SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
PROGRAM TAHUNAN
A. PENDAHULUAN
Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu
singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu
kebijakan (Arikunto dan Jabar, 2004:3). Oleh karena itu penyusunan program tahuan dan
program semester tentu merupakan satu sistem yang saling terkait. Ditambahkan Uno
(2007) bahwa salah satu asumsi dasar perlunya merencanakan suatu program
pembelajaran adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang bermuara pada
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Maka dari itu, berikut adalah pembahasan mengenai pengertian program tahunan
(prota) dan program semesteran (prosem) beserta hal-hal yang terkait dengannya.
B. PENGERTIAN PROTA
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang dikembangkan oleh guru (Mulyasa, 2003:183). Dipertegas Muslich (2007:44)
program tahunan adalah rencana umum pembelajaran mata pelajaran setelah diketahui
kepastian jumlah jam pelajara efektif dalam satu tahun.
Program tahunan perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun
pelajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya,
yakni program semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
C. KONSEP DASAR PROTA
Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan
antara lain:
1. Daftar kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai konsensus nasional,
2. Skope dan sekuensi setiap kompetensi.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi
pembelajaran tersebut disusun dalam pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan, yang
mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran. Pokok-
pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan tersebut harus jelas skope dan sekeuensinya.
Skope adalah ruang lingkup dan batasan-batasan keluasan setiap pokok dan sub pokok
bahasan, sedangkan sekuensi adalah urutan logis dari setiap pokok dan sub pokok bahasan.
Pengembangan skope dan sekuensi ini bisa dilakukan oleh guru, dan bisa dikembangkan
dalam kelompok kerja guru (KKG). Sebagai pedoman berikut dikemukakan pendapat
Sukmadinata (1988) tentang cara menyusun sekuensi bahan ajar:
1) Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu,
dapat digunakan kronologis. Peristiwa-peristiwa sejarah, perkembangan historis suatu
instusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan sekuens
kronologis.
2) Sekuens kausal. Sekuens kausal berhubungan dengan kronologis. Peserta didik
dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu
daripada sesuatu peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu para peserta
didik akan menemukan akibatnya Menurut Rowntree (dalam Mulyasa, 2003: 96)
sekuens kausal cocok untuk menyusun bahan ajar ddalam bidang meteorologi dan
geomorfologi.
3) Sekuens struktural. Bagian-bagian bahan ajar sesuatu bidang studi telah mempunyai
strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih
dahulu diajarkan pemantulan dan pembiasan cahaya. Masalah cahaya, pemantulan-
pembiasan, dan alat-alat optik tersusun secara struktural.
4) Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan urutan logis.
Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian kepada keseluruhan, dari yang
sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens psikologis sebaliknya dari
keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks kepada sederhana. Menurut sekuens
logis bahan ajar disusuun dari yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda
kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaimana kepada masalah
mengapa.
5) Sekuens spiral. Dikembangkan oleh Bruner (1960). Bahan ajaran dipusatkan pada topik
atau pokok bahasan tertentu. Dari yopik atau pokok bahasan tersebut bahan diperluas
dan diperdalam. Topik atau pokok bahan ajaran tersebut adalah sesuatu yang populer
dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih
kompleks dan sophisticated.
6) Rangkaian ke belakang (backward chaining). Dikembangkan oleh Thomas Gilbert
(1962). Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur ke
belakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah meliputi: (a) pembatasan
masalah, (b) penyusun hipotesis, (c) pengumpulan data, (d) pengetesan hipotesis, dan
(e) intreprestasi hasil tes. Dalam mengajar mulai dengan langkah (e), kemudian guru
menyajikan data tentang sesuatu masalah dari langkah (a) sampai (d), dan peserta didik
diminta untuk membuat intreprestasi hasilnya (e). pada kesempatan lain guru
menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c), dan peserta didik
diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d), dan seterusnya.
7) Sekuens berdasarkan hierakhi belajar. Model ini dikembangkan Gagne (1965) dengan
prosedur tujuan khusus utama dianalisis, dan dicari suatu hierakhi urutan bahan ajaran
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Hierakhi tersebut menggambarkan urutan
perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-turut sampai pokok-
pokok bahasan tertentu hierakhi juga dapat mengikuti hierakhi tipe-tipe belajar dari
Gagne. Gagne (1970) mengemukakan delapan tipe belajar yang tersusun secara
hierakhis mulai dari yang paling sederhana: ”signial learning, stimulus respos
learning, motor-chain leraning, verbal association, multiple discrimination, concept
learning, principle learning, dan problem solving learning ”.
Mengenai Kalender pendidikan. Penyusun kalender pendidikan selama satu tahun
pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik. Dalam kalender
pembelajaran, termasuk waktu libur, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam menyusun
program tahunan perlu memperhatikan kalender pendidikan. Hari belajar efektif dalam
satu tahun pelajaran dilaksanakan dengan menggunakan sistem semester (satu tahun
pelajaran terdiri atas dua kelompok penyelenggara pendidikan) yang terdiri atas 34-38
minggu.
D. KOMPONEN-KOMPONEN PROTA
Berdasarkan sumber-sumber tersebut (pada sub pembahasan konsep dasar Prota),
dapat ditetapkan dan dikembangkan jumlah kompetensi, pokok bahasan dan waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan pokok dan sub pokok bahasan, jumlah ulangan, baik
ulangan umum maupun ulangan harian, dan jumlah waktu cadangan.
Setidaknya dalam menyusun Prota, komponen yang harus ada sebagai berikut:
1. Identitas (mata pelajaran, kelas, tahun pelajaran)
2. Format isian (semester, kompetensi inti, kompetensi dasar, matei pokok, dan alokasi
waktu).
E. FORMAT PENYUSUNAN PROTA
Dalam perkembangan dan pengkajian penyusunan Prota, terdapat beragam
alternatif format program tahunan. Dengan demikian guru memiliki kebebasan dalam
menentukan format Prota. Format berikut ini, diadopsi dari berbagai contoh format yang
pernah ada:
Satuan Pendidikan : ……………..
Mata Pelajaran : ……………..
Kelas : ……………..
Tahun Pelajaran : ……………..
Semester
Kompetensi
Inti
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
Alokasi
waktu
Mengetahui Serang , ……………
Kepala Sekolah Guru Kelas …
_________________ ______________________
NIP. NIP.
Secara sederhana teknik pengisian format di atas dapat dilakukan dengan melihat
kurikulum utuh yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi yang di dalamnya terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tiap
mata pelajaran.
Yang tidak kalah pentingnya adalah mencermati alokasi waktu tiap mata pelajaran
yang sudah diatur dalam Standar Isi khususnya dalam bab II tentang struktur kurikulum.
Dari alokasi waktu tersebut bisa dilihat bahwa dalam satu tahun pelajaran jumlah minggu
efektif berkisar 34-38 minggu.
Setelah mengetahui jumlah minggu efektif, langkah berikutnya adalah memetakan
kompetensi dasar. Ada berapa kompetensi dasar dalam satu semester kemudian kita kaji
kompetensi dasar mana yang memiliki substansi materi yang lebih berat. Hal tersebut kita
lakukan untuk menentukan alokasi waktu.
Yang memerlukan pemikiran serius dalam penyusunan program tahunan adalah
menentukan materi pokok. Hal ini lantaran dalam KTSP tidak terdapat materi pokok
(layaknya KBK). Guru diberi kesempatan yang luas untuk mengapresiasi materi pokok
dengan mengacu pada kompetensi dasar. Seperti dikatakan Trimo (2001) bahwa guru
bukan tukang mengajar, guru juga bukan pawang. Tetapi, guru adalah ’koki’ dalam
pembelajaran sehingga mutlak untuk meramu dan mendesain pembelajaran bermakna.
Yang terjadi di lapangan, proses penentuan materi pokok dilakukan menggunakan
alur balik. Seperti mencari materi pokok dalam buku atau melihat materi pokok di KBK,
baru menuliskannya dalam program tahunan. Langkah ini sebenarnya kurang efektif
manakala guru akan belajar menjadi ’koki’ dalam pembelajaran.
Diskusi dengan teman sejawat dan pembahasan dalam kegiatan KKG akan
membantu guru-guru dalam merumuskan materi pokok sehingga program tahunan yang
dirumuskan tiap sekolah merupakan refleksi dari kebutuhan siswa. Selebihnya, program
tahunan yang didesain akan memberi nuansa dan aura positif bagi pengembangan visi dan
misi sekolah.
1. Strategi Implementasi
Menjadi guru SD memang harus ”survive”. Jika tidak maka segala bentuk
informasi terkini hanya menjadi konsumen saja. Padahal, paradigma pembelajaran
terkini sudah berubah dari proses pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai
konsumen ke arah pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai produsen. Mana
mungkin kita (baca:guru) dapat menjadikan siswa sebagai produsen kalau tidak
memberi teladan bagaimana menjadi seorang produsen.
Secara garis besar implementai kurikulum mencakupi tiga kekuatan pokok
yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi (Susilo,
2007:176). Pengembangan program kurikulum mencakupi program tahunan, program
semester, program harian, program pengayaan dan remedial, serta program bimbingan
dan konseling. Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses interaksi multiarah yang
didesain guru sehingga tercipta enjoyable learning. Sedangkan evaluasi terfokus pada
penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,
bench marking, dan penilaian program.
Menyusun prota, promes, silabus, RPP, dan sejenisnya secara mandiri dan atau
berdiskusi dengan teman sejawat merupakan langkah awal untuk ”memaksa” diri kita
(baca: guru) menjadi produsen. Oleh karena itu, ada baiknya kita simak penuturan
Ramli (2004) perilaku terbaik dalam pengajaran guru adalah sangunis dan melakonis,
pada penggunaan masing-masing. Sedangkan perilaku lain, koleris dan plegmatis
merupakan perilaku pendukung yang saling bersinergi.
Perilaku sangunis merupakan perilaku pengajaran yang memiliki sikap ramah,
suka berbincang dengan siswa/murid, cerita setiap bertemu murid/siswanya, percaya
diri, bersih fikirannya, cepat berpikir dan dapat diajak berdialog dengan kesetaraan,
cepat berpikir dan dapat diajak berdialog dengan kesetaraan. Perilaku sangunis sangat
baik digunakan guru dalam interaksi dan cara menghadapi kelas dan peserta didik.
Sedangkan perilaku melankolis adalah perilaku pengajaran yang memiliki
sikap teliti, selalu mengajar dengan data dan fakta, detil dan melakukan pengajaran
secara tuntas. Perilaku melankolis sangat baik digunakan guru pada saat
mempersiapkan mata ajaran, modul kurikulum, menjelaskan dan menerangkan materi
pelajaran kepada peserta didik.
2. Epilog:
Menjadi guru yang mampu berperan sebagai produsen bukan merupakan hal
yang mudah lantaran seluruh cipta, rasa, dan karsa perlu bersimbiosis mutualisme,
membentuk sebuah ”rantai pembelajaran” yang kokoh. Tugas-tugas merencanakan
administrasi pembelajaran, di antaranya menyusun program tahunan dan program
semester perlu dilakukan dalam rangka mendesain bingkai pembelajaran efektif.
Paradigma “copy paste“ administrasi pembelajaran dan menjadikan
administrasi pembelajaran hanya sebagai “pelengkap penderita“ secara evolusif perlu
ditinggalkan. Berlatih, belajar meramu, berdiskusi, menganalisis, dan menindakkritisi
berbagai informasi dalam dunia pendidikan merupakan langkah awal untuk membekali
diri menjadi guru yang memiliki kompetensi secara holistik, yakni kompetensi
kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.
pada penggunaan masing-masing. Sedangkan perilaku lain, koleris dan plegmatis
merupakan perilaku pendukung yang saling bersinergi.
Perilaku sangunis merupakan perilaku pengajaran yang memiliki sikap ramah,
suka berbincang dengan siswa/murid, cerita setiap bertemu murid/siswanya, percaya
diri, bersih fikirannya, cepat berpikir dan dapat diajak berdialog dengan kesetaraan,
cepat berpikir dan dapat diajak berdialog dengan kesetaraan. Perilaku sangunis sangat
baik digunakan guru dalam interaksi dan cara menghadapi kelas dan peserta didik.
Sedangkan perilaku melankolis adalah perilaku pengajaran yang memiliki
sikap teliti, selalu mengajar dengan data dan fakta, detil dan melakukan pengajaran
secara tuntas. Perilaku melankolis sangat baik digunakan guru pada saat
mempersiapkan mata ajaran, modul kurikulum, menjelaskan dan menerangkan materi
pelajaran kepada peserta didik.
2. Epilog:
Menjadi guru yang mampu berperan sebagai produsen bukan merupakan hal
yang mudah lantaran seluruh cipta, rasa, dan karsa perlu bersimbiosis mutualisme,
membentuk sebuah ”rantai pembelajaran” yang kokoh. Tugas-tugas merencanakan
administrasi pembelajaran, di antaranya menyusun program tahunan dan program
semester perlu dilakukan dalam rangka mendesain bingkai pembelajaran efektif.
Paradigma “copy paste“ administrasi pembelajaran dan menjadikan
administrasi pembelajaran hanya sebagai “pelengkap penderita“ secara evolusif perlu
ditinggalkan. Berlatih, belajar meramu, berdiskusi, menganalisis, dan menindakkritisi
berbagai informasi dalam dunia pendidikan merupakan langkah awal untuk membekali
diri menjadi guru yang memiliki kompetensi secara holistik, yakni kompetensi
kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.

