SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
PERAN KEJAKSAAN RI SEBAGAI DOMINUS LITIS DALAM
KEKISRUHAN KPK VS POLRI
Adery Ardhan Saputro S.H.
Peneliti MaPPI FHUI
Latar Belakang
Kisruh yang terjadi pada saat ini antara dua penegak hukum, KPK dan Polri
berawal dari penetapan tersangka Komjen Pol. Budi Gunawan, yang notabene
merupakan calon Kapolri yang diusung oleh Presiden serta telah direstui Komisi 3
DPR. Selanjutnya beberapa hari kemudian, Polri menetapkan Bambang Widjojanto
(Komisioner KPK) sebagai tersangka dalam mengarahkan saksi untuk memberikan
keterangan palsu (Pasal 242 jo. Pasal 55 KUHP) di sidang sengketa Pemilu Kepala
Daerah Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah tahun 2010.
Atas penangkapan Bambang Widjojanto, reaksi keras diberikan oleh aktivis
antikorupsi dan masyarakat luas, dengan mendatangi gedung KPK serta memberikan
protes keras atas tindakan Kepolisian yang dianggap sewenang-wenang. Bahkan
keribuatan ini menganggu stabilitas negara, dengan dibuktikan adanya keterangan dari
Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya yang mengatakan bahwa “TNI sudah bersiap
untuk mengamankan gedung KPK, apabila Polri datang ke KPK untuk menggeledah”.
Akan tetapi, disisi lain Presiden Jokowi tidak melakukan suatu tindakan berarti,
karena takut dipandang telah melakukan intervensi atas penegakan hukum.
Gesekan antara dua institusi penyidikan merupakan suatu hal yang umum di negara
lain. Contohnya, di Amerika Serikat beberapa kali terjadi perebutan kewenangan
untuk menyidik suatu kasus narkotika, antara Federal Bureau Investigation (FBI)
dengan Drugs Enforcement Administration (DEA). Akan tetapi, gesekan tersebut
tidak menimbulkan permasalahan begitu besar, dikarenakan kedua lembaga tersebut
secara hierarki berada langsung dibawah Jaksa agung. Sebenanrnya Jaksa Agung
mempunyai suatu peranan yang sangat penting dan vital dalam sistem peradilan
pidananya. Kejadian “KPK VS Kepolisian” Merupakan suatu hal yang amat mustahil,
akan terjadi di Negara Amerika Serikat.
Posisi dan Fungsi Kejaksaan dalam KUHAP
Apabila kita berkaca di Indonesia, sekalipun Kejaksaan dipandang pemegang
dominus litis, tetapi dalam peristiwa ini Kejaksaan belum mengambil peran yang
penting sebagai penegah atas keributan ini. Hal ini tergambar dari keterangan
Kapuspenkum Kejaksaan RI (Tony Spontana):
“Kita hanya berpedoman pada KUHAP, tidak mau terbawa pada polemik.
Kejaksaan tengah memproses penerbitan surat perintah penunjukan jaksa
peneliti, yang akan ditugaskan untuk mengikuti perkembangan
penyidikan.”
Apabila kita cermati dari pendapat Kapuspenkum Kejaksaan, maka dapat ditarik
beberapa pengertian (i) Kejaksaan hanya dapat memantau serta memberikan petunjuk
atas hasil pemeriksaan berkas perkara yang dilakukan oleh Kepolisian, (ii) KUHAP
melarang Kejaksaan untuk dapat terlibat secara langsung atas pemeriksaan yang
dilakukan oleh Kepolisian, (iii). Hubungan antara kepolisian sebagi penyidik dengan
Kejaksaan menurut KUHAP, hanya sebatas koordinasi fungsional. Oleh karenanya,
jika hanya berdasarkan pada KUHAP, maka argumen dari Kapuspenkum Kejaksaan
bahwa Kejaksaan hanya mempunyai kewenangan sebatas memonitor pemeriksaan
Kepolisian serta tidak mempunyai wewenang untuk melakukan supervisi suatu
penyidikan perkara sudah dipandang tepat. Hal ini dikarenakan, asas KUHAP yang
menganut diferensiasi fungsional merupakan pangkal masalah dari seringnya gesekan
antara institusi penyidikan.
