SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Penuntut Umum,
Pra Penuntutan dan
Penuntutan
Prodi Hati Nurani
Fakultas Keikhlasan
Universitas Kehidupan
Juni 2021
Definisi Jaksa / Penuntut Umum
”Jaksa” berasal dari bahasa Sanksekerta
”Adhyaksa”, memiliki suatu doktrin yang dikenal
dengan nama ”Tri Krama Adhyaksa” yaitu Satya
Adhi dan Wicaksana.
1. SATYA, yaitu Kesetiaan yang bersumber pada
rasa jujur, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
terhadap diri pribadi dan keluarga maupun
kepada sesama manusia.
2. ADHI , yaitu Kesempurnaan dalam bertugas
dan berunsur utama pemilikan rasa tanggung
jawab baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
terhadap keluarga maupun terhadap sesama
manusia.
3. WICAKSANA, yaitu Bijaksana dalam tutur kata
dan tingkah laku khususnya dalam penerapan
kekuasaan dan kewenangannya
Perbedaan Istilah
Pengertian antara Jaksa dan Penuntut Umum
dibedakan, yaitu sebagaimana menurut Pasal 1
angka 6 KUHAP
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang
oleh undang-undang untuk bertindak sebagai
penuntut umum serta melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan
penetapan hakim. (Pasal 13 KUHAP)
Jadi dari dua istilah dan pengertian
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
“Jaksa” adalah menyangkut jabatan,
sedangkan “Penuntut Umum” menyangkut
fungsinya
KEDUDUKAN KEJAKSAAN
Menurut Pasal 2 Undang-undang RI No. 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan, disebutkan:
(1) Kejaksaan Republik Indonesia yang
selanjutnya dalam Undang-Undang ini
disebut kejaksaan adalah lembaga
pemerintah yang melaksanakan kekuasaan
negara di bidang penuntutan serta
kewenangan lain berdasarkan undang-
undang.
(2 ) Kekuasaan negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan secara Merdeka
(3) Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah Satu dan tidak Terpisahkan
Kedudukan kejaksaan menurut Pasal 4 Undang-
undang RI No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan,
yaitu:
(1) Kejaksaan Agung berkedudukan di ibukota
negara Republik Indonesia dan daerah hukumnya
meliputi wilayah kekuasaan negara Republik
Indonesia.
(2) Kejaksaan Tinggi berkedudukan di ibukota
provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah
provinsi.
(3) Kejaksaan Negeri berkedudukan di ibukota
kabupaten/ kota yang daerah hukumnya meliputi
daerah kabupaten/kota.
Tugas dan Wewenang Kejaksaaan
• Menerima dan memeriksa berkas perkara
penyidikan dari penyidik dan penyidik
pembantu
• Mengadakan “pratuntutan” apabila ada
kekurangan pada penyidik dengan
memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat 3
dan 4 dengan memberikan petunjuk dalam
penyempurnaan penyidikan
• Memberikan perpanjangan penahanan,
melakukan penahanan atau penahanan
lanjutan dan atau mengubah status
tahanan setalah perkaranya dilimpahkan
oleh penyidik.
• Membuat surat dakwaan
• Melimpahkan perkara ke pengadilan
• Menyampaikan Pemberitahuan kepada
terdakwa tentang hari dan waktu perkara
disidangkan dengan disertai surat panggilan
baik kepada terdakwa maupun saksi- saksi,
untuk datang pada persidangan yang
ditentukan.
• Melakukan penuntutan
• Menutup perkara demi hukum
• Mengadakan tindakan lain dalam
lingkup tugas dan tanggung
jawab dalam lingkup PN sebagai
penuntut umum menurut
ketentuan undang-undang ini
• Melakukan penetapan hukum
Wewenang Jaksa Agung
Adapun wewenang Jaksa Agung dalam Pasal 35
Undang-undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan, sebagai berikut:
a. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan
penegak hukum dan keadilan dalam ruang
lingkup tugas dan wewenang kejaksaan;
b. Mengefektifkan proses penegakan hukum
yang diberikan oleh undang-undang
b. Mengesampingkan perkara demi kepentingan
umum
c. Mengajukan kasasi dem kepentingan hukum
kepada Mahkamah Agung dalam perkara
pidana, perdata, dan tata usaha negara;
d. Dapat mengajukan pertimbangan teknis
hukum kepada Mahkamah Agung dalam
pemeriksaan kasasi perkara pidana;
e. Mencegah atau menangkal orang
tertentu masuk atau keluar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
karena keterlibatannya dalam perkara
pidana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
PRA PENUNTUTAN
Istilah prapenuntutan disebutkan di dalam Pasal
14 huruf b KUHAP, yaitu :
”Mengadakan prapenuntutan apabila ada
kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3)
dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam
rangka penyempurnaan penyidikan dari
penyidik”
Istilah Prapenuntutan di dalam HIR adalah termasuk penyidikan lanjutan.
Pasal 110 KUHAP, berbunyi:
(1) Dalam hal penyidik telah selesai melakukan
penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan
berkas perkara itu kepada penuntut umum.
(2) Dalam hal penuntut umum berpendapat
bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih
kurang lengkap, penuntut umum segera
mengembalikan berkas perkara itu kepada
penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi.
(3) Dalam hal penuntut umum mengembalikan
hasil penyidikan untuk dilengkapi, Penyidik
wajib segera melakukan penyidikan tambahan
sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum.
(4) Penyidikan dianggap telah selesai apabila
