Universitas Sumatera Utara
1. Arsitektur Jepang berkembang berdasarkan budaya lokal namun dipengaruhi China kuno, awalnya menggunakan kayu untuk menahan gempa.
2. Arsitektur Jepang dipengaruhi Shinto dan Buddha, mengalami modernisasi sejak 1858. Kenzo Tange dikenal sebagai pelopor arsitektur modern Jepang yang mempadukan tradisional dan modern seperti di Hiroshima Peace Center.
3. Tange mahir men
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Setiap Bangsa memiliki arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik itu pada bangunan
kuno maupun bangunan modern. Dimana hal tersebut dapat mencerminkan dan menjadi sebuah
ciri khas dari suatu Negara.
Sebuah karya arsitektur dapat dibentuk oleh unsur-unsur, sistem, dan tatanan dasar yang
saling berkaitan untuk membentuk sebuah kesatuan terintegrasi yang memiliki suatu struktur
yang menyatu.
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan, yang berkaitan dengan berbagai segi
kehidupan antara lain: seni, teknik, ruang/tata ruang, geografi, dan sejarah. Oleh karena itu, ada
beberapa pengertian tentang arsitektur berdasarkan batasan-batasannya, tergantung dari segi
mana memandangnya.
Dipandang dari segi seni, arsitektur adalah segi bangunan, termasuk bentuk dan ragam
hiasnya. Dari segi teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan bangunan, termasuk proses
perancangan konstruksi, struktur, dan dalam hal ini juga menyangkut aspek dekorasi dan
keindahan. Dari segi ruang, arsitektur adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia atau
kelompok manusia untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Sedangkan dari segi sejarah,
kebudayaan dan geografi, arsitetur dipandang sebagai ungkapan fisik dan peninggalan budaya
dari suatu masyarakat dalam batasan waktu dan tempat tertentu (Sumalyo Yulianto, 1997:1).
Sehubungan dengan hal tersebut, bangsa Barat pada umumnya memandang bahwa untuk
mendapatkan suatu teori, maka arsitektur adalah merupakan ilmu yang sangat penting dikaji dan
Universitas Sumatera Utara
2. dipelajari lebih dalam lagi. Dengan perubahannya yang sangat cepat berkembang dan mendasar
pada budaya masyarakat Barat yang diakibatkan oleh Revolusi Industri, maka terjadi pula
perubahan besar dalam pandangan teori arsitektur.
Arsitektur pada Pasca Renaisanse terjadi percampuran antara gaya klasik yang sudah ada
seperti Yunani, Romawi, Abad Pertengahan, Romanesque dan Ghotik. Dengan demikian, hal ini
menandai adanya perubahan mendasar dalam arsitektur. Percampuran terjadi, selain karena
perubahan kebudayaan kebudayaan, pola pikir, namun karena telah lebih banyak pilihan bentuk
Selanjutnya di dalam arsitektur modern terdapat konsep tentang ruang yang di sebut
dengan “Open Plan” yaitu membagi bangunan dalam elemen-elemen struktur primer dan
skunder, kesemuanya itu bertujuan untuk mendapatkan fleksibilitas dan variasi di dalam
bangunan.
Pada arsitektur bangunan, biasanya perancang mempunyai beberapa pilihan dalam
membentukan proporsi suatu hal, diantaranya berdasarkan sifat materialnya, berdasarkan
bagaimana elemen-elemen bangunan bereaksi terhadap gaya dan bagaimana sesuatu itu dibuat
(Frank D.K. Ching, 2000: 126).
Sejak Restorasi Meiji pada tahun 1868, Jepang memasuki masa modernisasi dan
Westernisasi, serta masa pengenalan teknik bangunan batu dan batubata. Bangunan gaya baru
pada saat itu tersebar di seluruh negeri dan dipakai pada banyak pabrik yang dikelola pemerintah
dan kantor-kantor pemerintah. Gedung kantor dan perumahan yang menggunakan disain Barat
semakin umum. Namun, pada tahun 1923 bangunan batu dan batu-bata yang dibangun secara
konvensional gagal bertahan ketika terjadi gempa besar yang menghancurkan Tokyo.
Universitas Sumatera Utara
3. Di Jepang, sejak tahun 1930 gerakan modernisasi arsitektur melonjak semakin cepat
perkembangan dan kemajuan yang mengakibatkan munculnya berbagai karya-karya arsitektur
penting.
