SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
TINJAUAN FILOSOFIS
PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
Oleh : Lailiy Muthmainnah1
Abstract
Modernisation as a term refers to the development process
which has a lot of limitation, and one of this problem is about
garbage. Commonly, there are two big sources of garbage,
industrializations and high mass consumtions. In fact, both of them
are consequence of logical modernity. There are two reasons why
garbage becomes a great problem in recent years. First, the
quantity of garbage is overload, and second, its quality: most of the
garbage is not bio-degradable. This problem will be more
complicated because people usually use logic “not in my back
yard” with their garbage. To respond this problem, modernity tries
to transform in a new kind of development, that is usually called
sustainable development. Although there are several different
interpretations of sustainable development but it refers to The
Brundtland Commission which defines sustainable development as
a process of change in which the exploitation of resources,
direction of investments, orientation of technological development,
and institutional change are made consistent with future as well as
present needs. For instance emphasize constancy of natural capital
stock as a necessary condition for sustainability. Growth or wealth
must be created without resources depletion. Exactly how this is to
be achieved remains a mystery, but majority of sustainable
development literature said that this condition will be achieved with
using model ecological modernisation. Thus, the challenge is to find
new technologies and to expand the role of the market in allocating
environment resources with the assumption that putting a price on
the natural environment is only the way to protect it. In fact, this
ways are used to solve the problem of garbage in recent years.
Keywords: sustainability, ecology, garbage.
1
Dosen Fakultas Filsafat UGM
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
36
A. Pendahuluan
Pola pikir modernis yang begitu kuat mengilhami teori
pembangunan telah menempatkan manusia sebagai aktor utama
dalam proses pembangunan. Manusia dipandang dengan sangat
optimis, sehingga akan mampu mengatasi setiap persoalan yang
mungkin muncul dalam strategi yang diambilnya, hal ini berlaku
sama untuk setiap persoalan yang terkait dengan pembangunan.
Dengan rasionalitasnya maka manusia akan semakin tertantang
untuk maju dan mampu menaklukkan alam.
Pola pikir yang antroposentris tersebut telah menjadikan
alam hanya sebagai objek, alat, sekaligus sarana yang didaya
gunakan untuk kepentingan dan kemanfaatan manusia semata
(Keraf, 2005:33). Hal ini dapat dipahami karena dalam sudut
pandang modernitas yang menjadi tujuan utama adalah tercapainya
suatu kondisi yang sustainable secara ekonomi dan bukan ekologi.
Fakta inilah yang menyebabkan munculnya berbagai kritik terhadap
teori modernis, karena sesungguhnya pembangunan tidak semata-
mata dapat diukur dari sisi pertumbuhan ekonomi saja.
Kenyataan menunjukkan bahwa teori modernisasi yang
diterapkan dalam model pembangunan sekarang ini telah
menyisakan banyak persoalan. Salah satu diantaranya adalah
persoalan yang terkait dengan masalah ekologi, dimana contoh riil
untuk problem ini adalah sampah. Maka sengaja dalam tulisan ini
“sampah” dijadikan sebagai tema utama untuk menelaah secara
lebih jelas keterbatasan modernitas yang kemudian coba dijawab
lewat transformasinya ke arah model pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).
Dalam pemikiran modernis, pembangunan diasumsikan
akan senantiasa berjalan secara linear dari tradisional menuju
modern, dimana hal ini dapat dicapai lewat tahap-tahap tertentu
(The Stages of Economic Growth). Adapun tingkat tertinggi dari
keberhasilan pembangunan tersebut akan ditandai dengan
terwujudnya kondisi masyarakat yang memiliki kemampuan
konsumsi tinggi atau high mass consumption (Fakih, 2006:56).
Padahal kondisi ini akan memberikan konsekuensi logis berupa
semakin banyaknya volume sampah yang akan dihasilkan oleh
manusia, begitu pula dengan tingkat keberagaman sampahnya.
Problem persampahan menjadi semakin kompleks tatkala
manusia kemudian hanya sekedar membuang sampah yang mereka
hasilkan tanpa mau secara kreatif berupaya mengubah sampah
tersebut menjadi sesuatu yang berharga. Logika yang selalu
Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika...
37
digunakan oleh masyarakat umumnya adalah “not in my back yard
(NIMBY)”(Santoso, 2006:13). Tidak peduli akan lari kemana
sampah yang dibuang karena yang penting adalah tempatnya sendiri
bersih dari sampah. Akan dibawa kemana sampah itu selanjutnya,
apakah di sungai, di jalan, di TPA, atau bahkan di selokan air
mereka tidak peduli. Menggejalanya gaya-gaya berpikir semacam
NIMBY di atas sebenarnya merupakan cerminan dari semakin
kuatnya pola pikir modernis, dimana orang hanya berorientasi pada
upaya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dan
meminimalkan beban yang harus ditanggung. Mereka mau untuk
memproduksi dan mengkonsumsi secara besar-besaran, namun
residu dari dua proses tersebut mereka abaikan. Hal ini tentunya
memberikan pengaruh yang buruk terhadap kualitas lingkungan
hidup. Karena dengan semakin banyak dan beragamnya volume
sampah yang tercipta sebagai hasil dari proses yang dikatakan
sebagai modernitas tersebut, maka daya dukung alam juga semakin
turun. Dan jika kondisi ini tidak segera diantisipasi maka akan
sangat membahayakan kelangsungan hidup manusia di masa yang
akan datang.
Dari latar belakang persoalan tersebut di atas dapat dilihat
betapa modernitas telah menyisakan banyak persoalan, diantaranya
tentang sampah tadi. Maka dari limitasi modernitas ini juga tulisan
ini akan dikembangkan untuk menjawab beberapa pertanyaan
sebagai berikut : Apakah yang menjadi sumber utama dari
persoalan persampahan yang ada sekarang? Bagaimana sudut
pandang sustainable development dalam menyikapi problem
tentang persampahan? Serta solusi seperti apa yang dapat
ditawarkan oleh sustainable development untuk mengatasi problem
tersebut?
B. Konsumsi dan Industrialisasi yang bercorak Antroposentris
Sebagai Sumber Utama Sampah
Sampah secara definitif berarti bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam
yang belum memiliki nilai ekonomis. Namun jika diteliti lebih
dalam lagi, setidaknya ada beberapa sumber sampah yaitu
pemukiman, perkantoran, pertanian dan perkebunan, industri dan
sumber-sumber lainnya. Dan diantara beberapa sumber sampah tadi
industri ternyata masih menempati porsi tertinggi dalam
menghasilkan sampah. Karena itu dapat dikatakan bahwa meskipun
setiap aktivitas konsumsi manusia akan menghasilkan residu berupa
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
38
sampah, namun setidaknya hal ini bukanlah penyebab tunggal dari
semakin parahnya problem persampahan yang terjadi di dunia.
Dalam asumsi penulis, aktivitas manusia yang semakin tinggi untuk
mengkonsumsi barang-barang ini berkorelasi positif dengan
semakin canggihnya teknologi produksi. Ini berarti tingginya
tingkat konsumsi masyarakat dan industrialisasi memberikan
pengaruh yang sama besar terhadap semakin meningkatnya volume
sampah dan lebih jauh terhadap semakin menurunnya kualitas dan
daya dukung alam.
Dalam masyarakat modern, industrialisasi memang
dijadikan sebagai motor utama penggerak ekonomi untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan. Karena itu industrialisasi
memegang peran yang sangat sentral dalam proses pembangunan.
Agar perekonomian masyarakat dapat digenjot secara cepat maka
industri dikembangkan sampai ke pelosok-pelosok negeri. Tanpa
disadari bahwa sebenarnya keberadaan industri itu sendiri
memberikan double effect bagi masyarakat. Seperti yang dilaporkan
oleh Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World
Commissions on Environment and Development) yang
menyebutkan bahwa industri dan produk yang dihasilkannya
memberi dampak pada basis sumber daya alam melalui keseluruhan
daur eksplorasi dan ekstraksi barang mentah, transformasi menjadi
produk, konsumsi energi, limbah produksi, dan pemakaian produk
beserta pembuangan sampah yang dihasilkan dari produk tersebut
oleh konsumen (World Commissions on Environment and
Development, 1988 : 285). Sehingga di satu sisi keberadaan
industri tersebut memang memberikan dampak positif berupa
perpanjangan kemanfaatan atas sumber daya alam dan inilah yang
dinikmati oleh konsumen (manusia), tetapi di sisi lain industrialisasi
juga memberikan dampak negatif. Industrialisasi telah memaksa
alam untuk menampung seluruh residu hasil aktifitasnya yang
berupa sampah dan limbah. Akibatnya alam menjadi tercemar dan
kualitas lingkungan menjadi semakin turun.
Memang sejauh ini motif ekonomi masih tetap