dalam waktu empat belas hari penuntut umum
tidak mengembalikan hasil penyidikan atau
apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir
telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari
penuntut umum kepada penyidik.
Pengertian Pra-Penuntutan
Tindakan Jaksa untuk memantau
perkembangan penyidikan setelah menerima
pemberitahuan dimulainya proses penyidikan
dari penyidik, mempelajari atau meneliti
kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan
yang diterima dari penyidik serta memberikan
petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk
dapat menentukan, apakah berkas perkara
tersebut dapat dilimpahkan atau ke tahap
penuntutan.
Pasal 138 KUHAP menyebutkan: penuntut
umum setelah menerima hasil penyidikan,
segera mempelajari dan meneliti dan dalam
waktu 7 hari wajib memberitahu kepada
penyidik apakah hasil penyidikan sudah lengkap
atau belum.
Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap,
penuntut umum disertai petunjuk tentang hal
yang harus dilengkapi dan dalam waktu 14 hari
sejak penerimaan berkas, penyidik sudah harus
mengembalikan berkas itu kepada penuntut
umum
PENUNTUTAN
Pasal 1 angka 7 KUHAP, bahwa
”Penuntutan adalah tindakan penuntut
umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke pengadilan negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini
dengan permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang Pengadilan”.
Pasal 137 KUHAP, bahwa ”Penuntut
umum berwenang melakukan
penuntutan terhadap siapapun yang
didakwa melakukan suatu tindak
pidana dalam daerah hukumnya
dengan melimpahkan perkara ke
pengadilan yang berwenang
mengadili”.
Berkas Penyidikan tidak sempurna
a. Dalam hal Penuntut Umum memutuskan untuk
menghentikan penuntutan karena tidak terdapat
cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan
merupakan tindak pidana atau perkara ditutup
demi hukum, penuntut umum menuangkan hal
tersebut dalam Surat Ketetapan.
b. Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada
tersangka dan bila ia ditahan, wajib segera
dibebaskan.
c. Turunan surat ketetapan itu wajib
disampaikan kepada tersangka atau
keluarga atau penasihat hukum, pejabat
rumah tahanan negara, penyidik dan
hakim.
d. Apabila kemudian ternyata ada alasan
baru, penuntut umum dapat melakukan
penuntutan terhadap tersangka
Yang dimaksud dengan "secara
merdeka" dalam ketentuan ini
adalah dalam melaksanakan fungsi,
tugas, dan wewenangnya terlepas
dari pengaruh kekuasaan pemerintah
dan pengaruh kekuasaan lainnya
Yang dimaksud dengan "kejaksaan adalah satu
dan tidak terpisahkan" adalah satu landasan
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya
di bidang penuntutan yang bertujuan
memelihara kesatuan kebijakan di bidang
penuntutan sehingga dapat menampilkan ciri
khas yang menyatu dalam tata pikir, tata laku,
dan tata kerja kejaksaan.
Oleh karena itu kegiatan penuntutan di
pengadilan oleh kejaksaan tidak akan berhenti
hanya karena jaksa yang semula bertugas
berhalangan. Dalam hal demikian tugas
penuntutan oleh kejaksaan akan tetap
berlangsung sekalipun untuk itu dilakukan
oleh jaksa lainnya sebagai pengganti.
(1). Dibidang pidana, kejaksaan mempunyai
tugas dan wewenang:
a. Melakukan penuntutan2;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap
c. Melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusan lepas
bersyarat
d. Melakukan penyelidikan terhadap tindak
pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan
untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan
yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan penyidik.
(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara,
kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk
dan atas nama negara atau pemerintah.
(3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman
umum, kejaksaan turut meyelenggarakan
kegiatan:
a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. Pengawasan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan kepercayaan yang dapat
membahayakan masyarakat dan negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau
penodaan agama;
f. Penelitian dan pengembangan hukum serta
statik kriminal.
Wewenang Jaksa sebagai Penuntut
Umum
Adapun wewenang penuntut umum diatur pada
pasal 14 KUHAP, adalah sebagai berikut :
a. menerima dan memeriksa berkas perkara
penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu;
b. mengadakan prapenuntutan apabila ada
kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat
(3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam
rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
c. membuat surat dakwaan;
d. melimpahkan perkara ke pengadilan;
e. menyampaikan pemberitahuan kepada
terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu
perkara disidangkan yang disertai surat
panggilan, baik kepada terdakwa maupun
kepada saksi, untuk datang pada sidang yang
telah ditentukan;
f. Melakukan penuntutan;
g.Menutup perkara demi kepentingan hukum
h.Mengadakan tindakan lain dalam lingkup
tugas dan tanggung jawab sebagai
penuntut umum menurut ketentuan
undang-undang ini;
i. Melaksanakan penetapan hakim.
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan

More Related Content

What's hot

Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Rudi Sudirdja
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Laporan Akhir Magang Fakultas Hukum
 Laporan Akhir Magang Fakultas Hukum Laporan Akhir Magang Fakultas Hukum
Laporan Akhir Magang Fakultas HukumTotok Priyo Husodo
 
Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Ranielsaref
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumAnto Neo Madani
 
Perbandingan sistem peradilan pidana indonesia dengan inggris
Perbandingan sistem peradilan pidana indonesia dengan inggrisPerbandingan sistem peradilan pidana indonesia dengan inggris
Perbandingan sistem peradilan pidana indonesia dengan inggrisYaqub Wiranata
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negaraaishkhuw fillah
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaRizqy Putra
 
Hukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaHukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaRatri nia
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusussesukakita
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTAndhika Pratama
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanayudikrismen1
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaAndrie Irawan
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 

What's hot (20)

putusan hakim
putusan hakimputusan hakim
putusan hakim
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
 
Laporan Akhir Magang Fakultas Hukum
 Laporan Akhir Magang Fakultas Hukum Laporan Akhir Magang Fakultas Hukum
Laporan Akhir Magang Fakultas Hukum
 
Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Rani
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
Perbandingan sistem peradilan pidana indonesia dengan inggris
Perbandingan sistem peradilan pidana indonesia dengan inggrisPerbandingan sistem peradilan pidana indonesia dengan inggris
Perbandingan sistem peradilan pidana indonesia dengan inggris
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-Menyewa
 
Hukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaHukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di Indonesia
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Ptun
PtunPtun
Ptun
 
Asas hukum adat
Asas hukum adatAsas hukum adat
Asas hukum adat
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
 
Hukum dagang
Hukum dagangHukum dagang
Hukum dagang
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 

Similar to 9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan

Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.pptSneekPeak
 
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptxPPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptxVinaCahyaningSetya
 
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);GradeAlfonso
 
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020CIkumparan
 
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jaPedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jamerdekacom
 
Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004Awank Kurniawan
 
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidanaPengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidanavirmannsyah
 
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesiaUu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesiaIndonesia Anti Corruption Forum
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaBagus Edi Prayogo
 
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidanaKUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidanaBobby D'Arch
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptxDirgaGunk
 
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataMakmurZakaria
 

Similar to 9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan (20)

Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
 
Materi 5.ppt
Materi 5.pptMateri 5.ppt
Materi 5.ppt
 
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptxPPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
PPKN PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA.pptx
 
Uu 05 1991
Uu 05 1991Uu 05 1991
Uu 05 1991
 
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
 
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
PEDOMAN NO. 7 TAHUN 2020
 
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin jaPedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
Pedoman 7.2020 ttg pemberian izin ja
 
Uu 16 2004
Uu 16 2004Uu 16 2004
Uu 16 2004
 
Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004
 
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidanaPengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
Pengaturan kewenangan kejaksaan dalam penuntutan perkara pidana
 
