SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
PENANAMAN KESADARAN HUKUM
TENTANG
PERKAWINAN, KDRT, DAN PERLINDUNGAN ANAK
DI INDONESIA
HARIANTO PANE, SH.,MH.
• UU no 1/74 ttg Perkawinan: ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
(Pasal 1 UU Perkawinan)
• KUHPerdata: hubungan hukum antara seorang pria dan seorang wanita untuk
hidup bersama dengan kekal, yang diakui oleh negara (Pasal 27, 28 BW)
Asas Perkawinan
Asas monogami, melarang poligami
• Asas kebebasan kata sepakat, tidak ada paksaan
• Menurut UU Perkawinan:
• Asas monogami, tapi boleh poligami dg syarat-syarat
tertentu (Pasal 3 – 5 UUPerkawinan )
Syarat Perkawinan:
UU Perkawinan (Pasal 6 – 12)
• Adanya persetujuan kedua calon mempelai
• Adanya izin kedua orang tua/ wali bagi calon mempelai
sebelum berusia 21 tahun
• Usia calon mempelai laki-laki 19 tahun, perempuan 16 tahun
• Tidak ada ikatan perkawinan dengan yang lain
• Tidak ada dalam waktu tunggu (iddah) bagi perempuan janda
• Bagi suami istri yang telah bercerai, lalu kawin lagi tidak dari
talak tiga
Syarat absolut:
Asas monogami mutlak
(Pasal 27)
• Persetujuan kedua mempelai
• Batas usia, bagi laki-laki 18 tahun, perempuan 15 tahun
(Pasal 29)
• Bagi janda harus mengindahkan masa tunggu selama 300
hari (Pasal 34 BW)
• Diperlukan izin bagi semetara orang (Pasal 35 – 49)
Syarat material relatif:
• Larangan untuk kawin dengan orang yang sangat dekat
dalam hubungan keluarga (Pasal 30 – 31)
• Larangan untuk kawin dengan orang, dg siapa orang itu
pernah melakukan zina (Pasal 32)
• Larangan memperbaharui perkawinan setelah adanya
perceraian sebelum lewat waktu 1 tahun (Pasal 33)
Syarat formal:
• Syarat yang harus dipenuhi sebelum perkawinan:
• Pemberitahuan tentang maksud untuk kawin
• Pengumuman untuk maksud dan tujuan kawin (Pasal 50 – 57)
• Syarat yang harus dipenuhi bersamaan dengan perkawinan = syarat-syarat
dapat disahkannya perkawinan
Pencegahan perkawinan:
• Menurut BW:
- Suatu upaya hukum yang dapat dilakukan oleh jaksa
(penuntut umum) dan orang-orang yang tertentu,
berdasarkan alasan2 tertentu mempunyai hubungan
dengan calon suami/istri; terjadi jika perkawinan itu tidak
seyogyanya dilaksanakan
• Menurut UU Perkawinan (Pasal 13 – 21):
- Perkawinan dapat dicegah bila ada pihak yang tidak
memenuhi syarat dalam perkawinan
Orang yang dapat melakukan
pencegahan perkawinan:
• Para keluarga dari salah seorang calon mempelai
• Saudara dari salah seorang calon mempelai
• Wali nikah dari salah seorang calon mempelai
• Pengampu dari salah seorang calon mempelai
• Pihak-pihak yang berkepentingan
• Suami/ istri dari salah seorang calon mempelai
• Pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pencegahan(Pasal
UU Perkawinan)
Pembatalan perkawinan:
• Pasal 85 – 99 BW ; Pasal 22 – 28 UU Perkawinan; Pasal 37 – 38 PP No 9/75
• Bukan batal demi hukum; melainkan dengan permohonan pembatalan.
• Dapat diajukan oleh:
• Para keluarga
• Suami/ istri
• Pejabat yang berwenang; pejabat yang ditunjuk; jaksa
• Orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung dengan perkawinan
itu, tetapi hanya setelah perkawinan ituputus
• Batalnya perkawinan dimulai setelah keputusan pengadilan mempunyai
kekuatan hukum tetap; dan berlaku sejak berlansungnya perkawinan
• Pasal 28 UU Perkawinan, bahwa keputusan tidak berlaku surut terhadap:
• anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan (tetap anak sah)
• Suami istri yang beriktikat baik, kecuali harta perkawinan, bila pembatalan
karena adanya perkawinan terdahulu
• Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk di atas
Akibat Hukum Perkawinan
Terhadap harta perkawinan
• Harta yang diperoleh selama perkawinan: harta Bersama
• Harta bawaan: harta yang dimiliki sebelum perkawinan
atau harta yang diperoleh dari hadiah/warisan: dalam
penguasaan masing-masing, selama keduanya tidak
menentukan lain.
• Perjanjian perkawinan: mengenai pengaturan tersendiri
tentang harta kekayaan, secara tertulis dan disahkan oleh
pegawai pencatat perkawinan, pada waktu atau sebelum
perkawinan dilaksanakan.