mendominasi dalam setiap kebijakan industri. Banyak contoh kasus
misalnya dalam hal pembuangan sampah (tepatnya-limbah) industri
yang tidak dikelola dengan baik sehingga mengakibatkan
pencemaran lingkungan yang sangat fatal. Kasus Newmont, Aneka
Tambang, dan Freeport misalnya semakin menunjukkan betapa
keberadaan industri yang semula diarahkan untuk kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat ternyata justru mengakibatkan rusaknya
Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika...
39
ekologi secara serius karena memang sejak awal keberadaan
industri tersebut tidak ramah lingkungan atau bahkan mungkin
faktor lingkungan memang tidak diperhitungkan.
Kenyataan di atas barulah sekelumit cerita tentang dampak
lingkungan yang terjadi ketika awal proses produksi dilakukan.
Padahal efek industri tidak hanya berhenti sampai dengan tahap itu
saja tetapi terus berlanjut sampai dengan ketika barang itu selesai
dikonsumsi. Karena setelah produk industri itu selesai dikonsumsi
maka residunya yang berupa sampah akan menimbulkan efek
lingkungan yang lain lagi.
Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya produksi
massal atau fordisme yang diciptakan untuk alasan efektifitas dan
efisiensi ekonomi (Wibowo, 2006:69). Fordisme pada akhirnya
akan menaikkan tingkat konsumsi masyarakat dan hal ini akan
berujung pada semakin bertambahnya volume sampah yang
dihasilkan. Semakin canggihnya teknologi produksi yang tidak
ramah lingkungan juga turut memberikan kontribusi yang besar
bagi kerusakan alam. Penggunaan produk-produk sintetis (semacam
kaleng dan plastik) sebagai hasil dari teknologi misalnya telah
menjadi penyebab pencemaran yang utama. Produk-produk sintetis
tersebut telah berhasil menggeser produk-produk yang lebih alami
dan lebih mudah didaur ulang oleh alam. Plastik bahkan menjadi
semacam primadona bagi banyak produsen karena disamping
praktis juga lebih efisien dari segi biaya produksi. Padahal dari sisi
lingkungan sampah yang berasal dari bahan-bahan sintetis tersebut
sangat sulit untuk diurai secara alami sehingga akan sangat
berpeluang menimbulkan pencemaran.
Demikian, betapa kemajuan yang di asumsikan oleh
kalangan modernis dengan terciptanya suatu masyarakat yang
berkecukupan secara ekonomi sehingga dapat melakukan tingkat
konsumsi secara tinggi telah memberikan efek yang sangat buruk
terhadap kelestarian alam. Mereka mengabaikan bahwa
sesungguhnya dalam proses tersebut ada hal yang terlupakan yaitu
daya dukung alam untuk menampung seluruh residu yang mereka
hasilkan dari proses konsumsi tersebut. Kondisi ini jika dibiarkan
terus berlanjut maka akan sangat membahayakan kelestarian
ekologis dan tentunya juga keberlanjutan pembangunan pada
generasi yang akan datang.
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
40
C. Sustainable Development Melihat Persoalan Sampah
Paradigma sustainable development atau pembangunan
berkelanjutan sebenarnya sudah mulai diperbincangkan sejak tahun
1980 ketika World Conservation Strategy memunculkan istilah ini
dalam acara International Union for the Conservation of Nature dan
Lester R. Brown menggunakannya dalam penulisan buku Building
a Sustainable Society tahun 1981. Namun istilah ini baru menjadi
sangat populer setelah adanya Laporan Brundtland yang berjudul
Our Common Future pada tahun 1987 (Keraf, 2005:166).
Konsep sustainable development sendiri sebenarnya
muncul sebagai reaksi atas kegelisahan banyak pihak terhadap
eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam. Kondisi
over-eksploitasi telah menyebabkan turunnya kemampuan alam
(ecological carrying capacity) untuk me-recovery dirinya kembali
(Eckersley, 1992:36). Alam hanya sekedar dijadikan sebagai sarana
atau alat untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan manusia,
termasuk diantaranya adalah kebutuhan untuk meng-
eksternalisasikan sampah dengan tanpa dipertimbangkan
kelestariannya.
Pemikiran sustainable development sesungguhnya
berupaya untuk menjembatani keterputusan pemikiran teori
modernis terutama terkait dengan pengabaiannya terhadap banyak
hal, yang salah satu diantaranya adalah aspek kelestarian terhadap
sumber daya alam. Karena itu sebenarnya konsep sustainable
development lebih merupakan bentuk transformasi dari teori
modernis. Dalam konsep ini manusia masih tetap menjadi faktor
penentu utama dalam pengelolaan alam. Namun dalam konsepnya,
sustainable development kemudian memasukkan faktor-faktor yang
lain seperti misalnya kelestarian alam (ekologi) dalam proses
pembangunan. Tetapi sekali lagi, ini dimasukkan dalam kerangka
pikir untuk menjaga keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Karena
ketika problem ekologi muncul dan diabaikan begitu saja, hal ini
akan sangat membahayakan keberlanjutan pembangunan. Alam
harus tetap dijaga sustainabilitasnya agar generasi manusia yang
akan datang tetap dapat menikmatinya dan melangsungkan proses
pembangunan selanjutnya. Dalam tataran ini dapat dikatakan bahwa
sesungguhnya sustainable development berupaya untuk
menjembatani antara problem etis tentang lingkungan dengan
kebutuhan politis manusia atas lingkungan (Keraf, 2005:166).
Sebenarnya ada banyak definisi tentang sustainable
development, namun dari sekian banyak definisi yang ada definisi
Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika...
41
dari The Brundtland Commission adalah yang paling sering
digunakan. Dalam definisinya The Brundtland Commission
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sustainable development
adalah sebuah proses perubahan dimana kegiatan eksploitasi
sumber daya alam, investasi, penggunaan teknologi, dan perubahan
institusi yang ada selalu konsisten dalam memperhatikan kebutuhan
generasi yang akan datang, sebagaimana perhatiannya pada
kebutuhan generasi saat ini (Banarjee, 1999:6).
Dalam upaya pendefinisian tersebut, maka Gladwin dkk
(1995) sebagaimana dikutip oleh Banarjee mencoba untuk
mengidentifikasi aspek-aspek yang terkandung dalam sustainable
development antara lain: inclusiveness (pengkompromian antara
kepentingan ekologi, ekonomi, politik, teknologi, dan sistem
sosial); connectivity (adanya hubungan yang erat dan saling
mendukung antara tujuan sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan;
equity (pendistribusian manfaat sumber daya alam dan hak kelola
kekayaan secara adil); prudence (penjaminan kelangsungan daya
dukung dan kapasitas lingkungan); serta security (upaya mencapai
kehidupan yang aman, sehat, dan berkualitas).
Karena logika awal yang dibangun sustainable
development sebenarnya tidak jauh berbeda dengan modernis, maka
cara-cara yang ditempuh oleh sustainable development juga masih
dikerangkai pola pikir bagaimana mencapai suatu kondisi kemajuan
(progress) dalam bidang ekonomi namun tetap bisa mengakomodasi
juga faktor ekologi. Pertumbuhan ekonomi tetap penting hanya saja
ini harus dicapai dengan tanpa menyebabkan terjadinya degradasi
ekologi yang mengakibatkan hak generasi yang akan datang akan
terkurangi.
Terkait dengan problematika tentang persampahan, maka
dalam asumsi sustainable development sampah adalah sesuatu hal
yang tidak mungkin dihindari dari aktivitas kehidupan manusia,
seperti halnya proses perubahan yang berjalan secara linear dari
tradisional ke modern. Sustainable development mencoba untuk
berpikir secara realistis bahwa dalam kondisi sekarang ini, dimana
moderitas begitu kuat mengakar dalam pola pembangunan maka
efek samping yang berupa sampah atau mungkin limbah industri
adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari, tetapi hanya bisa untuk
dikelola dan diminimalisir sejak awal. Peluang inilah yang hendak
dikembangkan oleh sustainable development.
Manusia tidak mungkin surut kebelakang dengan
menghentikan seluruh proses produksinya, karena ini berarti bukan
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
42
progress yang dicapai tetapi justru regress. Namun disisi lain
kelestarian lingkungan juga harus diperhatikan jika tidak ingin
terjatuh pada kondisi regress yang pada akhirnya akan
menyebabkan mandegnya proses pembangunan itu sendiri.
Sustainable development mencoba untuk mengakomodasi hal ini
dan berupaya untuk mencarikan jalan keluarnya secara kooperatif.
Maka yang dilakukan oleh sustainable development dalam
setiap kebijakan pembangunan yang diambil adalah melakukan
mekanisme cost benefit analisys (Fiorino, 1995:101). Hal ini
penting untuk menghitung biaya lingkungan (ekologis) dan juga
manfaat ekonomis yang akan dicapai dari proses pembangunan
tersebut. Dari perhitungan ini kemudian dapat ditentukan langkah-
langkah pembangunan yang nantinya lebih akomodatif terhadap
persoalan lingkungan dengan tanpa mengabaikan kemanfaatan
ekonomi yang hendak dicapai, khususnya untuk keberlanjutan
