SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
Paradigma Sekolah dan Pendekatan Manajemen Komprehensif
       Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
          Pada SMA Negeri 1 Purwareja Klampok
               Banjarnegara - Jawa Tengah




                     Disusun Oleh
                   Nama : Supriyadi
                    N I P : 13165024




       SMA NEGERI 1 PURWAREJA-KLAMPOK
    KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH
  JL RAYA PURWAREJA-KLAMPOK Telp. (0286) 479092
             BANJARNEGARA 53474
Paradigma Sekolah dan Pendekatan Manajemen Komprehensif
           Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
              Pada SMA Negeri 1 Purwareja Klampok
                   Banjarnegara - Jawa Tengah

                                         Supriyadi1
        Abstrak : Pemahaman Kepala Sekolah terhadap konsep tentang
        sekolah membawa pengaruh besar terhadap pendekatan pengelolaan
        sekolah. Agar tidak terjebak pada tradisi dan konvensi pada status quo
        yang membosankan diperlukan adanya penyegaran pemikiran tentang
        paradigma sekolah dan pendekatan pengelolaan sekolah sebagai
        filosofi kinerja sekolah. Untuk menjadikan sekolah itu dinamis dan
        kreatif, hendaknya sekolah dipandang sebagai pusat layanan
        pembelajaran, dimana pengelola harus selalu mencari bentuk-bentuk
        layanan baru yang mendukung pada pengembangan potensi siswa.
        Melalui proses kreatif dalam usaha penciptaan layanan baru yang
        kontinyu memungkinkan sekolah mampu menjadi wadah
        pengembangan beraneka ragam potensi siswa. Bertitik tolak dari
        paradigma sekolah yang demikian, sekolah tidak bisa dipahami secara
        parsial untuk itu jawaban yang tepat dengan paradigma tersebut adalah
        pengelolaan sekolah dengan model pendekatan komprehensif.
        Sekolah bukan lagi dipandang secara “fisik” belaka namun juga
        mempunyai “ruh”, sehingga sekolah itu hidup, dinamis dan
        mempunyai kreativitas.

        Kata Kunci : paradigma sekolah, pendekatan pengelolaan sekolah,
        potensi siswa, penciptaan layanan baru, sekolah dinamis dan kreatif,
        pendekatan komprehensif.


Pendahuluan
            Era globalisasi menyebabkan akselerasi persaingan antar bangsa menjadi
sangat kompetitif. Maknanya bila bangsa Indonesia mau aktif berperan dan
mensejajarkan dengan bangsa-bangsa lain maka persyaratan utama adalah harus
mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sejak awal berdirinya
Republik ini, antisipasi terhadap kualitas SDM Indonesia sudah digagas oleh para
pemimpin bangsa secara baik sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
1945 yang menyatakan “Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
1
    Supriyadi, Kepala Sekolah pada SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok, Banjarnegara, Jawa Tengah
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.” (Biro Hukum dan Organisasi. 2003 : 3)
          Namun implementasi pada pengembangan SDM masih jauh dari
harapan, hal ini terbukti dari rendahnya anggaran pendidikan pada APBN dari
dulu sampai sekarang.     Dan dampaknya sekarang SDM Indonesia terpuruk.
Menurut laporan terakhir (2003) yang dikeluarkan oleh United Nations
Development Program (UNDP), Human Development Index Indonesia ada di
urutan bawah, yaitu 112 dari total 175 Negara. Urutan tersebut jauh di bawah
Malaysia dan Thailand, yang masing-masing menempati urutan 58 dan 74.
(Kompas. 26/06/04 h.4) Data tersebut menunjukkan bahwa pengembangan
sumber daya manusia Indonesia. perlu mendapat penanganan mendesak dan
serius.
          Sudah barang tentu, salah satu biang dari rendahnya SDM Indonesia
adalah rendahnya kualitas pendidikan. Dan sekolah sebagai ujung tombak dalam
urusan pengembangan SDM harus mendapatkan prioritas pemikiran. Sekolah
tidak bisa hanya dipandang sebagai wahana pendidikan bersifat statis tetapi lebih
dari itu ia mempunyai “ruh” sehingga sekolah itu hidup, dinamis dan kreatif.
          Dan konsep pengembangan sekolah selayaknya seirama dengan konsep
pendidikan sehingga arahnya menyatu harmonis. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(Biro Hukum dan Organisasi. 2003: 5)
          Konsep pendidikan yang begitu kompleks, konsekuensi logisnya adalah
sekolah sebagai institusi harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
memberikan pelayanan yang maksimal sebagaimana yang dituntut dalam konsep
pendidikan tersebut di atas. Namun kenyataannya banyak sekolah yang dikem-
bangkan tidak sesuai dengan konsep tersebut. Faktanya masih banyak orang yang
memandang kualitas sekolah dari segi fisiknya belaka.
Dengan    demikian,   menurut hemat penulis, diperlukan adanya
penyegaran pemikiran tentang paradigma sekolah dan pendekatan manajemen
sekolah. Hal tersebut sangat penting karena perbedaan pemahaman terhadap
paradigma sekolah berpengaruh terhadap arah pengembangan sekolah. Dengan
mengingat bahwa sekolah bukan sekedar fisik tetapi juga program yang membuat
sekolah itu menjadi hidup, dinamis dan kreatif. Oleh karena itu inovasi pengem-
bangan pada SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok selalu merujuk pada
konsep paradigma sekolah sebagai pusat layanan pengembangan potensi
siswa dan konsep pendekatan pengelolaan sekolah secara komprehensip.
Dalam artikel ini penulis tertarik untuk membahas elemen-elemen yang bisa
menyebabkan sekolah itu hidup, dinamis dan kreatif.. Elemen-elemen tersebut
berupa program sekolah, yang diantaranya : (1) Program Kelas Non- Reguler, (2)
Program Quota PSB, (3) Program Rewards (beasiswa), (4) Program Interest
Group, (5) Program sekolah berwawasan bahasa Jepang, (6) Program Vocational
Skills, (7) Program Pembentukan Image sekolah (Radio Sekolah, Majalah
sekolah, dan Internet), (8) Kerjasama dengan Yayasan keagamaan dalam
pembinaan Mental, dan (9) Program pengendalian Ulangan Harian (Komputer on
line),
         Tujuan dari penulisan artikel ini, penulis berharap bisa memberikan
masukan kepada para pengelola sekolah untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam kebijakan pengembangan sekolah. Kualitas suatu sekolah tidak hanya di
pandang dari sejauh mana pengembangan fisiknya tetapi seberapa besar kemam-
puan sekolah mampu melayani siswa dalam mengembangkan potensi yang
dimiliki. Dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua orang yang tertarik pada
pengembangan sekolah.dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Permasalahan
         Untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945, maka pemerintah
merumuskan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Biro Hukum & Organisasi.
2003 : 8)
            Tampak jelas bahwa deskripsi manusia Indonesia paripurna di masa
mendatang yang sekaligus sebagai tantangan besar bagi pemerintah Indonesia
dengan segala konsekuensinya. Manusia Indonesia paripurna tidak akan bisa
diwujudkan manakala tidak ada undang-undang yang dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Untuk tujuan tersebut maka
dikeluarkanlah undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional sebagai pengganti undang-undang nomor 2 Tahun 1989.
            Makna dari berbagai perangkat aturan tersebut diatas bahwa pem-
bentukan manusia Indonesia paripurna haruslah dipandang secara utuh dan juga
dengan pendekatan yang utuh pula, tidak secara parsial. Hal demikian me-
negaskan juga bahwa pengelolaan sekolah, yang secara formal sebagai wadah
untuk memfasilitasi anak menjadi manusia Indonesia paripurna, harus juga
dipandang secara utuh sebagai pusat layanan pembelajaran siswa.
     Secara sederhana sekolah yang mampu memberikan pelayanan secara
maksimal sehingga anak dapat mengembangkan potensinya secara maksimal bisa
dikategorikan sebagai sekolah yang efektif. Namun ada beberapa karakteristik
yang menurut pendapat para ahli ditemukan pada sekolah yang efektif :
     1. A school climate conducive to learning - one free of disciplanary
        problems and vandalism;
     2. A shoolwide emphasis on basic skills instruction; teachers who hold
        high expectations for all students to achieve;
     3. A system of clear instructional objectives for monitoring and assesing
        students’ performances; and
     4. A school principal who has programatic leader and who sets high
        standards, observes classroom frequently, maintains students discipline,
        and create incentives for learning. ( Boyan, 1988 : 346)

            Memperhatikan pendapat-pendapat di atas, menjadi sangat jelas bagi kita
bahwa pengelolaan sekolah yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan
secara serentak dan menyeluruh baik mengenai iklim sekolah, pembelajaran dan
guru, supervisi dan kepemimpinan Kepala Sekolah.
Perbaikan dan Reformasi sekolah mendesak dilakukan untuk meng-
hindari stagnansi pengembangan sekolah karena wawasan konsep sekolah. Untuk
menjadikan sekolah efektif Boyer secara rinci mengajukan dua belas usulan, yang
delapan adalah sebagai berikut :
   1. More should be done to help students make the transition to work and
      further education.
   2. Students should participate and learn in the community.
   3. Working conditions of teachers must be improved.
   4. Technologi should be used to enrich curriculum.
   5. More flexibility is needed in school size, the use of time, and other or
      organization arrangements.
   6. Principals should have a greater leadership role that includes selecting and
      rewarding teachers.
   7. More “connections” are needed with other institutions.
   8. There must be a public commitment to excellence. (Orstein dan Levine.
      1985 : 543)

         Tampak sekali bahwa arah sasaran inovasi sekolah menjadi sangat jelas.
Seluruh aspek yang menjadikan sekolah berkembang lambat dibenahi. Hal
demikian menunjukkan pembenahan sekolah harus secara komprehensif. Dan
fokus akhir yang dijadikan sasaran adalah kualitas sekolah.
         Hers sebagaimana dikutip oleh Orlosky (1984) megidentifikasikan
bahwa ada beberapa elemen untuk meningkatkan efektivitas sekolah, yaitu :
   1.   Clear Academic Goals (Kejelasan Tujuan Akademik)
   2.   Order and Discipline ( Peraturan dan Disiplin)
   3.   High Expectations (Cita-cita Tinggi)
   4.   Teacher Efficacy ( Keefektivan Guru)
   5.   Pervasive Caring ( Peduli Total)
   6.   Public Rewards and Incentives ( Penghargaan dan insentif)
   7.   Community Support ( Dukungan Masyarakat)
   8.   Administrative Leaderships. (Kepemimpinan) (Orlesky. 1984 : 103-105)

