1. KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA
TUGAS KELOMPOK
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
Keluarga(PB315) yang Diampu Oleh: Dr. Hj. Euis Farida, M.Pd.(0592)
Disusun oleh:
Hardi Muchardiman 1104978
Novianita 1103727
Oktria Purnama 1104624
Rosi Rosmiati 1106207
Tenty Nurul 1105133
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
2. KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari
sistem nilai yang ada di masyarakat tertentu. Sistem nilai menentukan perilaku
anggota masyarakat. Berbagai sistem nilai ada di masyarakat yaitu: a) nilai agama
saat ini degradasi terhadap agama sangat terasas sekali, semua agama merasakan
bahwa kebanyakan umatnya kurang setia pada agama yang dianutnya. b) degradasi
nilai adat istiadat, yang sering disebut tata susila atau kesopanan, hal ini dapat
dibuktikan pada perilaku anak-anak, remaja saat ini. c) degradasi nilai-nilai sosial,
sebagaimana kita saksikan saat ini, masyrakat sangat individualis mementingkan diri
sendiri dalam segala hal, enggan berbagi harta, pikiran ,saran dan pendapat, tidak
mau bergaul terutama dengan orang rendahan, memutusan tali silaturrahmi terutama
dengan keluarga. d) degradasi kesakralan keluarga, seperti yang kita lihat saat ini
banyak sekali kekisruhan keluarga, banyak sekali kasus suami membunuh istrinya,
dan sebaliknya, ayah membunuh anaknya dan sebaliknya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga modern mempunyai ciri utama
kemajuan dan perkembangan di bidang pendidikan, ekonomi dan pergaulan.
Kebanyakan keluarga modern berada di perkotaan, mungkin juga ada keluarga
modern tinggal di pedesaan, akan tetapi jarang berinteraksi dengan masyrakat
pedesaan. Kelengkapan alat transportasi dan komunikasi memungkinkan mereka
cepat berinteraksi di kota yaitu dengan keluarga lainnya. Namun dibalik semua itu,
terdapat krisis keluarga, artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur
dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-
anaknya terutama remaja. Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab terjadinya krisis
keluarga yaitu: kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga terutama
ayah dan ibu, sikap egosentrisme, masalah ekonomi, masalah kesibukan, masalah
pendidikan, masalah perselingkuhan, jauh dari agma.
3. Dari sekian banyak masalah keluarga yang telah disebutkan di atas, pasti ada
jalan keluar untuk penyelesaian.Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara
modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah keluarga
dengan cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau dengancara kasih
sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikan krisis keluarga terutama
yang berhubungan dengan masalah anak dan istri. Cara ilmiah adalah cara konseling
keluarga (family conseling). Cara ini adalah yang telah dilakukan oleh para ahli
konseling diseluruh dunia. Ada dua pendekatan dilakukan dalam hal ini: 1).
Pendekatan individual atau juga disebut konseling individual yaitu upaya menggali
emosi, pengalaman dan pemikiran klien. 2). Pendekatan kelompok (family
conseling). Yaitu diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
A. Sejarah Konseling Keluarga
Sejarah perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari Eropa dan
Amerika Serikat pada tahun 1919 yakni sesudah perang dunia I , Magnus Hirschfeld
mendirikan klinik pertama untuk pemberian informasi dan nasehat tentang masalah
seks di Berlin Institut For sexual science. Pusat informasi dan advis yang sama
didirikan pula di Vienna pada tahun 1922 0leh Karl Kautsky dan kemudian pusat lain
didirikan lagi di Berlin pada tahun 1924. Di Amerika Serikat ada dua penentu yang
masing-masing berkaitan dalam perkembangan gerakannya yaitu: 1). Adanya
perkembangan pendidikan keluarga yang diusahakan secara akademik, dan kemudian
menjadi pendidikan orang dewasa. 2). Munculnya konseling perkawinan dan keluarga
terutama dalam masalah-masalah hubungan diantara anggota keluarga (suami, istri
dan anak-anak) dalam konteks kemasyrakatan. Tokoh yang ulung dalam bidang
pendidikan kehidupan perkawinan dan keluarga pada awal sejarah masa lalu adalah
Ernest Rutherford Gover (1877-1948).