More Related Content

What's hot

Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made WenaStrategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made WenaHariyatunnisa Ahmad
 
8. pengembangan bahan ajar
8. pengembangan bahan ajar8. pengembangan bahan ajar
8. pengembangan bahan ajarKiki Yulita Sari
 
Bahan tayang dupak terbaru ( DUPAK )
Bahan tayang dupak terbaru ( DUPAK )Bahan tayang dupak terbaru ( DUPAK )
Bahan tayang dupak terbaru ( DUPAK )Eko Supriyadi
 
Belajar dan pembelajaran
Belajar dan pembelajaranBelajar dan pembelajaran
Belajar dan pembelajaranAgus Setiabudi
 
PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)Srinah Yanti
 
Modul strategi dan model pembelajaran
Modul strategi dan model pembelajaranModul strategi dan model pembelajaran
Modul strategi dan model pembelajaranRAHMANULJA
 
silabus dan rpp matakuliah belajar dan pembelajaran
silabus dan rpp matakuliah belajar dan pembelajaransilabus dan rpp matakuliah belajar dan pembelajaran
silabus dan rpp matakuliah belajar dan pembelajaranCoral Reef
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaranayu
 
Model pengembangan pembelajaran
Model pengembangan pembelajaranModel pengembangan pembelajaran
Model pengembangan pembelajaranAzief Ramoz
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanRirin Romayanti
 
Tugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
Tugas individu Kurikulum dan PembelajaranTugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
Tugas individu Kurikulum dan PembelajaranSaniMicita
 
Organisasi kurikulum
Organisasi kurikulumOrganisasi kurikulum
Organisasi kurikulumtitiwerdhy
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKAida Dwi Astuti
 

What's hot (20)

psikologi pendidikan
psikologi pendidikanpsikologi pendidikan
psikologi pendidikan
 
Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made WenaStrategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
 
8. pengembangan bahan ajar
8. pengembangan bahan ajar8. pengembangan bahan ajar
8. pengembangan bahan ajar
 
Pembelajaran tematik
Pembelajaran tematikPembelajaran tematik
Pembelajaran tematik
 
Desain kurikulum
Desain kurikulumDesain kurikulum
Desain kurikulum
 
Bahan tayang dupak terbaru ( DUPAK )
Bahan tayang dupak terbaru ( DUPAK )Bahan tayang dupak terbaru ( DUPAK )
Bahan tayang dupak terbaru ( DUPAK )
 
Belajar dan pembelajaran
Belajar dan pembelajaranBelajar dan pembelajaran
Belajar dan pembelajaran
 
PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)
 
Format rpp 22 2016
Format rpp 22 2016Format rpp 22 2016
Format rpp 22 2016
 
Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan AjarPengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan Ajar
 
Modul strategi dan model pembelajaran
Modul strategi dan model pembelajaranModul strategi dan model pembelajaran
Modul strategi dan model pembelajaran
 
silabus dan rpp matakuliah belajar dan pembelajaran
silabus dan rpp matakuliah belajar dan pembelajaransilabus dan rpp matakuliah belajar dan pembelajaran
silabus dan rpp matakuliah belajar dan pembelajaran
 
Desain kurikulum
Desain kurikulumDesain kurikulum
Desain kurikulum
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Model pengembangan pembelajaran
Model pengembangan pembelajaranModel pengembangan pembelajaran
Model pengembangan pembelajaran
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 
Tugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
Tugas individu Kurikulum dan PembelajaranTugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
Tugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
 
Organisasi kurikulum
Organisasi kurikulumOrganisasi kurikulum
Organisasi kurikulum
 
Rubrik PK Guru
Rubrik PK GuruRubrik PK Guru
Rubrik PK Guru
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTK
 

Similar to 5. Program Tahunan

Landasan filosofis dan karakteristik kurikulum 1975 yasir
Landasan filosofis dan karakteristik kurikulum 1975 yasirLandasan filosofis dan karakteristik kurikulum 1975 yasir
Landasan filosofis dan karakteristik kurikulum 1975 yasirYASIR ABDUL YASIR
 
Makalah konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar
Makalah konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajarMakalah konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar
Makalah konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajarUkhty Nicken
 
Model ipa terpadu smp rev
Model  ipa terpadu smp revModel  ipa terpadu smp rev
Model ipa terpadu smp revAsep Hidayat
 
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0hasansanung
 
Prinsip dan prosedur bg ucok
Prinsip dan prosedur bg ucokPrinsip dan prosedur bg ucok
Prinsip dan prosedur bg ucoklavanter simamora
 
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
1. Perencanaan Pembelajaran Matematikamatematikauntirta
 
Model dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulumModel dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulumidhessara
 
Pembelajaran IPA Terpadu SMP
Pembelajaran IPA Terpadu SMPPembelajaran IPA Terpadu SMP
Pembelajaran IPA Terpadu SMPsmpbudiagung
 
2. KOSP dan Perangkat Pembelajaran .pdf
2. KOSP dan Perangkat Pembelajaran .pdf2. KOSP dan Perangkat Pembelajaran .pdf
2. KOSP dan Perangkat Pembelajaran .pdfEnang Cuhendi
 
220202454 kemp-dan-addie
220202454 kemp-dan-addie220202454 kemp-dan-addie
220202454 kemp-dan-addieambarpingki
 
MATERI DAN METODE MENGAJAR.ppt
MATERI DAN METODE MENGAJAR.pptMATERI DAN METODE MENGAJAR.ppt
MATERI DAN METODE MENGAJAR.pptAgustinasulastri
 
