SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Oleh :
Sentot Baskoro, MM, MH
0811 85 75 86
sentot@baskoro.com
Aspek Hukum dalam Bisnis
Sesi 1: Sistem Hukum Indonesia
Sesi 2: Hukum Perdata
Bahan Pengajaran di GICI Business School
Sistem Hukum
 Masyarakat & Hukum  “Ubi societas, ubi ius”
 Pengertian Sistem Hukum
 Fungsi Hukum :
◦ Social control & Social Engineering
 Tujuan Hukum :
◦ Memberikan keadilan
◦ Memberikan kepastian Hukum
◦ Mewujudkan kesejahteraan/kepentingan umum
 Sistem Hukum di Dunia
◦ Eropa Kontinental (civil law) ;
◦ Anglo Saxon (common law) negara commonwealth;
◦ Komunis ;
◦ Kanonik ;
◦ Hukum Islam ;
◦ Hukum Adat
 Hukum Sebagai Kaidah/norma
◦ Sifat aturan hukum, Subjek Hukum, Hubungan
Hukum, Peristiwa Hukum.
 Permasalahan hukum & Asas hukum
◦ Das Sollen- Das Sein
◦ Lex Specialis derogat lex generalis
◦ Lex priori derogat lex apriori
◦ Lex superior derogat lex inferior
◦ Nullum Delictum, Nulla poena sine praevia
lege poenali
◦ Fiksi Hukum (presumption iures de iure)
Sistem Hukum Indonesia
◦ Sistem Hukum Sebelum Hindia Belanda
◦ Masyarakat Hukum Adat
◦ Hukum Islam
 Sistem Hukum Hindia Belanda
◦ Asas Konkordansi
◦ Penggolongan Penduduk (Ps.163 IS)
◦ Penggolongan Hukum (HIR, RBg, BrV, antar
golongan)
 Sistem Hukum Setelah kemerdekaan
◦ UUD’45 Pasal II Aturan Peralihan
◦ Perubahan Konstitusi
◦ Pembagian Hukum (Publik & Privat)
Hubungan Sistim Hukum &
Ekonomi
 Hukum Ekonomi
 Ekonomi Hukum
 Hukum sebagai social empowerment
 Hukum sebagai social engineering
Pidana vs Perdata
 Pidana:
◦ Orang melawan masyarakat (negara)
◦ Tidak diperlukan aduan/tuntutan
◦ Hakim aktif mencari kebenaran hakiki
 Perdata:
◦ Orang melawan orang/badan hukum.
◦ Harus ada aduan
◦ Hakim pasif mencari kebenaran
dokumen.
Hukum Perdata
 Pembagian : hukum publik dan hukum privat
 Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur
hak-hak dan kepentingan antara individu-individu
dalam masyarakat.
 Sumber Hukum Perdata Tertulis:
 KUHPer (Burgelijk Wetboek)
 KUHD (Wetboek van Koopenhandel)
Sejarah :
 Corpus Yuris Civilis (Romawi) 
 Napoleon Code (Prancis) terbagi 2 kodifikasi, code
civil dan commerce  ASAS KONKORDANSI 
 Indonesia (terjemahan KUH Perdata & KUH Dagang)
 Pasal 2 aturan peralihan UUD 1945,
Hukum Materiel  segala ketentuan hukum yang
mengatur hak dan kewajiban seseorang dalam
hubungannya terhadap orang lain dalam
masyarakat. (KUHPer)
Hukum Formil  segala ketentuan-ketentuan yang
mengatur cara untuk mendapatkan keadilan di
muka bumi (mempertahankan hukum materiel)
(KUHAPer)
Fungsi Hukum Perdata
9
Hukum Perdata
Materiil
 aturan/norma
yang mengatur
kepentingan
perorangan yang
pelaksanaannya
terserah kepada
yang
berkepentingan
Hukum Perdata
Formil/hukum
proses/hukum
acara
 ketentuan yang
mengatur tata cara
mempertahankan
Hukum Perdata
Materiil dalam
proses acara di
pengadilan
Pembagian Hukum Perdata
Substansi Pengaturan dalam KUH Perdata
KUH Perdata terdiri dari 4 buku yaitu :
 Buku 1 tentang Orang / Personrecht
 Buku 2 tentang Benda / Zakenrecht
 Buku 3 tentang Perikatan
/Verbintenessenrecht
 Buku 4 tentang Daluwarsa dan
Pembuktian /Verjaring en Bewijs
Buku 1 : tentang Orang
 Nama & Catatan Sipil serta
perubahannya
 Domisili / tempat tinggal
 Perkawinan, Anak, Pencegahan
perkawinan, hak-kewajiban suami
istri,harta perkawinan,perceraian ,
waris,perwalian
Buku 2 : Tentang
Benda
 benda (zaken) adalah tiap barang
(goederen) dan tiap hak (rechten) yang
dapat menjadi obyek dari hak milik.
Pembagian barang :
 Ada barang yang berwujud-tak berwujud.
 Ada barang yang bergerak-tak bergerak
 Ada dapat dihabiskan- tak dapat
dihabiskan
 Cara kepemilikan hak atas tanah (milik,
HGU, hak pakai, kewarisan krn
meninggal,surat wasiat,gadai
Buku 3 :
 BUKU KETIGA KUHPERDATA:
Bab I Perikatan Pada Umumnya
Bab II Perikatan Yang Lahir Dari Kontrak atau
Persetujuan
Bab III Perikanan Yang Lahir Karena Undang-undang
Bab IV Hapusnya Perikatan
Bab V Jual Beli
Bab VI Tukar Menukar
Bab VII Sewa Menyewa
Bab VIIA Perjanjian Kerja
Bab VIII Perseroan Perdata
Bab IX Badan Hukum
Bab X Penghibahan
Bab XI Penitipan Barang
Bab XII Pinjam Pakai
Bab XIII Pinjam Pakai Habis
Bab XIV Bunga Tetap atau Bunga Abadi
Bab XV Persetujuan Untung-untungan
Bab XVI Pemberian Kuasa
Bab XVII Penanggung Utang
Bab XVIII Perdamaian
Buku 4 : Pembuktian &
Daluwarsa
Alat pembuktian meliputi:
 bukti tertulis;
 bukti saksi;
 persangkaan;
 pengakuan;
 sumpah.
Daluarsa :
 Sarana hukum memperoleh sesuatu hak (30
tahun)
 Alasan dibebaskan dari suatu kewajiban
◦ Hutang-piutang & waris (5 tahun
◦ Jasa buruh,penginapan, rumah makan (1 tahun)
◦ Medis  2 tahun
Ilmu Pengetahuan Hukum :
Hukum Perorangan
Hukum Keluarga
Hukum Kekayaan
Hukum Waris
KUHPerdata :
Buku I Tentang Orang
Buku II Tentang Benda
Buku III Tentang Perikatan
Buku IV Tentang Pembuktian
dan Daluwarsa
Sistematika Hukum Perdata
Manusia
(Naturlijke Persoon)
sebagai subyek hukum
:
 Sejak lahir sampai
meninggal dunia
 Perkecualian Ps. 2
(1) BW
Badan Hukum sebagai
subyek hukum
 Adalah himpunan
orang atau obyek
organisasi kepada siapa
diberikan sifat sebagai
badan hukum secara
tegas
Subyek Hukum
17
Tiap manusia mempunyai kewenangan
untuk mempunyai hak (bevoegd)
Tidak semua manusia cakap untuk bertindak
(handelings beekwaam)
Ps. 330 KUHPerdata 
“Belum dewasa adalah mereka yg belum genap
21 th dan belum menikah”
Orang-orang yang tidak
cakap
18
Terdiri dari :
1. Tempat tinggal sukarela / mandiri 
Ps. 17 (2) BW
2. Tempat tinggal wajib / berkelanjutan
 tempat tinggal yg tdk bergantung
pd keadaan-keadaan orang yg
bersangkutan, melainkan
bergantung pd keadaan-keadaan
orang lain.
 yg dianggap mempunyai tempat
tinggal wajib :
• istri mengikuti suami  Ps. 21 BW
• buruh mengikuti majikan 
Ps. 22 BW
Tempat tinggal
yg sesungguhnya
• Ps. 20 BW  petugas jawatan -
Jawatan umum mengikuti
jawatannya
• Ps. 23 BW  rumah kematian
• Ps. 24 BW  domisili hukum
Tempat tinggal
yg dipilih
Domisili
Macam Anak menurut
Hukum
1. Anak sah  dilahirkan dalam atau sebagai akibat
perkawinan yg sah  Ps. 42 UU No. 1 Th. 1974,
Ps. 250 KUHPerdata
2. Anak luar kawin  terdiri dari : ALK yg diakui &
ALK yg tdk diakui
3. Anak zina  dilahirkan dr hub. kelamin dimana
salah 1 atau keduanya terikat dalam perkawinan
yg sah  tdk diakui hukum, tdk mempunyai hak
waris
4. Anak sumbang  dilahirkan dr hub. kelamin
antara 2 orang yg mempunyai hub. kekerabatan yg
terlalu dekat  tdk diakui hukum, tdk mempunyai
hak waris
KEKUASAAN ORANG TUA
(Ouderlijke Macht)
Ps. 45 – 49 UU No. 1 Th. 1974
•Hanya ortu yg dapat menjalankan kekuasaan
orang tua
•Syarat kekuasaan ortu:
1. belum 18 th
2. belum kawin
•Isi/tugas kekuasaan ortu :
1. mengurus kepentingan diri anak
2. mengurus harta kekayaan anak
•Berakhirnya kekuasaan ortu :
- pencabutan, dlm hal lalai & berkelakuan buruk
- pembebasan
21
PERWALIAN (Voogdij)
Ps. 50 – 54 UU No. 1 Th. 1974
•Syarat perwalian :
- belum 18 th
- belum kawin
- tdk berada dalam kekuasaan orang tua
• Macam perwalian :
- bapak/ibu yg hidup terlama
- dengan wasiat
- diangkat oleh hakim
•Isi/tugas perwalian :
- mengurus kepentingan diri anak
- mengurus harta kekayaan anak
•Kekuasaan wali dicabut dalam hal :
- lalai
- berkelakuan buruk
HUKUM PERKAWINAN
SUMBER
HUKUM
PERKAWINAN
UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan
PP No. 9 Tahun 1975 tentang
Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan
PP No. 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS
jo. PP No. 45 Tahun 1990 tentang
Perubahan atas PP No. 10
Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan
dan Perceraian Bagi PNS
HUKUM
BENDA
HUKUM
WARIS
Pasal 528 KUHPerdata  hak waris identik dgn hak kebendaan
Pasal 584 KUHPerdata  “waris” mrpk salah satu cara
memperoleh hak kebendaan
Materi buku 2 KUHPer
Macam Benda
1. Benda materiil & imateriil
2. Benda bergerak & benda tidak bergerak
3. Benda yg dapat diperdagangkan & yg tidak
dapat diperdagangkan
4. Benda yg dapat dibagi & yg tidak dapat
dibagi
5. Benda yg dapat diganti & yg tidak dapat
diganti
a. Pengertian  hak yg memberikan kekuasaan
langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan
thd setiap orang
b. Ciri – ciri/sifat Hak Kebendaan
a. Bersifat “mutlak”, dapat dipertahankan thd
siapapun
b. “Zaak gevolg” (droit de suite), mengikuti benda
dimanapun berada
c. Droit de preference, hak untuk didahulukan
d. Hak yg terjadi dahulu didahulukan
e. gugatan bisa dilakukan kepada siapapun yang
mengganggu haknya (gugat kebendaan)
f. Kemungkinan untuk memindahkan hak
kebendaan itu dapat sepenuhnya dilakukan
c. Hak kebendaan berbeda dgn hak perorangan
Hak Kebendaan
26
Ps. 528 KUHPerdata
1. Bezit (kedudukan yg
berkuasa)
2. Hak milik
3. Hak waris
4. Hak menikmati hasil
(pakai hasil)
5. Hak pengabdian
tanah (servituut)
6. Hak gadai
7. Hipotik
Buku II KUHPerdata
8. Hak opstal
9. Hak erfpacht
10. Hak memakai dan
mendiami
11. Hak bunga tanah
Hak Kebendaan dalam KUHPer
Hak Kebendaan (zakelijk recht) sepanjang
menyangkut mengenai bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya, yang diatur dalam
Buku II KUHPerdata, kecuali mengenai hipotik
telah dicabut oleh UU No. 5 Th. 1960 tentang UUPA
Hipotik atas tanah telah dicabut oleh UU No. 4/1996
tentang Hak Tanggungan
Buku 2 KUHPer dg UUPA dan UUHT
28
1. Hak Milik
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Guna Bangunan
4. Hak Pakai
5. Hak sewa
6. Hak membuka tanah
7. Hak memungut hasil hutan
8. Hak lain yang tidak termasuk hak-hak tsb di atas yg akan
ditetapkan dgn UU serta hak-hak yg sifatnya sementara,
dan diusahakan hapus dalam waktu yg singkat, yaitu hak
gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, dan hak
sewa tanah pertanian
Selain itu terdapat hak-hak atas air & ruang angkasa, yaitu:
1. Hak guna air
2. Hak pemeliharaan & penangkapan ikan
3. Hak guna ruang angkasa
Hak Tanah Menurut Ps. 16 UUPA
1. Apabila seseorang meninggal, maka seketika itu
juga segala hak dan kewajibannya beralih pada
sekalian ahli warisnya  “asas Le mort saisit le vif”
2. Tiap orang, meskipun bayi yg baru lahir, adalah
cakap untuk mewarisi, kecuali apabila orang tsb
onwaardig (tidak patut menerima warisan).
3. Cara memperoleh waris:
• Menurut ketentuan UU  pewarisan “ab intestato”
• Ditunjuk dalam surat wasiat  pewarisan
“testamentair
Azas-azas Hukum Waris
1. A.W. golongan I  anak-anak beserta turunan-turunan dalam
gurus lurus ke bawah dan suami/istri pewaris (Ps. 852
KUHPdt)
2. A.W. golongan II  orang tua dan saudara-saudara kandung
si pewaris (Ps. 854 KUHPdt)
3. A.W. golongan III  sekalian keluarga sedarah dalam garis
lurus ke atas, baik dari garis ayah maupun ibu (Ps. 853
KUHPdt)
4. A.W. golongan IV  sekalian keluarga sedarah dalam garis
menyimpang / menyamping, baik dari garis ayah maupun ibu
(Ps. 858 KUHPdt)
Cara mewaris dalam pewarisan Ab Intestato :
• mewaris berdasarkan haknya sendiri
• mewaris berdasarkan penggantian tempat (plaatsvervulling)
Ahli Waris Ab Intestato
•Wasiat (testamen)  suatu pernyataan dr seseorang tentang apa
yg dikehendaki setelahnya ia meninggal.
•Isi testament tdk harus terbatas pd hal-hal mengenai harta
kekayaan saja, tapi bisa berupa penunjukan sorang wali u/ anak-
anak pewaris, pengakuan ALK atau pengangkatan seorang
executeurtestamentair (yaitu seorang yg dikuasakan u/ mengawasi
& mengatur pelaksanaan testament)
•Isi testament dapat berupa :
1. erfstelling  penunjukan 1 / beberapa orang mjd a.w. yg akan
mendapat seluruh atau sebagian warisan
2. legaat  suatu pemberian kpd seseorang
•Terhadap suatu erfstelling atau legaat, dpt disertai/digantungkan
suatu : 1. beban (last); 2. syarat (voorwaarde); 3. ketetapan waktu
•Macam-macam testament : 1. Openbaar testament; 2.
Olographis testament; 3. Testament tertutup / rahasia
Ahli Waris Testamentair
2
3
dgn suatu pernyataan yg ditujukan kpd
Panitera PN setempat dimana warisan tsb
telah terbuka
Jika terbuka suatu warisan, a.w. dapat memilih u/ :
1. Menerima warisan
2. Menolak warisan
3. Menerima dengan pembatasan (Penerimaan
beneficiair) akibat dr Penerimaan beneficiair :
kewajiban a.w. u/ melunasi hutang-hutang dan
beban-beban lainnya dibatasi sedemikian rupa,
sehingga a.w. tdk akan menanggung pelunasan
hutang-hutang dgn kekayaannya sendiri,
melainkan hanya dilakukan menurut kekuatan
warisan
Menerima atau Menolak Warisan
•Tidak terdapat istilah “perikatan” dalam B.W.
•Hukum Perikatan (Verbintenis Recht)
menurut Prof. Nieuwenhuis, adalah Instrumen
hukum yang mengatur hubungan hukum dalam
bidang harta kekayaan antara 2 pihak/lebih,
dimana pihak yang satu berhak atas prestasi
dan pihak yang lain wajib untuk memenuhi
suatu prestasi.
Pengertian Perikatan
1. Hubungan Hukum  hubungan yang dapat
menimbulkan akibat hukum berupa hak dan
kewajiban, yang mana apabila akibat hukum
tersebut tidak dipenuhi, maka dapat diajukan
tuntutan
2. Bidang Hukum Kekayaan (Patrimonial Law) 
perikatan mempunyai nilai ekonomis
3. Para Pihak  2 pihak / lebih
4. Prestasi: Wujud prestasi ada 3 macam (Ps. 1234
KUHPerdata) :
a. Memberikan sesuatu  perikatan positif
b. Berbuat sesuatu  perikatan positif
c. Tidak berbuat sesuatu  perikatan negatif
Unsur Perikatan
Wan Prestasi
 Berbuat sesuatu (mengirim) tapi tidak
sesuai dengan spesifikasi (jenis,
kualitas, jumlah)
 Berbuat sesuatu (mengirim) sesuai
dengan spesifikasi tapi tidak sesuai
dengan jadwal.
 Tidak berbuat sesuatu (mengirim)
 Berbuat sesuatu yang dilarang
menurut perjanjian.
•Perikatan yg lahir dari UU saja :
perikatan u/ memberi nafkah  Ps. 321
•Perikatan yg lahir dari UU karena perbuatan manusia
yang :
1. sesuai hukum, antara lain :
• Mengurus kepentingan orang lain  Ps. 1354 –1357
• Pembayaran utang yg tdk diwajibkan  Ps. 1359 (1)
• Perikatan wajar  Ps. 1359 (2)
2. melawan hukum (onrechtmatigdaad) – Ps. 1365
Perikatan yang lahir dari Undang”
•Definisi perjanjian (Ps. 1313) : suatu perbuatan satu
orang/lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain/lebih
•Jenis-jenis perjanjian :
• Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban;
• Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik;
• Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama;
• Perjanjian konsensuil dan perjanjian riil;
• Perjanjian kebendaan; Perjanjian liberatoir;
• Perjanjian obligatoir; Perjanjian pembuktian.
Perikatan yang lahir dari Perjanjian
Syarat Syah Perjanjian
Empat Syarat sah perjanjian (Ps. 1320)
:
- syarat subyektif (dapat dibatalkan
secara hukum):
- 1. Sepakat
- 2. Cakap
- syarat obyektif (batal demi hukum):
- 3. Hal tertentu
- 4. Causa halal
•Perikatan bersyarat (Voorwaardelijk);
•Perikatan dengan ketetapan waktu
(Tijdsbepaling);
•Perikatan alternatif;
•Perikatan tanggung menanggung / tanggung
renteng (Hoofdelijk / Solidair);
•Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak
dapat dibagi;
•Perikatan dengan ancaman hukuman
(Strafbeding).
Macam Perikatan
40
Hapusnya Perikatan
•Pembayaran;
•Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan
penyimpanan atau penitipan;
•Pembaharuan utang (Novasi);
•Perjumpaan utang (Kompensasi);
•Percampuran utang;
•Pembebasan utang;
•Musnahnya barang yang terutang;
•Kebatalan atau pembatalan;
•Berlakunya syarat batal;
•Kedaluwarsa.
 Sebab pencegah daluwarsa :
◦ Suatu peringatan, suatu gugatan, dan tiap
perbuatan-perbuatan berupa tuntutan
hukum, dalam bentuk yang telah ditentukan,
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
 Sebab penangguhan daluwarsa :
◦ Anak yang belum dewasa & orang-orang
dibawah pengampuan, kecuali dalam hal-hal
yang ditentukan undang-undang.
Pencegahan & Penangguhan
Daluwarsa
Berlakunya KUHPerdata Saat
Ini
Buku I tentang orang  dengan Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974  aturan
perkawinan tidak berlaku lagi
Buku II tentang benda  UU Nomor 5 tahun 1960.
UUPA  aturan tentang bumi, air, dst
UUHT Nomor 4 Tahun 1996
UUJF Nomor 42 Tahun 1999
Buku III tentang perikatan UU 13/2003  Perjanjian
Kerja
Buku IV tentang pembuktian dan daluwarsa
SEMA no. 3 tahun 1963 - 1
Membatalkan:
 Pasal 108 dan 110 B.W. tentang wewenang seorang istri untuk
melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap di muka
Pengadilan tanpa izin atau bantuan dari suami.
 Pasal 284 ayat 3 B.W. mengenai pengakuan anak, yg lahir diluar
perkawinan, oleh seorang perempuan Indonesia asli.
 Pasal 1682 B.W. yang mengharuskan dilakukannya satu
penghibahan dengan akta notaris.
 Pasal 1579 B.W. yang menentukan, bahwa dalam hal sewa
menyewa barang si pemilik barang tidak dapat menghentikan
persewaan dengan mengatakan, bahwa ia akan memakai sendiri
barangnya, kecuali apabila pada waktu membentuk persetujuan
sewa menyewa ini dijanjikan diperbolehkan.
SEMA no. 3 tahun 1963 - 2
Membatalkan:
 Pasal 1238 B.W. yang menyimpulkan, bahwa pelaksanaan suatu
perjanjian hanya dapat diminta di muka Hakim, apabila gugatan ini
didahului dengan suatu penagihan tertulis.
 Pasal 1460 B.W. tentang risiko seorang pembeli barang, Pasal
mana menentukan, bahwa suatu barang tertentu, yang sudah
dijanjikan dijual, sejak saat itu adalah atas tanggungan si pembeli,
meskipun penyerahan barang itu belum dilakukan.
 Pasal 1603 x ayat (1) dan ayat (2) B. W yang mengadakan
diskriminasi antara orang Eropa disatu pihak dan orang bukan
Eropa dilain pihak mengenai perjanjian perburuhan.

More Related Content

What's hot

Azas azas hukum perdata yuli
Azas azas hukum perdata yuliAzas azas hukum perdata yuli
Azas azas hukum perdata yuliYuli Aulia
 
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Anggit Dwi A
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukumroellys
 
pengertian-dasar-ilmu-hukum
pengertian-dasar-ilmu-hukumpengertian-dasar-ilmu-hukum
pengertian-dasar-ilmu-hukumFakhrul Rozi
 
02 hukum perdata
02 hukum perdata02 hukum perdata
02 hukum perdataCloudys04
 
Pengantar hukum perdata
Pengantar hukum perdataPengantar hukum perdata
Pengantar hukum perdataNeyna Fazadiq
 
Hukum perdata devin
Hukum perdata devinHukum perdata devin
Hukum perdata devindevinparera
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tunMoel Ryadhie
 
Kuliah makalah bab ii materi subyek dan obyek hukum
Kuliah   makalah bab ii materi subyek dan obyek hukumKuliah   makalah bab ii materi subyek dan obyek hukum
Kuliah makalah bab ii materi subyek dan obyek hukumauditasastra
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumEga Jalaludin
 

What's hot (20)

Tugas struktur 1
Tugas struktur 1Tugas struktur 1
Tugas struktur 1
 
Azas azas hukum perdata yuli
Azas azas hukum perdata yuliAzas azas hukum perdata yuli
Azas azas hukum perdata yuli
 
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
 
Bab Tata Hukum Indonesia
Bab  Tata Hukum IndonesiaBab  Tata Hukum Indonesia
Bab Tata Hukum Indonesia
 
Bahan 3
Bahan 3Bahan 3
Bahan 3
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukum
 
pengertian-dasar-ilmu-hukum
pengertian-dasar-ilmu-hukumpengertian-dasar-ilmu-hukum
pengertian-dasar-ilmu-hukum
 
02 hukum perdata
02 hukum perdata02 hukum perdata
02 hukum perdata
 
Hukum benda
Hukum bendaHukum benda
Hukum benda
 
Pengantar hukum perdata
Pengantar hukum perdataPengantar hukum perdata
Pengantar hukum perdata
 
perdata
perdataperdata
perdata
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Hukum perdata devin
Hukum perdata devinHukum perdata devin
Hukum perdata devin
 
Asas asas hukum benda
Asas asas hukum bendaAsas asas hukum benda
Asas asas hukum benda
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Kuliah makalah bab ii materi subyek dan obyek hukum
Kuliah   makalah bab ii materi subyek dan obyek hukumKuliah   makalah bab ii materi subyek dan obyek hukum
Kuliah makalah bab ii materi subyek dan obyek hukum
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukum
 
Phi pertemuan 6
Phi pertemuan 6Phi pertemuan 6
Phi pertemuan 6
 

Similar to HUKUM BISNIS

HUKUM PERDATA DAN BISNIS.pptx
HUKUM PERDATA DAN BISNIS.pptxHUKUM PERDATA DAN BISNIS.pptx
HUKUM PERDATA DAN BISNIS.pptxRismaMawar1
 
Diklat Hukum Perdata (1).pptx
Diklat Hukum Perdata (1).pptxDiklat Hukum Perdata (1).pptx
Diklat Hukum Perdata (1).pptxhaenryjati1
 
Bahan kul hukum perorangan ui dan umk
Bahan kul hukum perorangan ui dan umkBahan kul hukum perorangan ui dan umk
Bahan kul hukum perorangan ui dan umkagusjepara
 
Kuliah pthi, asas asas hukum perdata
Kuliah pthi, asas asas hukum perdataKuliah pthi, asas asas hukum perdata
Kuliah pthi, asas asas hukum perdataBetlehemKetarenR
 
2. POWER POINT PHI (1).ppt
2. POWER POINT PHI (1).ppt2. POWER POINT PHI (1).ppt
2. POWER POINT PHI (1).pptRizky113654
 
Hukum PERDATA PENGANTAR (Subyek Hukum).pptx
Hukum PERDATA PENGANTAR (Subyek Hukum).pptxHukum PERDATA PENGANTAR (Subyek Hukum).pptx
Hukum PERDATA PENGANTAR (Subyek Hukum).pptxriansaputra79
 
HK PERDATA PENGANTAR DOMICILE DAN TEMPAT TINGGAL.pptx
HK PERDATA PENGANTAR DOMICILE DAN TEMPAT TINGGAL.pptxHK PERDATA PENGANTAR DOMICILE DAN TEMPAT TINGGAL.pptx
HK PERDATA PENGANTAR DOMICILE DAN TEMPAT TINGGAL.pptxriansaputra79
 
MATRIKULASI dasar dasar hukum.pptx
MATRIKULASI dasar dasar hukum.pptxMATRIKULASI dasar dasar hukum.pptx
MATRIKULASI dasar dasar hukum.pptxwinanti6
 
UIF0003-122212-931-6.ppt
UIF0003-122212-931-6.pptUIF0003-122212-931-6.ppt
UIF0003-122212-931-6.pptNaufalAnugrah5
 
Pengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnisPengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisniswafa khairani
 
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptxSEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptxssuser529044
 
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxHAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxDirgaGunk
 
Aspek Hukum dalam Ekonomi
Aspek Hukum dalam EkonomiAspek Hukum dalam Ekonomi
Aspek Hukum dalam EkonomiEga Jalaludin
 
Isd periode bab 5 2
Isd periode bab  5 2Isd periode bab  5 2
Isd periode bab 5 2Dhika Dhika
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 

Similar to HUKUM BISNIS (20)

HUKUM PERDATA DAN BISNIS.pptx
HUKUM PERDATA DAN BISNIS.pptxHUKUM PERDATA DAN BISNIS.pptx
HUKUM PERDATA DAN BISNIS.pptx
 
Diklat Hukum Perdata (1).pptx
Diklat Hukum Perdata (1).pptxDiklat Hukum Perdata (1).pptx
Diklat Hukum Perdata (1).pptx
 
hukum perdata.pptx
hukum perdata.pptxhukum perdata.pptx
hukum perdata.pptx
 
Bahan kul hukum perorangan ui dan umk
Bahan kul hukum perorangan ui dan umkBahan kul hukum perorangan ui dan umk
Bahan kul hukum perorangan ui dan umk
 
Kuliah pthi, asas asas hukum perdata
Kuliah pthi, asas asas hukum perdataKuliah pthi, asas asas hukum perdata
Kuliah pthi, asas asas hukum perdata
 
2. POWER POINT PHI (1).ppt
2. POWER POINT PHI (1).ppt2. POWER POINT PHI (1).ppt
2. POWER POINT PHI (1).ppt
 
Hukum PERDATA PENGANTAR (Subyek Hukum).pptx
Hukum PERDATA PENGANTAR (Subyek Hukum).pptxHukum PERDATA PENGANTAR (Subyek Hukum).pptx
Hukum PERDATA PENGANTAR (Subyek Hukum).pptx
 
HK PERDATA PENGANTAR DOMICILE DAN TEMPAT TINGGAL.pptx
HK PERDATA PENGANTAR DOMICILE DAN TEMPAT TINGGAL.pptxHK PERDATA PENGANTAR DOMICILE DAN TEMPAT TINGGAL.pptx
HK PERDATA PENGANTAR DOMICILE DAN TEMPAT TINGGAL.pptx
 
MATRIKULASI dasar dasar hukum.pptx
MATRIKULASI dasar dasar hukum.pptxMATRIKULASI dasar dasar hukum.pptx
MATRIKULASI dasar dasar hukum.pptx
 
subyek obyek_hukum
subyek obyek_hukumsubyek obyek_hukum
subyek obyek_hukum
 
UIF0003-122212-931-6.ppt
UIF0003-122212-931-6.pptUIF0003-122212-931-6.ppt
UIF0003-122212-931-6.ppt
 
Pengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnisPengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnis
 
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptxSEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
 
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxHAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
 
Aspek Hukum dalam Ekonomi
Aspek Hukum dalam EkonomiAspek Hukum dalam Ekonomi
Aspek Hukum dalam Ekonomi
 
Isd periode bab 5 2
Isd periode bab  5 2Isd periode bab  5 2
Isd periode bab 5 2
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Hukum Perorangan.pptx
Hukum Perorangan.pptxHukum Perorangan.pptx
Hukum Perorangan.pptx
 
Kd 1.1 pelanggaran ham
Kd 1.1 pelanggaran hamKd 1.1 pelanggaran ham
Kd 1.1 pelanggaran ham
 

More from Sentot Baskoro

Pengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
Pengawasan atas penerapan GRC TerintegrasiPengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
Pengawasan atas penerapan GRC TerintegrasiSentot Baskoro
 
Sesi 8 tahapan negosiasi
Sesi 8   tahapan negosiasiSesi 8   tahapan negosiasi
Sesi 8 tahapan negosiasiSentot Baskoro
 
Sesi 6 prinsip negosiasi
Sesi 6 prinsip negosiasiSesi 6 prinsip negosiasi
Sesi 6 prinsip negosiasiSentot Baskoro
 
Sesi 5 komunikasi efektif
Sesi 5 komunikasi efektifSesi 5 komunikasi efektif
Sesi 5 komunikasi efektifSentot Baskoro
 
Sesi 2 kemampuan negosiasi
Sesi 2 kemampuan negosiasiSesi 2 kemampuan negosiasi
Sesi 2 kemampuan negosiasiSentot Baskoro
 
Sesi 1 pentingnya negosiasi
Sesi 1 pentingnya negosiasiSesi 1 pentingnya negosiasi
Sesi 1 pentingnya negosiasiSentot Baskoro
 
Petunjuk pembuatan swot
Petunjuk pembuatan swotPetunjuk pembuatan swot
Petunjuk pembuatan swotSentot Baskoro
 
Etika bisnis modul 5-6
Etika bisnis   modul 5-6Etika bisnis   modul 5-6
Etika bisnis modul 5-6Sentot Baskoro
 
Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4Sentot Baskoro
 
Etika profesi bisnis modul 2
Etika profesi bisnis   modul 2Etika profesi bisnis   modul 2
Etika profesi bisnis modul 2Sentot Baskoro
 
Etika profesi bisnis modul 1
Etika profesi bisnis   modul 1Etika profesi bisnis   modul 1
Etika profesi bisnis modul 1Sentot Baskoro
 
Ahde sesi 8-9 litigasi
Ahde   sesi 8-9 litigasiAhde   sesi 8-9 litigasi
Ahde sesi 8-9 litigasiSentot Baskoro
 
Ahde sesi 5-6 corporate buying
Ahde   sesi 5-6 corporate buyingAhde   sesi 5-6 corporate buying
Ahde sesi 5-6 corporate buyingSentot Baskoro
 
Ahde sesi 3-4 perikatan & badan hukum
Ahde   sesi 3-4 perikatan & badan hukumAhde   sesi 3-4 perikatan & badan hukum
Ahde sesi 3-4 perikatan & badan hukumSentot Baskoro
 

More from Sentot Baskoro (18)

Protokol IV 04012021
Protokol IV 04012021Protokol IV 04012021
Protokol IV 04012021
 
Pengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
Pengawasan atas penerapan GRC TerintegrasiPengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
Pengawasan atas penerapan GRC Terintegrasi
 
Sesi 8 tahapan negosiasi
Sesi 8   tahapan negosiasiSesi 8   tahapan negosiasi
Sesi 8 tahapan negosiasi
 
Sesi 6 prinsip negosiasi
Sesi 6 prinsip negosiasiSesi 6 prinsip negosiasi
Sesi 6 prinsip negosiasi
 
Sesi 5 komunikasi efektif
Sesi 5 komunikasi efektifSesi 5 komunikasi efektif
Sesi 5 komunikasi efektif
 
Sesi 3-4 Bahasa Tubuh
Sesi 3-4 Bahasa TubuhSesi 3-4 Bahasa Tubuh
Sesi 3-4 Bahasa Tubuh
 
Sesi 2 kemampuan negosiasi
Sesi 2 kemampuan negosiasiSesi 2 kemampuan negosiasi
Sesi 2 kemampuan negosiasi
 
Sesi 1 pentingnya negosiasi
Sesi 1 pentingnya negosiasiSesi 1 pentingnya negosiasi
Sesi 1 pentingnya negosiasi
 
Petunjuk pembuatan swot
Petunjuk pembuatan swotPetunjuk pembuatan swot
Petunjuk pembuatan swot
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasi
 
Etika bisnis modul 5-6
Etika bisnis   modul 5-6Etika bisnis   modul 5-6
Etika bisnis modul 5-6
 
Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4Etika profesi akuntansi modul 3 4
Etika profesi akuntansi modul 3 4
 
Etika profesi bisnis modul 2
Etika profesi bisnis   modul 2Etika profesi bisnis   modul 2
Etika profesi bisnis modul 2
 
Etika profesi bisnis modul 1
Etika profesi bisnis   modul 1Etika profesi bisnis   modul 1
Etika profesi bisnis modul 1
 
Ahde sesi 12-13 haki
Ahde   sesi 12-13 hakiAhde   sesi 12-13 haki
Ahde sesi 12-13 haki
 
Ahde sesi 8-9 litigasi
Ahde   sesi 8-9 litigasiAhde   sesi 8-9 litigasi
Ahde sesi 8-9 litigasi
 
Ahde sesi 5-6 corporate buying
Ahde   sesi 5-6 corporate buyingAhde   sesi 5-6 corporate buying
Ahde sesi 5-6 corporate buying
 
Ahde sesi 3-4 perikatan & badan hukum
Ahde   sesi 3-4 perikatan & badan hukumAhde   sesi 3-4 perikatan & badan hukum
Ahde sesi 3-4 perikatan & badan hukum
 

Recently uploaded

pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxadesofyanelabqory
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 

Recently uploaded (12)

pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 

HUKUM BISNIS

  • 1. Oleh : Sentot Baskoro, MM, MH 0811 85 75 86 sentot@baskoro.com Aspek Hukum dalam Bisnis Sesi 1: Sistem Hukum Indonesia Sesi 2: Hukum Perdata Bahan Pengajaran di GICI Business School
  • 2. Sistem Hukum  Masyarakat & Hukum  “Ubi societas, ubi ius”  Pengertian Sistem Hukum  Fungsi Hukum : ◦ Social control & Social Engineering  Tujuan Hukum : ◦ Memberikan keadilan ◦ Memberikan kepastian Hukum ◦ Mewujudkan kesejahteraan/kepentingan umum  Sistem Hukum di Dunia ◦ Eropa Kontinental (civil law) ; ◦ Anglo Saxon (common law) negara commonwealth; ◦ Komunis ; ◦ Kanonik ; ◦ Hukum Islam ; ◦ Hukum Adat
  • 3.  Hukum Sebagai Kaidah/norma ◦ Sifat aturan hukum, Subjek Hukum, Hubungan Hukum, Peristiwa Hukum.  Permasalahan hukum & Asas hukum ◦ Das Sollen- Das Sein ◦ Lex Specialis derogat lex generalis ◦ Lex priori derogat lex apriori ◦ Lex superior derogat lex inferior ◦ Nullum Delictum, Nulla poena sine praevia lege poenali ◦ Fiksi Hukum (presumption iures de iure)
  • 4. Sistem Hukum Indonesia ◦ Sistem Hukum Sebelum Hindia Belanda ◦ Masyarakat Hukum Adat ◦ Hukum Islam  Sistem Hukum Hindia Belanda ◦ Asas Konkordansi ◦ Penggolongan Penduduk (Ps.163 IS) ◦ Penggolongan Hukum (HIR, RBg, BrV, antar golongan)  Sistem Hukum Setelah kemerdekaan ◦ UUD’45 Pasal II Aturan Peralihan ◦ Perubahan Konstitusi ◦ Pembagian Hukum (Publik & Privat)
  • 5. Hubungan Sistim Hukum & Ekonomi  Hukum Ekonomi  Ekonomi Hukum  Hukum sebagai social empowerment  Hukum sebagai social engineering
  • 6. Pidana vs Perdata  Pidana: ◦ Orang melawan masyarakat (negara) ◦ Tidak diperlukan aduan/tuntutan ◦ Hakim aktif mencari kebenaran hakiki  Perdata: ◦ Orang melawan orang/badan hukum. ◦ Harus ada aduan ◦ Hakim pasif mencari kebenaran dokumen.
  • 7. Hukum Perdata  Pembagian : hukum publik dan hukum privat  Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara individu-individu dalam masyarakat.  Sumber Hukum Perdata Tertulis:  KUHPer (Burgelijk Wetboek)  KUHD (Wetboek van Koopenhandel) Sejarah :  Corpus Yuris Civilis (Romawi)   Napoleon Code (Prancis) terbagi 2 kodifikasi, code civil dan commerce  ASAS KONKORDANSI   Indonesia (terjemahan KUH Perdata & KUH Dagang)  Pasal 2 aturan peralihan UUD 1945,
  • 8. Hukum Materiel  segala ketentuan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang dalam hubungannya terhadap orang lain dalam masyarakat. (KUHPer) Hukum Formil  segala ketentuan-ketentuan yang mengatur cara untuk mendapatkan keadilan di muka bumi (mempertahankan hukum materiel) (KUHAPer) Fungsi Hukum Perdata
  • 9. 9 Hukum Perdata Materiil  aturan/norma yang mengatur kepentingan perorangan yang pelaksanaannya terserah kepada yang berkepentingan Hukum Perdata Formil/hukum proses/hukum acara  ketentuan yang mengatur tata cara mempertahankan Hukum Perdata Materiil dalam proses acara di pengadilan Pembagian Hukum Perdata
  • 10. Substansi Pengaturan dalam KUH Perdata KUH Perdata terdiri dari 4 buku yaitu :  Buku 1 tentang Orang / Personrecht  Buku 2 tentang Benda / Zakenrecht  Buku 3 tentang Perikatan /Verbintenessenrecht  Buku 4 tentang Daluwarsa dan Pembuktian /Verjaring en Bewijs
  • 11. Buku 1 : tentang Orang  Nama & Catatan Sipil serta perubahannya  Domisili / tempat tinggal  Perkawinan, Anak, Pencegahan perkawinan, hak-kewajiban suami istri,harta perkawinan,perceraian , waris,perwalian
  • 12. Buku 2 : Tentang Benda  benda (zaken) adalah tiap barang (goederen) dan tiap hak (rechten) yang dapat menjadi obyek dari hak milik. Pembagian barang :  Ada barang yang berwujud-tak berwujud.  Ada barang yang bergerak-tak bergerak  Ada dapat dihabiskan- tak dapat dihabiskan  Cara kepemilikan hak atas tanah (milik, HGU, hak pakai, kewarisan krn meninggal,surat wasiat,gadai
  • 13. Buku 3 :  BUKU KETIGA KUHPERDATA: Bab I Perikatan Pada Umumnya Bab II Perikatan Yang Lahir Dari Kontrak atau Persetujuan Bab III Perikanan Yang Lahir Karena Undang-undang Bab IV Hapusnya Perikatan Bab V Jual Beli Bab VI Tukar Menukar Bab VII Sewa Menyewa Bab VIIA Perjanjian Kerja Bab VIII Perseroan Perdata Bab IX Badan Hukum Bab X Penghibahan Bab XI Penitipan Barang Bab XII Pinjam Pakai Bab XIII Pinjam Pakai Habis Bab XIV Bunga Tetap atau Bunga Abadi Bab XV Persetujuan Untung-untungan Bab XVI Pemberian Kuasa Bab XVII Penanggung Utang Bab XVIII Perdamaian
  • 14. Buku 4 : Pembuktian & Daluwarsa Alat pembuktian meliputi:  bukti tertulis;  bukti saksi;  persangkaan;  pengakuan;  sumpah. Daluarsa :  Sarana hukum memperoleh sesuatu hak (30 tahun)  Alasan dibebaskan dari suatu kewajiban ◦ Hutang-piutang & waris (5 tahun ◦ Jasa buruh,penginapan, rumah makan (1 tahun) ◦ Medis  2 tahun
  • 15. Ilmu Pengetahuan Hukum : Hukum Perorangan Hukum Keluarga Hukum Kekayaan Hukum Waris KUHPerdata : Buku I Tentang Orang Buku II Tentang Benda Buku III Tentang Perikatan Buku IV Tentang Pembuktian dan Daluwarsa Sistematika Hukum Perdata
  • 16. Manusia (Naturlijke Persoon) sebagai subyek hukum :  Sejak lahir sampai meninggal dunia  Perkecualian Ps. 2 (1) BW Badan Hukum sebagai subyek hukum  Adalah himpunan orang atau obyek organisasi kepada siapa diberikan sifat sebagai badan hukum secara tegas Subyek Hukum
  • 17. 17 Tiap manusia mempunyai kewenangan untuk mempunyai hak (bevoegd) Tidak semua manusia cakap untuk bertindak (handelings beekwaam) Ps. 330 KUHPerdata  “Belum dewasa adalah mereka yg belum genap 21 th dan belum menikah” Orang-orang yang tidak cakap
  • 18. 18 Terdiri dari : 1. Tempat tinggal sukarela / mandiri  Ps. 17 (2) BW 2. Tempat tinggal wajib / berkelanjutan  tempat tinggal yg tdk bergantung pd keadaan-keadaan orang yg bersangkutan, melainkan bergantung pd keadaan-keadaan orang lain.  yg dianggap mempunyai tempat tinggal wajib : • istri mengikuti suami  Ps. 21 BW • buruh mengikuti majikan  Ps. 22 BW Tempat tinggal yg sesungguhnya • Ps. 20 BW  petugas jawatan - Jawatan umum mengikuti jawatannya • Ps. 23 BW  rumah kematian • Ps. 24 BW  domisili hukum Tempat tinggal yg dipilih Domisili
  • 19. Macam Anak menurut Hukum 1. Anak sah  dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yg sah  Ps. 42 UU No. 1 Th. 1974, Ps. 250 KUHPerdata 2. Anak luar kawin  terdiri dari : ALK yg diakui & ALK yg tdk diakui 3. Anak zina  dilahirkan dr hub. kelamin dimana salah 1 atau keduanya terikat dalam perkawinan yg sah  tdk diakui hukum, tdk mempunyai hak waris 4. Anak sumbang  dilahirkan dr hub. kelamin antara 2 orang yg mempunyai hub. kekerabatan yg terlalu dekat  tdk diakui hukum, tdk mempunyai hak waris
  • 20. KEKUASAAN ORANG TUA (Ouderlijke Macht) Ps. 45 – 49 UU No. 1 Th. 1974 •Hanya ortu yg dapat menjalankan kekuasaan orang tua •Syarat kekuasaan ortu: 1. belum 18 th 2. belum kawin •Isi/tugas kekuasaan ortu : 1. mengurus kepentingan diri anak 2. mengurus harta kekayaan anak •Berakhirnya kekuasaan ortu : - pencabutan, dlm hal lalai & berkelakuan buruk - pembebasan
  • 21. 21 PERWALIAN (Voogdij) Ps. 50 – 54 UU No. 1 Th. 1974 •Syarat perwalian : - belum 18 th - belum kawin - tdk berada dalam kekuasaan orang tua • Macam perwalian : - bapak/ibu yg hidup terlama - dengan wasiat - diangkat oleh hakim •Isi/tugas perwalian : - mengurus kepentingan diri anak - mengurus harta kekayaan anak •Kekuasaan wali dicabut dalam hal : - lalai - berkelakuan buruk
  • 22. HUKUM PERKAWINAN SUMBER HUKUM PERKAWINAN UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan PP No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan PP No. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS jo. PP No. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan atas PP No. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS
  • 23. HUKUM BENDA HUKUM WARIS Pasal 528 KUHPerdata  hak waris identik dgn hak kebendaan Pasal 584 KUHPerdata  “waris” mrpk salah satu cara memperoleh hak kebendaan Materi buku 2 KUHPer
  • 24. Macam Benda 1. Benda materiil & imateriil 2. Benda bergerak & benda tidak bergerak 3. Benda yg dapat diperdagangkan & yg tidak dapat diperdagangkan 4. Benda yg dapat dibagi & yg tidak dapat dibagi 5. Benda yg dapat diganti & yg tidak dapat diganti
  • 25. a. Pengertian  hak yg memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan thd setiap orang b. Ciri – ciri/sifat Hak Kebendaan a. Bersifat “mutlak”, dapat dipertahankan thd siapapun b. “Zaak gevolg” (droit de suite), mengikuti benda dimanapun berada c. Droit de preference, hak untuk didahulukan d. Hak yg terjadi dahulu didahulukan e. gugatan bisa dilakukan kepada siapapun yang mengganggu haknya (gugat kebendaan) f. Kemungkinan untuk memindahkan hak kebendaan itu dapat sepenuhnya dilakukan c. Hak kebendaan berbeda dgn hak perorangan Hak Kebendaan
  • 26. 26 Ps. 528 KUHPerdata 1. Bezit (kedudukan yg berkuasa) 2. Hak milik 3. Hak waris 4. Hak menikmati hasil (pakai hasil) 5. Hak pengabdian tanah (servituut) 6. Hak gadai 7. Hipotik Buku II KUHPerdata 8. Hak opstal 9. Hak erfpacht 10. Hak memakai dan mendiami 11. Hak bunga tanah Hak Kebendaan dalam KUHPer
  • 27. Hak Kebendaan (zakelijk recht) sepanjang menyangkut mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, yang diatur dalam Buku II KUHPerdata, kecuali mengenai hipotik telah dicabut oleh UU No. 5 Th. 1960 tentang UUPA Hipotik atas tanah telah dicabut oleh UU No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan Buku 2 KUHPer dg UUPA dan UUHT
  • 28. 28 1. Hak Milik 2. Hak Guna Usaha 3. Hak Guna Bangunan 4. Hak Pakai 5. Hak sewa 6. Hak membuka tanah 7. Hak memungut hasil hutan 8. Hak lain yang tidak termasuk hak-hak tsb di atas yg akan ditetapkan dgn UU serta hak-hak yg sifatnya sementara, dan diusahakan hapus dalam waktu yg singkat, yaitu hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, dan hak sewa tanah pertanian Selain itu terdapat hak-hak atas air & ruang angkasa, yaitu: 1. Hak guna air 2. Hak pemeliharaan & penangkapan ikan 3. Hak guna ruang angkasa Hak Tanah Menurut Ps. 16 UUPA
  • 29. 1. Apabila seseorang meninggal, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih pada sekalian ahli warisnya  “asas Le mort saisit le vif” 2. Tiap orang, meskipun bayi yg baru lahir, adalah cakap untuk mewarisi, kecuali apabila orang tsb onwaardig (tidak patut menerima warisan). 3. Cara memperoleh waris: • Menurut ketentuan UU  pewarisan “ab intestato” • Ditunjuk dalam surat wasiat  pewarisan “testamentair Azas-azas Hukum Waris
  • 30. 1. A.W. golongan I  anak-anak beserta turunan-turunan dalam gurus lurus ke bawah dan suami/istri pewaris (Ps. 852 KUHPdt) 2. A.W. golongan II  orang tua dan saudara-saudara kandung si pewaris (Ps. 854 KUHPdt) 3. A.W. golongan III  sekalian keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas, baik dari garis ayah maupun ibu (Ps. 853 KUHPdt) 4. A.W. golongan IV  sekalian keluarga sedarah dalam garis menyimpang / menyamping, baik dari garis ayah maupun ibu (Ps. 858 KUHPdt) Cara mewaris dalam pewarisan Ab Intestato : • mewaris berdasarkan haknya sendiri • mewaris berdasarkan penggantian tempat (plaatsvervulling) Ahli Waris Ab Intestato
  • 31. •Wasiat (testamen)  suatu pernyataan dr seseorang tentang apa yg dikehendaki setelahnya ia meninggal. •Isi testament tdk harus terbatas pd hal-hal mengenai harta kekayaan saja, tapi bisa berupa penunjukan sorang wali u/ anak- anak pewaris, pengakuan ALK atau pengangkatan seorang executeurtestamentair (yaitu seorang yg dikuasakan u/ mengawasi & mengatur pelaksanaan testament) •Isi testament dapat berupa : 1. erfstelling  penunjukan 1 / beberapa orang mjd a.w. yg akan mendapat seluruh atau sebagian warisan 2. legaat  suatu pemberian kpd seseorang •Terhadap suatu erfstelling atau legaat, dpt disertai/digantungkan suatu : 1. beban (last); 2. syarat (voorwaarde); 3. ketetapan waktu •Macam-macam testament : 1. Openbaar testament; 2. Olographis testament; 3. Testament tertutup / rahasia Ahli Waris Testamentair
  • 32. 2 3 dgn suatu pernyataan yg ditujukan kpd Panitera PN setempat dimana warisan tsb telah terbuka Jika terbuka suatu warisan, a.w. dapat memilih u/ : 1. Menerima warisan 2. Menolak warisan 3. Menerima dengan pembatasan (Penerimaan beneficiair) akibat dr Penerimaan beneficiair : kewajiban a.w. u/ melunasi hutang-hutang dan beban-beban lainnya dibatasi sedemikian rupa, sehingga a.w. tdk akan menanggung pelunasan hutang-hutang dgn kekayaannya sendiri, melainkan hanya dilakukan menurut kekuatan warisan Menerima atau Menolak Warisan
  • 33. •Tidak terdapat istilah “perikatan” dalam B.W. •Hukum Perikatan (Verbintenis Recht) menurut Prof. Nieuwenhuis, adalah Instrumen hukum yang mengatur hubungan hukum dalam bidang harta kekayaan antara 2 pihak/lebih, dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak yang lain wajib untuk memenuhi suatu prestasi. Pengertian Perikatan
  • 34. 1. Hubungan Hukum  hubungan yang dapat menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban, yang mana apabila akibat hukum tersebut tidak dipenuhi, maka dapat diajukan tuntutan 2. Bidang Hukum Kekayaan (Patrimonial Law)  perikatan mempunyai nilai ekonomis 3. Para Pihak  2 pihak / lebih 4. Prestasi: Wujud prestasi ada 3 macam (Ps. 1234 KUHPerdata) : a. Memberikan sesuatu  perikatan positif b. Berbuat sesuatu  perikatan positif c. Tidak berbuat sesuatu  perikatan negatif Unsur Perikatan
  • 35. Wan Prestasi  Berbuat sesuatu (mengirim) tapi tidak sesuai dengan spesifikasi (jenis, kualitas, jumlah)  Berbuat sesuatu (mengirim) sesuai dengan spesifikasi tapi tidak sesuai dengan jadwal.  Tidak berbuat sesuatu (mengirim)  Berbuat sesuatu yang dilarang menurut perjanjian.
  • 36. •Perikatan yg lahir dari UU saja : perikatan u/ memberi nafkah  Ps. 321 •Perikatan yg lahir dari UU karena perbuatan manusia yang : 1. sesuai hukum, antara lain : • Mengurus kepentingan orang lain  Ps. 1354 –1357 • Pembayaran utang yg tdk diwajibkan  Ps. 1359 (1) • Perikatan wajar  Ps. 1359 (2) 2. melawan hukum (onrechtmatigdaad) – Ps. 1365 Perikatan yang lahir dari Undang”
  • 37. •Definisi perjanjian (Ps. 1313) : suatu perbuatan satu orang/lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih •Jenis-jenis perjanjian : • Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban; • Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik; • Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama; • Perjanjian konsensuil dan perjanjian riil; • Perjanjian kebendaan; Perjanjian liberatoir; • Perjanjian obligatoir; Perjanjian pembuktian. Perikatan yang lahir dari Perjanjian
  • 38. Syarat Syah Perjanjian Empat Syarat sah perjanjian (Ps. 1320) : - syarat subyektif (dapat dibatalkan secara hukum): - 1. Sepakat - 2. Cakap - syarat obyektif (batal demi hukum): - 3. Hal tertentu - 4. Causa halal
  • 39. •Perikatan bersyarat (Voorwaardelijk); •Perikatan dengan ketetapan waktu (Tijdsbepaling); •Perikatan alternatif; •Perikatan tanggung menanggung / tanggung renteng (Hoofdelijk / Solidair); •Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi; •Perikatan dengan ancaman hukuman (Strafbeding). Macam Perikatan
  • 40. 40 Hapusnya Perikatan •Pembayaran; •Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; •Pembaharuan utang (Novasi); •Perjumpaan utang (Kompensasi); •Percampuran utang; •Pembebasan utang; •Musnahnya barang yang terutang; •Kebatalan atau pembatalan; •Berlakunya syarat batal; •Kedaluwarsa.
  • 41.  Sebab pencegah daluwarsa : ◦ Suatu peringatan, suatu gugatan, dan tiap perbuatan-perbuatan berupa tuntutan hukum, dalam bentuk yang telah ditentukan, ditandatangani oleh pejabat yang berwenang  Sebab penangguhan daluwarsa : ◦ Anak yang belum dewasa & orang-orang dibawah pengampuan, kecuali dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang. Pencegahan & Penangguhan Daluwarsa
  • 42. Berlakunya KUHPerdata Saat Ini Buku I tentang orang  dengan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974  aturan perkawinan tidak berlaku lagi Buku II tentang benda  UU Nomor 5 tahun 1960. UUPA  aturan tentang bumi, air, dst UUHT Nomor 4 Tahun 1996 UUJF Nomor 42 Tahun 1999 Buku III tentang perikatan UU 13/2003  Perjanjian Kerja Buku IV tentang pembuktian dan daluwarsa
  • 43. SEMA no. 3 tahun 1963 - 1 Membatalkan:  Pasal 108 dan 110 B.W. tentang wewenang seorang istri untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap di muka Pengadilan tanpa izin atau bantuan dari suami.  Pasal 284 ayat 3 B.W. mengenai pengakuan anak, yg lahir diluar perkawinan, oleh seorang perempuan Indonesia asli.  Pasal 1682 B.W. yang mengharuskan dilakukannya satu penghibahan dengan akta notaris.  Pasal 1579 B.W. yang menentukan, bahwa dalam hal sewa menyewa barang si pemilik barang tidak dapat menghentikan persewaan dengan mengatakan, bahwa ia akan memakai sendiri barangnya, kecuali apabila pada waktu membentuk persetujuan sewa menyewa ini dijanjikan diperbolehkan.
  • 44. SEMA no. 3 tahun 1963 - 2 Membatalkan:  Pasal 1238 B.W. yang menyimpulkan, bahwa pelaksanaan suatu perjanjian hanya dapat diminta di muka Hakim, apabila gugatan ini didahului dengan suatu penagihan tertulis.  Pasal 1460 B.W. tentang risiko seorang pembeli barang, Pasal mana menentukan, bahwa suatu barang tertentu, yang sudah dijanjikan dijual, sejak saat itu adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun penyerahan barang itu belum dilakukan.  Pasal 1603 x ayat (1) dan ayat (2) B. W yang mengadakan diskriminasi antara orang Eropa disatu pihak dan orang bukan Eropa dilain pihak mengenai perjanjian perburuhan.