SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
Kode Etik Profesi
Pemahaman, Konsep Dasar, dan
Penerapan pada Profesi Ahli Perencanaan Kota dan Wilayah
Oswar Mungkasa
Anggota Majelis Kode Etik
Pengurus Nasional IAP
Pembekalan dan Sertifikasi Gelombang I IAP Jabar Tahun 2021
27 Maret 2021
Kisi Tayangan
.
 Pemahaman
 Konsep Dasar
 Belajar dari Mancanegara : Kode Etik
Perencana Kota dan Wilayah Afrika Selatan
30/03/2021
2
Pemahaman Kode Etik (1)
.
 sistem norma, nilai dan juga aturan profesional secara tertulis
dan sistematis dengan tegas menyatakan baik dan benar, serta
hal-hal yang tidak benar atau tidak baik bagi sebuah profesi
 norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat
maupun di tempat kerja.
 kaidah moral yang berlaku khusus untuk orang-orang
profesional di suatu bidang tertentu (Sonny Keraf). Moral ini
merujuk pada tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai
positif sesuai dengan norma yang ada di suatu masyarakat.
 norma dan etika yang mengikat perilaku pelaku dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan (pasal 43 UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Pemahaman Kode Etik (2)
.
 pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari (UU
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)
 disusun dan disepakati bersama oleh pihak-pihak yang
berada di lingkup kerja tertentu, atau organisasi profesi
(self regulation)
 etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan
dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri (Isnanto, 2009).
 Apabila terjadi pelanggaran terhadap kode etik, maka tidak
akan diadili oleh pengadilan hal ini disebabkan karena kode
etik tidak selalu melanggar hukum.
Tujuan Kode Etik
.
 Menjunjung Tinggi Martabat Profesi → mencegah tindakan
yang mencemari nama baik profesi
 Meningkatkan pengabdian para anggota → mndorong
timbulnya rasa bangga dan memiliki terhadap organisasi
 Meningkatkan mutu profesi dan organisasi profesi →
memuat norma-norma tentang anjuran agar setiap anggota
profesi selalu berusaha meningkatkan mutu para
anggotanya, sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain
itu, kode etik juga mengatur tentang bagaimana cara
memelihara serta meningkatkan mutu organisasi profesi.
Fungsi Kode Etik
.
 Biggs dan Blocher (1986) menyatakan bahwa setidaknya
fungsi kode etik mencakup
✓ Melindungi suatu profesi dari campur tangan pihak
luar
✓ Mencegah terjadinya suatu pertentangan internal di
dalam sebuah profesi.
✓ Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik sebuah
profesi.
✓ Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
✓ Sebagai sarana pengendalian sosial bagi masyarakat
atas profesi yang bersangkutan.
Prinsip Dasar Kode Etik
.
 Prinsip Tanggung Jawab → bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan dan hasil pekerjaan. Selain itu, bertanggungjawab
terhadap dampak yang mungkin terjadi dari profesinya bagi
kehidupan orang lain atau masyarakat umum.
 Prinsip Keadilan → mengedepankan keadilan dalam
menjalankan pekerjaannya tanpa pandang bulu
 Prinsip Otonomi → memiliki wewenang dan kebebasan dalam
menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya, sehingga
memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dengan mempertimbangkan kode etik profesi.
 Prinsip Integritas Moral → kualitas kejujuran dan prinsip moral
dalam diri seseorang yang dilakukan secara konsisten dalam
menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional harus
memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan
profesinya, dirinya, dan masyarakat.
Nilai Inti Kode Etik (1)
 Dapat dipercaya (trustworthiness) → mencakup kejujuran,
integritas, reliabilitas, dan loyalitas. Kejujuran menuntut itikad
baik untuk mengemukakan kebenaran. Integritas berarti bahwa
seseorang bertindak dengan kesadaran yang tinggi, dalam
situasi apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua usaha
yang masuk akal untuk memenuhi komitmennya. Loyalitas
adalah tanggung jawab untuk mengutamakan dan melindungi
berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.
 Penghargaan (respect) → mencakup gagasan seperti
kepantasan (civility), kesopansantunan (courtesy), kehormatan,
toleransi, dan penerimaan.
 Pertanggungjawaban (responsibility) → bertanggung jawab atas
tindakannya serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban
juga berarti berusaha sebaik mungkin dan memberi teladan
dengan contoh, mencakup juga ketekunan serta upaya untuk
terus melakukan perbaikan.
Nilai Inti Kode Etik (2)
 Kelayakan (fairness) dan keadilan → mencakup isu tentang
kesamaan penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas,
keterbukaan, dan keseksamaan. Perlakuan yang layak
berarti bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan
cara yang serupa pula.
 Perhatian (caring) → bersungguh-sungguh memperhatikan
kesejahteraan pihak lain dan mencakup tindakan yang
memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan
perbuatan baik.
 Kewarganegaraan (citizenship) → termasuk kepatuhan
pada undang-undang serta melaksanakan kewajibannya
sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat
berjalan dengan baik, dan melindungi sumber daya yang
ada.
Dilema Etika
 Setiap orang melakukanya → pembenaran terhadap
sebuah tindakan karena setiap orang lain juga melakukan
hal yang sama dan karena itu merupakan perilaku yang
dapat diterima.
 Jika sah menurut hukum, hal itu etis → contohnya
seseorang tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikan
suatu barang yang hilang kecuali pihak lain dapat
membuktikan bahwa barang tersebut miliknya.
 Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya → Filosofi
tindakan didasarkan pada peluang orang lain akan
menemukan perlaku tersebut, dan besarnya kerugian
(konsekuensi) yang akan diterimanya jika hal itu
terbongkar.
 Prinsip Kode Etik berasal baik dari nilai umum masyarakat
maupun dari tanggungjawab profesi perencanaan untuk melayani
kepentingan publik.
 Upaya melayani kepentingan publik didasari seperangkat prinsip
utama yang memandu tindakan dan perilaku.
 Prinsip tersebut menetapkan ukuran yang wajib dan aspirasi.
Standar aspirasi menggambarkan perilaku yang diupayakan
untuk ditegakkan.
 Meskipun kepatuhan terhadap standar aspirasi tidak mudah
terukur, namun bertindak sesuai dengan aspirasi ini adalah
harapan kita sebagai profesional.
 Standar wajib menetapkan persyaratan yang tegas, membatasi
bahkan melarang melakukan perilaku tertentu dalam ranah publik
30/03/2021
11
Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
AFRIKA SELATAN
Kode Etik
Perencana Kota dan Wilayah
Pendahuluan
 Kode Etik ini merupakan
 Ukuran pencapaian nilai sosial dalam mengejar tujuan
kepentingan publik
 Ukuran perilaku baik dan buruk
 Ukuran komitmen terhadap profesi perencanaan
 Ukuran akuntabilitas kepada publik yang dilayani
 menetapkan standar tinggi bagi diri kita sendiri dan bercita-
cita untuk memenuhi standar ini di semua aspek kehidupan
baik di tempat kerja, rumah, dan dalam pelayanan terhadap
profesi.
 Mengartikulasikan kondisi ideal yang dicita-citakan serta
perilaku yang wajib baik sebagai profesional maupun
sukarela.
 Menanamkan kepercayaan pada profesi perencanaan kota
dan daerah dan membantu perencana untuk menjadi
profesional yang lebih baik.
30/03/2021
14
Tujuan Kode Etik (1)
 Sebagai kesepakatan pemahaman bersama tentang perilaku
yang patut.
 Mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan dengan
kepentingan diri sendiri.
 Membantu perencana untuk membuat keputusan yang tepat
ketika dihadapkan dengan situasi sulit yang dapat
membahayakan integritas atau sistem nilai.
 Membuat model yang berfungsi sebagai katalis bagi orang lain
untuk belajar, menulis tentang etika dan nilai-nilai.
 Membangun dasar yang kuat bagi perkembangan profesi.
30/03/2021
15
Tujuan Kode Etik (2)
Prinsip Dasar (1)
 Integritas → Perencana perlu bertindak dengan
integritas dan kepatutan. Integritas tidak hanya
mengacu pada mengetahui kebenaran tindakan tetapi
memiliki kekuatan moral dan keberanian untuk
bertindak. Kepatutan berarti berperilaku benar sesuai
dengan tugas dan peran.
 Inspirasi → (i) setia pada profesi; (ii) menjunjung
tinggi moral perencanaan; (iii) menjadi contoh
kebajikan
Prinsip Dasar (2)
 Bertanggungjawab (responsibility) → kewajiban untuk
mengakui keputusan, tindakan yang diambil dan hasilnya, baik
yang berhasil maupun gagal.
 Aspirasi → (i) memutuskan dan bertindak berdasar
kepentingan umum dan lingkungan; (ii) mengerjakan
pekerjaan yang sesuai dengan kapasitas, pengalaman,
keterampilan dan kualifikasi.; (iii) ketika mengikuti lelang
pekerjaan, selalu berkesesuaian dengan kompetensi dan
kualifikasi baik organisasi maupun individual; (iv) memenuhi
komitmen yang telah disepakati; (vi) bertanggungjawab
terhadap kesalahan dan melakukan perbaikan. Melaporkan
kesalahan yang dilakukan oleh pihak lain kepada pihak
berwenang; (vii) melindungi informasi rahasia yang telah
dipercayakan; (viii) menegakkan kode Etik ini dan saling
bertanggungjawab.
Prinsip Dasar (3)
 Bertanggungjawab (responsibility)
 Wajib → (i) mengetahui dan menegakkan kebijakan, aturan,
regulasi dan hukum yang terkait; (ii) melaporkan perilaku ilegal
dan tidak etis kepada pengelola dan jika perlu kepada pihak yang
terdampak; (iii) tidak terlibat dalam perilaku ilegal, termasuk
tetapi tidak terbatas, pada pencurian, penipuan, korupsi atau
penyuapan; (iv) tidak mengambil hak pihak lain, termasuk hak
intelektual. Selain itu, tidak membantu atau terlibat dalam
perilaku ilegal.; (v) melindungi pihak pelapor perilaku ilegal; (vi)
hanya melaporkan pelanggaran etika berdasar fakta; (vii)
menghukum pihak yang membuat tuduhan palsu; (viii)
menghukum pihak yang mengancam pihak lain yang peduli
terhadap pelanggaran etika; (ix) menyampaikan pelanggaran
Kode Etik pada pihak berwenang untuk diselesaikan.