4. Perkembangan konseling keluarga di Indonesia sendiri tertimbun oleh
maraknya perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan
konseling (BK) di sekolah pada masa tahun 60-an bahkan sampai pada saat ini
dirasakan sebagai suatu kebutuhan, karena banyak sekali masalah-masalah siswa,
seperti kesulitan belajr, penyesuaian sosial, dan masalah perilaku siswa yang tidak
dapat dipecahkan oleh guru biasa. Jadi diperlukan guru BK untuk membantu siswa.
Namun sejak awal, lulusan BK ini memang sangat sedikit, sehingga sekolah
mengambil kebijakan menjadikan guru biasa merangkap BK. Hal ini telah
mencemarkan nama BK karena banyak perlakuan “guru BK” yang tidak sesuai denga
prinsip-prinsip BK, seperti memarahi siswa, bahkan ada yang memukul. Mengenai
kasus keluarga, banyak juga ditemukan di sekolah seperti siswa yang menyendiri, dan
suka bermenung.Dan memang belakangan diketahui ternyata keluarganya berantakan,
misalnya ayah ibu bertengkar dan bercerai.
Dalam proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi
orientasi: 1) orientasi praktis, yaitu kebenaran tentang perilaku tertentu diperoleh dari
pelaksanaan proses konseling di lapangan. Gaya kepribadian konselor praktis dengan
gaya konduktor, kepribadiannya hebat, giat, dapat menguasai audence sehingga
mereka terpana. Selamjutnya dengan gaya reaktor, yaitu kepribadian konselornya
cenderung tidak menguasai, menggunakan taktik secara dinamika kelompok
dikeluarga. 2) orientasi teoritis, cara yang ditempuh adalah dengan mengadakan
penelitian.
Perkembangan konseling keluarga selanjutnya. Dimulai dari tahub 80-an
ditandai dengan adanya pengorganisasian dalam konseling keluarga dan
bermunculannya literatur yang makin banyak dalam bidang tersebut. Susan Jones
dalam bukunya “family Therapy” menggunakan perbandingan-perbandingan
pendekatan dalam konseling keluarga yaitu:
1. Integratif (Ackerman)
2. Psikoanalitik (Farmo, Steirlin, Grotjan)
5. 3. Bowenian (Bowen)
4. Struktural (Minuchin)
5. Interaksional (Jackson, Watslawick, Haley, Satir)
6. Social Network (Speck, Attinev, Rueveni)
7. Behavioral (Patterson).
B. Pengertian Keluarga
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga
adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti
dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan
berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-
masing anggotanya.
Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
wanita.Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi daripada dorongan
seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri.
Dhurkeim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil
faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan.
Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Sehingga keluarga itu terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Keluarga Kecil atau “Nuclear Family”
Keluarga inti adalah unit keluarga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak
mereka; yang kadang-kadang disebut juga sebagai “conjugal”-family.
2. Keluarga Besar “Extended Family”
Keluarga besar didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah besar orang, yang
meliputi orang tua, anak, kakek-nenek, paman, bibi, kemenekan, dan seterusnya.Unit
keluarga ini sering disebut sebagai „conguine family‟ (berdasarkan pertalian darah).
C. Hakikat Konseling dalam Keluarga
6. Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah untuk
membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam mencapai kehidupan efektif
sehari-hari. Konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk membantu
keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang sehingga
semua anggota keluarga bahagia.
Ikatan bathin merupakan ikatan yang bersifat psikologis. Maksudnya diantara
suami dan istri harus saling mencintai satu sama lain, tidak ada paksaan dalam
menjalani perkawinan. Kedua ikatan, yaitu ikatan lahir dan bathin merupakan
tuntutan dalam perkawinan yang sangat mempengaruhi keutuhan sebuah
keluarga.Tipe keluarga yang umumnya dikenal adalah dua tipe, yaitu keluarga
inti (nuclear family) dan keluarga yang diperluas (extended family). Beberapa
karakteristik keluarga bahagia yang menjadi tujuan dari konseling keluarga antara
lain: (1) menunjukkan penyesuaian yang tinggi, (2) menunjukkan kerja sama yang
tinggi, (3) mengekspresikan perasaan cinta kasih sayang, altruistik dan teman sejati
dengan sikap dan kata-kata (terbuka), (4) tujuan keluarga difokuskan kepada
kebahagiaan anggota keluarga, (5) menunjukkan komunikasi yang terbuka, sopan,
dan positif, (6) menunjukkan budaya saling menghargai dan memuji, (7)
menunjukkan budaya saling membagi, (8) kedua pasangan menampilkan emosi yang
stabil, suka memperhatikan kebutuhan orang lain, suka mengalah, ramah, percaya
diri, penilaian diri yang tinggi, dan (9) komunikasi terbuka dan positif.
