SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Oleh :
Sentot Baskoro, MM, MH
0811 85 75 86
Aspek Hukum dalam Bisnis
Bahan Pengajaran di GICI Business School
Sesi 3: Perikatan
Sesi 4: Badan Hukum
Perikatan
 Perjanjian : hubungan hukum yang
dikendaki
 Perikatan :
◦ hubungan hukum yang dikehendaki
◦ Hubungan hukum yang tidak
dikehendaki
 Perikatan adalah :
◦ Hubungan hukum antara dua orang atau
lebih
◦ di bidang harta kekayaan
◦ Salah satu pihak berhak atas prestasi, dan
Azas Perikatan
 Azas Konsesualisme
 Azas Kebebasan Berkontrak
 Azas Keseimbangan
 Azas Mengikat (Pacta Sunc Servanda
- Pasal 1338 KUHPer): Semua
perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang bagi para
pihak yang membuatnya
Syarat Syah Perjanjian
Empat Syarat sah perjanjian (Ps. 1320) :
- syarat subyektif (dapat dibatalkan
secara hukum):
- 1. Cakap - dewasa / telah menikah dibawah
umur tsb / tidak dibawah pengampuan
- 2. Sepakat - sepakat tanpa ada paksaan,
penipuan, kekhilafan
- syarat obyektif (batal demi hukum):
- 3. Hal tertentu - terukur dan dapat
ditentukan
- 4. Causa halal – tidak bertentangan dengan
hukum
Jenis-jenis
Perikatan
 Perikatan Bersyarat, perikatan yang
digantungkan pada peristiwa dikemudian
hari (mungkin dilaksanakan, tidak
bertentangan dengan susila,hukum)
 Perikatan berdasarkan ketetapan
waktu,digantungkan pada hal yang pasti
terjadi dikemudian hari.
 Perikatan alternatif (boleh memilih)
 Perikatan tanggung-menanggung
/renteng
 Perikatan dengan penetapan hukum
Macam Prestasi
 Menyerahkan sesuatu
 Berbuat sesuatu
 Tidak berbuat sesuatu
Sumber Hukum Perikatan
◦ Perjanjian saja
◦ Undang-undang
 Dari UU karena UU tsb sendiri yang mengatur
 Dari UU karena perbuatan seseorang
Wanprestasi (ingkar janji)
 Melakukan, tapi Tidak sesuai dengan yang diminta
 Melakukan, tapi Tidak sesuai waktu dan tempat
 Tidak melakukan sama sekali
 Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
Prestasi
Wan Prestasi
 Berbuat sesuatu (mengirim) tapi tidak
sesuai dengan spesifikasi (jenis,
kualitas, jumlah)
 Berbuat sesuatu (mengirim) sesuai
dengan spesifikasi tapi tidak sesuai
dengan jadwal/tempat.
 Tidak berbuat sesuatu (mengirim)
 Berbuat sesuatu yang dilarang
menurut perjanjian.
Konsekuensi Wanprestasi
Ganti Kerugian
 Macam-macam Ganti kerugian :
◦ nyata (Ganti Kerugian)
◦ Penyerta (Ganti Biaya)
◦ Keuntungan (Ganti Bunga)
 Bentuk Kerugian :
◦ Material  kekayaan kebendaan
◦ Immaterial  nama baik,gelar,HAKI
 Overmacht (kondisi di luar kuasa) tidak dapat
dimintakan ganti kerugian. (keadaan Kahar –
Force Majeur)
Pembatalan perjanjian (dgn/tanpa insert)
Cara Hapusnya Perikatan
Pasal 1381 KUH Perdata, antara lain :
 Pembayaran
 Perjumpaan Hutang (kompensasi)
 Pembebasan hutang
 Musnahnya barang terhutang
 Pembatalan (tercapai syarat batal)
 Lewat waktu
Definisi Perusahaan
Kegiatan yang:
• Terus menerus dan tidak terputus-putus;
• Secara terang-terangan (karena
berhubungan dengan pihak ketiga);
• Dalam kualitas tertentu (karena dalam
lapangan perniagaan);
• Menyerahkan barang-barang;
• Mengadakan perjanjian-perjanjian
perdagangan;
• Harus bermaksud memperoleh laba;
• Dicatat dalam pembukuan.
10
Jenis-jenis Perusahaan
1. Swasta, yang terdiri dari:
a. Persekutuan Perdata (Maatschap )
b. Firma Hukum (Vennootschap
Onder)
c. CV (Commanditaire
Vennootschap)
d. Persekutuan Terbatas (PT)
2. Koperasi
3. Yayasan
4. Perusahaan Negara / BUMN 11
Perseroan Terbatas
Milik
• Modal Dasar (Ditempatkan, dibayar, portepel)
• Saham (total lembar @ Rp. X,-/lembar)
Pemilik
• Pemegang Saham
• Rapat Umum Pemegang Saham
Pengurus
• Komisaris
• Direksi
HR
• Management
• Karyawan
Yayasan
Tertinggi
•Pembina
Pengawas
•Pengawas
Pelaksana
•Pengurus
Koperasi
Pemilik
• Anggota
• Rapat Anggota Tahunan
Pengawas
• Dewan Pengawas
Pengurus
• Dewan Pengurus
Dasar Hukum
• Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata)
• Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD)
• UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (UUPT)
• UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (UU BUMN)
• UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian
• UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan
15
Definisi PT
Perseroan Terbatas adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam UU
40/2007 dan peraturan pelaksanaannya.
(Pasal 1 ayat 1 UUPT)
16
Proses Pendirian PT
 Didirikan oleh minimal 2 orang dengan
Akta Notaris yang dibuat dalam
bahasa Indonesia
 Sebuah PT baru dikatakan sah
sebagai Badan Hukum, apabila Akta
Pendiriannya telah mendapatkan
pengesahan dari Kementerian Hukum
dan HAM RI
 Pasal 7 UUPT
17
Perbuatan Hukum Pra
Pendirian
 Sebelum mendapat pengesahan
status sebagai badan hukum,
perbuatan hukum atas nama
perseroan harus dilakukan secara
bersama-sama oleh semua anggota
Direksi, semua pendiri dan semua
anggota Komisaris
 Setelah mendapatkan pengesahan
status sebagai badan hukum, menjadi
mengikat dan merupakan tanggung
jawab PT 18
Proses Pendaftaran &
Pengesahan PT
 Permohonan harus diajukan ke
Kementerian Hukum & HAM dalam
jangka waktu paling lambat 60 hari
terhitung sejak penandatanganan Akta
Pendirian
19
Modal & Saham PT
Modal paling sedikit Rp.50.000.000,-
(Psl 32 ayat 1)
Paling sedikit 25% dari modal harus
ditempatkan dan disetor penuh (Psl 33
