ggugufyfyfhihhjiiibfffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffhjjjohknjbjb ojo
2. Pengertian Ushul Fiqh
Pengertian ushul fiqh dapat dilihat sebagai rangkaian dari dua
buah kata, yaitu: Kata Ushul dan kata Fiqh. Kata ”fiqh” secara
etimologis berarti ’paham yang mendalam” dan dapat dilihat pula
sebagai nama satu bidang ilmu dari ilmu-ilmu syariah. Dilihat dari
tata bahasa Arab, rangkaian kata Ushul dan kata Fiqh tersebut
dinamakan dengan tarkib idhafah, sehingga menurut Kamal
Mukhtar dari rangkaian dua buah kata itu memberi pengertian
ushul bagi fiqh.
3. Ruang Lingkup Kajian Ushul Fiqh
Ruang lingkup kajian (maudhu’) dari ilmu ushul fiqh secara global, di
antaranya:
01
Sumber dan dalil hukum
dengan berbagai
permasalahannya.
02
Bagaimana
memanfaatkan sumber
dan dalil hukum tersebut.
03
Metode atau cara
penggalian hukum dari
sumber dan dalilnya.
04
Syarat – syarat orang yang
berwenang melakukan
istinbat (mujtahid) dengan
berbagai permasalahannya.
4. Tujuan Mempelajari
Ushul Fiqh
Menurut Abdul Wahab Khallaf, tujuan
mempelajari ilmu ushul fiqh adalah untuk
mengaplikasikan kaidah-kaidah dan teori-
teori ushul fiqh terhadap dalil-dalil yang
spesifik untuk menghasilkan hukum syarak
yang dikehendaki oleh dalil tersebut.
5. Menurut al-Khudhari Beik dalam kitab ushul fiqhnya, tujuan
mempelajari ilmu ushul fiqh adalah sebagai berikut :
01
Mengemukakan syarat-syarat
yang harus dimiliki oleh
seorang mujtahid, agar
mampu menggali hukum
syarak secara tepat.
02
Sebagai acuan dalam
menentukan dan menetapkan
hukum syarak melalui
metode yang dikembangkan
oleh para mujtahid.
03
Memelihara agama dari
penyimpangan
penyalahgunaan sumber dan
dalil hukum.
04
Mengetahui keunggulan dan
kelemahan para mujtahid,
dilihat dari dalil yang mereka
gunakan.
05
Mengetahui kekuatan dan
kelemahan suatu pendapat
sejalan dengan dalil yang
digunakan dalam berijtihad.
6. Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqh
Fiqh Ushul Fiqh
1. Merupakan ilmu yang membahas tentang
hukum-hukum praktis yang penetapannya
diupayakan melalui pemahaman yang
mendalam terhadap dalil-dalil syarak yang
terperinci (tafshili).
2. fiqh berbicara tentang hukum dari aspek
perbuatan.
3. fiqh merupakan koleksi produk hukum
4. fiqh berkisar tentang hukum-hukum syari’at
yang langsung berkaitan dengan amaliyah
seorang hamba seperti ibadahnya,
muamalahnya, apakah hukumnya wajib, sunnah,
makruh, haram, ataukah mubah berdasarkan
dalil-dalil yang terperinci.
1. Merupakan ilmu tentang kaidah-kaidah dan
pembahasan-pembahasan yang dijadikan sarana
untuk menemukan hukum-hukum syarak mengenai
suatu perbuatan dari dalil-dalilnya yang spesifik.
2. ushul fiqh berbicara tentang metode dan proses
bagaimana menemukan hukum.
3. ushul fiqh merupakan koleksi metodologis yang
sangat diperlukan untuk memproduk hukum.
4. Sedangkan ushul fiqh berkaisar tentang penjelan
seorang metode mujtahid dalam menyimpulkan
hukum-hukum syar’i dari dalil-dalil yang bersifat
global, apa karakteristik dan konsekuen dari setiap
dalil yang benar dan kuat dan mana dalil yang
lemah, siapa orang yang mampu berijtihad, dan apa
syarat-syaratnya.
7. Sejarah dan Perkembangan Ushul Fiqh
Pada abad pertama (masa Nabi Muhammad saw dan para sahabat), belum ada pembicaraan soal
ushul fiqih dengan segala bentuk kaidah-kaidahnya. Saat Nabi saw masih hidup, acuan hukum Islam
langsung diputuskan oleh Rasulullah saw berdasarkan wahyu ilahi yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Jadi, fatwa dan putusan hukum yang Nabi keluarkan tidak membutuhkan dasar (ushul) dan kaidah-
kaidah yang dibutuhkan. Sudah dicukupkan dengan wahyu yang Allah turunkan.
Kemudian, pada masa sahabat (setelah Nabi saw wafat). Dalam berfatwa dan membuat putusan
hukum Islam, para sahabat langsung mengacu pana nash (Al-Qur’an dan hadits) yang mereka pahami
dengan pemahaman bahasa Arab mereka yang masih orisinil. Arti orisinil di sini adalah belum
tercemari oleh faktor-faktor luar yang mempengaruhi kemampuan kebahasaan mereka dalam
memahami nash.
Selain itu, dengan pernah hidup semasa Rasulullah, juga menjadi nilai plus tersendiri bagi para
sahabat. Di samping keberkahan suhbah (hidup semasa dengan Nabi saw), mereka juga mengetahui
langsung faktor historis turunnya ayat Al-Qur’an (asbabun nuzul) dan hadits (asbabul wurud) yang
berkaitan dengan hukum tertentu. Dengan begitu, para sahabat belum membutuhkan kaidah-kaidah
sebagaimana yang terdapat dalam ushul fiqh.