• Kedudukan suami istri terhadap harta bersama adalah
sama; masing-masing dapat menggunakan herta
bersama atas persetujuan keduanya.
Terhadap Keturunan:
• Anak sah: anak yang dilahirkan dalam atau akibat
perkawinan yang sah; sedangkan anak yang dilahirkan
diluar perkawinan yang sah adalah anak tidak sah, yang
hanya mempunyai hubungan dengan ibunya (Pasal 42).
• Suami dapat melakukan penyangkalan bahwa anak yang
lahir tidak sah, jika dapat membuktikan bahwa istrinya
telah berzina (Pasal 44)
• Hak dan kewajiban orang tua terhadap anak (Pasal )
• Kekuasaan orang tua terhadap anak sejak lahir hingga
dewasa
Putusnya Perkawinan
• Karena kematian (Pasal 199 BW; Pasal 38 UU Perkawinan)
• Karena perceraian (cerai talak –dari suami--ataupun
gugat cerai –dari istri)
• Dalam BW: Keadaan tidak hadir (selama sepuluh tahun,
diikuti dengan perkawinan baru istri/ suami), putusan
hakim setelah pisang ranjang dan meja makan, setelah
dibukukan di Kantor Catatan Sipil
Alasan perceraian
(UU Perkawinan):
• Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,
pemadat, penjudi dan sebagainya yang sukar disembuhkan
• Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun
berturut-turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan
yang sah
• Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara lima
tahunSalah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit
yang mengakibatkan tiak dapat menjalankan sebagai sumai
isteri
• Antara suami istri terjadi terus menerus peselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi
dalam rumah tangga.
• Jika putusnya perkawinan karena kematian, maka terjadi hak waris
• Bagi sitri terdapat masa iddah/ tunggu
• Harus memperhatikan ketentuan-ketentuan setelah perkawinan; misalnya jika
ingin rujuk, atau ingin menikah dengan orang lain
Akibatnya terhadap keturunan:
• Ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan
mendidik anak-anaknya, semata untuk kepentingan anak.
Jika ada perselisihan, pengadilan yang memutuskannya.
• Bapak yang bertanggungjawab atas semua biaya
pemeliharaan anak dan pendidikan anak-anak. Jika bapak
tidak mampu, maka pengadilan bisa memutuskan ibu ikut
menanggung biayanya
• Pengadilan bisa memutuskan kewajiban mantan suami
untuk memberikan biaya penghidupan kepada mantan
isteri, atau juga menentukan kewajiban bagi mantan isteri
PENGERTIAN KDRT
BENTUK-BENTUK KDRT
FAKTOR-FAKTOR KDRT
CARA-CARA PENANGGULANGAN
KDRT
CONTOH KASUS
AKIBAT DARI KDRT
PENGERTIAN KDRT
• Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalh kekerasan yang dilakukan di dalam
rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri.
• Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.
“ Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya
adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-orang
yang tersubordinasi di dalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah
orang yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan,
perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga.”
Pada Pasal 5 UU Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan KDRT,
ditentukan bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah
tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya. Tindak Kekerasan
dalam rumah tangga dibedakan menjadi 4 (empat) macam:
1. Kekerasan Fisik;
2. Kekerasan Psikis/emosional;
3. Kekerasan Seksual;
4. Penelantaran Rumah Tangga.
• Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara
• Masyarakat menganggap laki-laki dengan menanamkan anggapan bahwa laki-laki
harus kuat, berani serta tanpa ampun
• KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan pribadi
terhadap relasi suami istri
• Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan bahwa laki-
laki boleh menguasai perempuan
• tidak adanya pengetahuan dari kedua belah pihak bagaimana cara mengimbangi
dan mengatasi sifat-sifat yang tidak cocok diantara keduanya
• tidak adanya rasa cinta pada diri seorang suami kepada istrinya, karena mungkin
perkawinan mereka terjadi dengan adanya perjodohan diantara mereka tanpa