         Pengelolaan sekolah menjadi sangat sulit karena memang sejak awal
perencanaan pengembangan sekolah .tidak ditata dengan baik. Keadaan tersebut
kemudian diperbaiki oleh pemerintah :
         Pertama, diterbitnya Kep. Men. No. 053/V/2001 tanggal 19 April 2001
tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelengaraan
Persekolahan Bidang DIKDASMEN (Direktorat Dimenum. 2003). Terbitnya SK
tersebut memperkuat pemikiran tentang pentingnya pengelolaan sekolah secara
terencana dan menyeluruh.
            Tetapi dinamika pemerintahan dari sentralisasi ke arah desentralisasi
menimbulkan masalah tersendiri dalam bidang pendidikan. Karena pengelolaan
pendidikan berubah sesuai dengan semangat otonomi daerah (Sinar Grafika. 2001
: 9) Pergeseran pengelolaan pendidikan tersebut di atas bisa membawa dampak
yang kurang baik bila mana tidak dibarengi dengan keluarnya peraturan peme-
rintah sebagai landasan untuk mengatur pengelolaan pendidikan. Alasannya
adalah rendahnya Sumber Daya Manusia yang ada pada birokrasi Dinas Pen-
didikan yang pada mulanya sebagai pelaksana pekerjaan (The Doers) berubah
menjadi Pengambil Kebijakan (Decision Makers). Kemungkinan resiko yang
terjadi adalah lemahnya penguasaan masalah, dinamika terasa lambat dan
rendahnya kreativitas. Padahal dengan otonomi diharapkan kreativitas dan dina-
mika itu muncul.
            Kedua, diperkenalkan model pengelolaan sekolah yang disebut Manaje-
men Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Pengertiannya adalah suatu
model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan
mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung
semua warga sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional. (Direktorat Dikmenum. 2001 : 5). Pada dasarnya bahwa
pengelolaan sekolah yang mencakup beberapa aspek            harus digarap secara
berbarengan.
            Ketiga, Adanya komitmen dari Pemerintah untuk menaikkan anggaran
pendidikan dalam APBN secara bertahap menjadi 20 %. Namun sampai tahun ka-
pan angka 20% bisa terwujud adalah tergantung dari kemauan politik pemerintah,
sedangkan pengembangan SDM sudah sangat mendesak. Belum lagi permasa-
lahan otonomi apakah daerah juga mempunyai komitmen terhadap pendidikan
yang serupa? Lepas dari semua itu, iktikat baik dari pemerintah selayaknya
dihargai.
Harapan pemerintah dengan adanya standar acuan, model manajemen,
dan dana dimaksudkan agar bisa memaksimalkan pengembangan sekolah secara
tepat. Sehingga keberhasilan suatu sekolah tidak dipandang hanya dari segi
pengembangan fisik belaka namun lebih dari itu, yaitu kemampuan sekolah untuk
memberikan pelayanan kepada siswa dalam mengembangkan potensinya.
         Berkait dengan potensi siswa, Gardner (1993) mengemukan teori
intelegensi majemuk, yang membedakan intelegensi menjadi delapan macam,
yaitu, (1) logis-matematis, (2) linguistik, (3) Musikal, (4) Visual-Spasial, (5)
Kinestetik, ( 6) Interpersonal, (7) Intraperonal, dan (8)             kecerdasan
naturalis.(Sofyan. 2004 : 9)
         Dari berbagai latar tersebut di atas diperlukan adanya dasar pemikiran
tentang paradigma sekolah dan pendekatan pengelolaan sekolah yang menjadi
filosofi kinerja sekolah. Dengan demikian sekolah itu tidak terjebak pada tradisi
dan konvensi yang cenderung pada status quo yang membosankan.
         Untuk menjadikan sekolah itu dinamis dan kreatif, pengelola sekolah
hendaknya mempunyai pandangan         bahwa sekolah sebagai pusat layanan
pembelajaran, dimana pengelola harus selalu mencari bentuk-bentuk layanan
baru yang mendukung pada pengembangan potensi siswa. Melalui proses kreatif
dalam usaha penciptaan layanan baru yang terus menerus memungkinkan sekolah
mampu menjadi wadah pengembangan beraneka ragam potensi siswa.
         Bertitik tolak dari paradigma sekolah yang demikian tentu membawa
konsekuensi logis terhadap model pendekatan terhadap pengelolaan sekolah.
Sebagaimana disampaikan di depan bahwa sekolah tidak bisa dipahami secara
parsial untuk itu jawaban yang tepat dengan paradigma tersebut adalah
pengelolaan sekolah dengan model pendekatan komprehensif. Sekolah bukan lagi
dipandang secara “fisik” belaka namun juga mempunyai “ruh”, sehingga sekolah
itu hidup, dinamis dan mempunyai kreativitas.
       Pemahaman konsep tersebut di atas, kemudian digunakan untuk
mengevaluasi kondisi pada SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok, Banjarnegara,
Jawa Tengah.
1. Kondisi Kelas
   Pada umumnya kelas berkisar antara 40 sampai 44 siswa. Pertimbangan ju-
   mlah siswa yang melebihi dari 40 siswa per kelas adalah : (1) angka drop out
   masih relatif tinggi, dan (2) besarnya siswa berarti pemasukan dana sekolah
   yang berasal dari masyarakat. Secara formal system pengajarannya di-
   laksanakan secara klasikal dimana seorang guru melayani siswa sebanyak itu.

2. Program Penerimaan siswa baru (PSB)
   Program PSB dilaksanakan sesuai dengan aturan dari pemerintah tanpa ada
   modifikasi. Seleksi penerimaan melalui perangkingan NEM SMP secara
   transparan. Kebanyakan siswa yang mempunyai NEM tinggi kurang berminat
   bersekolah di SMA Negeri Purwareja-Klampok. Tetapi upaya recruitmen
   lain agar tamatan siswa SLTP yang mempunyai NEM tinggi mau mendaftar
   pada sekolah ini tidak ada.

3. Penghargaan Sekolah
   Penghargaan terhadap siswa berprestasi secara nyata dilakukan dalam bentuk
   beasiswa yang berasal dari Pemerintah. Pada hal alokasi beasiswa jumlahnya
   terbatas akibatnya ada anak yang berprestasi tidak memperoleh beasiswa
   tersebut. Kondisi demikian bisa mempengaruhi turunnya motivasi berprestasi
   siswa yang berdampak pada sepinya prestasi sekolah. Kita ketahui bersama
   bahwa produk sekolah yang bisa dibanggakan adalah prestasi, baik akademis
   maupun non-akademis. .

4. Olympiade Mata Pelajaran
   Prestasi akademik yang dinilai prestice salah satunya adalah pretasi hasil
   lomba olimpiade mata pelajaran. Usaha ke arah itu biasanya dilakukan melalui
   penunjukkan terhadap siswa yang mempunyai rangking nilai tinggi di sekolah.
   Setelah dilakukan pembinaan secukupnya siswa mengikuti lomba, dan hasil
   lomba yang dicapai tidak pernah dipermasalahkan. Dengan demikian evaluasi
   terhadap hasil lomba olympiade dan Program pembinaan yang intens tidak
   dilakukan.
5. Program Bahasa Jepang
   Salah satu SMA di Kabupaten Banjarnegara yang menyelenggarakan program
   bahasa adalah SMAN 1 Purwareja-Klampok. Jumlah kelasnya ada satu kelas
   dengan siswa sekitar 35 anak. Gurunya hanya satu orang dengan basis
   pendidikan S1 Bimbingan dan konseling. Tetapi guru tersebut pernah
   mendapatkan pendidikan di Jepang selama 2 tahun. Pembelajaran bahasa
   Jepang untuk kelas X dan II tidak ada, sehingga anak tidak pernah
   mendapatkan gambaran program bahasa Jepang. Sedangkan usaha secara
   terencana agar siswa memilih program bahasa juga tidak ada. Keadaan
   demikian dikhawatirkan bisa mengurangi minat siswa mengambil program
   bahasa, bila dibiarkan semakin lama bisa kolep.

6. Program vocational skills
   Seperti sekolah SMA pada umumnya adanya program karena adanya proyek.
   Program life skills tidak bisa jalan untuk tahun berikutnya karena rancangan
   awal yang tidak baik. Padahal program tersebut sangat tepat untuk SMA
   Negeri 1 Purwareja-Klampok karena sekitar 75% tidak melanjutkan studi ke
   Perguruan Tinggi. Program vocational skills belum sepenuhnya mengena pada
   sasaran karena baru sebagian kecil siwa yang terjaring. Oleh karena itu perlu
   ada program yang bisa dilakukan secara mudah, efisien, applicable dan
   keahliannya mendesak dibutuhkan pada saat ini.

7. Promosi sekolah
   Keberhasilan apapun yang dilakukan oleh sekolah bila tidak pernah kita
   informasikan ke masyarakat, mereka akan tetap menganggap sekolah dengan
   tanpa perubahan. Masyarakat berhak mendapatkan informasi apa saja tentang
   sekolah, sehingga mereka bisa menilai seberapa besar kredibel dan
   akuntabilitasnya. Orang tua tidak merasa sanksi untuk menyekolahkan
   anaknya bila memang sekolah tersebut kredibel. Yang perlu dicari adalah
   dengan cara bagaimana masyarakat mendapatkan informasi sekolah tetapi
   sekaligus bisa digunakan oleh siswa untuk mengembangkan potensinya.
8. Pembinaan Mental Keagamaan
   Kegiatan keagamaan siswa dikoordinir oleh seksi bidang keagamaan dalam
   OSIS sehingga kegiatan yang ditangani lebih banyak yang bersifat seremonial.
   Pembinaan keagamaan secara intensif di luar KBM belum dilakukan tetapi
   baru sebatas insidental. Adapun yang argumen yang mendasarinya adalah
   tidak tersedianya guru yang mencukupi untuk sejumlah 800 anak serta tidak
   adanya wadah tersendiri untuk ekstra keagamaan. Akibatnya fungsi sekolah
   sebagai pusat layanan      kepada siswa dalam bidang keagamaan belum
   berfungsi maksimal.

9. Ulangan Harian
   Semua guru sudah memahami bahwa setelah melakukan pembelajaran mereka
   harus melakukan evaluasi kemajuan belajar. Namun tidak semua guru tertib
   melakukan hal yang demikian. Yang sering terjadi evaluasi banyak dilakukan
   mendekati test akhir semester. Akibatnya siswa harus mempelajari tumpukan
   materi cukup banyak, serta harus merecall ingatannya atas materi yang pernah
   dipelajari karena tenggang waktunya yang cukup lama.

Pembahasan

         Dari fakta-fakta yang penulis temukan di SMA Negeri 1 Purwareja-
Klampok, tampak bahwa kondisi demikian akan menghambat perkembangan
sekolah. Sekolah memerlukan perubahan yang bersifat mendasar karena
menyangkut filosofi tentang sekolah. Perubahan cara memandang terhadap
sekolah tentu berpengaruh bagaimana kita bersikap dan berperilaku.
         Konsep paradigma sekolah sebagai pusat layanan pengembangan potensi
siswa membawa perubahan prioritas. Titik focus perhatian adalah potensi siswa
setelah itu baru dicarikan bentuk solusi pengembangannya. Dan dampaknya
terhadap manejemen pun berubah, yang biasanya selalu berorientasi pada fisik
tetapi sekarang dilakukan secara komprehensif. Kalau kita ibaratkan komputer
yang berbentuk fisik kita sebut Hardware sedangkan programnya kita sebut
Software. Software yang berbentuk program-program          sekolah inilah yang
membuat sekolah jadi hidup, dinamis dan kreatif.
           Berdasarkan temuan-temuan di atas dan merujuk pada konsep sekolah
sebagai pusat layanan potensi dan manajemen komprehensif, penulis membuat
program sebagai jawaban masalah yang di hadapi sekolah. Program tersebut
adalah :

1. Program Kelas Non-Reguler
           Bermula dari sebuah pengalaman ketika penulis menjadi kepala sekolah
   di SMA 1 Negeri Karangkobar. Pada saat itu ada kesulitan dalam penjurusan
   siswa, karena jumlah masukan tidak sesuai dengan jumlah yang dikendaki.
   Rancangan semula untuk program IPA ditambah sedangkan Program IPS
   dikurangi. Namun Jumlah masukan ke IPA tidak memadai akhirnya dikurangi,
   resikonya program IPA ada 2 kelas gemuk ( lebih dari 40 anak per kelas).
   Jumlah masukan IPS jadi bertambah banyak melebihi dari 2 kelas gemuk.
   Akhirnya diputuskan IPS menjadi 3 kelas yang perkelasnya 35 anak.
   Pertimbangan lainnya adalah masukan dari guru-guru yang mengajar di kelas
   III IPS, bahwa jumlah siswa lebih dari 40 anak merupakan beban berat.
           Setelah berjalan satu tahun pelajaran barulah diketahui hasil yang
   diharapkan, yaitu dari sejumlah 5 kelas, hanya satu anak yang harus
   mengulang ujian. Berdasarkan pengalaman dimungkinkan sekali yang tidak
   lulus bisa lebih dari 8 anak. Menurut pemikiran penulis ada beberapa alasan
   mengapa kelas gemuk tidak menguntungkan dalam pembelajaran.
   a. Siswa tidak mendapatkan pelayanan secara maksimal
       Dalam pembelajaran sangat dimungkinkan bila seorang guru dengan anak
       yang berjumlah di atas 40, tentu ada sebagian yang tidak bisa dibantu
       dengan baik. Akibat selanjutnya adalah porsi bantuan yang diberikan oleh
       guru kepada siswa juga tidak merata, dan hasilnya kedalaman penguasaan
       suatu bahan pelajaran yang dipelajari sangat variatif. Dan sesuai dengan
       perjalanan waktu akumulasi ketidaktuntasan belajar semakin besar karena
       guru harus mengejar target kurikulum. Keputusan tersebut menyebabkan
       guru mengabaikan fungsi pelayanan terhadap sebagian besar siswa yang
kurang berpotensi karena target kurikulum. Dampaknya terhadap prestasi
       akademik daya serapnya menjadi rendah, dan terjadilah manajemen nilai.
   b. Permasalahan yang timbul dari kelas padat lebih besar
       Sangat dimungkinkan bahwa dalam satu kelas terdapat beberapa anak
       yang sangat aktif (untuk tidak menyebut anak nakal). Meskipun tidak
       banyak bila mereka berkumpul dan berinteraksi tentu suasana kelas
       menjadi gaduh dan bising. Bila kondisi ini tidak bisa diatasi dengan baik
       tentu akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Concern guru lebih
       banyak terganggu untuk mengelola anak yang aktif tersebut dari pada
       memfasilitasi penguasaan materi pelajaran, dan akibatnya pembelajaran
       berjalan sangat lambat. Dampaknya terhadap guru menjadi cepat capai
       karena menangani lebih banyak masalah yang timbul di kelas.