Prinsip Dasar (4)
 Menghargai (respect) → memperlakukan orang lain dengan
hormat setiap saat, yang berarti tidak menggunakan istilah
menghina terhadap orang lain, menghargai hak orang lain,
memperlakukan orang dengan sopan dan mengakui berbagai
peran yang dimainkan orang lain dalam pengambilan keputusan.
Menghargai adalah tugas kita untuk menunjukkan rasa hormat
yang tinggi kepada diri kita sendiri, orang lain, dan sumber daya
yang dipercayakan kepada kita. Sumber daya yang
dipercayakan dapat mencakup orang, uang, reputasi,
keselamatan dan sumber daya alam atau lingkungan. Kami
mempromosikan ini karena penghargaan menimbulkan
kepercayaan, kepercayaan diri, dan keunggulan kinerja melalui
gotong royong. Rasa hormat mendorong dan menghargai
keberagaman pandangan
Prinsip Dasar (5)
 Menghargai (respect)
 Aspirasi → (i) memahami norma dan kebiasaan pihak lain dan
menghindari perilaku yang dapat menyinggung pihak lain; (ii)
mendengarkan pandangan pihak lain, dan berupaya memahaminya; (iii)
melakukan pendekatan langsung pada pihak lain yang terlibat konflik
atau ketidaksepakatan dengan kita; (iv) berperilaku profesional
walaupun pihak lain tidak berperilaku sama; (v) tidak menanggapi
komentar negatif terhadap pihak lain; (vi) tidak menyerang kolega dari
disiplin ilmu lain
 Wajib → (i) berunding dengan niat baik; (ii) tidak memanfaatkan
kekuasaan baik keahlian maupun kewenangan untuk mempengaruhi
keputusan atau tindakan pihak lain dalam rangka memperoleh manfaat
sendiri di atas kerugian pihak lain; (iii) tidak bertindak kasar pada pihak
lain; (iv) menghargai milik orang lain.
Prinsip Dasar (6)
 Berlaku Adil (fairness) → membuat keputusan dan bertindak tidak
memihak dan obyektif. Berperilaku bebas dari kepentingan diri sendiri,
prasangka, favoritism. Membuat keputusan semata-mata berdasar
profesionalisme.
 Aspirasi → (i) terbuka dalam proses pengambilan keputusan; (ii)
terus menerus menguji ketidakberpihakan dan obyektifitas,
mengambil tindakan perbaikan terkait; (iii) menyediakan akses
setara terhadap informasi kepada pihak yang membutuhkan; (iv)
memberi kesempatan yang sama kepada semua perencana kota
dan wilayah
 Wajib → (i) secara aktif mengungkapkan setiap peluang atau
kejadian nyata konflik kepentingan diantara pihak terkait; (ii)
menghindari konflik kepentingan dengan secara terus menerus
mencari kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dan
menyelesaikannya;
Prinsip Dasar (7)
 Berlaku Adil (fairness)
 (iii) Tidak mempekerjakan atau memecat, memberi hadiah atau
hukuman, atau menolak kontrak berdasar pertimbangan pribadi,
termasuk dan tidak terbatas pada favoritisme, nepotisme dan
penyuapan; (iv) tidak membedakan berdasar, tetapi tidak terbatas
pada, gender, suku, usia, agama, disabilitas, kebangsaan atau
orientasi seks; (v) melaksanakan aturan organisasi tanpa favoritisme
atau prasangka
 Kejujuran (honesty) → memahami kebenaran dan bertindak secara
benar baik dalam berkomunikasi dan berperilaku. Hal ini berarti
mematuhi hukum, memantau perilaku sejujurnya, mengungkapkan
peluang dan konflik kepentingan nyata.
Prinsip Dasar (8)
 Kejujuran (honesty)
 Aspirasi → (i) bersungguh-sungguh berupaya memahami dan
menemukan kebenaran, (ii) berkomunikasi dan berperilaku
secara jujur; (iii) menyediakan informasi akurat dan tepat
waktu; (iv) membuat komitmen dan janji, baik eksplisit maupun
implisit, dengan jujur; (v) berusaha menciptakan suasana yang
aman bagi pihak yang ingin berbagi fakta
 Wajib → (i) tidak terlibat atau membenarkan perilaku yang
dirancang untuk menipu orang; termasuk tapi tidak terbatas
pada, membuat pernyataan yang menyesatkan,
menyampaikan hanya sebagian informasi, memberikan
informasi di luar konteks; (ii) tidak terlibat dalam perilaku tidak
jujur dengan maksud memperoleh manfaat pribadi atau
merugikan pihak lain.
Pelaksanaan
 Kode Etik akan diselesaikan melalui pengumpulan Kode
Etik yang telah ditandatangani para pihak
 Komite Disiplin akan mendengar dan mengadili seluruh
kasus
 Seperangkat peraturan dan prosedur akan melengkapi
terkait laporan kasus, bagaimana penanganannya, hak
pelapor dan terlapor. Komite Banding akan mendengar
seluruh kasus
 Rancangan Kode Etik, setelah disetujui Dewan Kota,
disiapkan untuk pemangku kepentingan melakukan review
sebelum dapat diakses pada internet. Tanggapan akan
diakomodasi dan dijadikan masukan penyempurnaan
Terima kasih
Sumber:
▪ https://seputarilmu.com/2020/03/kode-etik-menurut-para-ahli.html
▪ https://seputarilmu.com/2019/10/moral.html
▪ https://haloedukasi.com/kode-etik
▪ R.Rizal Isnanto, ST, MM, MT, Buku Ajar Etika Profesi, Fakultas Teknik Univeritas
Diponegoro, Semarang, 2009.
▪ M. Prawiro. Etika Profesi: Pengertian, Fungsi, Prinsip, dan Contohnya, 2018.
▪ South African Council for Planners. Code of Ethics and Professional Conduct, 2011.
oswar.mungkasa63@gmail.com
pitt.academia.edu/oswarmungkasa
www.researchgate.net/profile/Oswar_Mungkasa2
30/03/2021
25

