SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Strategi Sukses
Impelementasi MBS
implementasi MBS akan berhasil melalui strategi-
strategi berikut ini:
1. Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal yaitu :
a. dimilikinya kekuasaan dan kewenangan,
b. pengembangan pengetahuan yang berkesinambungan (SDM),
c. akses informasi ke segala bagian (Koordinasi) dan
d. pemberian penghargaan kepada setiap orang yang berhasil
(reward).
2. Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal
pembiayaan (wali murid merasa memiliki) , proses pengambilan
keputusan terhadap hal hal yang memerlukan partisipasi
masyarakat.
3. Adanya kepemimpinan kepala sekolah yang mampu
menggerakkan (Memenag ) dan mendayagunakan setiap
sumberdaya sekolah secara efektif.
4. Keempat, adanya proses pengambilan keputusan yang
demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif (komite
digalang).
5. semua komponen sekolah harus memahami peran dan
tanggungjawabnya secara sungguh-sungguh sesuai dengan Job Dis
lembaga.
6. Adanya komunikasi dan kerja sama dari Departemen terkait sehingga
mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan
efektif. Namun tidak berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan
membelenggu sekolah.
7. Sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal
diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban setiap bulan dan
tahun.
8. Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah
dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa.
9. Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi
peran masing-masing, mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap
peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran, evaluasi atas
pelaksanaan di lapangan dan dilakukan perbaikan-perbaikan.
MBS mampu memberi kontribusi terhadap empat
keluaran pendidikan yaitu
1. meningkatkan efisiensi penggunaan
sumber daya termasuk personel,
2. meningkatkan profesionalisme guru,
3. implementasi reformasi kurikulum
4. dan meningkatkan keikutsertaan
masyarakat dalam pendidikan.
Wohlstetter dan Mohrman (1996) menyatakan terdapat
empat macam kegagalan implementasi MBS:
1. Sekedar mengadopsi model apa adanya
tanpa upaya kreatif .
2. Kepala sekolah bekerja berdasarkan
agendanya sendiri tanpa pemperhatikan
aspirasi seluruh anggota dewan sekolah.
3. Kekuasaan pengambilan keputusan
terpusat pada satu pihak dan cenderung
semena-mena (otoriter).
4. Menganggap bahwa MBS adalah hal biasa
dengan tanpa usaha yang serius akan
berhasil dengan sendirinya.
Problem
Biasanya di awal tahun ajaran baru para orang tua
menjadi pusing memikirkan kelanjutan pendidikan
putera-puteri mereka. Berhadapan dengan biaya
sekolah yang mahal .Orang tua cenderung memilih
sekolah negeri. Kalau pun ada sekolah swasta maka
lebih sering putera-puterinya diarahkan kepada sekolah-
sekolah swasta yang gencar promosinya, walaupun
belum mengetahui apa yang sebenarnya yang ada dan
akan terjadi. Ada juga orang tua yang sering
mengklarifikasi eksistensi sekolah dan kemajuannya
sehingga melihat prospek sekolah sebagai wacana
utama sebelum menjatuhkan pilihan (gedung yang
megah dan fasilitas yang mewah dan lengkap.
Konsep tentang Kepala sekolah
1. KS adalah pelaksana suatu tugas yang sarat dengan harapan
dan pembaharuan. Kemasan cita-cita mulia pendidikan kita secara
tidak langsung diserahkan kepada kepala sekolah. Optimisme
orang tua yang terkondisikan pada kepercayaan menyekolahkan
putera-puterinya pada sekolah tertentu tidak lain berupa fenomen
menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah. Singkatnya,
kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan.
2. KS sebagai konseptor managerial yang bertanggungjawab
pada kontribusi masing-masingnya demi efektivitas dan
efiseiensi kelangsungan pendidikan . Akhirnya, kepala sekolah
berperanan sebagai manager yang mengelola sekolah.
bahkan secara begitu saja dikatakan bahwa wajah sekolah ada
pada kepala sekolahnya. Di sini tampak peranan kepala sekolah
bukan hanya seorang akumulator yang mengumpulkan aneka
ragam potensi penata usaha, guru, karyawan dan peserta didik;
melainkan.
Persoalan dalam mengelola lembaga
pendidikan
1. Demi standarisasi dan uniformitas, kepala sekolah menerima semua
mata pelajaran resmi milik para konseptor pendidikan. Sayangnya,
peserta didik dikorbankan oleh beban pelajaran yang kian menekan.
Pengembangan kurikulum dengan cara menambah mata pelajaran alternatif
bukannya menambah gairah belajar peserta didik malah memposisikan
peserta didik sebagai robot kurikulum. Belum lagi ada pekerjaan rumah
yang mesti diselesaikan. Kapan mereka bermain? Kapan mereka
bersosialisasi dengan lingkungan? Sekolah betul-betul tidak membebaskan
peserta didik.
2. Kemasan kurikulum yang rapi itu pun masih belum bisa direalisasikan.
Peserta didik dibiarkan mengembara tanpa seorang fasilitator secara
berlarut lama. Kalaupun ada maka kualitasnya pun tak bisa dibanggakan
karena selalu menunggu instruksi dari kepala sekolah. Bukankah peserta
didik harus memperoleh ilmu pengetahuan? Bukankah mereka wajib
menuntut hak mereka bila sudah melunasi kewajibannya?
• Krisis itu kian membara apabila kepala sekolah tidak
mengetahui tugasnya sebagai kepala sekolah. Bukankah