        Berdasarkan pengalaman dan masukan-masukan tentang kelemahan
kelas gemuk, kemudian kami menawarkan kepada guru-guru untuk membentuk
kelas Non-Reguler. Pemilihan nama tersebut lebih pada pertimbangan untuk
menghindari kesan eksklusif. Pembentukan kelas Non-Reguler diharapkan agar
siswa bisa mendapatkan layanan maksimal dalam mengembangkan potensinya.
Dengan demikian konsep kelas Non-Reguler harus dibuat sebagai berikut :
   1. Siswa dalam kelas tidak boleh lebih dari 30 anak.
   2. Batas tuntas lebih tinggi dari pada kelas Reguler.
   3. Penerimaan siswa berdasarkan pilihan siswa pada waktu pendaftaran.
   4. Dari jumlah pendaftar dirangking sampai rangking 30. Rangking 30 ke
       bawah dimasukkan kelas reguler.
   5. Guru yang mengajar pada kelas Non-Reguler merupakan guru pilihan.
   6. Rangking pada kelas Non-Reguler tidak berdiri sendiri tetapi disebar
       dimasukan pada kelas reguler. Hal ini untuk mensiasati masuk ke PTN
       melalui jalur PMDK.
   7. Di kelas Non-Reguler diberikan layanan konsultasi pembelajaran.
   8. Media pembelajaran yang digunakan juga lebih terpenuhi
   9. Karena dalam satu kelas hanya terdiri dari 30 anak, pembayaran dana
       komite sekolah juga lebih besar.
   10. Menempati ruang kelas yang representatif.
2. Program Quota Penerimaan Siswa Baru (PSB)

        Letak SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok sebetulnya sangat strategis
   berada ditengah segitiga kabupaten, yaitu Banjarnegara, Purbalingga dan
   Banyumas. Tetapi letak yang demikian, sekolah kurang diuntungkan dalam
   penjaringan bibit unggul. Masyarakat mampu Purwareja-Klampok, bila
   anaknya mempunyai potensi besar, lebih cenderung mengirimkan anaknya
   bersekolah di SMA lain di luar kecamatan Purwareja-Klampok.
        Dampaknya terhadap SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok, jumlah input
   berpotensi yang masuk sangat sedikit. Kondisi demikian menyebabkan
   sekolah kesulitan keluar dari stigma sebagai subordinate sekolah lain di
   sekitarnya. Upaya apapun yang ditempuh dalam meningkatkan prestasinya
   akan terasa berat untuk mengungguli SMA 1 Purbalingga, Banyumas dan
   Banjarnegara. Dengan demikian harus ada cara lain untuk mengangkat nama
   SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok yang selanjutnya bisa digunakan untuk
   membuat opini publik.
        Dari dasar pemikiran itu maka muncullah wacana adanya Quota PSB.
   Maksudnya SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok memberikan Quota yang
   berbeda kepada SLTP sesuai dengan peringkat image sekolah tersebut di
   masyarakat. Quota tersebut diperuntukkan bagi siswa yang berprestasi agar
   mau masuk ke SMA. Jumlah Quota berkisar antara 10 sampai dengan 15 anak
   berhak mendapat keringanan keuangan sekolah selama satu semester. Dan
   bahkan apa bila salah satu diantara mereka menempati ranking tertinggi dalam
   pendaftaran ia berhak mendapatkan keringanan keuangan operasional sekolah
   selama satu tahun. Meskipun demikian tawaran inipun belum direspond
   dengan baik oleh masyarakat, bahkan mereka mengira sekolah lain melakukan
   hal yang sama.


3. Program Rewards
Agar SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok memperoleh banyak prestasi
     maka sekolah harus kreatif membuat wadah-wadah kegiatan yang diantaranya
     dengan memperbanyak jenis kegiatan ekstra kurikuler.       Selain itu untuk
     meningkatkan    motivasi berprestasi baik bidang akademik maupun non-
     akademik, sekolah menyediakan hadiah bagi siswa dan guru yang berprestasi.
     Pengaturan besarnya dana tersebut ditetapkan dengan keputusan Kepala
     Sekolah. Dengan demikian Beasiswa Prestasi yang ada di sekolah bukan saja
     berasal dari Pemerintah tetapi juga berasal dari dana operasional sekolah
     sumbangan orang tua murid.
          Dampaknya sungguh di luar dugaan, karena yang tadinya tidak pernah
     diperhitungkan dalam berbagai perlombaan sekarang hasilnya menjadi Juara
     Umum II PORSENI Kabupaten dan Juara Umum II Olimpiade Sain dan
     Astronomi Kabupaten. Berikut ini saya sajikan tabel beasiswa prestasi yang
     dijadikan acuan selama ini. Meskipun tampak kecil namun secara kumulatif
     pengeluarannya besar.



     Uraian
No. Beasiswa      Tingkat     Individu   Individu   Kelompok      Keterangan
                             Kompetisi    Seleksi   Kompetisi
                                                                1 OP = Rp
 1 Juara I       Nasional    Bebas OP    Bebas OP   Bebas OP    50,000
 2 Juara II      Nasional    12 OP       12 OP      12 OP
 3 Juara III     Nasional    7 OP        7 OP       6 OP
 4 Juara I       Propinsi    6 OP        2 OP       3 OP
 5 Juara II      Propinsi    5 OP        1 OP       2.5 OP
 6 Juara III     Propinsi    2 OP        4/5 OP     2 OP
 7 Juara I       Kabupaten   2 OP                   1 OP
 8 Juara II      Kabupaten   1 OP                   4/5 OP
 9 Juara III     Kabupaten   4/5 OP                 3/5 OP
   Pendaftar
10 Tertinggi                 12 OP
   Program
11 Kuota                     6 OP
   Juara
12 Paralel                   6 OP
Saya katakan bahwa rewards ini juga berlaku untuk guru dan staf TU
      yang berprestasi, dan tabelnya adalah sebagai berikut :

No.     Reward Guru      Tingkat     Individu   Kelompok          Keterangan
                                    Kompetisi Kompetisi
   1   Juara I          Nasional        900,000     900,000   Setiyadi S.Pd
   2   Juara II         Nasional        800,000     800,000
   3   Juara III        Nasional        700,000     700,000   Untuk Kelom-
   4   Juara I          Propinsi        600,000     600,000   pok dibagi
   5   Juara II         Propinsi        500,000     500,000   jml anggotanya
   6   Juara III        Propinsi        400,000     400,000
   7   Juara I          Kabupaten       300,000     300,000
   8   Juara II         Kabupaten       200,000     200,000
   9   Juara III        Kabupaten       100,000     100,000
  10   Teacher                          300,000
       of the Year



4. Program Interest Groups

           Konsep pembinaan interest groups bermula dari pengalaman dalam
      lomba Olimpiade mata pelajaran dimana SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok
      kurang mendapatkan posisi yang menguntungkan. Salah satu penyebab yang
      bisa dipertanggungjawabkan adalah pembinaan yang lemah di sekolah.
           Keadaan demikian tentu secepatnya harus dibenahi dengan pola
      pembinaan berbeda dari yang selama ini digunakan. Kemudian Pola Interest
      Groups diketengahkan. Dalam Interest Group guru diberi kebebasan mencari
      dan membina      siswa-siswa yang berprestasi dari kelas X dan II, yang
      berjumlah berkisar 10 anak untuk setiap mata pelajaran. Rancangannya
      pembinaan kelas II untuk lomba tahun sekarang sedangkan kelas X untuk
      tahun berikutnya. Bila rencana ini berjalan baik tentu tidak ada alasan untuk
      tidak menjadi yang terbaik. Terbukti untuk tahun ini mampu menempati Juara
      Umum II Kabupaten.
           Namun kendalanya sebagian guru tidak mudah berubah dari kebiasaan
      yang sebelumnya dijalankan. Pembinaan rutin secara kontinyu menjadi
      tersendat. Berikutnya yang diperlukan adalah system pengendalian kegiatan
      yang bisa menjamin pembinaan itu lancar.
5. Program sekolah berwawasan bahasa Jepang
        Di SMA lain mungkin juga ada pembelajaran bahasa Jepang namun jelas
   SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok mempunyai arah yang berbeda. Pelajaran
   bahasa Jepang diperkenalkan sejak kelas X dikandung maksud untuk
   mendukung penjurusan program Bahasa pada kelas XI, sedangkan
   pembelajaran pada kelas II untuk mendukung program bahasa pada kelas III.
   Dengan demikian pembelajaran Bahasa Jepang ditangani serius bukan sekedar
   semacam lip services di mata masyarakat.
        Dasar pemikiran praktis ditetapkannya bahasa Jepang sebagai wawasan
   khusus sekolah selain logika di atas yaitu adanya kecenderungan masyarakat
   menjadikan Jepang sebagai tempat tujuan kerja. Last but not least sekolah
   selalu concern mewadahi keinginan anak yang ingin mengembangkan
   potensinya di bidang bahasa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
6. Program vocational skills
        Mayoritas tingkat penghidupan orang tua/wali murid SMA Negeri
   Purwareja Klampok berekonomi lemah. Sangat bisa dipahami bila siswa yang
   melanjutkan ke Perguruan Tinggi juga sedikit ( 25%). Agar siswa yang telah
   lulus nantinya berketrampilan dan bisa mandiri, sekolah menerapkan program
   vocational skills. Dan ketrampilan yang dikembangkan adalah Komputer dan
   Elektronika.
        Sepintas kilas mungkin tidak berbeda dengan sekolah lain dalam
   menerapkan vocational skills, tetapi sebetulnya ada perbedaan yang mendasar.
   Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
       1. Program vocational skills di SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok
          dimasukkan ke dalam intra kurikuler.
       2. Program komputer diberikan untuk seluruh kelas, dari kelas X, II dan
          III. Pada akhir kelas X dan II diharapkan siswa sudah mahir MS Word
          dan Excel, sedangkan siwa kelas III terampil pada Komputer
          Akuntansi.
       3. Program Elektronika sedang dikembangkan pada seluruh kelas X.
          Pilihan Elektronika diambil karena pertama, bidang ini bisa dikuasai
baik oleh anak putra maupun putri sehingga guru mudah mengelola
          kelas. Kedua, Guru sudah tersedia. Ketiga, Tenaga kerja bidang
          elektronika pada masa ini banyak dibutuhkan.
      4. Program Elektronika dirancang berkelanjutan sampai kelas XII.

7. Program Pembentukan Image sekolah (Radio Sekolah, Majalah sekolah,
   Internet dan Web site )
        Sekolah mungkin sudah berusaha banyak hal dan memperoleh banyak
   kesuksesan namun image masyarakat terhadap SMA Negeri 1 Purwareja-
   Klampok sebagai sekolah alternatif belum berubah. Keadaan demikian tentu
   menyulitkan bagi sekolah untuk berkembang dan mendapatkan kepercayaan
   yang lebih besar.
        Agar image mayarakat terhadap sekolah berubah, sekolah harus
   produktif dan aktif memberikan informasi tentang inovasi, prestasi, dan
   aktivitas sekolah terhadap masyarakat. Untuk itulah diperlukan adanya sarana
   sebagai pusat informasi dan sekaligus sebagai sarana pengembangan potensi
   siswa. Sarana tersebut adalah Majalah sekolah, Radio Sekolah, dan Internet.
        Majalah Sekolah dikembangkan dari majalah dinding. Terbit 2 kali
   setahun pada akhir semeter gasal dan genap. Melalui majalah ini masyarakat
   mendapatkan banyak informasi perkembangan sekolah dalam kurun waktu
   satu semester. Sedangkan bakat siswa dalam tulis menulis mendapat tempat
   pengembangan.
        Efektifitas majalah dirasa kurang, maka muncullah Radio Sekolah yang
   setiap sore melakukan siaran. Radio Sekolah mengudara dengan Frequensi
   FM 89,7 dan daya jangkau sampai 5 km di sekitar sekolah. Dengan banyaknya
   informasi dari sekolah diharapkan masyarakat lebih rasional dalam
   memandang SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok.
        Tetapi melalui radio sekolah informasi lebih cenderung satu arah yaitu
   dari sekolah ke masyarakat. Supaya sekolah juga memperoleh akses dari luar,
   sekarang sekolah sedang merancang web site untuk di launching. Meskipun
   demikian untuk memenuhi kebutuhan informasi penting saat ini sudah bia
   diatasi dengan internet sekolah.
8. Kerjasama dengan Yayasan keagamaan dalam pembinaan Mental

        Tenaga guru agama terbatas hanya ada 3 orang dengan siswa lebih dari
   800. Tidak bisa dipungkiri bahwa pada bulan puasa pembinaan agama tidak
   bisa dilakukan dengan intensif mendalam. Untuk mengatasi permasalahan
   tersebut sekolah melakukan kerja sama dengan lembaga keagamaan untuk
   pembinaan.
        Dalam kerja sama ini sekolah hanya sekedar memberikan sumbangan ala
   kadarnya. Sedangkan pihak Yayasan bertanggung jawab pada pembinaan
   program yang sudah disetujui oleh pihak sekolah. Dalam kegiatan keagamaan
   ini, guru agama sekolah bertindak sebagai koordinator.
        Tindak lanjut pembinaan keagamaan ini kemudian diteruskan tidak
   hanya pada bulan puasa, namun dalam bentuk kegiatan yang berbeda. Dengan
   demikian anak mendapatkan layanan kegiatan ekstra keagamaan dalam wadah
   Rohani Islam (Rohis).