Oleh karena itu, bila dilihat dari ciri-ciri bangunan arsitektur modern Jepang yang
sculptural dan monumental dengan ciri-ciri penonjolan elemen-elemen kontruksi, meskipun dari
bahan modern seperti beton bertulang, namun diperlukan juga tampilan ekspresif lainnya dalam
bentuk kayu.
Keanekaragaman ekspresi arsitektur Jepang juga mendapat perhatian sebagai hasil
keyakinan masyarakat Jepang bahwa arsitektur merupakan bagian dari budaya dan tidak
sepenuhnya digerakkan oleh ekonomi. Sejak Negara yang berpenduduk kurang lebih 123 juta
jiwa ini menggelar Japan EXPO, arsitektur Jepang bergerak progresif dan memberi pengaruh
pada arsitektur dunia. Dan dengan segala kemajuan yang dicapainya, Jepang tetap menghormati
tradisi, yaitu penghormatan bangsa Jepang terhadap leluhurnya. Hal ini tercermin dari beberapa
arsitektur yang bias selaras serta berdampingan dengan kemajuan yang dicapai.
Seorang arsitek besar Jepang pada abad ke-20, yaitu Sutemi Horiguchi yang tergabung
dalam asosiasi masyarakat modern pertama Jepang, berpendapat bahwa arsitektur seharusnya
merupakan ekspresi yang jujur dari struktur. Arsitektur Jepang pada saat itu mendapat pengaruh
besar dari Eropa, demikin juga Horiguchi yang menaruh perhatian besar terhadap gagasan-
gagasan arsitektur Eropa. Dan ia membandingkan arsitektur Yunani Kuno untuk mendapatkan
dasar-dasar dari arsitektur tradisional negaranya.
Sebelum Perang Dunia I, Horiguchi menjadi pelopor arsitektur konterporer dengan
proyek-proyek yang cendrung tradisonal dengan kontruksi balok dan kolom. Pelopor arsitektur
Universitas Sumatera Utara
4. modern lainnya adalah Bonchi Yamaguchi dan generasi berikutnya dalam modernisme arsitektur
Jepang yang paling terkenal adalah Kenzo Tange.
Kenjo Tange lahir di Imabari Prefektur Ehime pada tanggal 4 September 1913. Ia
memasuki dunia pendidikan di Departemen Arsitektur Universitas Tokyo pada tahun 1935 –
1938 dan Graduate School di Universitas Tokyo dari tahun 1942 – 1945. Sehingga pada tahun
1965 ia meraih gelar Ph. D. dari universitas Tokyo. Sejumlah Doktoral lainnya ia terima dari
perguruan tinggi di Eropa, Amerika dan Asia. Setelah mempunyai gelar Profesor, maka ia
menjadi pengajar di Universitas Tokyo pada tahun 1946 dan memasuki masa Purna Bhakti pada
tahun 1974, disamping menjadi Profesor tamu pada Masschussets Institute of Technology (1959
– 1960), dan Harvard University (1972). Tange memulai karirnya yang gemilang setelah
memenangkan sayembara terbuka yaitu perancangan Hiroshima Peace Center (HPC) pada tahun
1945-1955. Bukan hanya itu saja, Tange juga pernah mendapatkan penghargaan Pickcer pada
tahun 1987.
Karya arsitektur Kenzo Tange merefleksikan dan mengkristalkan perubahan politik dan
iklim Jepang, disamping peduli pada perkembangan kearah yang lebih baik, Kenzo Tange
memiliki minat utama pada arsitektur modern yang memiliki nilai tradisi Jepang. Kenzo Tange
mengekspresikan ketidak-pedulian terhadap isu tradisional kuno. Namun, bangunan-
bangunannya yang berhasil, seluruhnya mengakar pada tradisi Jepang baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Sebagai contoh hasil karya Kenzo Tange yaitu Hiroshima Peace Center (HPC), yaitu
monument untuk memperingati jatuhnya bom di Hiroshima. Pada bangunannya tersebut terdapat
tiga elemen utama, yaitu sebuah pelengkung sederhana beton bertulang exposed berpenampang
hiperbola mengatapi titik dimana bom atom jatuh. Dua elemen lainnya adalah Museum dan
Universitas Sumatera Utara
5. Community Center, keduanya berdenah segi empat panjang, disusun dalam tata-letak satu
dengan yang lainya terpisah membentuk sudut siku, sisi yang terpanjang disusun menghadap
kearah titik dimana elemen pertama tersebut berada. Aspek tradisional lainnya yang cukup
menonjol dari HPC yaitu bangunan yang sederhana, baik dari bentuk unit, tata unit, penonjolan
bangunan (kolom, balok,balustrade, dan lain-lain), juga disusun dalam komposisi garis dan
bidang-bidang horizontal searah, seimbang, dan serasi, seperti pada rumah , istana, dan kuil di
Jepang. Disamping itu, banyak karya-karyanya yang tetap berpegang teguh pada pola perpaduan
antara gaya tradisional dan modern.