dia adalah seorang planner, organizer, actuater dan
controller? Tidak ada tanda-tanda bagi sebuah
manajemen yang teratur. Komunikasi yang interpersonal
dengan rekan kerja tidak banyak dilakukan. Manajemen
waktu, kurikulum, system informasi dan pembagian
tugas yang jelas kepada para wakil-wakilnya seolah-olah
sudah ada tetapi tanpa arah yang pasti.
• Mekanisme komunikasi yang melahirkan suatu keputusan penting
terpenjarakan dalam persepsi yang keliru akibat tak bisa
membedakan antara pertemuan dan pengumuman sehingga
sesuatu yang urgen dan bahkan harus segera dipecahkan malah
dibuat dalam bentuk pemberitahuan yang tak menuntut banyak
masukan dan tanggapan. Kesannya, kepala sekolah itu orang yang
sudah banyak pengetahuan dan pengalaman sehingga
meremehkan input yang datang dari grassroot. Sang kepala
sekolah jarang berada di kantor, super sibuk, gemar menghadiri
pertemuan di luar sekolah. Ironisnya, kepala sekolah yang sibuk itu
tidak mengetahui perkembangan informasi yang mungkin sangat
berguna bagi peserta didik dan perkembangan rekan-rekannya.
Kedisiplinan sebagai alasan bagi pemecatan bawahan tetapi kepala
sekolah sering tidak masuk sekolah dan berdalil mengikuti meeting
yang begitu urgen dan tak terwakilkan.
3. Kegagalan sekolah sebetulnya sudah diambang
pintu bila letak prioritas kebutuhan sekolah
bukan pada kualitas intern tetapi pada promosi
dan sensasi. Kecanggihan sekolah dimegahkan
pada deretan CD komputer sambil melupakan
ketersediaan buku dan majalah yang
merangsang kesadaran membaca peserta didik.
via media OHP/LCD Projecktor sambil terlena
dalam kebodohan melihat efek negatif dan
efektivitas dari penggunaan fasilitas itu.
Manajer di Sekolah
1.
Mengimbangi krisis yang ada, kepala sekolah
tidak hanya dituntut sebagai educator dan
administrator, melainkan juga harus
berperanan sebagai manajer dan supervisor
yang mampu menerapkan manajemen
bermutu. Indikasinya ada pada iklim kerja dan
proses pembelajaran yang konstruktif,
berkreasi serta berprestasi.
• Manajemen sekolah tidak lain berarti
pendayagunaan dan penggunaan sumber daya
yang ada dan yang dapat diadakan secara
efisien dan efektif untuk mencapai visi dan misi
sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab
atas jalannya lembaga sekolah dan kegiatannya.
Kepala sekolah berada di garda terdepan dan
dapat diukur keberhasilannya.
• Pada prinsipnya manajemen sekolah itu sama
dengan manajemen yang diterapkan di
perusahaan. Perbedaannya terdapat pada
produk akhir yang dihasilkan. Yang dihasilkan
oleh manajemen sekolah adalah manusia yang
berubah. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari
yang tidak berpengalaman menjadi
berpengalaman, dari yang tak bisa menjadi bisa.
Sedangkan sasaran manajemen perusahaan itu
pada kualitas produksi benda-benda mati.
• Para ahli manajemen seperti Michael A. Hitt & R. Duane Ireland &
Robert E. Hoslisson (1997,18) melihat bahwa salah satu input
strategis bagi langkah maju perusahaan adalah membentuk konsep
yang berbasiskan sumber daya manusia demi suatu profitabilitas
yang tinggi. Tak ada salahnya konsep ini dipakai di sekolah. Secara
sederhana dapat diterjemahkan bahwa keberhasilan sekolah
tergantung pada teknik mengelola manusia-manusia yang ada di
sekolah untuk suatu keberhasilan yang tak terukur nilainya yaitu
pemanusiaan manusia dalam diri peserta didik dan penghargaan
bagi rekan-rekan pendidik sebagai insan yang kreatif dan peduli
akan nasib generasi penerus bangsa.
• Tujuh kegiatan pokok yang harus diemban kepala
sekolah yakni merencanakan, mengorganisasi,
mengadakan staf, mengarahkan/orientasi sasaran,
mengkoordinasi, memantau serta menilai/evaluasi.
Melalui kegiatan perencanaan terjawablah beberapa
pertanyaan: Apa yang akan, apa yang seharusnya dan
apa yang sebaiknya? Hal ini tentu berkaitan dengan
perencanaan reguler, teknis-opersional dan
perencanaan strategis (jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang). Kepala sekolah mulai
menggarap bidang sasaran yang mungkin sebelumnya
sudah dikaji secara bersama-sama.
• Dalam kegiatan perencanaan, garapan bidang
sasaran itu dibagi, dipilah, dikelompokkan serta
diprioritaskan. Pusat perhatian dan pemikiran
tertuju kepada pertanyaan: Bagaimana
membagi, memilah dan mengelompokkan
sasaran itu sehingga dapat diselesaikan? Tentu
saja atas hasil pertimbangan partisipatif yang
menghengkangkan persepsi keliru mengenai
"meeting sama dengan pemberitahuan".
• Pada kegiatan selanjutnya yaitu
pengadaan staf, yang dilakukan adalah
berpikir tentang siapa yang diperlukan dan
dipercayakan dalam bidang garapan itu
masing-masingnya setelah dipilah-pilah
dan diprioritaskan. Adakah dan siapakah
orangnya dan bagaimana
mengikutsertakannya?
• Pertanyaan mengenai kejelasan siapa yang harus mengarahkan
dan dari siapa pengarahan/petunjuk itu didapatkan dilakukan pada
tahap pengarahan/orientasi sasaran. Apa yang harus
diberitahukan? Bagaimana mengerjakannya? Kapan mulai dan
kapan selesai?
Kemudian dalam tahap pengkoordinasian yang harus dilakukan
adalah menjadwalkan waktu pengerjaannya agar masing-masing
bagian dapat mulai dan selesai pada waktunya. Di sini ada
keharusan bagi yang diserahi tugas menggarap bagian-bagian
tertentu kembali mempertanyakan kapan harus mulai dan kapan
