SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS
DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
Oleh: Dwi Murdiati1
Abstract
The aims of this work are to know and to explain Charles
Jencks’ semiotic concept of postmodern architecture. In one hand,
Jencks’ postmodern architecture is criticism on modern and
modern-late architecture. Jencks stresses on both differences that
modern and modern-late architecture are based on a single coding
only and postmodern architecture is based on double coding in
their style. In other one, Jencks’ postmodern architecture is a
semiotic entity that has to seen as a sign.
This research is the figure factual history research. It was
based on primary and secondary literature. It used description,
interpretation and heuristic method.
Jencks’s semiotic conception of postmodern architecture has
adopted dualism semiotic of Saussuran like signifier-signified,
langue-parole, denotation-connotation, and paradigmatic-sintag-
matic. It also has adopted trilateral semiotic of Piercean like index,
icon, symbol and sintagmatic, syntactic, semantic.
Keywords: Postmodern architecture, double coding, dualism
semiotic, trial semioti.
A. Pendahuluan
Dunia arsitektur merupakan bagian dari sumber
berhembusnya gelombang post-modernisme. Satu arus pemikiran
baru yang menekankan perspektif berbeda seperti pluralisme,
relativisme, dan subjektivisme di tengah keyakinan modernisme
akan individualisme, rasionalisme, komodifikasi, dan kapitalisasi.
Dunia arsitektur untuk waktu yang panjang telah menikmati
mapannya ruang dan bentuk simetris modern pada hampir segala
bidang bangunan sampai pada akhirnya muncul arah pemikiran baru
tentang konsep ruang dan bentuk yang non-konvensional, seperti,
hybrid, local, hitch, eklektik, atas nama arsitektur post-modern.
Charles Jencks adalah tokoh sentral bagi kemunculan gagasan baru
1
Akademisi dalam bidang Filsafat.
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
26
di tengah kemapanan arsitektur modern. Jencks menyatakan bahwa
impian utopis dari arsitek semisal Le Corbusier telah
mengakibatkan munculnya bangunan pencakar langit yang steril
dan berbagai proyek perumahan yang kaku.
Charles Jencks mencoba mendekati persoalan arsitektur
dengan cara berbeda, satu cara meneropong seluruh persoalan
arsitektur secara filosofis. Pemikiran Jencks mengejutkan bagi
banyak pemikir arsitektur yang terbiasa dengan pola a-historis dan
a-linguistik. Jencks mengajak orang untuk menciptakan arsitektur
baru yang didasarkan atas eklektisisme dan daya tarik popular.
Jencks mengritik pandangan arsitektur modern yang hanya
menekankan desain makna individualitas dalam ruang semantik
yang sering berlawanan dengan keinginan para penghuninya
(Jencks, 1980: 115).
Manifestasi arsitektur modern yang dikritik oleh Jencks
mencakup berbagai ranah. Jencks mengritik bentuk dramatik
arsitektur modern yang telah menjadi klise dan sulit ditangkap
dalam spirit yang berterus terang. Hal ini tentu berbeda dengan
arsitektur post-modern yang telah menawarkan penerapan desain
yang menggunakan bentuk bangunan dan ornament histories.
Jencks sendiri menyebutnya dengan istilah Double coding (kode
ganda) yaitu, satu bangunan yang berbicara dalam logat lokal, tetapi
juga membuat komentar ironis atas bahasanya sendiri (Jencks,
1987: 352).
Jencks menentang fungsi bangunan klasik yang terbatas
pada kebutuhan waktu. Hal ini berbeda dengan arsitektur post-
modern yang ditandai dengan eklektisme, yaitu proses memilih dari
berbagai sumber dalam merancang bangunan (Sumalyo,1977: 23).
Jencks juga mempersoalkan “bentuk–bentuk murni” arsitektur.
Jencks menginginkan bangunan arsitektur sebagai ruang bagi upaya
kreatif yang diselaraskan, tidak hanya pada fakta dan manfaat
program, tetapi juga pada gagasan puitis dan penanganan bangunan
arsitektur pada skala ruang yang besar. Hasilnya bukan saja
khazanah fungsi dan keajaiban konstruksi, tetapi juga penyajian
muatan simbolis dan tema fiksi estetis, yang bukan semata bentuk
“murni-abstrak”, tetapi muncul sebagai objektivasi konkret yang
dapat dicerap multi–sensorial (Klotz,1988: 6).
Persoalan pemaknaan dan bahasa arsitektural menempati
posisi sentral dalam pemikiran Jencks tentang arsitektur post-
modern. Wacana pemaknaan ini termanifestasi secara mencolok
dalam gagasan Jencks tentang semiotik di dalam arsitektur post-
Siti Murdiati, Konsep Semiotik Charles Jenks…
27
modern. Jencks melihat bahwa tanda arsitektur seperti tanda-tanda
yang lain adalah satu entitas yang memiliki dua wajah, yaitu
memiliki ekspresi (penanda) dan isi (petanda). Penanda adalah
bangunan itu sendiri, dan petanda adalah isi dari bentuk (Tanujaya,
1998: 6). Penanda biasanya termanifestasi dalam sebuah bentuk,
ruang, permukaan, volume. Sementara petanda dapat berupa satu
ide atau sekumpulan gagasan. Hubungan antara penanda dan
petanda itulah yang menurut Jencks, memunculkan, signifikansi
arsitektural (Jencks, 1980: 74). Arsitektur adalah penggunaan
penanda formal (material dan pembatas) untuk mengartikulasikan
petanda (cara hidup, nilai, fungsi) dengan menggunakan cara
tertentu (struktural, ekonomis, teknis, mekanis ) (Jencks, 1980: 75 ).
Arsitektur adalah sebuah teks. Teks adalah seperangkat
tanda yang ditransmisikan dari seorang penerima melalui medium
tertentu dan dengan kode–kode tertentu. Teks harus ditafsirkan.
Menurut Jencks, walaupun teks tersebut tidak pernah sepenuhnya
berhasil dalam merekonsiliasikan keseluruhan spektrum hidup,
tetapi ia selalu merupakan sebuah usaha ke arah itu dalam bentuk
analogi dan simbol (Jencks, 1980: 80-81).
Di samping melihat tanda arsitektur dalam kerangka
penanda dan petanda, dengan memanfaatkan, Jencks juga melihat
tanda arsitektur dalam kerangka indeks, ikon, dan simbol.
Bangunan arsitektur juga menganut hubungan kemiripan antara
tanda dengan yang diwakilinya (ikon), menganut hubungan
keterkaitan kausalitas (indeks), dan menganut konvensi atau
kesepakatan yang dibentuk secara bersama oleh pengguna arsitektur
(simbol) (Asmara, 2001: 127-128 ).
Semiotik arsitektur Jencks juga melihat arsitektur dalam kerangka
pragmatik, semantik, dan sintaktik. Berada dalam level pragmatik
karena efek yang ditimbulkannya, semantik karena bentuknya dan
sintaktik karena tata letaknya.
Pemikiran Jencks tentang arsitektur post-modern sangat
terkait dengan kritik Jencks atas kecenderungan arsitektur modern
yang simetris, seragam, dan kaku. Semiotik arsitektur post-modern
Jencks juga sangat terkait dengan teori semiotika dikotomis yang
berasal dari Ferdinand de Saussure yang dikembangkan oleh Roland
Barthes, dan semiotika trikotomis Charles S. Pierce yang C. Morris.
Dengan demikian persoalan yang bisa diajukan adalah: pertama,
bagaimana latar belakang dan pandangan Jencks tentang arsitektur
post-modern?. Kedua, apa dan bagaimana pemikiran semiotika
arsitektur post-modern Charles Jencks?
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
28
B. Post-Modern dan Arsitektur
Post-modern memiliki beragam arah dan interpretasi. Foster
mendeteksi dua jalur dalam post-modern yang tampak bertentangan.
Pertama adalah post-modern reaksi, yaitu post-modern yang
menceraikan diri dari modern dan merayakan status quo. Kedua,
post-modern resistensi, yaitu post-modern yang berupaya untuk
melanjutkan proyek modern sembari menjadikannya subjek bagi re-
evaluasi kritis (Leach, 1997: 202)