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesiaUu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
Uu nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan republik indonesia
 
Tugas hukum pidana
Tugas  hukum pidanaTugas  hukum pidana
Tugas hukum pidana
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
 
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidanaKUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
KUH acara Pidana uu no 8 thn 1981 hukum acara pidana
 
KUHAP.ppt
KUHAP.pptKUHAP.ppt
KUHAP.ppt
 
Surat dakwaan
Surat dakwaanSurat dakwaan
Surat dakwaan
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptx
 
HUKUM ACARA PIDANA.ppt
HUKUM ACARA PIDANA.pptHUKUM ACARA PIDANA.ppt
HUKUM ACARA PIDANA.ppt
 
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
 

More from GradeAlfonso

13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hapGradeAlfonso
 
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilanGradeAlfonso
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikanGradeAlfonso
 
4 ilmu bantu hapid
4  ilmu bantu hapid4  ilmu bantu hapid
4 ilmu bantu hapidGradeAlfonso
 
2 awal proses hukum acara pidana
2  awal proses hukum acara pidana2  awal proses hukum acara pidana
2 awal proses hukum acara pidanaGradeAlfonso
 
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidanaGradeAlfonso
 
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan genderGradeAlfonso
 

More from GradeAlfonso (9)

13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap
 
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
 
10 surat dakwaan
10 surat dakwaan10 surat dakwaan
10 surat dakwaan
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
 
4 ilmu bantu hapid
4  ilmu bantu hapid4  ilmu bantu hapid
4 ilmu bantu hapid
 
2 awal proses hukum acara pidana
2  awal proses hukum acara pidana2  awal proses hukum acara pidana
2 awal proses hukum acara pidana
 
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana1  pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
1 pengertian, tujuan dan prinsip hukum acara pidana
 
Qaidah Fiqhiyyah
Qaidah FiqhiyyahQaidah Fiqhiyyah
Qaidah Fiqhiyyah
 
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender5. Kesetaraan dan Keadilan gender
5. Kesetaraan dan Keadilan gender
 

Recently uploaded

MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxadesofyanelabqory
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 

Recently uploaded (12)

MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 

9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan

  • 1. Penuntut Umum, Pra Penuntutan dan Penuntutan Prodi Hati Nurani Fakultas Keikhlasan Universitas Kehidupan Juni 2021
  • 2. Definisi Jaksa / Penuntut Umum ”Jaksa” berasal dari bahasa Sanksekerta ”Adhyaksa”, memiliki suatu doktrin yang dikenal dengan nama ”Tri Krama Adhyaksa” yaitu Satya Adhi dan Wicaksana. 1. SATYA, yaitu Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun kepada sesama manusia.
  • 3. 2. ADHI , yaitu Kesempurnaan dalam bertugas dan berunsur utama pemilikan rasa tanggung jawab baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap keluarga maupun terhadap sesama manusia. 3. WICAKSANA, yaitu Bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku khususnya dalam penerapan kekuasaan dan kewenangannya
  • 4. Perbedaan Istilah Pengertian antara Jaksa dan Penuntut Umum dibedakan, yaitu sebagaimana menurut Pasal 1 angka 6 KUHAP a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
  • 5. Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. (Pasal 13 KUHAP) Jadi dari dua istilah dan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa “Jaksa” adalah menyangkut jabatan, sedangkan “Penuntut Umum” menyangkut fungsinya
  • 6. KEDUDUKAN KEJAKSAAN Menurut Pasal 2 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, disebutkan: (1) Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Undang-Undang ini disebut kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang- undang.
  • 7. (2 ) Kekuasaan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara Merdeka (3) Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Satu dan tidak Terpisahkan
  • 8. Kedudukan kejaksaan menurut Pasal 4 Undang- undang RI No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, yaitu: (1) Kejaksaan Agung berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia. (2) Kejaksaan Tinggi berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi. (3) Kejaksaan Negeri berkedudukan di ibukota kabupaten/ kota yang daerah hukumnya meliputi daerah kabupaten/kota.
  • 9. Tugas dan Wewenang Kejaksaaan • Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik dan penyidik pembantu • Mengadakan “pratuntutan” apabila ada kekurangan pada penyidik dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat 3 dan 4 dengan memberikan petunjuk dalam penyempurnaan penyidikan
  • 10. • Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setalah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik. • Membuat surat dakwaan • Melimpahkan perkara ke pengadilan
  • 11. • Menyampaikan Pemberitahuan kepada terdakwa tentang hari dan waktu perkara disidangkan dengan disertai surat panggilan baik kepada terdakwa maupun saksi- saksi, untuk datang pada persidangan yang ditentukan. • Melakukan penuntutan • Menutup perkara demi hukum
  • 12. • Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab dalam lingkup PN sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini • Melakukan penetapan hukum
  • 13. Wewenang Jaksa Agung Adapun wewenang Jaksa Agung dalam Pasal 35 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, sebagai berikut: a. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegak hukum dan keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan; b. Mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh undang-undang
  • 14. b. Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum c. Mengajukan kasasi dem kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara; d. Dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana;
  • 15. e. Mencegah atau menangkal orang tertentu masuk atau keluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan
  • 16. PRA PENUNTUTAN Istilah prapenuntutan disebutkan di dalam Pasal 14 huruf b KUHAP, yaitu : ”Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik” Istilah Prapenuntutan di dalam HIR adalah termasuk penyidikan lanjutan.
  • 17. Pasal 110 KUHAP, berbunyi: (1) Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara itu kepada penuntut umum. (2) Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi.
  • 18. (3) Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, Penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum. (4) Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu empat belas hari penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum kepada penyidik.
  • 19. Pengertian Pra-Penuntutan Tindakan Jaksa untuk memantau perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitahuan dimulainya proses penyidikan dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan, apakah berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan atau ke tahap penuntutan.
  • 20. Pasal 138 KUHAP menyebutkan: penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan, segera mempelajari dan meneliti dan dalam waktu 7 hari wajib memberitahu kepada penyidik apakah hasil penyidikan sudah lengkap atau belum. Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, penuntut umum disertai petunjuk tentang hal yang harus dilengkapi dan dalam waktu 14 hari sejak penerimaan berkas, penyidik sudah harus mengembalikan berkas itu kepada penuntut umum
  • 21. PENUNTUTAN Pasal 1 angka 7 KUHAP, bahwa ”Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang Pengadilan”.
  • 22. Pasal 137 KUHAP, bahwa ”Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang mengadili”.
  • 23. Berkas Penyidikan tidak sempurna a. Dalam hal Penuntut Umum memutuskan untuk menghentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara ditutup demi hukum, penuntut umum menuangkan hal tersebut dalam Surat Ketetapan. b. Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada tersangka dan bila ia ditahan, wajib segera dibebaskan.
  • 24. c. Turunan surat ketetapan itu wajib disampaikan kepada tersangka atau keluarga atau penasihat hukum, pejabat rumah tahanan negara, penyidik dan hakim. d. Apabila kemudian ternyata ada alasan baru, penuntut umum dapat melakukan penuntutan terhadap tersangka
  • 25. Yang dimaksud dengan "secara merdeka" dalam ketentuan ini adalah dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya
  • 26. Yang dimaksud dengan "kejaksaan adalah satu dan tidak terpisahkan" adalah satu landasan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya di bidang penuntutan yang bertujuan memelihara kesatuan kebijakan di bidang penuntutan sehingga dapat menampilkan ciri khas yang menyatu dalam tata pikir, tata laku, dan tata kerja kejaksaan.
  • 27. Oleh karena itu kegiatan penuntutan di pengadilan oleh kejaksaan tidak akan berhenti hanya karena jaksa yang semula bertugas berhalangan. Dalam hal demikian tugas penuntutan oleh kejaksaan akan tetap berlangsung sekalipun untuk itu dilakukan oleh jaksa lainnya sebagai pengganti.
  • 28. (1). Dibidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang: a. Melakukan penuntutan2; b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
  • 29. c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat d. Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang; e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
  • 30. (2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah. (3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut meyelenggarakan kegiatan: a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat; b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
  • 31. c. Pengawasan peredaran barang cetakan; d. Pengawasan kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara; e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama; f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statik kriminal.
  • 32. Wewenang Jaksa sebagai Penuntut Umum Adapun wewenang penuntut umum diatur pada pasal 14 KUHAP, adalah sebagai berikut : a. menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu; b. mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
  • 33. c. membuat surat dakwaan; d. melimpahkan perkara ke pengadilan; e. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;
  • 34. f. Melakukan penuntutan; g.Menutup perkara demi kepentingan hukum h.Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini; i. Melaksanakan penetapan hakim.