Pada umumnya masalah-masalah yang muncul dalam keluarga adalah
berkenaan dengan: (1) masalah hubungan sosial-emosional antar anggota keluarga,
(2) masalah hubungan antar keluarga, (3) masalah ekonomi, (4) masalah pekerjaan,
(5) masalah pendidikan, (6) masalah kesehatan, (7) masalah seks, dan (8) masalah
keyakinan atau agama.
D. Fungsi Keluarga
1. Fungsi – fungsi Keluarga.
a. Pengertian Fungsi Keluarga
7. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus
dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
b. Macam-macam Fungsi Keluarga.
Pekerjaan – pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan/
dirinci ke dalam beberapa fungsi, yaitu:
1) Fungsi Biologis
Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang-orang tua bagi anak anaknya
dapat berbentuk antara lain pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami isteri,
pengetahuan untuk mengurus rumah tangga bagi ang isteri, tugas dan kewajiban bagi
suami, memelihara pendidikan bagi anak-anak dan lain-lain. Setiap manusia pada
hakiaktnya terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup
keturunannya, melalui perkawinan.
2) Fungsi Pemeliharaan.
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari
gangguan-gangguan.
3) Fungsi Ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan pokok manusia, yaitu:
a) Kebutuhan makan dan minum.
b) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya
c) Kebutuhan tempat tinggal.
Berhubungan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua
diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup
makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
8. 4) Fungsi Keagamaan
Keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-
ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
5) Fungsi Sosial.
Dengan fungsi ini kebudayaan yang diwariskan itu adalah kebudayaan yang telah
dimiliki oleh generasi tua, yaitu ayah dan ibu, diwariskan kepada anak-anaknya
dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang
baik burukna perbuatan dan lain-lain.
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya
bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang
dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-perananyang diharapkan akan
mereka jalankan keak bila dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang disebut dengan
istilah sosialisasi.
Dalam buku Ilmu Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara,
dikatakan bahwa fungsi-fungsi keluarga meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a) Pembentukan kepribadian.
b) Sebagai alat reproduksi.
c) Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat.
d) Sebagai lembaga perkumpulan perekonomian.
e) Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan.
Keberadaan sebuah keluarga pada hakikatnya untuk memenuhi fungsi-fungsi
sebagai berikut : (1) fungsi kasih sayang, yaitu memberikan cinta erotik, cinta kasih
9. sayang, cinta altruistik, dan cinta teman sejati, (2) fungsi ekonomi, (3) fungsi status,
(4) fungsi pendidikan, (5) fungsi perlindungan, (6) fungsi keagamaan, (7) fungsi
rekreasi, dan (8) fungsi pengaturan seks.
E. Asumsi Dasar Konseling Keluarga
Adapun inti dari pelaksanaan konseling keluarga sebagai salah satu layanan
profesional dari seorang konselor didasari oleh asumsi dasar sebagai berikut:
1. Terjadinya perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang anggota keluarga
bukan hanyadisebabkan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh interaksi yang
tidak sehat dengan anggota keluarga yang lain.
2. Ketidak tahuan individu dalam keluarga tentang peranannya dalam menjalani
kehidupan keluarga.
3. Situasi hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.
4. Penyesuaian diri yang kurang sempurna dalam sebuah keluarga sangat
mempengaruhi situasi psikologis dalam keluarga
5. Konseling keluarga diharapkan mampu membantu keluarga mencapai
penyesuaian diri yang tinggi diantara seluruh anggota keluarga
6. Interaksi kedua orang tua sangat mempengaruhi hubungan semua anggota
keluarga. Hal ini dikemukakan oleh Perez (1979) menyatakan sebagai berikut:
Family therapi is an interactive proses which seeks to aid the family in regainnga
homeostatic balance with all the members are confortable.