9. Program pengendalian Ulangan Harian (Komputer on line)

        Karena berbagai alasan yang tidak rasional, keteraturan ulangan harian
   sering tidak dilakukan dan yang terjadi penumpukan ulangan harian. Untuk
   mempermudah pengendalian ulangan harian, sekolah mengaplikasikan
   manajemen on line. Dalam program ini guru disediakan beberapa komputer
   untuk mengimput hasil ulangan harian.dengan password yang dimiliki.
        Selanjutnya Kepala Sekolah dan Bagian Biro bisa mengetahui siapa-
   siapa guru yang belum melakukan ulangan harian sesuai jadwal yang
   ditentukan. Dan melalui pembinaan briefing Kepala Sekolah dapat
   menyampaikan program ulangan harian untuk dilaksanakan secara teratur.
        Sebetulnya Komputer on line ini bukan sekedar dimaksudkan untuk
   pengendalian ulangan harian saja tetapi untuk kepentingan yang lebih luas
   karena komputer on line menyangkut masalah manajemen. Pada saat ini yang
   sudah bisa diakses melalui on line adalah Komputer Kurikulum, Biro
   Akademik, Kepala Sekolah¸Tata Usaha Sekolah, Guru, Piket dan BP/BK.
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran

        Kesimpulan. Kondisi awal pada saat penulis bertugas di SMA Negri 1
Purwareja-Klampok menunjukkan bahwa sekolah miskin layanan baik dalam
bentuk fisik maupun non-fisik. Untuk fisik bisa ditelusuri dari minimnya sarana
layanan misalnya     tidak representatifnya WC, Kantin, ruang-ruang kegiatan
siswa. Sedangkan untuk Non-Fisik ditunjukkan oleh sedikitnya program layanan
yang berupa ekstra kurikuler, program peningkatan mutu sekolah, program
vocational skills, program pembinaan mental dan program hubungan masyarakat.
        Permasalahan sarana layanan sangat mudah dipecahkan karena asal
sekolah punya dana, perbaikan dan pengadaan sarana langsung bisa dilakukan
oleh siapa saja. Tetapi permasalahan program layanan adalah permasalahan
kreativitas dan kredibilitas wawasan Kepala Sekolah. Dan keragaman program
layanan karena menyangkut masalah pemahaman Kepala Sekolah terhadap
Paradigma Sekolah.
        Pemahaman pengelola sekolah terhadap paradigma sekolah berpengaruh
besar terhadap model pendekatan pengelolaan sekolah. Konsekuensi paradigma
sekolah sebagai pusat layanan siswa dalam mengembangkan potensinya secara
maksimal maka orientasi pengembangan sekolah harus merujuk pada kebutuhan
siswa. Oleh karena itu pengelolaan sekolah harus dilakukan secara berkese-
imbangan antara pembenahan fisik dan Non-Fisik.
        Sekolah bukan lagi dipandang secara fisik belaka namun sesuatu hal
hidup yang mampu memberikan layanan. Karena beragam kebutuhan siswa perlu
mendapatkan layanan maka sekolah berkewajiban mengembangkan berbagai
macam program Layanan tersebut berupa program yang applicable dan efisien.
Sekolah dikatakan efektif bilamana semua siswa bisa mendapatkan layanan
penuh. Melalui program-program tersebut sekolah menjadi hidup dinamis penuh
dengan kreativitas dan semangat, sehingga bersekolah itu menyenangkan,
mengasyikkan dan mencerdaskan.
        Implikasi. Paradigma Sekolah dan Konsep pengelolaan Sekolah Secara
Komprehensif menuntut Kepala Sekolah kreatif membuat produk-produk layanan
dalam bentuk wadah kegiatan siswa. Dan konsisten terhadap komitmen sekolah
sebagai pusat layanan, konsekuensinya sekolah harus mengadakan banyak
program layanan dengan dana yang tidak sedikit. Berbagai masukan dari guru,
karyawan atau murid sepanjang menyangkut pelayanan siswa demi kemajuan
sekolah sedapat mungkin diusahakan.
         Pembentukkan banyak program layanan memerlukan banyak SDM yang
kredibel, akibatnya sekolah harus mencari SDM tersebut untuk menutupi
kekurangannya. Untuk memastikan semua kegiatan berjalan dengan baik maka
pengendalian program segera dilakukan.
         Saran-saran. Wawasan Kepala Sekolah tentang paradigma sekolah
membawa pengaruh pada pola pikir dalam pengembangan sekolah. Pemikiran
inovasi sekolah agar bisa diaplikasikan memerlukan dukungan warga sekolah.
Kepala sekolah harus mampu meyakinkan bahwa konsep yang ditawarkan bisa
dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
         Inovasi dalam banyak hal berarti perubahan dengan banyak pekerjaan.
Ada kecenderungan manusia untuk menghindari pekerjaan baru karena ia harus
mengkonsentrasikan pikiran dan tenaga untuk mempelajari pekerjaan baru
tersebut. Kendala yang bakal muncul adalah kurangnya dukungan yang berakibat
tidak lancarnya kegiatan sehingga hasilnya tidak maksimal. Agar program layanan
berjalan baik maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :
     1. Ada argumen yang kuat mengapa suatu program layanan perlu diadakan.
     2. Program layanan yang ditawarkan sebelumnya disosialisasikan kepada
         guru sebelum ada kesepakatan.
     3. Setelah mendapatkan dukungan, tim program layanan bisa dibentuk.
     4. Ada aturan dan prosedur kerja sehingga tim bekerja sesuai dengan
         jobnya.
     5. Dana kegiatan disediakan.
     6. Bila mana kegiatan sudah berjalan maka monitoring sebagai sarana
         pengendalian harus dilakukan dengan baik.
     7. Evaluasi program dilakukan untuk perbaikan program.
     8. Hasil program layanan harus segera diinformasikan kepada masyarakat.
Daftar Pustaka
Biro Hukum dan Organisas Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik
        Indonesia : Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Boyan, Norman J. (ed). 1988. Handbook of Research on Educational
        Administration. New York : Longman Inc.

Direktorat Dikmenum Depdiknas. 2003. Pedoman Penyusunan StandarPelayanan
         minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Dikdasmen. Jakarta

Direktorat Dikmenum Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
         Sekolah Ed. 3. Jakarta

Hasibuan, Bara. 2004. 26 Juni. Human development : Siapa Peduli? Kompas, h.
      4.

Sofyan, Herminanto. 2004. Pedoman Khusus : Penelusuran Potensi Siswa.
       Jakarta : Depdiknas

Orstein, Allan C. and Levine, Danile U. 1985. An Introduction to the Foundations
       of Education. Boston : Houghton Miffin Company.

Orlosky, Donald E .et al. 1984. Educational Administration Today. Ohio : Charles
       E. Merill Publising Company

Sinar Grafika. 2001. Undang-Undang Otonomi Daerah 1999. Jakarta
SMA NEGERI 1 PURWAREJA-KLAMPOK
          KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH
           JL RAYA PURWAREJA-KLAMPOK Telp. (0286) 479092
                      BANJARNEGARA 53474


                                    BIO DATA

Nama                         : Supriyadi
NI P                         : 131650243
Tempat/ Tgl Lahir            : Wonogiri 4 Mei 1960
Jenis Kelamin                : Laki-Laki
Pendidikan Terakhir          : S2
Jurusan                      : Administrasi Pendidikan
Nama Sekolah                 : SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok, Banjarnegara
Alamat Sekolah               : Jl. Raya Purwareja-Klampok, Banjarnegara 53474
Jabatan sekarang             : Kepala Sekolah.
Mengajar Mata Pelajaran      : Bahasa Inggris
Prestasi Sebagai Guru SMA : Mewakili Jawa Tengah sebagai Exchange Teacher
                              Jawa Tengah-Quensland, Australia
Prestasi sebagai Kepala SMA : ---




                                           Banjarnegara, 1 juli 2005




                                           SUPRIYADI
                                           NIP 131650243
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Supriyadi. lahir di Wonogiri, 4 Mei 1960. Pendidikan Dasar di selesaikan di Desa
Ngarjosari Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri pada tahun 1972.
Kemudian melanjutkan sekolah ke SMP Sultan Agung Tirtomoyo, selesai tahun
1975. Dan pada tahun 1979 menyelesaikan sekolah di SPG Negeri Wonogiri.
    Pada tahun 1980 bekerja sebagai guru SD Arjosari 2, sambil kuliah di
Unuiversitas Muhammadiyah Surakarta jurusan Bahasa Inggris, dan gelar sarjana
mudanya diperoleh pada tahun 1983. Gelar sarjana pendidikan Bahasa Inggris
diraih pada tahun 1986 pada universitas yang sama. Pada akhir tahun 1986
diangkat sebagai guru SMU Negeri 1 Banjarnegara.
     Selama mengajar di SMU Negeri 1 Banjarnegara ikut juga mengajar di SMU
Muhammadiyah 1 Banjarnegara dan SMU Negeri Wanadadi. Terakhir mengajar
di kedua sekolah tersebut saat diangkat sebagai Guru Inti bidang studi Bahasa
Inggris di Banjarnegara. Pada tahun1996 dipilih sebagai Exchange Teacher
mewakili Jawa Tengah bertugas di Queensland, Australia selama 1 tahun.
Kemudian pada tahun 1999 diangkat sebagai Kepala Sekolah di SMU Negeri 1
Karangkobar sampai dengan Juli 2002, kemudian dimutasikan di SMU Negeri
Wanadadi untuk 1,5 tahun, dan sekarang sebagai Kepala Sekolah di SMA Negeri
1 Purwareja Klampok , Banjarnegara.
    Menikah dengan Sri Handayani, S.Pd. pada tahun1991 dan saat ini di
karuniai 2 anak, yaitu Diyan Luqman Nur Fatoni Banjaransari dan Meutia
Setyowati Mahanani Lestari. Pada tahun 2001 mendapat izin belajar meneruskan
pendidikan pada program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
HAMKA, Program Studi Administrasi Pendidikan.

More Related Content

What's hot

Problem Peningkatan Mutu Pendidikan
Problem Peningkatan Mutu PendidikanProblem Peningkatan Mutu Pendidikan
Problem Peningkatan Mutu PendidikanKuntum Trilestari
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Pipit Wijaya
 
Manajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggulManajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggulKomar Hotim
 
artikel keguruan
artikel keguruanartikel keguruan
artikel keguruandjuna
 
7. Cabaran Profesion Keguruan
7. Cabaran Profesion Keguruan7. Cabaran Profesion Keguruan
7. Cabaran Profesion KeguruanArthur Jupong
 
Etika profesion keguruan dan akauntablilti
Etika profesion keguruan dan akauntabliltiEtika profesion keguruan dan akauntablilti
Etika profesion keguruan dan akauntabliltizain72
 
In house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_danIn house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_danAan Cahyanto
 
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPeran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPuspawijaya Putra
 
Apakah nama jawatan_yang_anda_temuduga_ini
Apakah nama jawatan_yang_anda_temuduga_iniApakah nama jawatan_yang_anda_temuduga_ini
Apakah nama jawatan_yang_anda_temuduga_iniRainne Lee
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013fauziah25
 
Profesionalisme guru
Profesionalisme guru Profesionalisme guru
Profesionalisme guru Azizi Ahmad
 
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.Ahmad NazRi
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanMastudiar Daryus
 
Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd
Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPdPenelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd
Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPdRianto MSi
 
Usaha-usaha untuk Merealisasikan Transformasi Keguruan sebagai Profesion Pilihan
Usaha-usaha untuk Merealisasikan Transformasi Keguruan sebagai Profesion PilihanUsaha-usaha untuk Merealisasikan Transformasi Keguruan sebagai Profesion Pilihan
Usaha-usaha untuk Merealisasikan Transformasi Keguruan sebagai Profesion PilihanSherly Jewinly
 

What's hot (20)

Problem Peningkatan Mutu Pendidikan
Problem Peningkatan Mutu PendidikanProblem Peningkatan Mutu Pendidikan
Problem Peningkatan Mutu Pendidikan
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
 
Edu sem 7 oll
Edu sem 7 ollEdu sem 7 oll
Edu sem 7 oll
 
Manajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggulManajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggul
 
Paparan visi
Paparan visiPaparan visi
Paparan visi
 
artikel keguruan
artikel keguruanartikel keguruan
artikel keguruan
 
Etika Guru
Etika GuruEtika Guru
Etika Guru
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolah
 