More Related Content

Similar to Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Mancanegara

009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
krisworo0711
 
14-BEGG-tubagus pradika-hapzi ali-principles of ethics-universitas mercu buan...
14-BEGG-tubagus pradika-hapzi ali-principles of ethics-universitas mercu buan...14-BEGG-tubagus pradika-hapzi ali-principles of ethics-universitas mercu buan...
14-BEGG-tubagus pradika-hapzi ali-principles of ethics-universitas mercu buan...
TbPradikaRizkianza1
 

Similar to Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Mancanegara (20)

11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
11,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,ethical decisio...
 
BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethics and Confli...
BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethics and Confli...BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethics and Confli...
BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethics and Confli...
 
Etika bisnis pdf
Etika bisnis pdfEtika bisnis pdf
Etika bisnis pdf
 
Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019
Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019
Business Ethic Csr Risk management. Universitas Mercu Buana. 2019
 
Business ethic csr risk management. UMB. 2019
Business ethic csr risk management. UMB. 2019Business ethic csr risk management. UMB. 2019
Business ethic csr risk management. UMB. 2019
 
TInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdf
TInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdfTInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdf
TInjauan Awal CSR Kalla-Sapril.pdf
 
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
 
2, be gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...
2, be  gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...2, be  gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...
2, be gg, vidya anggraeni, hapzi ali, ethics and business concept and theory...
 
•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...
•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...
•22,BE & GG, Vidya Anggraeni, Hapzi Ali, Ethics and Business: Concepts and Th...
 
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Ethics & Confli...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Ethics & Confli...BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Ethics & Confli...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Ethics & Confli...
 