ayat 1)
Modal disetor bisa berupa uang dan
benda lain (Pasal 34)
20
Komposisi Modal PT
Kepemilikan Saham
• Secara umum kepemilikan saham
terbagi atas:
1. Saham biasa yang
terotorisasi/tercantum dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(authorized common stock);
2. Saham biasa yang diterbitkan oleh
perusahaan kepada masyarakat
melalui pasar modal (issued common
stock); dan
3. Saham biasa yang masih beredar
dimasyarakat yang mencerminkan
kepemilikannya terhadap perusahaan
(outstanding common stock) 22
 Prinsip kepemilikan saham dalam UUPT adalah one share
one vote (vide Pasal 84 ayat 1)
 Untuk tujuan dilakukannya pengontrolan atas jabatan
anggota direksi dan dewan komisaris dalam suatu
perseroan dapat diperjanjikan mengenai hak pemegang
saham tertentu untuk mencalonkan dan mengangkat posisi
tertentu dari anggota direksi dan/atau dewan komisaris
perseroan. Ketentuan ini dalam praktek dikenal sebagai
“oligarchy clause”. (Pheo Marojahan Hutabarat, 2008:15)
 Oligarchy clause biasanya diatur dalam perjanjian
kerjasama usaha patungan atau Joint Venture Agreement,
yang dalam praktek pasal ini dapat juga dimasukkan
kedalam ketentuan anggaran dasar PT yang bersangkutan.
Pasal ini mengatur mengenai pembagian hak diantara
pemegang saham untuk menominasikan dan mengangkat
susunan Direksi dan Dewan Komisaris dari perseroan
dimaksud. (Pheo Marojahan Hutabarat, 2008:15)
23
Perlindungan thdp Pemegang
Saham Minoritas
• Di dalam UUPT dan peraturan pelaksanaannya pada
dasarnya di atur bahwa satu atau lebih pihak yang
memiliki saham paling sedikit 10% dalam perseroan
akan memiliki hak-hak pemegang saham minoritas
antara lain sebagai berikut: (Pheo Marojahan
Hutabarat, 2008:19-22)
1. Hak Pemeriksaan dan Memperoleh Informasi .(vide
Pasal 138)
2. Hak Menuntut .(vide Pasal 97 ayat 6 dan Pasal 114
ayat 6)
3. Hak Memanggil RUPS.(vide Pasal 79 ayat 2 dan Pasal
80)
4. Hak Untuk Diajukannya Likuidasi Perseroan. (vide
Pasal 142-146) 24
• Pemegang saham minoritas juga berhak untuk
meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli
kembali (buy-back) dengan harga wajar, jika pemegang
saham yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan
perseroan yang merugikannya atau yang merugikan
perseroan, berupa: (i) perubahan Anggaran Dasar; (ii)
pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang
mempunyai nilai lebih dari 50% kekayaan bersih
perseroan; atau (iii) penggabungan, peleburan atau
pengambilalihan perseroan (vide Pasal 62 juncto Pasal
126 ayat 2 UUPT dan ketentuan dari Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1998).
• Jadi pemegang saham minoritas berhak untuk meminta
agar sahamnya dibeli kembali dengan harga yang
wajar oleh perseroan jika pemegang saham minoritas
tersebut tidak menyetujui tindakan atau transaksi
tersebut di atas, yang merugikan kepentingan
pemegang saham dan perseroan.
25
Apabila pemegang saham minoritas melaksanakan
(exercise) hak ini, maka perseroan akan melakukan
pembelian kembali saham milik pemegang saham
minoritas ini oleh perseroan, dengan ketentuan
bahwa:
• pembelian kembali saham tersebut tidak
menyebabkan kekayaan bersih perseroan
menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang
ditempatkan ditambah dengan cadangan wajib
yang telah disisihkan; dan
• jumlah nilai nominal seluruh saham yang akan
dibeli kembali oleh perseroan tersebut dan gadai
saham atau jaminan fidusia atas saham yang
dipegang oleh perseroan sendiri dan/atau
perseroan lain yang sahamnya secara langsung
atau tidak dimiliki oleh perseroan, tidak melibihi 26
 Jika buy-back shares tidak dilaksanakan sesuai dengan
syarat-syarat di atas, hali ini akan mengakibatkan
transaksi buy-back shares demi hukum (null and void)
(vide Pasal 37 ayat 2 UUPT). Apabila kondisi perseroan
tidak memungkinan dilakukannya buy-back atas
seluruh saham minoritas, maka perseroan wajib untuk
mengusahakan agar sisa saham milik pemegang
saham minoritas tersebut dibeli oleh pihak lainnya (vide
Pasal 62 ayat 2 UUPT).
 Jika seluruh saham milik pemegang saham minoritas
dibeli kembali oleh perseroan, maka perseroan itu
sendiri hanya dapat memegang sementara saham
perseroan tersebut paling lama 3 tahun, dengan
ketentuan bahwa saham perseroan yang dimiliki oleh
perseroan itu sendiri tidak dapat digunakan untuk
mengeluarkan suara dalam RUPS dalam menentukan
jumlah kuorum yang harus dicapai dan perseroan
sebagai pemegang saham tersebut tidak berhak untuk
mendapatkan pembagian dividen.
27
Restrukturisasi Perusahaan
• Didalam UUPT diatur pula mengenai
Restrukturisasi Perusahaan, yaitu
dengan cara:
1. Penggabungan (Merger)
2. Pengambilalihan (Acquisition)
3. Peleburan (Consolidation)
4. Pemisahan (Split / Spin-off)
28
Pelatihan Advokat ~ Kerjasama PBHI &
Peradi, 19 Juli 2011
Restrukturisasi Perusahaan
A
B
C
A
B
A & B
A
B
A / B
A
B
C
Merger
Akuisisi
Peleburan
Spin-Off
• Penggabungan (Merger) adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh
satu Perseroan atau lebih yntuk
menggabungkan diri dengan
Perseroan lain yang telah ada yang
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari
Perseroan yang menggabungkan diri
beralih karena hukum kepada
Perseroan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status
badan hukum Perseroan yang