harus mempertanggungjawabkannya. Mereka harus
memperhitungkan secara matang dan tepat mengenai waktu yang
harus digunakan selama proses garapan berlangsung. Hal ini bukan
berarti kalau terkejar deadline maka pekerjaan harus urak-urakkan.
• Kepala sekolah dapat mengetahui
bagaimana proses pengerjaan itu
terlaksana sesuai rencana, cara, hasil dan
waktu penyelesaian. Kegiatan ini dapat
dipantau agar memperoleh informasi
perkembangan yang aktual. Antisipasi pun
bisa dilakukan terhadap hal-hal yang tak
sesuai dengan rencana
• Untuk penilaian atau evaluasi, kepala sekolah dapat
memperoleh kesesuaian rencana dengan realitas
melalui eksplorasi pertanyaan-pertanyaan. Apakah hasil
yang diperoleh sesuai dengan yang direncanakan?
Adakah perbaikan yang dapat dilakukan? Pada tahap ini
kepala sekolah dapat memberikan penghargaan kepada
mereka yang berprestasi dan pembinaan bagi mereka
yang gagal atau kurang berprestasi. Sangat lucu kalau
supervisi kepala sekolah hanyalah kewajiban dari Diknas
dan hasilnya digunakan sebagai alasan pemecatan bagi
rekan-rekannya.
• Seorang manajer sekolah bertanggung jawab dan yakin
bahwa kegiatan-kegiatan yang terjadi di sekolah adalah
menggarap rencana dengan benar lalu mengerjakannya
dengan benar pula. Oleh karena itu visi dan misi sekolah
harus dipahami terlebih dahulu sebelum menjadi titik
tolak prediksi dan sebelum disosialisasikan. Hanya
dengan itu kepala sekolah dapat membuat prediksi dan
merancang langkah antisipasi yang tepat sasaran.
Selain itu diperlukan suatu unjuk profesional yang
kelihatan sepele tetapi begitu urgen seperti kemahiran
menggunakan filsafat pendidikan, psikologi, ilmu
kepemimpinan serta antroplogi dan sosiologi.
• Penggunaan School Based Management ( Manajemen Berbasis
Sekolah ) oleh Pemerintah Indonesia dalam kerangka
meminimalisasi sentralisme pendidikan mempunyai implikasi yang
signifikan bagi otonomi sekolah. Hal itu berarti sekolah diberikan
keleluasaan untuk mendayagunakan sumber daya yang ada secara
efektif. Oleh karena implikasi itu maka sekali lagi peran kepala
sekolah sangat dibutuhkan untuk mengelola manusia-manusia yang
ada dalam organisasi sekolah, termasuk memiliki strategi yang
tepat untuk mengelola konflik. Kepala sekolah akan berhadapan
dengan pribadi-pribadi yang berbeda karakter.
Guru dan Siwa adalah Mitra Kepala
Sekolah
• Yang penting baginya adalah mempunyai pemahaman
yang tangguh akan hakikat manusia. McGregor (1960)
berasumsi bahwa manusia tidak memiliki sifat bawaan
yang tidak menyukai pekerjaan. Di bawah kondisi
tertentu manusia bersedia mencapai tujuan tanpa harus
dipaksa dan ia mampu diserahi tanggung jawab.
Urgensitasnya bagi kepala sekolah adalah menerapkan
gaya kepemimpinan yang partisipatif demokratik dan
memperhatikan perkembangan profesional sebagai
salah satu cara untuk memotivasi guru-guru dan para
siswa.
• Selain itu berlandaskan teori Maslow (1943), kepala sekolah juga
disentil dengan persepsi bahwa guru dan siswa berkemungkinan
memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda. Yang pasti mereka
akan mengejar kebutuhan yang lebih tinggi yakni interaksi, afiliasi
sosial, aktualisasi diri dan kesempatan berkembang. Oleh karena
itu, mereka bersedia menerima tantangan dan bekerja lebih keras.
Kiat kepala sekolah adalah memikirkan fleksibilitas peran dan
kesempatan, bukannya otoriter dan "semau gue". Demi kelancaran
semua kegiatan itu kepala sekolah harus mengubah gaya
pertemuan yang sifatnya pemberitahuan kepada pertemuan yang
sesungguhnya yakni mendengarkan apa kata mereka dan
bagaimana seharusnya mereka menindaklanjutinya.
Sekolah dan Wajah Kepala
Sekolah
• Dalam hal kekurangberhasilan wajah sekolah
mungkin tepat dilekatkan pada kepala sekolah.
Bahkan bukan sekedar melekatkan melainkan
suatu konsekuensi kiprah regulasi kepala
sekolah. Ibarat nahkoda yang menjalankan
sebuah kapal mengarungi samudera, kepala
sekolah mengatur dan memanajemeni segala
sesuatu yang ada di sekolah. Dengan demikian,
yang harus bertanggung jawab atas kandasnya
sebuah sekolah dan gagalnya peserta didik
adalah kepala sekolah
• Apabila sekolah menuai keberhasilan maka kinerja kepala sekolah
telah terukur. Semakin banyak orang yang menikmati kepuasan
batin, yakni dihargai, diberdayakan dan prestatif adalah tanda-tanda
kemajuan bagi kepala sekolah. Nahkoda sekolah telah
mendekatkan keberhasilan para penumpang pada wilayah tujuan
yang ingin diraihnya. Peserta didik merasa enjoy dan betah bila
berada di sekolah. Proses pembelajarannya telah menjadikan
peserta didik lebih manusiawi dan semakin menemukan diri mereka
sendiri. Para guru mempunyai sense of belonging yang tinggi akan
sekolah. Kualitas sekolah dirajut dan dipertahankan. Bukan tidak
mungkin hal-hal itu secara tidak langsung memikat para
pengembara idealis untuk memasukkan anak-anaknya pada
sekolah yang bermutu itu.
• Namun keberhasilan itu bukan semata
keberhasilan kepala sekolah melainkan
keberhasilan semua orang yang terlibat
dalam kegiatan manajemen sekolah.
Sebagai satu kesatuan, para penggarap
manajemen telah mampu menunjukkan
kerja yang kualitatif dan kooperatif.
Keberhasilan masing-masingnya adalah
juga keberhasilan kepala sekolah. Wajah
sekolah ada pada kepala sekolah.