14-BEGG-tubagus pradika-hapzi ali-principles of ethics-universitas mercu buan...
14-BEGG-tubagus pradika-hapzi ali-principles of ethics-universitas mercu buan...14-BEGG-tubagus pradika-hapzi ali-principles of ethics-universitas mercu buan...
14-BEGG-tubagus pradika-hapzi ali-principles of ethics-universitas mercu buan...
 
9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...
9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...
9, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,corporate ethics r...
 
Ibi dan etika profesi
Ibi dan etika profesiIbi dan etika profesi
Ibi dan etika profesi
 
Ibi dan etika profesi
Ibi dan etika profesiIbi dan etika profesi
Ibi dan etika profesi
 
9, be & gg, rudi, hapzi ali, corporate ethics rights privileges, problem and ...
9, be & gg, rudi, hapzi ali, corporate ethics rights privileges, problem and ...9, be & gg, rudi, hapzi ali, corporate ethics rights privileges, problem and ...
9, be & gg, rudi, hapzi ali, corporate ethics rights privileges, problem and ...
 
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
9, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, CORPORATE ETHICS RIGHTS, UNIV...
 
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
 
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Etika profesi  AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Etika profesi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 

More from oswarmungkasa1

More from oswarmungkasa1 (20)

Perencanaan Skenario
Perencanaan SkenarioPerencanaan Skenario
Perencanaan Skenario
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
 
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda StrategisMewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
Mewujudkan Jakarta Kota Global Tantangan dan AGenda Strategis
 
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
Momentum Pasca Sesi 7 Global Platform Disaster Risk Reduction 2022 Pesan Pent...
 
Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota MancanegaraMewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
Mewujudkan TOD di Indonesia Rangkuman Pembelajaran Kota Mancanegara
 
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
Mewujudkan Kota Sehat. Pembelajaran Mancanegara bagi Penyempurnaan Kota Sehat...
 
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
Perencanaan Skenario (Scenario Planning). Konsep Dasar, Pembelajaran, dan Age...
 
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota MancanegaraMewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
Mewujudkan Jalan Berbayar di Jakarta Belajar dari Pengalaman Kota Mancanegara
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Sekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola KolaboratifSekilas Tata Kelola Kolaboratif
Sekilas Tata Kelola Kolaboratif
 
Tata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola KolaboratifTata Kelola Kolaboratif
Tata Kelola Kolaboratif
 
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan PembelajaranPengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
Pengembangan Berorientasi Transit Berkeadilan. Konsep Dasar dan Pembelajaran
 
Rencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi KolaboratifRencana Aksi Kolaboratif
Rencana Aksi Kolaboratif
 
Jakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient CityJakarta Towards a Resilient City
Jakarta Towards a Resilient City
 
Collaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient JakartaCollaboration towards A Resilient Jakarta
Collaboration towards A Resilient Jakarta
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
 
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus JakartaGreen Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan PublikTata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
 

Recently uploaded (8)

SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
 
Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).pptSlide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 

Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah. Pemahaman Konsep Dasar dan Penerapan Mancanegara

