Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
OPTIMASI PSN
1. RAPAT KOORDINASITEKNIS
BIDANG PERHUBUNGAN SE PROVINSI SULAWESIBARAT
TAHUN2017
disampaikan dalam acara
OLEH
Inspektur Jenderal KementerianPerhubungan
Dr.WahjuSatrioUtomo
Mamuju, 26 - 27 Juli 2017
2. 2
AKUNTABILITAS
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PERMASALAHAN INTEGRASI PERENCANAAN
TRANSPORTASI PADA TATANAN TINGKAT NASIONAL,
PROPINSI, KABUPATEN/KOTA
KEBIJAKAN DAN TARGET PEMBANGUNAN
SEKTOR TRANSPORTASI TAHUN 2015-2019
PERENCANAAN PENDANAAN DAN PENINGKATAN
INVESTASI PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
PERHUBUNGAN
6. 6
Money
Follow
Program
Alokasi anggaran harus
digunakan untuk
program pembangunan
yang bermanfaat bagi
masyarakat, misalnya
infrastruktur,
pengentasan
kemiskinan, pendidikan,
dan kesehatan.
(pemerintahan
berorientasi hasil)
e-Government
Dalam sistem
pemerintahan
elektronik, rakyat bisa
mengakses dokumen-
dokumen pemerintah
dan semua hal dapat
dilihat secara
transparan, termasuk
soal anggaran publik.
Stop
Pemborosan
Anggaran
Seberapapun
anggaran yang
diberikan kepada
K/L/Pemda pasti
habis, tetapi tujuan
(hasil) tidak tercapai.
Fokus Kinerja,
bukan SPJ
ASN jangan terlalu
banyak menghabiskan
waktu dan tenaga
hanya untuk mengurusi
SPJ.
Menghemat jumlah
anggaran yang
dibelanjakan dari kegiatan-
kegiatan yang tidak
penting.
Anggaran digunakan hanya
untuk membiayai
program/kegiatan prioritas
yang mendukung
pencapaian tujuan
pembangunan.
Anggaran yang digunakan
menghasilkan manfaat
besar untuk masyarakat.
EFISIENSI
7. o Proyek Strategis Nasional
(PSN) Harus Selesai
(okezone finance 11 April 2017)
o Proyek Strategis Nasional
Harus Diawasi
( Kompas 3 Mei 2017)
o Baru 9 Persen Proyek Strategis
Nasional yang Selesai
(Kumparan 3 Mei 2017)
o Proyek Strategis Nasional
Harus Memajukan Ekonomi
(metronews 3 Mei 2017)
o Ada 245 Proyek Strategis,
Bisakah Rampung di 2019
(detik finance 26 Juni 2017)
‘Kemenhub 49 PSN’ 7
8. Kecendrungan
penggunaan anggaran kita
bukan berdasarkan
KEBUTUHAN/KEPATUTAN
tapi Karena sudah
dianggarkan dalam
DIPA/POK dan sepanjang
tidak melanggar aturan
Ruang Fiskal Terbatas
Mandatory & Non Discretionary
Kualitas Belanja
Pembiayaan Anggaran
o Mengendalikan mandatory spending
o Efisiensi Belanja non discretionary
(a.l. Operasional & perkantoran)
o Berbasis program, outcome & output
o Basis data lebih baik
o Mempertimbangkan efisiensi biaya keuangan
domestic
o Mendorong target pembangunan infrastruktur
o Menggali potensi perpajakan
o Mengendalikan cost recovery
o Optimalisasi PNBP SDA Nonmigas dan K/L
AMANAHPROFESIONAL INTEGRITAS 8
10. 10
RENCANA
STRATEGIS
SAKIP
MEMASTIKAN SASARAN K/L SESUAI
DENGAN SASARAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
PERJANJIAN
KINERJA
MEMASTIKAN UPAYA PENCAPAIAN
TARGET-TARGET DIPERJANJIKAN
KEPADA PEJABAT YANG BERKOMPETEN
PENGUKURAN
KINERJA
MEMASTIKAN KEMAJUAN
PENCAPAIAN TARGET DIUKUR DENGAN
TEPAT
PENGELOLAAN
DATA KINERJA
MEMASTIKAN DATA KINERJA DIKELOLA
DENGAN BAIK UNTUK MENGETAHUI
PENCAPAIAN DARI TAHUN KE TAHUN
PELAPORAN
KINERJA
MEMASTIKAN PENCAPAIAN KINERJA DILAPORKAN
KEPADA PEMBERI AMANAH SECARA JUJUR
REVIU DAN
EVALUASI KINERJA
MEMASTIKAN PENCAPAIAN
KINERJA TELAH DIREVIU DAN
DIEVALUASI
MEMASTIKAN TERDAPAT
PERBAIKAN BERKELANJUTAN
UNTUK PENINGKATAN KINERJA
MEMASTIKAN SASARAN/
PRIORITAS PEMBANGUNAN
MENJADI FOKUS
K/L/PEMDA
MEMASTIKAN ANGGARAN
DIALOKASIKAN UNTUK
SASARAN/PRIORITAS
PEMBANGUNAN (MONEY
FOLLOW PROGRAM)
11. 11
Belanja publik perlu
ditekan, karena
keterbatasan
sumber daya.
Publik menuntut
peningkatan kualitas
pelayanan.
