar
lahan pelabuhan yang tersedia dimiliki oleh otoritas pelabuhan negara, yang telah
mengembangkan Rencana Induk yang menekankan orientasi transit dan pejalan kaki. Otoritas,
bersama dengan perusahaan transit lokal, bekerja sama dengan pengembang untuk memastikan
properti terpadu dengan Silver Line
18
Beberapa pembelajaran penting, yaitu (i) perencanaan penting tetapi tidak akan berarti
tanpa adanya pasar yang kuat; (ii) kepemimpinan pemerintah harus kuat untuk mempromosikan
TOD, bahkan ketika pasar kuat; (iii) bagian penting dari kepemimpinan adalah membantu
menjadikan keuangan proyek berjalan baik. Diantaranya melibatkan pembuatan zonasi; perbaikan
infrastruktur teruatama transit publik dan transparansi dalam bentuk rencana, pedoman, dan
penggunaan yang diizinkan dan kepadatan. Juga, bujukan diperlukan untuk menunjukkan kepada
pengembang bahwa bangunan tua atau etalase di dekat pemberhentian transit adalah potensi besar;
(iv) transportasi telah terbukti untuk menjadi penggerak dalam bentuk peremajaan kota lebih
berkelanjutan; (v) sebuah kota harus meminta dukungan luas sebelum mengembangkan TOD masa
depan.
3.5.4 Ottawa (Ontario, Kanada)
Mulai tahun 1980-an, Ottawa mulai membangun jaringan busway eksklusif luas yang
merupakan moda transit utama kawasan ini. Meskipun Ottawa telah mengalami perluasan
pinggiran kota, pemerintah telah berhasil menggunakan busway untuk memusatkan pertumbuhan
di sekitar area yang dilayani oleh transit cepat. Secara khusus, Ottawa menerapkan kebijakan
penggunaan lahan itu menyebabkan beberapa pusat ritel besar terpadu dengan Transitway.
Ottawa saat ini menekankan TOD perumahan dengan kepadatan tinggi dan penggunaan
campuran di sekitar busway. Secara khusus, kota telah menetapkan “pusat penggunaan campuran”
tertentu dengan akses transit sebagai target intensifikasi penggunaan lahan. Pusat serba guna ini
menarik investasi TOD baru yang besar, dan jarak yang dekat dengan jaringan busway digunakan
sebagai nilai jual bagi calon penyewa, khususnya untuk properti hunian.
3.6 Catatan Pembelajaran
3.6.1 Transit Oriented Development Berbasis Bus Rapid Transit (BRT)
Secara umum, pembelajaran upaya pengembangan TOD berbasis BRT menunjukkan
bahwa
a. Kerja sama di antara pemangku kepentingan utama, termasuk lembaga publik, organisasi
pembangunan nirlaba, pemilik properti, dan pengembang swasta, sangat penting untuk
kesuksesan
b. jenis dan tingkat investasi yang terjadi di dekat stasiun BRT terlihat sebanding dengan
pengalaman dengan TOD dekat transit kereta api. Selain itui, badan perencanaan umumnya
19
tidak membedakan antara BRT dan kereta api dalam hal kemampuannya untuk menarik
TOD
c. pemerintah dan pengembang swasta pada umumnya sangat antusias tentang potensi BRT
untuk menarik TOD, dengan banyak pengembang melaporkan bahwa BRT berdampak
positif pada nilai propertinya
d. bagi pengembang, kelanggengan BRT merupakan faktor penting. Namun, hal ini dapat
teratasi jika terdapat komitmen yang jelas dari badan publik jangka panjang
e. kekerapan, kecepatan, dan kenyamanan layanan penting bagi banyak pengembang dan
pemilik properti. Fitur-fitur ini membedakan BRT dari layanan bus konvensional, yang
umumnya tidak dianggap menarik untuk TOD
f. tampaknya tidak perlu memberikan insentif keuangan untuk TOD terkait BRT.
Pengembang tampak jauh lebih tertarik pada proses perizinan atau rezoning yang
dipercepat, karena waktu merupakan faktor penting dalam membuat proyek pembangunan
layak secara keuangan
g. Di sepanjang koridor, perbaikan pemandangan jalan yang menyertai BRT mungkin tidak
kalah pentingnya dengan layanan transit untuk menarik investasi baru.
3.6.2 Tematik
A. Faktor Kelembagaan dan Politik
Kepemimpinan politik sangat penting untuk penerapan TOD. Memiliki kampiun yang
seorang politikus akan sangat bermanfaat untuk mengatur sumberdaya, membangun koalisi, dan
menyelesaikan perselisihan. Meskipun tidak perlu ada satu orang yang mengawal sepanjang waktu
namun seseorang di posisi berkuasa perlu dirangkul agar TOD menjadi platform politiknya, dan
menginvestasikan waktu dan energinya berjuang untuk itu.
Kepemimpinan, bagaimanapun, tidak perlu selalu tergantung pada pemerintah. Dalam
kasus Stasiun Mockingbird, Dallas, pengembang menyediakan banyak inspirasi dan motivasi agar
proyek sukses, dan kemudian banyak dijadikan acuan
Inklusivitas dan masukan publik yang berkelanjutan dalam perencanaan, desain, dan
implementasi TOD sangat penting untuk kesuksesan. Penjangkauan tidak hanya membantu
menangkis kemungkinan serangan balik, tetapi itu juga memberi mereka yang hidup dan bekerja
di lingkungan TOD peluang memastikan yang dibangun selaras dengan tujuan lingkungan,
memiliki "rasa" skala manusia, dan berkualitas tinggi. Selain itu, konsistensi dalam melibatkan
20
berbagai pihak dalam pengembangan TOD dengan beragam cara seperti membentuk tim ad-hoc,
dan forum pemangku kepentingan.
Tentu saja, tekanan pasar mungkin mendorong pengembang untuk tidak membangun
sesuai harapan penduduk. Suasana pertemuan, maupun lokakarya, menawarkan peluang
menyelesaikan perbedaan dan menemukan kompromi yang dapat diterima.
Koordinasi kelembagaan dibutuhkan karena setiap lembaga mengelola aspek yang
berbeda. Pemerintah Metropolitan Baltimore, Philadelphia, San Francisco-Oakland, dan Denver
telah membentuk kelompok kerja dan komite untuk mempercepat proses pengambilan keputusan.
Metropolitan Miami melakukan konsolidasi proses pengambilan keputusan yang bahkan
memperpendek tahapan.
Lingkungan regulasi yang lebih longgar sering diperlukan jika lembaga transit, pemerintah
daerah, dan badan perencanaan daerah secara proaktif mengimplementasikan TOD.
B. Strategi Perencanaan dan Guna Lahan
TOD yang sukses dimulai dengan berbagi visi yang memandu perencanaan dan
implementasi untuk tahun-tahun mendatang.
Mulai perencanaan TOD lebih awal. TOD sering merupakan produk kumulatif dari banyak
hasil keputusan individu, beberapa di antaranya sedikit lambat dan siap hanya beberapa saat
sebelum kegiatan dimulai. Dibutuhkan kesiapan lebih awal untuk memungkinkan rencana
disiapkan, kemitraan untuk dibangun, pendanaan untuk diamankan, dan perbaikan yang akan
dilaksanakan.
Keberhasilan TOD dapat bergantung pada insentif yang diberikan atau memberikan lebih
banyak kebebasan dalam mendesain proyek; memungkinkan ragam guna (mix-used);
meningkatkan kepadatan; menawarkan kepastian, kejelasan, dan jaminan bahwa sektor publik
akan menindaklanjuti komitmen perencanaan
TOD mengundang kebijakan baru yang berani mendorong batas konvensional dan
mengakui ceruk pasar yang unik yang dilayani. Inisiatif bisa berupa pemisahan fasilitas parkir dari
paket pembelian/sewa rumah karena pada lokasi TOD berjalan kaki lebih mudah.
C. Kemitraan dan Keuangan
TOD mendapat manfaat dari kenaikan nilai lahan yang kemudian diinvestasikan kembali
dalam bentuk infrastruktur dan fasilitas lainnya pada lokasi TOD.
Pembiayaan kreatif sangat penting untuk menyebarkan risiko,
21
3.6.3 Studi Kasus
Berdasar pembelajaran pada beberapa kota Amerika Serikat dapat disimpulkan beberapa
hal, yaitu
A. Kelembagaan dan Politik
Secara umum faktor kepemimpinan menjadi terpenting disusul oleh inklusif dan kebebasan
masyarakat memberi masukan, koordinasi kelembagaan dan perampingan proses, serta
lingkungan regulasi yang lebih longgar.
B. Strategi Perencanaan dan Guna Lahan
Faktor yang sangat dominan adalah TOD sebagai lokasi penggerak (place-making), disusul
yang cukup dominan adalah kelenturan zoning dan progresif, perencanaan kawasan
stasiun, kemudian lainnya relatif kurang adalah berbagi visi, memulai lebih awal, kebijakan
yang ramah pasar.
C. Manfaat dan Dampak
Faktor kondisi ekonomi yang disukai menjadi paling dominan diikuti zoning ramah pasar
dan perluasan jejaring
D. Kemitraan dan fiskal
Faktor pinjaman digerakkan pasar sangat dominan, sementara faktor pembiayaan kreatif
dan memperoleh kenaikan nilai biasa saja
E. Pertimbangan dan Tantangan Desain
Konversi lahan parkir sangat dominan, sementara keperluan pejalan kaki, ragam guna dan
desain sistim transit kurang dominan.
Tabel Rangkuman Pembelajaran Studi Kasus TOD Kota Amerika
Studi Kasus
Faktor
Boston
New
Jersey
Washington
D.C.
Miami
Chicago
Dallas
Denver
Portland
San
Fransisco
Southern
California
Faktor Kelembagaan dan Politik
Kepemimpinan
Inklusif dan Masukan Publik
22
Studi Kasus
Faktor
Boston
New
Jersey
Washington
D.C.
Miami
Chicago
Dallas
Denver
Portland
San
Fransisco
Southern
California
Perampingan dan Koordinasi
Lembaga
Aturan yang memungkinkan dan
permisif
Strategi Perencanaan dan Guna Lahan
TOD sebagai place-making
Zoning fleksibel, progresif
Perencanaan Kawasan Stasiun
Kebijakan ramah pasar
Berbagi Visi
Mulai lebih awal
Manfaat dan Dampak
Keadaan ekonomi yang diinginkan
Zoning tanggap pasar dan pilih
sendiri
Perluasan jejaring dan perencanaan
proaktif
Pertimbangan Fiskal dan Kemitraan
Pinjaman ramah pasar
Pembiayaan kreatif
Menangkap nilai
Pertimbangan dan Tantangan Desain
Konversi lahan parkir
Kebutuhan pejalan kaki
Ragam guna
Desain sistim transit
Sumber: TCRP, 2013
Keterangan: menunjukkan faktor keberhasilan tersebut berlaku pada stasiun dimaksud
23
BAB IV
Kesimpulan dan Rekomendasi
4.1 Kesimpulan
TOD telah menjadi jalan keluar global bagi permasalahan transportasi perkotaan terutama
terkait kemampuannya mengurangi bangkitan lalu lintas (trip generation). Sebagai bagian dari
konsep kota Kompak yang mengedepankan penggunaan ruang campuran (mixed-used). TOD juga
dipandang berhasil mengurangi gejala perserakan kota (urban sprawl). Selain itu, konsep TOD
yang juga berfokus pada penggunaan kendaraan nonmotor baik bersepeda atau bahkan berjalan
kaki, sehingga sekaligus menjadi bagian dari upaya mewujudkan kota sehat, bahkan kota rendah
karbon. Keberadaan TOD juga membantu masyarakat berpendapatan rendah mengurangi
pengeluaran transportasi.
Selain itu, keberadaan TOD dapat meningkatkan nilai tanah pada kawasan tersebut
terutama karena pemberian insentif peningkatan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)4
dan
pembangunan fasilitas pendukung. Sekaligus juga menjadi peluang peningkatan pendapatan
pemerintah daerah melalui skema Land Value Capture5
, yang diantaranya dapat dimanfaatkan
untuk menyediakan hunian yang terjangkau bagi penduduk berpendapatan rendah pada kawasan
tersebut sehingga fenomena gentrifikasi6
dapat terhindarkan. Dengan demikian, keberagaman dan
kesetaraan bahkan keadilan ruang tetap terjaga sehingga ‘Kota untuk Semua’ tetap terpenuhi.
Hasil studi kasus TOD di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa terdapat 5 (lima) faktor
kunci yang berpengaruh terhadap keberhasilan TOD, yaitu (i) kelembagaan dan politik; (ii) strategi
perencanaan dan guna lahan; (iii) manfaat dan dampak; (iv) kemitraan dan keuangan; (iv)
pertimbangan dan tantangan desain.
Faktor tersebut mencakup beberapa sub faktor, yang berdasar hasil studi, menunjukkan
bahwa beberapa sub faktor tersebut terlihat dominan, yaitu
4
Koefisien Lantai Bangunan, yang oleh masyarakat awam sering disebut KLB, secara sederhana adalah koefisien
penentu tinggi bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi, KLB merupakan pedoman yang membatasi jumlah
lantai yang boleh dibangun pada suatu bangunan (Jakarta Property Institute)
5
LVC dapat didefinisikan sebagai kebijakan pemanfaatan peningkatan nilai tanah yang dihasilkan dari investasi,
aktivitas, dan kebijakan Pemerintah di suatu Kawasan (Kemenko Perekonomian dan ADB, 2021).
6
Gentrifikasi dimaknai sebagai terjadinya pergeseran permukiman dari suatu kawasan dihuni sebagian besar oleh
masyarakat berpendapatan rendah (MBR) menjadi kawasan kelas atas. Pergeseran ini memindahkan MBR baik
secara paksa maupun sukarela ke Kawasan yang lebuh baik tetapi bisa juga lebih buruk (penulis).
24
 TOD sebagai place-making. Faktor ini muncul pada seluruh TOD.
 Kepemimpinan termasuk pemimpin politik yang kolaboratif, terbuka dan sekaligus
merupakan kampiun.
 Ketersediaan zoning fleksibel dan progresif
 Kualitas perencanaan kawasan stasiun
 Terwujudnya kondisi ekonomi yang diharapkan
 Ketersediaan sumber pembiayaan ramah pasar/digerakkan oleh pasar (market-driven).
 Desain yang memerhatikan kebutuhan penumpang (lahan parkir dan lainnya) termasuk
pejalan kaki.
Melengkapi hasil studi di atas, ditemui juga beberapa faktor keberhasilan lain yang dominan
(beberapa faktor ini muncul pada studi kasus tetapi tidak dominan), seperti
 TOD merupakan bagian dari rencana pembangunan jangka panjang sehingga rencana TOD
seyogyanya telah terinternalisasi dalam dokumen rencana pembangunan jangka
panjang/menengah. Inklusif, terbuka ruang berkolaborasi bagi pemangku kepentingan
seperti pemerintah daerah, pemerintah nasional, swasta selaku pengembang dan penanam
modal, organisasi masyarakat bahkan komunitas masyarakat. Keterlibatan pemangku
kepentingan tidak hanya bersifat tokenism7
tetapi keterlibatan yang hakiki mulai dari proses
persiapan sampai pemantauan dan evaluasi.
 Dukungan penuh pemerintah dapat berupa kebijakan keberpihakan pada penyediaan
transportasi publik, penyediaan dan penyesuaian regulasi, langkah terobosan khususnya
proses perizinan, penyediaan insentif dan lainnya.
 Rencana TOD perlu mendapat dukungan pasar. Sehingga kemitraan erat pemerintah (pusat
dan daerah) dengan swasta sebagai pengembang dan investor suatu keniscayaan.
 TOD harus dapat memenuhi kewajiban pemerintah, keinginan pasar, dan kebutuhan
masyarakat.
 TOD tidak hanya untuk metropolitan atau kota besar saja.
4.2 Rekomendasi
Memperhatikan hasil pembelajaran terhadap pelaksanaan TOD mancanegara, beberapa
rekomendasi terkait peluang penerapan konsep TOD di Indonesia:
7
Tokenism dimaknai sebagai keterlibatan ‘basa basi’, ketika pemangku kepentingan dihadirkan hanya untuk
memenuhi persyaratan kewajiban melibatkan pihak non pemerintah.
25
a. Pengembangan TOD berdampak besar dan dalam jangka waktu lama sehingga rencana
pembangunan TOD seyogyanya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota
(RTRWP/K/Kab), bahkan Rencana Detail Tata Ruang. Termasuk tentunya dalam Rencana
Strategi Organisasi Pemerintah Daerah (Renstra OPD). Hal ini juga sekaligus
meningkatkan kepercayaan pihak non pemerintah.
b. Pengembangan TOD sangat menekankan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan,
pengambilan keputusan ‘bawah-atas’, digabungkan dengan pendekatan ‘atas-bawah’
menjadi pilihan. Tata kelola kolaboratif menjadi acuan proses pengambilan keputusan.
Untuk itu, perlu dibentuk Forum Pemangku Kepentingan yang menjadi wadah bagi
pemangku kepentingan untuk bertukar informasi, dan pintu masuk keterlibatan poihak
nonpemerintah dalam proses pengambilan keputusan.
c. Jika dipandang perlu, rencana pembangunan TOD yang telah tercantum dalam rencana
pembangunan pemerintah dapat didiskusikan secara kolaboratif diantara pemangku
kepentingan melalui wadah Forum Pemangku Kepentingan. Keputusan strategis yang
merupakan konsensus bersama dituangkan dalam Desain Besar TOD yang mencakup visi,
kebiajakan dan strategi, target, peta jalan, rencana aksi, pemantauan dan evaluasi. Desain
Besar ini dapa menjadi acuan pemangku kepentingan yang lebih mudah dipahami.
d. Pembiayaan TOD tidak dapat terpenuhi sepenuhnya dari sumber keuangan pemerintah.
Untuk itu, perlu dibuka peluang seluas-luas untuk berbagai pilihan pembiayaan bahkan
dapat saja bersumber dari zakat tunai atau wakaf termasuk kontribusi masyarakat sendiri.
e. TOD menjadi jalan keluar masa depan sistim transportasi perkotaan, sehingga dibutuhkan
upaya advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah daerah yang berpeluang dalam jangka
menengah mengembangkan TOD. Langkah ini sebagai persiapan karena pembangunan
TOD membutuhkan waktu yang lama, keterlibatan berbagai pihak, serta dukungan politik.
f. Sebagai bagian dari upaya percepatan pembangunan TOD, manajemen pengetahuan8
perlu
diterapkan dalam proses pembangunan TOD khususnya saat ini yang sedang berlangsung
di Jakarta.
8
Manajemen pengetahuan dimaknai sebagai upaya mendokumentasikan pengetahuan melalui langkah pengumpulan,
analisis, dan pendistribusian. Dengan demikian, informasi pembelajaran TOD mudah didapatkan.
26
Daftar Rujukan
Arum, Dwi Yunia (2018). Penataan Kawasan Kumuh di Sekitar Stasiun Kereta Manggarai
dengan Mengintegrasikan Konsep Transit Oriented Development (TOD). Tugas Akhir.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Bertolini, Luca; Curtis, Carey; Renne, John L. (2009). Introduction dalam Curtis, Carey; Renne,
John L.; Bertolini, Luca ed. Transit Oriented Development. Making It Happen. England:
Ashgate e-book
Breakthrough Technologies Institute (2008). Bus Rapid Transit and Transit Oriented
Development: Case Studies on Transit Oriented Development Around Bus Rapid Transit
Systems in North America and Australia
Bukowski, B. dkk. (2013). A Comparative Study of Transit-Oriented Developments in Hong Kong.
Hong Kong : Institute of Education Hong Kong.
Cervero, Robert dkk. (2004). Transit-Oriented Development in The United States: Experiences,
Challanges, and Prospects. TCRP Report 102. Washington: Transportation Research
Board.
Cervero, Robert (2009). Public Transport and Sustainable Urbanism: Global Lessons dalam
Curtis, Carey; Renne, John L.; Bertolini, Luca ed. Transit Oriented Development. Making
It Happen. England: Ashgate e-book
Cervero, R., dan Murakami, J. (2009). Rail and Property Development in Hong Kong: Experiences
and Extensions. Urban Studies, 46(10), 2019-2043.
Cho-Yam, J. L. (2010). Public transport and job-seeking range of the poor in older urban districts
in Hong Kong. Habitat International, 34(4), 406-413.
Curtis, C., Renne, J.L., dkk. (2009). Transit-oriented development: Making it Happen. Burlington:
Ashgate.
Direktorat Pemanfaatan Ruang, Direktorat Jenderal Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (2018). Kebijakan Pengembangan Kawasan Transit
Oriented Development. Bahan Tayangan: Diskusi Panel Tantangan Implementasi
Kebijakan dan Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development. Universitas
Tarumanegara.
Dittmar, H., dan G. Ohland (2004). The New Transit Town Best Practice in Transit- Oriented
Development. Wasingthon, DC: Island Press.
Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli (2012). Penerapan Konsep TOD dalam Penataan Struktur
Ruang Kota Surabaya. Surabaya: LPPM - ITS.
27
Hong Kong Institute of Education (HKIEd) (2010). Module 12 Transport. Sustainable
Development in Hong Kong: Concepts, Contexts and Challenges. Retrieved March 25,
2011, from http://www.ied.edu.hk/sdhk/wp/.
Institute for Transportation and Development Policy (2017). TOD Standard. Retrieved from New
York???
Isa, Muhammad Hidayat (2014). Arahan Pengembangan Kawasan Transit Berbasis Transit
Oriented Development (TOD) dalam Mendorong Penggunaan Kereta Komuter Koridor
Surabaya-Sidoarjo. Surabaya: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS.
Kemenko Perekonomian RI dan ADB (2021). Inovasi Pembiayaan Infrastruktur melalui
Pemanfaatan Nilai di Indonesia.
Lin, J.J dan C.C. Gau (2006). A TOD Planning Model to Review the Regulation of Allowable
Development Densities Around Subway Stations. Land Use Policy, Vol. 23, hal. 353-360.
Loo, B. P. Y. (2007). The role of paratransit: some reflections based on the experience of residents'
coach services in Hong Kong. Transportation, 34(4), 471-486.
Loo, Becy P.Y, Cynthia Chen, Eric T.H. Chan (2010). Rail-Based Transit-Oriented Development:
Lessons from New York City and Hongkong. Landscape and Urban Planning, Vol. 97, hal.
202-212.
Mungkasa, Oswar (2012). Pembangunan Perumahan pada Penerapan Model ‘Compact City’ di
DKI Jakarta. Jakarta: Buletin Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas.
Newman, Peter (2009). Planning for Transit Oriented Development: Strategis Principles dalam
Curtis, Carey; Renne, John L.; Bertolini, Luca ed. Transit Oriented Development. Making
It Happen. England: Ashgate e-book.
Ozbil, Ayse (2012). The Effects on Urban Form on Walking to Transit. Proceedings: Eighth
International Space Syntax Symposium. Paper Ref # 8030. Santiago deChile: PUC.
Shoup, Lilly (2008). Ridership and Development Density: Evidence from Washington, D.C..
Washington, D.C: University of Maryland.
Sung, Hyungun and Ju-Taek Oh (2011). Transit-oriented Development in a High-density City:
Identifying its Association with Transit Ridership in Seoul, Korea. Cities, Vol. 28, hal. 70–
82.
Tang, S. B., & Lo, H. K. (2010). On the Financial Viability of Mass Transit Development: The
Case of Hong Kong. Transportation, 37(2), 299-316
Tang, BS., dkk. (2004). Study of the Integrated Rail-Property Development Model in Hongkong.
Hongkong: Research Centre for Construiction and Real Estate Economics, Department of
Building and Real Estate, Faculty of Construction and Land Use, The Hongkong
Polytechnic University.
Transit Cooperative Research Program (TCRP) (2004). Transit-Oriented Development United
States: Experience, Challenges and Prospects. Transportation Reseacrh Board of The
National Academy.
28
Purwitaningsih, Santika (2015). Review Konsep Pembangunan Kota : Compact City. Surabaya:
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS.
Wadhwa, L. C. (2000). Sustainable Transport: The Key to Sustainable Cities. In The Sustainable
Cities—Urban Regeneration and Sustainability, edited by C. A.