More Related Content

What's hot

Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahJoko Prasetiyo
 
Tugasan 3083 noraini mat noor baiki
Tugasan 3083 noraini mat noor baikiTugasan 3083 noraini mat noor baiki
Tugasan 3083 noraini mat noor baikimuhammad
 
Contoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahContoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahWARGA SALAPAN
 
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendahTajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendahNor Azizah Ahmad
 
Tugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othmanTugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othmanmuhammad
 
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.Ahmad NazRi
 
7. Cabaran Profesion Keguruan
7. Cabaran Profesion Keguruan7. Cabaran Profesion Keguruan
7. Cabaran Profesion KeguruanArthur Jupong
 
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...Joko Prasetiyo
 
Kualiti pendidikan prasekolah
Kualiti pendidikan prasekolahKualiti pendidikan prasekolah
Kualiti pendidikan prasekolahHon Shan Shan
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenJoko Prasetiyo
 
Strategi pembelajaran kelas abad ke 21
Strategi pembelajaran kelas abad ke 21Strategi pembelajaran kelas abad ke 21
Strategi pembelajaran kelas abad ke 21Mokhzani Fadir
 
Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Pena Bangsa
 
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdfManajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdfSMPN 4 Kerinci
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanNina Rahayu
 

What's hot (19)

Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah
 
Cara Belajar Siswa Aktif
Cara Belajar Siswa AktifCara Belajar Siswa Aktif
Cara Belajar Siswa Aktif
 
Tugasan 3083 noraini mat noor baiki
Tugasan 3083 noraini mat noor baikiTugasan 3083 noraini mat noor baiki
Tugasan 3083 noraini mat noor baiki
 
Tajuk 5 done
Tajuk 5 doneTajuk 5 done
Tajuk 5 done
 
Contoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahContoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen Sekolah
 
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendahTajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
 
Tugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othmanTugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othman
 
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
 
7. Cabaran Profesion Keguruan
7. Cabaran Profesion Keguruan7. Cabaran Profesion Keguruan
7. Cabaran Profesion Keguruan
 
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI KELAS MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF DI SMK NEGERI 2 ...
 
Karakteristik sekolah efektif
Karakteristik sekolah efektifKarakteristik sekolah efektif
Karakteristik sekolah efektif
 
Kualiti pendidikan prasekolah
Kualiti pendidikan prasekolahKualiti pendidikan prasekolah
Kualiti pendidikan prasekolah
 
Etika profesion keguruan
Etika profesion keguruanEtika profesion keguruan
Etika profesion keguruan
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 
Strategi pembelajaran kelas abad ke 21
Strategi pembelajaran kelas abad ke 21Strategi pembelajaran kelas abad ke 21
Strategi pembelajaran kelas abad ke 21
 
Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1
 
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdfManajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Similar to OPTIMALKAN MBS

Modul 3.2 - Elaborasi Pemahaman CGP 7.pdf
Modul 3.2 - Elaborasi Pemahaman CGP 7.pdfModul 3.2 - Elaborasi Pemahaman CGP 7.pdf
Modul 3.2 - Elaborasi Pemahaman CGP 7.pdfDani Chan
 
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)Arjuna Ahmadi
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdfNURLIAFAUZI
 
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptxResume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptxfaqihfirman3
 
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen KelasHariyatunnisa Ahmad
 
Uas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyahUas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyahRara Gndutzz
 
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02Musbahaeri Saleh
 
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.pptManagemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.pptAkbarSetia1
 
Uas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyahUas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyahfatleo
 
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIFJURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIFImamTurmudzyAsysyaba2
 
Manajemen berbasis sekolah_paper[1]
Manajemen berbasis sekolah_paper[1]Manajemen berbasis sekolah_paper[1]
Manajemen berbasis sekolah_paper[1]fentytiarajunika
 