Sebenarnya apabila mengaitkan dengan kasus BW, maka prinsip diferensiasi
fungsional tersebut akan menimbulkan permasalahan yang berarti kedepannya
terutama untuk institusi Kejaksaan. Institusi Kejaksaan yang hanya memeriksa
berdasarkan berkas perkara semata, tanpa diperkenankan untuk melakukan
penyidikan secara langsung dapat memunculkan suatu kendala pada saat melakukan
pembuktian dipersidangan. Asumsikan perkara BW sudah dianggap lengkap oleh
Kejaksaan (P-21), hal ini didasarkan atas alat-alat bukti yang didapatkan selama
penyidikan. Kemudian pada tahap persidangan diketahui bahwa ternyata alat bukti
yang didapatkan penyidik tidak didapat sesuai dengan hukum atau bahkan terdapat
beberapa keterangan saksi yang diberikan dibawah tekanan oleh penyidik. Hal ini
berimplikasi pada pembuktian yang dilakukan oleh pihak kejaksaan menjadi tidak
maksimal, dikarenakan berkurangnya alat bukti yang dapat digunakan penuntut umum
untuk membuktikan terdakwa bersalah.
Dengan demikian, diperlukan suatu keterkaitan yang erat dari penuntut umum
terhadap perkara yang didakwakan, tidak sebatas pemeriksaan berkas perkara semata
ataupun hanya pemberian petunjuk kepada pihak penyidik. Melainkan, penuntut
umum seharusnya dapat melakukan suatu pengusutan secara langsung (opsporing)
atau setidaknya dapat melakukan penyidikan lanjutan (nasporing) atas pemeriksaan
yang telah dilakukan penyidik. Hal ini bertujuan agar penuntut umum mengetahui
bagaimana cara penyidik mendapatkan bukti dalam suatu perkara, sekaligus
membuktikkan bahwa benar tersangka merupakan pihak yang dianggap layak untuk
dinaikkan ke persidangan.
Sebaliknya Posisi dan fungsi kejaksaan sebagai dominus litis sebenarnya sangat
tergambar dalam ketentuan HIR. Pada waktu HIR masih berlaku suatu penyidikan
merupakan bagian dari tidak terpisahkan dari penuntutan. Kewenangan ini
menjadikan Jaksa sebagai penuntut umum merupakan kordinator penyidikan
sekaligus dapat melakukan penyidikan sendiri. Dengan demikian, Kejaksaan
menempati posisi sebagai instansi kunci (key figure) dalam keseluruhan proses
penyelenggaraan hukum pidana sejak awal sampai akhir.
Dengan dicabutnya HIR dengan KUHAP, maka kewenangan Kejaksaan untuk
melakukan pengusutan (Opsporing) telah dideligitimasi secara tidak langsung oleh
KUHAP. Akan tetapi, kewenangan Kejaksaan sebagai dominus litis, tidak hilang
begitu saja dengan dicabutnya HIR. Hal ini dikarenakan, berdasarkan Pasal 27 ayat
(1) huruf d Undang-Undang Nomor 5 tahun 1991 , diatur bahwa :
“Melengkapai berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikordinasikan dengan penyidik”
Dalam pengaturan di atas, dapat ditegaskan bahwa kejaksaan mempunyai suatu
wewenang untuk melakukan penyidikan tambahan (nasporing). Kewenagan tersebut
yang memberikan penegasan bahwa kejaksaan masih merupakan pengendali suatu
perkara, sekalipun ditahap penyidikan. Hal ini juga tercantum pula dalam Pasal 30
ayat (1) hurud d UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, sehingga sebenarnya
kejaksaan mempunyai suatu wewenang untuk melakukan pemeriksaan tambahan
(nasporing). Oleh karenanya, Kejaksaan mempunyai kewenangan untuk memastikan
bahwa penyidikan yang dilakukan oleh penyidik, memang telah dilakukan dengan
tepat.
Dengan demikian, meskipun dalam KUHAP seolah-olah kejaksaan hanya sebagai
koordinasi fungsional atas penyidikan yang dilakukan oleh Polisi. Akan tetapi, jika
menggunakan Pasal 30 ayat (1) huruf d UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI,