7. Cabaran Profesion Keguruan
7. Cabaran Profesion Keguruan7. Cabaran Profesion Keguruan
7. Cabaran Profesion Keguruan
 
Etika profesion keguruan dan akauntablilti
Etika profesion keguruan dan akauntabliltiEtika profesion keguruan dan akauntablilti
Etika profesion keguruan dan akauntablilti
 
In house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_danIn house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_dan
 
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPeran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
 
Apakah nama jawatan_yang_anda_temuduga_ini
Apakah nama jawatan_yang_anda_temuduga_iniApakah nama jawatan_yang_anda_temuduga_ini
Apakah nama jawatan_yang_anda_temuduga_ini
 
Bab i a4
Bab i a4Bab i a4
Bab i a4
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
 
Profesionalisme guru
Profesionalisme guru Profesionalisme guru
Profesionalisme guru
 
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
Tugasan edu 3083 isu etika keguruan.
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikan
 
Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd
Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPdPenelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd
Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd
 
Usaha-usaha untuk Merealisasikan Transformasi Keguruan sebagai Profesion Pilihan
Usaha-usaha untuk Merealisasikan Transformasi Keguruan sebagai Profesion PilihanUsaha-usaha untuk Merealisasikan Transformasi Keguruan sebagai Profesion Pilihan
Usaha-usaha untuk Merealisasikan Transformasi Keguruan sebagai Profesion Pilihan
 

Viewers also liked

Viewers also liked (9)

Supporting Information about Paychex
Supporting Information about PaychexSupporting Information about Paychex
Supporting Information about Paychex
 
Pebbagian ruang tes ppdb.xlsx
Pebbagian ruang tes ppdb.xlsxPebbagian ruang tes ppdb.xlsx
Pebbagian ruang tes ppdb.xlsx
 
Karya ilmiah3
Karya ilmiah3Karya ilmiah3
Karya ilmiah3
 
Karya ilmiah2
Karya ilmiah2Karya ilmiah2
Karya ilmiah2
 
Omni
OmniOmni
Omni
 
Paychex One Source Solutions
Paychex One Source SolutionsPaychex One Source Solutions
Paychex One Source Solutions
 
Mahatma gandhi
Mahatma gandhiMahatma gandhi
Mahatma gandhi
 
Communication Process
Communication ProcessCommunication Process
Communication Process
 
Siswa diterima ptn
Siswa diterima ptnSiswa diterima ptn
Siswa diterima ptn
 

Similar to SEKOLAH DINAMIS

JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIFJURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIFImamTurmudzyAsysyaba2
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan muhammad
 
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanKertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanMohd Khoeirul Fahmi Hamid
 
Transformasi kepsek iklim guru
Transformasi kepsek  iklim guruTransformasi kepsek  iklim guru
Transformasi kepsek iklim guruChaing Saing
 
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfMateri Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfHasanBasri321358
 
Apa itu sekolah unggulan.pptx
Apa itu sekolah unggulan.pptxApa itu sekolah unggulan.pptx
Apa itu sekolah unggulan.pptxTriWahono13
 
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen KelasHariyatunnisa Ahmad
 
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen KelasHariyatunnisa Ahmad
 
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitaManajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitamahmudi moedy
 
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015anida juita
 
Tugas tik pitri handayani
Tugas tik pitri handayaniTugas tik pitri handayani
Tugas tik pitri handayaniPitriHandayani5
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfIrman Ramly
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfpkgnedusi2021
 
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfAnaliaNesa1
 

Similar to SEKOLAH DINAMIS (20)

JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIFJURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
JURNAL TESIS MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG EFEKTIF
 
Makalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolahMakalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolah
 
Mkalah menejemen ok
Mkalah menejemen okMkalah menejemen ok
Mkalah menejemen ok
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan
 
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanKertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
 
Transformasi kepsek iklim guru
Transformasi kepsek  iklim guruTransformasi kepsek  iklim guru
Transformasi kepsek iklim guru
 
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfMateri Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
 
Apa itu sekolah unggulan.pptx
Apa itu sekolah unggulan.pptxApa itu sekolah unggulan.pptx
Apa itu sekolah unggulan.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
 
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
 
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitaManajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
 
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
 
Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan KurikulumPengelolaan Kurikulum
Pengelolaan Kurikulum
 
Tugas tik pitri handayani
Tugas tik pitri handayaniTugas tik pitri handayani
Tugas tik pitri handayani
 
PPT RKT 2023.pptx
PPT RKT 2023.pptxPPT RKT 2023.pptx
PPT RKT 2023.pptx
 
Ktsp farmasi
Ktsp farmasiKtsp farmasi
Ktsp farmasi
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
 
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
 

More from abimanyuhandoko (9)

Ppgd 2012
Ppgd 2012Ppgd 2012
Ppgd 2012
 
Leaflet ppgd
Leaflet ppgdLeaflet ppgd
Leaflet ppgd
 
Lulus ppdb
Lulus ppdbLulus ppdb
Lulus ppdb
 
Psikotes
PsikotesPsikotes
Psikotes
 
Ruang test sabtupagi
Ruang test sabtupagiRuang test sabtupagi
Ruang test sabtupagi
 
Karya ilmiah5
Karya ilmiah5Karya ilmiah5
Karya ilmiah5
 
Karya ilmiah1
Karya ilmiah1Karya ilmiah1
Karya ilmiah1
 
Biodata kepsek
Biodata kepsekBiodata kepsek
Biodata kepsek
 
Program kerja SMANSABARA
Program kerja SMANSABARAProgram kerja SMANSABARA
Program kerja SMANSABARA
 

Recently uploaded

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 

Recently uploaded (20)