Post-modern seringkali juga dimaknai dalam dua kerangka,
yaitu kerangka periode dan kerangka epistemologi. Dalam kerangka
periode, post-modern berarti masa yang datang setelah modern,
seperti halnya periode modern yang datang setelah periode
tradisional. Sementara dunia modern ditandai dengan diferensiasi,
sedangkan dunia post-modern ditandai dengan de–diferensiasi.
Diferensiasi terlihat jelas melalui batas–batas antar bangsa, antar
ras, antar suku, dan antar golongan. De-diferensiasi ditandai ketika
batas–batas tersebut semakin samar. Dalam kerangka epistemologi,
post-modern bisa diartikan sebagai pencarian ketidakstabilan
(instability). Sementara pengetahuan modern mencari kestabilitan
melalui metodologi dengan “kebenaran” sebagai tujuan final, post-
modern ditandai dengan runtuhnya kebenaran, rasionalitas, dan
objektivitas (Prama, 1995: 101).
Dalam konteks arsitektur, Jencks merujuk arsitektur post-
modern pada langgam arsitektural yang popular dalam bangunan
tahun 1980-an yang banyak bersandar pada motif-motif bergaya
sejarah (Leach, 1997: 202). Jencks lebih melihat post-modern
sebagai perspektif atau epistemologi. Arsitektur post-modern adalah
double coding (kode ganda), arsitek modern single coding (kode
tunggal). Pandangan hidup post-modern adalah pluralisme,
sedangkan pandangan hidup modern adalah mekanisme
(Alisyahbana, 1987: 6 ).
Jencks membagi arsitektur ke dalam arsitektur modern,
modern akhir dan post-modern. Arsitektur modern memiliki ide
utopis, abstrak, deterministik, fungsional dan tunggal. Arsitektur
modern akhir memiliki ide pragmatis, menekankan kebebasan,
kelonggaran, bergaya di luar matra kesadaran, dan melakukan
produksi satu modern yang dibuat-buat. Sedangkan arsitektur post-
modern lebih cenderung popular, pluralis dan bergaya double
coding (Jencks, 1980: 12)
Semiotika adalah teori tentang pemberian tanda atau ilmu
yang mempelajari tanda, serta makna yang terkandung di
Siti Murdiati, Konsep Semiotik Charles Jenks…
29
dalamnya. Tanda (sign) merupakan fokus utama dalam semiotika.
Dalam semiotika segala sesuatu dapat dikatakan sebagai tanda
(sign).
Ada dua pendekatan untuk mengklasifikasikan semiotika,
yaitu melalui dikotomi semiotika Saussure dan trikotomi semiotika
Pierceian. Dalam dikotomi Saussurean, yang kemudian
dikembangkan oleh Roland Barthes, disebutkan adanya empat unsur
dalam semiotika, yaitu langue dan parole, signifier dan signified,
sintagmatik dan paradigmatik, konotasi dan denotasi. Sedang dalam
trikotomi semiotika Piercean, tanda mengandung arti indeks, ikon,
dan simbol, yang kemudian dikembangkan oleh Charles Morris
menjadi semantik, sintaktik, dan pragmatik (Asmara, 2001: 127 ).
Charles Jencks mengambil gagasan Barthes tentang signifier
dan signified dan mengambil gagasan Morris tentang semantik,
sintaktik, dan pragmatik. Jencks dalam menerjemahkan segitiga
semantik Morris mencoba menyejajarkan kedudukan semiotika
dengan linguistik melalui proses transformasi dari linguistik ke
bahasa bentuk arsitektur. Dalam proses ini ketiga unsur tersebut
diterjemahkan sebagai satu proses yang berputar pada satu sistem
tertutup.
C.Charles Jencks dan Arsitektur Post-Modern
Sebagai pemikir dan kritisi serta tokoh utama arsitektur
post-modern yang pemikirannya banyak dilandasi oleh pemikiran
para filsuf, Jencks juga mengaitkan konsepnya dengan seni dan
sastra serta mencoba mengritik gerakan modern. Bagi Jencks,
efisiensi dan efektivitas yang dirasakan di dalam arsitektur modern
begitu membosankan. Sebab bagi Jencks karya arsitektur
seharusnya merupakan karya seni yang memiliki kebebasan dalam
pemaknaan. Lebih dari sekedar memenuhi fungsi.
Jencks berbicara tentang genre arsitektur baru yang ia
sebut dengan arsitektur post-modern, yaitu sebuah arsitektur yang
berintikan double coding yang mengombinasikan teknik-teknik
modern dengan sesuatu yang lain (biasanya bangunan tradisional)
agar arsitektur mampu berkomunikasi dengan publik yang peduli
atau dengan para arsitektur lain (Jencks, 1986: 15 ). Dalam What is
Postmodernism, Jencks mengatakan bahwa di dalam kerangka
double coding kedua arah tersebut merupakan sebuah usaha untuk
berkomunikasi dengan masyarakat dan kaum minoritas, yang pada
masa modern cenderung ditinggalkan. Pengkodean ganda
merupakan strategi komunikasi tanda-tanda popular dan elitis untuk
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
30
mencapai hasil yang berbeda. Gaya sederhana merupakan
pernyataan untuk menemukan pluralisme, karena bagaimanapun
arsitek harus mendesain untuk cita rasa budaya yang berbeda
(Jencks 1988: 14 ).
Jencks mengklaim kegagalan arsitektur modern karena
ketidakmampunya untuk berkomunikasi dengan para penggunanya.
Arsitektur post-modern oleh Jencks didefinisikan sebagai arsitektur
yang didasarkan atas teknik-teknik baru serta pola-pola lama atau
menggunakan teknologi baru untuk memberi wajah pada realitas
sosial yang sekarang setelah membentuk bahasa hibrida (campuran)
( Jencks, 1980: 3 ).
Jencks tidak memberikan satu standar tertentu secara khusus
tentang arsitektur post-modern. Ia hanya menawarkan sejenis
konsep arsitektur post-modern sebagai bukti tentang peng–kode–an
melalui jalan asosiasi dan menyatukan seni pada masa lalu. Jencks
membedakan antara arsitektur modern dan modern akhir. Menurut
Jencks, arsitektur modern akhir sering dikacaukan dengan arsitektur
modern. Fenomena arsitektur modern akhir seperti tampak dari
istilah slick-tech atau supersensualisme, bagi Jencks masih
menampakkan ciri single coding, yaitu berseberangan dengan
double coding pada arsitektur post-modern (Jencks, 1980: 15).
D. Charles Jencks dan Semiotika
Jencks melihat arsitektur lebih dari sekedar cara mendesain
dan merancang sebuah bangunan. Jencks juga melihat arsitektur
sebagai sebuah teks yang menyampaikan sesuatu dan yang harus
ditafsirkan. Arsitektur juga sebuah tanda (sign) yang memiliki
penanda dan petanda, serta signifikasinya. Bangunan, ruang,
permukaan adalah penanda sedangkan ide atau gagasannya adalah
petanda. Kedua aspek ini kemudian membentuk signifikansi
arsitektural. Jencks juga melihat arsitektur dalam kerangka indeks,
ikon, dan simbol.
Pemikiran semiotik Jencks dalam arsitektur tidak bisa
dilepaskan dari dikotomi semiotik Saussuran dan trikotomi
semiotik Piercean. Empat unsur semiotik Saussuran yang
dikembangkan Barthes mempengaruhi Jencks dalam melihat
arsitektur. Keempat unsur tersebut adalah langue dan parole,
penanda dan petanda, sintagmatik dan paradigmatik, konotasi dan
denotasi.
Langue adalah satu sistem kumpulan kosa kata atau
elemen-elemen bentuk yang mempunyai makna berdasarkan
Siti Murdiati, Konsep Semiotik Charles Jenks…
31
konsensus budaya, sedangkan parole merupakan bagian bahasa
yang sepenuhnya individual. Parole dapat dipandang sebagai
kombinasi yang memungkinkan subjek (penutur) sanggup
menggunakan kode bahasa untuk mengungkapkan pikiran
pribadinya. Kombinasi tersebut mengimplikasikan bahwa tanda–
tanda bersifat identik dan senantiasa berulang. Maka setiap tanda
bisa menjadi unsur dari langue (Budiman, 1999: 89-90).
Satu benda memiliki dua valensi yang merupakan dua
kesatuan, sebagai benda disebut penanda, dan sebagai makna
disebut dengan petanda (Asmara, 2001: 126-127). Sebuah sintagma
mengacu pada hubungan in-praesentia antara satu suku kata yang
satu dengan yang lain, atau antara satu satuan gramatikal dengan