sebenarnya Kejaksaan dapat melakukan suatu tindakan tidak sebatas melakukan
monitoring atas hasil penyidikan kepolisian atau hanya sekedar memeriksa keterangan
saksi berdasarkan berkas semata. Namun, Kejaksaan dapat mengambil peran yang
lebih penting dalam proses pemeriksaan kasus BW dengan cara melakukan
pemeriksaan tambahan kepada saksi maupun tersangka yang bersangkutan.
Terlepas dari kejaksaan yang ternyata dapat melakukan pemeriksaan tambahan,
penulis memandang masih terdapat permasalahan dalam sistem peradilan pidana kita.
Hal ini tergambar dari dimungkinkannya perseteruan antara institusi penegak hukum
dalam menangani penyidikan. Perseteruan tersebut mengindikasi bahwa diferensiasi
serta kemandirian masing-masing institusi penegak hukum dalam menangani perkara,
merupakan kesalahan secara konseptual. Oleh karenanya, diperlukan adanya suatu
perubahan sistem peradilan pidana di Indonesia yang dapat meminalisir adanya
gesekan antar setiap institusi pengak hukum.
Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Perubahan peran dan fungsi Kejaksaan sebenarnya telah diakomodir dengan
kehadiran RUU KUHAP. Hal ini terlihat dari pengaturan Pasal 46 ayat (3) dan (4)
Pasal 46 ayat (3)
Apabila penuntut umum masih menemukan kekurangan dalam perkara
berkas perkara, penuntut umum dapat meminta penyidik untuk melakukan
penyidikan tambahan dengan memberikan petunjuk langsung atau dapat
melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan
yang dalam pelaksanaan dikoordinasikan dengan penyidik.
Pasal 46 ayat (4)
Dalam pemeriksaan perkara selanjutnya, apabila diperlukan tindakan
hukum tertentu untuk memperlancar pelaksanaan sidang di pengadilan
atau melaksanakan penetapan hakim, penuntut umum dapat melakukan
tindakan hukum sendiri atau meminta bantuan penyidikan untuk
melaksanakan.
Dari kedua pasal di atas, dapat ditegaskan bahwa penuntut umum merupakan
pengendali perkara di tahap penyidikan, meskipun perkara tersebut dilaksanakan oleh
institusi yang berbeda. Penulis menambahkan kendati sudah diperluas kewenangan
kejaksaan dalam mengkordinasikan penyidikan, tetapi kewenangan tersebut belum
dapat membuat posisi Kejaksaan sebagai penengah, apabila terjadi permasalahan ego
sektoral antar institusi penegaka hukum dalam menangani perkara.
Hal tersebut dapat diberikan suatu solusi dengan mencotoh penerapan sistem
peradilan pidana di negara lain, yakni: (i) kordinasi antara Kepolisian dengan
Kejaksaan di negara Belanda, yang diatur dalam Wet Bijzondere opsporingsbevoegd-
heden (BOB) atau yang dikenal dengan The Special Powers of Investigation act yang
berlaku 1 Februari 2000. Dalam hal ini diatur bahwa penuntut umum adalah lembaga
yang sesuai untuk memimpin penyidikan tindak pidana, (ii) Merubah hirearki dan
posisi Jaksa Agung di Indonesia, layaknya di Amerika Serikat. Dengan memposisikan
Jaksa Agung sekaligus Menteri Kehakiman yang merupakan pengendali perkara
tertinggi dalam suatu SPP.
Semoga dengan terjadinya kasus KPK VS Polri, merupakan momentum untuk
perbaikan sistem peradilan pidana di Indonesia. Sekaligus pula sebagai wadah untuk
menunjukkan eksistensi dari Kejaksaan RI sebagai dominus litis pengendali perkara.
Terakhir, semoga dalam reformasi pembaharuan sistem peradilan pidana serta
pelaksanaan sistem peradilan pidana kedepannya hanya didasari oleh persepektif
hukum semata, bukan dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau politis.