Pembelajaran tematik
Pembelajaran tematikPembelajaran tematik
Pembelajaran tematikFelix Baskara
 
Pengembangan program pembelajaran matematika
Pengembangan program pembelajaran matematikaPengembangan program pembelajaran matematika
Pengembangan program pembelajaran matematikaDhian SQuarpants
 
Bab14 pengurusan alam pembelajaran
Bab14 pengurusan alam pembelajaranBab14 pengurusan alam pembelajaran
Bab14 pengurusan alam pembelajaranzuraidanasri
 
300923 Materi RPP.pptx
300923 Materi RPP.pptx300923 Materi RPP.pptx
300923 Materi RPP.pptxAdityaWarman65
 
Makalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum PendidikanMakalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum PendidikanEla Suryani
 

Similar to 5. Program Tahunan (20)

Landasan filosofis dan karakteristik kurikulum 1975 yasir
Landasan filosofis dan karakteristik kurikulum 1975 yasirLandasan filosofis dan karakteristik kurikulum 1975 yasir
Landasan filosofis dan karakteristik kurikulum 1975 yasir
 
Makalah konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar
Makalah konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajarMakalah konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar
Makalah konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar
 
Model ipa terpadu smp rev
Model  ipa terpadu smp revModel  ipa terpadu smp rev
Model ipa terpadu smp rev
 
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
 
Pengertian kurikulum
Pengertian kurikulumPengertian kurikulum
Pengertian kurikulum
 
Prinsip dan prosedur bg ucok
Prinsip dan prosedur bg ucokPrinsip dan prosedur bg ucok
Prinsip dan prosedur bg ucok
 
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
1. Perencanaan Pembelajaran Matematika
 
Model ipa-terpadu-smp
Model ipa-terpadu-smpModel ipa-terpadu-smp
Model ipa-terpadu-smp
 
Model dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulumModel dan desain kurikulum
Model dan desain kurikulum
 
Pembelajaran IPA Terpadu SMP
Pembelajaran IPA Terpadu SMPPembelajaran IPA Terpadu SMP
Pembelajaran IPA Terpadu SMP
 
2. KOSP dan Perangkat Pembelajaran .pdf
2. KOSP dan Perangkat Pembelajaran .pdf2. KOSP dan Perangkat Pembelajaran .pdf
2. KOSP dan Perangkat Pembelajaran .pdf
 
Sap
SapSap
Sap
 
Ptk plpg 2014
Ptk plpg 2014Ptk plpg 2014
Ptk plpg 2014
 
220202454 kemp-dan-addie
220202454 kemp-dan-addie220202454 kemp-dan-addie
220202454 kemp-dan-addie
 
MATERI DAN METODE MENGAJAR.ppt
MATERI DAN METODE MENGAJAR.pptMATERI DAN METODE MENGAJAR.ppt
MATERI DAN METODE MENGAJAR.ppt
 
Pembelajaran tematik
Pembelajaran tematikPembelajaran tematik
Pembelajaran tematik
 
Pengembangan program pembelajaran matematika
Pengembangan program pembelajaran matematikaPengembangan program pembelajaran matematika
Pengembangan program pembelajaran matematika
 
Bab14 pengurusan alam pembelajaran
Bab14 pengurusan alam pembelajaranBab14 pengurusan alam pembelajaran
Bab14 pengurusan alam pembelajaran
 
300923 Materi RPP.pptx
300923 Materi RPP.pptx300923 Materi RPP.pptx
300923 Materi RPP.pptx
 
Makalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum PendidikanMakalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum Pendidikan
 

More from matematikauntirta (20)

Contoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario PembelajaranContoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario Pembelajaran
 
RPP - Kuartil Data Tunggal
RPP - Kuartil Data TunggalRPP - Kuartil Data Tunggal
RPP - Kuartil Data Tunggal
 
RPP - Jangkauan
RPP - JangkauanRPP - Jangkauan
RPP - Jangkauan
 
RPP - Analisis Data
RPP - Analisis DataRPP - Analisis Data
RPP - Analisis Data
 
Silabus
SilabusSilabus
Silabus
 
RPP - Statistika (Jangkauan)
RPP - Statistika (Jangkauan)RPP - Statistika (Jangkauan)
RPP - Statistika (Jangkauan)
 
RPP - Simpangan Kuartil
RPP - Simpangan KuartilRPP - Simpangan Kuartil
RPP - Simpangan Kuartil
 
RPP - Median Modus
RPP - Median ModusRPP - Median Modus
RPP - Median Modus
 
RPP - Mean
RPP - MeanRPP - Mean
RPP - Mean
 
RPP - Menyelesaikan SPLDV
RPP - Menyelesaikan SPLDVRPP - Menyelesaikan SPLDV
RPP - Menyelesaikan SPLDV
 