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanKertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanMohd Khoeirul Fahmi Hamid
 
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )ErdinHidayat
 

Similar to OPTIMALKAN MBS (20)

Manajemen Pendidikan
Manajemen PendidikanManajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
 
Modul 3.2 - Elaborasi Pemahaman CGP 7.pdf
Modul 3.2 - Elaborasi Pemahaman CGP 7.pdfModul 3.2 - Elaborasi Pemahaman CGP 7.pdf
Modul 3.2 - Elaborasi Pemahaman CGP 7.pdf
 
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
PROFESI PENDIDIKAN (KEPROFESIAN BIDANG KEKEPALA SEKOLAHAN)
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2.pdf
 
Karya ilmiah4
Karya ilmiah4Karya ilmiah4
Karya ilmiah4
 
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptxResume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
 
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
 
Uas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyahUas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyah
 
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
Kepemimpinankepalasekolah 090909212813-phpapp02
 
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.pptManagemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
 
Uas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyahUas administrasi pendidikan dhiyah
Uas administrasi pendidikan dhiyah
 
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIFJURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
 
Manajemen berbasis sekolah_paper[1]
Manajemen berbasis sekolah_paper[1]Manajemen berbasis sekolah_paper[1]
Manajemen berbasis sekolah_paper[1]
 
Peran guru sebagai pendidik
Peran guru sebagai pendidikPeran guru sebagai pendidik
Peran guru sebagai pendidik
 
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanKertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
 
Konsep mbs
Konsep mbsKonsep mbs
Konsep mbs
 
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
 
Makalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolahMakalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolah
 
Mkalah menejemen ok
Mkalah menejemen okMkalah menejemen ok
Mkalah menejemen ok
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 

More from Universitas Islam Balitar

Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur MuspitaPengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. SiManusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. SiUniversitas Islam Balitar
 
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...Universitas Islam Balitar
 
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)Universitas Islam Balitar
 
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)Universitas Islam Balitar
 
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...Universitas Islam Balitar
 
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur MuspitaTeori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...Universitas Islam Balitar
 
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur MuspitaBab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaBab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur MuspitaBab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasiKepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasiUniversitas Islam Balitar
 

More from Universitas Islam Balitar (20)

Meeting 3 Dasar-Dasar Logika.pdf
Meeting 3 Dasar-Dasar Logika.pdfMeeting 3 Dasar-Dasar Logika.pdf
Meeting 3 Dasar-Dasar Logika.pdf
 
Meeting 3 konsep perilaku
Meeting 3 konsep perilakuMeeting 3 konsep perilaku
Meeting 3 konsep perilaku
 
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur MuspitaPengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
Pengantar Psikologi_ Konsep Dasar Psikologi_meeting 2 Novi Catur Muspita
 
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. SiManusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
Manusia dan budaya ( Pengantar Sosiologi), Novi Catur Muspita, S. Pd., M. Si
 
Pengertian sosiologi pendidikan
Pengertian sosiologi pendidikanPengertian sosiologi pendidikan
Pengertian sosiologi pendidikan
 
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
Pengantar sosiologi, proses sosial & interaksi sosial (meeting 3), Novi Catur...
 
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
 
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi  (meeting 2)
Pengantar sosiologi, sejarah sosiologi (meeting 2)
 
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
Pengantar sosiologi, pengertian dan konsep awal Sosiologi (meeting 1) Novi Ca...
 
Sosiologi keluarga_novi catur muspita
Sosiologi keluarga_novi catur muspitaSosiologi keluarga_novi catur muspita
Sosiologi keluarga_novi catur muspita
 
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur MuspitaTeori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
Teori perilaku-organisasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 9 budaya organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 9 budaya organisasi_Novi Catur MuspitaBab 9 budaya organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 9 budaya organisasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 8 motivasi_Novi Catur Muspita
Bab 8 motivasi_Novi Catur MuspitaBab 8 motivasi_Novi Catur Muspita
Bab 8 motivasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
Bab 7 nilai, sikap, dan kepuasaan kerja http://Cash4Visits.com/ref.php?refId=...
 
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur MuspitaBab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
Bab 6 kepemimpinan dan kekuasaan, Novi Catur Muspita
 
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaBab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
 
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur MuspitaBab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
Bab 3 perilaku individu dalam kelompok_Novi catur Muspita
 
Persepsi novi catur muspita
Persepsi novi catur muspitaPersepsi novi catur muspita
Persepsi novi catur muspita
 
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasiKepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
Kepemimpinan & Kekuasaan novi catur muspita perilaku organisasi
 

Recently uploaded

Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 

Recently uploaded (20)

Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 

OPTIMALKAN MBS

  • 2. implementasi MBS akan berhasil melalui strategi- strategi berikut ini: 1. Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal yaitu : a. dimilikinya kekuasaan dan kewenangan, b. pengembangan pengetahuan yang berkesinambungan (SDM), c. akses informasi ke segala bagian (Koordinasi) dan d. pemberian penghargaan kepada setiap orang yang berhasil (reward). 2. Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan (wali murid merasa memiliki) , proses pengambilan keputusan terhadap hal hal yang memerlukan partisipasi masyarakat. 3. Adanya kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menggerakkan (Memenag ) dan mendayagunakan setiap sumberdaya sekolah secara efektif. 4. Keempat, adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif (komite digalang).
  • 3. 5. semua komponen sekolah harus memahami peran dan tanggungjawabnya secara sungguh-sungguh sesuai dengan Job Dis lembaga. 6. Adanya komunikasi dan kerja sama dari Departemen terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Namun tidak berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan membelenggu sekolah. 7. Sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban setiap bulan dan tahun. 8. Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa. 9. Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan di lapangan dan dilakukan perbaikan-perbaikan.
  • 4. MBS mampu memberi kontribusi terhadap empat keluaran pendidikan yaitu 1. meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk personel, 2. meningkatkan profesionalisme guru, 3. implementasi reformasi kurikulum 4. dan meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pendidikan.
  • 5. Wohlstetter dan Mohrman (1996) menyatakan terdapat empat macam kegagalan implementasi MBS: 1. Sekedar mengadopsi model apa adanya tanpa upaya kreatif . 2. Kepala sekolah bekerja berdasarkan agendanya sendiri tanpa pemperhatikan aspirasi seluruh anggota dewan sekolah. 3. Kekuasaan pengambilan keputusan terpusat pada satu pihak dan cenderung semena-mena (otoriter). 4. Menganggap bahwa MBS adalah hal biasa dengan tanpa usaha yang serius akan berhasil dengan sendirinya.
  • 6. Problem Biasanya di awal tahun ajaran baru para orang tua menjadi pusing memikirkan kelanjutan pendidikan putera-puteri mereka. Berhadapan dengan biaya sekolah yang mahal .Orang tua cenderung memilih sekolah negeri. Kalau pun ada sekolah swasta maka lebih sering putera-puterinya diarahkan kepada sekolah- sekolah swasta yang gencar promosinya, walaupun belum mengetahui apa yang sebenarnya yang ada dan akan terjadi. Ada juga orang tua yang sering mengklarifikasi eksistensi sekolah dan kemajuannya sehingga melihat prospek sekolah sebagai wacana utama sebelum menjatuhkan pilihan (gedung yang megah dan fasilitas yang mewah dan lengkap.
  • 7. Konsep tentang Kepala sekolah 1. KS adalah pelaksana suatu tugas yang sarat dengan harapan dan pembaharuan. Kemasan cita-cita mulia pendidikan kita secara tidak langsung diserahkan kepada kepala sekolah. Optimisme orang tua yang terkondisikan pada kepercayaan menyekolahkan putera-puterinya pada sekolah tertentu tidak lain berupa fenomen menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah. Singkatnya, kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan. 2. KS sebagai konseptor managerial yang bertanggungjawab pada kontribusi masing-masingnya demi efektivitas dan efiseiensi kelangsungan pendidikan . Akhirnya, kepala sekolah berperanan sebagai manager yang mengelola sekolah. bahkan secara begitu saja dikatakan bahwa wajah sekolah ada pada kepala sekolahnya. Di sini tampak peranan kepala sekolah bukan hanya seorang akumulator yang mengumpulkan aneka ragam potensi penata usaha, guru, karyawan dan peserta didik; melainkan.
  • 8. Persoalan dalam mengelola lembaga pendidikan 1. Demi standarisasi dan uniformitas, kepala sekolah menerima semua mata pelajaran resmi milik para konseptor pendidikan. Sayangnya, peserta didik dikorbankan oleh beban pelajaran yang kian menekan. Pengembangan kurikulum dengan cara menambah mata pelajaran alternatif bukannya menambah gairah belajar peserta didik malah memposisikan peserta didik sebagai robot kurikulum. Belum lagi ada pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan. Kapan mereka bermain? Kapan mereka bersosialisasi dengan lingkungan? Sekolah betul-betul tidak membebaskan peserta didik. 2. Kemasan kurikulum yang rapi itu pun masih belum bisa direalisasikan. Peserta didik dibiarkan mengembara tanpa seorang fasilitator secara berlarut lama. Kalaupun ada maka kualitasnya pun tak bisa dibanggakan karena selalu menunggu instruksi dari kepala sekolah. Bukankah peserta didik harus memperoleh ilmu pengetahuan? Bukankah mereka wajib menuntut hak mereka bila sudah melunasi kewajibannya?
  • 9. • Krisis itu kian membara apabila kepala sekolah tidak mengetahui tugasnya sebagai kepala sekolah. Bukankah dia adalah seorang planner, organizer, actuater dan controller? Tidak ada tanda-tanda bagi sebuah manajemen yang teratur. Komunikasi yang interpersonal dengan rekan kerja tidak banyak dilakukan. Manajemen waktu, kurikulum, system informasi dan pembagian tugas yang jelas kepada para wakil-wakilnya seolah-olah sudah ada tetapi tanpa arah yang pasti.