LATAR BELAKANG
Budget Reform:
Dari sekadar alokasi tahunan yang
didistribusikan antarinstansi dan
dilaporkan realisasinya kepada
Legislatif
Menjadi anggaran yang sinkron
dengan perencanaan, operasional,
dan pengukuran kinerja (Super
Budgeting)
Budget
Savings
INTEGRASI PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN MANAJEMEN KINERJA
12. 12
3
Menentukan proses
bisnis yang
seharusnya
dilakukan
dalam rangka
mencapai outcome
Proses A
Indikator Target
Proses B
Indikator Target
Proses C
Indikator Target
Proses
Bisnis
2
Jabarkan ke outcome
terinci yang mendukung
terciptanya outcome
tingkat instansi
1
pastikan sasaran
strategis
berorientasi hasil,
dan jelas ukurannya
14. 14
awal
PERENCANAAN
• Laporan survey
• Studi kelayakan
• Program dan bugdet
• TOR (Term Of Reference)
• Master plan
DESIGN
• Pra-Desain
• Pengembangan/Detail Desain
FINAL DESIGN & CONSTRUCTION DOCUMEN
• Gambar-gambar detail, untuk seluruh bagian
pekerjaan
• Detail spesifikasi
• Bill of quantity (daftar volume)
• Estimasi biaya konstruksi (secara terperinci)
proses akhir
PROSES LELANG
• HPS
• RKS
• Daftar penyedia lulus Administrasi,
Pra/Kualifikasi
• Daftar penawaran yang masuk
• Dokumen2 evaluasi lelang
DOKUMEN KONTRAK
• Administrasi, Kualifikasi dan Teknis
• Metode Pemilihan
• Jaminan2 terkait pekerjaan
• Sumber data penetapan HPS
• Dokumen2 berita acara
• SPPBJ
MONITORING PEKERJAAN
• Data konsultan pengawas
• Time line pembangunan
• Pengukuran ulang pekerjaan
LAPORAN PEKERJAAN
• Awal
• Mingguan
• Bulanan
• Kurva S
• Opname (kuantitatif & kualitatif)
PROSEDUR PENAGIHAN PRESTASI
PEKERJAAN
• Foto Proyek
• Gambar Kerja
• As Bulit Drawing
• Spesifikasi
• Sertifikasi Acuan
• Uji Laboratorium
• Uji Lapangan
• Dokumen Perubahan (CCO/Addendum)
• Dokumen Mutu Kontrak
• Dokumen-dokumen lain yang terkait
JADWAL / PROSES SERAH TERIMA
JADWAL / PROSES KEMANFAATAN
15. 15
TIDAK TERDAPAT STUDI
KELAYAKAN
Aspek Perencanaan
Aspek Perancangan
Aspek Ekonomi
Aspek Lingkungan
TIDAK TERDAPAT FINAL DESIGN
Tata letak
Rancangan
Metode Kontruksi
Taksiran Biaya
BELUM TERDAPAT PERIJINAN
Rekomendasi PEMDA berlarut2
Penetapan Lokasi
Adanya aktivitas persiapan
proses akhir
PROSES LELANG TIDAK SESUAI
Syarat teknis dan syarat kualifikasi
Metode penentuan pemenang
Waktu pemasukan & penutupan dokumen
Jadwal masa sanggah
Administrasi, Kualifikasi dan Teknis
Metode Pemilihan
Jaminan2 terkait pekerjaan
Sumber data penetapan HPS
PELAKSANAAN PEKERJAAN TIDAK SESUAI
Volume ≠ Spesifikasi Teknis
Konsultan pengawas tidak di lokasi
Kerterlambatan pekerjaan
BELUM TERDAPAT PERIJINAN
Ijin Pembangunan
Adanya aktivitas pembagunan
o LAPORAN PEKERJAAN TIDAK LENGKAP
o PROSEDUR PEMBAYARAN TERMIN
PERKERJAAN TIDAK SESUAI
o PANITIA/PEJABAT PENERIMA HASIL
PEKERJAAN TIDAK MENELITI HASIL
PEKERJAAN
o TIDAK SEGERA DILAKUKAN BERITA ACARA
SERAH TERIMA OPERASIONAL (BASTO)
o BELUM TERDAPAT PERIJINAN
Ijin Operasional
Adanya Aktifitas operasional yang
berdampak pada keselamatan dan
penerimaan PNBP
awal
16. Pemenuhan
persyaratan
Perencanaan
pekerjaan konstruksi
Pengadaan
bahan-bahan
Pengendalian
pembangunan
Pekerjaan
fisik
Administrasi,
keuangan dan
umum
Manfaat yang ditimbulkan
o Teknis
o 3K
o Perlindungan sosial tenaga
kerja
o Tata lingkungan setempat
Dokumen2
perencanaan
o acuan desain yang
digunakan
o standar keteknikan
terkait
pemenuhan ketaatan,
kelengkapan, kebenaran,
dan efisiensi, ekonomi
kebenaran pelaksanaan
pengendalian atas instrumen
pengendalian dan aplikasinya
o tertib administrasi keuangan
o penyesuaian harga kontrak
o kebenaran pengenaan pajak
o terhadap denda (bila ada)
o Pemeriksaan terhadap kompensasi
o aspek teknis
o aspek ekonomis
o aspek sosial
16
17. 2015
17
744,25 miliar dari
total anggaran 13,29 triliun
5,6
%
1,25 triliun dari
total anggaran 20,18 triliun
2016 6,2
%
2017Jan sd Jun
11,6% 8,7
%
6,1
%
8,7
%
13,3
% 8,9
%
Pengehematan (%) Nilai Pagu Direviu
Keterangan :
1,99 triliun dari
total anggaran 17,16 triliun
Penunjang
Ditjen Hubla
Ditjen Hubud
Ditjen KA
Ditjen Hubdat
754 milliar 2,01 triliun 11,7 triliun352 millia2,23 triliun
Rp126milliar
18. • 34.805 temuan
• Rp1,3 triliun
• $118,6 juta
• 1.398 temuan
• Rp660 miliar
• $414 ribu
• 122 temuan
• Rp3.8 miliar
• -
• 58 temuan
• Rp476 miliar
• $6,5 juta
TUNTAS
PROSES
BTL
TDTL
Sampai dengan tahun 2016
Total temuan 36.383
0.09%
16.01%
70.34%
13.56%
• 40 temuan
• Rp1,01 miliar
• 73 temuan
• Rp1.15 miliar
• 347 temuan
• Rp21.68 miliar
• 0
• 0
TUNTAS
PROSES
BTL
TDTL
tahun 2017
Total temuan 460
75.43%
15.87%
8.7%
0%
18AMANAHPROFESIONAL INTEGRITAS
posisi JULI 2017
19. 768 81% 18% 0% 0.2%