menggabungkan diri berakhir karena
hukum. (vide Pasal 1 angka 9)
30
• Pengambil alihan/Akuisisi (Acquisition)
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambil alih saham Perseroan yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas
Perseroan tersebut. (vide Pasal 1 angka 11)
• Peleburan (Consolidation) adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua
Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri
dengan cara mendirikan satu Perseroan baru
yang karena hukum memperoleh aktiva dan
pasiva dari Perseroan yang meleburkan diri
dan status badan hukum yang meleburkan
diri berakhir karena hukum. (vide Pasal 1
angka 10)
31
 Pemisahan (split) adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh Perseroan
untuk memisahkan usaha yang
mengakibatkan seluruh aktiva dan
pasiva Perseroan beralih karena
hukum kepada dua Perseroan atau
lebih atau sebagian aktiva dan pasiva
Perseroan beralih karena hukum
kepada satu Perseroan atau lebih.
(vide Pasal 1 angka 12)
32
Tujuan Dilakukannya M & A
• Memperluas atau mendiversifikasi usaha perusahaan. Merger &
Akuisisi ini juga dapat ditujukan untuk mengurangi jumlah
kompetitor
• Memperluas pangsa pasar dan sekaligus untuk mencegah
kompetitor mengambil pasar yang telah dikuasai.
• Melakukan sinergi internal pada grup perusahaan, yaitu dengan
melakukan perpaduan biaya overhead.
 Meningkatkan pendanaan atau likuiditas perusahaan, sehingga
perusahaan menjadi lebih kuat.
 Memperluas jenis usaha
 Melindungi perusahaan yang akan diakuisisi dari kemungkinan
likuidasi. Hal ini biasanya dilakukan terhadap perusahaan afiliasi
dari perusahaan yang mengakuisisi.
 Penghindaran pajak
33
Restrukturisasi Perseroan
34
Jenis-jenis Merger
Jenis-jenis perbuatan hukum
penggabungan / merger dapat
dikelompokkan menjadi:
1.Penggabungan dari segi jenis
kegiatan perusahaan.
2.Penggabungan dari segi status
hukum.
3.Penggabungan dari segi tatacara
dilakukannya merger.
35
1. Merger dari segi jenis kegiatan perusahaan :
• Merger Vertikal
Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda
level atau tingkat operasional. Contoh : Restoran
cepat saji menggabungkan diri dengan
perusahaan peternakan ayam.
• Merger Horisontal
Perusahaan dalam satu industri membeli
perusahaan di level operasi yang sama. Contoh :
pabrik komputer gabung dengan pabrik komputer.
• Merger Konglomerasi
Tidak ada hubungan industri pada perusahaan
yang diakuisisi. Bertujuan untuk meningkatkan
profit perusahaan dari berbagai sumber atau unit
bisnis. Contoh : perusahaan pengobatan alternatif
bergabung dengan perusahaan operator telepon
seluler nirkabel.
36
2. Merger dari segi status hukum :
• Statutory Mergers dilaksanakan berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku, baik yang
dibuat oleh para pihak maupun dibuat oleh
badan yang berwenang. Asorbing company
secara otomatis berhak atas segala aset,
kewajiban dan hutang dari absorbed company.
• De facto Mergers, dilakukan oleh dua atau
lebih perusahaan tanpa didukung oelh
peraturan hukum yang berlaku di tampat mana
perusahaan tersebut didirikan dan
berkedudukan. Dapat diartika sebagai akuisisi
aset. (Absorbed Company tetap dianggap ada
dan memliki kedudukan mandiri, meskipun se
bagian besar kekayaan, kewajiban hutang
telah diterima oleh absorbing company).
37
3. Merger dari segi tata cara dilakukannya
merger :
• Upstream Merger. Merupakan transaksi
merger, dimana suatu induk perusahaan
(parent company) menggabungkan anak
perusahaannya ke dalam induk perusahaan
tersebut. Jadi disini, induk perusahaan
merupakan surviving company dan anak
perusahaannya merupakan dissolving
company. Dalam praktek, transaksi “upstream
merger”, dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap,
yaitu (i) tahap pertama, seluruh atau 100%
saham di anak perusahaan tersebut akan
diambil alih oleh induk perusahaan terlebih
dahulu, dan (ii) tahap kedua, setelah 100%
saham anak perusahaan telah diambil alih
oleh induk perusahaan, baru dilaksanakan
“upstream merger”, yang mengakibatkan di-
absorbnya anak perusahaan kedalam induk 38
Downstream Merger
 Downstream Merger. Kebalikan dari
upstream merger, pengertian dari
“downstream merger” adalah suatu
bentuk merger yang mana induk
perusahaan menggabungkan dirinya
ke dalam anak perusahaannya. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam
proses downstream merger ini, sama
halnya dengan penjelasan atas
upstream merger di atas.
39
Pelatihan Advokat ~ Kerjasama PBHI &
Peradi, 19 Juli 2011
b. Merger dengan Jual Beli Aset
Likuidasi, Jual beli aset dari
perusahaan target dilakukan terlebih
dahulu, sebelum perusahaan target
dilikuidasi.
c. merger dengan Jual Beli saham dan
Likuidasi,
saham perusahaan target dibeli dari
peme- gang saham, kemudian
perusahaan target dilikuidasi dan asetnya
dialihkan kepada perusahaan pembeli
saham.
40
Tugas Kelompok
 Sesi 1:
◦ Kelompok I: HAKI – Hak Cipta, Patent & Tata Letak
Circuit
◦ Kelompok II: HAKI – Merek/rahasia Dagang, Disain
Produk & Varietas Tanaman
 Sesi 2:
◦ Kelompok III: Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu &
Waktu Tertentu.
◦ Kelompok IV: Pemutusan Hubungan Kerja
 Sesi 3:
◦ Kelompok V: Penyelesaian Sengketa secara litigasi &
non-litigasi
◦ Kelompok VI: Perhitungan Pesangon