  • 10. • Mekanisme komunikasi yang melahirkan suatu keputusan penting terpenjarakan dalam persepsi yang keliru akibat tak bisa membedakan antara pertemuan dan pengumuman sehingga sesuatu yang urgen dan bahkan harus segera dipecahkan malah dibuat dalam bentuk pemberitahuan yang tak menuntut banyak masukan dan tanggapan. Kesannya, kepala sekolah itu orang yang sudah banyak pengetahuan dan pengalaman sehingga meremehkan input yang datang dari grassroot. Sang kepala sekolah jarang berada di kantor, super sibuk, gemar menghadiri pertemuan di luar sekolah. Ironisnya, kepala sekolah yang sibuk itu tidak mengetahui perkembangan informasi yang mungkin sangat berguna bagi peserta didik dan perkembangan rekan-rekannya. Kedisiplinan sebagai alasan bagi pemecatan bawahan tetapi kepala sekolah sering tidak masuk sekolah dan berdalil mengikuti meeting yang begitu urgen dan tak terwakilkan.
  • 11. 3. Kegagalan sekolah sebetulnya sudah diambang pintu bila letak prioritas kebutuhan sekolah bukan pada kualitas intern tetapi pada promosi dan sensasi. Kecanggihan sekolah dimegahkan pada deretan CD komputer sambil melupakan ketersediaan buku dan majalah yang merangsang kesadaran membaca peserta didik. via media OHP/LCD Projecktor sambil terlena dalam kebodohan melihat efek negatif dan efektivitas dari penggunaan fasilitas itu.
  • 12. Manajer di Sekolah 1. Mengimbangi krisis yang ada, kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai educator dan administrator, melainkan juga harus berperanan sebagai manajer dan supervisor yang mampu menerapkan manajemen bermutu. Indikasinya ada pada iklim kerja dan proses pembelajaran yang konstruktif, berkreasi serta berprestasi.
  • 13. • Manajemen sekolah tidak lain berarti pendayagunaan dan penggunaan sumber daya yang ada dan yang dapat diadakan secara efisien dan efektif untuk mencapai visi dan misi sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas jalannya lembaga sekolah dan kegiatannya. Kepala sekolah berada di garda terdepan dan dapat diukur keberhasilannya.
  • 14. • Pada prinsipnya manajemen sekolah itu sama dengan manajemen yang diterapkan di perusahaan. Perbedaannya terdapat pada produk akhir yang dihasilkan. Yang dihasilkan oleh manajemen sekolah adalah manusia yang berubah. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak berpengalaman menjadi berpengalaman, dari yang tak bisa menjadi bisa. Sedangkan sasaran manajemen perusahaan itu pada kualitas produksi benda-benda mati.
  • 15. • Para ahli manajemen seperti Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,18) melihat bahwa salah satu input strategis bagi langkah maju perusahaan adalah membentuk konsep yang berbasiskan sumber daya manusia demi suatu profitabilitas yang tinggi. Tak ada salahnya konsep ini dipakai di sekolah. Secara sederhana dapat diterjemahkan bahwa keberhasilan sekolah tergantung pada teknik mengelola manusia-manusia yang ada di sekolah untuk suatu keberhasilan yang tak terukur nilainya yaitu pemanusiaan manusia dalam diri peserta didik dan penghargaan bagi rekan-rekan pendidik sebagai insan yang kreatif dan peduli akan nasib generasi penerus bangsa.
  • 16. • Tujuh kegiatan pokok yang harus diemban kepala sekolah yakni merencanakan, mengorganisasi, mengadakan staf, mengarahkan/orientasi sasaran, mengkoordinasi, memantau serta menilai/evaluasi. Melalui kegiatan perencanaan terjawablah beberapa pertanyaan: Apa yang akan, apa yang seharusnya dan apa yang sebaiknya? Hal ini tentu berkaitan dengan perencanaan reguler, teknis-opersional dan perencanaan strategis (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Kepala sekolah mulai menggarap bidang sasaran yang mungkin sebelumnya sudah dikaji secara bersama-sama.
  • 17. • Dalam kegiatan perencanaan, garapan bidang sasaran itu dibagi, dipilah, dikelompokkan serta diprioritaskan. Pusat perhatian dan pemikiran tertuju kepada pertanyaan: Bagaimana membagi, memilah dan mengelompokkan sasaran itu sehingga dapat diselesaikan? Tentu saja atas hasil pertimbangan partisipatif yang menghengkangkan persepsi keliru mengenai "meeting sama dengan pemberitahuan".
  • 18. • Pada kegiatan selanjutnya yaitu pengadaan staf, yang dilakukan adalah berpikir tentang siapa yang diperlukan dan dipercayakan dalam bidang garapan itu masing-masingnya setelah dipilah-pilah dan diprioritaskan. Adakah dan siapakah orangnya dan bagaimana mengikutsertakannya?
  • 19. • Pertanyaan mengenai kejelasan siapa yang harus mengarahkan dan dari siapa pengarahan/petunjuk itu didapatkan dilakukan pada tahap pengarahan/orientasi sasaran. Apa yang harus diberitahukan? Bagaimana mengerjakannya? Kapan mulai dan kapan selesai? Kemudian dalam tahap pengkoordinasian yang harus dilakukan adalah menjadwalkan waktu pengerjaannya agar masing-masing bagian dapat mulai dan selesai pada waktunya. Di sini ada keharusan bagi yang diserahi tugas menggarap bagian-bagian tertentu kembali mempertanyakan kapan harus mulai dan kapan harus mempertanggungjawabkannya. Mereka harus memperhitungkan secara matang dan tepat mengenai waktu yang harus digunakan selama proses garapan berlangsung. Hal ini bukan berarti kalau terkejar deadline maka pekerjaan harus urak-urakkan.