Rekomendasi
total temuan : 367
Rekomendasi : 768
Total nilai rekomendasi : Rp492.51 milliar
SESUAI/TUNTAS
Rekomendasi : 622
Nilai rekomendasi : Rp433.19 milliar
BTL
Rekomendasi : 0
Nilai rekomendasi : 0
BELUM sesuai/proses
Rekomendasi : 144
Nilai rekomendasi : Rp37.66 milliar
TDTL
Rekomendasi : 2
Nilai rekomendasi : Rp21.72 milliar
Tingkat PenyelesaianPersentase penyelesaian LHP BPK-RI
19AMANAHPROFESIONAL INTEGRITAS
posisi sd semester II 2016
(Incrach Tahun 2006)
20. Catatanberulang dalam reviu hps/rka
kelengkapan DOKUMEN
ALOKASI ANGGARAN
RINCIAN HARGA
perjaldin
Honortim yang rasional
Jumlah petugas dan hari # kebutuhan
Jumlah hari ST # jumlah kerja efektif
Monev sedapat mungkin menggunakan IT
Biaya pemeliharaan
Indeks Aset dan Pegawai # kebutuhan
Kapiltalisasi dan akun
Pekerjaan rutin
Keanggotaan yang berlebih
Bukan kegiatan prioritas
Dokumen pembanding
Analisa harga satuan
Kewajaran biaya personil langsung
Rincian pekerjaan fisik
Output perkerjaan supervisi
Dokumen-dokumen perencanaan
Dokumen-dokumen persetujuan teknis
Legalitas TOR & RAB
Sumber data penetapan harga 20
21. • Pencatatan Aset
• Pengelolaan Aset
• Pengamanan Aset
• Pengelolaan PNBP
• Piutang PNBP
• Kelebihan Perhitungan / Pembayaran
• Keterlambatan Pekerjaan
• Pekerjaan tidak sesuai Speksifikasi Teknis
• volume pekerjaan # fisik konstruksi
• Biaya langsung Personil/Non Personil Konsultan
1
2
3
4
5
21
• Fasilitas keselamatan jalan tidak ada
• Sarana bantu navigasi kurang andal/memadai
• KKOP, Obstacle
6
• Petugas tidak kompeten
• Kekurangan SDM
• Dokumen perencanaan tidak lengkap
• Kendala Lahan
22. Watchdog
konsultan
katalis
penjamin mutu
AMANAHPROFESIONAL INTEGRITAS
PERAN WATCHDOG KONSULTAN, KATALISDAN
PENJAMINMUTU
assurance
detektif
kaku
penyimpangan
terbatas
compliance
jumlah temuan
pelengkap
• AKTIVITAS
• PENDEKATAN
• SIKAP
• FOKUS
• KOMUNIKASI
• FOKUS AUDIT
• UKURAN SUKSES
• ORGANISASI
Konsulting
Prefentif
Aktif
Konstruktif
Reguler
Berbasis risiko
Rekomendasi
Pemberi nilai tambah
22
23. Tugas Pokok
Pelaksanaan Audit, Reviu, Evaluasi dan
Monitoring
Peningkatan tata laksana dan akuntabilitas
pengawasan intern serta penguatan sektor
pengawasan intern
Meningkatkan koordinasi sektor pengawasan intra
kementerian, ekternal pengawas serta aparat
penegak hukum
Tugas Pokok
Tugas Tambahan
MEMBENTUK FORUM KOORDINASI
Meningkatkan peran konsultan,
katalis dan penjamin mutu
Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan
AMANAHPROFESIONAL INTEGRITAS 23
24. 24
Pengiriman & Tindak Lanjut LHA
o Laporan Hasil Audit (LHA)
dengan SPL paling lama
dikirim kepada auditi
14 hari setelah masa periode
audit berakhir
o Paling lama 60 hari setelah
SPL diterima, LHA wajib
ditindaklanjuti oleh oleh auditi
maupun atasan langsungnya
60 hari, apabila Auditi tidak dapat
menindaklanjuti hasil audit semenjak SPL dan
LHA diterima
SURAT PERINGATAN
peringatan Pertama
1 bulan setelah surat peringatan pertama tindak
lanjut belum dilakukan auditi
peringatan Kedua
1 bulan setelah surat peringatan kedua terbit
tindak lanjut tidak dilakukan, Inspektur Jenderal
membuat surat usulan kepada Menteri untuk
memberikan sanksi* kepada Pejabat Eselon I
dan/ atau Auditi
peringatan Ketiga
Notes*
1. Administratif (hukuman disiplin)
2. Tuntutan atau gugatan perdata
3. Tindakan pidana
• Umum : Kepolisian
• Khusus : Kepolisian/Kejaksaan/KPK (hasil audit investigatif)
27. 27
- PANCASILA
- UUD 1945
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
RENCANA UMUM PENGEMBANGAN
PERHUBUNGAN (RUPP)
VISI,MISI
PRESIDEN
TERPILIH
RPJP NASIONAL
RPJM NASIONAL
TATANAN MAKRO STRATEGIS PERHUBUNGAN (TMSP)
TATRANAS
TATRALOK
SISTRANAS
RENCANA TEKNIS PENGEMBANGAN
PERHUBUNGAN (RTPP)
PETUNJUK, PEDOMAN
DAN STANDARDISASI
TEKNIS PENGEMBANGAN
PERHUBUNGAN (PSTPP)
L
I
N
G
K
U
N
G
A
N
S
T
R
A
T
E
G
I
S
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN (SP3)
RENCANA STRETEGIS (RENSTRA)
KEMENHUB
RENCANA KERJA KEMENHUB
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG KEMENHUB (RPJPP)
ROLLING
PLAN
ROLLING
PLAN
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKP)
RKA KEMENHUB DIPA
TATRAWIL
RTRWN
RTRW PULAU
RTRW KAB/KKOTA
UU TATA RUANG
RTRWProv
UU
TRANSPORTASI
Sumber :
KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan
29. 29
SISTRANAS DIWUJUDKAN DALAM SECARA HIRARKIS
DALAM TATARAN NASIONAL, WILAYAH, LOKAL
DENGAN PENDEKATAN “MULTIMODAL”
(Permenhub No. 49 tahun 2005)
PERATURAN PERUNDANGAN “SUB-
SEKTOR” TRANSPORTASI
“UNIMODAL”
UU No. 38/2004: Jalan
“…jalan sebagai bagian sistem
transportasi nasional mempunyai
peranan penting….”