More Related Content

What's hot

Hak mendahulu utang pajak dalam kepailitan
Hak mendahulu utang pajak dalam kepailitanHak mendahulu utang pajak dalam kepailitan
Hak mendahulu utang pajak dalam kepailitanArridho Abduh
 
Perseroan terbatas in Bahasa
Perseroan terbatas in BahasaPerseroan terbatas in Bahasa
Perseroan terbatas in BahasaYesica Adicondro
 
Perjanjian jual beli saham bersyarat cspa bumn
Perjanjian jual beli saham bersyarat cspa bumnPerjanjian jual beli saham bersyarat cspa bumn
Perjanjian jual beli saham bersyarat cspa bumnGLC
 
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnisAf-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnisAfrian Rachmawati
 
2 h bisnis.organ bisnis
2 h bisnis.organ bisnis2 h bisnis.organ bisnis
2 h bisnis.organ bisnisAbu Aulia
 
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
 
5. badan usaha berbadan hukum
5. badan usaha berbadan hukum5. badan usaha berbadan hukum
5. badan usaha berbadan hukumGindha Wayka
 
Perseroan terbatas (PT)
Perseroan terbatas (PT)Perseroan terbatas (PT)
Perseroan terbatas (PT)Rizal Nurfalah
 
Presentasi cv dan firma
Presentasi cv dan firmaPresentasi cv dan firma
Presentasi cv dan firmakusyopanjaitan
 
Hukum perusahaan firma cv pt
Hukum perusahaan firma cv ptHukum perusahaan firma cv pt
Hukum perusahaan firma cv ptYesica Adicondro
 
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usahaKel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usahaNisa Uzumakiy
 
Aspek hukum badan usaha
Aspek hukum badan usahaAspek hukum badan usaha
Aspek hukum badan usahaIyan Sudrajat
 

What's hot (19)

HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN
 
HUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAANHUKUM PERUSAHAAN
HUKUM PERUSAHAAN
 
Hak mendahulu utang pajak dalam kepailitan
Hak mendahulu utang pajak dalam kepailitanHak mendahulu utang pajak dalam kepailitan
Hak mendahulu utang pajak dalam kepailitan
 
Perseroan terbatas in Bahasa
Perseroan terbatas in BahasaPerseroan terbatas in Bahasa
Perseroan terbatas in Bahasa
 
Perjanjian jual beli saham bersyarat cspa bumn
Perjanjian jual beli saham bersyarat cspa bumnPerjanjian jual beli saham bersyarat cspa bumn
Perjanjian jual beli saham bersyarat cspa bumn
 
FIRMA
FIRMAFIRMA
FIRMA
 
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnisAf-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
Af-subyek hukum dalam kegiatan bisnis
 
2 h bisnis.organ bisnis
2 h bisnis.organ bisnis2 h bisnis.organ bisnis
2 h bisnis.organ bisnis
 
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Yayasan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
 
bentu-bentuk organisasi bisnis
bentu-bentuk organisasi bisnisbentu-bentuk organisasi bisnis
bentu-bentuk organisasi bisnis
 
Sumber perikatan
Sumber perikatanSumber perikatan
Sumber perikatan
 
5. badan usaha berbadan hukum
5. badan usaha berbadan hukum5. badan usaha berbadan hukum
5. badan usaha berbadan hukum
 
Perseroan terbatas (PT)
Perseroan terbatas (PT)Perseroan terbatas (PT)
Perseroan terbatas (PT)
 
Presentasi cv dan firma
Presentasi cv dan firmaPresentasi cv dan firma
Presentasi cv dan firma
 
Hukum perusahaan firma cv pt
Hukum perusahaan firma cv ptHukum perusahaan firma cv pt
Hukum perusahaan firma cv pt
 
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usahaKel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
 
Aspek hukum badan usaha
Aspek hukum badan usahaAspek hukum badan usaha
Aspek hukum badan usaha
 
Akta 135
Akta 135Akta 135
Akta 135
 
CV / Commanditaire vennootschap
CV / Commanditaire vennootschapCV / Commanditaire vennootschap
CV / Commanditaire vennootschap
 

Similar to Ahde sesi 3-4 perikatan & badan hukum

Aspek Hukum Dalam skb.pptx
Aspek Hukum Dalam skb.pptxAspek Hukum Dalam skb.pptx
Aspek Hukum Dalam skb.pptxrikadwiutami2
 
Jenis Badan Usaha dan Aspek Hukum
Jenis Badan Usaha dan Aspek HukumJenis Badan Usaha dan Aspek Hukum
Jenis Badan Usaha dan Aspek HukumMuhammad Fajar
 
BENTUK BENTUK PERUSAHAAN.pdf
BENTUK BENTUK PERUSAHAAN.pdfBENTUK BENTUK PERUSAHAAN.pdf
BENTUK BENTUK PERUSAHAAN.pdfSyafii1
 
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1Afrian Rachmawati
 
ASPEK HUKUM DALAM PERENC BISNIS.pptx
ASPEK HUKUM DALAM PERENC BISNIS.pptxASPEK HUKUM DALAM PERENC BISNIS.pptx
ASPEK HUKUM DALAM PERENC BISNIS.pptxtommy623617
 
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALISfissilmikaffah1
 
14b-hukumsyirkah2-191220041901_2.pdf
14b-hukumsyirkah2-191220041901_2.pdf14b-hukumsyirkah2-191220041901_2.pdf
14b-hukumsyirkah2-191220041901_2.pdfasyarifalkarim
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptSiumKarang
 