More Related Content

What's hot

Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...ELSAM
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaBagus Edi Prayogo
 
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agamaKurniawan Sukawangi
 
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK Dadang DjokoKaryanto
 
PPT SEMINAR PROPOSAL KEREN
PPT SEMINAR PROPOSAL KERENPPT SEMINAR PROPOSAL KEREN
PPT SEMINAR PROPOSAL KERENhamid madani
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021HarisFadhil
 
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikanRonalto_Tan
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Rudi Sudirdja
 
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPerkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPeople Power
 
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020CIkumparan
 
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidanaKUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidanaBobby D'Arch
 

What's hot (19)

Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
Penjelasan Presiden RI mengenai Revisi Undang-undang Perlindungan Saksi dan K...
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
 
Alasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikanAlasan penghentian penyidikan
Alasan penghentian penyidikan
 
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak PidanaPerka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
 
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
 
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
 
Laporan Akhir Pelaksanaan Project Development of The Attorney General's Offic...
Laporan Akhir Pelaksanaan Project Development of The Attorney General's Offic...Laporan Akhir Pelaksanaan Project Development of The Attorney General's Offic...
Laporan Akhir Pelaksanaan Project Development of The Attorney General's Offic...
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
PPT SEMINAR PROPOSAL KEREN
PPT SEMINAR PROPOSAL KERENPPT SEMINAR PROPOSAL KEREN
PPT SEMINAR PROPOSAL KEREN
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Hasil Penelitian - Meningkatkan Kemampuan Kejaksaan Mengembangkan Sistem Peng...
Hasil Penelitian - Meningkatkan Kemampuan Kejaksaan Mengembangkan Sistem Peng...Hasil Penelitian - Meningkatkan Kemampuan Kejaksaan Mengembangkan Sistem Peng...
Hasil Penelitian - Meningkatkan Kemampuan Kejaksaan Mengembangkan Sistem Peng...
 
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
 
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
7 pemeriksaan penyelidikanpenyidikan
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPerkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
 
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
 
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidanaKUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
 
KUHP
KUHPKUHP
KUHP
 

Similar to Peran kejaksaan sebagai dominus litis dalam kekisruhan kpk vs polri versi singkat

tugas HAP SITI NURLELA 6.docx
tugas HAP SITI NURLELA 6.docxtugas HAP SITI NURLELA 6.docx
tugas HAP SITI NURLELA 6.docxSitiNurlela27
 
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidanaPengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidanavirmannsyah
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutanGradeAlfonso
 
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilanDawat Christian
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015ekho109
 
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PPPenegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PPSidiq Rohmadi
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTAndhika Pratama
 
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi DELA ASFARINA
 
Kelompok V_Criminal Procedure_TP Narkotika (2).pptx
Kelompok V_Criminal Procedure_TP Narkotika (2).pptxKelompok V_Criminal Procedure_TP Narkotika (2).pptx
Kelompok V_Criminal Procedure_TP Narkotika (2).pptxMasponcoNugroho
 
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...Shalahuddin Al Ayoubi
 
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jaPedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jamerdekacom
 
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdfbuku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdfMutiaraFadilah1
 
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxdonihasmanto
 

Similar to Peran kejaksaan sebagai dominus litis dalam kekisruhan kpk vs polri versi singkat (20)

tugas HAP SITI NURLELA 6.docx
tugas HAP SITI NURLELA 6.docxtugas HAP SITI NURLELA 6.docx
tugas HAP SITI NURLELA 6.docx
 
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidanaPengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
 
sedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilansedikit tentang praperadilan
sedikit tentang praperadilan
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
 
Makalah praperadilan
Makalah praperadilanMakalah praperadilan
Makalah praperadilan
 
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PPPenegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
Penegakan Hukum Tinjauan Terhadap Tugas dan Fungsi SatPol PP
 
PKN.pptx
PKN.pptxPKN.pptx
PKN.pptx
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
 
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
 
Kelompok V_Criminal Procedure_TP Narkotika (2).pptx
Kelompok V_Criminal Procedure_TP Narkotika (2).pptxKelompok V_Criminal Procedure_TP Narkotika (2).pptx
Kelompok V_Criminal Procedure_TP Narkotika (2).pptx
 
Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...
Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...
Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...
 