More Related Content

What's hot

Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangPenataan Ruang
 
Kota depok dalam angka 2020, penyediaan data untuk perencanaan pembangunan
Kota depok dalam angka 2020, penyediaan data untuk perencanaan pembangunanKota depok dalam angka 2020, penyediaan data untuk perencanaan pembangunan
Kota depok dalam angka 2020, penyediaan data untuk perencanaan pembangunanZakiah dr
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangArief Budiman
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGDadang Solihin
 
Penyusunan Rencana Induk Pemajuan IPTEK yang Inklusif
Penyusunan Rencana Induk Pemajuan IPTEK yang InklusifPenyusunan Rencana Induk Pemajuan IPTEK yang Inklusif
Penyusunan Rencana Induk Pemajuan IPTEK yang InklusifTri Widodo W. UTOMO
 
ppt Teori Pembangunan.pptx
ppt Teori Pembangunan.pptxppt Teori Pembangunan.pptx
ppt Teori Pembangunan.pptxnurannisasuci
 
Strategi pembangunan pertahanan & keamanan untuk menegakkan kedaulatan na...
Strategi pembangunan pertahanan & keamanan untuk menegakkan kedaulatan na...Strategi pembangunan pertahanan & keamanan untuk menegakkan kedaulatan na...
Strategi pembangunan pertahanan & keamanan untuk menegakkan kedaulatan na...Azlan Abdurrahman
 
Analisis Kebutuhan Masyarakat
Analisis Kebutuhan Masyarakat Analisis Kebutuhan Masyarakat
Analisis Kebutuhan Masyarakat Siti Sahati
 
Losari sebagai waterfront city
Losari sebagai waterfront cityLosari sebagai waterfront city
Losari sebagai waterfront cityFuad Ramadhan
 
Bab i Rancang Kota
Bab i Rancang KotaBab i Rancang Kota
Bab i Rancang KotaLatifah Tio
 
Permasalahan perkotaan ppt
Permasalahan perkotaan pptPermasalahan perkotaan ppt
Permasalahan perkotaan ppt1001414
 
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Joy Irman
 
Propil kawasan kumuh makassar
Propil kawasan kumuh makassarPropil kawasan kumuh makassar
Propil kawasan kumuh makassarArham Bahar
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPenataan Ruang
 
Blue Print Pembangunan Ekonomi Provinsi Lampung dalam Perspektif Nasional
Blue Print Pembangunan Ekonomi Provinsi Lampung dalam Perspektif Nasional Blue Print Pembangunan Ekonomi Provinsi Lampung dalam Perspektif Nasional
Blue Print Pembangunan Ekonomi Provinsi Lampung dalam Perspektif Nasional Dadang Solihin
 
Kemacetan di kota makassar
Kemacetan di kota makassarKemacetan di kota makassar
Kemacetan di kota makassarAmri Syam
 

What's hot (20)

Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
 
Kota depok dalam angka 2020, penyediaan data untuk perencanaan pembangunan
Kota depok dalam angka 2020, penyediaan data untuk perencanaan pembangunanKota depok dalam angka 2020, penyediaan data untuk perencanaan pembangunan
Kota depok dalam angka 2020, penyediaan data untuk perencanaan pembangunan
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
 
Penyusunan Rencana Induk Pemajuan IPTEK yang Inklusif
Penyusunan Rencana Induk Pemajuan IPTEK yang InklusifPenyusunan Rencana Induk Pemajuan IPTEK yang Inklusif
Penyusunan Rencana Induk Pemajuan IPTEK yang Inklusif
 
ppt Teori Pembangunan.pptx
ppt Teori Pembangunan.pptxppt Teori Pembangunan.pptx
ppt Teori Pembangunan.pptx
 
Morfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kotaMorfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kota
 
Strategi pembangunan pertahanan & keamanan untuk menegakkan kedaulatan na...
Strategi pembangunan pertahanan & keamanan untuk menegakkan kedaulatan na...Strategi pembangunan pertahanan & keamanan untuk menegakkan kedaulatan na...
Strategi pembangunan pertahanan & keamanan untuk menegakkan kedaulatan na...
 