UU No. 32/2007: Perkeretaapian
“…sebagai salah satu moda
transportasi dalam sistem
transportasi nasional ….”
UU No. 17/2008: Pelayaran
“…merupakan bagian dari sistem
transportasi nasional yang harus
dikembangkan….”
UU No. 1/2008: Penerbangan
“…merupakan bagian dari sistem
transportasi nasional yang….”
UU No. 22/2009: LLAJ
“…LLAJ sebagai bagian dari sistem
transportasi nasional ….” “TATANAN
RENCANA
INDUK”
pengembangan
sub-sektor
transportasi
Tatranas
Tatralok
Tatrawil
Peraturan Perundang-undangan ttg
Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (UU 25/2004)
RPJPN
RPJMN
RPJPD
RPJMD
SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (SISTRANAS)
BELUM DIUNDANGKAN
Problem kepastian hukum
Problem implementasi
Tatanan operasional?
Problem sinkronisasi
Tatanan fungsional?
Problem
sinkronisasi
Tatanan
fasilitas?
Peraturan Perundang-undangan tentang Penataan
Ruang (UU 26/2007 dan PP 26/2008 ttg RTRWN)
30. 30
Konektivitas
jaringan jalan
Konektivitas lokal belum optimal :
• Beda status jalan beda kelas
jalan
• Integrasi jalan nasional-provinsi-
kabupaten/kota belum tepat
• IKU belum terstandardisasi
Konektivitas nasional belum
optimal
• Antarmoda/Multimoda belum
terstandarisasi
• IKU belum terstandardisasi
Konektivitas global berdaya saing
rendah
Konektivitas jaringan Transportasi
Fakta : belum optimal
Dampak otonomi daerah
Dampak ego-sektoral
Dampak kearifan lokal
Dampak disparitas
Dampak ego-pemimpin
Tatralok-Tatrawil+-------Tatranas---- -----+
Fakta : keserasian jaringan belum terealisasi
Konektivitas jaringan laut/udara
31. 31
Asal
perjalanan
penumpang/
barang
Tujuan akhir
Perjalanan
penumpang/
barang
Simpul
transportasi
Simpul
transportasi
Jalan
SDP
Laut
Kereta Api
Udara
access
egress
Problem waktu dan biaya access + egress yang lebih
tinggi dibandingkan waktu dan biaya main trip
Problem over-capacity pada simpul transportasi
(pelabuhan, bandara, terminal LLAJ) yang > standar
Problem lamanya handling time & tingginya
handling costs pada simpul transportasi barang
Belum memadainya
transfer antar-moda
dari simpul menuju
titik tujuan akhir
Belum
memadai
keandalan
moda dan
layanan akses
simpul
transportasi
Problem standar pelayanan, rute/trayek komersial
vs perintis, persaingan vs integrasi antar-moda, daya
angkut, kondisi sarana & prasarana, keselamatan,
dampak sosial dan lingkungan, public vs private
(TDM)
Problem terbatasnya basic services untuk diffables,
manula, anak-anak, low income househols
main trip
• Peralihan antara
Tatranas dan
Tatrawil/ Tatralok?
• Koordinasi antara
“pusat” - “daerah?
32. 32
Kerumitan angkutan barang antar Status Jalan
dan dampaknya pembiaran pelanggaran beban angkutan Konsekuensi Multiple Class :
▪ Daerah merasa rugi, jalan
daerah rusak
▪ lokasi pendanaannya lebih
jelas
▪ Tidak berpihak thd
transporter barang krn
perlu terminal & handling
cost
▪ Travel time panjang
▪ Biaya infrastruktur yang
ditanggung pemerintah
lebih murah
▪ Tidak perlu mengubah
regulasi UU tetapi regulasi
operasional dikaji ulang
▪ Multiple Class tidak tepat
untuk jaringan jalan
menerus antar status jalan
yg melayani rute angkutan
barang ekspor dari
produsen ke port (outlet)
▪ Tidak boleh ada sikap
pembiaran pelanggaran
beban sumbu kend.
Jln. nasional
Jln. provinsi
Jln. kab/kota
Fakta lapangan :
terminal & handling
cost ditiadakan?Sumber : Koesno (2011) dalam Mulyono (2014)
33. 33
Apa perlu penyeragaman Kelas Jalan antar Status Jalan
pada jalur angkutan logistik yang berdaya ungkit tinggi?