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
 
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jaPedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
 
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdfbuku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
buku penerapan ilmu kedokteran forensik.pdf
 
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
 

More from MAPPI FHUI - Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia

More from MAPPI FHUI - Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (20)

Pembaruan Sistem Pembinaan Karir Jaksa
Pembaruan Sistem Pembinaan Karir JaksaPembaruan Sistem Pembinaan Karir Jaksa
Pembaruan Sistem Pembinaan Karir Jaksa
 
Menunggu Perubahan dari Balik Jeruji
Menunggu Perubahan dari Balik JerujiMenunggu Perubahan dari Balik Jeruji
Menunggu Perubahan dari Balik Jeruji
 
Pembaruan Sistem Pengawasan Jaksa
Pembaruan Sistem Pengawasan JaksaPembaruan Sistem Pengawasan Jaksa
Pembaruan Sistem Pengawasan Jaksa
 
Panduan Pemantauan Peradilan
Panduan Pemantauan PeradilanPanduan Pemantauan Peradilan
Panduan Pemantauan Peradilan
 
Penelitian Maladministrasi di Lembaga Pengadilan
Penelitian Maladministrasi di Lembaga PengadilanPenelitian Maladministrasi di Lembaga Pengadilan
Penelitian Maladministrasi di Lembaga Pengadilan
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Tentang Tindak Pidana ...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Tentang Tindak Pidana ...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Tentang Tindak Pidana ...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Tentang Tindak Pidana ...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Tentang Gugatan Harta ...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Tentang Gugatan Harta ...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Tentang Gugatan Harta ...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Tentang Gugatan Harta ...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Mengenai Cerai Talak A...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Mengenai Cerai Talak A...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Mengenai Cerai Talak A...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Mengenai Cerai Talak A...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perkara Perceraian (No. 1679-P...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perkara Perceraian (No. 1679-P...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perkara Perceraian (No. 1679-P...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perkara Perceraian (No. 1679-P...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Gugatan Nona Nani Nura...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Gugatan Nona Nani Nura...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Gugatan Nona Nani Nura...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tingkat Banding Gugatan Nona Nani Nura...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Korupsi Atas PT Bank BNI Tbk (...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Korupsi Atas PT Bank BNI Tbk (...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Korupsi Atas PT Bank BNI Tbk (...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Korupsi Atas PT Bank BNI Tbk (...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perkara Perceraian (No. 203-Pd...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perkara Perceraian (No. 203-Pd...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perkara Perceraian (No. 203-Pd...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perkara Perceraian (No. 203-Pd...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perbuatan Melawan Hukum oleh P...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perbuatan Melawan Hukum oleh P...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perbuatan Melawan Hukum oleh P...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Perbuatan Melawan Hukum oleh P...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Kasus Pembunuhan Berencana di ...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Kasus Pembunuhan Berencana di ...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Kasus Pembunuhan Berencana di ...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Kasus Pembunuhan Berencana di ...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Illegal Loging
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Illegal LogingLaporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Illegal Loging
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Illegal Loging
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Gugatan Sengketa Tata Usaha Ne...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Gugatan Sengketa Tata Usaha Ne...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Gugatan Sengketa Tata Usaha Ne...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Tentang Gugatan Sengketa Tata Usaha Ne...
 
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Mengenai Cerai Gugat Antara Ratih Citr...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Mengenai Cerai Gugat Antara Ratih Citr...Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Mengenai Cerai Gugat Antara Ratih Citr...
Laporan Hasil Penelitian Putusan Hakim Mengenai Cerai Gugat Antara Ratih Citr...
 