satuan-satuan yang lain, sehingga berada dalan relasi yang linear.
Sedangkan paradigma bersifat dinamis, tanda linguistik dapat
berpindah-pindah, dapat diganti dengan tanda lain yang terdapat
dalam satu hirarki (Asmara, 2001: 127).
Trikotomi, semiotika, Piercean, merupakan pembentuk
utama semiotika arsitektur post-modern Charles Jencks. Model
trikotomi ini mencakup representamen, interpretan, dan objek.
Representamen merupakan satu bentuk perwujudan tanda (tidak
harus berbentuk inderawi). Interpretan merupakan makna yang
dibentuk oleh tanda. Objek adalah sesuatu yang diacu tanda
(Chandler, 2002: 34-36 ).
Interaksi antara ketiganya oleh Pierce disebut dengan proses
‘semiosis’. Ketiga unsur ini memiliki kesamaan sekaligus
perbedaan dengan dikotomi penanda dan petanda dalam kerangka
Saussuran. Representamen, memiliki arti yang serupa dengan
petanda, meskipun demikian interpretan memiliki kualitas yang
berbeda dengan petanda, karena interpretan sendiri adalah satu
tanda dalam diri interpreter. Sebagaimana Pierce menjelaskan
bahwa tanda seseorang, yakni mencipta dalam benak orang
merupakan satu tanda yang setarap, atau mungkin tanda yang
berkembang lebih lanjut (Chandler, 2002: 34).
E. Semiotika Arsitektur Post-Modern
Sebagai ruang kreativitas, Jencks melihat dunia arsitektur
sebagai dunia tanda, dunia yang selalu memiliki dua wajah, yaitu
penanda dan petanda yang kemudian membentuk kesatuan
signifikansi. Arsitektur bukanlah ekspresi tanpa makna atau tanpa
pesan. Tetapi ia bukan hanya satu pesan atau satu makna seperti
yang selama ini tampil dalam arsitektur modern. Arsitektur post-
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
32
modern adalah double coding. Inti semiotika arsitektur post-
modern Jencks adalah penekanan pada pluralitas makna dan
pluralitas sumber makna. Arsitektur bisa dibangun dengan
mencangkok dan mengambil berbagai tradisi dengan memanfaatkan
teknik modern.
Jencks mengadopsi trikotomi simbol, ikon dan indeks yang
dikembangkan dari semiotik Piercean. Simbol adalah satu bentuk
yang di situ penanda tidak menyerupai petanda, tetapi secara
mendasar arbitrer atau sepenuhnya konvensional, sehingga
hubungan tersebut harus dipelajari, seperti huruf alfabet, angka,
morse. Ikon adalah bentuk tanda ketika penanda dipersepsikan
sebagai menyerupai atau meniru petanda-nya, seperti potret, efek
suara dalam radio. Sedangkan indeks merupakan tanda ketika
penanda tidak arbitrer, tetapi berkaitan secara langsung dengan
salah satu cara, baik fisis atau kausal, dengan petanda-nya.
Keterkaitan ini dapat diamati atau ditarik kesimpulan darinya,
seperti tanda asap, ketukan pintu, rambu lalu lintas.
Jencks melihat bahwa ungkapan bahasa arsitektur
merupakan penyampaian pesan dalam bangunan, seperti halnya
nada lagu. Ungkapan bahasa arsitektur dapat disimak dari bentuk (
form), ruang (space), dan tata atur (order) dari karakteristik
desainnya. Bentuk, ruang dan tata atur dapat disebut dengan
penanda, yaitu materialisasi ruang dengan pemberian unsur
pelingkup dan dilihat melalui indera penglihatan secara
keseluruhan.
Dalam Sign, Symbol and Architecture, Jencks mengatakan
bahwa esensi tanda arsitektur adalah sebagai sifat dasar arsitektur
yang diibaratkan sebagai perempuan bionik, artinya dalam konsep
ruang, kesalingpenekanan antara yang dalam dan yang luar bersifat
transparan yang penciptaannya berhubungan dengan tiga-e, yaitu
energi, environment, ekologi, dan tiga–s, yaitu sintaksis, semantik,
dan seni pahat ( Jencks, 1980: 71-78 ).
Konsep semiotika arsitektur post-modern yang
dikembangkan Jencks adalah bentuk semiotik yang berkaitan
dengan makna dari berbagai hal. Makna tersebut diungkapkan
melalui bentuk, ritme, warna tekstur, dan sebagainya yang
dinamakan suprasegmen arsitektural dari berbagai komponen
arsitektural.
Charles Jencks mendasarkan tujuan semiotika dalam
pemaknaan sifat dasar arsitektur atau esensi arsitektur dengan
mendefinisikan secara elastis untuk membuat semua definisi
Siti Murdiati, Konsep Semiotik Charles Jenks…
33
menjadi benar, sehingga pengetahuan arsitektur pun menjadi lebih
pasti. Esensi arsitektur bagi Jencks adalah ‘ruang’, Raum, konsep
ruang, ke-saling-penekanan antara yang dalam dan yang luar, dan
belahan bentuk secara transparan fenomenal. Esensi arsitektur
adalah penciptaan-tempat identitas dan personalisasi. Arsitektur
tersusun dari kode-kode yang bersifat diskontinu, yang esensinya
adalah mengubah acuan (referent) dari signifikansinya, juga
kodenya ( ide, pola dan sosial yang semuanya dapat berubah) dan
satu kumpulan yang bervariasi dari kode-kode yang dapat
bergabung pada satu saat, sehingga membuat satu praktik arsitektur
dapat diketahui dan bersifat koheren (Jencks, 1980: 73).
Dengan kata lain, secara definitif historis ‘esensial’, tetapi
terbuka dibagian pinggirnya bagi kode-kode bahwa arsitektur
adalah penggunaan penanda formal untuk mengartikulasikan
petanda dengan menggunakan cara tertentu. Dengan demikian ia
mencakup bentuk, fungsi dan teknik (Jencks, 1980: 73-74).
F. Penutup
1. Pemikiran Jencks tentang arsitektur post-modern tidak bisa
dilepaskan dari kritikan atas arsitektur modern atau modern
akhir, baik menyangkut teknologi, penataan, bentuk murni,
pemaknaan dan kesadaran estetis.
2. Bagi Jencks arsitektur modern mewakili sebuah semiotika
single coding, seragam, simetris, universal. Sementara arsitektur
post-modern mewakili sebuah semiotika double coding, plural
lokal.
3. Semiotika arsitektur yang dikembangkan oleh Jencks sangat
dipengaruhi oleh dikotomi semiotika Saussuran dan trikotomi
semiotika Piercean. Dikotomi penanda-petanda, konotasi-
denotasi, langue-parole, sintagmatik-paradigmatik ikut
membentuk pemikiran semiotika Jencks. Pengaruh paling jelas
berada dalam kerangka trikotomi semiotika Piercean yang
bekerja dalam kerangka indeks, ikon, dan simbol, di samping
semantik, sintaktik, dan pragmatik.
-JF-
DAFTAR PUSTAKA
Asmara Yudha, 2001, Dari Kata Menuju Ruang Bentuk, Prima
Anugrah Abadi, Bandung
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
34
Alisyahbana,STA, 1992, Tantangan Postmodernisme, Jurnal
Filsafat, UNAS, Jakarta
Chandler, Daniel,2002, The Basic Semiotic, 11 New Fetter Lane,
London, EC4B4EE, 29 West 35 th, New York
Jencks, Charles, 1980, Late –Modern Architecture, Rizzoli,
Academy, London
------------------, 1980, Sign, Symbol and Architecture,
Architectural Assosiation School of Architecture and
University of California Los Angeles
------------------, 1984, The Language of Post Modern
Architecture, Rizzoli, New York
Klotz, Heinrich, 1988, The History of Postmodern Architecture,
Massachussets Institute of Technology, MTT, German
Kris Budiman, 1999, Kosa Semiotika, LkiS, Yogyakarta
Leach, Neil, 1996, Rethingking Architecture, A Reader in
Cultural Theory, London and New York
Prama, Gede, 1995, Post Modernisme, Matra, Februari
Sinar Tanudjaja, 1992, Wujud Arsitektur Sebagai Ungkapan
Makna Sosial Budaya Manusia, Universitas Atmajaya,
Yogyakarta
--------------, 1993, Arsitektur Modern, Tradisi-tradisi dan
Aliran-aliran serta Peranan Politik, Andi Offset,
Yogyakarta
--------------, 1998, Kerangka Kerja Makna di Dalam Arsitektur,
Universitas Atmajaya, Yogyakarta
Sumalyo, Yulianto, 1997, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX
dan XX ,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