didasari dengan rasa cinta terlebih dahulu.
1. Cedera berat
2. Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari
3. Pingsan
4. Luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau
yang menimbulkan bahaya mati
5. Kehilangan salah satu panca indera.
6. Mendapat cacat.
7. Menderita sakit lumpuh.
8. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih
9. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
10. Kematian korban.
11. Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan obat atau
disfungsi seksual yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau menahun.
12. Gangguan stres pasca trauma.
13. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa
indikasi medis)
14. Depresi berat atau destruksi diri
15. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti
skizofrenia dan atau bentuk psikotik lainnya
16. Bunuh diri
17. Ketakutan dan perasaan terteror
18. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak
19. Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfungsi seksual
20. Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan
pencernaan tanpa indikasi medis)
21. Fobia atau depresi temporer
Kejaksaan Negeri
Halmahera Tengah
Untuk menghindari terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, diperlukan cara-cara
penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain:
1. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada agama.
2. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga.
3. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah
tangga yang rukun dan harmonis.
4. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota
keluarga.
5. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam
keluarga.
6. kedua belah pihak harus sama-sama menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa
menimbulkan kekerasan.
7. Membaca buku-buku yang berisi cerita tentang bagaimana cara menerapkan sebuah
keluarga yang baik.
ANAK MENURUT UNDANG - UNDANG
“Anak yang belum dewasa
apabila seseorang tersebut
belum berumur 16 tahun“
P A S A L 45 KUHP
AYAT 1 KUHP
“Seorang belum dapat dikatakan dewasa
jika orang tersebut umurnya belum genap
21 tahun, kecuali seseorang tersebut telah
menikah sebelum umur 21 tahun“
P A S A L 330
Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (pasal 6 ayat (2))
memuat ketentuan syarat perkawinan bagi orang yang belum mencapai umur 21 tahun
mendapati izin kedua orang tua.
Selanjutnya dalam pasal 7 ayat (1) yang memuat batasan minimum usia untuk dapat
kawin bagi pria adalah 19 (Sembilan belas) tahun dan wanita 16 (enam belas) tahun.
UU NO 3 TAHUN 1979 TENTANG PENGADILAN ANAK YANG TELAH DIGANTI DENGAN UNDA
NG - UNDANG NO 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN ANAK
Angka 3 disebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum (anak) ada
lah anak yang diduga melakukan tindak pidana.
1
Angka 4 disebutkan bahwa anak yang menjadi korban tindak pidana (anak
korban) adalah anak yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau
kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana
1
Angka 5 disebutkan bahwa anak yang menjadi sanksi tindak pidana (anak s
aksi) adalah anak yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan pe
nyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu
perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.
1
P A S A L
HAK ANAK ITU MELIPUTI :
UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002
TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK
1
2
Hak untuk hidup,tumbuh,berkembang,dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan,serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan
status kewarganegaraan. dalam hal
kewarganegaraan ini setiap anak berhak
mendapatkan kewarganegaraan dari kelahiran
dari perkawinan yang sah, bahkan anak yang
terlahir yang tidak diketahui orangtuanya dan
anak tersebut lahir di wilayah Republik
Indonesia diakui sebagai warga Negara
Republik Indonesia.
Hak untuk beribadah menurut agamanya.
3
4
Hak untuk mengetahui orangtuanya dibesarkan dan
diasuh oleh orangtuanya sendiri
5
