Morfologi Kota Jakarta berkembang dari kota pelabuhan Sunda Kelapa menjadi ibu kota kolonial Batavia dengan pola jalan grid dan kanal, kemudian mengalami ekspansi dengan dibangunnya Koningsplein. Pada masa Orde Baru, Ali Sadikin membangun infrastruktur untuk mengembangkan Jakarta menjadi kota modern.
3. Pengertian
• Morf = Bentuk
Logos = Ilmu
• Morfologi dalam artian sederhana:
ilmu yang mempelajari produk bentuk-bentuk fisik kota
secara logis.
• Morfologi dalam artian luas:
Ilmu terapan yang mempelajari tentang sejarah
terbentuknya pola dan struktur ruang suatu wilayah
atau kota serta perkembangan suatu wilayah atau
kota mulai awal terbentuknya kota tersebut hingga
munculnya daerah-daerah hasil ekspansi kota tersebut
4. Diagram pembentukan morfologi kota
Bentuk morfologi
suatu kota yang
tercermin pada pola
tata ruang, bentuk
arsitektur bangunan,
dan pola jalan pada
keseluruhan konteks
perkembangan
wilayah kota.
aktivitas sosial,
ekonomi, dan
budaya serta
kebijakan yang
berlaku di
masyarakat Perubahan pada
karakter dan bentuk
morfologi
wilayah/kota dari
waktu ke waktu
5. Pendekatan Struktur Ruang (Yunus, 2000)
1. Pendekatan Ekologikal
2. Pendekatan Ekonomi
3. Pendekatan Morfologikal
4. Pendekatan Sistem Kegiatan
6. Pendekatan Morfologi Kota
• Pendekatan Morfologi wilayah/kota dapat
dilakukan melalui Tissue Analysis.
• Dalam Tissue Analysis ini termuat beberapa
informasi terkait dengan hal-hal yang
mendasari terbentuknya suatu kawasan yang
meliputi:
pola guna lahan
persebaran fasilitas
jaringan jalan
7. Terdapat 3 langkah dalam Tissue Analysis :
1. Proses
• Munculnya suatu kota tidak terjadi secara langsung, namun
membutuhkan suatu proses yang memiliki kurun waktu tertentu.
• Terdapat suatu perkembangan sejarah yang melatar belakanginya
hingga dapat muncul seperti saat ini.
2. Produk
Kota yang ada ada tidak terjadi secara abstrak, namun merupakan hasil
dari produk desain massa dan ruang yang berwujud 3 dimensi.
3. Behavior
• Keberadaan suatu ruang dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang
menghuninya.
• Bentuk kota yang ada merupakan hasil perpaduan budaya, aktivitas
sosial dan ekonomi masyarakatnya sehingga menciptakan ruang.
• Perubahan ruang kota juga dapat terjadi yaitu karena dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang akan berdampak pula bagi perubahan
kehidupan dan perilaku penghuni kota.
8. Town plan Analysis (Conzen, 1960)
1. The burgage cycle concept (konsep siklus per plot)
tiap plot yang ada di telusur perkembangannya
melalui tahap-tahap:
a. institutive (mulai dibangun gedung)
b. replitive (mulai penuh dengan gedung)
c. climax (tahap tidak memungkinkan untuk
dibangun gedung lagi)
d. Recessive (tahap kemerosotan)
9. Town plan Analysis (Conzen, 1960)
2. The fixation line concept (konsep pengenalan batas-batas
karakteristik zona)
• Digunakan untuk membedakan “urban built-up land”
dengan yang bukan.
• Daerah terbangun merupakan garis yang jelas untuk
mengamati percepatan perembetan kota ke arah luar
• Di luar “built-up land” terdapat zona pinggiran (fringe zone)
yang menunjukkan kemandegan sementara dari urban
sprawl
• Jika pertumbuhan kota berlanjut lagi maka ciri-ciri pinggiran
tidak akan berlokasi di daerah pinggiran namun akan
berada di tengah-tengah “built-up land”
11. • (Smiles, 1955) 3 unsur morfologi kota:
1. Pola-pola jalan (street plan/lay out)
2. Tipe-tipe bangunan (architectural style of
buildings & design)
3. Unsur-unsur penggunaan lahan (land use)
TOWNSCAPE
(Ciri khas/karakteristik kota)
12. Layout of street (pola jalan) sebagai indikator morfologi kota
1. Pola jalan tidak teratur (irregular system)
• Ketidakteraturan sistem jalan ditinjau
dari segi lebar maupun arah jalannya
• Menunjukkan tidak adanya peraturan
untuk menertibkan morfologi kota
• Ciri kota di negara berkembang
Jakarta-Indonesia Bangkok-Thailand
13. 2. Pola jalan radial konsentris
• Bagian pusatnya merupakan
daerah kegiatan utama, dapat
berupa pasar, kompleks
perbentengan, alun-alun,
komplek ibadah
• Secara keseluruhan membentuk
jaringan sarang laba-laba
• Jalan besar menjari dari titik
pusat
15. 3. Pola bersiku atau sistem grid (the
rectangular or grid system)
• Bagian kota dibagi sedemikian rupa
menjadi blok-blok empat persegi
panjang dengan jalan-jalan paralel
longitudinal dan transfersal
membentuk sudut siku-siku
• Jalan utama membentang dari
pintu gerbang utama kota hingga
alun-alun utama pada bagian pusat
kota
• Banyak diterapkan kota-kota di
Amerika
17. Pengaruh perkembangan transportasi terhadap morfologi kota