Pemetaan digital
Pemetaan digital Pemetaan digital
Pemetaan digital
 
Analisis Kebutuhan Masyarakat
Analisis Kebutuhan Masyarakat Analisis Kebutuhan Masyarakat
Analisis Kebutuhan Masyarakat
 
Losari sebagai waterfront city
Losari sebagai waterfront cityLosari sebagai waterfront city
Losari sebagai waterfront city
 
Bab i Rancang Kota
Bab i Rancang KotaBab i Rancang Kota
Bab i Rancang Kota
 
Permasalahan perkotaan ppt
Permasalahan perkotaan pptPermasalahan perkotaan ppt
Permasalahan perkotaan ppt
 
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
 
Propil kawasan kumuh makassar
Propil kawasan kumuh makassarPropil kawasan kumuh makassar
Propil kawasan kumuh makassar
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
 
Blue Print Pembangunan Ekonomi Provinsi Lampung dalam Perspektif Nasional
Blue Print Pembangunan Ekonomi Provinsi Lampung dalam Perspektif Nasional Blue Print Pembangunan Ekonomi Provinsi Lampung dalam Perspektif Nasional
Blue Print Pembangunan Ekonomi Provinsi Lampung dalam Perspektif Nasional
 
Kemacetan di kota makassar
Kemacetan di kota makassarKemacetan di kota makassar
Kemacetan di kota makassar
 
Struktur ruang
Struktur ruangStruktur ruang
Struktur ruang
 

Similar to Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara

Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda StrategisMewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategisoswarmungkasa1
 
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota MancanegaraMewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegaraoswarmungkasa1
 
2833 6477-1-sm
2833 6477-1-sm2833 6477-1-sm
2833 6477-1-smdniel6
 
makalah P3 KOTA RONALD.docx
makalah P3 KOTA RONALD.docxmakalah P3 KOTA RONALD.docx
makalah P3 KOTA RONALD.docxIpangkAkp
 
makalah P3 KOTA.docx
makalah P3 KOTA.docxmakalah P3 KOTA.docx
makalah P3 KOTA.docxIpangkAkp
 
Emil Dardak, mengusung Urban Civic Movement
Emil Dardak, mengusung Urban Civic Movement Emil Dardak, mengusung Urban Civic Movement
Emil Dardak, mengusung Urban Civic Movement kakatomi
 
Emil dardak, doktor ekonomi pembangunan termuda
Emil dardak, doktor ekonomi pembangunan termudaEmil dardak, doktor ekonomi pembangunan termuda
Emil dardak, doktor ekonomi pembangunan termudaprita adhanti
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaLatifah Tio
 
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)nikenpraw
 
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaMateri Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaFitri Indra Wardhono
 
11 39-1-pb
11 39-1-pb11 39-1-pb
11 39-1-pbdniel6
 
Mrt sebagai solusi kemacetan jakarta
Mrt sebagai solusi kemacetan jakartaMrt sebagai solusi kemacetan jakarta
Mrt sebagai solusi kemacetan jakartaDimas Adi Putra
 
MRT sebagai solusi kemacetan jakarta (dimas bayu)
MRT sebagai solusi kemacetan jakarta (dimas bayu)MRT sebagai solusi kemacetan jakarta (dimas bayu)
MRT sebagai solusi kemacetan jakarta (dimas bayu)afifsalim12
 
Penerapan Konsep Kota Kompak pada Ibu Kota Negara Nusantara 030422 FINAL.pdf
Penerapan Konsep Kota Kompak pada Ibu Kota Negara Nusantara 030422 FINAL.pdfPenerapan Konsep Kota Kompak pada Ibu Kota Negara Nusantara 030422 FINAL.pdf
Penerapan Konsep Kota Kompak pada Ibu Kota Negara Nusantara 030422 FINAL.pdfoswarmungkasa1
 
Review e book transforming city governments for successful smart cities
Review e book transforming city governments for successful smart cities Review e book transforming city governments for successful smart cities
Review e book transforming city governments for successful smart cities Elisa Lumintang
 
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan PembelajaranPengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaranoswarmungkasa1
 
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptxAKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptxnurrahmanHakim2
 

Similar to Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara (20)

Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda StrategisMewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
 
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota MancanegaraMewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
 
2833 6477-1-sm
2833 6477-1-sm2833 6477-1-sm
2833 6477-1-sm
 
makalah P3 KOTA RONALD.docx
makalah P3 KOTA RONALD.docxmakalah P3 KOTA RONALD.docx
makalah P3 KOTA RONALD.docx
 
makalah P3 KOTA.docx
makalah P3 KOTA.docxmakalah P3 KOTA.docx
makalah P3 KOTA.docx
 
Emil Dardak, mengusung Urban Civic Movement
Emil Dardak, mengusung Urban Civic Movement Emil Dardak, mengusung Urban Civic Movement
Emil Dardak, mengusung Urban Civic Movement
 
Emil dardak, doktor ekonomi pembangunan termuda
Emil dardak, doktor ekonomi pembangunan termudaEmil dardak, doktor ekonomi pembangunan termuda
Emil dardak, doktor ekonomi pembangunan termuda
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang Kota
 
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
Laporan Lokalatih Forum Komunitas Hijau (Green Community Forum Workshop Report)
 
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaMateri Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
 
11 39-1-pb
11 39-1-pb11 39-1-pb
11 39-1-pb
 
Mrt sebagai solusi kemacetan jakarta
Mrt sebagai solusi kemacetan jakartaMrt sebagai solusi kemacetan jakarta
Mrt sebagai solusi kemacetan jakarta
 
MRT sebagai solusi kemacetan jakarta (dimas bayu)
MRT sebagai solusi kemacetan jakarta (dimas bayu)MRT sebagai solusi kemacetan jakarta (dimas bayu)
MRT sebagai solusi kemacetan jakarta (dimas bayu)
 
perencaan
perencaanperencaan
perencaan
 
adi
adiadi
adi
 
Penerapan Konsep Kota Kompak pada Ibu Kota Negara Nusantara 030422 FINAL.pdf
Penerapan Konsep Kota Kompak pada Ibu Kota Negara Nusantara 030422 FINAL.pdfPenerapan Konsep Kota Kompak pada Ibu Kota Negara Nusantara 030422 FINAL.pdf
Penerapan Konsep Kota Kompak pada Ibu Kota Negara Nusantara 030422 FINAL.pdf
 
Review e book transforming city governments for successful smart cities
Review e book transforming city governments for successful smart cities Review e book transforming city governments for successful smart cities
Review e book transforming city governments for successful smart cities
 
Resume sg 1 16612271
Resume sg 1 16612271Resume sg 1 16612271
Resume sg 1 16612271
 
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan PembelajaranPengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
 
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptxAKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
 

More from oswarmungkasa1

Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...oswarmungkasa1
 
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...oswarmungkasa1
 
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...oswarmungkasa1
 
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...oswarmungkasa1
 
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...oswarmungkasa1
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...oswarmungkasa1
 
Sekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola KolaboratifSekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola Kolaboratifoswarmungkasa1
 
Tata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola KolaboratifTata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola Kolaboratifoswarmungkasa1
 
Rencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi KolaboratifRencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi Kolaboratifoswarmungkasa1
 
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...oswarmungkasa1
 
Jakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient CityJakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient Cityoswarmungkasa1
 
Collaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient JakartaCollaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient Jakartaoswarmungkasa1
 
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus JakartaGreen Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakartaoswarmungkasa1
 
Kode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan
Kode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan PenerapanKode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan
Kode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapanoswarmungkasa1
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan PublikTata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publikoswarmungkasa1
 
Pendayagunaan Sertifikat Kepemilikan Bangunan dan Gedung Sarusun dalam Penyed...
Pendayagunaan Sertifikat Kepemilikan Bangunan dan Gedung Sarusun dalam Penyed...Pendayagunaan Sertifikat Kepemilikan Bangunan dan Gedung Sarusun dalam Penyed...
Pendayagunaan Sertifikat Kepemilikan Bangunan dan Gedung Sarusun dalam Penyed...oswarmungkasa1
 
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...oswarmungkasa1
 

More from oswarmungkasa1 (20)

Perencanaan Skenario
Perencanaan SkenarioPerencanaan Skenario
Perencanaan Skenario
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
 
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
 
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
 
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Sekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola KolaboratifSekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola Kolaboratif
 
Tata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola KolaboratifTata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola Kolaboratif
 
Rencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi KolaboratifRencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi Kolaboratif
 
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Ma...
 
Jakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient CityJakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient City
 
Collaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient JakartaCollaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient Jakarta
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
 
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus JakartaGreen Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
 
Kode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan
Kode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan PenerapanKode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan
Kode Etik Perencana. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan PublikTata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
 
Pendayagunaan Sertifikat Kepemilikan Bangunan dan Gedung Sarusun dalam Penyed...
Pendayagunaan Sertifikat Kepemilikan Bangunan dan Gedung Sarusun dalam Penyed...Pendayagunaan Sertifikat Kepemilikan Bangunan dan Gedung Sarusun dalam Penyed...
Pendayagunaan Sertifikat Kepemilikan Bangunan dan Gedung Sarusun dalam Penyed...
 
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pesepeda dan pejalan kaki. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 

Recently uploaded

RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxyovi2305
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfHeru Syah Putra
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...iman333159
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 

Recently uploaded (14)

RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 

Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara

  • 1. Mewujudkan Transit Oriented Development (TOD) di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara Oswar Mungkasa April 2023
  • 2. ii It doesn’t matter whether the trasnsit or the development comes first. The end outcome of a thriving, sustainable TOD community is what matters tidak masalah apakah transit atau pembangunan yang didahulukan. komunitas TOD yang berkelanjutan adalah yang terpenting Fabiola Macintyre
  • 3. iii Sapa dari penulis Terima kasih sudah mengunduh, menyimpan, membaca, mendistribusikan bahkan turut menyampaikan langsung isi makalah panjang ini. Semoga bermanfaat dan memberi pencerahan bagi kita semua demi almamater,bangsa dannegara Sedikit tentang Penulis Lahir lebih dari 59 tahun yang lalu di Makassar berlatar belakang pendidikan perencanaan kota dan wilayah (S1, ITB dan S2, GSPIA University of Pittsburgh USA) dan ekonomi publik (S3, UI). bekerja sepanjang hampir 40 tahun dimulai sejak mahasiswa sebagai konsultan berbagai perusahaan konsultan perencanaan kota dan wilayah, dilanjutkan sebentar sebagai peneliti pada pusat penelitian, selanjutnya menjadi pegawai sampai kepala cabang pembantu bank swasta nasional, akhirnya memilih menjadi PNS dengan karir awal pada lembaga perencanaan pembangunan nasional dan sempat menjabat sebagai Direktur Tata Ruang dan Pertanahan (Bappenas), berpindah sebentar ke kementerian teknis sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran (Kementerian Perumahan Rakyat), dan sempat meniti karir pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Saat ini penulis menjadi fungsional perencana utama (PAU) Kementerian PPN/Bappenas. Selain juga menjadi pengurus beberapa organisasi kemasyarakatan yaitu Housing and Urban Development Institute (HUD Institute), Dana Mitra Lingkungan (DML), Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Jejaring AMPL), Hands for Help Portofolio penulis dapat dilihat pada https://www.academia.edu/oswarmungkasa https://www.researchgate.net/profile/Oswar-Mungkasa email : oswar.mungkasa63@gmail.com
  • 4. i DAFTAR ISI halaman Daftar Isi ………………………………………………………………………………... i Daftar Tabel ……………………………………………………………………………. ii Daftar Gambar …………………………………………………………………………. ii Daftar Singkatan ……………………………………………………………………….. iii BAB I Latar Belakang ……..……………………………………………..……….... 1 BAB II Pembangunan Berorientasi Transit/Transit Oriented Development (TOD). Konsep Dasar ………………………………………………………. 4 2.1 Latar Belakang dan Sejarah TOD ……………………………………… 4 2.2 Pemahaman Dasar ……………………………………………………... 5 2.3 Maksud Pengembangan TOD ………………………………………….. 5 2.4 Prinsip TOD ……………………………………………………………. 7 2.5 Strategi Implementasi ………………………………………………….. 10 BAB III Daftar Rujukan …………………………………………………………………………… 20 Daftar Tabel halaman
  • 5. ii Tabel 1 Kategori Jalan Berbayar ..…………………………….…………………..…. 7 Tabel 2 Dampak Penerapan ERP Singapura ………………………………………… 10 Daftar Gambar halaman Gambar 1 Manfaat Penyelenggaraan Jalan Berbayar (ERP) ……..……………….…… 6
  • 6. iii Daftar Singkatan 5 D dencity (kepadatan), divercity (keragaman), design (desain), destination (tujuan), dan distance (jarak) BRT Bus Rapid Transit BUMD Badan Usaha Milik Negara BUMN Badan Usaha Milik Daerah ERP Electronic Road Price HKIed The Hong Kong Institute of Education ITDP Institute for Transportation and Development Policy KCR Kowlon-Canton Railway KDB Koefisien Dasar Bangunan KLB Koefisien Lantai Bangunan LRT Light Rail Transit MRT Mass Rapid Transit NFB Non Fare Box PZ Peraturan Zoning RDTR Rencana Detail Tata Ruang RTH Ruang Terbuka Hijau SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah TOD Transit Oriented Development
  • 7. 1 BAB I Pendahuluan Pertambahan penduduk perkotaan yang demikian cepat berdampak pada peningkatan kebutuhan ruang kota yang tidak dapat terpenuhi oleh karena keterbatasan lahan, yang berakibat pada meningkatnya harga tanah dan rumah sehingga tidak terjangkau oleh penduduk kota khususnya golongan menengah ke bawah. Selain itu, tingkat kenyamanan kota juga memburuk dengan terjadinya kemacetan, polusi, termasuk meningkatnya tingkat kejahatan. Kondisi ini mendorong terjadinya perpindahan penduduk ke arah pinggiran kota, yang dikenal dengan sebutan Urban Sprawl (perserakan kota). Perubahan ini biasanya berlangsung cepat dan tidak terencana sehingga berdampak negatif pada proses perkembangan kota (Mungkasa, 2012). Para ahli perkotaan dunia menyadari terjadinya fenomena perserakan kota dengan berbagai dampak negatifnya, kemudian memperkenalkan model compact city (Kota Kompak) sebagai upaya mengatasi munculnya fenomena perserakan kota tersebut. Istilah Compact City diperkenalkan pada tahun 1973 oleh George Dantzig and Thomas L yang merupakan matematikawan utopis. Konsep Kota Kompak sendiri pada dasarnya merupakan upaya mengurangi terjadinya pergerakan penduduk atau bangkitan lalu lintas (trip generation) sehingga kemacetan lalu lintas dengan berbagai rangkaian dampaknya dapat dikurangi. Upaya ini dinyatakan dalam bentuk pengembangan node (titik pertumbuhan) yang berupa suatu kawasan pertumbuhan berkepadatan tinggi, guna lahan beragam (mixed used), dan diikat dengan titik transit transportasi publik setidaknya dua moda angkutan. Kawasan ini yang kemudian dikenal sebagai Transit Oriented Development (TOD) atau Pengembangan Berorientasi Transit. Metropolitan Indonesia yang juga telah mengalami kemacetan parah mulai menerapkan konsep TOD dimulai dengan kota Jakarta yang saat ini sedang dalam tahap awal pengembangan TOD. Indonesia sendiri belum mempunyai pengalaman membangun TOD sehingga pembelajaran negara lain menjadi salah satu acuan dalam pengembangan TOD. Hasil telaahan berupa catatan penting pembelajaran yang dapat dikenali diantaranya, berbeda dengan yang selama ini dipahami bahwa aspek teknis yang utama, ternyata bahwa tata kelola kolaboratif menjadi suatu keniscayaan yang mengedepankan kolaborasi diantara pemangku kepentingan baik pemerintah, swasta (pengembang dan/atau investor), dan masyarakat. Keputusan
  • 8. 2 merupakan hasil konsensus pemangku kepentingan. Keberadaan forum pemangku kepentingan menjadi bagian dari upaya mempermudah kolaborasi pemangku kepentingan. Selain itu, rencana pengembangan TOD seyogyanya merupakan bagian dari rencana pembangunan pemerintah agar memperoleh dukungan baik swasta maupun masyarakat. Ketersediaan dana pembangunan sebaiknya tidak hanya berasal dari sumber pemerintah tetapi juga merupakan gabungan pemerintah dan nonpemerintah, baik swasta maupun masyarakat, sehingga pilihan pembiayaan alternatif menjadi penting. Berangkat dari kenyataan banyaknya pembelajaran pengembangan TOD yang ternyata berbeda, telaahan ini pada dasarnya bermaksud melengkapi hasil telaahan terdahulu terkait pengembangan TOD agar semakin banyak pilihan kebijakan yang dapat diambil.
  • 9. 3 BAB II Pembangunan Berorientasi Transit/Transit Oriented Development (TOD) Konsep Dasar 2.1 Latar Belakang dan Sejarah TOD Pada dasarnya konsep Transit Oriented Development (TOD) tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari konsep pembangunan kota yang diperkenalkan oleh para perencana kota untuk mewujudkan sebuah kota yang sebagaimana seharusnya. TOD dipertimbangkan sebagai salah satu bentuk pembangunan kota yang berkelanjutan dan telah dipraktekkan di banyak kota di dunia dalam upaya mengurangi dominasi penggunaan kendaraan pribadi dan mempromosikan pola permukiman yang mumpuni dalam mengusung pergerakan berbasis transit. TOD menjanjikan adanya vitalitas dan pembangunan di sekitar titik-titik transit atau simpul transportasi dengan menciptakan lingkungan yang ramah bagi pejalan kaki (pedestrian friendly), penggunaan lahan bercampur, dan keterhubungan yang baik dengan titik transit. Namun kemudian, para perencana kota mempunyai pandangan beragam terkait sejarah terwujudnya konsep TOD. Sebagian berpendapat konsep TOD merupakan bagian dari konsep Smart Growth City yang mengusung penggunaan lahan bercampur (mix used) dan kota kompak (sistem kegiatan) di sekitar titik transit angkutan umum massal (sistem jaringan) untuk mempengaruhi perilaku perjalanannya (sistem pergerakan). Sementara sebagian berpendapat bahwa TOD berkembang dari konsep yang pada awal kemunculannya merupakan reaksi atas fenomena urban sprawl (perembetan kota ke pinggiran) di Amerika diikuti dengan tingginya ketergantungan penduduk terhadap penggunaan jalan raya dan kendaraan pribadi (automobile) (Curtis, 2009). Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, pengembangan kota diarahkan pada titik-titik transit. Konsep ini meninjau titik-titik transit tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, namun titik-titik transit tersebut dapat sekaligus berfungsi sebagai sebuah tempat berlangsungnya aktivitas perkotaan (pusat permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan sebagainya). Di lain pihak, mempertimbangkan kesamaan karakteristiknya, maka banyak para ahli yang kemudian berpendapat bahwa TOD merupakan bagian dari konsep Kota Kompak (compact city).
  • 10. 4 Pada awal perkembangannya, TOD diterapkan pada beberapa kota-kota di Amerika seperti San Francisco dan Atlanta. Selanjutnya konsep ini diadopsi di Eropa, dan kemudian mulai menginspirasi metode perencanaan kota di beberapa kota Asia (Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Jepang, dan Singapura). Setelah pertama kali dikenalkan dan dikembangkan di Amerika Serikat, TOD telah menarik perhatian sebagai alat untuk mempromosikan konsep smart growth, meningkatkan daya saing perekonomian, dan mampu mengantarkan perubahan pada permintaan pasar dan gaya hidup. Memfokuskan pertumbuhan di sekitar stasiun transit dapat meningkatkan investasi publik yang tinggi sehingga dapat memproduksi keuntungan yang baik untuk perekonomian setempat maupun wilayah. 2.2 Pengertian Dasar Secara umum, tidak tersedia definisi baku terkait Transit Oriented Development (TOD) atau Pembangunan Berorientasi Transit, namun terdapat beberapa definisi yang dapat dijadikan rujukan diantaranya (i) Indonesian Urban Transport Insititute (2016) mendefinisikan TOD sebagai sebuah konsep pengembangan/pembangunan suatu kawasan yang bersifat mix-use dan kompak (compact) yang berada dalam jangkauan jarak berjalan kaki dari titik layanan angkutan masal dan pusat kawasan komersil (Arum, 2018) (ii) Institute for Transportation and Development Policy (2017) menjelaskan TOD sebagai lokasi perkotaan terpadu yang dirancang untuk menyatukan orang-kegiatan-bangunan- ruang publik melalui kemudahan keterhubungan dengan berjalan kaki di antara mereka dan berada dekat layanan transit yang terhubung dengan seluruh kota. Hal ini menunjukkan tersedianya akses bagi semua pihak ke seluruh bagian kota dan menggunakan gabungan beragam moda yang sehat dan efisien, dengan biaya terjangkau berikut ramah lingkungan dan dengan tingkat kebertahanan tinggi terhadap gangguan. TOD inklusif merupakan pijakan dasar bagi keberlanjutan jangka panjang, kesetaraan, kesejahteraan yang merata dan kedamaian masyarakat dalam sebuah kota (Arum, 2018). 2.3 Maksud Pengembangan TOD Pada dasarnya TOD bertujuan untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor/ kendaraan pribadi dengan meningkatkan penggunaan transportasi umum (moda transit) dan moda