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4Indra Abdam Muwakhid
 
Perseroan terbatas
Perseroan terbatasPerseroan terbatas
Perseroan terbatasegintabrando
 
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)Aprinsya Panjaitan
 
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...Hefti Juliza
 

Similar to Ahde sesi 3-4 perikatan & badan hukum (20)

Hukum Perdata
Hukum PerdataHukum Perdata
Hukum Perdata
 
Aspek Hukum Dalam skb.pptx
Aspek Hukum Dalam skb.pptxAspek Hukum Dalam skb.pptx
Aspek Hukum Dalam skb.pptx
 
Firma
FirmaFirma
Firma
 
Jenis Badan Usaha dan Aspek Hukum
Jenis Badan Usaha dan Aspek HukumJenis Badan Usaha dan Aspek Hukum
Jenis Badan Usaha dan Aspek Hukum
 
BENTUK BENTUK PERUSAHAAN.pdf
BENTUK BENTUK PERUSAHAAN.pdfBENTUK BENTUK PERUSAHAAN.pdf
BENTUK BENTUK PERUSAHAAN.pdf
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
Af-Subyek hukum dalam kegiatan bisnis 1
 
ASPEK HUKUM DALAM PERENC BISNIS.pptx
ASPEK HUKUM DALAM PERENC BISNIS.pptxASPEK HUKUM DALAM PERENC BISNIS.pptx
ASPEK HUKUM DALAM PERENC BISNIS.pptx
 
Bentuk+badan+usaha
Bentuk+badan+usahaBentuk+badan+usaha
Bentuk+badan+usaha
 
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
 
Dasar hukum pt
Dasar hukum ptDasar hukum pt
Dasar hukum pt
 
14b-hukumsyirkah2-191220041901_2.pdf
14b-hukumsyirkah2-191220041901_2.pdf14b-hukumsyirkah2-191220041901_2.pdf
14b-hukumsyirkah2-191220041901_2.pdf
 
6 skb-aspek-hukum
6 skb-aspek-hukum6 skb-aspek-hukum
6 skb-aspek-hukum
 
Bumn
BumnBumn
Bumn
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
 
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
 
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
Aspek hukum s.n indah maria g-ivan rifky a-ma.4
 
Perseroan terbatas
Perseroan terbatasPerseroan terbatas
Perseroan terbatas
 
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
Aspek hukum dalam kontrak bisnis (The Law Aspect in Bussiness Contract)
 
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
Hbl minggu 1, hefti juliza, hapzi ali, resume aspek hukum bentuk badan usaha,...
 

More from Sentot Baskoro

Pengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
Pengawasan atas penerapan GRC TerintegrasiPengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
Pengawasan atas penerapan GRC TerintegrasiSentot Baskoro
 
Sesi 8 tahapan negosiasi
Sesi 8   tahapan negosiasiSesi 8   tahapan negosiasi
Sesi 8 tahapan negosiasiSentot Baskoro
 
Sesi 6 prinsip negosiasi
Sesi 6 prinsip negosiasiSesi 6 prinsip negosiasi
Sesi 6 prinsip negosiasiSentot Baskoro
 
Sesi 5 komunikasi efektif
Sesi 5 komunikasi efektifSesi 5 komunikasi efektif
Sesi 5 komunikasi efektifSentot Baskoro
 
Sesi 2 kemampuan negosiasi
Sesi 2 kemampuan negosiasiSesi 2 kemampuan negosiasi
Sesi 2 kemampuan negosiasiSentot Baskoro
 
Sesi 1 pentingnya negosiasi
Sesi 1 pentingnya negosiasiSesi 1 pentingnya negosiasi
Sesi 1 pentingnya negosiasiSentot Baskoro
 
Petunjuk pembuatan swot
Petunjuk pembuatan swotPetunjuk pembuatan swot
Petunjuk pembuatan swotSentot Baskoro
 
Etika bisnis modul 5-6
Etika bisnis   modul 5-6Etika bisnis   modul 5-6
Etika bisnis modul 5-6Sentot Baskoro
 
Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4Sentot Baskoro
 
Etika profesi bisnis modul 2
Etika profesi bisnis   modul 2Etika profesi bisnis   modul 2
Etika profesi bisnis modul 2Sentot Baskoro
 
Etika profesi bisnis modul 1
Etika profesi bisnis   modul 1Etika profesi bisnis   modul 1
Etika profesi bisnis modul 1Sentot Baskoro
 
Ahde sesi 8-9 litigasi
Ahde   sesi 8-9 litigasiAhde   sesi 8-9 litigasi
Ahde sesi 8-9 litigasiSentot Baskoro
 
Ahde sesi 5-6 corporate buying
Ahde   sesi 5-6 corporate buyingAhde   sesi 5-6 corporate buying
Ahde sesi 5-6 corporate buyingSentot Baskoro
 
Ahde sesi 1-2 sistem hk
Ahde   sesi 1-2 sistem hkAhde   sesi 1-2 sistem hk
Ahde sesi 1-2 sistem hkSentot Baskoro
 

More from Sentot Baskoro (18)

Protokol IV 04012021
Protokol IV 04012021Protokol IV 04012021
Protokol IV 04012021
 
Pengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
Pengawasan atas penerapan GRC TerintegrasiPengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
Pengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
 
Sesi 8 tahapan negosiasi
Sesi 8   tahapan negosiasiSesi 8   tahapan negosiasi
Sesi 8 tahapan negosiasi
 
Sesi 6 prinsip negosiasi
Sesi 6 prinsip negosiasiSesi 6 prinsip negosiasi
Sesi 6 prinsip negosiasi
 
Sesi 5 komunikasi efektif
Sesi 5 komunikasi efektifSesi 5 komunikasi efektif
Sesi 5 komunikasi efektif
 
Sesi 3-4 Bahasa Tubuh
Sesi 3-4 Bahasa TubuhSesi 3-4 Bahasa Tubuh
Sesi 3-4 Bahasa Tubuh
 
Sesi 2 kemampuan negosiasi
Sesi 2 kemampuan negosiasiSesi 2 kemampuan negosiasi
Sesi 2 kemampuan negosiasi
 