Dari definisi di atas konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif
untuk membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau
seimbang sehingga semua anggota keluarga bahagia.
Ini berarti bahwa sebuah keluarga membutuhkan pendekatan yang beragam
untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh anggota keluarga.Rumusan di atas
memuat dua implikasi yaitu; terganggunya kondisi seorang anggota keluarga
merupakan hasil adaptasi/interaksi terhadap lingkungan yang sakit yang diciptakan
didalam keluarga. Kedua, seorang anggota keluarga yang mengalami gangguan
10. emosional akan mempengaruhi suasana dan interaksi anggota keluarga yang lain,
sehingga diupayakan pemberian bantuan melalui konseling keluarga. Terlaksananya
konseling keluarga akan membantu anggota keluarga mencapai keseimbangan psiko
dan psikis sehingga terwujudnya rasa bahagia dan kenyamanan bagi semua anggota
keluarga.
F. Tujuan Konseling Keluarga
Tujuan dari konseling keluarga pada hakikatnya merupakan layanan yang
bersifat profesional yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika keluarga
merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota keluarga.
2. Membantu anggota keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah satu
anggota keluarga mengalami masalah, dia akan dapat memberikan pengaruh,
baik pada persepsi, harapan, maupun interaksi dengan anggota keluarga yang
lain.
3. Upaya melaksanakan konseling keluarga kepada anggota keluarga dapat
mengupayakan tumbuh dan berkembang suatu keseimbangan dalam kehidupan
berumah tangga.
4. Mengembangkan rasa penghargaan diri dari seluruh anggota keluarga kepada
anggota keluarga yang lain.
5. Membantu anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar fungsi keluarga
menjadi maksimal.
6. Membantu individu keluarga yang dalam keadaan sadar tentang kondisi dirinya
yang bermasalah, untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang dirinya
sendiri dan nasibnya sehubungan dengan kehidupan keluarganya.
Agar mampu mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka seorang konselor
keluarga hendaknya memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan berfikir cerdas, berwawasan yang luas, serta
komunikasi yang tangkas dengan penerapan moral yang laras dengan
penerapan teknik-teknik konseling yang tangkas
11. 2. Etika professional, yakni kemampuan memahami dan bertindak sesuai dengan
kaidah-kaidah pelayanan konseling yang dipadukan dalam hubungan
pelayanan konseling terhadap anggota keluarga
3. Terlatih dan terampil dalam melaksanakan konseling keluarga
4. Mampu menampilkan ciri-ciri karakter dan kepribadian untuk menangani
interaksi yang kompleks pasangan yang sedang konflik dan mendapatkan
latihan untuk memiliki keterampilan khusus.
5. Memiliki pengetahuan yang logis tentang hakikat keluarga den kehidupan
berkeluarga.
6. Memiliki jiwa yang terbuka dan fleksibel dalam melaksanakan konseling
keluarga.
7. Harus obyektif setiap saat dalam menelaah dan menganalisa masalah.
G. Pengertian Keluarga Bahagia
Keluarga bahagia adalah identik dengan keluarga yang harmonis sangat
menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan
dan menjadi pusat ketenangan hidup (Bambang, 2000 :52). Setiap keluarga selalu
mendambakan terciptanya keluarga bahagia dan tidak jarang setiap keluarga
mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan upaya. Bahkan mereka
menempa anak-anaknya agar mampumempersiapkan diri dalam membentuk
kehidupan dalam berkeluarga yang bahagia, sesuai dengan apa yang didambakan
orang tuanya.
Keluarga bahagia dan sejahtera adalah tujuan dan sekaligus harapan ideal
sebuah keluarga Indonesia.Kata bahagia selalu dikaitkan dengan aspek psikologis dan
ukuran-ukuran perasaan yang paling dalam. Sementara kata sejahtera dikaitkan
dengan keluarga yag cukup dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang,
pangan, dan papan. Keadaan cukup tentu bersifat relatif, tetapi di dalamnya
terkandung makna mampu memenuhi kebutuhan minimal, sehingga keadaan seperti
12. itu dapat menciptakan suasana dalam keluarga tenang.Bahagia dan sejahtera dalam
konteks keluarga seolah-olah mengandung pengertian tunggal, karena
menggambarkan adanya situasi seimbang antara suasana batin (rohani) dan suasana
lahir (jasmani).Singkat kata, sebuah keluarga belum disebut bahagia jika hanya
berkecukupan harta benda, namun tidak menikmati suasana batin yang baik.