Anotasi Putusan No Perkara 73-PID-2007-PT.DKI
Anotasi Putusan No Perkara 73-PID-2007-PT.DKIAnotasi Putusan No Perkara 73-PID-2007-PT.DKI
Anotasi Putusan No Perkara 73-PID-2007-PT.DKI
 
Fiat Justitia ed.2 Juni 2013
Fiat Justitia ed.2 Juni 2013Fiat Justitia ed.2 Juni 2013
Fiat Justitia ed.2 Juni 2013
 
Fiat Justitia ed.1 Maret 2013
Fiat Justitia ed.1 Maret 2013Fiat Justitia ed.1 Maret 2013
Fiat Justitia ed.1 Maret 2013
 

Recently uploaded

Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxBudyHermawan3
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 

Recently uploaded (8)

Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 

Peran kejaksaan sebagai dominus litis dalam kekisruhan kpk vs polri versi singkat

  • 1. PERAN KEJAKSAAN RI SEBAGAI DOMINUS LITIS DALAM KEKISRUHAN KPK VS POLRI Adery Ardhan Saputro S.H. Peneliti MaPPI FHUI Latar Belakang Kisruh yang terjadi pada saat ini antara dua penegak hukum, KPK dan Polri berawal dari penetapan tersangka Komjen Pol. Budi Gunawan, yang notabene merupakan calon Kapolri yang diusung oleh Presiden serta telah direstui Komisi 3 DPR. Selanjutnya beberapa hari kemudian, Polri menetapkan Bambang Widjojanto (Komisioner KPK) sebagai tersangka dalam mengarahkan saksi untuk memberikan keterangan palsu (Pasal 242 jo. Pasal 55 KUHP) di sidang sengketa Pemilu Kepala Daerah Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah tahun 2010. Atas penangkapan Bambang Widjojanto, reaksi keras diberikan oleh aktivis antikorupsi dan masyarakat luas, dengan mendatangi gedung KPK serta memberikan protes keras atas tindakan Kepolisian yang dianggap sewenang-wenang. Bahkan keribuatan ini menganggu stabilitas negara, dengan dibuktikan adanya keterangan dari Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya yang mengatakan bahwa “TNI sudah bersiap untuk mengamankan gedung KPK, apabila Polri datang ke KPK untuk menggeledah”. Akan tetapi, disisi lain Presiden Jokowi tidak melakukan suatu tindakan berarti, karena takut dipandang telah melakukan intervensi atas penegakan hukum. Gesekan antara dua institusi penyidikan merupakan suatu hal yang umum di negara lain. Contohnya, di Amerika Serikat beberapa kali terjadi perebutan kewenangan untuk menyidik suatu kasus narkotika, antara Federal Bureau Investigation (FBI) dengan Drugs Enforcement Administration (DEA). Akan tetapi, gesekan tersebut tidak menimbulkan permasalahan begitu besar, dikarenakan kedua lembaga tersebut secara hierarki berada langsung dibawah Jaksa agung. Sebenanrnya Jaksa Agung mempunyai suatu peranan yang sangat penting dan vital dalam sistem peradilan pidananya. Kejadian “KPK VS Kepolisian” Merupakan suatu hal yang amat mustahil, akan terjadi di Negara Amerika Serikat.
  • 2. Posisi dan Fungsi Kejaksaan dalam KUHAP Apabila kita berkaca di Indonesia, sekalipun Kejaksaan dipandang pemegang dominus litis, tetapi dalam peristiwa ini Kejaksaan belum mengambil peran yang penting sebagai penegah atas keributan ini. Hal ini tergambar dari keterangan Kapuspenkum Kejaksaan RI (Tony Spontana): “Kita hanya berpedoman pada KUHAP, tidak mau terbawa pada polemik. Kejaksaan tengah memproses penerbitan surat perintah penunjukan jaksa peneliti, yang akan ditugaskan untuk mengikuti perkembangan penyidikan.” Apabila kita cermati dari pendapat Kapuspenkum Kejaksaan, maka dapat ditarik beberapa pengertian (i) Kejaksaan hanya dapat memantau serta memberikan petunjuk atas hasil pemeriksaan berkas perkara yang dilakukan oleh Kepolisian, (ii) KUHAP melarang Kejaksaan untuk dapat terlibat secara langsung atas pemeriksaan yang dilakukan oleh Kepolisian, (iii). Hubungan antara kepolisian sebagi penyidik dengan Kejaksaan menurut KUHAP, hanya