Sesi 1 pentingnya negosiasi
Sesi 1 pentingnya negosiasiSesi 1 pentingnya negosiasi
Sesi 1 pentingnya negosiasi
 
Petunjuk pembuatan swot
Petunjuk pembuatan swotPetunjuk pembuatan swot
Petunjuk pembuatan swot
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasi
 
Etika bisnis modul 5-6
Etika bisnis   modul 5-6Etika bisnis   modul 5-6
Etika bisnis modul 5-6
 
Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4
 
Etika profesi bisnis modul 2
Etika profesi bisnis   modul 2Etika profesi bisnis   modul 2
Etika profesi bisnis modul 2
 
Etika profesi bisnis modul 1
Etika profesi bisnis   modul 1Etika profesi bisnis   modul 1
Etika profesi bisnis modul 1
 
Ahde sesi 12-13 haki
Ahde   sesi 12-13 hakiAhde   sesi 12-13 haki
Ahde sesi 12-13 haki
 
Ahde sesi 8-9 litigasi
Ahde   sesi 8-9 litigasiAhde   sesi 8-9 litigasi
Ahde sesi 8-9 litigasi
 
Ahde sesi 5-6 corporate buying
Ahde   sesi 5-6 corporate buyingAhde   sesi 5-6 corporate buying
Ahde sesi 5-6 corporate buying
 
Ahde sesi 1-2 sistem hk
Ahde   sesi 1-2 sistem hkAhde   sesi 1-2 sistem hk
Ahde sesi 1-2 sistem hk
 

Recently uploaded

2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum ViktimologiSaktaPrwt
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...Indra Wardhana
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxINTANAMALINURAWALIA
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptxmohamadhafiz651
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxAudyNayaAulia
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 

Recently uploaded (11)