More Related Content

What's hot

Sistem plambing dalam gedung
Sistem plambing dalam gedungSistem plambing dalam gedung
Sistem plambing dalam gedung
Etwin Christian
 
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdfKonsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
vilya hardi
 
Fungsi dalam arsitektur
Fungsi dalam arsitekturFungsi dalam arsitektur
Fungsi dalam arsitektur
Arya Poetra
 

What's hot (20)

Teknologi tepat guna dan material bangunan ramah lingkungan
Teknologi tepat guna dan material bangunan ramah lingkunganTeknologi tepat guna dan material bangunan ramah lingkungan
Teknologi tepat guna dan material bangunan ramah lingkungan
 
Sistem struktur rangka ruang (space frame)
Sistem struktur rangka ruang (space frame)Sistem struktur rangka ruang (space frame)
Sistem struktur rangka ruang (space frame)
 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
 
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
 
Sistem plambing dalam gedung
Sistem plambing dalam gedungSistem plambing dalam gedung
Sistem plambing dalam gedung
 
Double skin facade
Double skin facadeDouble skin facade
Double skin facade
 
Makalah Struktur Bentang Lebar
Makalah Struktur Bentang LebarMakalah Struktur Bentang Lebar
Makalah Struktur Bentang Lebar
 
Setya Kurniawan - #1 Arsitektur & Struktur Bangunan 2017.05.20 IND TEXT
Setya Kurniawan - #1 Arsitektur & Struktur Bangunan 2017.05.20 IND TEXTSetya Kurniawan - #1 Arsitektur & Struktur Bangunan 2017.05.20 IND TEXT
Setya Kurniawan - #1 Arsitektur & Struktur Bangunan 2017.05.20 IND TEXT
 
Kasus Etika Arsitektur: Santiago Calatrava VS Bilbao Government
Kasus Etika Arsitektur: Santiago Calatrava VS Bilbao GovernmentKasus Etika Arsitektur: Santiago Calatrava VS Bilbao Government
Kasus Etika Arsitektur: Santiago Calatrava VS Bilbao Government
 
program-ruang-apartment
program-ruang-apartmentprogram-ruang-apartment
program-ruang-apartment
 
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdfKonsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
Konsbang 5- SHEAR WALL bearing wall pada bangunan.pdf
 
Arsitektur yunani
Arsitektur yunaniArsitektur yunani
Arsitektur yunani
 
1. penyediaan air bersih kedalam bangunan
1. penyediaan air bersih kedalam bangunan1. penyediaan air bersih kedalam bangunan
1. penyediaan air bersih kedalam bangunan
 
Fungsi dalam arsitektur
Fungsi dalam arsitekturFungsi dalam arsitektur
Fungsi dalam arsitektur
 
Modul TKP M1KB3 - INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
Modul TKP M1KB3 - INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANModul TKP M1KB3 - INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
Modul TKP M1KB3 - INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
 
Jaringan air bersih
Jaringan air bersihJaringan air bersih
Jaringan air bersih
 
2 penelitian dlm perancangan arsitektur
2 penelitian dlm perancangan arsitektur 2 penelitian dlm perancangan arsitektur
2 penelitian dlm perancangan arsitektur
 
Proporsi dalam arsitektur
Proporsi dalam arsitekturProporsi dalam arsitektur
Proporsi dalam arsitektur
 
Core dan Shaft
Core dan ShaftCore dan Shaft
Core dan Shaft
 
9 pendekatan-pendekatan dalam urban design
9 pendekatan-pendekatan dalam urban design9 pendekatan-pendekatan dalam urban design
9 pendekatan-pendekatan dalam urban design
 

Viewers also liked

Jurnal DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYA
Jurnal DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYAJurnal DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYA
Jurnal DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYA
Iema Zhou
 

Viewers also liked (15)

Post modern
Post modernPost modern
Post modern
 
Jurnal DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYA
Jurnal DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYAJurnal DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYA
Jurnal DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT DAUN LIDAH BUAYA
 
Postmodernisme
PostmodernismePostmodernisme
Postmodernisme
 
Anggita kurniawaty (14) revolusi industri up
Anggita kurniawaty (14) revolusi industri upAnggita kurniawaty (14) revolusi industri up
Anggita kurniawaty (14) revolusi industri up
 
menjadi pemimpin sejati
menjadi pemimpin sejatimenjadi pemimpin sejati
menjadi pemimpin sejati
 
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
 
Filsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhanFilsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhan
 
Dunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembungDunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembung
 
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatanPengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
 
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGERMANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
 
Kant
KantKant
Kant
 
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIAAKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
 
Filsafatilmu(1)
Filsafatilmu(1)Filsafatilmu(1)
Filsafatilmu(1)
 
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusiaPenelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
 
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASIIDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
 

Similar to KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN

Unsur komunikasi dalam ars post modern
Unsur komunikasi dalam ars post modernUnsur komunikasi dalam ars post modern
Unsur komunikasi dalam ars post modern
aris_setiawan
 