  • 1. Kode Etik Profesi Pemahaman, Konsep Dasar, dan Penerapan pada Profesi Ahli Perencanaan Kota dan Wilayah Oswar Mungkasa Anggota Majelis Kode Etik Pengurus Nasional IAP Pembekalan dan Sertifikasi Gelombang I IAP Jabar Tahun 2021 27 Maret 2021
  • 2. Kisi Tayangan .  Pemahaman  Konsep Dasar  Belajar dari Mancanegara : Kode Etik Perencana Kota dan Wilayah Afrika Selatan 30/03/2021 2
  • 3. Pemahaman Kode Etik (1) .  sistem norma, nilai dan juga aturan profesional secara tertulis dan sistematis dengan tegas menyatakan baik dan benar, serta hal-hal yang tidak benar atau tidak baik bagi sebuah profesi  norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.  kaidah moral yang berlaku khusus untuk orang-orang profesional di suatu bidang tertentu (Sonny Keraf). Moral ini merujuk pada tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang ada di suatu masyarakat.  norma dan etika yang mengikat perilaku pelaku dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (pasal 43 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
  • 4. Pemahaman Kode Etik (2) .  pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari (UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)  disusun dan disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berada di lingkup kerja tertentu, atau organisasi profesi (self regulation)  etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri (Isnanto, 2009).  Apabila terjadi pelanggaran terhadap kode etik, maka tidak akan diadili oleh pengadilan hal ini disebabkan karena kode etik tidak selalu melanggar hukum.
  • 5. Tujuan Kode Etik .  Menjunjung Tinggi Martabat Profesi → mencegah tindakan yang mencemari nama baik profesi  Meningkatkan pengabdian para anggota → mndorong timbulnya rasa bangga dan memiliki terhadap organisasi  Meningkatkan mutu profesi dan organisasi profesi → memuat norma-norma tentang anjuran agar setiap anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu para anggotanya, sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga mengatur tentang bagaimana cara memelihara serta meningkatkan mutu organisasi profesi.
  • 6. Fungsi Kode Etik .  Biggs dan Blocher (1986) menyatakan bahwa setidaknya fungsi kode etik mencakup ✓ Melindungi suatu profesi dari campur tangan pihak luar ✓ Mencegah terjadinya suatu pertentangan internal di dalam sebuah profesi. ✓ Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik sebuah profesi. ✓ Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. ✓ Sebagai sarana pengendalian sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
  • 7. Prinsip Dasar Kode Etik .  Prinsip Tanggung Jawab → bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan hasil pekerjaan. Selain itu, bertanggungjawab terhadap dampak yang mungkin terjadi dari profesinya bagi kehidupan orang lain atau masyarakat umum.  Prinsip Keadilan → mengedepankan keadilan dalam menjalankan pekerjaannya tanpa pandang bulu  Prinsip Otonomi → memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya, sehingga memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan kode etik profesi.  Prinsip Integritas Moral → kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri seseorang yang dilakukan secara konsisten dalam menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional harus memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.
  • 8. Nilai Inti Kode Etik (1)  Dapat dipercaya (trustworthiness) → mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas, dan loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk mengemukakan kebenaran. Integritas berarti bahwa seseorang bertindak dengan kesadaran yang tinggi, dalam situasi apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua usaha yang masuk akal untuk memenuhi komitmennya. Loyalitas adalah tanggung jawab untuk mengutamakan dan melindungi berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.  Penghargaan (respect) → mencakup gagasan seperti kepantasan (civility), kesopansantunan (courtesy), kehormatan, toleransi, dan penerimaan.  Pertanggungjawaban (responsibility) → bertanggung jawab atas tindakannya serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha sebaik mungkin dan memberi teladan dengan contoh, mencakup juga ketekunan serta upaya untuk terus melakukan perbaikan.
  • 9. Nilai Inti Kode Etik (2)  Kelayakan (fairness) dan keadilan → mencakup isu tentang kesamaan penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan keseksamaan. Perlakuan yang layak berarti bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan cara yang serupa pula.  Perhatian (caring) → bersungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak lain dan mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan perbuatan baik.  Kewarganegaraan (citizenship) → termasuk kepatuhan pada undang-undang serta melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat berjalan dengan baik, dan melindungi sumber daya yang ada.