1. Masa dominasi pejalan kaki
2. Masa dominasi kereta binatang
3. Masa dominasi kereta listrik kecil
4. Masa domiansi kereta api antar kota
5. Masa dominasi mobil antar kota
6. Masa perkembangan jalan-jalan bebas hambatan
7. Masa perkembangan jalan-jalan lingkar
18. Faktor-faktor yang mempengaruhi
bentukan arsitektural kota
1. Faktor geografis:
- Iklim
- topografi
- potensi sumber daya alam
2. Faktor penduduk:
- Sosial dan budaya
- Sistem pemerintahan
- Agama
- Adat istiadat
3. Faktor kemajuan teknologi
19. Townscape kota-kota di Dunia
A. Kota-kota di Eropa
Ciri-ciri:
- Bangunan publik (gereja, istana, kantor pemerintahan) bergaya baroque sebagai
peninggalan zaman renaissance
- Jalan-jalan sempit dan berbatu
- Perumahan dengan unsur klasik romantik
- Rumah-rumah dengan balkon beratap
- Taman-taman yang indah dengan air mancur
EROPA SELATAN
(Spanyol, Portugal, Italy, Yunani)
Iklim relatif
hangat
20. EROPA TIMUR
(Austria, Belgia, Perancis, Belanda, Jerman, Monako, Swiss)
Dipengaruhi sistem Kerajaan
Istana Versailles-Paris Munich-Jerman
B. KOTA-KOTA DI ASIA
ASIA TIMUR
(Jepang, Korea, Cina)
Tokyo-Jepang Seoul-Korea
21. ASIA BARAT (Arab saudi, Kuwait, Dubai, Yaman, Pakistan, Iran, Irak, dll)
Sana’a, old city in Yamen
Dubai-UEA
22. Proses perembetan kenampakan fisik kota
Urban sprawl merefer kepada proses ekspansi yang terus menerus
disekeliling wilayah urban dimana selalu terdapat lahan-lahan yang dalam
proses berkonversi dari penggunaan rural menjadi urban
3 jenis urban sprawl:
1. Perembetan konsentris
• Perembetan berjalan perlahan-lahan
terbatas pada semua bagian luar
kenampakan fisik kota.
• Perembetan merata sehingga
membentuk kenampakan morfologi
yang relatif kompak
23. 2. Perembetan memanjang (ribbon/linear
development)
• Menunjukaan ketidak merataan perembetan
areal kota di semua sisi-sisi luar dari pada
daerah utama kota
• Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang
jalur transportasi yang ada
3. Perembetan yang meloncat (leapfrog
development)
• Perkembangan lahan kekotaan terjadi
berpencaran secara sporadis dan tumbuh di
tengah-tengah lahan pertanian
• Menyulitkan untuk pembangunan sarana dan
prasarana karena tidak kompak
• Cepat atau lambat daerah antar non-urban
tersebut akan menyatu dan membentuk
“urban landscapes” yang kompak
24. Alternatif model bentuk kota
• Digunakan untuk mengatasi pertumbuhan yang sprawl
• Pemilihan model hendaknya didasarkan pada sifat urban sprawl yang
sudah terbentuk dan kecenderungan (trend) perkembangan yang akan
datang
7 model bentuk kota yang disarankan (Hudson,
1970):
1. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru
• Kota satelit berfungsi sebagai penyerap arus
urbanit dari kota utama dengan jalan
peningkatan akses dan fungsi-fungsi di kota
satelit sehingga meningkatkan pula
“working opprtunities”
• Contoh: kota Stockholm, London,
Copenhagen, Jabodetabek, Gerbang
Kertasusila, Bandungraya
25. 2. Bentuk staller atau radial
• Pada masing-masing lidah hendaknya
dibentuk pusat-pusat kegiatan kedua
(subsidiary centers)
• Pada bagian yang menjorok ke dalam
direncanakan sebagai RTH (sarana olah
raga, tempat rekreasi, dll )
3. Bentuk cincin (ring plan)
• Terdapat beberapa pusat kota yang
berkembang disepanjang jalan melingkar
• Bagian tengah dipertahankan sebagai
open space
• Contoh: “Randstad Holland” di Belanda
yang menghubungkan pusat kota Utrecht,
Rotterdam, Denhhaag, Harlem,
Amsterdam, dll
26. 4. Bentuk linear bermanik
• Pengembangan dari pola linear
• Beberapa pusat kota yang lebih kecil
tumbuh di kanan dan kiri dari pusat
kota
• Di pinggir jalan ditempati bangunan
komersial sedangkan di bagian
belakang berupa permukiman
penduduk
5. Bentuk inti/kompak (the core or
compact plan)
• Adanya konsentrasi bangunan yang
banyak pada area yang relatif kecil
• Perkembangan areal perkotaan
biasanya didominasi oleh
perkembangan vertika
• Contoh: Hongkong, Tokyo, New York
27. 6. Bentuk memencar (dispersed city plan)
• Merupakan kesatuan morfologi yang
besar dan kompak
• Terdapat beberapa urban centers yang
masing-masing memiliki fungsi khusus
dan berbeda satu dengan yang lain
• Menghadirkan suasana “rural urban”
(fasilitas perkotaan namun atmosfer
perdesaan)
7. Bentuk kota bawah tanah
• Struktur perkotaannya dibangun
dibawah permukaan bumi
• Daerah diatas akan tetap berfungsi
sebagai jelur hijau atau daerah
pertanian
28. Studi Kasus :
Morfologi Kota Jakarta
• Kota Jakarta terletak di barat laut PulauJawa
dengan jumlah penduduk 9.607.787 jiwa pada
Tahun 2010.