Arsitektur brutalisme dan ceo brutalisme
Arsitektur brutalisme dan ceo brutalismeArsitektur brutalisme dan ceo brutalisme
Arsitektur brutalisme dan ceo brutalisme
Tadulako University
 
Pengembangan arsitektur sbg bidang ilmu(kel.9)
Pengembangan arsitektur sbg bidang ilmu(kel.9)Pengembangan arsitektur sbg bidang ilmu(kel.9)
Pengembangan arsitektur sbg bidang ilmu(kel.9)
MiLna Melodiqyta
 
Arsitektur Dekonstruksi dalam rangka pembelajaran pada semester
Arsitektur Dekonstruksi dalam rangka pembelajaran pada semesterArsitektur Dekonstruksi dalam rangka pembelajaran pada semester
Arsitektur Dekonstruksi dalam rangka pembelajaran pada semester
heru70830
 
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipaTugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
AlengPratamaa
 
BAGAS ADY PANGESTU_41218120029_TB 1_TEORI ARSITEKTUR.doc
BAGAS ADY PANGESTU_41218120029_TB 1_TEORI ARSITEKTUR.docBAGAS ADY PANGESTU_41218120029_TB 1_TEORI ARSITEKTUR.doc
BAGAS ADY PANGESTU_41218120029_TB 1_TEORI ARSITEKTUR.doc
BagasAdy1
 
High rise building
High rise buildingHigh rise building
High rise building
NiarLahay1
 

Similar to KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN (20)

Bab iii kajian tema
Bab iii kajian temaBab iii kajian tema
Bab iii kajian tema
 
Post modern architecture
Post modern architecturePost modern architecture
Post modern architecture
 
Unsur komunikasi dalam ars post modern
Unsur komunikasi dalam ars post modernUnsur komunikasi dalam ars post modern
Unsur komunikasi dalam ars post modern
 
Teori arsitektur
Teori arsitektur Teori arsitektur
Teori arsitektur
 
Arsitektur post modern
Arsitektur post modernArsitektur post modern
Arsitektur post modern
 
Arsitektur brutalisme dan ceo brutalisme
Arsitektur brutalisme dan ceo brutalismeArsitektur brutalisme dan ceo brutalisme
Arsitektur brutalisme dan ceo brutalisme
 
Arsitektur Dekonstruksi
Arsitektur Dekonstruksi Arsitektur Dekonstruksi
Arsitektur Dekonstruksi
 
arsitektur barat
arsitektur baratarsitektur barat
arsitektur barat
 
Aliran Seni
Aliran SeniAliran Seni
Aliran Seni
 
Pengembangan arsitektur sbg bidang ilmu(kel.9)
Pengembangan arsitektur sbg bidang ilmu(kel.9)Pengembangan arsitektur sbg bidang ilmu(kel.9)
Pengembangan arsitektur sbg bidang ilmu(kel.9)
 
Arsitektur Dekonstruksi dalam rangka pembelajaran pada semester
Arsitektur Dekonstruksi dalam rangka pembelajaran pada semesterArsitektur Dekonstruksi dalam rangka pembelajaran pada semester
Arsitektur Dekonstruksi dalam rangka pembelajaran pada semester
 
Mingu 13-referensi-bacaan-arsitektur-regionalisme
Mingu 13-referensi-bacaan-arsitektur-regionalismeMingu 13-referensi-bacaan-arsitektur-regionalisme
Mingu 13-referensi-bacaan-arsitektur-regionalisme
 
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipaTugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
Tugas Mandiri1.pptx universitas nusa nipa
 
Anggita kurniawaty (14) modern up
Anggita kurniawaty (14) modern upAnggita kurniawaty (14) modern up
Anggita kurniawaty (14) modern up
 
Pengantar_Arsitektur_12_Sept_pptx.pptx
Pengantar_Arsitektur_12_Sept_pptx.pptxPengantar_Arsitektur_12_Sept_pptx.pptx
Pengantar_Arsitektur_12_Sept_pptx.pptx
 
BAGAS ADY PANGESTU_41218120029_TB 1_TEORI ARSITEKTUR.doc
BAGAS ADY PANGESTU_41218120029_TB 1_TEORI ARSITEKTUR.docBAGAS ADY PANGESTU_41218120029_TB 1_TEORI ARSITEKTUR.doc
BAGAS ADY PANGESTU_41218120029_TB 1_TEORI ARSITEKTUR.doc
 
Arsitektur renaissance
Arsitektur renaissanceArsitektur renaissance
Arsitektur renaissance
 
Arsitektur kenzo
Arsitektur kenzoArsitektur kenzo
Arsitektur kenzo
 
sejarah arsitektur
sejarah arsitektursejarah arsitektur
sejarah arsitektur
 
High rise building
High rise buildingHigh rise building
High rise building
 

More from KuliahMandiri.org

More from KuliahMandiri.org (20)

Ebook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimenaEbook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimena
 
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimenaBahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
 
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar BangsaPERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
 
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSIGERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
 
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAHTINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
 
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMULANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
 
metode ilmiah
metode ilmiahmetode ilmiah
metode ilmiah
 
Etika penelitian
Etika penelitianEtika penelitian
Etika penelitian
 
filsafat ilmu_(dasar)
filsafat ilmu_(dasar)filsafat ilmu_(dasar)
filsafat ilmu_(dasar)
 
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan  Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
 
Karl Marx
Karl MarxKarl Marx
Karl Marx
 
Perspektif Sosiologi
Perspektif SosiologiPerspektif Sosiologi
Perspektif Sosiologi
 
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidupFilosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
 
Pengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontologyPengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontology
 
Pengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetikaPengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetika
 
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatanPengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
 
Psikologi komunikasi
Psikologi komunikasiPsikologi komunikasi
Psikologi komunikasi
 
Psikologi gestalt
Psikologi gestaltPsikologi gestalt
Psikologi gestalt
 
Estetika Klasik Timur
Estetika Klasik TimurEstetika Klasik Timur
Estetika Klasik Timur
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 

Recently uploaded (20)