pembangunan di masa yang akan datang. Dari mekanisme analisis
biaya dan manfaat yang dilakukan inilah diharapkan setiap
kebijakan pembangunan yang diambil akan lebih mampu
mengantisipasi problem lingkungan yang mungkin muncul dari
proses pembangunan tersebut.
D. Penutup: Ecological Modernization Sebagai Sebuah
Tawaran Solusi
Mengakomodasi konsep cost benefit analysis di atas, maka
yang dilakukan oleh sustainable development terkait dengan
problem persampahan adalah menjadikan sampah tersebut sebagai
biaya lingkungan yang harus ditanggung oleh produsen sejak awal.
Karena jika dihitung berdasarkan perbandingan biaya dan manfaat
yang diperoleh, maka produsen justru akan lebih beruntung ketika
dirinya mau untuk mengelola sampah ataupun limbahnya sejak awal
dibanding membiarkan sampah ataupun limbahnya tersebut dibuang
sembarangan dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Karena
saat sampah ataupun limbahnya tersebut sampai menyebabkan
pencemaran lingkungan, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk
menanggung itu semua jauh lebih besar.
Inilah yang kemudian seringkali disebut dengan proses
internalisasi eksternalitas (Prins, 1993:xxii). Sampah, limbah, dan
semua yang merupakan residu dari proses produksi yang selama ini
dipandang sebagai sesuatu yang berada di luar tanggungjawab
produsen, kemudian diinternalisasikan kembali sebagai bagian dari
proses produksi yang biayanya harus ditanggung oleh produsen. Hal
Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika...
43
ini mengindikasikan bahwa sejak awal environmental cost (biaya
lingkungan) memang sudah harus dimasukkan sebagai faktor
penting yang harus diperhitungkan dalam proses pembangunan, jika
ingin proses pembangunan itu dapat terus berlanjut. Karena sejak
awal sudah ditekankan bahwa faktor lingkungan harus
dipertimbangkan maka seluruh proses pembangunan, termasuk di
dalamnya kegiatan industri akan diarahkan pada terpenuhinya
kondisi ini.
Salah satu upaya untuk menindaklanjuti proses
internalisasi eksternalitas di atas adalah dengan menerapkan model
ecological modernization (Eckersley (ed.), 1995:9). Penerapan
model ini dapat dipandang sebagai kemajuan dalam bidang
pembangunan karena elemen-elemen lingkungan sudah dimasukkan
di dalamnya. Salah satu point penting di dalam model ini adalah
dimasukkannya unsur penanganan sampah dan limbah sebagai
ukuran kelayakan sebuah industri (AMDAL), sehingga industri itu
dilegalkan untuk beroperasi.
Pola yang pertama kali dimunculkan dalam model ini
adalah end of pipe, maksudnya menangani sampah atau limbah
setelah sampah atau limbah itu dihasilkan. Umumnya negara-negara
berkembang masih banyak menggunakan pola ini sebagai metode
praktis untuk menangani persoalan residu proses produksi. Maka
kemudian muncullah konsep-konsep semacam IPAL dan Tempat
Pembuangan Akhir Sampah. Namun disadari bahwa konsep end of
pipe ini belum mampu menyelesaikan persoalan persampahan yang
ada. Maka kemudian mereka mencoba mengembangkan model
penanganan sampah yang lebih baru lagi, yaitu clean production
(Eckersley, 1995:8-9).
Dalam model clean production ini produksi sampah
ataupun limbah dapat diminimalisir sejak awal karena tekanan pada
model clean production adalah upaya pencegahan sebelum sampah
itu benar-benar ada. Secara aplikatif clean production ini diterapkan
dalam bentuk eco-design, yang meliputi 4R yaitu : reduse, re-use,
re-cycling, dan recovery. Jadi memang sudah sejak awal produk-
produk yang ada sudah didesign sedemikian rupa agar nantinya
dapat di daur ulang atau lebih bio-degradable. Misalnya banyak
industri yang sekarang mengembangkan model-model re-fill.
Disamping biaya produksi jauh lebih murah sampah yang
dihasilkan juga relatif lebih sedikit. Dan lewat mekanisme pasar
konsumen diarahkan untuk mendukung proses ini. Karena dengan
menggunakan barang-barang yang dapat direfill maka harga yang
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
44
mereka peroleh lebih murah tetapi juga sekaligus sampah yang
dihasilkan tidak terlalu banyak. Kemudian juga dengan adanya
kebijakan pembangunan yang menetapkan extended producer
responsibility (EPR) dimana produsen diwajibkan untuk
menggunakan atau mengolah kembali produk ataupun kemasan
produk setelah purna pakai (http://www.walhi.or.id/).
Dari konsep-konsep semacam eco-design dan EPR inilah
maka sampah yang selama ini dianggap sebagai barang yang tidak
berguna justru dianggap sebagai peluang baru untuk dikembangkan
guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi ekonomi. Sampah tidak
lagi semata-mata dianggap sampah tetapi sampah sesungguhnya
adalah sumberdaya. Dengan kebijakan pembangunan yang adaptif
semacam ini sebenarnya akan lebih mampu memberikan daya
dorong bagi industri-industri yang ada untuk menjadi lebih kreatif
menciptakan teknologi-teknologi baru yang mampu meminimalisir
produksi sampah sejak awal tetapi juga sekaligus menekan biaya
produksi yang harus dikeluarkan.
Semua metode-metode yang digunakan di atas adalah
upaya yang dilakukan oleh sustainable development untuk
“menginternalisasikan eksternalitas” tersebut. Dan sebagai sebuah
wacana pembangunan yang relatif baru ini sangat menarik untuk
dikembangkan. Bisa dikatakan bahwa upaya ini akan memberikan
dampak yang sangat progressif dalam proses pembangunan. Disatu
sisi model pembangunan ini tidak menafikan adanya kenyataan
kebutuhan akan konsumsi manusia yang semakin meningkat dan
beragam, namun disisi lain efek ekologis juga tidak ketinggalan
diperhitungkan. Dan untuk mengantisipasi sejak awal turunnya
carrying capacity dari alam, maka yang sustainable development
lakukan adalah mendesign ulang seluruh proses dan produk industri
agar lebih efisien dan juga ramah lingkungan. Dalam proses ini
penghematan bahan baku dapat dilakukan dan juga minimalisasi
sampah yang dihasilkan. Proses efisiensi ini kemudian justru
membuat produk mereka menjadi memiliki daya saing yang tinggi
dan ini merupakan keuntungan tersendiri bagi industri. Jadi tidak
hanya keuntungan ekonomi yang mereka peroleh tetapi juga dari
sisi ekologi tidak luput ketinggalan.
Sustainable development sepenuhnya menyadari bahwa
ketika pertumbuhan ekonomi dapat dikelola sejalan dengan ekologi
maka keduanya akan berjalan dengan baik. Dua hal yang selama ini
dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin sinergis, bagi
sustainable development bukanlah hal yang niscaya untuk dicapai.
Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika...
45
Terus menerus mencela modernitas tampaknya bukanlah sebuah
langkah maju, karena antara manusia dengan alam sesungguhnya
dapat terjalin suatu simbiosis yang mutual (Hettne, 2001:336),
hanya saja yang perlu ditekankan adalah perlunya kesadaran untuk
mengantisipasi implikasi ekologis yang mungkin ditimbulkan dari
proses tersebut, sehingga penurunan daya dukung alam dapat
diantisipasi sejak dini. Dan jika daya dukung dari alam tetap dapat
dipertahankan maka ini berarti proses pembangunan dapat terus
berlanjut pada generasi yang akan datang dan kemajuan bagi
manusia dapat dicapai.
-JF-
DAFTAR PUSTAKA
Banerjee, Subhabrata Bobby, 1999, Sustainable Development and
The Reinvention of Nature dalam paper yang
dipresentasikan untuk Critical management Studies
Conference (Environment Stream), Manchester, United
Kingdom, July 14-16, 1999.
Eckersley, Robyn (ed.), 1995, Market, The State, and The
Environment Toward Integration, Mac Millan Press Ltd,
Hampshire and London.
Eckersley, Robyn, 1992, Environmentalism and Political Theory
: Toward an Ecocentric Approach, University College,
London.
Fakih, Mansour, 2006, Runtuhnya Teori Pembangunan dan
Globalisasi, Kerjasama Insist Press dan Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Fiorino, Daniel J., 1995, Making Environmental Policy,
University of California Press, USA.
Hettne, Bjorn, 2001, Teori Pembangunan dan Tiga Dunia, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/070125_sampah_
produsen_cu/
Keraf, A. Sonny, 2005, Etika Lingkungan, PT. Kompas Media
Nusantara, Jakarta.
Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World
Commissions on Environment and Development), 1988, Hari
Depan Kita Bersama, Gramedia, Jakarta.
Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008
46
Prins, Gwyn (ed.), 1993, Threats Without Enemies : Facing
Environmental Insecurity, Earthscan Publications Limited
120 Pentonville Road, London.
Santoso, Purwo, 2006, “Radikalisasi Pengelolaan Sampah” dalam
Jurnal Balairung Edisi/39/XX/2006, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Wibowo, Aseptyanto Wahyu, 2006, “Meninjau Ulang Industri
(Tak) Ramah Lingkungan” dalam Jurnal Balairung
Edisi/39/XX/2006, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap ProdusenContoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap ProdusenYuca Siahaan
 