2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 

Ahde sesi 3-4 perikatan & badan hukum

  • 1. Oleh : Sentot Baskoro, MM, MH 0811 85 75 86 Aspek Hukum dalam Bisnis Bahan Pengajaran di GICI Business School Sesi 3: Perikatan Sesi 4: Badan Hukum
  • 2. Perikatan  Perjanjian : hubungan hukum yang dikendaki  Perikatan : ◦ hubungan hukum yang dikehendaki ◦ Hubungan hukum yang tidak dikehendaki  Perikatan adalah : ◦ Hubungan hukum antara dua orang atau lebih ◦ di bidang harta kekayaan ◦ Salah satu pihak berhak atas prestasi, dan
  • 3. Azas Perikatan  Azas Konsesualisme  Azas Kebebasan Berkontrak  Azas Keseimbangan  Azas Mengikat (Pacta Sunc Servanda - Pasal 1338 KUHPer): Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang bagi para pihak yang membuatnya
  • 4. Syarat Syah Perjanjian Empat Syarat sah perjanjian (Ps. 1320) : - syarat subyektif (dapat dibatalkan secara hukum): - 1. Cakap - dewasa / telah menikah dibawah umur tsb / tidak dibawah pengampuan - 2. Sepakat - sepakat tanpa ada paksaan, penipuan, kekhilafan - syarat obyektif (batal demi hukum): - 3. Hal tertentu - terukur dan dapat ditentukan - 4. Causa halal – tidak bertentangan dengan hukum
  • 5. Jenis-jenis Perikatan  Perikatan Bersyarat, perikatan yang digantungkan pada peristiwa dikemudian hari (mungkin dilaksanakan, tidak bertentangan dengan susila,hukum)  Perikatan berdasarkan ketetapan waktu,digantungkan pada hal yang pasti terjadi dikemudian hari.  Perikatan alternatif (boleh memilih)  Perikatan tanggung-menanggung /renteng  Perikatan dengan penetapan hukum
  • 6. Macam Prestasi  Menyerahkan sesuatu  Berbuat sesuatu  Tidak berbuat sesuatu Sumber Hukum Perikatan ◦ Perjanjian saja ◦ Undang-undang  Dari UU karena UU tsb sendiri yang mengatur  Dari UU karena perbuatan seseorang Wanprestasi (ingkar janji)  Melakukan, tapi Tidak sesuai dengan yang diminta  Melakukan, tapi Tidak sesuai waktu dan tempat  Tidak melakukan sama sekali  Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan Prestasi
  • 7. Wan Prestasi  Berbuat sesuatu (mengirim) tapi tidak sesuai dengan spesifikasi (jenis, kualitas, jumlah)  Berbuat sesuatu (mengirim) sesuai dengan spesifikasi tapi tidak sesuai dengan jadwal/tempat.  Tidak berbuat sesuatu (mengirim)  Berbuat sesuatu yang dilarang menurut perjanjian.
  • 8. Konsekuensi Wanprestasi Ganti Kerugian  Macam-macam Ganti kerugian : ◦ nyata (Ganti Kerugian) ◦ Penyerta (Ganti Biaya) ◦ Keuntungan (Ganti Bunga)  Bentuk Kerugian : ◦ Material  kekayaan kebendaan ◦ Immaterial  nama baik,gelar,HAKI  Overmacht (kondisi di luar kuasa) tidak dapat dimintakan ganti kerugian. (keadaan Kahar – Force Majeur) Pembatalan perjanjian (dgn/tanpa insert)
  • 9. Cara Hapusnya Perikatan Pasal 1381 KUH Perdata, antara lain :  Pembayaran  Perjumpaan Hutang (kompensasi)  Pembebasan hutang  Musnahnya barang terhutang  Pembatalan (tercapai syarat batal)  Lewat waktu
  • 10. Definisi Perusahaan Kegiatan yang: • Terus menerus dan tidak terputus-putus; • Secara terang-terangan (karena berhubungan dengan pihak ketiga); • Dalam kualitas tertentu (karena dalam lapangan perniagaan); • Menyerahkan barang-barang; • Mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan; • Harus bermaksud memperoleh laba; • Dicatat dalam pembukuan. 10
  • 11. Jenis-jenis Perusahaan 1. Swasta, yang terdiri dari: a. Persekutuan Perdata (Maatschap ) b. Firma Hukum (Vennootschap Onder) c. CV (Commanditaire Vennootschap) d. Persekutuan Terbatas (PT) 2. Koperasi 3. Yayasan 4. Perusahaan Negara / BUMN 11
  • 12. Perseroan Terbatas Milik • Modal Dasar (Ditempatkan, dibayar, portepel) • Saham (total lembar @ Rp. X,-/lembar) Pemilik • Pemegang Saham • Rapat Umum Pemegang Saham Pengurus • Komisaris • Direksi HR • Management • Karyawan
  • 14. Koperasi Pemilik • Anggota • Rapat Anggota Tahunan Pengawas • Dewan Pengawas Pengurus • Dewan Pengurus
  • 15. Dasar Hukum • Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) • Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) • UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) • UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) • UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian • UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan 15
  • 16. Definisi PT Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU 40/2007 dan peraturan pelaksanaannya. (Pasal 1 ayat 1 UUPT) 16
  • 17. Proses Pendirian PT  Didirikan oleh minimal 2 orang dengan Akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia  Sebuah PT baru dikatakan sah sebagai Badan Hukum, apabila Akta Pendiriannya telah mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM RI  Pasal 7 UUPT 17
  • 18. Perbuatan Hukum Pra Pendirian  Sebelum mendapat pengesahan status sebagai badan hukum, perbuatan hukum atas nama perseroan harus dilakukan secara bersama-sama oleh semua anggota Direksi, semua pendiri dan semua anggota Komisaris  Setelah mendapatkan pengesahan status sebagai badan hukum, menjadi mengikat dan merupakan tanggung jawab PT 18
  • 19. Proses Pendaftaran & Pengesahan PT  Permohonan harus diajukan ke Kementerian Hukum & HAM dalam jangka waktu paling lambat 60 hari terhitung sejak penandatanganan Akta Pendirian 19
  • 20. Modal & Saham PT Modal paling sedikit Rp.50.000.000,- (Psl 32 ayat 1) Paling sedikit 25% dari modal harus ditempatkan dan disetor penuh (Psl 33 ayat 1) Modal disetor bisa berupa uang dan benda lain (Pasal 34) 20
  • 22. Kepemilikan Saham • Secara umum kepemilikan saham terbagi atas: 1. Saham biasa yang terotorisasi/tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (authorized common stock); 2. Saham biasa yang diterbitkan oleh perusahaan kepada masyarakat melalui pasar modal (issued common stock); dan 3. Saham biasa yang masih beredar dimasyarakat yang mencerminkan kepemilikannya terhadap perusahaan (outstanding common stock) 22
  • 23.  Prinsip kepemilikan saham dalam UUPT adalah one share one vote (vide Pasal 84 ayat 1)  Untuk tujuan dilakukannya pengontrolan atas jabatan anggota direksi dan dewan komisaris dalam suatu perseroan dapat diperjanjikan mengenai hak pemegang saham tertentu untuk mencalonkan dan mengangkat posisi tertentu dari anggota direksi dan/atau dewan komisaris perseroan. Ketentuan ini dalam praktek dikenal sebagai “oligarchy clause”. (Pheo Marojahan Hutabarat, 2008:15)  Oligarchy clause biasanya diatur dalam perjanjian kerjasama usaha patungan atau Joint Venture Agreement, yang dalam praktek pasal ini dapat juga dimasukkan kedalam ketentuan anggaran dasar PT yang bersangkutan. Pasal ini mengatur mengenai pembagian hak diantara pemegang saham untuk menominasikan dan mengangkat susunan Direksi dan Dewan Komisaris dari perseroan dimaksud. (Pheo Marojahan Hutabarat, 2008:15) 23
  • 24. Perlindungan thdp Pemegang Saham Minoritas • Di dalam UUPT dan peraturan pelaksanaannya pada dasarnya di atur bahwa satu atau lebih pihak yang memiliki saham paling sedikit 10% dalam perseroan akan memiliki hak-hak pemegang saham minoritas antara lain sebagai berikut: (Pheo Marojahan Hutabarat, 2008:19-22) 1. Hak Pemeriksaan dan Memperoleh Informasi .(vide Pasal 138) 2. Hak Menuntut .(vide Pasal 97 ayat 6 dan Pasal 114 ayat 6) 3. Hak Memanggil RUPS.(vide Pasal 79 ayat 2 dan Pasal 80) 4. Hak Untuk Diajukannya Likuidasi Perseroan. (vide Pasal 142-146) 24