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 

KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN

  • 1. KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN Oleh: Dwi Murdiati1 Abstract The aims of this work are to know and to explain Charles Jencks’ semiotic concept of postmodern architecture. In one hand, Jencks’ postmodern architecture is criticism on modern and modern-late architecture. Jencks stresses on both differences that modern and modern-late architecture are based on a single coding only and postmodern architecture is based on double coding in their style. In other one, Jencks’ postmodern architecture is a semiotic entity that has to seen as a sign. This research is the figure factual history research. It was based on primary and secondary literature. It used description, interpretation and heuristic method. Jencks’s semiotic conception of postmodern architecture has adopted dualism semiotic of Saussuran like signifier-signified, langue-parole, denotation-connotation, and paradigmatic-sintag- matic. It also has adopted trilateral semiotic of Piercean like index, icon, symbol and sintagmatic, syntactic, semantic. Keywords: Postmodern architecture, double coding, dualism semiotic, trial semioti. A. Pendahuluan Dunia arsitektur merupakan bagian dari sumber berhembusnya gelombang post-modernisme. Satu arus pemikiran baru yang menekankan perspektif berbeda seperti pluralisme, relativisme, dan subjektivisme di tengah keyakinan modernisme akan individualisme, rasionalisme, komodifikasi, dan kapitalisasi. Dunia arsitektur untuk waktu yang panjang telah menikmati mapannya ruang dan bentuk simetris modern pada hampir segala bidang bangunan sampai pada akhirnya muncul arah pemikiran baru tentang konsep ruang dan bentuk yang non-konvensional, seperti, hybrid, local, hitch, eklektik, atas nama arsitektur post-modern. Charles Jencks adalah tokoh sentral bagi kemunculan gagasan baru 1 Akademisi dalam bidang Filsafat.
  • 2. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 26 di tengah kemapanan arsitektur modern. Jencks menyatakan bahwa impian utopis dari arsitek semisal Le Corbusier telah mengakibatkan munculnya bangunan pencakar langit yang steril dan berbagai proyek perumahan yang kaku. Charles Jencks mencoba mendekati persoalan arsitektur dengan cara berbeda, satu cara meneropong seluruh persoalan arsitektur secara filosofis. Pemikiran Jencks mengejutkan bagi banyak pemikir arsitektur yang terbiasa dengan pola a-historis dan a-linguistik. Jencks mengajak orang untuk menciptakan arsitektur baru yang didasarkan atas eklektisisme dan daya tarik popular. Jencks mengritik pandangan arsitektur modern yang hanya menekankan desain makna individualitas dalam ruang semantik yang sering berlawanan dengan keinginan para penghuninya (Jencks, 1980: 115). Manifestasi arsitektur modern yang dikritik oleh Jencks mencakup berbagai ranah. Jencks mengritik bentuk dramatik arsitektur modern yang telah menjadi klise dan sulit ditangkap dalam spirit yang berterus terang. Hal ini tentu berbeda dengan arsitektur post-modern yang telah menawarkan penerapan desain yang menggunakan bentuk bangunan dan ornament histories. Jencks sendiri menyebutnya dengan istilah Double coding (kode ganda) yaitu, satu bangunan yang berbicara dalam logat lokal, tetapi juga membuat komentar ironis atas bahasanya sendiri (Jencks, 1987: 352). Jencks menentang fungsi bangunan klasik yang terbatas pada kebutuhan waktu. Hal ini berbeda dengan arsitektur post- modern yang ditandai dengan eklektisme, yaitu proses memilih dari berbagai sumber dalam merancang bangunan (Sumalyo,1977: 23). Jencks juga mempersoalkan “bentuk–bentuk murni” arsitektur. Jencks menginginkan bangunan arsitektur sebagai ruang bagi upaya kreatif yang diselaraskan, tidak hanya pada fakta dan manfaat program, tetapi juga pada gagasan puitis dan penanganan bangunan arsitektur pada skala ruang yang besar. Hasilnya bukan saja khazanah fungsi dan keajaiban konstruksi, tetapi juga penyajian muatan simbolis dan tema fiksi estetis, yang bukan semata bentuk “murni-abstrak”, tetapi muncul sebagai objektivasi konkret yang dapat dicerap multi–sensorial (Klotz,1988: 6). Persoalan pemaknaan dan bahasa arsitektural menempati posisi sentral dalam pemikiran Jencks tentang arsitektur post- modern. Wacana pemaknaan ini termanifestasi secara mencolok dalam gagasan Jencks tentang semiotik di dalam arsitektur post-
  • 3. Siti Murdiati, Konsep Semiotik Charles Jenks… 27 modern. Jencks melihat bahwa tanda arsitektur seperti tanda-tanda yang lain adalah satu entitas yang memiliki dua wajah, yaitu memiliki ekspresi (penanda) dan isi (petanda). Penanda adalah bangunan itu sendiri, dan petanda adalah isi dari bentuk (Tanujaya, 1998: 6). Penanda biasanya termanifestasi dalam sebuah bentuk, ruang, permukaan, volume. Sementara petanda dapat berupa satu ide atau sekumpulan gagasan. Hubungan antara penanda dan petanda itulah yang menurut Jencks, memunculkan, signifikansi arsitektural (Jencks, 1980: 74). Arsitektur adalah penggunaan penanda formal (material dan pembatas) untuk mengartikulasikan petanda (cara hidup, nilai, fungsi) dengan menggunakan cara tertentu (struktural, ekonomis, teknis, mekanis ) (Jencks, 1980: 75 ). Arsitektur adalah sebuah teks. Teks adalah seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kode–kode tertentu. Teks harus ditafsirkan. Menurut Jencks, walaupun teks tersebut tidak pernah sepenuhnya berhasil dalam merekonsiliasikan keseluruhan spektrum hidup, tetapi ia selalu merupakan sebuah usaha ke arah itu dalam bentuk analogi dan simbol (Jencks, 1980: 80-81). Di samping melihat tanda arsitektur dalam kerangka penanda dan petanda, dengan memanfaatkan, Jencks juga melihat tanda arsitektur dalam kerangka indeks, ikon, dan simbol. Bangunan arsitektur juga menganut hubungan kemiripan antara tanda dengan yang diwakilinya (ikon), menganut hubungan keterkaitan kausalitas (indeks), dan menganut konvensi atau kesepakatan yang dibentuk secara bersama oleh pengguna arsitektur (simbol) (Asmara, 2001: 127-128 ). Semiotik arsitektur Jencks juga melihat arsitektur dalam kerangka pragmatik, semantik, dan sintaktik. Berada dalam level pragmatik karena efek yang ditimbulkannya, semantik karena bentuknya dan sintaktik karena tata letaknya. Pemikiran Jencks tentang arsitektur post-modern sangat terkait dengan kritik Jencks atas kecenderungan arsitektur modern yang simetris, seragam, dan kaku. Semiotik arsitektur post-modern Jencks juga sangat terkait dengan teori semiotika dikotomis yang berasal dari Ferdinand de Saussure yang dikembangkan oleh Roland Barthes, dan semiotika trikotomis Charles S. Pierce yang C. Morris. Dengan demikian persoalan yang bisa diajukan adalah: pertama, bagaimana latar belakang dan pandangan Jencks tentang arsitektur post-modern?. Kedua, apa dan bagaimana pemikiran semiotika arsitektur post-modern Charles Jencks?