  • 11. 5 tidak bermotor untuk menciptakan lingkungan yang layak huni. Selain itu, TOD juga bertujuan untuk mengurangi kemacetan dan perembetan wilayah dan memberikan berbagai macam pilihan perumahan di sekitar kawasan transit yang pada akhirnya dapat dicapai hasil berupa pembangunan yang sukses, penggunaan moda transit yang meningkat, dan terciptanya lingkungan permukiman yang layak huni. Lebih spesifik, selain meningkatkan penggunaan moda transit, TOD juga bertujuan untuk mendorong pembangunan dengan penggunaan lahan bercampur, memacu pertumbuhan kota yang kompak dan padat, menciptakan lingkungan yang lengkap, atraktif, dan bergeliat, dan meningkatkan nilai properti. 2.4 Manfaat TOD Konsep TOD memberikan magnet tersendiri kepada berbagai pihak karena pengembangan kawasan TOD telah berhasil meningkatkan penggunaan ruang kota dengan ruang publik dan ruang hijau yang sangat baik. Terbukti dengan data yang ditunjukkan oleh UN-Habitat City Prosperity Index tahun 2015 bahwa Copenhagen dan Stockholm yang menerapkan konsep TOD dalam tata kotanya menempati peringkat teratas Indeks Kota Sejahtera. Manfaat langsung dari TOD adalah bertambahnya jumlah pengguna angkutan umum dan meningkatnya pendapatan sektor transportasi. Berbagai penelitian membuktikan bahwa masyarakat yang bertempat tinggal dekat dengan stasiun transit memiliki intensitas lima hingga enam kali lebih sering berkendara via transit daripada masyarakat lainnya. Manfaat lainnya adalah meningkatnya kualitas lingkungan, tersedianya rumah layak dan terjangkau, dan meningkatnya pendapatan pemilik atau penyewa properti dan pemilik usaha dekat dengan titik transit. Menurut Reconnecting Amerika (2009), TOD berdampak pada penghematan waktu dan biaya. Berdasar biaya pengeluaran yang dapat lebih di tekan tanpa penggunaan kendaraan pribadi dan kemudahan berbagai sistem pembelian tiket perjalanan menggunakan transportasi publik sehari-hari. Sedangkan dari segi penghematan waktu, akses lebih mudah dan lebih pasti yang mengurangi keterlambatan dan waktu menunggu yang berkurang. Salat dan Olliver (2017) menjelaskan bahwa TOD memberikan keuntungan dalam mengurangi emisi gas karbon dan meningkatkan ketangguhan terhadap bencana alam. Kedua hal tersebut dapat terjadi karena rasio pengguna kendaraan bermotor akan lebih sedikit dibanding pejalan kaki sehingga akses lebih mudah dan membentuk sebuah kebiasaan baik. Selain itu, ketangguhan terhadap bencana alam akan meningkat karena pemilihan lokasi berada di tempat
  • 12. 6 yang tingkat risiko bencananya rendah dan konektivitas yang mudah sehingga juga akan memudahkan proses evakuasi dalam keadaan darurat (Arum, 2018). 2.5 Prinsip – Prinsip TOD Prinsip-prinsip TOD terdiri dari berbagai aspek yang akan menjadi tolok ukur pengembangan konsep TOD. Salah satu prinsip pengembangan TOD diperkenalkan oleh Institute for Transportation and Development Policy (2017) sebagai berikut: 1. Walk/berjalan kaki merupakan ciri utama dari kawasan TOD sehingga keterhubungan antarlokasi diniscayakan dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Hal penting yang perlu diperhatikan pada prinsip berjalan kaki ini antara lain jalur pejalan kaki yang aman dan mudah di akses oleh semua masyarakat, ruang pejalan kaki merupakan ruang yang hidup dan memiliki iklim mikro yang nyaman sehingga membuat seluruh masyarakat senang berjalan kaki. 2. Cycle yang ditandai dengan pemberian prioritas bagi kendaraan tidak bermotor untuk mewujudkan kawasan TOD yang bebas polusi, terjangkau, menyehatkan dan inklusif. Ramah bagi pesepeda dapat diindikasikan dengan dua hal yaitu jalur sepeda yang aman dan lengkap fasilitasnya serta keberadaan lokasi parkir sepeda yang aman terutama di titik transit sehingga memudahkan pesepeda untuk menuju tempat tujuan. 3. Connect/keterhubungan yang memudahkan sirkulasi jalan sehingga akses bagi pengguna kendaraan tidak bermotor untuk bergerak memiliki jarak yang pendek. Prinsip ini akan berhasil bila rute berjalan kaki dan bersepeda adalah rute yang lebih pendek dibandingkan menggunakan kendaraan bermotor. 4. Transit; transportasi publik yang sangat berkualitas diintegrasikan dengan berbagai ragam pemanfaatan ruang di sekitar titik transit. Titik transit ini dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki kurang lebih 500-1000 m (±20 menit) serta frekuensi ketersediaan bus lokal menuju titik transit berjarak kurang dari 5 km. 5. Mix/bercampur berupa penggunaan lahan campuran dan saling melengkapi sehingga kebutuhan dapat dipenuhi dengan cepat dan tepat. Prinsip ini fokus kepada kesempatan untuk mendapatkan pelayanan dalam radius berjalan kaki serta ketersediaan ruang publik yang aktif 24 jam. 6. Densify/densitas dalam kesatuan kawasan TOD perlu diperhatikan agar dapat terus mengakomodasi berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di dalam kawasan
  • 13. 7 yang luasannya tidak bertambah/terbatas. Densitas kawasan didukung dengan pengembangan kualitas infrastruktur yang baik. 7. Compact/kompak yang menunjukkan bahwa di dalam kawasan TOD semua kebutuhan dapat dengan mudah dipenuhi, berdekatan dan penataan ruang yang efisien. Kawasan di dalam skala yang lebih luas yaitu di skala perkotaan juga terintegrasi dengan sistem angkutan umum. 8. Shift/pergeseran dengan membentuk kawasan TOD melalui intervensi kebijakan parkir dan penggunaan jalan yang membatasi penggunaan kendaraan pribadi sehingga berdampak pada pemilihan moda tranportasi masyarakat yang juga akan berdampak pada kapasitas jalan (berkaitan dengan beban jalan) (Arum, 2018). Salat dan Ollivier (2017) mengemukakan prinsip 3V Framework yang terdiri dari 1. Node Value, dengan melihat seberapa penting jejaring yang terbentuk pada stasiun sebagai titik transit publik berdasar jumlah penumpang, volume lalulintas (traffic volume) serta pergantian modanya. 2. Place Value, menyangkut pada kualitas tempat transit yang didukung berbagai fasilitas, jalan yang saling terkoneksi dengan baik sehingga nyaman bagi pejalan kaki ataupun pengguna sepeda, akses yang mudah dijangkau dan lebih hidup dengan guna lahan yang bercampur (mixed-used). 3. Market Potential Value, merujuk pada potensi pasar yang selama ini tidak terlihat yang berada di area stasiun yang dapat membuka lapangan kerja baru sehingga menciptakan pasar yang lebih hidup (Arum, 2018). Prinsip pengembangan TOD lainnya dikemukakan oleh Ewing dan Cervero dalam Huang (2016), bahwa konsep TOD berhasil terbentuk ketika terwujud kawasan kompak yang dikembangkan berdasar pada prinsip 5D yang terdiri dari: 1. High Density, untuk meningkatkan pengguna fasilitas transit. 2. High Diversity, dengan banyaknya fungsi bangunan yang beragam, maka aksesibilitas dan pergerakan masyarakat akan meningkat. 3. Quality Design, memberikan kenyamanan dan keamanan pada berbagai aspek pengguna ruang TOD. 4. Walkable Distance, meningkatkan kemauan untuk berjalan kaki di kawasan tersebut sehingga penggunaan kendaraan pribadi dapat ditekan.
  • 14. 8 5. Accessible Destination, meningkatkan aksesibilitas dari ataupun menuju kawasan TOD dekat ataupun jauh (Arum, 2018). Selain itu, Black dkk. (2016) menjelaskan pengembangan kawasan TOD berdasar prinsip 5A yaitu: 1. Accessibility, memperbaiki akses bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda menuju titik transit. 2. Amenity, meningkatkan kualitas pusat permukiman (neighborhood Center), menghubungkan berbagai pelayanan perkotaan dan mengembangkan ruang publik yang mengakomodasi berbagai kondisi lingkungan. 3. Axis, memperbaiki koneksi untuk pergantian moda, memperkuat hubungan antara budaya lokal, ruang terbuka dan pusat kegiatan serta membuka peluang parkir untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi pada area T-Way. 4. Affordability, untuk meningkatkan tipe perumahan campuran (mix Housing), kemudahan dalam sistem tata kelola lingkungan yang sehat dan dapat diakses oleh semua masyarakat. 5. Ancestry, untuk meningkatkan aktivitas terutama aktifitas ruang terbuka (outdoor Activities) menggunakan pusat kegiatan, sebagai tanggapan dari karakter budaya komunitas setempat, serta meningkatkan keamanan dan kenyamanan pada kawasan tersebut (Arum, 2018). Di lain pihak, beberapa kota dalam merencanakan kawasan transit mengacu pada aspek 3D yaitu 1. kepadatan (density), yaitu kepadatan penduduk dan kepadatan penggunaan lahan. 2. keberagaman (diversity), yaitu keberagaman penggunaan lahan. Selain itu, kawasan TOD juga memiliki pilihan moda transportasi alternatif yang beragam seperti berjalan kaki, bersepeda, moda transit, angkutan umum, dan kendaraan pribadi. Tidak hanya itu, kawasan TOD juga memiliki demografi (mulai dari jenis pekerjaan, pendapatan, dan usia) dan segmentasi yang beragam seperti pilihan harga perumahan yang beragam. 3. desain (design), yaitu desain kawasan yang mendukung kenyamanan pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna moda transit dalam melakukan pergerakan. Sedangkan EMBARQ Mexico (2014) menekankan prinsip pengembangan TOD bagi komunitas perkotaan yaitu: 1. Kualitas titik transit publik, kedekatan jarak untuk menuju titik transit, akses yang mudah, begitu juga dengan titik transit yang viable disertai dengan berbagai infrastruktur pendukung.
  • 15. 9 2. Pergerakan kendaraan tidak bermotor, ruang yang tidak terputus dan terhubung dengan baik didukung dengan sarana prasarana yang baik. 4. Mixed-used dan efisiensi bangunan, didukung dengan fasilitas serta efisiensi ruang baik dari segi blok bangunan maupun ruang jalan bagi pejalan kaki. 5. Neighborhood centers dan ruang yang aktif, mengangkat potensi ekonomi lokal, menghidupkan pusat-pusat kegiatan di lingkungan neighborhood serta memperhitungkan transisi antara ruang publik dan ruang privat. 6. Ruang publik dan sumber daya alam, area hijau yang strategis, pengelolaan energi, air dan efisiensi pembuangan sampah, keterhubungan ruang publik yang menyangkut kehidupan masyarakat. 7. Keterlibatan komunitas dan indentitas, menyangkut pada hubungan yang baik antara masyarakat dan bagaimana identitas dari tempat tersebut dapat terkelola dengan baik. 2.6 Strategi Implementasi TOD telah menjadi fokus dari perencanaan kota. Peran pihak non pemerintah dalam pembangunan kota dan pendanaan TOD telah mengemuka. Namun terdapat banyak TOD yang telah gagal dalam pelaksanaannya walaupun peluang pendanaan telah tersedia. Terdapat 4 (empat) strategi yang dipercaya dapat memasilitasi pengembangan TOD, yang perlu terinternalisasi dalam rencana kota dan transportasi. Untuk itu, peninjauan (review) terhadap rencana kota dan transportasi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa: (i) kerangka perencanaan strategis yang menegaskan lokasi TOD disertai tingkat kepadatan dan guna lahan campuran (ii) kerangka perencanaan strategis yang menghubungkan pusat kegiatan dengan transit. (iii) Perencanaan yang didukung perundang-undangan yang mengharuskan pengembangan pusat kegiatan dengan kepadatan dan desain tertentu oleh institusi ditetapkan khusus. (iv) Mekanisme pembiayaan kerjasama pemerintah-swasta yang memungkinkan pengembangan atau revitalisasi TOD melalui keterhubungan transit dan pusat kegiatan yang dilayaninya.
  • 16. 10 BAB III Pembelajaran Mancanegara 3.1 Koridor Rosslyn-Ballston, Arlington, Virginia. Salah satu pembelajaran keberhasilan penerapan TOD di Amerika adalah pengembangan TOD di Koridor Rosslyn-Ballston, Arlington, Virginia. Berdasarkan hasil survei U.S Census Journey-toWork, setelah 30 tahun beroperasi, pada tahun 2000 sebanyak 47,2% penduduk di koridor tersebut menggunakan moda transit untuk bekerja. Sementara pada tahun 2002, berdasar laporan Manajer Pengembangan Properti dan Perumahan di koridor tersebut, tercatat sekitar 40- 60% penyewa apartemen di koridor tersebut memilih berjalan kaki menuju stasiun (titik transit) terdekat. Implementasi konsep TOD ini mampu menekan penggunaan kendaraan pribadi dan meningkatkan penggunaan kendaraan umum. Selain itu, keberadaan TOD berdampak pada meningkatnya nilai lahan akibat tingginya pembangunan properti perumahan, perkantoran, perdagangan dan jasa yang terbukti berhasil menyelamatkan kawasan tersebut dari penurunan perekonomian dan berkurangnya jumlah penduduk Pengembangan TOD bersifat inklusif, yang memungkinkan berbagai pihak seperti pemerintah daerah, pemerintah nasional, swasta selaku pengembang dan penanam modal, organisasi masyarakat bahkan komunitas masyarakat, untuk berkolaborasi. Banyaknya pihak yang terlibat tidak jarang menjadi penyebab terhambatnya pelaksanaan TOD. Namun dari pembelajaran keberhasilan, salah satu kunci kesuksesan adalah konsistensi dalam melibatkan berbagai pihak dalam pengembangan TOD dengan beragam cara seperti membentuk tim ad-hoc, dan forum pemangku kepentingan. 3.2 Model Pengembangan Terpadu Properti-Rel Kereta MRTC Hongkong1 The Census and Statistics Department menegaskan bahwa sekitar 68 persen pekerja di Hong Kong menggunakan baik MTR atau bus ke tempat kerja (Cho-Yam, 2010). Dibandingkan moda lain, sistem kereta transit memberikan layanan lebih cepat, lebih nyaman bagi penumpang. Namun yang terpenting adalah biayanya terjangkau oleh pekerja miskin (Cho-Yam, 2010). Pertumbuhan kereta rel di Hong Kong sebagian disebabkan fakor politis dan kondisi geografis. 1 Disarikan dari Bukowski dkk (2013). A Comparative Study of Transit-Oriented Developments in Hong Kong