Konsekuensi Single Class :
▪ Konflik Pusat dan
Daerah
▪ Belum jelas alokasi
pendanaannya
▪ Lebih berpihak
transporter barang dgn
biaya transport lebih
murah
▪ Travel time pendek
▪ Biaya infrastruktur
mahal ditanggung
pemerintah
▪ Perlu mengubah UU
terkait Jalan dan
Kewenangan Pusat dan
daerah
Single Class sangat tepat
untuk jaringan jalan
menerus antar status yg
melayani rute angkutan
barang ekspor dari
produsen ke port/ oulet
Jln. nasional
Jln. provinsi
Jln. kab/kota
Fakta lapangan :
terminal & handling cost
harus dilaksanakan?
Sumber : Koesno (2011) dalam Mulyono (2014)
35. 35
VISI-MISI-PALTFORM PERUBAHAN
Presiden Jokowi-JK 2015-2019
Visi Pemerintahan Jokowi-JK :
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong”
Pemerintah Bersih
Daerah dan Desa
Daya Saing
Kemandirian
Revolusi Karakter
Rasa Aman
Bebas Korupsi
RPJM 1
(2005 – 2009)
RPJM 2
(2010 – 2014)
RPJM 3
(2015 – 2019)
RPJM 4
(2020 – 2024)
Mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri,
maju, adil dan makmur
melalui percepatan
pembangunan di segala
bidang dengan struktur
perekonomian yang lebih
kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif.
INFRASTRUKTUR:
▪ Terselenggaranya jaringan
transportasi pos dan
telematika yang andal
bagi seluruh masyarakat
yang menjangkau seluruh
wilayah NKRI
Memantapkan pembangunan
secara menyeluruh dengan
menekankan pembangunan
keunggulan kompetitif
perekonomian yang berbasis
SDA yang tersedia, SDM yang
berkualitas serta
kemampuan iptek
INFRASTRUKTUR:
▪ Ketersediaan
infrastruktur sesuai tata
ruang
▪ Berkembangnya jaringan
transportasi
Menata kembali NKRI,
membangun Indonesia yang
aman dan damai, yang adil
dan demokratis dengan
tingkat kesejahteraan yang
lebih baik
INFRASTRUKTUR:
▪ Mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui
penciptaan iklim yg lebih
kondusif, termasuk
membaiknya infrastruktur.
▪ Percepatan pembangunan
infrastruktur didorong
melalui peningkatan peran
swasta dengan meletakkan
dasar-dasar kebijakan dan
regulasi serta reformasi dan
restrukturisasi
kelembagaan.
Memantapkan penataan
kembali NKRI,
meningkatkan SDM,
membangun kemampuan
Iptek, memperkuat daya
saing perekonomian
INFRASTRUKTUR:
▪ Percepatan pembangunan
infrastruktur dengan lebih
meningkatkan kerja sama
antara pemerintah dan
dunia usaha
▪ Pengembangan jaringan
infrastruktur transportasi,
serta pos dan telematika
Kualitas Hidup
Peningkatan percepatan
pengembangan jaringan
transportasi nasional dan
sub-nasional didukung
penataan tata ruang utk
peningkatan konektivitas
nasional
Restorasi Sosial
Perbatasan
36. 36
TANTANGAN
1. Geopolitik
2. Geoekonomi
3. Bonus Demografi
4. Agenda Paska 2015
5. Perubahan Iklim
REGULASI KELEMBAGAAN PENDANAAN
PROYEKSTRATEGIS
AMANAT RPJPN
Infrastruktur Memadai Pendapatan per kapita USD 14 Ribu
Pengangguran < 5% Penduduk Miskin > 5% HDI dan GDI Meningkat
PERMASALAHAN
1. Kondisi jalan daerah
kurang memadai
2. Pembangunan Kereta
api masih terbatas.
3. Kinerja Pelabuhan
kurang kompetitif
4. Perkotaan yang
semakin padat
ISU STRATEGIS
VISI/MISI PRESIDEN + NAWA CITA
SASARAN RPJMN
2015-2019
Kondisi mantap jalan nasional 100%
Waktu tempuh perjalanan darat dari
2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam
per 100 km
Biaya logistik menurun menjadi
19,2% terhdap PDB
Pangsa Pasar Angkutan Umum
32%
On time performance penerbangan
mencapai 95%
Jumlah penumpang pesawat
sebanyak 162 juta penumpang per
tahun
Menurunnya angka fatalitas korban
kecelakaan transportasi jalan hingga
50 persen dari kondisi baseline.
Menurunnya rasio kecelakaan
transportasi udara pada AOC 121
dan AOC 135 menjadi kurang dari 3
kejadian/1 juta flight cycle.
Menurunnya jumlah kejadian
kecelakaan transportasi laut menjadi
kurang dari 50 kejadian/tahun.
Menurunnya rasio angka
kecelakaan kereta api menjadi
kurang dari 0,025 kecelakaan per 1
juta-km perjalanan kereta api.
KEBIJAKAN DAN SRATEGI
Pembangunan Transportasi Multimoda
dan mendukung Sislognas, kawasan
industri,
Mempercepat pembangunan Sistem
Transportasi Multimoda
Melakukan upaya keseimbangan antara
transportasi yang berorientasi nasional
dengan transportasi yang berorientasi
lokal dan kewilayahan.