Pendekatan Lingkungan Hidup
Pendekatan Lingkungan HidupPendekatan Lingkungan Hidup
Pendekatan Lingkungan Hidupflorindaeka_pw
 
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49Abdul Rachim
 
SOLUSI EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KONSTlTUSI/UUD' 45 SEBAGAI PIONIR DALAM AS...
SOLUSI EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KONSTlTUSI/UUD' 45 SEBAGAI PIONIR DALAM AS...SOLUSI EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KONSTlTUSI/UUD' 45 SEBAGAI PIONIR DALAM AS...
SOLUSI EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KONSTlTUSI/UUD' 45 SEBAGAI PIONIR DALAM AS...Repository Ipb
 
Hukum lingkungan
Hukum lingkunganHukum lingkungan
Hukum lingkunganSigit Riono
 
Konsep dan pengertian ekonomi sumber daya alam
Konsep dan pengertian ekonomi sumber daya alamKonsep dan pengertian ekonomi sumber daya alam
Konsep dan pengertian ekonomi sumber daya alamRahmatullah
 
4 penduduk-indutrialisasi-dan-pengelolaan-sda
4 penduduk-indutrialisasi-dan-pengelolaan-sda4 penduduk-indutrialisasi-dan-pengelolaan-sda
4 penduduk-indutrialisasi-dan-pengelolaan-sdaKoran Bekas
 
Pelestarian Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa
Pelestarian Cagar Alam dan Suaka Marga SatwaPelestarian Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa
Pelestarian Cagar Alam dan Suaka Marga SatwaDapu Creative Aceh
 
sumber daya alam 1
sumber daya alam 1sumber daya alam 1
sumber daya alam 1Mia Mancani
 
Kelangkaan Sumber Daya Alam (kemiskinan)
Kelangkaan Sumber Daya Alam (kemiskinan)Kelangkaan Sumber Daya Alam (kemiskinan)
Kelangkaan Sumber Daya Alam (kemiskinan)Sanoma PriciLia
 
Pengaruh perubahan iklim global pada perencanaan pembangunan wilayah fix
Pengaruh perubahan iklim global pada perencanaan pembangunan wilayah fixPengaruh perubahan iklim global pada perencanaan pembangunan wilayah fix
Pengaruh perubahan iklim global pada perencanaan pembangunan wilayah fixAndy Herlambang
 
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Konsep pembangunan berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutanKonsep pembangunan berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutanBudy Jafar
 
Konflik Agraria dan Pembangunan Desa
Konflik Agraria dan Pembangunan DesaKonflik Agraria dan Pembangunan Desa
Konflik Agraria dan Pembangunan DesaMuhammad Mardhan
 
Manajemen sampah zero
Manajemen sampah zeroManajemen sampah zero
Manajemen sampah zeroBeta Iriawan
 

What's hot (20)

Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap ProdusenContoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
 
Pendekatan Lingkungan Hidup
Pendekatan Lingkungan HidupPendekatan Lingkungan Hidup
Pendekatan Lingkungan Hidup
 
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
 
Bitranet edisi 43
Bitranet edisi 43Bitranet edisi 43
Bitranet edisi 43
 
SOLUSI EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KONSTlTUSI/UUD' 45 SEBAGAI PIONIR DALAM AS...
SOLUSI EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KONSTlTUSI/UUD' 45 SEBAGAI PIONIR DALAM AS...SOLUSI EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KONSTlTUSI/UUD' 45 SEBAGAI PIONIR DALAM AS...
SOLUSI EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KONSTlTUSI/UUD' 45 SEBAGAI PIONIR DALAM AS...
 
Kelangkaan x iis2 stc1
Kelangkaan x iis2 stc1Kelangkaan x iis2 stc1
Kelangkaan x iis2 stc1
 
Hukum lingkungan
Hukum lingkunganHukum lingkungan
Hukum lingkungan
 
Konsep dan pengertian ekonomi sumber daya alam
Konsep dan pengertian ekonomi sumber daya alamKonsep dan pengertian ekonomi sumber daya alam
Konsep dan pengertian ekonomi sumber daya alam
 
4 penduduk-indutrialisasi-dan-pengelolaan-sda
4 penduduk-indutrialisasi-dan-pengelolaan-sda4 penduduk-indutrialisasi-dan-pengelolaan-sda
4 penduduk-indutrialisasi-dan-pengelolaan-sda
 
Pelestarian Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa
Pelestarian Cagar Alam dan Suaka Marga SatwaPelestarian Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa
Pelestarian Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa
 
Permakultur
PermakulturPermakultur
Permakultur
 
sumber daya alam 1
sumber daya alam 1sumber daya alam 1
sumber daya alam 1
 
Kelangkaan Sumber Daya Alam (kemiskinan)
Kelangkaan Sumber Daya Alam (kemiskinan)Kelangkaan Sumber Daya Alam (kemiskinan)
Kelangkaan Sumber Daya Alam (kemiskinan)
 
Bitranet edisi 45
Bitranet edisi 45Bitranet edisi 45
Bitranet edisi 45
 
Pengaruh perubahan iklim global pada perencanaan pembangunan wilayah fix
Pengaruh perubahan iklim global pada perencanaan pembangunan wilayah fixPengaruh perubahan iklim global pada perencanaan pembangunan wilayah fix
Pengaruh perubahan iklim global pada perencanaan pembangunan wilayah fix
 
Globalisasi lingkungan
Globalisasi lingkunganGlobalisasi lingkungan
Globalisasi lingkungan
 
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
 
Konsep pembangunan berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutanKonsep pembangunan berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutan
 
Konflik Agraria dan Pembangunan Desa
Konflik Agraria dan Pembangunan DesaKonflik Agraria dan Pembangunan Desa
Konflik Agraria dan Pembangunan Desa
 
Manajemen sampah zero
Manajemen sampah zeroManajemen sampah zero
Manajemen sampah zero
 

Viewers also liked

MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGERMANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGERKuliahMandiri.org
 
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatanPengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatanKuliahMandiri.org
 
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan KuliahMandiri.org
 
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIAAKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIAKuliahMandiri.org
 
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusiaPenelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusiaKuliahMandiri.org
 
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASIIDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASIKuliahMandiri.org
 
Pengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontologyPengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontologyKuliahMandiri.org
 
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimenaEbook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimenaKuliahMandiri.org
 

Viewers also liked (15)

Suksesi
SuksesiSuksesi
Suksesi
 
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGERMANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
 
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatanPengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
Pengantar filsafat-3-pandangan-kefilsafatan
 
menjadi pemimpin sejati
menjadi pemimpin sejatimenjadi pemimpin sejati
menjadi pemimpin sejati
 
Filsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhanFilsafat perselingkuhan
Filsafat perselingkuhan
 
Dunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembungDunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembung
 
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
Pengantar filsafat,perenungan kefilsafatan
 
Kant
KantKant
Kant
 
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIAAKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
 