sebatas koordinasi fungsional. Oleh karenanya, jika hanya berdasarkan pada KUHAP, maka argumen dari Kapuspenkum Kejaksaan bahwa Kejaksaan hanya mempunyai kewenangan sebatas memonitor pemeriksaan Kepolisian serta tidak mempunyai wewenang untuk melakukan supervisi suatu penyidikan perkara sudah dipandang tepat. Hal ini dikarenakan, asas KUHAP yang menganut diferensiasi fungsional merupakan pangkal masalah dari seringnya gesekan antara institusi penyidikan. Sebenarnya apabila mengaitkan dengan kasus BW, maka prinsip diferensiasi fungsional tersebut akan menimbulkan permasalahan yang berarti kedepannya terutama untuk institusi Kejaksaan. Institusi Kejaksaan yang hanya memeriksa berdasarkan berkas perkara semata, tanpa diperkenankan untuk melakukan penyidikan secara langsung dapat memunculkan suatu kendala pada saat melakukan pembuktian dipersidangan. Asumsikan perkara BW sudah dianggap lengkap oleh Kejaksaan (P-21), hal ini didasarkan atas alat-alat bukti yang didapatkan selama penyidikan. Kemudian pada tahap persidangan diketahui bahwa ternyata alat bukti yang didapatkan penyidik tidak didapat sesuai dengan hukum atau bahkan terdapat beberapa keterangan saksi yang diberikan dibawah tekanan oleh penyidik. Hal ini berimplikasi pada pembuktian yang dilakukan oleh pihak kejaksaan menjadi tidak maksimal, dikarenakan berkurangnya alat bukti yang dapat digunakan penuntut umum untuk membuktikan terdakwa bersalah.
  • 3. Dengan demikian, diperlukan suatu keterkaitan yang erat dari penuntut umum terhadap perkara yang didakwakan, tidak sebatas pemeriksaan berkas perkara semata ataupun hanya pemberian petunjuk kepada pihak penyidik. Melainkan, penuntut umum seharusnya dapat melakukan suatu pengusutan secara langsung (opsporing) atau setidaknya dapat melakukan penyidikan lanjutan (nasporing) atas pemeriksaan yang telah dilakukan penyidik. Hal ini bertujuan agar penuntut umum mengetahui bagaimana cara penyidik mendapatkan bukti dalam suatu perkara, sekaligus membuktikkan bahwa benar tersangka merupakan pihak yang dianggap layak untuk dinaikkan ke persidangan. Sebaliknya Posisi dan fungsi kejaksaan sebagai dominus litis sebenarnya sangat tergambar dalam ketentuan HIR. Pada waktu HIR masih berlaku suatu penyidikan merupakan bagian dari tidak terpisahkan dari penuntutan. Kewenangan ini menjadikan Jaksa sebagai penuntut umum merupakan kordinator penyidikan sekaligus dapat melakukan penyidikan sendiri. Dengan demikian, Kejaksaan menempati posisi sebagai instansi kunci (key figure) dalam keseluruhan proses penyelenggaraan hukum pidana sejak awal sampai akhir. Dengan dicabutnya HIR dengan KUHAP, maka kewenangan Kejaksaan untuk melakukan pengusutan (Opsporing) telah dideligitimasi secara tidak langsung oleh KUHAP. Akan tetapi, kewenangan Kejaksaan sebagai dominus litis, tidak hilang begitu saja dengan dicabutnya HIR. Hal ini dikarenakan, berdasarkan Pasal 27 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 5 tahun 1991 , diatur bahwa : “Melengkapai berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikordinasikan dengan penyidik” Dalam pengaturan di atas, dapat ditegaskan bahwa kejaksaan mempunyai suatu wewenang untuk melakukan penyidikan tambahan (nasporing). Kewenagan tersebut yang memberikan penegasan bahwa kejaksaan masih merupakan pengendali suatu perkara, sekalipun ditahap penyidikan. Hal ini juga tercantum pula dalam Pasal 30 ayat (1) hurud d UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, sehingga sebenarnya kejaksaan mempunyai suatu wewenang untuk melakukan pemeriksaan tambahan (nasporing). Oleh karenanya, Kejaksaan mempunyai kewenangan untuk memastikan bahwa penyidikan yang dilakukan oleh penyidik, memang telah dilakukan dengan tepat.