Kenzo Tange tidak setuju pada pandangan yang menganggap arsitektur sebagai mode,
sehingga ia memiliki semacam siklus dan mengabaikan fungsi. Menurutnya juga, walaupun ada
kemiripan, namun perbedaannya sungguh banyak. Ini dapat dilihat dari kurun waktu untuk
adanya perubahan trend, bila untuk mode apalagi fashion cukup dalam waktu setahun sudah
mengalami suatu perubahan, tetapi untuk arsitektur mungkin butuh waktu 50-100 tahunan untuk
mengalami perubahan.
Lalu dalam perkembangannya, pandangan Kenzo Tange mengenai Changing Sosiety
(perubahan masyrakat) patut disimak, karena ia sendiri juga mengalami suatu proses perubahan,
baik dalam pola pikir maupun karya-karyanya yang menggabungkan pola-pola tradisonal yang
dipengaruhi oleh gaya-gaya bangunan suci Shinto (ajaran agama asli Jepang yang
mengedepankan kedekatan terhadap alam) dan Budha, yang mengacu pada bangunan sederhana
dengan gaya-gaya modern yang didominasi oleh para arsitek Eropa Barat yang pada akhirnya
menjadikan Kenzo Tange sangat populer di kalangan dunia arsitektur.
Dari keterangan diatas kita dapat mengetahui bahwa arsitektur Jepang mengalami suatu
perubahan dari zaman ke zaman dengan proses waktu yang cukup lama.Walaupun demikian,
Universitas Sumatera Utara
6. perubahannya tersebut tidak terlepas dari nilai-nilai budaya, yaitu masih adanya mengandung
nilai agam Shinto dan Budha yang mengedepankan kedekatan terhadap alam dan mengacu pada
kesederhanaan. Adanya arsitek Jepang, yaitu Kenzo Tange yang menciptakan sebuah seni
arsitektur dengan konsep perpaduan antara gaya modern yang menggunakan bahan seperti beton
dengan gaya tradisonal yaitu menggunakan bahan dari kayu yng memiliki nuansa nilai-nlai
Shinto dan Budha, yang hasilnya tak kalah dengan yang lainnya, membuat penulis berminat
untuk menjadikannya suatu obyek penelitian, melalui skripsi yang berjudul “Analisis Konsep
Seni Arsitektur Pada Karya Kenzo Tange”
1.2. Perumusan Masalah
Perkembangan arsitektur Jepang adalah berdasarkan kebudayaan sendiri, namun tidak
terlepas dari penggunaan dasar-dasar arsitektur China kuno. Pada awalnya bangunan-bangunan
di Jepang didirikan seluruhnya dari kayu. Hingga sekarang bangunan dari kayu masih ada
betahan di Jepang, walaupun di antaranya sudah berusia lebih 1200 tahun. Alasan kayu
digunakan sebagai bahan kontruksi, yaitu karena kayu memiliki kelenturan yang lebih tinggi
sehingga bangunan dapat menahan guncangan gempa yang sering melanda Jepang dibanding
bangunan yang terbuat dari batu atau batu bata.
Dalam perkembangan selanjutnya arsitektur Jepang yang sangat dipengaruhi Shintoisme
(ajaran agama asli Jepang yang mengedepankan kedekatan terhadap alam) dan Budhisme, yang
mengacu pada kesederhanaan serta mengalami modernisasi (pem-Barat-an) sejak tahun 1858,
dimana pada saat itu Jepang mulai menjalankan diplomasi dengan Negara-negara Eropa Barat.