  • 10. Dilema Etika  Setiap orang melakukanya → pembenaran terhadap sebuah tindakan karena setiap orang lain juga melakukan hal yang sama dan karena itu merupakan perilaku yang dapat diterima.  Jika sah menurut hukum, hal itu etis → contohnya seseorang tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikan suatu barang yang hilang kecuali pihak lain dapat membuktikan bahwa barang tersebut miliknya.  Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya → Filosofi tindakan didasarkan pada peluang orang lain akan menemukan perlaku tersebut, dan besarnya kerugian (konsekuensi) yang akan diterimanya jika hal itu terbongkar.
  • 11.  Prinsip Kode Etik berasal baik dari nilai umum masyarakat maupun dari tanggungjawab profesi perencanaan untuk melayani kepentingan publik.  Upaya melayani kepentingan publik didasari seperangkat prinsip utama yang memandu tindakan dan perilaku.  Prinsip tersebut menetapkan ukuran yang wajib dan aspirasi. Standar aspirasi menggambarkan perilaku yang diupayakan untuk ditegakkan.  Meskipun kepatuhan terhadap standar aspirasi tidak mudah terukur, namun bertindak sesuai dengan aspirasi ini adalah harapan kita sebagai profesional.  Standar wajib menetapkan persyaratan yang tegas, membatasi bahkan melarang melakukan perilaku tertentu dalam ranah publik 30/03/2021 11 Kode Etik Perencana Kota : Afrika Selatan
  • 13. Pendahuluan  Kode Etik ini merupakan  Ukuran pencapaian nilai sosial dalam mengejar tujuan kepentingan publik  Ukuran perilaku baik dan buruk  Ukuran komitmen terhadap profesi perencanaan  Ukuran akuntabilitas kepada publik yang dilayani
  • 14.  menetapkan standar tinggi bagi diri kita sendiri dan bercita- cita untuk memenuhi standar ini di semua aspek kehidupan baik di tempat kerja, rumah, dan dalam pelayanan terhadap profesi.  Mengartikulasikan kondisi ideal yang dicita-citakan serta perilaku yang wajib baik sebagai profesional maupun sukarela.  Menanamkan kepercayaan pada profesi perencanaan kota dan daerah dan membantu perencana untuk menjadi profesional yang lebih baik. 30/03/2021 14 Tujuan Kode Etik (1)
  • 15.  Sebagai kesepakatan pemahaman bersama tentang perilaku yang patut.  Mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan dengan kepentingan diri sendiri.  Membantu perencana untuk membuat keputusan yang tepat ketika dihadapkan dengan situasi sulit yang dapat membahayakan integritas atau sistem nilai.  Membuat model yang berfungsi sebagai katalis bagi orang lain untuk belajar, menulis tentang etika dan nilai-nilai.  Membangun dasar yang kuat bagi perkembangan profesi. 30/03/2021 15 Tujuan Kode Etik (2)
  • 16. Prinsip Dasar (1)  Integritas → Perencana perlu bertindak dengan integritas dan kepatutan. Integritas tidak hanya mengacu pada mengetahui kebenaran tindakan tetapi memiliki kekuatan moral dan keberanian untuk bertindak. Kepatutan berarti berperilaku benar sesuai dengan tugas dan peran.  Inspirasi → (i) setia pada profesi; (ii) menjunjung tinggi moral perencanaan; (iii) menjadi contoh kebajikan
  • 17. Prinsip Dasar (2)  Bertanggungjawab (responsibility) → kewajiban untuk mengakui keputusan, tindakan yang diambil dan hasilnya, baik yang berhasil maupun gagal.  Aspirasi → (i) memutuskan dan bertindak berdasar kepentingan umum dan lingkungan; (ii) mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan kapasitas, pengalaman, keterampilan dan kualifikasi.; (iii) ketika mengikuti lelang pekerjaan, selalu berkesesuaian dengan kompetensi dan kualifikasi baik organisasi maupun individual; (iv) memenuhi komitmen yang telah disepakati; (vi) bertanggungjawab terhadap kesalahan dan melakukan perbaikan. Melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh pihak lain kepada pihak berwenang; (vii) melindungi informasi rahasia yang telah dipercayakan; (viii) menegakkan kode Etik ini dan saling bertanggungjawab.
  • 18. Prinsip Dasar (3)  Bertanggungjawab (responsibility)  Wajib → (i) mengetahui dan menegakkan kebijakan, aturan, regulasi dan hukum yang terkait; (ii) melaporkan perilaku ilegal dan tidak etis kepada pengelola dan jika perlu kepada pihak yang terdampak; (iii) tidak terlibat dalam perilaku ilegal, termasuk tetapi tidak terbatas, pada pencurian, penipuan, korupsi atau penyuapan; (iv) tidak mengambil hak pihak lain, termasuk hak intelektual. Selain itu, tidak membantu atau terlibat dalam perilaku ilegal.; (v) melindungi pihak pelapor perilaku ilegal; (vi) hanya melaporkan pelanggaran etika berdasar fakta; (vii) menghukum pihak yang membuat tuduhan palsu; (viii) menghukum pihak yang mengancam pihak lain yang peduli terhadap pelanggaran etika; (ix) menyampaikan pelanggaran Kode Etik pada pihak berwenang untuk diselesaikan.