  • 4. Dengan demikian, meskipun dalam KUHAP seolah-olah kejaksaan hanya sebagai koordinasi fungsional atas penyidikan yang dilakukan oleh Polisi. Akan tetapi, jika menggunakan Pasal 30 ayat (1) huruf d UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, sebenarnya Kejaksaan dapat melakukan suatu tindakan tidak sebatas melakukan monitoring atas hasil penyidikan kepolisian atau hanya sekedar memeriksa keterangan saksi berdasarkan berkas semata. Namun, Kejaksaan dapat mengambil peran yang lebih penting dalam proses pemeriksaan kasus BW dengan cara melakukan pemeriksaan tambahan kepada saksi maupun tersangka yang bersangkutan. Terlepas dari kejaksaan yang ternyata dapat melakukan pemeriksaan tambahan, penulis memandang masih terdapat permasalahan dalam sistem peradilan pidana kita. Hal ini tergambar dari dimungkinkannya perseteruan antara institusi penegak hukum dalam menangani penyidikan. Perseteruan tersebut mengindikasi bahwa diferensiasi serta kemandirian masing-masing institusi penegak hukum dalam menangani perkara, merupakan kesalahan secara konseptual. Oleh karenanya, diperlukan adanya suatu perubahan sistem peradilan pidana di Indonesia yang dapat meminalisir adanya gesekan antar setiap institusi pengak hukum. Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Terpadu Perubahan peran dan fungsi Kejaksaan sebenarnya telah diakomodir dengan kehadiran RUU KUHAP. Hal ini terlihat dari pengaturan Pasal 46 ayat (3) dan (4) Pasal 46 ayat (3) Apabila penuntut umum masih menemukan kekurangan dalam perkara berkas perkara, penuntut umum dapat meminta penyidik untuk melakukan penyidikan tambahan dengan memberikan petunjuk langsung atau dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaan dikoordinasikan dengan penyidik. Pasal 46 ayat (4) Dalam pemeriksaan perkara selanjutnya, apabila diperlukan tindakan hukum tertentu untuk memperlancar pelaksanaan sidang di pengadilan atau melaksanakan penetapan hakim, penuntut umum dapat melakukan tindakan hukum sendiri atau meminta bantuan penyidikan untuk melaksanakan. Dari kedua pasal di atas, dapat ditegaskan bahwa penuntut umum merupakan pengendali perkara di tahap penyidikan, meskipun perkara tersebut dilaksanakan oleh institusi yang berbeda. Penulis menambahkan kendati sudah diperluas kewenangan kejaksaan dalam mengkordinasikan penyidikan, tetapi kewenangan tersebut belum
  • 5. dapat membuat posisi Kejaksaan sebagai penengah, apabila terjadi permasalahan ego sektoral antar institusi penegaka hukum dalam menangani perkara. Hal tersebut dapat diberikan suatu solusi dengan mencotoh penerapan sistem peradilan pidana di negara lain, yakni: (i) kordinasi antara Kepolisian dengan Kejaksaan di negara Belanda, yang diatur dalam Wet Bijzondere opsporingsbevoegd- heden (BOB) atau yang dikenal dengan The Special Powers of Investigation act yang berlaku 1 Februari 2000. Dalam hal ini diatur bahwa penuntut umum adalah lembaga yang sesuai untuk memimpin penyidikan tindak pidana, (ii) Merubah hirearki dan posisi Jaksa Agung di Indonesia, layaknya di Amerika Serikat. Dengan memposisikan Jaksa Agung sekaligus Menteri Kehakiman yang merupakan pengendali perkara tertinggi dalam suatu SPP. Semoga dengan terjadinya kasus KPK VS Polri, merupakan momentum untuk perbaikan sistem peradilan pidana di Indonesia. Sekaligus pula sebagai wadah untuk menunjukkan eksistensi dari Kejaksaan RI sebagai dominus litis pengendali perkara. Terakhir, semoga dalam reformasi pembaharuan sistem peradilan pidana serta pelaksanaan sistem peradilan pidana kedepannya hanya didasari oleh persepektif hukum semata, bukan dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau politis.