  • 25. • Pemegang saham minoritas juga berhak untuk meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli kembali (buy-back) dengan harga wajar, jika pemegang saham yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikannya atau yang merugikan perseroan, berupa: (i) perubahan Anggaran Dasar; (ii) pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% kekayaan bersih perseroan; atau (iii) penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan (vide Pasal 62 juncto Pasal 126 ayat 2 UUPT dan ketentuan dari Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998). • Jadi pemegang saham minoritas berhak untuk meminta agar sahamnya dibeli kembali dengan harga yang wajar oleh perseroan jika pemegang saham minoritas tersebut tidak menyetujui tindakan atau transaksi tersebut di atas, yang merugikan kepentingan pemegang saham dan perseroan. 25
  • 26. Apabila pemegang saham minoritas melaksanakan (exercise) hak ini, maka perseroan akan melakukan pembelian kembali saham milik pemegang saham minoritas ini oleh perseroan, dengan ketentuan bahwa: • pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah dengan cadangan wajib yang telah disisihkan; dan • jumlah nilai nominal seluruh saham yang akan dibeli kembali oleh perseroan tersebut dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak dimiliki oleh perseroan, tidak melibihi 26
  • 27.  Jika buy-back shares tidak dilaksanakan sesuai dengan syarat-syarat di atas, hali ini akan mengakibatkan transaksi buy-back shares demi hukum (null and void) (vide Pasal 37 ayat 2 UUPT). Apabila kondisi perseroan tidak memungkinan dilakukannya buy-back atas seluruh saham minoritas, maka perseroan wajib untuk mengusahakan agar sisa saham milik pemegang saham minoritas tersebut dibeli oleh pihak lainnya (vide Pasal 62 ayat 2 UUPT).  Jika seluruh saham milik pemegang saham minoritas dibeli kembali oleh perseroan, maka perseroan itu sendiri hanya dapat memegang sementara saham perseroan tersebut paling lama 3 tahun, dengan ketentuan bahwa saham perseroan yang dimiliki oleh perseroan itu sendiri tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dalam menentukan jumlah kuorum yang harus dicapai dan perseroan sebagai pemegang saham tersebut tidak berhak untuk mendapatkan pembagian dividen. 27
  • 28. Restrukturisasi Perusahaan • Didalam UUPT diatur pula mengenai Restrukturisasi Perusahaan, yaitu dengan cara: 1. Penggabungan (Merger) 2. Pengambilalihan (Acquisition) 3. Peleburan (Consolidation) 4. Pemisahan (Split / Spin-off) 28 Pelatihan Advokat ~ Kerjasama PBHI & Peradi, 19 Juli 2011
  • 29. Restrukturisasi Perusahaan A B C A B A & B A B A / B A B C Merger Akuisisi Peleburan Spin-Off
  • 30. • Penggabungan (Merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih yntuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. (vide Pasal 1 angka 9) 30
  • 31. • Pengambil alihan/Akuisisi (Acquisition) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut. (vide Pasal 1 angka 11) • Peleburan (Consolidation) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum yang meleburkan diri berakhir karena hukum. (vide Pasal 1 angka 10) 31
  • 32.  Pemisahan (split) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada dua Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih. (vide Pasal 1 angka 12) 32
  • 33. Tujuan Dilakukannya M & A • Memperluas atau mendiversifikasi usaha perusahaan. Merger & Akuisisi ini juga dapat ditujukan untuk mengurangi jumlah kompetitor • Memperluas pangsa pasar dan sekaligus untuk mencegah kompetitor mengambil pasar yang telah dikuasai. • Melakukan sinergi internal pada grup perusahaan, yaitu dengan melakukan perpaduan biaya overhead.  Meningkatkan pendanaan atau likuiditas perusahaan, sehingga perusahaan menjadi lebih kuat.  Memperluas jenis usaha  Melindungi perusahaan yang akan diakuisisi dari kemungkinan likuidasi. Hal ini biasanya dilakukan terhadap perusahaan afiliasi dari perusahaan yang mengakuisisi.  Penghindaran pajak 33
  • 35. Jenis-jenis Merger Jenis-jenis perbuatan hukum penggabungan / merger dapat dikelompokkan menjadi: 1.Penggabungan dari segi jenis kegiatan perusahaan. 2.Penggabungan dari segi status hukum. 3.Penggabungan dari segi tatacara dilakukannya merger. 35
  • 36. 1. Merger dari segi jenis kegiatan perusahaan : • Merger Vertikal Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda level atau tingkat operasional. Contoh : Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan perusahaan peternakan ayam. • Merger Horisontal Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level operasi yang sama. Contoh : pabrik komputer gabung dengan pabrik komputer. • Merger Konglomerasi Tidak ada hubungan industri pada perusahaan yang diakuisisi. Bertujuan untuk meningkatkan profit perusahaan dari berbagai sumber atau unit bisnis. Contoh : perusahaan pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan operator telepon seluler nirkabel. 36
  • 37. 2. Merger dari segi status hukum : • Statutory Mergers dilaksanakan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, baik yang dibuat oleh para pihak maupun dibuat oleh badan yang berwenang. Asorbing company secara otomatis berhak atas segala aset, kewajiban dan hutang dari absorbed company. • De facto Mergers, dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan tanpa didukung oelh peraturan hukum yang berlaku di tampat mana perusahaan tersebut didirikan dan berkedudukan. Dapat diartika sebagai akuisisi aset. (Absorbed Company tetap dianggap ada dan memliki kedudukan mandiri, meskipun se bagian besar kekayaan, kewajiban hutang telah diterima oleh absorbing company). 37
  • 38. 3. Merger dari segi tata cara dilakukannya merger : • Upstream Merger. Merupakan transaksi merger, dimana suatu induk perusahaan (parent company) menggabungkan anak perusahaannya ke dalam induk perusahaan tersebut. Jadi disini, induk perusahaan merupakan surviving company dan anak perusahaannya merupakan dissolving company. Dalam praktek, transaksi “upstream merger”, dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, yaitu (i) tahap pertama, seluruh atau 100% saham di anak perusahaan tersebut akan diambil alih oleh induk perusahaan terlebih dahulu, dan (ii) tahap kedua, setelah 100% saham anak perusahaan telah diambil alih oleh induk perusahaan, baru dilaksanakan “upstream merger”, yang mengakibatkan di- absorbnya anak perusahaan kedalam induk 38
  • 39. Downstream Merger  Downstream Merger. Kebalikan dari upstream merger, pengertian dari “downstream merger” adalah suatu bentuk merger yang mana induk perusahaan menggabungkan dirinya ke dalam anak perusahaannya. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam proses downstream merger ini, sama halnya dengan penjelasan atas upstream merger di atas. 39 Pelatihan Advokat ~ Kerjasama PBHI & Peradi, 19 Juli 2011
  • 40. b. Merger dengan Jual Beli Aset Likuidasi, Jual beli aset dari perusahaan target dilakukan terlebih dahulu, sebelum perusahaan target dilikuidasi. c. merger dengan Jual Beli saham dan Likuidasi, saham perusahaan target dibeli dari peme- gang saham, kemudian perusahaan target dilikuidasi dan asetnya dialihkan kepada perusahaan pembeli saham. 40
  • 41. Tugas Kelompok  Sesi 1: ◦ Kelompok I: HAKI – Hak Cipta, Patent & Tata Letak Circuit ◦ Kelompok II: HAKI – Merek/rahasia Dagang, Disain Produk & Varietas Tanaman  Sesi 2: ◦ Kelompok III: Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu & Waktu Tertentu. ◦ Kelompok IV: Pemutusan Hubungan Kerja  Sesi 3: ◦ Kelompok V: Penyelesaian Sengketa secara litigasi & non-litigasi ◦ Kelompok VI: Perhitungan Pesangon