  • 19. Prinsip Dasar (4)  Menghargai (respect) → memperlakukan orang lain dengan hormat setiap saat, yang berarti tidak menggunakan istilah menghina terhadap orang lain, menghargai hak orang lain, memperlakukan orang dengan sopan dan mengakui berbagai peran yang dimainkan orang lain dalam pengambilan keputusan. Menghargai adalah tugas kita untuk menunjukkan rasa hormat yang tinggi kepada diri kita sendiri, orang lain, dan sumber daya yang dipercayakan kepada kita. Sumber daya yang dipercayakan dapat mencakup orang, uang, reputasi, keselamatan dan sumber daya alam atau lingkungan. Kami mempromosikan ini karena penghargaan menimbulkan kepercayaan, kepercayaan diri, dan keunggulan kinerja melalui gotong royong. Rasa hormat mendorong dan menghargai keberagaman pandangan
  • 20. Prinsip Dasar (5)  Menghargai (respect)  Aspirasi → (i) memahami norma dan kebiasaan pihak lain dan menghindari perilaku yang dapat menyinggung pihak lain; (ii) mendengarkan pandangan pihak lain, dan berupaya memahaminya; (iii) melakukan pendekatan langsung pada pihak lain yang terlibat konflik atau ketidaksepakatan dengan kita; (iv) berperilaku profesional walaupun pihak lain tidak berperilaku sama; (v) tidak menanggapi komentar negatif terhadap pihak lain; (vi) tidak menyerang kolega dari disiplin ilmu lain  Wajib → (i) berunding dengan niat baik; (ii) tidak memanfaatkan kekuasaan baik keahlian maupun kewenangan untuk mempengaruhi keputusan atau tindakan pihak lain dalam rangka memperoleh manfaat sendiri di atas kerugian pihak lain; (iii) tidak bertindak kasar pada pihak lain; (iv) menghargai milik orang lain.
  • 21. Prinsip Dasar (6)  Berlaku Adil (fairness) → membuat keputusan dan bertindak tidak memihak dan obyektif. Berperilaku bebas dari kepentingan diri sendiri, prasangka, favoritism. Membuat keputusan semata-mata berdasar profesionalisme.  Aspirasi → (i) terbuka dalam proses pengambilan keputusan; (ii) terus menerus menguji ketidakberpihakan dan obyektifitas, mengambil tindakan perbaikan terkait; (iii) menyediakan akses setara terhadap informasi kepada pihak yang membutuhkan; (iv) memberi kesempatan yang sama kepada semua perencana kota dan wilayah  Wajib → (i) secara aktif mengungkapkan setiap peluang atau kejadian nyata konflik kepentingan diantara pihak terkait; (ii) menghindari konflik kepentingan dengan secara terus menerus mencari kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dan menyelesaikannya;
  • 22. Prinsip Dasar (7)  Berlaku Adil (fairness)  (iii) Tidak mempekerjakan atau memecat, memberi hadiah atau hukuman, atau menolak kontrak berdasar pertimbangan pribadi, termasuk dan tidak terbatas pada favoritisme, nepotisme dan penyuapan; (iv) tidak membedakan berdasar, tetapi tidak terbatas pada, gender, suku, usia, agama, disabilitas, kebangsaan atau orientasi seks; (v) melaksanakan aturan organisasi tanpa favoritisme atau prasangka  Kejujuran (honesty) → memahami kebenaran dan bertindak secara benar baik dalam berkomunikasi dan berperilaku. Hal ini berarti mematuhi hukum, memantau perilaku sejujurnya, mengungkapkan peluang dan konflik kepentingan nyata.
  • 23. Prinsip Dasar (8)  Kejujuran (honesty)  Aspirasi → (i) bersungguh-sungguh berupaya memahami dan menemukan kebenaran, (ii) berkomunikasi dan berperilaku secara jujur; (iii) menyediakan informasi akurat dan tepat waktu; (iv) membuat komitmen dan janji, baik eksplisit maupun implisit, dengan jujur; (v) berusaha menciptakan suasana yang aman bagi pihak yang ingin berbagi fakta  Wajib → (i) tidak terlibat atau membenarkan perilaku yang dirancang untuk menipu orang; termasuk tapi tidak terbatas pada, membuat pernyataan yang menyesatkan, menyampaikan hanya sebagian informasi, memberikan informasi di luar konteks; (ii) tidak terlibat dalam perilaku tidak jujur dengan maksud memperoleh manfaat pribadi atau merugikan pihak lain.
  • 24. Pelaksanaan  Kode Etik akan diselesaikan melalui pengumpulan Kode Etik yang telah ditandatangani para pihak  Komite Disiplin akan mendengar dan mengadili seluruh kasus  Seperangkat peraturan dan prosedur akan melengkapi terkait laporan kasus, bagaimana penanganannya, hak pelapor dan terlapor. Komite Banding akan mendengar seluruh kasus  Rancangan Kode Etik, setelah disetujui Dewan Kota, disiapkan untuk pemangku kepentingan melakukan review sebelum dapat diakses pada internet. Tanggapan akan diakomodasi dan dijadikan masukan penyempurnaan
  • 25. Terima kasih Sumber: ▪ https://seputarilmu.com/2020/03/kode-etik-menurut-para-ahli.html ▪ https://seputarilmu.com/2019/10/moral.html ▪ https://haloedukasi.com/kode-etik ▪ R.Rizal Isnanto, ST, MM, MT, Buku Ajar Etika Profesi, Fakultas Teknik Univeritas Diponegoro, Semarang, 2009. ▪ M. Prawiro. Etika Profesi: Pengertian, Fungsi, Prinsip, dan Contohnya, 2018. ▪ South African Council for Planners. Code of Ethics and Professional Conduct, 2011. oswar.mungkasa63@gmail.com pitt.academia.edu/oswarmungkasa www.researchgate.net/profile/Oswar_Mungkasa2 30/03/2021 25