Membangun sistem dan jaringan
transportasi yang terintegrasi untuk
mendukung investasi pada Koridor
Ekonomi, Kawasan Industri Khusus,
Kompleks Industri, dan pusat-pusat
pertumbuhan lainnya di wilayah non-
koridor ekonomi
Meningkatkan keselamatan dan
keamanan dalam penyelengaraan
transportasi
Mengembangkan sarana dan prasarana
transportasi yang ramah lingkungan
Mengembangkan sistem angkutan umum
massal yang modern
Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas
Jaringan Jalan Kota
Mengembangkan manajemen
transportasi perkotaan yang berimbang
PERBAIKAN REGULASI, TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN PENDANAAN KREATIF
Peningkatan
Ketersediaan
Penguatan
Konektivitas
Nasional
Pengembangan
Transportasi
Massal Perkotaan
Peningkatan
Efektivitas dan
Efisiensi
Pembiayaan
Penyediaan
Infrastruktur
37. 37
Keterpaduan Antarmoda/Multimoda
➢ 281,4 km jalur KA menuju bandara
➢ 1.824,2 km jalur KA menuju pelabuhan
➢ 42 paket fasilitas integrasi antarmoda
➢ 95 unit bus pemadu moda
Keterpaduan Jaringan
Sarana-Prasarana
Keterpaduan
Manajeman
Transp. Multimoda
Badan Usaha Angk.
Multimoda (BUAM)
Infrastruktur
Jalan
Infrastruktur
Perkeretaapian
Infrastruktur
Pelabuhan/Penyeberangan
Infrastruktur
Kebandarudaraan
Meningkatkan prasarana
kebandarudaraan di Sumatera,
Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua :
• Pembangunan 15 bandara
baru
• Pengembangan dan
rehabilitasi bandara lama
• Pengembangan 9 bandara
kargo udara
• Pemutakhiran sistem navigasi
penerbangan
Target Capaian :
▪ Peningkatan jumlah
penumpang yang diangkut
maskapai penerbangan
nasional menjadi 162 juta
penumpang per tahun
• Meningkatkan kapasitas 24
pelabuhan yang terdiri dari 5
pelabuhan hub-tol laut dan
19 pelabuhan feeder-tol laut
• Pengadaan 50 kapal perintis
• Pembangunan dan
pengembangan 65 pelabuhan
penyeberangan
• Pembangunan dan
pengembangan 120 dermaga
sungai dan danau
Target Capaian :
▪ Terlayaninya 193 lintas
angkutan laut perintis
▪ Penurunan dan perataan
ekonomis harga barang
dasar, keb. pokok dan jasa
▪ Peningkatan peran angkutan
sungai dan danau sebagai
integrasi transportasi
Meningkatkan prasarana jalan di
Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua :
• Pembangunan jalan baru (2.560
km)
• Peningkatan kapasitas jalan
(4.200 lajur/km)
• Pembangunan jalan tol (1.000
km)
• Preservasi/perbaikan jalan
(45.592 km)
Target Capaian :
▪ Penurunan waktu tempuh
rata-rata per koridor utama
dari 2,6 jam per 100 km
2,2 jam per 100 km
▪ Tercapainya persiapan
pengembangan jaringan jalan
(termasuk jalan tol) sepanjang
6.000 km
• Pembangunan jalur KA
sepanjang 3.258 km di
Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua
• Pembangunan 344 unit
jembatan /underpass/flyover
KA; 269 unit rehabilitasi
• Pembangunan 82 unit
stasiun dan 30 unit
rehabilitasi
• Pembangunan 41 paket
persinyalan dan
telekomunikasi; 71 paket
peningkatan persinyalan
Target Capaian :
▪ Peningkatan daya angkut
barang menjadi 1,5 juta
TEUs/Tahun
▪ Pangsa muatan KA minimal
5% untuk barang dan 7,5%
untuk penumpang
Keterpaduan
Jaringan Pelayanan
38. 38
Tataran
Transportasi
Nasional
(TATRANAS)
Kedaulatan Maritim
Perlindungan Keamanan bagi
warganegara
Pengembangan
Transportasi
“dalam-Pulau”
Pemerintahan Bersih & Efektif
Perkuatan Daerah dan Desa, serta
kawasan Perbatasan
Penegakan Hukum
Bebas Korupsi dan Bermartabat
Tataran
Transportasi
Wilayah (TATRAWIL)
Partisipasi Publik &
Transparansi
Pengembangan
Transportasi
“dalam-Provinsi”
Tataran
Transportasi Lokal
(TATRALOK)
Kawasan Timur
Kawasan Perbatasan
Pengembangan
Transportasi
“dalam-Kab/Kota”
Peningkatan Kualitas Hidup
Produktivitas Rakyat
dan Daya Saing Internasional
Pengembangan
Transportasi
“antar-Pulau”
Pengembangan
Transportasi
“antar-Negara”
Pengembangan
Transportasi
“antar Kab/Kota”
Pengembangan Transportasi
“antar Kec/Desa”
Kemandirian Ekonomi mendukung Sektor
StrategisDomestik
Revolusi Karakter Bangsa
Perkuatan ke-Bhinneka-an Restorasi
Sosial Indonesia
Kepastian Hukum
Lahan
Pembangunan &
Pengembangan
Prasarana Transportasi
Mendukung
Kedaulatan Pangan
Sistem Transportasi Nasional dalam konsepsi
Permenhub No. 49/2005
Kebijakan Strategi 9 Agenda Nawacita Presiden