  • 4. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 28 B. Post-Modern dan Arsitektur Post-modern memiliki beragam arah dan interpretasi. Foster mendeteksi dua jalur dalam post-modern yang tampak bertentangan. Pertama adalah post-modern reaksi, yaitu post-modern yang menceraikan diri dari modern dan merayakan status quo. Kedua, post-modern resistensi, yaitu post-modern yang berupaya untuk melanjutkan proyek modern sembari menjadikannya subjek bagi re- evaluasi kritis (Leach, 1997: 202) Post-modern seringkali juga dimaknai dalam dua kerangka, yaitu kerangka periode dan kerangka epistemologi. Dalam kerangka periode, post-modern berarti masa yang datang setelah modern, seperti halnya periode modern yang datang setelah periode tradisional. Sementara dunia modern ditandai dengan diferensiasi, sedangkan dunia post-modern ditandai dengan de–diferensiasi. Diferensiasi terlihat jelas melalui batas–batas antar bangsa, antar ras, antar suku, dan antar golongan. De-diferensiasi ditandai ketika batas–batas tersebut semakin samar. Dalam kerangka epistemologi, post-modern bisa diartikan sebagai pencarian ketidakstabilan (instability). Sementara pengetahuan modern mencari kestabilitan melalui metodologi dengan “kebenaran” sebagai tujuan final, post- modern ditandai dengan runtuhnya kebenaran, rasionalitas, dan objektivitas (Prama, 1995: 101). Dalam konteks arsitektur, Jencks merujuk arsitektur post- modern pada langgam arsitektural yang popular dalam bangunan tahun 1980-an yang banyak bersandar pada motif-motif bergaya sejarah (Leach, 1997: 202). Jencks lebih melihat post-modern sebagai perspektif atau epistemologi. Arsitektur post-modern adalah double coding (kode ganda), arsitek modern single coding (kode tunggal). Pandangan hidup post-modern adalah pluralisme, sedangkan pandangan hidup modern adalah mekanisme (Alisyahbana, 1987: 6 ). Jencks membagi arsitektur ke dalam arsitektur modern, modern akhir dan post-modern. Arsitektur modern memiliki ide utopis, abstrak, deterministik, fungsional dan tunggal. Arsitektur modern akhir memiliki ide pragmatis, menekankan kebebasan, kelonggaran, bergaya di luar matra kesadaran, dan melakukan produksi satu modern yang dibuat-buat. Sedangkan arsitektur post- modern lebih cenderung popular, pluralis dan bergaya double coding (Jencks, 1980: 12) Semiotika adalah teori tentang pemberian tanda atau ilmu yang mempelajari tanda, serta makna yang terkandung di
  • 5. Siti Murdiati, Konsep Semiotik Charles Jenks… 29 dalamnya. Tanda (sign) merupakan fokus utama dalam semiotika. Dalam semiotika segala sesuatu dapat dikatakan sebagai tanda (sign). Ada dua pendekatan untuk mengklasifikasikan semiotika, yaitu melalui dikotomi semiotika Saussure dan trikotomi semiotika Pierceian. Dalam dikotomi Saussurean, yang kemudian dikembangkan oleh Roland Barthes, disebutkan adanya empat unsur dalam semiotika, yaitu langue dan parole, signifier dan signified, sintagmatik dan paradigmatik, konotasi dan denotasi. Sedang dalam trikotomi semiotika Piercean, tanda mengandung arti indeks, ikon, dan simbol, yang kemudian dikembangkan oleh Charles Morris menjadi semantik, sintaktik, dan pragmatik (Asmara, 2001: 127 ). Charles Jencks mengambil gagasan Barthes tentang signifier dan signified dan mengambil gagasan Morris tentang semantik, sintaktik, dan pragmatik. Jencks dalam menerjemahkan segitiga semantik Morris mencoba menyejajarkan kedudukan semiotika dengan linguistik melalui proses transformasi dari linguistik ke bahasa bentuk arsitektur. Dalam proses ini ketiga unsur tersebut diterjemahkan sebagai satu proses yang berputar pada satu sistem tertutup. C.Charles Jencks dan Arsitektur Post-Modern Sebagai pemikir dan kritisi serta tokoh utama arsitektur post-modern yang pemikirannya banyak dilandasi oleh pemikiran para filsuf, Jencks juga mengaitkan konsepnya dengan seni dan sastra serta mencoba mengritik gerakan modern. Bagi Jencks, efisiensi dan efektivitas yang dirasakan di dalam arsitektur modern begitu membosankan. Sebab bagi Jencks karya arsitektur seharusnya merupakan karya seni yang memiliki kebebasan dalam pemaknaan. Lebih dari sekedar memenuhi fungsi. Jencks berbicara tentang genre arsitektur baru yang ia sebut dengan arsitektur post-modern, yaitu sebuah arsitektur yang berintikan double coding yang mengombinasikan teknik-teknik modern dengan sesuatu yang lain (biasanya bangunan tradisional) agar arsitektur mampu berkomunikasi dengan publik yang peduli atau dengan para arsitektur lain (Jencks, 1986: 15 ). Dalam What is Postmodernism, Jencks mengatakan bahwa di dalam kerangka double coding kedua arah tersebut merupakan sebuah usaha untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan kaum minoritas, yang pada masa modern cenderung ditinggalkan. Pengkodean ganda merupakan strategi komunikasi tanda-tanda popular dan elitis untuk
  • 6. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 30 mencapai hasil yang berbeda. Gaya sederhana merupakan pernyataan untuk menemukan pluralisme, karena bagaimanapun arsitek harus mendesain untuk cita rasa budaya yang berbeda (Jencks 1988: 14 ). Jencks mengklaim kegagalan arsitektur modern karena ketidakmampunya untuk berkomunikasi dengan para penggunanya. Arsitektur post-modern oleh Jencks didefinisikan sebagai arsitektur yang didasarkan atas teknik-teknik baru serta pola-pola lama atau menggunakan teknologi baru untuk memberi wajah pada realitas sosial yang sekarang setelah membentuk bahasa hibrida (campuran) ( Jencks, 1980: 3 ). Jencks tidak memberikan satu standar tertentu secara khusus tentang arsitektur post-modern. Ia hanya menawarkan sejenis konsep arsitektur post-modern sebagai bukti tentang peng–kode–an melalui jalan asosiasi dan menyatukan seni pada masa lalu. Jencks membedakan antara arsitektur modern dan modern akhir. Menurut Jencks, arsitektur modern akhir sering dikacaukan dengan arsitektur modern. Fenomena arsitektur modern akhir seperti tampak dari istilah slick-tech atau supersensualisme, bagi Jencks masih menampakkan ciri single coding, yaitu berseberangan dengan double coding pada arsitektur post-modern (Jencks, 1980: 15). D. Charles Jencks dan Semiotika Jencks melihat arsitektur lebih dari sekedar cara mendesain dan merancang sebuah bangunan. Jencks juga melihat arsitektur sebagai sebuah teks yang menyampaikan sesuatu dan yang harus ditafsirkan. Arsitektur juga sebuah tanda (sign) yang memiliki penanda dan petanda, serta signifikasinya. Bangunan, ruang, permukaan adalah penanda sedangkan ide atau gagasannya adalah petanda. Kedua aspek ini kemudian membentuk signifikansi arsitektural. Jencks juga melihat arsitektur dalam kerangka indeks, ikon, dan simbol. Pemikiran semiotik Jencks dalam arsitektur tidak bisa dilepaskan dari dikotomi semiotik Saussuran dan trikotomi semiotik Piercean. Empat unsur semiotik Saussuran yang dikembangkan Barthes mempengaruhi Jencks dalam melihat arsitektur. Keempat unsur tersebut adalah langue dan parole, penanda dan petanda, sintagmatik dan paradigmatik, konotasi dan denotasi. Langue adalah satu sistem kumpulan kosa kata atau elemen-elemen bentuk yang mempunyai makna berdasarkan