Hak untuk diasuh atau diangkat apabila orangtuanya
tidak menjamin tumbuh kembang anak tersebut.
6
Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial.
7 Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
HAK ANAK ITU MELIPUTI :
UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002
TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK
8
9
Hak untuk menyatakan dan didengar
pendapatnya,menerima,mencari, dan
memberikan informasi.
Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan
waktu luang, bergaul dengan anak sebayanya,
bermain, berekreasi,dan berkreasi sesuai
dengan minat, bakat,dan tingkat
kecerdasannya demi pengembangan diri.
Hak memperoleh rehabilitasi,bantuan social,
dan pemeliharaan taraf kesejahteraan social
bagi anak penyandang cacat
10
12
Hak atas perlindungan dari penyalahgunaan dalam
kegiatan politik,pelibatan dalam sengketa
bersenjata,pelibatan dalam kerusuhan
social,pelibatan dalam peristiwa yang mengandung
unsure kekerasan,pelibatan dalam peperangan
13
Hak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan
hukuman yang tidak manusiawi
14 Hak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum
15
Hak untuk mendapat bantuan hukum dan bantuan
lainnya
11
Hak atas perlindungan dari perlakuan
diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi
maupun seksual, penelantaran,
kekejaman,kekerasan dan penganiayaan,
ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya
KEWAJIBAN SEORANG ANAK
MENCINTAI
KELUARGA,MASYARAK
AT, DAN MENYAYANGI
TEMAN.
2
MENGHORMATI
ORANGTUA,WALI DAN
GURU
1
MENCINTAI TANAH
AIR, BANGSA DAN
NEGARA
3
MENUNAIKAN IBADAH
SESUAI DENGAN AJARAN
AGAMANYA
4
MELAKSANAKAN ETIKA
DAN AKHLAK MULIA
5
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA
TERHADAP ANAK
MENUMBUH KEMBANGKAN
ANAK SESUAI DENGAN
KEMAMPUAN, BAKAT DAN
MINATNYA
2
MENGASUH, MEMELIHARA,
MENDIDIK DAN MELINDUNGI
ANAK
1
MENCEGAH TERJADINYA
PERKAWINAN PADA USIA
ANAK
3
MEMBERIKAN PENDIDIKAN
KARAKTER DAN PENANAMAN
NILAI BUDI PEKERTI PADA
ANAK
4
KEKERASAN PADA ANAK DIGOLONGKAN MENJADI :
KEKERASAN
SECARA
FISIK
KEKERASAN
PSIKIS
/ EMOSI
KEKERASAN
SEKSUAL
PENGABAIAN
TERHADAP
ANAK
CONTOH KEKERASAN FISIK
Pasutri di Bogor aniaya anak sendiri hingga meninggal
(Achmad Sudarno/Liputan6.com)
Surni Puri (25) dan Ahsi Avei (27), pasangan suami istri di
Bogor, Jawa Barat, yang tega menyiksa anaknya sendiri
hingga tewas mengaku sadar saat menganiaya anaknya,
Yeol Ghi Nichiardo (3).
Ahsi Avei (27), ayah korban, mengaku khilaf dan kini
menyesal telah menghilangkan nyawa anak semata
wayangnya itu.
KEKERASAN FISIK TERHADAP ANAK
CONTOH KEKERASAN FISIK
Usia D memang baru 8 tahun. Namun, dia sudah
merasakan menjadi tunawisma. Sejak enam bulan lalu,
dia diusir oleh orang tua kandungnya. Sejak terusir dari
rumah orangtuanya itu dia terpaksa seorang diri tidur di
pos keamanan serta berpindah-pindah ke rumah
tetangganya. Tak jelas apa alasan dan motif orangtua D,
sengaja menelantarkan anaknya. Empat saudara D yang
berjenis kelaminperempuan juga harus menderita karena
dikurung di dalam rumah. Usianya mulai dari empat
hingga 12 tahun. Selain D, empat saudara perempuannya
yakni kakak dan adiknya pun ditelantarkan hanya saja
berada di dalam rumah. Kelima anak tersebut berinisial L
(10), C (10), A (5), serta DN (4).
Pasangan suami istri kejam itu akhirnya harus berurusan
dengan hukum. Mereka akan dijerat Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak akan
dijerat dengan Pasal 77 b, dengan ancaman hukuman
lima tahun penjara dan denda Rp100 juta.
KEKERASAN SEKSUAL
16 Agustus 2016
FAJAR.CO.ID, BENGKULU – Provinsi Bengkulu darurat
kekerasan seksual terhadap anak. Terbukti dalam
sepekan ini saja sudah ada tiga kasus yang mencuat.
Setelah kasus pemerkosaan Yuyun yang
menggemparkan publik, kali ini pelecehan seksual
terakhir dialami seorang anak usia bawah lima tahun
(Balita) berinisial IN (4). Pelakunya Ju (33), warga Dusun
Ulu Danau, Desa Padang Betuah, Kecamatan Pondok
Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng).
Buruh PT Bio Nusantara ini mencabuli korban sepulang