1
2
3
Peningkatan
Pertukaran Budaya
Akses menuju
Indonesia Sehat dan
Sejahtera
Akses Warga Miskin
& Guru di Daerah
Terpencil
39. 39
Pengembangan 100 Pelabuhan Non Komersial
Pengerukan alur pelayaran/kolam pelabuhan
pada 65 lokasi
Pembangunan 103 Kapal Perintis
Terlayaninya 193 lintas angkutan laut perintis
Penyelenggaraan Rute Angkutan Laut Tetap Dan
Teratur untuk Mendukung Tol Laut pada 13
rute
Penyelesaian dan Pembangunan Kapal Negara
Kenavigasian 41 Unit
Penyelesaian dan Pembangunan Kapal Patroli
282 Unit
Pembangunan 15 Bandara baru
Pengembangan Bandara untuk pelayanan Kargo
Udara di 9 Lokasi
Pembangunan/ pengembangan bandara di 100
lokasi
Pembangunan/ pengembangan terminal
penumpang di 26 bandara
Pembangunan BRT di 34 kota dengan
pengadaan 3.170 bus
Pembangunan angkutan massal cepat di
kawasan kota metropolitan
Pembangunan/ pengembangan Terminal
Penumpang Tipe A pada 41 lokasi
Penerapan teknologi ATCS di seluruh ibu kota
provinsi
Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan di
65 lokasi
Pembangunan/ pengembangan dermaga
sungai dan danau di 120 lokasi
Pengadaan kapal penyeberangan (terutama
perintis) sebanyak 50 unit
Pembangunan Jalur sepanjang KA 3.258
km’sp di Jawa, Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan dan Papua
Penyelenggaraan kereta api perintis pada 10
lintas
Pembangunan dan pengembangan kampus
baru pada 27 lokasi
41. 41
RPJMN
• Visi dan Misi
• Tujuan dan Sasaran
• Strategi dan Arah Kebijakan
• Program Pembangunan Nasional
• Program Prioritas
RPJMD
• Visi dan Misi
• Tujuan dan Sasaran
• Strategi dan Arah Kebijakan
• Program Pembangunan Nasional
• Program Prioritas
RENSTRA K/L
• Visi dan Misi
• Tujuan dan Sasaran
• Strategi dan Arah Kebijakan
• Program Pembangunan Nasional
• Program Prioritas
• Kegiatan Prioritas
RENSTRA SKPD
• Visi dan Misi
• Tujuan dan Sasaran
• Strategi dan Arah Kebijakan
• Program Pembangunan Nasional
• Program Prioritas
• Kegiatan Prioritas
Nawacita & Program -
Program Pembangunan
Prioritas
Kegiatan Prioritas
Kegiatan Prioritas
Diperhatikan Diselaraskan
1. Rencana Induk Pelayaran Nasional;
2. Rencana Induk LLAJ Nasional;
3. Rencana Induk Penerbangan Nasional;
4. Rencana Induk Perkeretaapian Nasional.
Diacu sesuai
kewenangan
• Penyediaan/-
Pembangunan
infrastruktur
transportasi skala
nasional
Diacu sesuai
kewenangan
RTRWN
RTRW
PROV./KOTA/KAB.
▪ Penyediaan/-
Pembangunan
fasilitas pendukung
infrastruktur
transportasi sesuai
kewenangan
UU NO. 23 Th 2014
43. 43
PARTISIPASI
SWASTA:
Rp. 1.751,5 T
(36,5%)
Kebutuhan
Investasi
Infrastruktur1
2015-2019:
Rp. 4.796,2 T
BUMN:
Rp. 1.066,2 T
(22,2%)
APBN + APBD:
Rp. 1.978,6 T
(41,3%)
• Porsi investasi infrastruktur melalui
skema KPBU terhadap total investasi
infrastruktur pada sejumlah negara
rata-rata adalah 22% (Inggris, Thailand,
Portugal dan Brazil memiliki figur
tertinggi yaitu di atas 40%)
1 : Dihitung berdasarkan tingkat kinerja infrastruktur yang diperlukan untuk pencapaian posisi negara berpendapatan menengah (middle income country) pada tahun 2025.
Sumber: Bappenas- JICA, 2014: Background Study for RPJMN 2015-2019, Analisa Tim
Kebutuhan Pendanaan Sumber
• Belanja K/L
• Belanja non K/L
(subsidi, PSO)
• Transfer daerah
• Pembiayaan (PMN dan
viability gap fund)
• Swasta murni
• BUMN murni
• KPBU dengan jaminan
Deskripsi
• Anggaran infrastruktur:
• 2015: Rp 290,3 T
• 2016: Rp 307,1 T (APBN-P)
• 2017: Rp 336,9 T (RAPBN)
• Sehingga total 2015-2019: ±Rp 1.500 Tn < Rp 1.978,6 Tn, perlu
keterlibatan swasta lebih besar
Terdapat
Gap 58,7%
dipenuhi
melalui
sumber-
non-APBN
44. 44
55
232
101
71
30
Darat KA Laut Udara BPSDM
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
278
169
91
563
182
KA Perkotaan ASDP Laut Udara
• Kebutuhan pendanaan infratruktur transportasi sebesar Rp.1,283 Triliun diperoleh melalui pendekatan makro
didasarkan atas asumsi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 : 6-8%, inflasi 2,5-4,5%, tingkat suku bunga
4-5-6,5%. Selain itu, perkiraan perhitungan juga mempertimbangkan skenario kebutuhan pendanaan transportasi
yang tertuang dalam Rencana Induk, Cetak Biru dan Kajian Latar Belakang Transportasi Perkotaan.