Dengan demikian arsitektur di Jepang berkembang seiring dengan situasi politik dan
ekonominya. Meskipun Modernisme arsitektur Jepang tersebut belum seperti perkembangan
Universitas Sumatera Utara
7. yang ada di Barat yang sudah dimulai sejak renaisanse, namun pada pasca Perang Dunia ke-II
modernisme Jepang telah terlihat jelas. Pelopor arsitektur Jepang yang paling terkenal hingga
sekarang adalah Kenzo Tange. Ia merupakan arsitektur ke-6 yang terkenal di dunia. Kenzo yang
memiliki konsep kesederhanaan, sehingga semakin memperindah bangunannya. Salah satu
sebagai contoh, Hiroshima Peace Center, yang dirancang oleh Kenzo Tange (1949-1955). HPC
terdiri dari tiga elemen utama, yang mencerminkan kesederhanaan. Aspek tradisional lainnya
yang cukup menonjol dari HPC adalah kesederhanaan, baik dari bentuk unit, tata unit , penojolan
bangunan (kolom, balok, balustrade,dan lain-lain) juga disusun dalam komposisi garis dan
bidang-bidang horizontal searah, seimbang, dan serasi, seperti pada rumah, istana, dan kuil di
Jepang. Disamping itu juga, banyak karya-karyanya yang tetap berpegang teguh pada pola
perpaduan antara gaya arsitektur tradisional,yaitu memiliki nilai agama Shinto dan Budha yang
selalu mengedepankan kedekatan terhadap alam dan mengacu pada kesederhanan yang
dipadukan dengan arsitektur gaya modern,yaitu penggunaan bahan dan kontrruksi yang modern.
Dalam aersitektur bangunan terdapat konsep tentang ruang yang disebut dengan Open
Plan, yaitu membagi bangunan dalam eleme-elemen primer dan skunder, semua itu bertujuan
untuk mendapatkan fleksibilitas dan fariasi di dalam bangunan.
Pada arsitektur bangunan, biasanya perancang mempunyai beberapa pilihan dalam
pembentukan suatu hal, diantaranya berdasarkan materialnya, berdasarkan bagaimana elemen-
elemen bangunan bereaksi terhadap gaya dan bagaimana sesuatu itu dibuat.
Dalam perancangannya, Kenzo Tange sangat piawai dalam permainan bangunan
geometri sederhana, yang tidak di jumpai pada bangunan lain. Dan kejituannya mendapatkan
massanya dalam ruang berskala kota, sehingga tampil lebih megah.
Universitas Sumatera Utara
8. Berdasarkan uraian diatas, untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka
permasalahan yang ingin penulis ajukan dalam bentuk pertnyaan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana elemen struktur dan kontruksi pada desain-desain Kenzo Tange?
2. Apa yang menjadi falsafah dan konsep perancangan pada karya-karya arsitek Kenzo Tange?
3. Bagaimana perancangan arsitektur pada bangunan-bangunan yang di buat oleh Kenzo
Tange?
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan.
Dalam penelitian ini, maka penulis membatasi pembahasannya pada analisa arsitektur
Kenzo Tange, yang dilihat dari falsafah suatu budaya yang memiliki nilai-nilai Shinto dan
Budha. Dimana agama Shinto selelu mangedepankan kedekatan terhadap alam dan suatu
kemurnian. Begitu juga sama halnya dengan Budha yang mengacu pada bangunan yang
sederhana, selarah, dan seimbang.
Agar penulisan ini lebih akurat, maka penulis akan mendeskripsikan tentang Arsitek dan
perancangan dalam arsitektur modern, yakni: timbulnya arsitektur modern, perkembangan,
teori-teori, serta karakter dan ciri arsitektur. Khususnya penulis akan menguraikan tentang
arsitektur jepang, yaitu: arsitektur modern Jepang, arsitektur tradisional Jepang, serta
menjelaskan bagaimana perancangan arsitektur Kenjo Tange, kosep/ falsafah tentang seni.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Kebudayaan menurut Ienage Saburo dalam bukunya yang berjudul “Nihon Bungkashi”
adalah segala usaha manusia dalam rangka menyelenggarakan hidupnya yang meliputi bidang-
Universitas Sumatera Utara
9. bidang, seperti ilmu pengetahuan, kesenian, agama, pemikiran moral, dan lain-lain, (Saburo
Ienage, 1988:1).