Di samping itu kelurga bahagia akan terealisasikan apabila kebutuhan-
kebutuhn setiap individu di dalam keluarga terpenuhi sebagai kebutuhan hidup
manusia. Kebutuhan individu ada dua jenis yaitu :
1. Kebutuhan Biologis.
Kebutuhan biologis adalah kebutuhan akan sandang, pangan, papan, seks serta
aspek-aspek yang lainnya yang merupakan pemenuhn kebutahan fisik setiap individu
lainnya.
2. Kebutuhan Sosiologos/Psikologi.
Kebutuhan sosiopsychis adalah kebutuhan akan harga diri, rasa aman,
tentram, kebutuhan religius, kebutuhan akan keindahan, rasa kebebasan, rasa
mengenal, rasa sukses.
Kebahagiaan sebagai tujuan pembentukan keluarga merupakan ikitan jiwa
seseorang suami dan istri dalam lingkungan keluarga dipengaruhi dan pengabdia
tulus diantara mereka, memberikan pancaran kesucian tertentu dan nilaisangant tingi
kepada kehidupan keluarga.
H. Ciri-Ciri Keluarga Bahagia
Keluarga yang di Idealkan oleh manuasia adalah keuarga yang memiliki
mental sehat demikian : sakinah (perasaan tenang), mawaddah (cinta), dan ramah
(kasih sayang). Antar keluarga saling menyayangi dan merindukan. Sang Ayah
menyayangi, mencintai dan merindukan anak dan Ibu dari Anak-anaknya. Sang Ibu
13. mencintai dan merindukan anak-anak dai Ayahnya. Sang anakpun demikian
mencintai, merindukan Ayah dan Ibunya. Dengan demikian diantara mereka terdapat
suatu kesatuan (unity) terhadap yang lain. Ciri-ciri pola hubungan yang melekat pada
keluarga yang bahagia adalah (1) Kesatuan dengan Sang Pencipta . (2) kesatuan
dengan alam semesta (3) komitmen (4) tausiyah dan feedback (5) keluesan (6)
kesatuan fisik (7) dan hunbungan seks yang sehat (8) bekerjasama (9) saling percaya
dan lain-lain.
Menurut Danuri (1999:19) ciriciri keluarga bahagia diantaranya :
1. Adanya ketenangan jiwa yang dilandasi oleh ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Hubungan yang harmonis antara individu dengan individu lain dalam
keluarga dan masyarakat.
3. Terjamin kesehatan jasmani, rohani, dan sosial.
4. Cukup sandang, pangan, dan papan.
5. Adanya jaminan hukum terutama hak azasi manusia.
6. Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar.
7. Ada jaminan di hari tua, sehingga tidak perlu khawatir terlantar di masa
depan.
8. Tersediaanya fasilitas rekreasi yang wajar.
I. Faktor-Faktor Penentu Kebahagiaan Rumah Tangga
Menurut Singgih D. Gunarso (1999:67) faktor-faktor yang harus di penuhi
demi terciptannya keluarga bahagia adalah:
1. Perhatian.
Perhatian dapat diartikan sebagai menaruh hati.Menaruh hati pada seluruh
anggota keluarga adalah pokok hubungan yang baik diantara para anggota
14. keluarga.Menaruh hati terhadap kejadian dan peristiwa di dala keluarga, berarti
mengikuti dan memperhatikan perkembangan seluruh keluarganya, lebih jauh lagi
orang tua harus mengarhakan perhatiannya untuk mencari lebih mendalam sebab dan
sumber permasalahanyang terjadi di dalam keluarga dan perlu juga memperhatikan
juga terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap anggota keluarga.