Silabus
SilabusSilabus
Silabus
 
RPP - Pemodelan SPLDV
RPP - Pemodelan SPLDVRPP - Pemodelan SPLDV
RPP - Pemodelan SPLDV
 
RPP- Luas Permukaan Kerucut
RPP- Luas Permukaan KerucutRPP- Luas Permukaan Kerucut
RPP- Luas Permukaan Kerucut
 
RPP - Luas Permukaan Bola
RPP - Luas Permukaan BolaRPP - Luas Permukaan Bola
RPP - Luas Permukaan Bola
 
Silabus
SilabusSilabus
Silabus
 
RPP - Volume Tabung
RPP - Volume TabungRPP - Volume Tabung
RPP - Volume Tabung
 
RPP - Volume Kerucut
RPP - Volume KerucutRPP - Volume Kerucut
RPP - Volume Kerucut
 
RPP - Volume Bola
RPP - Volume BolaRPP - Volume Bola
RPP - Volume Bola
 
RPP - Volume Bangun Ruang Sisi Lengkung
RPP - Volume Bangun Ruang Sisi LengkungRPP - Volume Bangun Ruang Sisi Lengkung
RPP - Volume Bangun Ruang Sisi Lengkung
 
RPP - Unsur-Unsur Bangun Ruang Sisi Lengkung
RPP - Unsur-Unsur Bangun Ruang Sisi LengkungRPP - Unsur-Unsur Bangun Ruang Sisi Lengkung
RPP - Unsur-Unsur Bangun Ruang Sisi Lengkung
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