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

SEKOLAH DINAMIS

  • 1. Paradigma Sekolah dan Pendekatan Manajemen Komprehensif Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Pada SMA Negeri 1 Purwareja Klampok Banjarnegara - Jawa Tengah Disusun Oleh Nama : Supriyadi N I P : 13165024 SMA NEGERI 1 PURWAREJA-KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH JL RAYA PURWAREJA-KLAMPOK Telp. (0286) 479092 BANJARNEGARA 53474
  • 2. Paradigma Sekolah dan Pendekatan Manajemen Komprehensif Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Pada SMA Negeri 1 Purwareja Klampok Banjarnegara - Jawa Tengah Supriyadi1 Abstrak : Pemahaman Kepala Sekolah terhadap konsep tentang sekolah membawa pengaruh besar terhadap pendekatan pengelolaan sekolah. Agar tidak terjebak pada tradisi dan konvensi pada status quo yang membosankan diperlukan adanya penyegaran pemikiran tentang paradigma sekolah dan pendekatan pengelolaan sekolah sebagai filosofi kinerja sekolah. Untuk menjadikan sekolah itu dinamis dan kreatif, hendaknya sekolah dipandang sebagai pusat layanan pembelajaran, dimana pengelola harus selalu mencari bentuk-bentuk layanan baru yang mendukung pada pengembangan potensi siswa. Melalui proses kreatif dalam usaha penciptaan layanan baru yang kontinyu memungkinkan sekolah mampu menjadi wadah pengembangan beraneka ragam potensi siswa. Bertitik tolak dari paradigma sekolah yang demikian, sekolah tidak bisa dipahami secara parsial untuk itu jawaban yang tepat dengan paradigma tersebut adalah pengelolaan sekolah dengan model pendekatan komprehensif. Sekolah bukan lagi dipandang secara “fisik” belaka namun juga mempunyai “ruh”, sehingga sekolah itu hidup, dinamis dan mempunyai kreativitas. Kata Kunci : paradigma sekolah, pendekatan pengelolaan sekolah, potensi siswa, penciptaan layanan baru, sekolah dinamis dan kreatif, pendekatan komprehensif. Pendahuluan Era globalisasi menyebabkan akselerasi persaingan antar bangsa menjadi sangat kompetitif. Maknanya bila bangsa Indonesia mau aktif berperan dan mensejajarkan dengan bangsa-bangsa lain maka persyaratan utama adalah harus mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sejak awal berdirinya Republik ini, antisipasi terhadap kualitas SDM Indonesia sudah digagas oleh para pemimpin bangsa secara baik sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan “Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan 1 Supriyadi, Kepala Sekolah pada SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok, Banjarnegara, Jawa Tengah
  • 3. kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” (Biro Hukum dan Organisasi. 2003 : 3) Namun implementasi pada pengembangan SDM masih jauh dari harapan, hal ini terbukti dari rendahnya anggaran pendidikan pada APBN dari dulu sampai sekarang. Dan dampaknya sekarang SDM Indonesia terpuruk. Menurut laporan terakhir (2003) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Program (UNDP), Human Development Index Indonesia ada di urutan bawah, yaitu 112 dari total 175 Negara. Urutan tersebut jauh di bawah Malaysia dan Thailand, yang masing-masing menempati urutan 58 dan 74. (Kompas. 26/06/04 h.4) Data tersebut menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia Indonesia. perlu mendapat penanganan mendesak dan serius. Sudah barang tentu, salah satu biang dari rendahnya SDM Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan. Dan sekolah sebagai ujung tombak dalam urusan pengembangan SDM harus mendapatkan prioritas pemikiran. Sekolah tidak bisa hanya dipandang sebagai wahana pendidikan bersifat statis tetapi lebih dari itu ia mempunyai “ruh” sehingga sekolah itu hidup, dinamis dan kreatif. Dan konsep pengembangan sekolah selayaknya seirama dengan konsep pendidikan sehingga arahnya menyatu harmonis. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Biro Hukum dan Organisasi. 2003: 5) Konsep pendidikan yang begitu kompleks, konsekuensi logisnya adalah sekolah sebagai institusi harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memberikan pelayanan yang maksimal sebagaimana yang dituntut dalam konsep pendidikan tersebut di atas. Namun kenyataannya banyak sekolah yang dikem- bangkan tidak sesuai dengan konsep tersebut. Faktanya masih banyak orang yang memandang kualitas sekolah dari segi fisiknya belaka.
  • 4. Dengan demikian, menurut hemat penulis, diperlukan adanya penyegaran pemikiran tentang paradigma sekolah dan pendekatan manajemen sekolah. Hal tersebut sangat penting karena perbedaan pemahaman terhadap paradigma sekolah berpengaruh terhadap arah pengembangan sekolah. Dengan mengingat bahwa sekolah bukan sekedar fisik tetapi juga program yang membuat sekolah itu menjadi hidup, dinamis dan kreatif. Oleh karena itu inovasi pengem- bangan pada SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok selalu merujuk pada konsep paradigma sekolah sebagai pusat layanan pengembangan potensi siswa dan konsep pendekatan pengelolaan sekolah secara komprehensip. Dalam artikel ini penulis tertarik untuk membahas elemen-elemen yang bisa menyebabkan sekolah itu hidup, dinamis dan kreatif.. Elemen-elemen tersebut berupa program sekolah, yang diantaranya : (1) Program Kelas Non- Reguler, (2) Program Quota PSB, (3) Program Rewards (beasiswa), (4) Program Interest Group, (5) Program sekolah berwawasan bahasa Jepang, (6) Program Vocational Skills, (7) Program Pembentukan Image sekolah (Radio Sekolah, Majalah sekolah, dan Internet), (8) Kerjasama dengan Yayasan keagamaan dalam pembinaan Mental, dan (9) Program pengendalian Ulangan Harian (Komputer on line), Tujuan dari penulisan artikel ini, penulis berharap bisa memberikan masukan kepada para pengelola sekolah untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam kebijakan pengembangan sekolah. Kualitas suatu sekolah tidak hanya di pandang dari sejauh mana pengembangan fisiknya tetapi seberapa besar kemam- puan sekolah mampu melayani siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua orang yang tertarik pada pengembangan sekolah.dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Permasalahan Untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945, maka pemerintah merumuskan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa,
  • 5. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Biro Hukum & Organisasi. 2003 : 8) Tampak jelas bahwa deskripsi manusia Indonesia paripurna di masa mendatang yang sekaligus sebagai tantangan besar bagi pemerintah Indonesia dengan segala konsekuensinya. Manusia Indonesia paripurna tidak akan bisa diwujudkan manakala tidak ada undang-undang yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Untuk tujuan tersebut maka dikeluarkanlah undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai pengganti undang-undang nomor 2 Tahun 1989. Makna dari berbagai perangkat aturan tersebut diatas bahwa pem- bentukan manusia Indonesia paripurna haruslah dipandang secara utuh dan juga dengan pendekatan yang utuh pula, tidak secara parsial. Hal demikian me- negaskan juga bahwa pengelolaan sekolah, yang secara formal sebagai wadah untuk memfasilitasi anak menjadi manusia Indonesia paripurna, harus juga dipandang secara utuh sebagai pusat layanan pembelajaran siswa. Secara sederhana sekolah yang mampu memberikan pelayanan secara maksimal sehingga anak dapat mengembangkan potensinya secara maksimal bisa dikategorikan sebagai sekolah yang efektif. Namun ada beberapa karakteristik yang menurut pendapat para ahli ditemukan pada sekolah yang efektif : 1. A school climate conducive to learning - one free of disciplanary problems and vandalism; 2. A shoolwide emphasis on basic skills instruction; teachers who hold high expectations for all students to achieve; 3. A system of clear instructional objectives for monitoring and assesing students’ performances; and 4. A school principal who has programatic leader and who sets high standards, observes classroom frequently, maintains students discipline, and create incentives for learning. ( Boyan, 1988 : 346) Memperhatikan pendapat-pendapat di atas, menjadi sangat jelas bagi kita bahwa pengelolaan sekolah yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan secara serentak dan menyeluruh baik mengenai iklim sekolah, pembelajaran dan guru, supervisi dan kepemimpinan Kepala Sekolah.
  • 6. Perbaikan dan Reformasi sekolah mendesak dilakukan untuk meng- hindari stagnansi pengembangan sekolah karena wawasan konsep sekolah. Untuk menjadikan sekolah efektif Boyer secara rinci mengajukan dua belas usulan, yang delapan adalah sebagai berikut : 1. More should be done to help students make the transition to work and further education. 2. Students should participate and learn in the community. 3. Working conditions of teachers must be improved. 4. Technologi should be used to enrich curriculum. 5. More flexibility is needed in school size, the use of time, and other or organization arrangements. 6. Principals should have a greater leadership role that includes selecting and rewarding teachers. 7. More “connections” are needed with other institutions. 8. There must be a public commitment to excellence. (Orstein dan Levine. 1985 : 543) Tampak sekali bahwa arah sasaran inovasi sekolah menjadi sangat jelas. Seluruh aspek yang menjadikan sekolah berkembang lambat dibenahi. Hal demikian menunjukkan pembenahan sekolah harus secara komprehensif. Dan fokus akhir yang dijadikan sasaran adalah kualitas sekolah. Hers sebagaimana dikutip oleh Orlosky (1984) megidentifikasikan bahwa ada beberapa elemen untuk meningkatkan efektivitas sekolah, yaitu : 1. Clear Academic Goals (Kejelasan Tujuan Akademik) 2. Order and Discipline ( Peraturan dan Disiplin) 3. High Expectations (Cita-cita Tinggi) 4. Teacher Efficacy ( Keefektivan Guru) 5. Pervasive Caring ( Peduli Total) 6. Public Rewards and Incentives ( Penghargaan dan insentif) 7. Community Support ( Dukungan Masyarakat) 8. Administrative Leaderships. (Kepemimpinan) (Orlesky. 1984 : 103-105) Pengelolaan sekolah menjadi sangat sulit karena memang sejak awal perencanaan pengembangan sekolah .tidak ditata dengan baik. Keadaan tersebut kemudian diperbaiki oleh pemerintah : Pertama, diterbitnya Kep. Men. No. 053/V/2001 tanggal 19 April 2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelengaraan Persekolahan Bidang DIKDASMEN (Direktorat Dimenum. 2003). Terbitnya SK
  • 7. tersebut memperkuat pemikiran tentang pentingnya pengelolaan sekolah secara terencana dan menyeluruh. Tetapi dinamika pemerintahan dari sentralisasi ke arah desentralisasi menimbulkan masalah tersendiri dalam bidang pendidikan. Karena pengelolaan pendidikan berubah sesuai dengan semangat otonomi daerah (Sinar Grafika. 2001 : 9) Pergeseran pengelolaan pendidikan tersebut di atas bisa membawa dampak yang kurang baik bila mana tidak dibarengi dengan keluarnya peraturan peme- rintah sebagai landasan untuk mengatur pengelolaan pendidikan. Alasannya adalah rendahnya Sumber Daya Manusia yang ada pada birokrasi Dinas Pen- didikan yang pada mulanya sebagai pelaksana pekerjaan (The Doers) berubah menjadi Pengambil Kebijakan (Decision Makers). Kemungkinan resiko yang terjadi adalah lemahnya penguasaan masalah, dinamika terasa lambat dan rendahnya kreativitas. Padahal dengan otonomi diharapkan kreativitas dan dina- mika itu muncul. Kedua, diperkenalkan model pengelolaan sekolah yang disebut Manaje- men Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Pengertiannya adalah suatu model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. (Direktorat Dikmenum. 2001 : 5). Pada dasarnya bahwa pengelolaan sekolah yang mencakup beberapa aspek harus digarap secara berbarengan. Ketiga, Adanya komitmen dari Pemerintah untuk menaikkan anggaran pendidikan dalam APBN secara bertahap menjadi 20 %. Namun sampai tahun ka- pan angka 20% bisa terwujud adalah tergantung dari kemauan politik pemerintah, sedangkan pengembangan SDM sudah sangat mendesak. Belum lagi permasa- lahan otonomi apakah daerah juga mempunyai komitmen terhadap pendidikan yang serupa? Lepas dari semua itu, iktikat baik dari pemerintah selayaknya dihargai.
  • 8. Harapan pemerintah dengan adanya standar acuan, model manajemen, dan dana dimaksudkan agar bisa memaksimalkan pengembangan sekolah secara tepat. Sehingga keberhasilan suatu sekolah tidak dipandang hanya dari segi pengembangan fisik belaka namun lebih dari itu, yaitu kemampuan sekolah untuk memberikan pelayanan kepada siswa dalam mengembangkan potensinya. Berkait dengan potensi siswa, Gardner (1993) mengemukan teori intelegensi majemuk, yang membedakan intelegensi menjadi delapan macam, yaitu, (1) logis-matematis, (2) linguistik, (3) Musikal, (4) Visual-Spasial, (5) Kinestetik, ( 6) Interpersonal, (7) Intraperonal, dan (8) kecerdasan naturalis.(Sofyan. 2004 : 9) Dari berbagai latar tersebut di atas diperlukan adanya dasar pemikiran tentang paradigma sekolah dan pendekatan pengelolaan sekolah yang menjadi filosofi kinerja sekolah. Dengan demikian sekolah itu tidak terjebak pada tradisi dan konvensi yang cenderung pada status quo yang membosankan. Untuk menjadikan sekolah itu dinamis dan kreatif, pengelola sekolah hendaknya mempunyai pandangan bahwa sekolah sebagai pusat layanan pembelajaran, dimana pengelola harus selalu mencari bentuk-bentuk layanan baru yang mendukung pada pengembangan potensi siswa. Melalui proses kreatif dalam usaha penciptaan layanan baru yang terus menerus memungkinkan sekolah mampu menjadi wadah pengembangan beraneka ragam potensi siswa. Bertitik tolak dari paradigma sekolah yang demikian tentu membawa konsekuensi logis terhadap model pendekatan terhadap pengelolaan sekolah. Sebagaimana disampaikan di depan bahwa sekolah tidak bisa dipahami secara parsial untuk itu jawaban yang tepat dengan paradigma tersebut adalah pengelolaan sekolah dengan model pendekatan komprehensif. Sekolah bukan lagi dipandang secara “fisik” belaka namun juga mempunyai “ruh”, sehingga sekolah itu hidup, dinamis dan mempunyai kreativitas. Pemahaman konsep tersebut di atas, kemudian digunakan untuk mengevaluasi kondisi pada SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok, Banjarnegara, Jawa Tengah.