mengaji saat mampir ke rumah tersangka, Kamis (11/8)
malam. Mengetahui kejadian tersebut, orang tua IN
langsung melapor ke pihak kepolisian.
PENGABAIAN ANAK
PENGABAIAN NAFKAH
Peristiwa pengabaian ini sering dan banyak terjadi
dikehidupan terutama dalam kehidupan rumah tangga
yang mengalami perceraian dimana anak selalu menjadi
korban orangtuanya, ayah yang tidak mau lagi
membiayai hidup atau menanggung biaya anaknya dan
ibu yang bercerai lalu menikah dengan lelaki lain juga
sering mengabaikan anaknya.
HUKUM PERLINDUNGAN ANAK
UU NO.35 TH 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TH 2002
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
Anak Berhadapan dengan Hukum adalah orang yang belum
berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan,
yang menjadi Pelaku, Korban, dan atau Saksi Tindak Pidana
1
ANAK-ANAK YANG MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN KHUSUS :
• Anak Jalanan
• Pekerja Anak
• Eksploitasi Seksual Komersialisasi Anak (ESKA)
• Anak-Anak yang Berkonflik dengan Hukum
2 Mencari nafkah tanpa sekolah
MELINDUNGI ANAK DARI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KDRT)
Pemukulan/Penganiayaan (Psl 351 KUHP) / Pasal 80 (1)
UUPA) Pengeroyokan (Psl 170 KUHP), Pengancaman&
Pemerasan (Pasal 368-369 KUHP), Penghinaan
(Mengejek, Memaki,Mengolok - ngolok, Mencemooh
teman)
Dilaporkan Ke POLISI  Dilimpahkan Ke KEJAKSAAN 
Mengikuti PERSIDANGAN yang Tertutup Untuk Umum 
PUTUSAN HAKIM
1. Dikembalikan kepada orang tua (anak umur 8 - 12 tahun)
2. Diserahkan kepada negara mengikuti pendidikan,
pembinaan, latihan kerja ( anak umur 8 - 12 tahun)
3. Pidana Kurungan, Pidana Penjara (½ dari pidana orang
dewasa),Pidana Denda / Pidana Pengawasan
TINDAK
PIDANA
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UU KDRT NO. 23/ 2004
YANG TERMASUK TINDAKAN KDRT ADALAH :
1
2
Fisik (rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat)
Seksual yaitu pemaksaan hubungan badan yang tidak wajar atau tidak disukai
Psikologis (menimbulkan rasa ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, adanya penderitaan batin)
3
4 Penelantaran rumah tangga (isteri tidak mengurus anak, suami tidak menafkahi keluarga, dsb)
1. Suami
2. Istri
3. Anak (termasuk anak tiri dan anak angkat)
4. Orang yang mempunyai hubungan keluarga
sedarah, perkawinan, persusuan, pengasuhan
dan perwalian (hubungan perkawinan seperti
mertua, menantu, besan, ipar)
5. Orang yang bekerja pada rumah tangga
(pembantu)
RUANG
LINGKUP
DAN
SUBJEK
KDRT
BULLYING ATAU PENINDASAN
Penindasan (bahasa Inggris: Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau
paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat
menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau
fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik
atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin
atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan
terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya
penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia,
dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.
PENINDASAN FISIK
Tindakan penindasan dengan kontak secara
fisik yang menimbulkan perasaan sakit fisik,
luka, cedera, atau penderitaan fisik lainnya.
Contohnya memukul, menampar, atau
menendang orang lain.
BENTUK
BENTUK
PENINDASAN
PENINDASAN PSIKOLOGIS
Tindakan penindasan yang menimbulkan
trauma psikologis, ketakutan, depresi,
kecemasan, atau stres. selain itu juga
menimbulkan kegalauan/gusar.
BENTUK
BENTUK
PENINDASAN
BULLYING SECARA RELASIONAL
Pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat
mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan
yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek
dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying dalam bentuk ini
cenderung perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari luar.
Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya
diawal masa remaja, karena saat itu tejadi perubahan fisik,
mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika
remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan
menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
Merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan
pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer,
handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS
dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror
korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar
dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi,
menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya
dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki
pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi
informasi dan media elektronik lainnya.
BULLYING
ELEKTRONIK
TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007
PERDAGANGAN ORANG ADALAH :
Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau
penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan,
yang memegang kendali atas orang lain tersebut baik yang dilakukan di dalam negara
maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi.
1. Ancaman paling ringan yaitu selama 4 bulan penjara dan
yang paling berat selama 20 tahun penjara;
2. Ancaman denda paling ringan sebesar Rp.3.000.000,-
(tiga juta rupiah) dan paling berat paling besar Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
SANKSI
TERHADAP
PELAKU
KDRT
SANKSI BERUPA PIDANA
PENJARA, JUGA DENDA
PASAL 81
(1) Setiap orang yang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa Anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling banyak 5
miliar rupiah.
(2) Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan
orang lain.
Pasal 82
(1) Setiap orang yang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan, memaksa,
melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling banyak 5
miliar rupiah.
MODUS OPERANDI
 Penipuan, Bujuk rayu
 Jeratan utang
 Jeratan Jasa
 Adopsi ilegal
 Seni-entertainment
 Penculikan, pemalsuan
identitas
ANCAMAN HUKUMAN
Tidak dikenal hukuman mati,
Pid Pokok : Pidana Penjara : Min
3 th - Max 15 th
Pidana Denda : Min 120 jt- Max
600 jt
Pemberatan :
Terhadap Anak hukuman
ditambah 1/3
Akibatkan Meninggal Dunia
korban dipidana paling ringan 5
th dan paling lama seumur
hidup; Akibatkan korban luka
berat, gangguan jiwa berat,
penyakit menular yang
menganggu reproduksi,
ditambah 1/3
CARA KERJA
TRAFFICKER/ PELAKU
 Agen merekrut korban
 Memanfaatkan kondisi
darurat (bencana alam)
 Calon korban dbawa ke
daerah tujuan melalui
daerah transit
(darat,laut,udara)
 Dokumen - dokumen Palsu
 Para pelaku : Kalangan
Dekat seperti : Ortu, suami,
paman, agen, germo, calo,
perusahaan perekrut.
1
2 3
PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK KORBAN KDRT
1. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;
2. pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;
3. penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;
4. pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat
proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
5. pelayanan bimbingan rohani.
TINDAKAN HUKUM APABILA TERJADI KDRT ADALAH :
1
2
Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian
baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara.
Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan kekerasan
dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat
kejadian perkara.
PROSEDUR
LAPORAN
TINDAK
PIDANA
CARA MENCEGAH, MENGHINDARI DAN MELINDUNGI ANAK DARI
KEJAHATAN & KEKERASAN :
1
2
Pahami tentang hukum dan ilmu agama;
Berikan pendidikan, pengajaran dan pemahaman kepada anak tentang bahaya kekerasan dan
kejahatan;
3 Mengawasi prilaku keseharian anak;
4 Dampingi anak-anak;
5 Melaporkan kepada yang berwajin apabila ada perbuatan kekerasan terhadap anak.
CARA ORANGTUA MENCEGAH DAN MENGHINDARI KEKERASAN TERHADAP ANAK:
1
2
Mempelajari dan memahami ilmu agama dan hukum;
Memahami Hak dan Kewajiban sebagai orangtua;
3 Hindari emosi berlebihan;
4 Lakukan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak;
Burung Pipit Burung Cenderawasih
Cukup Sekian dan Terimakasih
Hari Minggu waktunya ibadah ke Gereja
Salam Sukses & Sejahtera untuk kita semua