  • 17. 11 Kawasan padat perkotaan bertumbuhan hingga mencapai kepadatan 265 orang per m2 (Cervero, 2009). Sekitar 40 persen dari luas Hong Kong berupa kawasan perdesaan yang tidak diperkenankan untuk dikembangkan (Loo, 2007). Meskipun begitu, penduduk Hong Kong tetap bertumbuh sehingga dibutuhkan sistem transportasi yang efisien. The Hong Kong Institute of Education (HKIed) menyatakan bahwa kereta rel transit adalah moda transportasi berkelanjutan bagi penduduk Hong Kong (HKIEd, 2010). Tetapi yang terpenting kereta rel merupakan moda transportassi yang terjangkau bagi masyarakat pekerja kelas bawah (Cho-Yam, 2010). Berdasar kondisi ini, TOD telah menunjukkan sebagai jawaban yang memungkinkan bagi sistem transportasi pada komunitas yang baru. Tingkat kepadatan yang tinggi menjadikan Hong Kong membutuhkan pengembangan berkelanjutan yang bermanfaat bagi penduduknya. Kualitas hidup penduduk dipengaruhi oleh jenis transportasi yang dipergunakan (Wadhwa, 2000). Penduduk Hong Kong telah berpindah ke lokasi berdekatan dengan stasiun kereta yang dibangun MTR berdasar pertimbangan lebih mudah menjangkau seluruh bagian kota. Pemerintah kemudian memperkenankan MTR membangun perumahan di atas stasiun dengan harga yang terjangkau (Cho-Yam, 2010). Sebagai tambahan, untuk menghindari dampak kemacetan pada kawasan padat perkotaan, lebih banyak jalur kereta transit dibangun yang menghubungkan antarstasiun transit. 3.2.1 Sejarah MTR MTR adalah salah satu perusahaan kereta terpenting di Hong Kong dan dunia. Perusahaan ini bermula sebagai penyedia sistem transportasi publik yang dimiliki oleh Hong Kong Investment, dan telah berkembang menjadi perusahaan swasta internasional yang mengendalikan hampir semua infrastruktur rel Hong Kong. MTR menjadi perusahaan swasta sejak Juni 2000 ketika pemerintah Hong Kong menjual 23 persen sahamnya ke perusahaan swasta. Pada 2 Desember 2007, MTR bergabung dengan Kowloon-Canton Railway (KCR) Corporation. KCR, yang juga dimiliki pemerintah, awalnya menolak bergabung namun kemudian dipaksa oleh pemerintah. Selanjutnya, nama MTR berubah menjadi Mass Transit Rail Corporation Limited, tetapi tetap disebut MTR. Setelah penggabungan, MTR mengendalikan 168 km rel dengan 85 stasiun, dengan jarak antarstasiun sekitar 2 km (Cervero, 2009). Keberadaan MTR mempunyai dampak nyata bagi penduduk, terbukti dari jumlah pengguna sehingga perubahan kebijakan akan berdampak nyata bagi kehidupan penduduk Hong Kong. Misalnya, perubahan harga karcis berdampak nyata bagi
  • 18. 12 pekerja kelas bawah. Antara tahun 1984 sampai 2004, peningkatan harga karcis dibatasi hanya maksimal 100 persen per 10 tahun (Tang, 2010). 3.2.2 Kaitan antara TOD dan Tingkat Penggunaan Kereta Pada tahun 2006, Lund menyelenggarakan survei TOD di California. Hasilnya menunjukkan bahwa penduduk yang dekat stasiun transit 40 kali lebih mungkin menggunakan kereta dan secara umum penduduk bertempat tinggal di kawasan TOD lebih banyak menggunakan kereta dibanding penduduk di luar kawasan TOD. Sebuah studi TOD di Hongkong menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan kereta transit berasal dari kawasan TOD dengan permukiman padat berskala besar (Loo, 2010). Keberadaan permukiman menjadi penentu keberhasilan TOD dari sisi keuangan. Model Pengembangan Terpadu Properti-Rel Kereta (integrated rail-property development model) merupakan sebuah pendekatan unik milik MRT Corporation dalam menangani keterkaitan antara rel kereta dan pengembangan lahan. Ini bukan hanya keterpaduan pengembangan rel kereta dan properti di atas stasiun, yang sebenarnya hanya sebagian outcome dari model. Model Pengembangan Terpadu Properti-Rel Kereta mempunyai 4 (empat) prinsip yaitu: a. Kebijakan. Kebijakan pemerintah yang mendukung dalam bentuk penyerahan lahan ke MTRC dan komitmen pemerintah menjadikan kereta sebagai moda utama angkutan umum. b. Proses. Prosedur perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian yang baik, serta proses pembangunan yang efektif yang memadukan antara kereta dan properti sejak awal hingga akhir tahapan pembangunan. c. Project. Pembangunan kawasan berkualitas tinggi yang berkepadatan tinggi, berkeragaman pemanfaatan ruang dan berdesain menarik dan terpadu dengan fasilitas kereta di lokasi dan saat yang tepat. d. Organisasi. Perusahaan pengelola yang berpengalaman dan efisien yang berkomitmen menyediakan layanan kereta berkelas dunia dan membangun kawasan properti berkualitas terbaik dalam rangka meningkatkan kualitas hidup seluruh kota. Keterpaduan pembangunan kereta dan properti diharapkan menghasilkan manfaat sosial dan ekonomi seperti: (i) Kereta. Keberadaan stasiun kereta meningkatkan nilai lahan sekitar. Peningkatan nilai lahan ini dapat dimanfaatkan melalui pengembangan properti dan lainnya, sehingga dapat membiayai pengembangan kereta.
  • 19. 13 (ii) Properti. Intensifikasi kepadatan pengembangan lahan sekitar stasiun akan meningkatkan jumlah penumpang dan pendapatan perusahaan kereta. (iii) Pemerintah. Penerimaan pajak meningkat dari meningkatnya nilai lahan dan properti, berkembangnya usaha di kawasan tersebut, termasuk pendapatan lainnya jika lahan dimiliki pemerintah. Selain itu, pemerintah dapat mengurangi subsidi bahkan meniadakannya kepada perusahaan kereta. (iv) Sosial dan ekonomi. Masyarakat secara umum mendapat manfaat dari meningkatnya kepadatan pengembangan kota, pemanfaatan ruang lebih efisien, tersedianya ruang publik lebih luas, berkurangnya fenomena ‘urban sprawl’, dibutuhkan lebih sedikit jalan kendaraan bermotor sehingga mengurangi polusi udara dari kendaraan, dan meningkatnya kualitas lingkungan ramah pejalan kaki. Keseluruhannya dapat meningkatkan kualitas hidup penduduk melalui meningkatnya kesehatan, kenyamanan, keragaman gaya hidup, dan lebih hemat waktu. Perekonomian akan mendapat manfaat dari meningkatnya efisiensi transportasi dan kegiatan masyarakat. 3.3 MRT Stations, New Delhi Penerapan pengembangan konsep TOD pada MRT station di New Delhi memiliki beberapa point penting yang harus diperhatikan. Setidaknya pengembangan TOD harus memberikan PRO- YEK KEBI- JAKAN PRO- SES ORGA- NISASI Model Pengembangan Terpadu Kereta dan Properti MTRC: Elemen Dasar
  • 20. 14 manfaat sebagai berikut (i) pilihan mobilitas bagi semua; (ii) kualitas hidup lebih baik bagi semua; (iii) menyediakan rumah bagi semua; (iv) meningkatkan kemandirian; (v) angkutan umum yang lebih murah; (vi) mengurangi degradasi lingkungan; (vii) menghemat uang masyarakat; (viii) multi disiplin, pendekatan multi-institusi. 3.4 TOD Amerika Serikat2 3.4.1 Desa Transit New Jersey Minat pemerintah federal AS terhadap TOD memperoleh momentum dengan NJ TRANSIT meluncurkan buku pegangan TOD tahun 1994, Planning for Transit-Friendly Land Use (Rencana Guna Lahan Ramah Transit), penuh dengan ilustrasi dan ide tentang bagaimana membuat komunitas lebih menarik bagi bus, kereta api, pejalan kaki, dan pengendara sepeda. Diperkenalkan oleh Gubernur Whitman pada tahun 1999, “Inisiatif Desa Transit” memanfaatkan rancang kota dan rencana tapak ideal sesuai buku pegangan. Mendefinisikan desa transit sebagai kota yang berkomitmen untuk membangun kembali kawasan di sekitar stasiun kereta (biasanya 1⁄4- hingga radius 1⁄2 mil) menjadi kompak, ragam guna, dan dominasi perumahan. Pembelajaran utama adalah (i) kerjasama pemerintah, baik pusat dan daerah, dengan swasta dalam mengembangkan TOD menjadi suatu keniscayaan; (ii) keberhasilan TOD tidak selau terjadi pada kota besar tetapi dapat juga berlangsung pada kota kecil. 3.4.2 Washington, D.C.: Model Nasional Sistem Metro Washington adalah sistem transit cepat modern pertama dibangun sejak Perang Dunia Kedua yang secara khusus menggabungkan tujuan membentuk pertumbuhan daerah di samping memerangi kemacetan dan meningkatkan transit. Munculnya TOD sekitar puluhan stasiun Metrorail ini banyak dipuji sebagai sukses oleh pendukungnya dan pengamat dari seluruh dunia. Pembelajaran utama adalah (i) pelaksanaan pembangunan tidak dapat terburu-buru atau dipercepat; (ii) Warga menjadi pendukung yang andal, pejabat terpilih bekerja, dan pengembang bekerja sungguh-sungguh untuk melaksanakan kebijakan merupakan dukungan nyata bagi pemerintah; (iii) Keterlibatan publik yang lebih besar dan konsesi diperlukan untuk membuat proyek tersebut bekerja, dengan atau tanpa transit. 2 Disarikan dari Transit Cooperative Research Program (TCRP) (2004). Transit-Oriented Development United States: Experience, Challenges and Prospects. Transportation Reseacrh Board of The National Academy.
  • 21. 15 3.4.3 TOD and Joint Development di Sunbelt: Miami-Dade County Peluang paling menjanjikan di Florida untuk TOD ditemukan di Miami-Dade County, yang kepadatannya relatif tinggi telah menyediakan angkutan umum pilihan transportasi yang layak. Miami-Dade County juga tuan rumah bagi salah satu pemerintah lokal paling aktif di Florida sehubungan dengan baik perencanaan transportasi maupun pembangunan bersama (joint development). Pembelajaran utama adalah perencana dan pengembang bersepakat bahwa perencanaan terpusat tidak menghilangkan kebutuhan untuk bekerja sama dengan yurisdiksi lokal untukmemastikan bahwa keputusan penggunaan lahan dan pedoman desain konsisten dengan kebutuhan masyarakat. Untuk menjadi sukses, TOD pada akhirnya harus responsive realitas pasar yang luas dan kebutuhan komunitas lokal. 3.4.4 Chicago’s Transit Villages: Back to the Future for Historic Commuter-Rail Towns Pengalaman Metro Chicago menunjukkan potensi penggunaan kereta api komuter, dirancang dengan cara yang sensitif, dikombinasikan dengan dukungan kebijakan dan investasi publik yang ditargetkan untuk memanfaatkan revitalisasi dan peremajaan pinggiran kota yang lebih tua. Faktor keberhasilan upaya tersebut adalah sebagai berikut (i) rancangan sistim transit yang memadai; (ii) berpandangan jauh ke depan. Kesuksesan tidak selalu datang dengan cepat. Di setiap masyarakat, strategi pembangunan kembali TOD adalah bagian dari rencana induk yang telah ditetapkan selama 15 sampai 20 tahun. Kesabaran dan kemauan untuk membuat pengorbanan jangka pendek untuk keuntungan jangka panjang; (iii) Kesinambungan dan Kepemimpinan. Unsur penting dalam setiap masyarakat adalah ketekunan yang berkelanjutan dan kepemimpinan yang dikelola pegawai professional dan pejabat terpilih; (iv) Perangkat tersedia. Instrumental dalam memanfaatkan TOD adalah rancangan yang baik, dapat berjalan, pembangunan kompak di pusat kota membutuhkan investasi publik—perakitan situs, perbaikan infrastruktur publik, dan rehabilitasi bangunan yang lebih tua; (v) Mengelola Parkir. Kereta Komuter TOD Metro Chicago membutuhkan akses kendaraan yang baik agar layak. Jika memungkinkan, parkir bersama diperkenalkan untuk menghemat konstruksi dan konservasi lahan.
  • 22. 16 3.5 Bus Rapid Transit (BRT) dan Transit Oriented Development (TOD)3 Pembangunan Berorientasi Transit (TOD) telah menjadi demikian populer sehingga hampir setiap kota besar ingin menerapkan konsep ini. Walaupun kemudian tidak semua kota mempunyai MRT atau LRT tetapi hanya Bus Rapid Transit (BRT). Namun hal ini tidak menghalangi upaya mengembangkan TOD berbasis BRT. Kelebihan BRT adalah fleksibel dan hemat biaya Berikut ini beberapa pengalaman penerapan TOD berbasis BRT di negara Amerika Utara dan Australia yang dapat bermanfaat bagi pengambil keputusan, lembaga pemerintah, dan komunitas pembangunan. Pembelajaran diperoleh dari 4 (empat) kota yaitu (i) Brisbane, Australia; (ii) Cleveland, Ohio; (iii) Boston, Massachusetts; dan (v) Ottawa, Ontario. Dilengkapi dengan penelitian tertulis dan wawancara perorangan dengan pengembang setempat dan institusi pemerintah. 3.5.1 Brisbane (Australia) Brisbane sedang mengembangkan jaringan busway yang sepenuhnya terpisah yang telah membantu membalikkan keadaan penurunan wilayah dalam penggunaan angkutan umum. BRT dicirikan oleh jalannya yang substansial dan infrastruktur stasiun yang dilayani oleh rute bus konvensional dan koridor operasi utama. TOD di sekitar jaringan BRT Brisbane dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori. Pertama, busway melayani area eksisting yang memiliki banyak karakteristik TOD, namun kurang tersedia jalur khusus transit. Kedua, busway berfungsi sebagai katalis untuk lapangan baru di dekat stasiun. Terakhir, busway mengkatalisasi pengisian perkotaan (urban infill), termasuk pengembangan ruang udara/atas. Sebagian besar kegiatan TOD ini digerakkan oleh pasar, dengan sedikit dorongan dari pemerintah. Namun baru-baru ini, pemerintah mulai aktif mempromosikan TOD di kawasan stasiun busway. 3.5.2 Cleveland (Ohio, AS) 3 Disarikan dari Breakthrough Technologies Institute (2008). Bus Rapid Transit and Transit Oriented Development: Case Studies on Transit Oriented Development Around Bus Rapid Transit Systems in North America and Australia