  • 9. 1. Kondisi Kelas Pada umumnya kelas berkisar antara 40 sampai 44 siswa. Pertimbangan ju- mlah siswa yang melebihi dari 40 siswa per kelas adalah : (1) angka drop out masih relatif tinggi, dan (2) besarnya siswa berarti pemasukan dana sekolah yang berasal dari masyarakat. Secara formal system pengajarannya di- laksanakan secara klasikal dimana seorang guru melayani siswa sebanyak itu. 2. Program Penerimaan siswa baru (PSB) Program PSB dilaksanakan sesuai dengan aturan dari pemerintah tanpa ada modifikasi. Seleksi penerimaan melalui perangkingan NEM SMP secara transparan. Kebanyakan siswa yang mempunyai NEM tinggi kurang berminat bersekolah di SMA Negeri Purwareja-Klampok. Tetapi upaya recruitmen lain agar tamatan siswa SLTP yang mempunyai NEM tinggi mau mendaftar pada sekolah ini tidak ada. 3. Penghargaan Sekolah Penghargaan terhadap siswa berprestasi secara nyata dilakukan dalam bentuk beasiswa yang berasal dari Pemerintah. Pada hal alokasi beasiswa jumlahnya terbatas akibatnya ada anak yang berprestasi tidak memperoleh beasiswa tersebut. Kondisi demikian bisa mempengaruhi turunnya motivasi berprestasi siswa yang berdampak pada sepinya prestasi sekolah. Kita ketahui bersama bahwa produk sekolah yang bisa dibanggakan adalah prestasi, baik akademis maupun non-akademis. . 4. Olympiade Mata Pelajaran Prestasi akademik yang dinilai prestice salah satunya adalah pretasi hasil lomba olimpiade mata pelajaran. Usaha ke arah itu biasanya dilakukan melalui penunjukkan terhadap siswa yang mempunyai rangking nilai tinggi di sekolah. Setelah dilakukan pembinaan secukupnya siswa mengikuti lomba, dan hasil lomba yang dicapai tidak pernah dipermasalahkan. Dengan demikian evaluasi terhadap hasil lomba olympiade dan Program pembinaan yang intens tidak dilakukan.
  • 10. 5. Program Bahasa Jepang Salah satu SMA di Kabupaten Banjarnegara yang menyelenggarakan program bahasa adalah SMAN 1 Purwareja-Klampok. Jumlah kelasnya ada satu kelas dengan siswa sekitar 35 anak. Gurunya hanya satu orang dengan basis pendidikan S1 Bimbingan dan konseling. Tetapi guru tersebut pernah mendapatkan pendidikan di Jepang selama 2 tahun. Pembelajaran bahasa Jepang untuk kelas X dan II tidak ada, sehingga anak tidak pernah mendapatkan gambaran program bahasa Jepang. Sedangkan usaha secara terencana agar siswa memilih program bahasa juga tidak ada. Keadaan demikian dikhawatirkan bisa mengurangi minat siswa mengambil program bahasa, bila dibiarkan semakin lama bisa kolep. 6. Program vocational skills Seperti sekolah SMA pada umumnya adanya program karena adanya proyek. Program life skills tidak bisa jalan untuk tahun berikutnya karena rancangan awal yang tidak baik. Padahal program tersebut sangat tepat untuk SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok karena sekitar 75% tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Program vocational skills belum sepenuhnya mengena pada sasaran karena baru sebagian kecil siwa yang terjaring. Oleh karena itu perlu ada program yang bisa dilakukan secara mudah, efisien, applicable dan keahliannya mendesak dibutuhkan pada saat ini. 7. Promosi sekolah Keberhasilan apapun yang dilakukan oleh sekolah bila tidak pernah kita informasikan ke masyarakat, mereka akan tetap menganggap sekolah dengan tanpa perubahan. Masyarakat berhak mendapatkan informasi apa saja tentang sekolah, sehingga mereka bisa menilai seberapa besar kredibel dan akuntabilitasnya. Orang tua tidak merasa sanksi untuk menyekolahkan anaknya bila memang sekolah tersebut kredibel. Yang perlu dicari adalah dengan cara bagaimana masyarakat mendapatkan informasi sekolah tetapi sekaligus bisa digunakan oleh siswa untuk mengembangkan potensinya.
  • 11. 8. Pembinaan Mental Keagamaan Kegiatan keagamaan siswa dikoordinir oleh seksi bidang keagamaan dalam OSIS sehingga kegiatan yang ditangani lebih banyak yang bersifat seremonial. Pembinaan keagamaan secara intensif di luar KBM belum dilakukan tetapi baru sebatas insidental. Adapun yang argumen yang mendasarinya adalah tidak tersedianya guru yang mencukupi untuk sejumlah 800 anak serta tidak adanya wadah tersendiri untuk ekstra keagamaan. Akibatnya fungsi sekolah sebagai pusat layanan kepada siswa dalam bidang keagamaan belum berfungsi maksimal. 9. Ulangan Harian Semua guru sudah memahami bahwa setelah melakukan pembelajaran mereka harus melakukan evaluasi kemajuan belajar. Namun tidak semua guru tertib melakukan hal yang demikian. Yang sering terjadi evaluasi banyak dilakukan mendekati test akhir semester. Akibatnya siswa harus mempelajari tumpukan materi cukup banyak, serta harus merecall ingatannya atas materi yang pernah dipelajari karena tenggang waktunya yang cukup lama. Pembahasan Dari fakta-fakta yang penulis temukan di SMA Negeri 1 Purwareja- Klampok, tampak bahwa kondisi demikian akan menghambat perkembangan sekolah. Sekolah memerlukan perubahan yang bersifat mendasar karena menyangkut filosofi tentang sekolah. Perubahan cara memandang terhadap sekolah tentu berpengaruh bagaimana kita bersikap dan berperilaku. Konsep paradigma sekolah sebagai pusat layanan pengembangan potensi siswa membawa perubahan prioritas. Titik focus perhatian adalah potensi siswa setelah itu baru dicarikan bentuk solusi pengembangannya. Dan dampaknya terhadap manejemen pun berubah, yang biasanya selalu berorientasi pada fisik tetapi sekarang dilakukan secara komprehensif. Kalau kita ibaratkan komputer yang berbentuk fisik kita sebut Hardware sedangkan programnya kita sebut
  • 12. Software. Software yang berbentuk program-program sekolah inilah yang membuat sekolah jadi hidup, dinamis dan kreatif. Berdasarkan temuan-temuan di atas dan merujuk pada konsep sekolah sebagai pusat layanan potensi dan manajemen komprehensif, penulis membuat program sebagai jawaban masalah yang di hadapi sekolah. Program tersebut adalah : 1. Program Kelas Non-Reguler Bermula dari sebuah pengalaman ketika penulis menjadi kepala sekolah di SMA 1 Negeri Karangkobar. Pada saat itu ada kesulitan dalam penjurusan siswa, karena jumlah masukan tidak sesuai dengan jumlah yang dikendaki. Rancangan semula untuk program IPA ditambah sedangkan Program IPS dikurangi. Namun Jumlah masukan ke IPA tidak memadai akhirnya dikurangi, resikonya program IPA ada 2 kelas gemuk ( lebih dari 40 anak per kelas). Jumlah masukan IPS jadi bertambah banyak melebihi dari 2 kelas gemuk. Akhirnya diputuskan IPS menjadi 3 kelas yang perkelasnya 35 anak. Pertimbangan lainnya adalah masukan dari guru-guru yang mengajar di kelas III IPS, bahwa jumlah siswa lebih dari 40 anak merupakan beban berat. Setelah berjalan satu tahun pelajaran barulah diketahui hasil yang diharapkan, yaitu dari sejumlah 5 kelas, hanya satu anak yang harus mengulang ujian. Berdasarkan pengalaman dimungkinkan sekali yang tidak lulus bisa lebih dari 8 anak. Menurut pemikiran penulis ada beberapa alasan mengapa kelas gemuk tidak menguntungkan dalam pembelajaran. a. Siswa tidak mendapatkan pelayanan secara maksimal Dalam pembelajaran sangat dimungkinkan bila seorang guru dengan anak yang berjumlah di atas 40, tentu ada sebagian yang tidak bisa dibantu dengan baik. Akibat selanjutnya adalah porsi bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa juga tidak merata, dan hasilnya kedalaman penguasaan suatu bahan pelajaran yang dipelajari sangat variatif. Dan sesuai dengan perjalanan waktu akumulasi ketidaktuntasan belajar semakin besar karena guru harus mengejar target kurikulum. Keputusan tersebut menyebabkan guru mengabaikan fungsi pelayanan terhadap sebagian besar siswa yang
  • 13. kurang berpotensi karena target kurikulum. Dampaknya terhadap prestasi akademik daya serapnya menjadi rendah, dan terjadilah manajemen nilai. b. Permasalahan yang timbul dari kelas padat lebih besar Sangat dimungkinkan bahwa dalam satu kelas terdapat beberapa anak yang sangat aktif (untuk tidak menyebut anak nakal). Meskipun tidak banyak bila mereka berkumpul dan berinteraksi tentu suasana kelas menjadi gaduh dan bising. Bila kondisi ini tidak bisa diatasi dengan baik tentu akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Concern guru lebih banyak terganggu untuk mengelola anak yang aktif tersebut dari pada memfasilitasi penguasaan materi pelajaran, dan akibatnya pembelajaran berjalan sangat lambat. Dampaknya terhadap guru menjadi cepat capai karena menangani lebih banyak masalah yang timbul di kelas. Berdasarkan pengalaman dan masukan-masukan tentang kelemahan kelas gemuk, kemudian kami menawarkan kepada guru-guru untuk membentuk kelas Non-Reguler. Pemilihan nama tersebut lebih pada pertimbangan untuk menghindari kesan eksklusif. Pembentukan kelas Non-Reguler diharapkan agar siswa bisa mendapatkan layanan maksimal dalam mengembangkan potensinya. Dengan demikian konsep kelas Non-Reguler harus dibuat sebagai berikut : 1. Siswa dalam kelas tidak boleh lebih dari 30 anak. 2. Batas tuntas lebih tinggi dari pada kelas Reguler. 3. Penerimaan siswa berdasarkan pilihan siswa pada waktu pendaftaran. 4. Dari jumlah pendaftar dirangking sampai rangking 30. Rangking 30 ke bawah dimasukkan kelas reguler. 5. Guru yang mengajar pada kelas Non-Reguler merupakan guru pilihan. 6. Rangking pada kelas Non-Reguler tidak berdiri sendiri tetapi disebar dimasukan pada kelas reguler. Hal ini untuk mensiasati masuk ke PTN melalui jalur PMDK. 7. Di kelas Non-Reguler diberikan layanan konsultasi pembelajaran. 8. Media pembelajaran yang digunakan juga lebih terpenuhi 9. Karena dalam satu kelas hanya terdiri dari 30 anak, pembayaran dana komite sekolah juga lebih besar. 10. Menempati ruang kelas yang representatif.
  • 14. 2. Program Quota Penerimaan Siswa Baru (PSB) Letak SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok sebetulnya sangat strategis berada ditengah segitiga kabupaten, yaitu Banjarnegara, Purbalingga dan Banyumas. Tetapi letak yang demikian, sekolah kurang diuntungkan dalam penjaringan bibit unggul. Masyarakat mampu Purwareja-Klampok, bila anaknya mempunyai potensi besar, lebih cenderung mengirimkan anaknya bersekolah di SMA lain di luar kecamatan Purwareja-Klampok. Dampaknya terhadap SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok, jumlah input berpotensi yang masuk sangat sedikit. Kondisi demikian menyebabkan sekolah kesulitan keluar dari stigma sebagai subordinate sekolah lain di sekitarnya. Upaya apapun yang ditempuh dalam meningkatkan prestasinya akan terasa berat untuk mengungguli SMA 1 Purbalingga, Banyumas dan Banjarnegara. Dengan demikian harus ada cara lain untuk mengangkat nama SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok yang selanjutnya bisa digunakan untuk membuat opini publik. Dari dasar pemikiran itu maka muncullah wacana adanya Quota PSB. Maksudnya SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok memberikan Quota yang berbeda kepada SLTP sesuai dengan peringkat image sekolah tersebut di masyarakat. Quota tersebut diperuntukkan bagi siswa yang berprestasi agar mau masuk ke SMA. Jumlah Quota berkisar antara 10 sampai dengan 15 anak berhak mendapat keringanan keuangan sekolah selama satu semester. Dan bahkan apa bila salah satu diantara mereka menempati ranking tertinggi dalam pendaftaran ia berhak mendapatkan keringanan keuangan operasional sekolah selama satu tahun. Meskipun demikian tawaran inipun belum direspond dengan baik oleh masyarakat, bahkan mereka mengira sekolah lain melakukan hal yang sama. 3. Program Rewards
  • 15. Agar SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok memperoleh banyak prestasi maka sekolah harus kreatif membuat wadah-wadah kegiatan yang diantaranya dengan memperbanyak jenis kegiatan ekstra kurikuler. Selain itu untuk meningkatkan motivasi berprestasi baik bidang akademik maupun non- akademik, sekolah menyediakan hadiah bagi siswa dan guru yang berprestasi. Pengaturan besarnya dana tersebut ditetapkan dengan keputusan Kepala Sekolah. Dengan demikian Beasiswa Prestasi yang ada di sekolah bukan saja berasal dari Pemerintah tetapi juga berasal dari dana operasional sekolah sumbangan orang tua murid. Dampaknya sungguh di luar dugaan, karena yang tadinya tidak pernah diperhitungkan dalam berbagai perlombaan sekarang hasilnya menjadi Juara Umum II PORSENI Kabupaten dan Juara Umum II Olimpiade Sain dan Astronomi Kabupaten. Berikut ini saya sajikan tabel beasiswa prestasi yang dijadikan acuan selama ini. Meskipun tampak kecil namun secara kumulatif pengeluarannya besar. Uraian No. Beasiswa Tingkat Individu Individu Kelompok Keterangan Kompetisi Seleksi Kompetisi 1 OP = Rp 1 Juara I Nasional Bebas OP Bebas OP Bebas OP 50,000 2 Juara II Nasional 12 OP 12 OP 12 OP 3 Juara III Nasional 7 OP 7 OP 6 OP 4 Juara I Propinsi 6 OP 2 OP 3 OP 5 Juara II Propinsi 5 OP 1 OP 2.5 OP 6 Juara III Propinsi 2 OP 4/5 OP 2 OP 7 Juara I Kabupaten 2 OP 1 OP 8 Juara II Kabupaten 1 OP 4/5 OP 9 Juara III Kabupaten 4/5 OP 3/5 OP Pendaftar 10 Tertinggi 12 OP Program 11 Kuota 6 OP Juara 12 Paralel 6 OP
  • 16. Saya katakan bahwa rewards ini juga berlaku untuk guru dan staf TU yang berprestasi, dan tabelnya adalah sebagai berikut : No. Reward Guru Tingkat Individu Kelompok Keterangan Kompetisi Kompetisi 1 Juara I Nasional 900,000 900,000 Setiyadi S.Pd 2 Juara II Nasional 800,000 800,000 3 Juara III Nasional 700,000 700,000 Untuk Kelom- 4 Juara I Propinsi 600,000 600,000 pok dibagi 5 Juara II Propinsi 500,000 500,000 jml anggotanya 6 Juara III Propinsi 400,000 400,000 7 Juara I Kabupaten 300,000 300,000 8 Juara II Kabupaten 200,000 200,000 9 Juara III Kabupaten 100,000 100,000 10 Teacher 300,000 of the Year 4. Program Interest Groups Konsep pembinaan interest groups bermula dari pengalaman dalam lomba Olimpiade mata pelajaran dimana SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok kurang mendapatkan posisi yang menguntungkan. Salah satu penyebab yang bisa dipertanggungjawabkan adalah pembinaan yang lemah di sekolah. Keadaan demikian tentu secepatnya harus dibenahi dengan pola pembinaan berbeda dari yang selama ini digunakan. Kemudian Pola Interest Groups diketengahkan. Dalam Interest Group guru diberi kebebasan mencari dan membina siswa-siswa yang berprestasi dari kelas X dan II, yang berjumlah berkisar 10 anak untuk setiap mata pelajaran. Rancangannya pembinaan kelas II untuk lomba tahun sekarang sedangkan kelas X untuk tahun berikutnya. Bila rencana ini berjalan baik tentu tidak ada alasan untuk tidak menjadi yang terbaik. Terbukti untuk tahun ini mampu menempati Juara Umum II Kabupaten. Namun kendalanya sebagian guru tidak mudah berubah dari kebiasaan yang sebelumnya dijalankan. Pembinaan rutin secara kontinyu menjadi tersendat. Berikutnya yang diperlukan adalah system pengendalian kegiatan yang bisa menjamin pembinaan itu lancar.