Filsafatilmu(1)
Filsafatilmu(1)Filsafatilmu(1)
Filsafatilmu(1)
 
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusiaPenelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
Penelitian ilmiah-dan-martabat-manusia
 
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASIIDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
 
Pengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontologyPengantar filsafat, ontology
Pengantar filsafat, ontology
 
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimenaEbook tentang manusia reza_aa_wattimena
Ebook tentang manusia reza_aa_wattimena
 
Psikologi gestalt
Psikologi gestaltPsikologi gestalt
Psikologi gestalt
 

Similar to FILSAFSAMPAH

Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKIs Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKUGK
 
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAMKESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAMErlynpradinie22
 
kuliah-1_pembangunan-berkelanjutan.ppt
kuliah-1_pembangunan-berkelanjutan.pptkuliah-1_pembangunan-berkelanjutan.ppt
kuliah-1_pembangunan-berkelanjutan.pptAnindyaPTamara1
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahFreddy Sebastian
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahFreddy Sebastian
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahFreddy Sebastian
 
Pendidikan moral mesra alam
Pendidikan moral mesra alamPendidikan moral mesra alam
Pendidikan moral mesra alamJeshurun96
 
09 makalah-sampah-untuk-dies-th-20081
09 makalah-sampah-untuk-dies-th-2008109 makalah-sampah-untuk-dies-th-20081
09 makalah-sampah-untuk-dies-th-20081Asep Humaedi Aasseepp
 
EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN_RINGKASAN.pptx
EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN_RINGKASAN.pptxEKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN_RINGKASAN.pptx
EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN_RINGKASAN.pptxssuser1928ed
 
Konsumsi berkelanjutan
Konsumsi berkelanjutanKonsumsi berkelanjutan
Konsumsi berkelanjutanResikaSiboro
 
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?Hananto Maryan Wiguna
 
Komunikasi Pembangunan
Komunikasi PembangunanKomunikasi Pembangunan
Komunikasi PembangunanAchda1
 
PPT IKD Pertemuan ke 15. Isu Lingkungan Global.ppt
PPT IKD Pertemuan ke 15.   Isu Lingkungan Global.pptPPT IKD Pertemuan ke 15.   Isu Lingkungan Global.ppt
PPT IKD Pertemuan ke 15. Isu Lingkungan Global.pptChristyRommer
 
PPT IKD Pertemuan ke 15. Isu Lingkungan Global.ppt
PPT IKD Pertemuan ke 15.   Isu Lingkungan Global.pptPPT IKD Pertemuan ke 15.   Isu Lingkungan Global.ppt
PPT IKD Pertemuan ke 15. Isu Lingkungan Global.pptriris70
 
Metode penelitiaan
Metode penelitiaanMetode penelitiaan
Metode penelitiaanrandaadhiya
 
24843114 materi-pengelolaan-sampah
24843114 materi-pengelolaan-sampah24843114 materi-pengelolaan-sampah
24843114 materi-pengelolaan-sampahgerygerger
 
Dinamika Wacana Perubahan Iklim dan Keterkaitannya dengan Hukum dan Tenurial ...
Dinamika Wacana Perubahan Iklim dan Keterkaitannya dengan Hukum dan Tenurial ...Dinamika Wacana Perubahan Iklim dan Keterkaitannya dengan Hukum dan Tenurial ...
Dinamika Wacana Perubahan Iklim dan Keterkaitannya dengan Hukum dan Tenurial ...INSISTPress
 
Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alamAlen Pepa
 

Similar to FILSAFSAMPAH (20)

Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKIs Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
 
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAMKESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
KESEHATAN LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
 
kuliah-1_pembangunan-berkelanjutan.ppt
kuliah-1_pembangunan-berkelanjutan.pptkuliah-1_pembangunan-berkelanjutan.ppt
kuliah-1_pembangunan-berkelanjutan.ppt
 
143740305 kesehatan-lingkungan
143740305 kesehatan-lingkungan143740305 kesehatan-lingkungan
143740305 kesehatan-lingkungan
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampah
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampah
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampah
 
Pendidikan moral mesra alam
Pendidikan moral mesra alamPendidikan moral mesra alam
Pendidikan moral mesra alam
 
Konsep pembangunan
Konsep pembangunanKonsep pembangunan
Konsep pembangunan
 
09 makalah-sampah-untuk-dies-th-20081
09 makalah-sampah-untuk-dies-th-2008109 makalah-sampah-untuk-dies-th-20081
09 makalah-sampah-untuk-dies-th-20081
 
EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN_RINGKASAN.pptx
EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN_RINGKASAN.pptxEKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN_RINGKASAN.pptx
EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN_RINGKASAN.pptx
 
Konsumsi berkelanjutan
Konsumsi berkelanjutanKonsumsi berkelanjutan
Konsumsi berkelanjutan
 
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
 
Komunikasi Pembangunan
Komunikasi PembangunanKomunikasi Pembangunan
Komunikasi Pembangunan
 
PPT IKD Pertemuan ke 15. Isu Lingkungan Global.ppt
PPT IKD Pertemuan ke 15.   Isu Lingkungan Global.pptPPT IKD Pertemuan ke 15.   Isu Lingkungan Global.ppt
PPT IKD Pertemuan ke 15. Isu Lingkungan Global.ppt
 
PPT IKD Pertemuan ke 15. Isu Lingkungan Global.ppt
PPT IKD Pertemuan ke 15.   Isu Lingkungan Global.pptPPT IKD Pertemuan ke 15.   Isu Lingkungan Global.ppt
PPT IKD Pertemuan ke 15. Isu Lingkungan Global.ppt
 
Metode penelitiaan
Metode penelitiaanMetode penelitiaan
Metode penelitiaan
 
24843114 materi-pengelolaan-sampah
24843114 materi-pengelolaan-sampah24843114 materi-pengelolaan-sampah
24843114 materi-pengelolaan-sampah
 
Dinamika Wacana Perubahan Iklim dan Keterkaitannya dengan Hukum dan Tenurial ...
Dinamika Wacana Perubahan Iklim dan Keterkaitannya dengan Hukum dan Tenurial ...Dinamika Wacana Perubahan Iklim dan Keterkaitannya dengan Hukum dan Tenurial ...
Dinamika Wacana Perubahan Iklim dan Keterkaitannya dengan Hukum dan Tenurial ...
 
Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alam
 

More from KuliahMandiri.org

Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimenaBahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimenaKuliahMandiri.org
 
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar BangsaPERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar BangsaKuliahMandiri.org
 
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSIGERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSIKuliahMandiri.org
 
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERNKONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERNKuliahMandiri.org
 
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMULANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMUKuliahMandiri.org
 
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan  Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan KuliahMandiri.org
 
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidupFilosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidupKuliahMandiri.org
 
Pengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetikaPengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetikaKuliahMandiri.org
 
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatanPengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatanKuliahMandiri.org
 

More from KuliahMandiri.org (18)

Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimenaBahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
Bahagia kenapa tidak reza_aa_wattimena
 
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar BangsaPERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
PERSPEKTIF Dari Spiritualitas Hidup sampai dengan Hubungan Antar Bangsa
 
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSIGERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
 
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERNKONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
 
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMULANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
 
metode ilmiah
metode ilmiahmetode ilmiah
metode ilmiah
 
Etika penelitian
Etika penelitianEtika penelitian
Etika penelitian
 
filsafat ilmu_(dasar)
filsafat ilmu_(dasar)filsafat ilmu_(dasar)
filsafat ilmu_(dasar)
 
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan  Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan
 
Karl Marx
Karl MarxKarl Marx
Karl Marx
 
Perspektif Sosiologi
Perspektif SosiologiPerspektif Sosiologi
Perspektif Sosiologi
 
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidupFilosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
Filosofi pengelolaan 0lingkungan hidup
 
Pengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetikaPengantar filsafat, estetika
Pengantar filsafat, estetika
 
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatanPengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
Pengantar filsafat,pandangan kefilsafatan
 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
 
Psikologi komunikasi
Psikologi komunikasiPsikologi komunikasi
Psikologi komunikasi
 
Estetika Klasik Timur
Estetika Klasik TimurEstetika Klasik Timur
Estetika Klasik Timur
 
filsafat ilmu logika
 filsafat ilmu  logika  filsafat ilmu  logika
filsafat ilmu logika
 