More Related Content

Similar to BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx

Kul 3 asas, rukun dan syarat perkawinan islam 1
Kul 3 asas, rukun dan syarat perkawinan islam 1Kul 3 asas, rukun dan syarat perkawinan islam 1
Kul 3 asas, rukun dan syarat perkawinan islam 1
Fitri Amalia
 
Slide poligami
Slide poligamiSlide poligami
Slide poligami
Ferri Lee
 
Asas Hukum Keluarga - Usman Jambak
Asas Hukum Keluarga - Usman JambakAsas Hukum Keluarga - Usman Jambak
Asas Hukum Keluarga - Usman Jambak
Usman Jambak
 
Uu 1974 nomor 1 perkawinan
Uu 1974 nomor 1 perkawinanUu 1974 nomor 1 perkawinan
Uu 1974 nomor 1 perkawinan
Mystic333
 
Pencegahan perkawinan
Pencegahan perkawinanPencegahan perkawinan
Pencegahan perkawinan
Onedy Ozora
 
Penyuluhan hukum akibat perkawinan di bawah umur
Penyuluhan hukum akibat perkawinan di bawah umurPenyuluhan hukum akibat perkawinan di bawah umur
Penyuluhan hukum akibat perkawinan di bawah umur
Dian Vebyanti
 

Similar to BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx (20)

Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdfBimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
 
Hukum Perkawinan Adat
Hukum Perkawinan AdatHukum Perkawinan Adat
Hukum Perkawinan Adat
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum perkawinan adat.pptx
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum perkawinan  adat.pptxNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum perkawinan  adat.pptx
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum perkawinan adat.pptx
 
Kul 3 asas, rukun dan syarat perkawinan islam 1
Kul 3 asas, rukun dan syarat perkawinan islam 1Kul 3 asas, rukun dan syarat perkawinan islam 1
Kul 3 asas, rukun dan syarat perkawinan islam 1
 
Ppt konseling keluarga
Ppt konseling keluargaPpt konseling keluarga
Ppt konseling keluarga
 
Ppt konseling keluarga
Ppt konseling keluargaPpt konseling keluarga
Ppt konseling keluarga
 
Slide poligami
Slide poligamiSlide poligami
Slide poligami
 
Asas Hukum Keluarga - Usman Jambak
Asas Hukum Keluarga - Usman JambakAsas Hukum Keluarga - Usman Jambak
Asas Hukum Keluarga - Usman Jambak
 
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaMakalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
 
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3NPROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
 
Uu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinanUu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinan
 
Uu 1974 nomor 1 perkawinan
Uu 1974 nomor 1 perkawinanUu 1974 nomor 1 perkawinan
Uu 1974 nomor 1 perkawinan
 
Uu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinanUu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinan
 
1974 uu 1-tahun-1974-perkawinan
1974 uu 1-tahun-1974-perkawinan1974 uu 1-tahun-1974-perkawinan
1974 uu 1-tahun-1974-perkawinan
 