  • 7. Siti Murdiati, Konsep Semiotik Charles Jenks… 31 konsensus budaya, sedangkan parole merupakan bagian bahasa yang sepenuhnya individual. Parole dapat dipandang sebagai kombinasi yang memungkinkan subjek (penutur) sanggup menggunakan kode bahasa untuk mengungkapkan pikiran pribadinya. Kombinasi tersebut mengimplikasikan bahwa tanda– tanda bersifat identik dan senantiasa berulang. Maka setiap tanda bisa menjadi unsur dari langue (Budiman, 1999: 89-90). Satu benda memiliki dua valensi yang merupakan dua kesatuan, sebagai benda disebut penanda, dan sebagai makna disebut dengan petanda (Asmara, 2001: 126-127). Sebuah sintagma mengacu pada hubungan in-praesentia antara satu suku kata yang satu dengan yang lain, atau antara satu satuan gramatikal dengan satuan-satuan yang lain, sehingga berada dalan relasi yang linear. Sedangkan paradigma bersifat dinamis, tanda linguistik dapat berpindah-pindah, dapat diganti dengan tanda lain yang terdapat dalam satu hirarki (Asmara, 2001: 127). Trikotomi, semiotika, Piercean, merupakan pembentuk utama semiotika arsitektur post-modern Charles Jencks. Model trikotomi ini mencakup representamen, interpretan, dan objek. Representamen merupakan satu bentuk perwujudan tanda (tidak harus berbentuk inderawi). Interpretan merupakan makna yang dibentuk oleh tanda. Objek adalah sesuatu yang diacu tanda (Chandler, 2002: 34-36 ). Interaksi antara ketiganya oleh Pierce disebut dengan proses ‘semiosis’. Ketiga unsur ini memiliki kesamaan sekaligus perbedaan dengan dikotomi penanda dan petanda dalam kerangka Saussuran. Representamen, memiliki arti yang serupa dengan petanda, meskipun demikian interpretan memiliki kualitas yang berbeda dengan petanda, karena interpretan sendiri adalah satu tanda dalam diri interpreter. Sebagaimana Pierce menjelaskan bahwa tanda seseorang, yakni mencipta dalam benak orang merupakan satu tanda yang setarap, atau mungkin tanda yang berkembang lebih lanjut (Chandler, 2002: 34). E. Semiotika Arsitektur Post-Modern Sebagai ruang kreativitas, Jencks melihat dunia arsitektur sebagai dunia tanda, dunia yang selalu memiliki dua wajah, yaitu penanda dan petanda yang kemudian membentuk kesatuan signifikansi. Arsitektur bukanlah ekspresi tanpa makna atau tanpa pesan. Tetapi ia bukan hanya satu pesan atau satu makna seperti yang selama ini tampil dalam arsitektur modern. Arsitektur post-
  • 8. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 32 modern adalah double coding. Inti semiotika arsitektur post- modern Jencks adalah penekanan pada pluralitas makna dan pluralitas sumber makna. Arsitektur bisa dibangun dengan mencangkok dan mengambil berbagai tradisi dengan memanfaatkan teknik modern. Jencks mengadopsi trikotomi simbol, ikon dan indeks yang dikembangkan dari semiotik Piercean. Simbol adalah satu bentuk yang di situ penanda tidak menyerupai petanda, tetapi secara mendasar arbitrer atau sepenuhnya konvensional, sehingga hubungan tersebut harus dipelajari, seperti huruf alfabet, angka, morse. Ikon adalah bentuk tanda ketika penanda dipersepsikan sebagai menyerupai atau meniru petanda-nya, seperti potret, efek suara dalam radio. Sedangkan indeks merupakan tanda ketika penanda tidak arbitrer, tetapi berkaitan secara langsung dengan salah satu cara, baik fisis atau kausal, dengan petanda-nya. Keterkaitan ini dapat diamati atau ditarik kesimpulan darinya, seperti tanda asap, ketukan pintu, rambu lalu lintas. Jencks melihat bahwa ungkapan bahasa arsitektur merupakan penyampaian pesan dalam bangunan, seperti halnya nada lagu. Ungkapan bahasa arsitektur dapat disimak dari bentuk ( form), ruang (space), dan tata atur (order) dari karakteristik desainnya. Bentuk, ruang dan tata atur dapat disebut dengan penanda, yaitu materialisasi ruang dengan pemberian unsur pelingkup dan dilihat melalui indera penglihatan secara keseluruhan. Dalam Sign, Symbol and Architecture, Jencks mengatakan bahwa esensi tanda arsitektur adalah sebagai sifat dasar arsitektur yang diibaratkan sebagai perempuan bionik, artinya dalam konsep ruang, kesalingpenekanan antara yang dalam dan yang luar bersifat transparan yang penciptaannya berhubungan dengan tiga-e, yaitu energi, environment, ekologi, dan tiga–s, yaitu sintaksis, semantik, dan seni pahat ( Jencks, 1980: 71-78 ). Konsep semiotika arsitektur post-modern yang dikembangkan Jencks adalah bentuk semiotik yang berkaitan dengan makna dari berbagai hal. Makna tersebut diungkapkan melalui bentuk, ritme, warna tekstur, dan sebagainya yang dinamakan suprasegmen arsitektural dari berbagai komponen arsitektural. Charles Jencks mendasarkan tujuan semiotika dalam pemaknaan sifat dasar arsitektur atau esensi arsitektur dengan mendefinisikan secara elastis untuk membuat semua definisi
  • 9. Siti Murdiati, Konsep Semiotik Charles Jenks… 33 menjadi benar, sehingga pengetahuan arsitektur pun menjadi lebih pasti. Esensi arsitektur bagi Jencks adalah ‘ruang’, Raum, konsep ruang, ke-saling-penekanan antara yang dalam dan yang luar, dan belahan bentuk secara transparan fenomenal. Esensi arsitektur adalah penciptaan-tempat identitas dan personalisasi. Arsitektur tersusun dari kode-kode yang bersifat diskontinu, yang esensinya adalah mengubah acuan (referent) dari signifikansinya, juga kodenya ( ide, pola dan sosial yang semuanya dapat berubah) dan satu kumpulan yang bervariasi dari kode-kode yang dapat bergabung pada satu saat, sehingga membuat satu praktik arsitektur dapat diketahui dan bersifat koheren (Jencks, 1980: 73). Dengan kata lain, secara definitif historis ‘esensial’, tetapi terbuka dibagian pinggirnya bagi kode-kode bahwa arsitektur adalah penggunaan penanda formal untuk mengartikulasikan petanda dengan menggunakan cara tertentu. Dengan demikian ia mencakup bentuk, fungsi dan teknik (Jencks, 1980: 73-74). F. Penutup 1. Pemikiran Jencks tentang arsitektur post-modern tidak bisa dilepaskan dari kritikan atas arsitektur modern atau modern akhir, baik menyangkut teknologi, penataan, bentuk murni, pemaknaan dan kesadaran estetis. 2. Bagi Jencks arsitektur modern mewakili sebuah semiotika single coding, seragam, simetris, universal. Sementara arsitektur post-modern mewakili sebuah semiotika double coding, plural lokal. 3. Semiotika arsitektur yang dikembangkan oleh Jencks sangat dipengaruhi oleh dikotomi semiotika Saussuran dan trikotomi semiotika Piercean. Dikotomi penanda-petanda, konotasi- denotasi, langue-parole, sintagmatik-paradigmatik ikut membentuk pemikiran semiotika Jencks. Pengaruh paling jelas berada dalam kerangka trikotomi semiotika Piercean yang bekerja dalam kerangka indeks, ikon, dan simbol, di samping semantik, sintaktik, dan pragmatik. -JF- DAFTAR PUSTAKA Asmara Yudha, 2001, Dari Kata Menuju Ruang Bentuk, Prima Anugrah Abadi, Bandung
  • 10. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 34 Alisyahbana,STA, 1992, Tantangan Postmodernisme, Jurnal Filsafat, UNAS, Jakarta Chandler, Daniel,2002, The Basic Semiotic, 11 New Fetter Lane, London, EC4B4EE, 29 West 35 th, New York Jencks, Charles, 1980, Late –Modern Architecture, Rizzoli, Academy, London ------------------, 1980, Sign, Symbol and Architecture, Architectural Assosiation School of Architecture and University of California Los Angeles ------------------, 1984, The Language of Post Modern Architecture, Rizzoli, New York Klotz, Heinrich, 1988, The History of Postmodern Architecture, Massachussets Institute of Technology, MTT, German Kris Budiman, 1999, Kosa Semiotika, LkiS, Yogyakarta Leach, Neil, 1996, Rethingking Architecture, A Reader in Cultural Theory, London and New York Prama, Gede, 1995, Post Modernisme, Matra, Februari Sinar Tanudjaja, 1992, Wujud Arsitektur Sebagai Ungkapan Makna Sosial Budaya Manusia, Universitas Atmajaya, Yogyakarta --------------, 1993, Arsitektur Modern, Tradisi-tradisi dan Aliran-aliran serta Peranan Politik, Andi Offset, Yogyakarta --------------, 1998, Kerangka Kerja Makna di Dalam Arsitektur, Universitas Atmajaya, Yogyakarta Sumalyo, Yulianto, 1997, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan XX ,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta