Dokumen tersebut membahas metode penyelesaian sengketa bisnis melalui litigasi dan non litigasi. Litigasi melibatkan pengadilan sedangkan non litigasi tidak melibatkan pengadilan, seperti negosiasi, mediasi, dan arbitrase. Dokumen ini juga membandingkan karakteristik proses dan hasil dari masing-masing metode penyelesaian sengketa.
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
Ahde sesi 8-9 litigasi
1. Oleh :
Sentot Baskoro, MM, MH
0811 85 75 86
Aspek Hukum dalam Bisnis
Bahan Pengajaran di GICI Business School
Penyelesaian Sengketa Secara Litigasi & Non-litigasi
3. Metode Penyelesaian Sengketa
Bisnis
Permasalahan Solusi
Metode Penyelesaian Sengketa :
◦ Litigasi (melibatkan sistem Peradilan)
◦ Non Litigasi (tidak melibatkan sistem peradilan)
LITIGASI, melalui lembaga:
Pengadilan Negeri (Masyarakat sipil)
Pengadilan Niaga ( Kepailitan)
Pengadilan Militer (anggota militer)
Pengadilan Agama (waris, cerai, nikah, hibah)
Pengadilan Tata Usaha Negara (kebijakan
pejabat negara)
Pengadilan Internasional (dumping, diskriminatif)
4. Proses Litigasi
◦ Dengan cara gugatan (tuntutan hak yang mempunyai konflik),
permohonan (tuntutan hak tanpa ada konflik) dan perdamaian melalui
pengadilan.
◦ Melalui salah satu pengadilan yang ada (Pengadilan Negeri,
Pengadilan Agama, Pengadilan Militer, Pengadilan Tata Usaha Negara,
Pengadilan Niaga) berdasarkan kompetensi nya.
◦ Menghasilkan Perdamaian melalui pengadilan. Penggugat mencabut
gugatannya dan melakukan perdamaian dengan tergugat dengan cara
perdamaian dengan akte otentik (dibuat dan/atau ditandatangani
didepan pejabat yang berwenang) maupun akte bawah tangan (dibuat
sendiri oleh para pihak), atau
◦ Menghasilkan keputusan Pengadilan
Proses Non Litigasi, yaitu dengan cara :
◦ Arbitrase, penyelesaian sengketa yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase
◦ Alternative Dispute Resolution (ADR), penyelesaian sengketa
melalui prosedur yang telah disepakati para pihak sebelumnya dengan
Proses Penyelesaian Sengketa
Bisnis
5. Percaya pada institusi Pengadilan dapat melindungi hak-hak
para pencari keadilan
Sebagai institusi “ The Last Resort” artinya cara/benteng akhir
Untuk memperjuangkan hak.
Pendekatan positivistik dogmatisme perundangan-undangan
dan Formalisme
Kesanggupan mengeluarkan biaya, waktu, tenaga dan
pengorbanan lainnya.
Penyelesaian Sengketa dimulai dari Pengadilan Negeri :
a. Pidana (Pelaku Vs Negara)
misalnya : Percurian, Pembunuhan, perkosaan
Para Pihak : pelaku, polisi, jaksa,hakim, LP
b. Perdata (warga negara Vs warga negara)
misalnya : Jual-beli, hutang-piutang, ganti-rugi
Para Pihak : hanya yang bersengketa saja
Proses Litigasi
6. Memerlukan waktu lama
Menuntut biaya yang besar
Proses sangat formal
Keputusan tidak selalu memuaskan
Bersifat memaksa (coercive)
Didasarkan pada hak-hak (right based)
Dapat merusak hubungan bisnis / sosial yang telah ada
Menimbulkan konflik berkepanjangan
Bersifat backward looking (melihat ke belakang, tidak ke
depan)
Bersifat terbuka / publisitas perkara <reputasi seseorang>
Karakter Proses Litigasi
7. Karakteristik Litigasi
Bentuk sikap Tidak Sukarela
Yang memutus Hakim
Kekuatan Banding Mengikat, kemungkinan banding
Pihak ketiga Imposed, dan hakim tdk memiliki
spesialisasi
Derajad formalitas Format struktur dan aturan ketat
sudah ada sebelumnya
Aturan Pembuktian Teknis
Private / Public Publikasi
Karakter proses Ada kesempatan masing-masing
menyampaikan bukti
Hasil /out come Principled decision yang didukung
pendapat obyektif (reasoned opinion)
8. Non Litigasi
(Penyelesaian sengketa tanpa melibatkan peradilan)
Negosiasi (hanya pihak yg
bersengketa)
Mediasi (pihak bersengketa+ pihak ketiga
aktif): Upaya penyelesaian sengketa secara damai dimana
ada keterlibatan pihak ketiga yang netral (mediator) , yang
secara aktif membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk
mencapai suatu kesepakatan yang dapat diterima oleh semua
pihak
Fasilitasi (pihak bersengketa + pihak
ketiga pasif)
Arbitrase (pihak ketiga sebagai wasit)
9. Negosiasi
Bentuk sikap Sukarela
Yang memutus Para pihak
Kekuatan Banding Kesepakatan enforceable sebagai
kontrak (pacta sunt servanda)
Pihak ketiga Tidak ada pihak ketiga
Derajad formalitas Informal dan tidak berstruktur
Aturan Pembuktian Tidak ada
Private / Public Privatisasi
Karakter proses Presentasi bukti, argumen, &
kepentingan
Hasil /out come Kesepakatan yang diterima para
pihak
10. Mediasi
Bentuk sikap Sukarela
Yang memutus Para pihak
Kekuatan Banding Kesepakatan enforceable sebagai
kontrak (pacta sunt servanda)
Pihak ketiga Dipilih fasilitator biasanya ahli di bidang
yang disengketakan
Derajad formalitas Informal dan tidak berstruktur
Aturan Pembuktian Tidak ada
Private / Public Privatisasi
Karakter proses Presentasi bukti, argumen, dan
kepentingan
Hasil /out come Kesepakatan yang diterima para pihak
11. Arbitrase
Bentuk sikap Sukarela
Yang memutus Arbiter
Kekuatan Banding Mengikat, dapat diuji (review) untuk hal
sangat terbatas
Pihak ketiga Dipilih para pihak yang memiliki keahlian di
bidang yang disengketakan
Derajad formalitas Tidak begitu formal aturan yang
digunakan disepakati para pihak
Aturan Pembuktian Informal
Private / Public Privatisasi
Karakter proses Ada kesempatan masing-masing
menyampaikan bukti
Hasil /out come Kadang sama ajudikasi, kadang kompromi,
tanpa opini.
12. Arbitrase – Pros vs Cons
Keuntungan Arbitrase :
a. Privasi pihak yang bersengketa terjamin
b. Penyelesaian max.2 bulan
c. Arbiter adalah orang yang berpengalaman di
bidang nya objektifitas
d. Sanksinya dikucilkan dalam dunia bisnis,
apabila pihak ingkar dalam kesepakatan.
Kerugian:
1. Membutuhkan PN untuk mengeksekusi aset