• Jakarta pernah dikenal dengan nama Sunda
Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-
1619), Batavia atau Jaccatra (1619-1942), dan
Djakarta (1942-1972).
30. Perkembangan Morfologi Kota Jakarta (1)
• Periode penjajahan
Portugis (1610)
– Pada masa ini telah datang
berbagai bangsa lain yang
menetap di Jayakarta
– Dimulai dengan
membangun tepian sungai
Ciliwung sebagai pusat
pemerintahan dan
perekonomian pada masa
pemerintahan Jayawikarta.
– Dibangunnya gudang-
gudang Portugis dan
Inggris serta pada pusat
kerajaan Jayakarta yang
terdapat pada sisi barat
sungai Ciliwung.
31. Perkembangan Morfologi Kota Jakarta (2)
• Periode penjajahan Belanda
(1619)
– Ditandai dengan datangnya
bangsa Belanda yang diperbolehkan
membangun Benteng pertahanan
dan membuat pemukiman
untuk warga Belanda.
– Untuk memperkuat posisi
pemerintahan kolonial dan
memperlancar pertumbuhan
ekonomi, dibangun infrastruktur
kota Batavia diantaranya
pelabuhan, pusat pemerintahan,
pemukiman, benteng pertahanan
militer, pusat hiburan,
pusat perbelanjaan dan sarana
transportasi berupa kanal-kanal.
32. Perkembangan Morfologi Kota Jakarta (3)
– Belanda mulai membangun kota
Bentengnya berdasarkan kota
Amsterdam yang menggunakan
kanal-kanal dan jalan yang
berbentuk grid.
– Pada perkembangan selanjutnya
grid-grid yang dibentuk oleh kanal-
kanal tersebut dinyatakan tidak
sehat karena timbul wabah
malaria dan pes sehingga Benteng
Kasteel Batavia kemudian
dihancurkan oleh Daendles, yang
kemudian difungsikan untuk
menimbuni kanal-kanal yang
sudah dangkal.
Rencana Kota Batavia dengan pola
Grid
34. Perkembangan Morfologi
Kota Jakarta (4)
– Deandles membuka
sebidang tanah yang diberi
nama Koningsplein di
bagian selatan kota yang
lambat laun terjadi
perubahan yang tidak
teratur karena adanya
penambahan bangunan-
bangunan, rel-rel kereta
api, penggunaan lahan
sebagai pasar tahunan
atau Jaarmarkt atau Pasar
Gambir.
Kondisi sekarang Monumen Nasional
Rencana pembangunan Koningsplein
35. Perkembangan Morfologi Kota Jakarta (5)
• Periode Pasca Kemerdekaan (Tahun
1970)
– Dimulai ketika Ali Sadikin sebagai
Gubernur Jakarta membangun Jakarta
agar menjadi setara dengan kota-kota
besar di dunia.
– Munculnya proyek-proyek
pembangunan seperti Taman Ismail
Marzuki, Museum Fatahillah, Kebun
Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman
Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas,
Taman Ria Remaja, Kota satelit Pluit, dan
pelestarian budaya Betawi di Condet.
– Pada masa ini Poros Medan Merdeka-
Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan
sebagai pusat bisnis kota, menggantikan
poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-
Jatinegara.
Kondisi sekarang Jl. Jend. Sudirman
37. • Periode Gubernur Sutiyoso (1997-
2007)
- Kepadatan penduduk meningkat
tajam
- Jakarta menjadi kawasan
metropolitan bersama dengan Bogor-
Depok-Tangerang-Bekasi
- Beberapa proyek ikonik antara lain:
Bus Rapid Transit (BRT) dan
pembangunan kembali banjir kanal
• Periode Gubernur Fauzi Bowo-
sekarang
Jakarta harus melakukan penataan
kembali terkait masalah-masalah yang
muncul akibat tekanan urbanisasi
41. Soetomo, Sugiono. 2009. Urbanisasi dan Morfologi. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Yunus, Hadi Sabari. 1999. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Breuning, H.A. Tanpa Tahun. Het Voormalige Batavia. Amsterdaam:
Alert de Lange dalam mmzrarebooks.blogspot.com
Daftar Pustaka