Recently uploaded

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

FILSAFSAMPAH

  • 1. TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH Oleh : Lailiy Muthmainnah1 Abstract Modernisation as a term refers to the development process which has a lot of limitation, and one of this problem is about garbage. Commonly, there are two big sources of garbage, industrializations and high mass consumtions. In fact, both of them are consequence of logical modernity. There are two reasons why garbage becomes a great problem in recent years. First, the quantity of garbage is overload, and second, its quality: most of the garbage is not bio-degradable. This problem will be more complicated because people usually use logic “not in my back yard” with their garbage. To respond this problem, modernity tries to transform in a new kind of development, that is usually called sustainable development. Although there are several different interpretations of sustainable development but it refers to The Brundtland Commission which defines sustainable development as a process of change in which the exploitation of resources, direction of investments, orientation of technological development, and institutional change are made consistent with future as well as present needs. For instance emphasize constancy of natural capital stock as a necessary condition for sustainability. Growth or wealth must be created without resources depletion. Exactly how this is to be achieved remains a mystery, but majority of sustainable development literature said that this condition will be achieved with using model ecological modernisation. Thus, the challenge is to find new technologies and to expand the role of the market in allocating environment resources with the assumption that putting a price on the natural environment is only the way to protect it. In fact, this ways are used to solve the problem of garbage in recent years. Keywords: sustainability, ecology, garbage. 1 Dosen Fakultas Filsafat UGM
  • 2. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 36 A. Pendahuluan Pola pikir modernis yang begitu kuat mengilhami teori pembangunan telah menempatkan manusia sebagai aktor utama dalam proses pembangunan. Manusia dipandang dengan sangat optimis, sehingga akan mampu mengatasi setiap persoalan yang mungkin muncul dalam strategi yang diambilnya, hal ini berlaku sama untuk setiap persoalan yang terkait dengan pembangunan. Dengan rasionalitasnya maka manusia akan semakin tertantang untuk maju dan mampu menaklukkan alam. Pola pikir yang antroposentris tersebut telah menjadikan alam hanya sebagai objek, alat, sekaligus sarana yang didaya gunakan untuk kepentingan dan kemanfaatan manusia semata (Keraf, 2005:33). Hal ini dapat dipahami karena dalam sudut pandang modernitas yang menjadi tujuan utama adalah tercapainya suatu kondisi yang sustainable secara ekonomi dan bukan ekologi. Fakta inilah yang menyebabkan munculnya berbagai kritik terhadap teori modernis, karena sesungguhnya pembangunan tidak semata- mata dapat diukur dari sisi pertumbuhan ekonomi saja. Kenyataan menunjukkan bahwa teori modernisasi yang diterapkan dalam model pembangunan sekarang ini telah menyisakan banyak persoalan. Salah satu diantaranya adalah persoalan yang terkait dengan masalah ekologi, dimana contoh riil untuk problem ini adalah sampah. Maka sengaja dalam tulisan ini “sampah” dijadikan sebagai tema utama untuk menelaah secara lebih jelas keterbatasan modernitas yang kemudian coba dijawab lewat transformasinya ke arah model pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Dalam pemikiran modernis, pembangunan diasumsikan akan senantiasa berjalan secara linear dari tradisional menuju modern, dimana hal ini dapat dicapai lewat tahap-tahap tertentu (The Stages of Economic Growth). Adapun tingkat tertinggi dari keberhasilan pembangunan tersebut akan ditandai dengan terwujudnya kondisi masyarakat yang memiliki kemampuan konsumsi tinggi atau high mass consumption (Fakih, 2006:56). Padahal kondisi ini akan memberikan konsekuensi logis berupa semakin banyaknya volume sampah yang akan dihasilkan oleh manusia, begitu pula dengan tingkat keberagaman sampahnya. Problem persampahan menjadi semakin kompleks tatkala manusia kemudian hanya sekedar membuang sampah yang mereka hasilkan tanpa mau secara kreatif berupaya mengubah sampah tersebut menjadi sesuatu yang berharga. Logika yang selalu
  • 3. Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika... 37 digunakan oleh masyarakat umumnya adalah “not in my back yard (NIMBY)”(Santoso, 2006:13). Tidak peduli akan lari kemana sampah yang dibuang karena yang penting adalah tempatnya sendiri bersih dari sampah. Akan dibawa kemana sampah itu selanjutnya, apakah di sungai, di jalan, di TPA, atau bahkan di selokan air mereka tidak peduli. Menggejalanya gaya-gaya berpikir semacam NIMBY di atas sebenarnya merupakan cerminan dari semakin kuatnya pola pikir modernis, dimana orang hanya berorientasi pada upaya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dan meminimalkan beban yang harus ditanggung. Mereka mau untuk memproduksi dan mengkonsumsi secara besar-besaran, namun residu dari dua proses tersebut mereka abaikan. Hal ini tentunya memberikan pengaruh yang buruk terhadap kualitas lingkungan hidup. Karena dengan semakin banyak dan beragamnya volume sampah yang tercipta sebagai hasil dari proses yang dikatakan sebagai modernitas tersebut, maka daya dukung alam juga semakin turun. Dan jika kondisi ini tidak segera diantisipasi maka akan sangat membahayakan kelangsungan hidup manusia di masa yang akan datang. Dari latar belakang persoalan tersebut di atas dapat dilihat betapa modernitas telah menyisakan banyak persoalan, diantaranya tentang sampah tadi. Maka dari limitasi modernitas ini juga tulisan ini akan dikembangkan untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut : Apakah yang menjadi sumber utama dari persoalan persampahan yang ada sekarang? Bagaimana sudut pandang sustainable development dalam menyikapi problem tentang persampahan? Serta solusi seperti apa yang dapat ditawarkan oleh sustainable development untuk mengatasi problem tersebut? B. Konsumsi dan Industrialisasi yang bercorak Antroposentris Sebagai Sumber Utama Sampah Sampah secara definitif berarti bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Namun jika diteliti lebih dalam lagi, setidaknya ada beberapa sumber sampah yaitu pemukiman, perkantoran, pertanian dan perkebunan, industri dan sumber-sumber lainnya. Dan diantara beberapa sumber sampah tadi industri ternyata masih menempati porsi tertinggi dalam menghasilkan sampah. Karena itu dapat dikatakan bahwa meskipun setiap aktivitas konsumsi manusia akan menghasilkan residu berupa
  • 4. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 38 sampah, namun setidaknya hal ini bukanlah penyebab tunggal dari semakin parahnya problem persampahan yang terjadi di dunia. Dalam asumsi penulis, aktivitas manusia yang semakin tinggi untuk mengkonsumsi barang-barang ini berkorelasi positif dengan semakin canggihnya teknologi produksi. Ini berarti tingginya tingkat konsumsi masyarakat dan industrialisasi memberikan pengaruh yang sama besar terhadap semakin meningkatnya volume sampah dan lebih jauh terhadap semakin menurunnya kualitas dan daya dukung alam. Dalam masyarakat modern, industrialisasi memang dijadikan sebagai motor utama penggerak ekonomi untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Karena itu industrialisasi memegang peran yang sangat sentral dalam proses pembangunan. Agar perekonomian masyarakat dapat digenjot secara cepat maka industri dikembangkan sampai ke pelosok-pelosok negeri. Tanpa disadari bahwa sebenarnya keberadaan industri itu sendiri memberikan double effect bagi masyarakat. Seperti yang dilaporkan oleh Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commissions on Environment and Development) yang menyebutkan bahwa industri dan produk yang dihasilkannya memberi dampak pada basis sumber daya alam melalui keseluruhan daur eksplorasi dan ekstraksi barang mentah, transformasi menjadi produk, konsumsi energi, limbah produksi, dan pemakaian produk beserta pembuangan sampah yang dihasilkan dari produk tersebut oleh konsumen (World Commissions on Environment and Development, 1988 : 285). Sehingga di satu sisi keberadaan industri tersebut memang memberikan dampak positif berupa perpanjangan kemanfaatan atas sumber daya alam dan inilah yang dinikmati oleh konsumen (manusia), tetapi di sisi lain industrialisasi juga memberikan dampak negatif. Industrialisasi telah memaksa alam untuk menampung seluruh residu hasil aktifitasnya yang berupa sampah dan limbah. Akibatnya alam menjadi tercemar dan kualitas lingkungan menjadi semakin turun. Memang sejauh ini motif ekonomi masih tetap mendominasi dalam setiap kebijakan industri. Banyak contoh kasus misalnya dalam hal pembuangan sampah (tepatnya-limbah) industri yang tidak dikelola dengan baik sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan yang sangat fatal. Kasus Newmont, Aneka Tambang, dan Freeport misalnya semakin menunjukkan betapa keberadaan industri yang semula diarahkan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat ternyata justru mengakibatkan rusaknya