5. Program Tahunan

  • 1. PROGRAM TAHUNAN A. PENDAHULUAN Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan (Arikunto dan Jabar, 2004:3). Oleh karena itu penyusunan program tahuan dan program semester tentu merupakan satu sistem yang saling terkait. Ditambahkan Uno (2007) bahwa salah satu asumsi dasar perlunya merencanakan suatu program pembelajaran adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu, berikut adalah pembahasan mengenai pengertian program tahunan (prota) dan program semesteran (prosem) beserta hal-hal yang terkait dengannya. B. PENGERTIAN PROTA Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru (Mulyasa, 2003:183). Dipertegas Muslich (2007:44) program tahunan adalah rencana umum pembelajaran mata pelajaran setelah diketahui kepastian jumlah jam pelajara efektif dalam satu tahun. Program tahunan perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni program semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran. C. KONSEP DASAR PROTA Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain: 1. Daftar kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai konsensus nasional, 2. Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi pembelajaran tersebut disusun dalam pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan, yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran. Pokok- pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan tersebut harus jelas skope dan sekeuensinya. Skope adalah ruang lingkup dan batasan-batasan keluasan setiap pokok dan sub pokok bahasan, sedangkan sekuensi adalah urutan logis dari setiap pokok dan sub pokok bahasan. Pengembangan skope dan sekuensi ini bisa dilakukan oleh guru, dan bisa dikembangkan
  • 2. dalam kelompok kerja guru (KKG). Sebagai pedoman berikut dikemukakan pendapat Sukmadinata (1988) tentang cara menyusun sekuensi bahan ajar: 1) Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu, dapat digunakan kronologis. Peristiwa-peristiwa sejarah, perkembangan historis suatu instusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan sekuens kronologis. 2) Sekuens kausal. Sekuens kausal berhubungan dengan kronologis. Peserta didik dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu daripada sesuatu peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu para peserta didik akan menemukan akibatnya Menurut Rowntree (dalam Mulyasa, 2003: 96) sekuens kausal cocok untuk menyusun bahan ajar ddalam bidang meteorologi dan geomorfologi. 3) Sekuens struktural. Bagian-bagian bahan ajar sesuatu bidang studi telah mempunyai strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih dahulu diajarkan pemantulan dan pembiasan cahaya. Masalah cahaya, pemantulan- pembiasan, dan alat-alat optik tersusun secara struktural. 4) Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan urutan logis. Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian kepada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks kepada sederhana. Menurut sekuens logis bahan ajar disusuun dari yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaimana kepada masalah mengapa. 5) Sekuens spiral. Dikembangkan oleh Bruner (1960). Bahan ajaran dipusatkan pada topik atau pokok bahasan tertentu. Dari yopik atau pokok bahasan tersebut bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau pokok bahan ajaran tersebut adalah sesuatu yang populer dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks dan sophisticated. 6) Rangkaian ke belakang (backward chaining). Dikembangkan oleh Thomas Gilbert (1962). Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur ke belakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah meliputi: (a) pembatasan masalah, (b) penyusun hipotesis, (c) pengumpulan data, (d) pengetesan hipotesis, dan (e) intreprestasi hasil tes. Dalam mengajar mulai dengan langkah (e), kemudian guru menyajikan data tentang sesuatu masalah dari langkah (a) sampai (d), dan peserta didik
  • 3. diminta untuk membuat intreprestasi hasilnya (e). pada kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c), dan peserta didik diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d), dan seterusnya. 7) Sekuens berdasarkan hierakhi belajar. Model ini dikembangkan Gagne (1965) dengan prosedur tujuan khusus utama dianalisis, dan dicari suatu hierakhi urutan bahan ajaran untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Hierakhi tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-turut sampai pokok- pokok bahasan tertentu hierakhi juga dapat mengikuti hierakhi tipe-tipe belajar dari Gagne. Gagne (1970) mengemukakan delapan tipe belajar yang tersusun secara hierakhis mulai dari yang paling sederhana: ”signial learning, stimulus respos learning, motor-chain leraning, verbal association, multiple discrimination, concept learning, principle learning, dan problem solving learning ”. Mengenai Kalender pendidikan. Penyusun kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik. Dalam kalender pembelajaran, termasuk waktu libur, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam menyusun program tahunan perlu memperhatikan kalender pendidikan. Hari belajar efektif dalam satu tahun pelajaran dilaksanakan dengan menggunakan sistem semester (satu tahun pelajaran terdiri atas dua kelompok penyelenggara pendidikan) yang terdiri atas 34-38 minggu. D. KOMPONEN-KOMPONEN PROTA Berdasarkan sumber-sumber tersebut (pada sub pembahasan konsep dasar Prota), dapat ditetapkan dan dikembangkan jumlah kompetensi, pokok bahasan dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pokok dan sub pokok bahasan, jumlah ulangan, baik ulangan umum maupun ulangan harian, dan jumlah waktu cadangan. Setidaknya dalam menyusun Prota, komponen yang harus ada sebagai berikut: 1. Identitas (mata pelajaran, kelas, tahun pelajaran) 2. Format isian (semester, kompetensi inti, kompetensi dasar, matei pokok, dan alokasi waktu). E. FORMAT PENYUSUNAN PROTA Dalam perkembangan dan pengkajian penyusunan Prota, terdapat beragam alternatif format program tahunan. Dengan demikian guru memiliki kebebasan dalam
  • 4. menentukan format Prota. Format berikut ini, diadopsi dari berbagai contoh format yang pernah ada: Satuan Pendidikan : …………….. Mata Pelajaran : …………….. Kelas : …………….. Tahun Pelajaran : …………….. Semester Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi waktu Mengetahui Serang , …………… Kepala Sekolah Guru Kelas … _________________ ______________________ NIP. NIP. Secara sederhana teknik pengisian format di atas dapat dilakukan dengan melihat kurikulum utuh yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang di dalamnya terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran. Yang tidak kalah pentingnya adalah mencermati alokasi waktu tiap mata pelajaran yang sudah diatur dalam Standar Isi khususnya dalam bab II tentang struktur kurikulum. Dari alokasi waktu tersebut bisa dilihat bahwa dalam satu tahun pelajaran jumlah minggu efektif berkisar 34-38 minggu. Setelah mengetahui jumlah minggu efektif, langkah berikutnya adalah memetakan kompetensi dasar. Ada berapa kompetensi dasar dalam satu semester kemudian kita kaji kompetensi dasar mana yang memiliki substansi materi yang lebih berat. Hal tersebut kita lakukan untuk menentukan alokasi waktu.
  • 5. Yang memerlukan pemikiran serius dalam penyusunan program tahunan adalah menentukan materi pokok. Hal ini lantaran dalam KTSP tidak terdapat materi pokok (layaknya KBK). Guru diberi kesempatan yang luas untuk mengapresiasi materi pokok dengan mengacu pada kompetensi dasar. Seperti dikatakan Trimo (2001) bahwa guru bukan tukang mengajar, guru juga bukan pawang. Tetapi, guru adalah ’koki’ dalam pembelajaran sehingga mutlak untuk meramu dan mendesain pembelajaran bermakna. Yang terjadi di lapangan, proses penentuan materi pokok dilakukan menggunakan alur balik. Seperti mencari materi pokok dalam buku atau melihat materi pokok di KBK, baru menuliskannya dalam program tahunan. Langkah ini sebenarnya kurang efektif manakala guru akan belajar menjadi ’koki’ dalam pembelajaran. Diskusi dengan teman sejawat dan pembahasan dalam kegiatan KKG akan membantu guru-guru dalam merumuskan materi pokok sehingga program tahunan yang dirumuskan tiap sekolah merupakan refleksi dari kebutuhan siswa. Selebihnya, program tahunan yang didesain akan memberi nuansa dan aura positif bagi pengembangan visi dan misi sekolah. 1. Strategi Implementasi Menjadi guru SD memang harus ”survive”. Jika tidak maka segala bentuk informasi terkini hanya menjadi konsumen saja. Padahal, paradigma pembelajaran terkini sudah berubah dari proses pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai konsumen ke arah pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai produsen. Mana mungkin kita (baca:guru) dapat menjadikan siswa sebagai produsen kalau tidak memberi teladan bagaimana menjadi seorang produsen. Secara garis besar implementai kurikulum mencakupi tiga kekuatan pokok yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi (Susilo, 2007:176). Pengembangan program kurikulum mencakupi program tahunan, program semester, program harian, program pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling. Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses interaksi multiarah yang didesain guru sehingga tercipta enjoyable learning. Sedangkan evaluasi terfokus pada penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, bench marking, dan penilaian program. Menyusun prota, promes, silabus, RPP, dan sejenisnya secara mandiri dan atau berdiskusi dengan teman sejawat merupakan langkah awal untuk ”memaksa” diri kita (baca: guru) menjadi produsen. Oleh karena itu, ada baiknya kita simak penuturan Ramli (2004) perilaku terbaik dalam pengajaran guru adalah sangunis dan melakonis,
  • 6. pada penggunaan masing-masing. Sedangkan perilaku lain, koleris dan plegmatis merupakan perilaku pendukung yang saling bersinergi. Perilaku sangunis merupakan perilaku pengajaran yang memiliki sikap ramah, suka berbincang dengan siswa/murid, cerita setiap bertemu murid/siswanya, percaya diri, bersih fikirannya, cepat berpikir dan dapat diajak berdialog dengan kesetaraan, cepat berpikir dan dapat diajak berdialog dengan kesetaraan. Perilaku sangunis sangat baik digunakan guru dalam interaksi dan cara menghadapi kelas dan peserta didik. Sedangkan perilaku melankolis adalah perilaku pengajaran yang memiliki sikap teliti, selalu mengajar dengan data dan fakta, detil dan melakukan pengajaran secara tuntas. Perilaku melankolis sangat baik digunakan guru pada saat mempersiapkan mata ajaran, modul kurikulum, menjelaskan dan menerangkan materi pelajaran kepada peserta didik. 2. Epilog: Menjadi guru yang mampu berperan sebagai produsen bukan merupakan hal yang mudah lantaran seluruh cipta, rasa, dan karsa perlu bersimbiosis mutualisme, membentuk sebuah ”rantai pembelajaran” yang kokoh. Tugas-tugas merencanakan administrasi pembelajaran, di antaranya menyusun program tahunan dan program semester perlu dilakukan dalam rangka mendesain bingkai pembelajaran efektif. Paradigma “copy paste“ administrasi pembelajaran dan menjadikan administrasi pembelajaran hanya sebagai “pelengkap penderita“ secara evolusif perlu ditinggalkan. Berlatih, belajar meramu, berdiskusi, menganalisis, dan menindakkritisi berbagai informasi dalam dunia pendidikan merupakan langkah awal untuk membekali diri menjadi guru yang memiliki kompetensi secara holistik, yakni kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.
  • 7. pada penggunaan masing-masing. Sedangkan perilaku lain, koleris dan plegmatis merupakan perilaku pendukung yang saling bersinergi. Perilaku sangunis merupakan perilaku pengajaran yang memiliki sikap ramah, suka berbincang dengan siswa/murid, cerita setiap bertemu murid/siswanya, percaya diri, bersih fikirannya, cepat berpikir dan dapat diajak berdialog dengan kesetaraan, cepat berpikir dan dapat diajak berdialog dengan kesetaraan. Perilaku sangunis sangat baik digunakan guru dalam interaksi dan cara menghadapi kelas dan peserta didik. Sedangkan perilaku melankolis adalah perilaku pengajaran yang memiliki sikap teliti, selalu mengajar dengan data dan fakta, detil dan melakukan pengajaran secara tuntas. Perilaku melankolis sangat baik digunakan guru pada saat mempersiapkan mata ajaran, modul kurikulum, menjelaskan dan menerangkan materi pelajaran kepada peserta didik. 2. Epilog: Menjadi guru yang mampu berperan sebagai produsen bukan merupakan hal yang mudah lantaran seluruh cipta, rasa, dan karsa perlu bersimbiosis mutualisme, membentuk sebuah ”rantai pembelajaran” yang kokoh. Tugas-tugas merencanakan administrasi pembelajaran, di antaranya menyusun program tahunan dan program semester perlu dilakukan dalam rangka mendesain bingkai pembelajaran efektif. Paradigma “copy paste“ administrasi pembelajaran dan menjadikan administrasi pembelajaran hanya sebagai “pelengkap penderita“ secara evolusif perlu ditinggalkan. Berlatih, belajar meramu, berdiskusi, menganalisis, dan menindakkritisi berbagai informasi dalam dunia pendidikan merupakan langkah awal untuk membekali diri menjadi guru yang memiliki kompetensi secara holistik, yakni kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.