2. Penambahan pengetahuan
Mencari pengetahuan dan menambah oengetahuan bukan monopoli siswa-
siswi atau mahasiswa saja.Dalam keluarga, baik orang tua maupun anak harus
menambang pengetahuan tanpa henti-hentinya.Di luar, mereka menarik pelajaran dan
inti dari segala yang dilihat dan dialaminya.Lebih penting lagi ialah usaha
mengetahui mereka yang lebih dekat yakni seluruh keluarga anggota
keluarga.Biasanya kita lebih cenderung untuk memperhatikan kejadian-kejadian di
luar rumah tangga, sehingga kejadian-kejadian di rumah terdesak denga kemungkinan
timbulnya akibat-akibat yang tidak di sangka-sangka, karena kelalaian
kita.Mengetahui setiap perubahan di dalm keluarga dan perubahan anggota keluarga
berarti mengikuti perkembangan setiap anggota.
3. Pengenalan diri.
Dengan pengetahuan yangberkembang terus sepanjang hidup, maka usaha-
usaha pengenalan diri akan dapat dicapai. Pengenalan diri setiap anggota berarti juga
pengenalan diri sendiri. Anak-anak biasanya belum mengadakan pengenalan diri dan
baru akan mencapainya dalam bimbingan dalam keluarganya, setelah anak banyak
pergi keluar rumah, di mana lingkungan lebih luas, pandangan dan pengetahuan diri
mengenai kemampuan-kemampuan, kesanggupan-kesanggupan dan sebagainya akan
menambah pengenalan dirinya. Pengenalan yang baik akan memupuk pula
pengertian-pengertian.
15. 4. Pengertian
Apabila pengetahuan dan pengenalan diri sudah tercapai, ,akan lebih mudah
menyoroti semua kejadian-kejadian atau peristiwayang terjadi di dalam keluarga.
Masalah-masalah lebih mudah di atasi apabila latar belakang kejadian dapat
terungkap. Dengan adanya pengertian dari setiap anggota keluarga, maka akan
mengurangi timbulnya masalah di dalam keluarga.
5. Sikap menerima
Sikap menerima setiap anggota keluarga sebagai langkah kelanjutan
pengertian, berarti segala kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya, ia harus
mendapat tempat di dalam keluarga.
6. Peningkatan usaha
Setelah setiap anggota di terima dengan segala kekurangan dan
kemampuannya sebagai anggota keluarga penuh yang menduduki tempatnya masing-
masing dalam keluarga, perlu adanya peningkatan usaha.Peningkatan usaha ini perlu
di lakukan dengan mengembangkan setiap aspek dari anggota keluarganya secara
optimal.Peningkatan usaha ini perlu agar tidak terjadi keadaan yang statis dan
membosankan.Peningkatan usaha di sesuaikan dengan setiap kemapuan baik materi
dari pihak orang tua maupun anak.
J. Kendala-Kendala Dalam Mencapai Kebahagiaan Keluarga
Kendala dalam mencapai kebahagiaan keluarga diantaranya adalah hubungan
antara suami istri yang tidak harmonis, adanya sikap acuh tak acuh terhadap anggota
keluarga, tdak adanya suatu usaha untuk peningkatan kualitas hidup, sikap tidak
saling menerima, tidak perhatian.
16. K. Pengertian Konseling Keluarga
Konseling Keluarga pada dasarnya merupakan penerapan Konseling pada
situasi yang khusus.Konseling Keluarga ini secara khusus memfokuskan pada
masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggarannya
melibatkan anggota keluarga.
Crane mengatakan, bahwa Konseling Keluarga merupakan proses pelatihan
terhadap orang tua dalam hal metode mengendalikan prilaku yang positif dan
membantu orang tua dalam perilaku yang dikehendaki. Dalam pengertian ini
Konseling Keluarga tidak bermaksud untuk mengubah kepribadian, sifat, dan
karakter orang-orang yang terlibat, tetapi lebih mengusahakan perubahan dalam
system keluarga melalui pengubahan perilaku.
17. DAFTAR PUSTAKA
Ziedy, M. (2012).Bimbingan Konseling dalam Keluarga.[Online]. Tersedia di
http://ziedymu.blogspot.com/2012/11/bimbingan-konseling-dalam-
keluarga_3008.html (19 Februari 2014)
Nurjaman, Z. (_). Konseling Keluarga.[Online]. Tersedia di
http://zientanurjaman.wordpress.com/konseling/konseling-keluarga/ (19
Februari 2014)
Willis, S. (2009). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: ALFABETA.