  • 5. Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika... 39 ekologi secara serius karena memang sejak awal keberadaan industri tersebut tidak ramah lingkungan atau bahkan mungkin faktor lingkungan memang tidak diperhitungkan. Kenyataan di atas barulah sekelumit cerita tentang dampak lingkungan yang terjadi ketika awal proses produksi dilakukan. Padahal efek industri tidak hanya berhenti sampai dengan tahap itu saja tetapi terus berlanjut sampai dengan ketika barang itu selesai dikonsumsi. Karena setelah produk industri itu selesai dikonsumsi maka residunya yang berupa sampah akan menimbulkan efek lingkungan yang lain lagi. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya produksi massal atau fordisme yang diciptakan untuk alasan efektifitas dan efisiensi ekonomi (Wibowo, 2006:69). Fordisme pada akhirnya akan menaikkan tingkat konsumsi masyarakat dan hal ini akan berujung pada semakin bertambahnya volume sampah yang dihasilkan. Semakin canggihnya teknologi produksi yang tidak ramah lingkungan juga turut memberikan kontribusi yang besar bagi kerusakan alam. Penggunaan produk-produk sintetis (semacam kaleng dan plastik) sebagai hasil dari teknologi misalnya telah menjadi penyebab pencemaran yang utama. Produk-produk sintetis tersebut telah berhasil menggeser produk-produk yang lebih alami dan lebih mudah didaur ulang oleh alam. Plastik bahkan menjadi semacam primadona bagi banyak produsen karena disamping praktis juga lebih efisien dari segi biaya produksi. Padahal dari sisi lingkungan sampah yang berasal dari bahan-bahan sintetis tersebut sangat sulit untuk diurai secara alami sehingga akan sangat berpeluang menimbulkan pencemaran. Demikian, betapa kemajuan yang di asumsikan oleh kalangan modernis dengan terciptanya suatu masyarakat yang berkecukupan secara ekonomi sehingga dapat melakukan tingkat konsumsi secara tinggi telah memberikan efek yang sangat buruk terhadap kelestarian alam. Mereka mengabaikan bahwa sesungguhnya dalam proses tersebut ada hal yang terlupakan yaitu daya dukung alam untuk menampung seluruh residu yang mereka hasilkan dari proses konsumsi tersebut. Kondisi ini jika dibiarkan terus berlanjut maka akan sangat membahayakan kelestarian ekologis dan tentunya juga keberlanjutan pembangunan pada generasi yang akan datang.
  • 6. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 40 C. Sustainable Development Melihat Persoalan Sampah Paradigma sustainable development atau pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah mulai diperbincangkan sejak tahun 1980 ketika World Conservation Strategy memunculkan istilah ini dalam acara International Union for the Conservation of Nature dan Lester R. Brown menggunakannya dalam penulisan buku Building a Sustainable Society tahun 1981. Namun istilah ini baru menjadi sangat populer setelah adanya Laporan Brundtland yang berjudul Our Common Future pada tahun 1987 (Keraf, 2005:166). Konsep sustainable development sendiri sebenarnya muncul sebagai reaksi atas kegelisahan banyak pihak terhadap eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam. Kondisi over-eksploitasi telah menyebabkan turunnya kemampuan alam (ecological carrying capacity) untuk me-recovery dirinya kembali (Eckersley, 1992:36). Alam hanya sekedar dijadikan sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan manusia, termasuk diantaranya adalah kebutuhan untuk meng- eksternalisasikan sampah dengan tanpa dipertimbangkan kelestariannya. Pemikiran sustainable development sesungguhnya berupaya untuk menjembatani keterputusan pemikiran teori modernis terutama terkait dengan pengabaiannya terhadap banyak hal, yang salah satu diantaranya adalah aspek kelestarian terhadap sumber daya alam. Karena itu sebenarnya konsep sustainable development lebih merupakan bentuk transformasi dari teori modernis. Dalam konsep ini manusia masih tetap menjadi faktor penentu utama dalam pengelolaan alam. Namun dalam konsepnya, sustainable development kemudian memasukkan faktor-faktor yang lain seperti misalnya kelestarian alam (ekologi) dalam proses pembangunan. Tetapi sekali lagi, ini dimasukkan dalam kerangka pikir untuk menjaga keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Karena ketika problem ekologi muncul dan diabaikan begitu saja, hal ini akan sangat membahayakan keberlanjutan pembangunan. Alam harus tetap dijaga sustainabilitasnya agar generasi manusia yang akan datang tetap dapat menikmatinya dan melangsungkan proses pembangunan selanjutnya. Dalam tataran ini dapat dikatakan bahwa sesungguhnya sustainable development berupaya untuk menjembatani antara problem etis tentang lingkungan dengan kebutuhan politis manusia atas lingkungan (Keraf, 2005:166). Sebenarnya ada banyak definisi tentang sustainable development, namun dari sekian banyak definisi yang ada definisi
  • 7. Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika... 41 dari The Brundtland Commission adalah yang paling sering digunakan. Dalam definisinya The Brundtland Commission menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sustainable development adalah sebuah proses perubahan dimana kegiatan eksploitasi sumber daya alam, investasi, penggunaan teknologi, dan perubahan institusi yang ada selalu konsisten dalam memperhatikan kebutuhan generasi yang akan datang, sebagaimana perhatiannya pada kebutuhan generasi saat ini (Banarjee, 1999:6). Dalam upaya pendefinisian tersebut, maka Gladwin dkk (1995) sebagaimana dikutip oleh Banarjee mencoba untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang terkandung dalam sustainable development antara lain: inclusiveness (pengkompromian antara kepentingan ekologi, ekonomi, politik, teknologi, dan sistem sosial); connectivity (adanya hubungan yang erat dan saling mendukung antara tujuan sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan; equity (pendistribusian manfaat sumber daya alam dan hak kelola kekayaan secara adil); prudence (penjaminan kelangsungan daya dukung dan kapasitas lingkungan); serta security (upaya mencapai kehidupan yang aman, sehat, dan berkualitas). Karena logika awal yang dibangun sustainable development sebenarnya tidak jauh berbeda dengan modernis, maka cara-cara yang ditempuh oleh sustainable development juga masih dikerangkai pola pikir bagaimana mencapai suatu kondisi kemajuan (progress) dalam bidang ekonomi namun tetap bisa mengakomodasi juga faktor ekologi. Pertumbuhan ekonomi tetap penting hanya saja ini harus dicapai dengan tanpa menyebabkan terjadinya degradasi ekologi yang mengakibatkan hak generasi yang akan datang akan terkurangi. Terkait dengan problematika tentang persampahan, maka dalam asumsi sustainable development sampah adalah sesuatu hal yang tidak mungkin dihindari dari aktivitas kehidupan manusia, seperti halnya proses perubahan yang berjalan secara linear dari tradisional ke modern. Sustainable development mencoba untuk berpikir secara realistis bahwa dalam kondisi sekarang ini, dimana moderitas begitu kuat mengakar dalam pola pembangunan maka efek samping yang berupa sampah atau mungkin limbah industri adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari, tetapi hanya bisa untuk dikelola dan diminimalisir sejak awal. Peluang inilah yang hendak dikembangkan oleh sustainable development. Manusia tidak mungkin surut kebelakang dengan menghentikan seluruh proses produksinya, karena ini berarti bukan