  • 17. 5. Program sekolah berwawasan bahasa Jepang Di SMA lain mungkin juga ada pembelajaran bahasa Jepang namun jelas SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok mempunyai arah yang berbeda. Pelajaran bahasa Jepang diperkenalkan sejak kelas X dikandung maksud untuk mendukung penjurusan program Bahasa pada kelas XI, sedangkan pembelajaran pada kelas II untuk mendukung program bahasa pada kelas III. Dengan demikian pembelajaran Bahasa Jepang ditangani serius bukan sekedar semacam lip services di mata masyarakat. Dasar pemikiran praktis ditetapkannya bahasa Jepang sebagai wawasan khusus sekolah selain logika di atas yaitu adanya kecenderungan masyarakat menjadikan Jepang sebagai tempat tujuan kerja. Last but not least sekolah selalu concern mewadahi keinginan anak yang ingin mengembangkan potensinya di bidang bahasa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. 6. Program vocational skills Mayoritas tingkat penghidupan orang tua/wali murid SMA Negeri Purwareja Klampok berekonomi lemah. Sangat bisa dipahami bila siswa yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi juga sedikit ( 25%). Agar siswa yang telah lulus nantinya berketrampilan dan bisa mandiri, sekolah menerapkan program vocational skills. Dan ketrampilan yang dikembangkan adalah Komputer dan Elektronika. Sepintas kilas mungkin tidak berbeda dengan sekolah lain dalam menerapkan vocational skills, tetapi sebetulnya ada perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Program vocational skills di SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok dimasukkan ke dalam intra kurikuler. 2. Program komputer diberikan untuk seluruh kelas, dari kelas X, II dan III. Pada akhir kelas X dan II diharapkan siswa sudah mahir MS Word dan Excel, sedangkan siwa kelas III terampil pada Komputer Akuntansi. 3. Program Elektronika sedang dikembangkan pada seluruh kelas X. Pilihan Elektronika diambil karena pertama, bidang ini bisa dikuasai
  • 18. baik oleh anak putra maupun putri sehingga guru mudah mengelola kelas. Kedua, Guru sudah tersedia. Ketiga, Tenaga kerja bidang elektronika pada masa ini banyak dibutuhkan. 4. Program Elektronika dirancang berkelanjutan sampai kelas XII. 7. Program Pembentukan Image sekolah (Radio Sekolah, Majalah sekolah, Internet dan Web site ) Sekolah mungkin sudah berusaha banyak hal dan memperoleh banyak kesuksesan namun image masyarakat terhadap SMA Negeri 1 Purwareja- Klampok sebagai sekolah alternatif belum berubah. Keadaan demikian tentu menyulitkan bagi sekolah untuk berkembang dan mendapatkan kepercayaan yang lebih besar. Agar image mayarakat terhadap sekolah berubah, sekolah harus produktif dan aktif memberikan informasi tentang inovasi, prestasi, dan aktivitas sekolah terhadap masyarakat. Untuk itulah diperlukan adanya sarana sebagai pusat informasi dan sekaligus sebagai sarana pengembangan potensi siswa. Sarana tersebut adalah Majalah sekolah, Radio Sekolah, dan Internet. Majalah Sekolah dikembangkan dari majalah dinding. Terbit 2 kali setahun pada akhir semeter gasal dan genap. Melalui majalah ini masyarakat mendapatkan banyak informasi perkembangan sekolah dalam kurun waktu satu semester. Sedangkan bakat siswa dalam tulis menulis mendapat tempat pengembangan. Efektifitas majalah dirasa kurang, maka muncullah Radio Sekolah yang setiap sore melakukan siaran. Radio Sekolah mengudara dengan Frequensi FM 89,7 dan daya jangkau sampai 5 km di sekitar sekolah. Dengan banyaknya informasi dari sekolah diharapkan masyarakat lebih rasional dalam memandang SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok. Tetapi melalui radio sekolah informasi lebih cenderung satu arah yaitu dari sekolah ke masyarakat. Supaya sekolah juga memperoleh akses dari luar, sekarang sekolah sedang merancang web site untuk di launching. Meskipun demikian untuk memenuhi kebutuhan informasi penting saat ini sudah bia diatasi dengan internet sekolah.
  • 19. 8. Kerjasama dengan Yayasan keagamaan dalam pembinaan Mental Tenaga guru agama terbatas hanya ada 3 orang dengan siswa lebih dari 800. Tidak bisa dipungkiri bahwa pada bulan puasa pembinaan agama tidak bisa dilakukan dengan intensif mendalam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut sekolah melakukan kerja sama dengan lembaga keagamaan untuk pembinaan. Dalam kerja sama ini sekolah hanya sekedar memberikan sumbangan ala kadarnya. Sedangkan pihak Yayasan bertanggung jawab pada pembinaan program yang sudah disetujui oleh pihak sekolah. Dalam kegiatan keagamaan ini, guru agama sekolah bertindak sebagai koordinator. Tindak lanjut pembinaan keagamaan ini kemudian diteruskan tidak hanya pada bulan puasa, namun dalam bentuk kegiatan yang berbeda. Dengan demikian anak mendapatkan layanan kegiatan ekstra keagamaan dalam wadah Rohani Islam (Rohis). 9. Program pengendalian Ulangan Harian (Komputer on line) Karena berbagai alasan yang tidak rasional, keteraturan ulangan harian sering tidak dilakukan dan yang terjadi penumpukan ulangan harian. Untuk mempermudah pengendalian ulangan harian, sekolah mengaplikasikan manajemen on line. Dalam program ini guru disediakan beberapa komputer untuk mengimput hasil ulangan harian.dengan password yang dimiliki. Selanjutnya Kepala Sekolah dan Bagian Biro bisa mengetahui siapa- siapa guru yang belum melakukan ulangan harian sesuai jadwal yang ditentukan. Dan melalui pembinaan briefing Kepala Sekolah dapat menyampaikan program ulangan harian untuk dilaksanakan secara teratur. Sebetulnya Komputer on line ini bukan sekedar dimaksudkan untuk pengendalian ulangan harian saja tetapi untuk kepentingan yang lebih luas karena komputer on line menyangkut masalah manajemen. Pada saat ini yang sudah bisa diakses melalui on line adalah Komputer Kurikulum, Biro Akademik, Kepala Sekolah¸Tata Usaha Sekolah, Guru, Piket dan BP/BK.
  • 20. Kesimpulan, Implikasi, dan Saran Kesimpulan. Kondisi awal pada saat penulis bertugas di SMA Negri 1 Purwareja-Klampok menunjukkan bahwa sekolah miskin layanan baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Untuk fisik bisa ditelusuri dari minimnya sarana layanan misalnya tidak representatifnya WC, Kantin, ruang-ruang kegiatan siswa. Sedangkan untuk Non-Fisik ditunjukkan oleh sedikitnya program layanan yang berupa ekstra kurikuler, program peningkatan mutu sekolah, program vocational skills, program pembinaan mental dan program hubungan masyarakat. Permasalahan sarana layanan sangat mudah dipecahkan karena asal sekolah punya dana, perbaikan dan pengadaan sarana langsung bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi permasalahan program layanan adalah permasalahan kreativitas dan kredibilitas wawasan Kepala Sekolah. Dan keragaman program layanan karena menyangkut masalah pemahaman Kepala Sekolah terhadap Paradigma Sekolah. Pemahaman pengelola sekolah terhadap paradigma sekolah berpengaruh besar terhadap model pendekatan pengelolaan sekolah. Konsekuensi paradigma sekolah sebagai pusat layanan siswa dalam mengembangkan potensinya secara maksimal maka orientasi pengembangan sekolah harus merujuk pada kebutuhan siswa. Oleh karena itu pengelolaan sekolah harus dilakukan secara berkese- imbangan antara pembenahan fisik dan Non-Fisik. Sekolah bukan lagi dipandang secara fisik belaka namun sesuatu hal hidup yang mampu memberikan layanan. Karena beragam kebutuhan siswa perlu mendapatkan layanan maka sekolah berkewajiban mengembangkan berbagai macam program Layanan tersebut berupa program yang applicable dan efisien. Sekolah dikatakan efektif bilamana semua siswa bisa mendapatkan layanan penuh. Melalui program-program tersebut sekolah menjadi hidup dinamis penuh dengan kreativitas dan semangat, sehingga bersekolah itu menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan. Implikasi. Paradigma Sekolah dan Konsep pengelolaan Sekolah Secara Komprehensif menuntut Kepala Sekolah kreatif membuat produk-produk layanan dalam bentuk wadah kegiatan siswa. Dan konsisten terhadap komitmen sekolah sebagai pusat layanan, konsekuensinya sekolah harus mengadakan banyak
  • 21. program layanan dengan dana yang tidak sedikit. Berbagai masukan dari guru, karyawan atau murid sepanjang menyangkut pelayanan siswa demi kemajuan sekolah sedapat mungkin diusahakan. Pembentukkan banyak program layanan memerlukan banyak SDM yang kredibel, akibatnya sekolah harus mencari SDM tersebut untuk menutupi kekurangannya. Untuk memastikan semua kegiatan berjalan dengan baik maka pengendalian program segera dilakukan. Saran-saran. Wawasan Kepala Sekolah tentang paradigma sekolah membawa pengaruh pada pola pikir dalam pengembangan sekolah. Pemikiran inovasi sekolah agar bisa diaplikasikan memerlukan dukungan warga sekolah. Kepala sekolah harus mampu meyakinkan bahwa konsep yang ditawarkan bisa dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Inovasi dalam banyak hal berarti perubahan dengan banyak pekerjaan. Ada kecenderungan manusia untuk menghindari pekerjaan baru karena ia harus mengkonsentrasikan pikiran dan tenaga untuk mempelajari pekerjaan baru tersebut. Kendala yang bakal muncul adalah kurangnya dukungan yang berakibat tidak lancarnya kegiatan sehingga hasilnya tidak maksimal. Agar program layanan berjalan baik maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya : 1. Ada argumen yang kuat mengapa suatu program layanan perlu diadakan. 2. Program layanan yang ditawarkan sebelumnya disosialisasikan kepada guru sebelum ada kesepakatan. 3. Setelah mendapatkan dukungan, tim program layanan bisa dibentuk. 4. Ada aturan dan prosedur kerja sehingga tim bekerja sesuai dengan jobnya. 5. Dana kegiatan disediakan. 6. Bila mana kegiatan sudah berjalan maka monitoring sebagai sarana pengendalian harus dilakukan dengan baik. 7. Evaluasi program dilakukan untuk perbaikan program. 8. Hasil program layanan harus segera diinformasikan kepada masyarakat.
  • 22. Daftar Pustaka Biro Hukum dan Organisas Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia : Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Boyan, Norman J. (ed). 1988. Handbook of Research on Educational Administration. New York : Longman Inc. Direktorat Dikmenum Depdiknas. 2003. Pedoman Penyusunan StandarPelayanan minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Dikdasmen. Jakarta Direktorat Dikmenum Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Ed. 3. Jakarta Hasibuan, Bara. 2004. 26 Juni. Human development : Siapa Peduli? Kompas, h. 4. Sofyan, Herminanto. 2004. Pedoman Khusus : Penelusuran Potensi Siswa. Jakarta : Depdiknas Orstein, Allan C. and Levine, Danile U. 1985. An Introduction to the Foundations of Education. Boston : Houghton Miffin Company. Orlosky, Donald E .et al. 1984. Educational Administration Today. Ohio : Charles E. Merill Publising Company Sinar Grafika. 2001. Undang-Undang Otonomi Daerah 1999. Jakarta
  • 23. SMA NEGERI 1 PURWAREJA-KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH JL RAYA PURWAREJA-KLAMPOK Telp. (0286) 479092 BANJARNEGARA 53474 BIO DATA Nama : Supriyadi NI P : 131650243 Tempat/ Tgl Lahir : Wonogiri 4 Mei 1960 Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan Terakhir : S2 Jurusan : Administrasi Pendidikan Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Purwareja-Klampok, Banjarnegara Alamat Sekolah : Jl. Raya Purwareja-Klampok, Banjarnegara 53474 Jabatan sekarang : Kepala Sekolah. Mengajar Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Prestasi Sebagai Guru SMA : Mewakili Jawa Tengah sebagai Exchange Teacher Jawa Tengah-Quensland, Australia Prestasi sebagai Kepala SMA : --- Banjarnegara, 1 juli 2005 SUPRIYADI NIP 131650243
  • 24. DAFTAR RIWAYAT HIDUP Supriyadi. lahir di Wonogiri, 4 Mei 1960. Pendidikan Dasar di selesaikan di Desa Ngarjosari Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri pada tahun 1972. Kemudian melanjutkan sekolah ke SMP Sultan Agung Tirtomoyo, selesai tahun 1975. Dan pada tahun 1979 menyelesaikan sekolah di SPG Negeri Wonogiri. Pada tahun 1980 bekerja sebagai guru SD Arjosari 2, sambil kuliah di Unuiversitas Muhammadiyah Surakarta jurusan Bahasa Inggris, dan gelar sarjana mudanya diperoleh pada tahun 1983. Gelar sarjana pendidikan Bahasa Inggris diraih pada tahun 1986 pada universitas yang sama. Pada akhir tahun 1986 diangkat sebagai guru SMU Negeri 1 Banjarnegara. Selama mengajar di SMU Negeri 1 Banjarnegara ikut juga mengajar di SMU Muhammadiyah 1 Banjarnegara dan SMU Negeri Wanadadi. Terakhir mengajar di kedua sekolah tersebut saat diangkat sebagai Guru Inti bidang studi Bahasa Inggris di Banjarnegara. Pada tahun1996 dipilih sebagai Exchange Teacher mewakili Jawa Tengah bertugas di Queensland, Australia selama 1 tahun. Kemudian pada tahun 1999 diangkat sebagai Kepala Sekolah di SMU Negeri 1 Karangkobar sampai dengan Juli 2002, kemudian dimutasikan di SMU Negeri Wanadadi untuk 1,5 tahun, dan sekarang sebagai Kepala Sekolah di SMA Negeri 1 Purwareja Klampok , Banjarnegara. Menikah dengan Sri Handayani, S.Pd. pada tahun1991 dan saat ini di karuniai 2 anak, yaitu Diyan Luqman Nur Fatoni Banjaransari dan Meutia Setyowati Mahanani Lestari. Pada tahun 2001 mendapat izin belajar meneruskan pendidikan pada program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Program Studi Administrasi Pendidikan.