  • 20. • Kepala sekolah dapat mengetahui bagaimana proses pengerjaan itu terlaksana sesuai rencana, cara, hasil dan waktu penyelesaian. Kegiatan ini dapat dipantau agar memperoleh informasi perkembangan yang aktual. Antisipasi pun bisa dilakukan terhadap hal-hal yang tak sesuai dengan rencana
  • 21. • Untuk penilaian atau evaluasi, kepala sekolah dapat memperoleh kesesuaian rencana dengan realitas melalui eksplorasi pertanyaan-pertanyaan. Apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan yang direncanakan? Adakah perbaikan yang dapat dilakukan? Pada tahap ini kepala sekolah dapat memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi dan pembinaan bagi mereka yang gagal atau kurang berprestasi. Sangat lucu kalau supervisi kepala sekolah hanyalah kewajiban dari Diknas dan hasilnya digunakan sebagai alasan pemecatan bagi rekan-rekannya.
  • 22. • Seorang manajer sekolah bertanggung jawab dan yakin bahwa kegiatan-kegiatan yang terjadi di sekolah adalah menggarap rencana dengan benar lalu mengerjakannya dengan benar pula. Oleh karena itu visi dan misi sekolah harus dipahami terlebih dahulu sebelum menjadi titik tolak prediksi dan sebelum disosialisasikan. Hanya dengan itu kepala sekolah dapat membuat prediksi dan merancang langkah antisipasi yang tepat sasaran. Selain itu diperlukan suatu unjuk profesional yang kelihatan sepele tetapi begitu urgen seperti kemahiran menggunakan filsafat pendidikan, psikologi, ilmu kepemimpinan serta antroplogi dan sosiologi.
  • 23. • Penggunaan School Based Management ( Manajemen Berbasis Sekolah ) oleh Pemerintah Indonesia dalam kerangka meminimalisasi sentralisme pendidikan mempunyai implikasi yang signifikan bagi otonomi sekolah. Hal itu berarti sekolah diberikan keleluasaan untuk mendayagunakan sumber daya yang ada secara efektif. Oleh karena implikasi itu maka sekali lagi peran kepala sekolah sangat dibutuhkan untuk mengelola manusia-manusia yang ada dalam organisasi sekolah, termasuk memiliki strategi yang tepat untuk mengelola konflik. Kepala sekolah akan berhadapan dengan pribadi-pribadi yang berbeda karakter. Guru dan Siwa adalah Mitra Kepala Sekolah
  • 24. • Yang penting baginya adalah mempunyai pemahaman yang tangguh akan hakikat manusia. McGregor (1960) berasumsi bahwa manusia tidak memiliki sifat bawaan yang tidak menyukai pekerjaan. Di bawah kondisi tertentu manusia bersedia mencapai tujuan tanpa harus dipaksa dan ia mampu diserahi tanggung jawab. Urgensitasnya bagi kepala sekolah adalah menerapkan gaya kepemimpinan yang partisipatif demokratik dan memperhatikan perkembangan profesional sebagai salah satu cara untuk memotivasi guru-guru dan para siswa.
  • 25. • Selain itu berlandaskan teori Maslow (1943), kepala sekolah juga disentil dengan persepsi bahwa guru dan siswa berkemungkinan memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda. Yang pasti mereka akan mengejar kebutuhan yang lebih tinggi yakni interaksi, afiliasi sosial, aktualisasi diri dan kesempatan berkembang. Oleh karena itu, mereka bersedia menerima tantangan dan bekerja lebih keras. Kiat kepala sekolah adalah memikirkan fleksibilitas peran dan kesempatan, bukannya otoriter dan "semau gue". Demi kelancaran semua kegiatan itu kepala sekolah harus mengubah gaya pertemuan yang sifatnya pemberitahuan kepada pertemuan yang sesungguhnya yakni mendengarkan apa kata mereka dan bagaimana seharusnya mereka menindaklanjutinya.
  • 26. Sekolah dan Wajah Kepala Sekolah • Dalam hal kekurangberhasilan wajah sekolah mungkin tepat dilekatkan pada kepala sekolah. Bahkan bukan sekedar melekatkan melainkan suatu konsekuensi kiprah regulasi kepala sekolah. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengarungi samudera, kepala sekolah mengatur dan memanajemeni segala sesuatu yang ada di sekolah. Dengan demikian, yang harus bertanggung jawab atas kandasnya sebuah sekolah dan gagalnya peserta didik adalah kepala sekolah
  • 27. • Apabila sekolah menuai keberhasilan maka kinerja kepala sekolah telah terukur. Semakin banyak orang yang menikmati kepuasan batin, yakni dihargai, diberdayakan dan prestatif adalah tanda-tanda kemajuan bagi kepala sekolah. Nahkoda sekolah telah mendekatkan keberhasilan para penumpang pada wilayah tujuan yang ingin diraihnya. Peserta didik merasa enjoy dan betah bila berada di sekolah. Proses pembelajarannya telah menjadikan peserta didik lebih manusiawi dan semakin menemukan diri mereka sendiri. Para guru mempunyai sense of belonging yang tinggi akan sekolah. Kualitas sekolah dirajut dan dipertahankan. Bukan tidak mungkin hal-hal itu secara tidak langsung memikat para pengembara idealis untuk memasukkan anak-anaknya pada sekolah yang bermutu itu.
  • 28. • Namun keberhasilan itu bukan semata keberhasilan kepala sekolah melainkan keberhasilan semua orang yang terlibat dalam kegiatan manajemen sekolah. Sebagai satu kesatuan, para penggarap manajemen telah mampu menunjukkan kerja yang kualitatif dan kooperatif. Keberhasilan masing-masingnya adalah juga keberhasilan kepala sekolah. Wajah sekolah ada pada kepala sekolah.