  • 8. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 42 progress yang dicapai tetapi justru regress. Namun disisi lain kelestarian lingkungan juga harus diperhatikan jika tidak ingin terjatuh pada kondisi regress yang pada akhirnya akan menyebabkan mandegnya proses pembangunan itu sendiri. Sustainable development mencoba untuk mengakomodasi hal ini dan berupaya untuk mencarikan jalan keluarnya secara kooperatif. Maka yang dilakukan oleh sustainable development dalam setiap kebijakan pembangunan yang diambil adalah melakukan mekanisme cost benefit analisys (Fiorino, 1995:101). Hal ini penting untuk menghitung biaya lingkungan (ekologis) dan juga manfaat ekonomis yang akan dicapai dari proses pembangunan tersebut. Dari perhitungan ini kemudian dapat ditentukan langkah- langkah pembangunan yang nantinya lebih akomodatif terhadap persoalan lingkungan dengan tanpa mengabaikan kemanfaatan ekonomi yang hendak dicapai, khususnya untuk keberlanjutan pembangunan di masa yang akan datang. Dari mekanisme analisis biaya dan manfaat yang dilakukan inilah diharapkan setiap kebijakan pembangunan yang diambil akan lebih mampu mengantisipasi problem lingkungan yang mungkin muncul dari proses pembangunan tersebut. D. Penutup: Ecological Modernization Sebagai Sebuah Tawaran Solusi Mengakomodasi konsep cost benefit analysis di atas, maka yang dilakukan oleh sustainable development terkait dengan problem persampahan adalah menjadikan sampah tersebut sebagai biaya lingkungan yang harus ditanggung oleh produsen sejak awal. Karena jika dihitung berdasarkan perbandingan biaya dan manfaat yang diperoleh, maka produsen justru akan lebih beruntung ketika dirinya mau untuk mengelola sampah ataupun limbahnya sejak awal dibanding membiarkan sampah ataupun limbahnya tersebut dibuang sembarangan dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Karena saat sampah ataupun limbahnya tersebut sampai menyebabkan pencemaran lingkungan, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggung itu semua jauh lebih besar. Inilah yang kemudian seringkali disebut dengan proses internalisasi eksternalitas (Prins, 1993:xxii). Sampah, limbah, dan semua yang merupakan residu dari proses produksi yang selama ini dipandang sebagai sesuatu yang berada di luar tanggungjawab produsen, kemudian diinternalisasikan kembali sebagai bagian dari proses produksi yang biayanya harus ditanggung oleh produsen. Hal
  • 9. Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika... 43 ini mengindikasikan bahwa sejak awal environmental cost (biaya lingkungan) memang sudah harus dimasukkan sebagai faktor penting yang harus diperhitungkan dalam proses pembangunan, jika ingin proses pembangunan itu dapat terus berlanjut. Karena sejak awal sudah ditekankan bahwa faktor lingkungan harus dipertimbangkan maka seluruh proses pembangunan, termasuk di dalamnya kegiatan industri akan diarahkan pada terpenuhinya kondisi ini. Salah satu upaya untuk menindaklanjuti proses internalisasi eksternalitas di atas adalah dengan menerapkan model ecological modernization (Eckersley (ed.), 1995:9). Penerapan model ini dapat dipandang sebagai kemajuan dalam bidang pembangunan karena elemen-elemen lingkungan sudah dimasukkan di dalamnya. Salah satu point penting di dalam model ini adalah dimasukkannya unsur penanganan sampah dan limbah sebagai ukuran kelayakan sebuah industri (AMDAL), sehingga industri itu dilegalkan untuk beroperasi. Pola yang pertama kali dimunculkan dalam model ini adalah end of pipe, maksudnya menangani sampah atau limbah setelah sampah atau limbah itu dihasilkan. Umumnya negara-negara berkembang masih banyak menggunakan pola ini sebagai metode praktis untuk menangani persoalan residu proses produksi. Maka kemudian muncullah konsep-konsep semacam IPAL dan Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Namun disadari bahwa konsep end of pipe ini belum mampu menyelesaikan persoalan persampahan yang ada. Maka kemudian mereka mencoba mengembangkan model penanganan sampah yang lebih baru lagi, yaitu clean production (Eckersley, 1995:8-9). Dalam model clean production ini produksi sampah ataupun limbah dapat diminimalisir sejak awal karena tekanan pada model clean production adalah upaya pencegahan sebelum sampah itu benar-benar ada. Secara aplikatif clean production ini diterapkan dalam bentuk eco-design, yang meliputi 4R yaitu : reduse, re-use, re-cycling, dan recovery. Jadi memang sudah sejak awal produk- produk yang ada sudah didesign sedemikian rupa agar nantinya dapat di daur ulang atau lebih bio-degradable. Misalnya banyak industri yang sekarang mengembangkan model-model re-fill. Disamping biaya produksi jauh lebih murah sampah yang dihasilkan juga relatif lebih sedikit. Dan lewat mekanisme pasar konsumen diarahkan untuk mendukung proses ini. Karena dengan menggunakan barang-barang yang dapat direfill maka harga yang
  • 10. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 44 mereka peroleh lebih murah tetapi juga sekaligus sampah yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Kemudian juga dengan adanya kebijakan pembangunan yang menetapkan extended producer responsibility (EPR) dimana produsen diwajibkan untuk menggunakan atau mengolah kembali produk ataupun kemasan produk setelah purna pakai (http://www.walhi.or.id/). Dari konsep-konsep semacam eco-design dan EPR inilah maka sampah yang selama ini dianggap sebagai barang yang tidak berguna justru dianggap sebagai peluang baru untuk dikembangkan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi ekonomi. Sampah tidak lagi semata-mata dianggap sampah tetapi sampah sesungguhnya adalah sumberdaya. Dengan kebijakan pembangunan yang adaptif semacam ini sebenarnya akan lebih mampu memberikan daya dorong bagi industri-industri yang ada untuk menjadi lebih kreatif menciptakan teknologi-teknologi baru yang mampu meminimalisir produksi sampah sejak awal tetapi juga sekaligus menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Semua metode-metode yang digunakan di atas adalah upaya yang dilakukan oleh sustainable development untuk “menginternalisasikan eksternalitas” tersebut. Dan sebagai sebuah wacana pembangunan yang relatif baru ini sangat menarik untuk dikembangkan. Bisa dikatakan bahwa upaya ini akan memberikan dampak yang sangat progressif dalam proses pembangunan. Disatu sisi model pembangunan ini tidak menafikan adanya kenyataan kebutuhan akan konsumsi manusia yang semakin meningkat dan beragam, namun disisi lain efek ekologis juga tidak ketinggalan diperhitungkan. Dan untuk mengantisipasi sejak awal turunnya carrying capacity dari alam, maka yang sustainable development lakukan adalah mendesign ulang seluruh proses dan produk industri agar lebih efisien dan juga ramah lingkungan. Dalam proses ini penghematan bahan baku dapat dilakukan dan juga minimalisasi sampah yang dihasilkan. Proses efisiensi ini kemudian justru membuat produk mereka menjadi memiliki daya saing yang tinggi dan ini merupakan keuntungan tersendiri bagi industri. Jadi tidak hanya keuntungan ekonomi yang mereka peroleh tetapi juga dari sisi ekologi tidak luput ketinggalan. Sustainable development sepenuhnya menyadari bahwa ketika pertumbuhan ekonomi dapat dikelola sejalan dengan ekologi maka keduanya akan berjalan dengan baik. Dua hal yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin sinergis, bagi sustainable development bukanlah hal yang niscaya untuk dicapai.
  • 11. Lailiy Muthmainnah, Tinjauan Filosofis Problematika... 45 Terus menerus mencela modernitas tampaknya bukanlah sebuah langkah maju, karena antara manusia dengan alam sesungguhnya dapat terjalin suatu simbiosis yang mutual (Hettne, 2001:336), hanya saja yang perlu ditekankan adalah perlunya kesadaran untuk mengantisipasi implikasi ekologis yang mungkin ditimbulkan dari proses tersebut, sehingga penurunan daya dukung alam dapat diantisipasi sejak dini. Dan jika daya dukung dari alam tetap dapat dipertahankan maka ini berarti proses pembangunan dapat terus berlanjut pada generasi yang akan datang dan kemajuan bagi manusia dapat dicapai. -JF- DAFTAR PUSTAKA Banerjee, Subhabrata Bobby, 1999, Sustainable Development and The Reinvention of Nature dalam paper yang dipresentasikan untuk Critical management Studies Conference (Environment Stream), Manchester, United Kingdom, July 14-16, 1999. Eckersley, Robyn (ed.), 1995, Market, The State, and The Environment Toward Integration, Mac Millan Press Ltd, Hampshire and London. Eckersley, Robyn, 1992, Environmentalism and Political Theory : Toward an Ecocentric Approach, University College, London. Fakih, Mansour, 2006, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Kerjasama Insist Press dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Fiorino, Daniel J., 1995, Making Environmental Policy, University of California Press, USA. Hettne, Bjorn, 2001, Teori Pembangunan dan Tiga Dunia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/070125_sampah_ produsen_cu/ Keraf, A. Sonny, 2005, Etika Lingkungan, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta. Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commissions on Environment and Development), 1988, Hari Depan Kita Bersama, Gramedia, Jakarta.
  • 12. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 1, April 2008 46 Prins, Gwyn (ed.), 1993, Threats Without Enemies : Facing Environmental Insecurity, Earthscan Publications Limited 120 Pentonville Road, London. Santoso, Purwo, 2006, “Radikalisasi Pengelolaan Sampah” dalam Jurnal Balairung Edisi/39/XX/2006, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wibowo, Aseptyanto Wahyu, 2006, “Meninjau Ulang Industri (Tak) Ramah Lingkungan” dalam Jurnal Balairung Edisi/39/XX/2006, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.