Sumber : Bappenas, 2015
Kebutuhan Pendanaan
Infrastruktur Transportasi
Rp. 1,283 T
(non-road)
Rp. 491 T
(non-road)
Perkiraan Pendanaan Kemampuan
APBN sesuai dengan RPJMN
Tahun 2015-2019
GAP
Investasi
Swasta Murni
Peningkatan
Peran BUMN
KPS
Terdapat GAP pembiayaan investasi
sebesar Rp. 791 Triliun untuk
periode 2015-2019
45. 45
Peluang Pemanfaatan KPBU: Perpres 38/2015
• Kementerian/Lembaga
• Komitmen Terhadap Paradigma Baru
• Kesiapan Proyek KPBU dan
APBN/APBD
• Pembentukan Simpul KPBU
(Optimalisasi SDM)
• Kepastian Usaha
• Perizinan
• Insentif
• Dibentuk SPC Untuk Proyek yang Sedang Disiapkan
• Dilakukan Kerjasama dengan Swasta dalam SPC tersebut
• Meningkatkan Kemampuan Ekspansi BUMN Tanpa PMN
PMN Untuk Penugasan
SWASTA
JV BUMN BROWNFIELD
KPBU
JV BUMN (brownfield)
JV BUMN (greenfield)
BUMN
APBN/APBD
• Penyediaan Tanah
• Pembentukan Land Banking
• Perkuatan Lembaga
Manajemen Aset Negara
(LMAN)
46. 46
Proyek Proyek Infrastruktur Membutuhkan Dana Yang besar serta tingkat resiko yang tinggi, seringkali Pihak Swasta
tidak tertarik untuk turut serta dalam proyek KPS karena proyek tersebut tidak layak secara finansial. Oleh Karena itu
diperlukan pemilihan suatu skema pembiayaan proyek yang sesuai
PRINSIP DASAR :
• SWASTA, diprioritaskan untuk ditawarkan terlebih dahulu
• KPBU, dikerjasamakan antara Pemerintah dengan Badan Usaha dengan fasilitas pemberian dukungan pemerintah, berupa:
➢ Pengadaan Tanah (LMAN),
➢ Sebagian Konstruksi,
Pembiayaan sebagian konstruksi memungkinkan pelaksanaan proyek dilakukan oleh Badan Usaha pemenang lelang
dengan dana yang disediakan oleh PJPK sehingga kualitas pembangunan dapat diselaraskan
➢ VGF (Viability Gap Fund),
➢ Availability Payment (AP), pembayaran oleh pemerintah untuk biaya investasi dan operasi dengan mencicil secara
tahunan setelah proyek selesai.
• Joint Venture (JV) BUMN/BUMD
➢ Divestasi proyek yang sudah beroperasi (brownfield)
➢ Pembentukan JV BUMN/BUMD dengan swasta (greenfield)
• BUMN/BUMD, dengan penugasan
• APBN/APBD sebagai opsi terakhir
47. 47
Kondisi
Proyek
Skema
Pembiayaan Proyek
PINA
Investor
Ekuitas
Investor Baru
(Dalam & Luar Negeri)
Bank &
Lembaga
Pembiayaan
Loan
Sumber : Analisa Tim Kementerian PPN/Bappenas
Proyek
PINA
baru
Greenfield Brownfield Operation
Recycle
Ekuitas
Investor
Loan
Bank &
Lembaga
Pembiayaan
Proyek
PINA Surat
Utang
Ekuitas
Proyek
PINA
baru
Investor Baru
(Dalam & Luar Negeri)
Ekuitas
Investor
Bank &
Lembaga
Pembiayaan
Proyek
PINA
Sekuritisasi/Divestasi
49. 49
PELABUHAN
LAUT ANGGREK
BANDARA TAMPA PADANG
• Subsidi Angkutan Udara Perintis (3 rute ) : Rp.4,98 M
• Pekerjaan tanah persiapan pembangunan fasilitas Sisi
Darat Bandar Udara Tampa Padang Mamuju (Land
Clearing, Galian dan Timbunan Tanah) : Rp. 43,35 M
• Pekerjaan pembuatan apron dengan rigid termasuk
marking : Rp. 18,56 M
• Pekerjaan pembuatan taxiway dengan flexible pavement
termasuk fillet dan marking : Rp. 6,58 M
• Pekerjaan Pemenuhan Standar Runway Strip : Rp. 3,29 M
• Pekerjaan Reinstalasi Airfield Lighting System : Tp. 970
Juta
• Pengadaan X ray Bagage TIP : Rp. 0,95 M
• Pengadaan X Ray TIP : Rp. 0,845 m
UPP MAMUJU
• Pembangunan Faspel Laut Pulau Ambo:
Rp. 6,30 M
• Pembangunan Faspel Laut Popoongan :
Rp 9,99 M
• Subsidi Angkutan Perintis R-45 (Rp 8,89 M)
UPP BELANG-BELANG
• Pembangunan Faspel Laut Belang-Belang
Rp. 3,12 M
• Pembayaran Tunggakan Pembangunan Faspel
Laut Belang-Belang tahun 2015 :
Rp 1,024 M
UPP MAJENE
• Pekerjaan Akses Jalan Pelabuhan Rp. 0,7 M
• Rehabilitasi gedung kantor Rp 1,402 M
SATKER PERHUBUNGAN DARAT
• Pengadaan dan Pemasangan Perlengkapan Jalan di Jalan
Nasional di Luar Perkotaan 7 Ruas (Rp. 22,8 Milyar);
• Pemeliharaan Ruas 53.008.15.K. Jln. Gatot Subroto 1 Paket
(Rp. 0,575 M);
• Upgrade/Rehab APILL Simpang 4 Jln. Gatot Subroto 1
Paket (Rp. 0,424 M)
• DED Perlengkapan Jalan Nasional Prov. Sulawesi Barat
(763.km) 1 Paket
(Rp. 0,564 M);
• Subsidi Operasional Angkutan Jalan 1 Tahun (Rp. 2,97
Milyar);
• Pekan Keselamatan Nasional Transportasi Darat 1 Kegiatan
(Rp. 900 Juta);
• Pengadaan Zona Selamat Sekolah 20 Lokasi (Rp. 4,20
Milyar).
51. Inspektorat Jenderal
K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N
AMANAHPROFESIONAL INTEGRITAS
Itjen 151Itjenkemenhub_151 @Itjenkemenhub_151Itjenkemenhub_151call centre : 151 simadu.dephub.go.id