  • 23. 17 Cleveland menggunakan satu jalur BRT untuk membantu merevitalisasi koridor pusat kota yang rusak. Proyek Transportasi Koridor Euclid (ECTP) terdiri dari jalur BRT sepanjang 9,4 mil di sepanjang Euclid Avenue, jalan raya utama pusat kota, dan renovasi jalanan yang lengkap. Kota Pejabat pemerintah, perusahaan transit dan kelompok pengembangan masyarakat lokal mempromosikan ECTP sebagai cara untuk merevitalisasi koridor ini. Karena Cleveland adalah pasar real estat yang lemah, sejumlah besar insentif pembiayaan tersedia untuk pengembang. Meski BRT belum selesai, koridor tersebut telah mengalami investasi yang signifikan kira- kira selama dekade terakhir. Meskipun ini tidak semua karena proyek BRT, BRT mendukung intensifikasi dengan menyediakan koneksi yang sangat dibutuhkan antara daerah yang berbeda di sepanjang koridor. Renovasi jalan juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih menarik dan mendukung upaya pemerintah untuk mengubah Euclid menjadi kota yang hidup, ramah pejalan kaki, dan masyarakat kota ramah transit. 3.5.3 Boston (Massachusetts, AS) Boston memiliki sejarah panjang dalam pengembangan berorientasi transit. Investasi angkutan cepat terbaru, Silver Line BRT, untuk mendukung revitalisasi inisiatif publik-swasta di dua lingkungan. Dalam kedua kasus tersebut, BRT dianggap perlu prasyarat untuk keberhasilan pembangunan kembali koridor. Koridor Washington Street adalah jalan bersejarah pusat kota di lingkungan South End Boston. Silver Line Washington Corridor BRT adalah fitur kunci dari inisiatif publik dan pribadi untuk menghidupkan kembali karakter koridor yang semarak dan serba guna. Sejak BRT Jalur Perak diperkenalkan, telah ada lebih dari $571 juta investasi di sepanjang koridor ini, dan pajak dasar tumbuh sebesar 247%, dibandingkan dengan rata-rata kota sebesar 146%. Distrik Pelabuhan Boston saat ini menjadi fokus investasi publik dan swasta yang signifikan mengembangkan penggunaan lahan komersial, ritel, dan perumahan dengan kepadatan tinggi. BRT Silver Line Waterfront adalah jalur transit cepat pertama di area ini dan menyediakan layanan yang diperlukan untuk mendukung proyek kepadatan tinggi yang baru dan mengubah distrik menjadi perkotaan yang berorientasi pada pejalan kaki dan transit. Selain itu, sebagian besar lahan pelabuhan yang tersedia dimiliki oleh otoritas pelabuhan negara, yang telah mengembangkan Rencana Induk yang menekankan orientasi transit dan pejalan kaki. Otoritas, bersama dengan perusahaan transit lokal, bekerja sama dengan pengembang untuk memastikan properti terpadu dengan Silver Line
  • 24. 18 Beberapa pembelajaran penting, yaitu (i) perencanaan penting tetapi tidak akan berarti tanpa adanya pasar yang kuat; (ii) kepemimpinan pemerintah harus kuat untuk mempromosikan TOD, bahkan ketika pasar kuat; (iii) bagian penting dari kepemimpinan adalah membantu menjadikan keuangan proyek berjalan baik. Diantaranya melibatkan pembuatan zonasi; perbaikan infrastruktur teruatama transit publik dan transparansi dalam bentuk rencana, pedoman, dan penggunaan yang diizinkan dan kepadatan. Juga, bujukan diperlukan untuk menunjukkan kepada pengembang bahwa bangunan tua atau etalase di dekat pemberhentian transit adalah potensi besar; (iv) transportasi telah terbukti untuk menjadi penggerak dalam bentuk peremajaan kota lebih berkelanjutan; (v) sebuah kota harus meminta dukungan luas sebelum mengembangkan TOD masa depan. 3.5.4 Ottawa (Ontario, Kanada) Mulai tahun 1980-an, Ottawa mulai membangun jaringan busway eksklusif luas yang merupakan moda transit utama kawasan ini. Meskipun Ottawa telah mengalami perluasan pinggiran kota, pemerintah telah berhasil menggunakan busway untuk memusatkan pertumbuhan di sekitar area yang dilayani oleh transit cepat. Secara khusus, Ottawa menerapkan kebijakan penggunaan lahan itu menyebabkan beberapa pusat ritel besar terpadu dengan Transitway. Ottawa saat ini menekankan TOD perumahan dengan kepadatan tinggi dan penggunaan campuran di sekitar busway. Secara khusus, kota telah menetapkan “pusat penggunaan campuran” tertentu dengan akses transit sebagai target intensifikasi penggunaan lahan. Pusat serba guna ini menarik investasi TOD baru yang besar, dan jarak yang dekat dengan jaringan busway digunakan sebagai nilai jual bagi calon penyewa, khususnya untuk properti hunian. 3.6 Catatan Pembelajaran 3.6.1 Transit Oriented Development Berbasis Bus Rapid Transit (BRT) Secara umum, pembelajaran upaya pengembangan TOD berbasis BRT menunjukkan bahwa a. Kerja sama di antara pemangku kepentingan utama, termasuk lembaga publik, organisasi pembangunan nirlaba, pemilik properti, dan pengembang swasta, sangat penting untuk kesuksesan b. jenis dan tingkat investasi yang terjadi di dekat stasiun BRT terlihat sebanding dengan pengalaman dengan TOD dekat transit kereta api. Selain itui, badan perencanaan umumnya
  • 25. 19 tidak membedakan antara BRT dan kereta api dalam hal kemampuannya untuk menarik TOD c. pemerintah dan pengembang swasta pada umumnya sangat antusias tentang potensi BRT untuk menarik TOD, dengan banyak pengembang melaporkan bahwa BRT berdampak positif pada nilai propertinya d. bagi pengembang, kelanggengan BRT merupakan faktor penting. Namun, hal ini dapat teratasi jika terdapat komitmen yang jelas dari badan publik jangka panjang e. kekerapan, kecepatan, dan kenyamanan layanan penting bagi banyak pengembang dan pemilik properti. Fitur-fitur ini membedakan BRT dari layanan bus konvensional, yang umumnya tidak dianggap menarik untuk TOD f. tampaknya tidak perlu memberikan insentif keuangan untuk TOD terkait BRT. Pengembang tampak jauh lebih tertarik pada proses perizinan atau rezoning yang dipercepat, karena waktu merupakan faktor penting dalam membuat proyek pembangunan layak secara keuangan g. Di sepanjang koridor, perbaikan pemandangan jalan yang menyertai BRT mungkin tidak kalah pentingnya dengan layanan transit untuk menarik investasi baru. 3.6.2 Tematik A. Faktor Kelembagaan dan Politik Kepemimpinan politik sangat penting untuk penerapan TOD. Memiliki kampiun yang seorang politikus akan sangat bermanfaat untuk mengatur sumberdaya, membangun koalisi, dan menyelesaikan perselisihan. Meskipun tidak perlu ada satu orang yang mengawal sepanjang waktu namun seseorang di posisi berkuasa perlu dirangkul agar TOD menjadi platform politiknya, dan menginvestasikan waktu dan energinya berjuang untuk itu. Kepemimpinan, bagaimanapun, tidak perlu selalu tergantung pada pemerintah. Dalam kasus Stasiun Mockingbird, Dallas, pengembang menyediakan banyak inspirasi dan motivasi agar proyek sukses, dan kemudian banyak dijadikan acuan Inklusivitas dan masukan publik yang berkelanjutan dalam perencanaan, desain, dan implementasi TOD sangat penting untuk kesuksesan. Penjangkauan tidak hanya membantu menangkis kemungkinan serangan balik, tetapi itu juga memberi mereka yang hidup dan bekerja di lingkungan TOD peluang memastikan yang dibangun selaras dengan tujuan lingkungan, memiliki "rasa" skala manusia, dan berkualitas tinggi. Selain itu, konsistensi dalam melibatkan
  • 26. 20 berbagai pihak dalam pengembangan TOD dengan beragam cara seperti membentuk tim ad-hoc, dan forum pemangku kepentingan. Tentu saja, tekanan pasar mungkin mendorong pengembang untuk tidak membangun sesuai harapan penduduk. Suasana pertemuan, maupun lokakarya, menawarkan peluang menyelesaikan perbedaan dan menemukan kompromi yang dapat diterima. Koordinasi kelembagaan dibutuhkan karena setiap lembaga mengelola aspek yang berbeda. Pemerintah Metropolitan Baltimore, Philadelphia, San Francisco-Oakland, dan Denver telah membentuk kelompok kerja dan komite untuk mempercepat proses pengambilan keputusan. Metropolitan Miami melakukan konsolidasi proses pengambilan keputusan yang bahkan memperpendek tahapan. Lingkungan regulasi yang lebih longgar sering diperlukan jika lembaga transit, pemerintah daerah, dan badan perencanaan daerah secara proaktif mengimplementasikan TOD. B. Strategi Perencanaan dan Guna Lahan TOD yang sukses dimulai dengan berbagi visi yang memandu perencanaan dan implementasi untuk tahun-tahun mendatang. Mulai perencanaan TOD lebih awal. TOD sering merupakan produk kumulatif dari banyak hasil keputusan individu, beberapa di antaranya sedikit lambat dan siap hanya beberapa saat sebelum kegiatan dimulai. Dibutuhkan kesiapan lebih awal untuk memungkinkan rencana disiapkan, kemitraan untuk dibangun, pendanaan untuk diamankan, dan perbaikan yang akan dilaksanakan. Keberhasilan TOD dapat bergantung pada insentif yang diberikan atau memberikan lebih banyak kebebasan dalam mendesain proyek; memungkinkan ragam guna (mix-used); meningkatkan kepadatan; menawarkan kepastian, kejelasan, dan jaminan bahwa sektor publik akan menindaklanjuti komitmen perencanaan TOD mengundang kebijakan baru yang berani mendorong batas konvensional dan mengakui ceruk pasar yang unik yang dilayani. Inisiatif bisa berupa pemisahan fasilitas parkir dari paket pembelian/sewa rumah karena pada lokasi TOD berjalan kaki lebih mudah. C. Kemitraan dan Keuangan TOD mendapat manfaat dari kenaikan nilai lahan yang kemudian diinvestasikan kembali dalam bentuk infrastruktur dan fasilitas lainnya pada lokasi TOD. Pembiayaan kreatif sangat penting untuk menyebarkan risiko,
  • 27. 21 3.6.3 Studi Kasus Berdasar pembelajaran pada beberapa kota Amerika Serikat dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu A. Kelembagaan dan Politik Secara umum faktor kepemimpinan menjadi terpenting disusul oleh inklusif dan kebebasan masyarakat memberi masukan, koordinasi kelembagaan dan perampingan proses, serta lingkungan regulasi yang lebih longgar. B. Strategi Perencanaan dan Guna Lahan Faktor yang sangat dominan adalah TOD sebagai lokasi penggerak (place-making), disusul yang cukup dominan adalah kelenturan zoning dan progresif, perencanaan kawasan stasiun, kemudian lainnya relatif kurang adalah berbagi visi, memulai lebih awal, kebijakan yang ramah pasar. C. Manfaat dan Dampak Faktor kondisi ekonomi yang disukai menjadi paling dominan diikuti zoning ramah pasar dan perluasan jejaring D. Kemitraan dan fiskal Faktor pinjaman digerakkan pasar sangat dominan, sementara faktor pembiayaan kreatif dan memperoleh kenaikan nilai biasa saja E. Pertimbangan dan Tantangan Desain Konversi lahan parkir sangat dominan, sementara keperluan pejalan kaki, ragam guna dan desain sistim transit kurang dominan. Tabel Rangkuman Pembelajaran Studi Kasus TOD Kota Amerika Studi Kasus Faktor Boston New Jersey Washington D.C. Miami Chicago Dallas Denver Portland San Fransisco Southern California Faktor Kelembagaan dan Politik Kepemimpinan Inklusif dan Masukan Publik
  • 28. 22 Studi Kasus Faktor Boston New Jersey Washington D.C. Miami Chicago Dallas Denver Portland San Fransisco Southern California Perampingan dan Koordinasi Lembaga Aturan yang memungkinkan dan permisif Strategi Perencanaan dan Guna Lahan TOD sebagai place-making Zoning fleksibel, progresif Perencanaan Kawasan Stasiun Kebijakan ramah pasar Berbagi Visi Mulai lebih awal Manfaat dan Dampak Keadaan ekonomi yang diinginkan Zoning tanggap pasar dan pilih sendiri Perluasan jejaring dan perencanaan proaktif Pertimbangan Fiskal dan Kemitraan Pinjaman ramah pasar Pembiayaan kreatif Menangkap nilai Pertimbangan dan Tantangan Desain Konversi lahan parkir Kebutuhan pejalan kaki Ragam guna Desain sistim transit Sumber: TCRP, 2013 Keterangan: menunjukkan faktor keberhasilan tersebut berlaku pada stasiun dimaksud