Setiap kebudayaan memiliki ekspresi-ekspresi artistik. Oleh karena itu, melalui karya
seni seperti karya seni bangunan, manusia dapat mengespresikan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita,
serta perasaan-perasaannya. Karya-karya seni merupakan media komunikasi, sehingga seorang
seniman dapat mengkomunikasikan suatu permasalahan maupun suatu pengalaman batin kepada
orang lain, (Maran Rafael Raga, 2000: 46). Oleh karena itu, arsitektur adalah seni yang
merupakan bagian dari kebudayaan, yang memiliki kaitan dengan usaha manusia dalam
menyelenggarakan hidupnya.
Arsitektur sudah ada sejak adanya manusia pertama hidup di bumi ini, untuk melindungi
dirinya dari alam, (hujan, terik matahari, dan lain-lain), ataupun dari gangguan dari mahluk
lainnya, baik binatang maupun manusia dari kelompok lain. Sejak itu hingga sekarang dan masa
yang akan datang, arsitektur akan selalu berkembang dalam bentuk yang semakin kompleks
sejalan dengan perkembangan peradaban dan budaya, termasuk pada ilmu pengetahuan,
tehnologi, dan tuntutan kebutuhan manusia baik secara kuantitatif maupun kualitatif, (Sumalyo
yulianto, 1997: 1).
Begitu juga dengan arsitektur Jepang yang mengalami perubahan, yaitu hingga pada
zaman Restorashi Meiji 1868, dimana pada saat itu jepang mengalami kemajuan pada gaya
arsitekturnya. Walaupun demikian bukan berarti arsitektur Jepang terlepas dari gaya arsitektur
tradisionalnya. Begitu juga dengan arsitek terkenal Kenzo Tange sejak abad ke-20. Ia seorang
perancang yang memiliki konsep tersendiri pada karya-karya seninya. Dengan demikian, semua
karya-karya seni bangunannya memilki nilai-nilai, keindahan, kenyamanan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
10. 2. Kerangka Teori
Dalam penelitian suatu karya seni, diperlukan satu atau lebik teori pendekatan yang sesuai
dengan objek dan tujuan dari penelitian ini. Dipandang dari segi seni, arsitektur adalah segi
bangunan, termasuk bentuk dan ragam hiasnya (Sumalyo Yulianto, 1997:1)
Dalam Ensiklopedia Umum (1990:1274), arsitektur adalah seni dan ilmu dalam
merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan
lingkungan binaan, mulai level makro, yaitu perencanaan kota/ perkotaan, lansekap, hingga level
mikro, yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga menunjukkan hasil-hasil proses
perancangan tersebut.
Sementara itu menurut Joyce M.Laurens (2004:26), arsiutektur adalah keseluruhan proses
mulai dari pemikiran, ide, gagasan, kemudian menjadi karya/ rancangan, dan diwujudkan
menjadi hasil karya nyata yang dilakukan secara sadar (bukan berdasarkan naluri) dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan akan ruang guna mewadahi aktivitas dan kegiatan yang diinginkan
serta menemukan aksistensi dirinya.
Dalam penelitian ini, ada juga menggunakan konsep nilai Shinto dan Budha. Menurut
Alen (1969:195) hubungan yang kuat antara struktur-struktur bangunan dengan keselarasan
alam, terlebih dahulu telah diterapkan dalam arsitektur kuil-kuil Shinto di Jepang, dan hubungan
ini merupakan karakteristik orang Jepang sejak dahulu. Alen juga mengatakan bahwa kuil-kuil
Budha juga didasarkan atas kedekatannya dengan alam ataupun merupakan bagian dari alam.
Menurut Sumalyo Yulianto (1997:2), arsitektur modern adalah perkembangan dari klasik
berubah secara revolusioner sejalan dengan Revolusi Industri mulai awal abad XIX, dengan
terjadinya perubahan besar-besaran dalam pola hidup dan pola pikir. Sedangkan arsitektur
tradisional menurut Plato dalam Sutrisno (1993:26) dikatakan yang indah dan sumber segala
Universitas Sumatera Utara
11. keindahan adalah yang paling sederhana, umpamanya nada yang sederhana dan warna yang
sederhana. Yang dimaksud “sederhana” disini adalah bentuk dan ukuran yang tidak dapat diberi
batasan , lebih lanjut berdasarkan sesuatu yang diberi batasan “lebih sederhana” lagi.