  • 29. 23 BAB IV Kesimpulan dan Rekomendasi 4.1 Kesimpulan TOD telah menjadi jalan keluar global bagi permasalahan transportasi perkotaan terutama terkait kemampuannya mengurangi bangkitan lalu lintas (trip generation). Sebagai bagian dari konsep kota Kompak yang mengedepankan penggunaan ruang campuran (mixed-used). TOD juga dipandang berhasil mengurangi gejala perserakan kota (urban sprawl). Selain itu, konsep TOD yang juga berfokus pada penggunaan kendaraan nonmotor baik bersepeda atau bahkan berjalan kaki, sehingga sekaligus menjadi bagian dari upaya mewujudkan kota sehat, bahkan kota rendah karbon. Keberadaan TOD juga membantu masyarakat berpendapatan rendah mengurangi pengeluaran transportasi. Selain itu, keberadaan TOD dapat meningkatkan nilai tanah pada kawasan tersebut terutama karena pemberian insentif peningkatan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)4 dan pembangunan fasilitas pendukung. Sekaligus juga menjadi peluang peningkatan pendapatan pemerintah daerah melalui skema Land Value Capture5 , yang diantaranya dapat dimanfaatkan untuk menyediakan hunian yang terjangkau bagi penduduk berpendapatan rendah pada kawasan tersebut sehingga fenomena gentrifikasi6 dapat terhindarkan. Dengan demikian, keberagaman dan kesetaraan bahkan keadilan ruang tetap terjaga sehingga ‘Kota untuk Semua’ tetap terpenuhi. Hasil studi kasus TOD di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa terdapat 5 (lima) faktor kunci yang berpengaruh terhadap keberhasilan TOD, yaitu (i) kelembagaan dan politik; (ii) strategi perencanaan dan guna lahan; (iii) manfaat dan dampak; (iv) kemitraan dan keuangan; (iv) pertimbangan dan tantangan desain. Faktor tersebut mencakup beberapa sub faktor, yang berdasar hasil studi, menunjukkan bahwa beberapa sub faktor tersebut terlihat dominan, yaitu 4 Koefisien Lantai Bangunan, yang oleh masyarakat awam sering disebut KLB, secara sederhana adalah koefisien penentu tinggi bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi, KLB merupakan pedoman yang membatasi jumlah lantai yang boleh dibangun pada suatu bangunan (Jakarta Property Institute) 5 LVC dapat didefinisikan sebagai kebijakan pemanfaatan peningkatan nilai tanah yang dihasilkan dari investasi, aktivitas, dan kebijakan Pemerintah di suatu Kawasan (Kemenko Perekonomian dan ADB, 2021). 6 Gentrifikasi dimaknai sebagai terjadinya pergeseran permukiman dari suatu kawasan dihuni sebagian besar oleh masyarakat berpendapatan rendah (MBR) menjadi kawasan kelas atas. Pergeseran ini memindahkan MBR baik secara paksa maupun sukarela ke Kawasan yang lebuh baik tetapi bisa juga lebih buruk (penulis).
  • 30. 24  TOD sebagai place-making. Faktor ini muncul pada seluruh TOD.  Kepemimpinan termasuk pemimpin politik yang kolaboratif, terbuka dan sekaligus merupakan kampiun.  Ketersediaan zoning fleksibel dan progresif  Kualitas perencanaan kawasan stasiun  Terwujudnya kondisi ekonomi yang diharapkan  Ketersediaan sumber pembiayaan ramah pasar/digerakkan oleh pasar (market-driven).  Desain yang memerhatikan kebutuhan penumpang (lahan parkir dan lainnya) termasuk pejalan kaki. Melengkapi hasil studi di atas, ditemui juga beberapa faktor keberhasilan lain yang dominan (beberapa faktor ini muncul pada studi kasus tetapi tidak dominan), seperti  TOD merupakan bagian dari rencana pembangunan jangka panjang sehingga rencana TOD seyogyanya telah terinternalisasi dalam dokumen rencana pembangunan jangka panjang/menengah. Inklusif, terbuka ruang berkolaborasi bagi pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, pemerintah nasional, swasta selaku pengembang dan penanam modal, organisasi masyarakat bahkan komunitas masyarakat. Keterlibatan pemangku kepentingan tidak hanya bersifat tokenism7 tetapi keterlibatan yang hakiki mulai dari proses persiapan sampai pemantauan dan evaluasi.  Dukungan penuh pemerintah dapat berupa kebijakan keberpihakan pada penyediaan transportasi publik, penyediaan dan penyesuaian regulasi, langkah terobosan khususnya proses perizinan, penyediaan insentif dan lainnya.  Rencana TOD perlu mendapat dukungan pasar. Sehingga kemitraan erat pemerintah (pusat dan daerah) dengan swasta sebagai pengembang dan investor suatu keniscayaan.  TOD harus dapat memenuhi kewajiban pemerintah, keinginan pasar, dan kebutuhan masyarakat.  TOD tidak hanya untuk metropolitan atau kota besar saja. 4.2 Rekomendasi Memperhatikan hasil pembelajaran terhadap pelaksanaan TOD mancanegara, beberapa rekomendasi terkait peluang penerapan konsep TOD di Indonesia: 7 Tokenism dimaknai sebagai keterlibatan ‘basa basi’, ketika pemangku kepentingan dihadirkan hanya untuk memenuhi persyaratan kewajiban melibatkan pihak non pemerintah.
  • 31. 25 a. Pengembangan TOD berdampak besar dan dalam jangka waktu lama sehingga rencana pembangunan TOD seyogyanya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota (RTRWP/K/Kab), bahkan Rencana Detail Tata Ruang. Termasuk tentunya dalam Rencana Strategi Organisasi Pemerintah Daerah (Renstra OPD). Hal ini juga sekaligus meningkatkan kepercayaan pihak non pemerintah. b. Pengembangan TOD sangat menekankan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, pengambilan keputusan ‘bawah-atas’, digabungkan dengan pendekatan ‘atas-bawah’ menjadi pilihan. Tata kelola kolaboratif menjadi acuan proses pengambilan keputusan. Untuk itu, perlu dibentuk Forum Pemangku Kepentingan yang menjadi wadah bagi pemangku kepentingan untuk bertukar informasi, dan pintu masuk keterlibatan poihak nonpemerintah dalam proses pengambilan keputusan. c. Jika dipandang perlu, rencana pembangunan TOD yang telah tercantum dalam rencana pembangunan pemerintah dapat didiskusikan secara kolaboratif diantara pemangku kepentingan melalui wadah Forum Pemangku Kepentingan. Keputusan strategis yang merupakan konsensus bersama dituangkan dalam Desain Besar TOD yang mencakup visi, kebiajakan dan strategi, target, peta jalan, rencana aksi, pemantauan dan evaluasi. Desain Besar ini dapa menjadi acuan pemangku kepentingan yang lebih mudah dipahami. d. Pembiayaan TOD tidak dapat terpenuhi sepenuhnya dari sumber keuangan pemerintah. Untuk itu, perlu dibuka peluang seluas-luas untuk berbagai pilihan pembiayaan bahkan dapat saja bersumber dari zakat tunai atau wakaf termasuk kontribusi masyarakat sendiri. e. TOD menjadi jalan keluar masa depan sistim transportasi perkotaan, sehingga dibutuhkan upaya advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah daerah yang berpeluang dalam jangka menengah mengembangkan TOD. Langkah ini sebagai persiapan karena pembangunan TOD membutuhkan waktu yang lama, keterlibatan berbagai pihak, serta dukungan politik. f. Sebagai bagian dari upaya percepatan pembangunan TOD, manajemen pengetahuan8 perlu diterapkan dalam proses pembangunan TOD khususnya saat ini yang sedang berlangsung di Jakarta. 8 Manajemen pengetahuan dimaknai sebagai upaya mendokumentasikan pengetahuan melalui langkah pengumpulan, analisis, dan pendistribusian. Dengan demikian, informasi pembelajaran TOD mudah didapatkan.
  • 32. 26 Daftar Rujukan Arum, Dwi Yunia (2018). Penataan Kawasan Kumuh di Sekitar Stasiun Kereta Manggarai dengan Mengintegrasikan Konsep Transit Oriented Development (TOD). Tugas Akhir. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Bertolini, Luca; Curtis, Carey; Renne, John L. (2009). Introduction dalam Curtis, Carey; Renne, John L.; Bertolini, Luca ed. Transit Oriented Development. Making It Happen. England: Ashgate e-book Breakthrough Technologies Institute (2008). Bus Rapid Transit and Transit Oriented Development: Case Studies on Transit Oriented Development Around Bus Rapid Transit Systems in North America and Australia Bukowski, B. dkk. (2013). A Comparative Study of Transit-Oriented Developments in Hong Kong. Hong Kong : Institute of Education Hong Kong. Cervero, Robert dkk. (2004). Transit-Oriented Development in The United States: Experiences, Challanges, and Prospects. TCRP Report 102. Washington: Transportation Research Board. Cervero, Robert (2009). Public Transport and Sustainable Urbanism: Global Lessons dalam Curtis, Carey; Renne, John L.; Bertolini, Luca ed. Transit Oriented Development. Making It Happen. England: Ashgate e-book Cervero, R., dan Murakami, J. (2009). Rail and Property Development in Hong Kong: Experiences and Extensions. Urban Studies, 46(10), 2019-2043. Cho-Yam, J. L. (2010). Public transport and job-seeking range of the poor in older urban districts in Hong Kong. Habitat International, 34(4), 406-413. Curtis, C., Renne, J.L., dkk. (2009). Transit-oriented development: Making it Happen. Burlington: Ashgate. Direktorat Pemanfaatan Ruang, Direktorat Jenderal Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (2018). Kebijakan Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development. Bahan Tayangan: Diskusi Panel Tantangan Implementasi Kebijakan dan Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development. Universitas Tarumanegara. Dittmar, H., dan G. Ohland (2004). The New Transit Town Best Practice in Transit- Oriented Development. Wasingthon, DC: Island Press. Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli (2012). Penerapan Konsep TOD dalam Penataan Struktur Ruang Kota Surabaya. Surabaya: LPPM - ITS.
  • 33. 27 Hong Kong Institute of Education (HKIEd) (2010). Module 12 Transport. Sustainable Development in Hong Kong: Concepts, Contexts and Challenges. Retrieved March 25, 2011, from http://www.ied.edu.hk/sdhk/wp/. Institute for Transportation and Development Policy (2017). TOD Standard. Retrieved from New York??? Isa, Muhammad Hidayat (2014). Arahan Pengembangan Kawasan Transit Berbasis Transit Oriented Development (TOD) dalam Mendorong Penggunaan Kereta Komuter Koridor Surabaya-Sidoarjo. Surabaya: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS. Kemenko Perekonomian RI dan ADB (2021). Inovasi Pembiayaan Infrastruktur melalui Pemanfaatan Nilai di Indonesia. Lin, J.J dan C.C. Gau (2006). A TOD Planning Model to Review the Regulation of Allowable Development Densities Around Subway Stations. Land Use Policy, Vol. 23, hal. 353-360. Loo, B. P. Y. (2007). The role of paratransit: some reflections based on the experience of residents' coach services in Hong Kong. Transportation, 34(4), 471-486. Loo, Becy P.Y, Cynthia Chen, Eric T.H. Chan (2010). Rail-Based Transit-Oriented Development: Lessons from New York City and Hongkong. Landscape and Urban Planning, Vol. 97, hal. 202-212. Mungkasa, Oswar (2012). Pembangunan Perumahan pada Penerapan Model ‘Compact City’ di DKI Jakarta. Jakarta: Buletin Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas. Newman, Peter (2009). Planning for Transit Oriented Development: Strategis Principles dalam Curtis, Carey; Renne, John L.; Bertolini, Luca ed. Transit Oriented Development. Making It Happen. England: Ashgate e-book. Ozbil, Ayse (2012). The Effects on Urban Form on Walking to Transit. Proceedings: Eighth International Space Syntax Symposium. Paper Ref # 8030. Santiago deChile: PUC. Shoup, Lilly (2008). Ridership and Development Density: Evidence from Washington, D.C.. Washington, D.C: University of Maryland. Sung, Hyungun and Ju-Taek Oh (2011). Transit-oriented Development in a High-density City: Identifying its Association with Transit Ridership in Seoul, Korea. Cities, Vol. 28, hal. 70– 82. Tang, S. B., & Lo, H. K. (2010). On the Financial Viability of Mass Transit Development: The Case of Hong Kong. Transportation, 37(2), 299-316 Tang, BS., dkk. (2004). Study of the Integrated Rail-Property Development Model in Hongkong. Hongkong: Research Centre for Construiction and Real Estate Economics, Department of Building and Real Estate, Faculty of Construction and Land Use, The Hongkong Polytechnic University. Transit Cooperative Research Program (TCRP) (2004). Transit-Oriented Development United States: Experience, Challenges and Prospects. Transportation Reseacrh Board of The National Academy.
  • 34. 28 Purwitaningsih, Santika (2015). Review Konsep Pembangunan Kota : Compact City. Surabaya: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS. Wadhwa, L. C. (2000). Sustainable Transport: The Key to Sustainable Cities. In The Sustainable Cities—Urban Regeneration and Sustainability, edited by C. A.