Pendekatan selanjutnya yang digunakan penulis adalah pendekatan semiotic. Berasal dari
bahasa Yunani smeion, yang berarti tanda. Dalam arti yang lebih luas, semiotika berarti ilmu
tentang proyeksi tanda-tanda, cara kerjanya, dan fungsinya terhadap kehidupan manusia
(Sachari, 2005:62)
Seperti halnya, Kenzo Tange yang memiliki konsep perancangan yang menarik, yaitu
penggabungan antara struktur modern yaitu menggunakan beton bertulang exposed dengan
tradisional yang juga masih menggunakan bahan dari kayu, yang kemudian hasilnya menjadi
lebih berkesan mewah dan elegan. Kenzo Tange juga menggunkan aspek tradisionalnya yang
cukup menonjol, diantaranya: bentuk unit, tata unit, penonjolan elemen bangunan, dan
sebagainya, (Sumalyo Yulianto, 1996: 416). Dalam konsep perancangannya, Tange juga
memberikan sentuhan dekoratif pada bangunannya. Hal ini terjadi karena tidak terlepas dari
pengaruh perubahan masyarakat, dan ia melihat bahwa pasar menghendaki hal tersebut. Selain
itu, Tange juga memperlihatkan bagimana menuangkan karakter arsitektur Jepang yang
kemudian dikenal luas sebagai “sentuhan khas” Jepang. Oleh karena itu, yang merupakan garis
dasar arsitektur Kenzo Tange serta konsep perancangannya yaitu kepiawaian permainan
bangunan geometri sederhana, yang tidak dijumpai pada bangunan lain dan kejituan
menempatkan massanya dalam ruang berskala kota, sehingga tampak megah, dan ia selalu ingin
menampilkan gedungnya terlihat menonjol. Dengan demikian, karyanya tersebut mendapat
keberhasilan.
Universitas Sumatera Utara
12. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian.
Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang tentu saja mempunyai maksud dan tujuan yang
hendak diperoleh, dan jika tidak demikian maka kegiatan yang dikerjakan tersebut adalah hal
yang sia-sia. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap “Analisis Konsep
Seni Arsitektur Pada Karya Kenzo Tange”, juga memiliki tujuan.
Sesuai dengan pokok-pokok permasalahan, sebagaimana telah dikemukakan diatas, maka
adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui bagaimana arsitektur di Jepang, baik modern maupun tradisional
2. untuk mengetahui konsep-konsep arsitektur yang digunakan oleh Kenzo Tange
terhadap karya-karyanya.
2. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan agar nantinya bermamfaat bagi pihak-pihak tertentu,
seperti:
1. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
perkembangan arsitektur di Jepang. Dan untuk mengetahui bagaimana Kenzo Tange dalam
melakukan perancangan serta filosofi dari Kenzo Tange.
2. Bagi masyarakat luas pada umumnya dan para pelajar/mahasiswa bahasa maupun sastra
Jepang khususnya, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
terhahadap dunia arsitektur Jepang, seperti penjelasan diatas.
Universitas Sumatera Utara
13. 1.6. Metode Penelitian.
Metode adalah alat untuk mencapai tujuan suatu kegiatan. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1976: 30), penelitian yang
bersifat deskriftif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu,
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.
Studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan membaca buku-buku atau refrensi
yang berkaitan dengan tema penulisan ini. Hal ini bertujuan untuk menemukan masalah yang
ada, teori-teori, dan penarikan kesimpulan serta saran-saran.
Untuk mengumpulkan data-data dan bahan-bahan yang berhubungan dengan tema
tersebut, maka penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu
mengumpulkan data-data yang menggunakan bahan-bahan pustaka.
Bahan-bahan pustaka tersebut diperoleh dari perpustakaan Universitas Sumatera Utara,
perpustakaan jurusan sastra Jepang USU, Universitas Medan (UNIMED), perpustakaan Konsulat
Jendral Jepang di medan, serta koleksi pribadi penulis.
Universitas Sumatera Utara