Pencegahan perkawinan
Pencegahan perkawinanPencegahan perkawinan
Pencegahan perkawinan
 
10. hukum pernikahan
10. hukum pernikahan10. hukum pernikahan
10. hukum pernikahan
 
An Equality of Citizens in Indonesia
An Equality of Citizens in IndonesiaAn Equality of Citizens in Indonesia
An Equality of Citizens in Indonesia
 
Penyuluhan hukum akibat perkawinan di bawah umur
Penyuluhan hukum akibat perkawinan di bawah umurPenyuluhan hukum akibat perkawinan di bawah umur
Penyuluhan hukum akibat perkawinan di bawah umur
 
anak-luar-kawin-dl-hk-wrs.pptx
anak-luar-kawin-dl-hk-wrs.pptxanak-luar-kawin-dl-hk-wrs.pptx
anak-luar-kawin-dl-hk-wrs.pptx
 
perbandingan-perkawinan-BW-dg-UUP.pdf
perbandingan-perkawinan-BW-dg-UUP.pdfperbandingan-perkawinan-BW-dg-UUP.pdf
perbandingan-perkawinan-BW-dg-UUP.pdf
 

More from endang nainggolan (12)

Essoc4_PPT_ch07Economy for Studentss.ppt
Essoc4_PPT_ch07Economy for Studentss.pptEssoc4_PPT_ch07Economy for Studentss.ppt
Essoc4_PPT_ch07Economy for Studentss.ppt
 
Comparing Living standards between peoples .pptx
Comparing Living standards between peoples .pptxComparing Living standards between peoples .pptx
Comparing Living standards between peoples .pptx
 
trade bloc in economic jskadndndlaks.pptx
trade bloc in economic jskadndndlaks.pptxtrade bloc in economic jskadndndlaks.pptx
trade bloc in economic jskadndndlaks.pptx
 
Causes of Unemployments_012.pptx
Causes of Unemployments_012.pptxCauses of Unemployments_012.pptx
Causes of Unemployments_012.pptx
 
factors of production-converted_006.pptx
factors of production-converted_006.pptxfactors of production-converted_006.pptx
factors of production-converted_006.pptx
 
Exercise Demand and Supply Function.pptx
Exercise Demand and Supply Function.pptxExercise Demand and Supply Function.pptx
Exercise Demand and Supply Function.pptx
 
GEO_readings_globalisation_Final.pptx
GEO_readings_globalisation_Final.pptxGEO_readings_globalisation_Final.pptx
GEO_readings_globalisation_Final.pptx
 
696969-190414223417-1.pptx
696969-190414223417-1.pptx696969-190414223417-1.pptx
696969-190414223417-1.pptx
 
Fiscal and Monetary Policy.pdf
Fiscal and Monetary Policy.pdfFiscal and Monetary Policy.pdf
Fiscal and Monetary Policy.pdf
 
current account deficit and surplus.pptx
current account deficit and surplus.pptxcurrent account deficit and surplus.pptx
current account deficit and surplus.pptx
 
Comparing Living standards.pptx
Comparing Living standards.pptxComparing Living standards.pptx
Comparing Living standards.pptx
 
balance of payments.pptx
balance of payments.pptxbalance of payments.pptx
balance of payments.pptx
 

Recently uploaded

PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
muhammadrezza14
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
Sumardi Arahbani
 
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDPermendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Sumardi Arahbani
 

Recently uploaded (9)

PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDPermendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
 

BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx

  • 1. PENANAMAN KESADARAN HUKUM TENTANG PERKAWINAN, KDRT, DAN PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA HARIANTO PANE, SH.,MH.
  • 2. • UU no 1/74 ttg Perkawinan: ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (Pasal 1 UU Perkawinan) • KUHPerdata: hubungan hukum antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama dengan kekal, yang diakui oleh negara (Pasal 27, 28 BW)
  • 3. Asas Perkawinan Asas monogami, melarang poligami • Asas kebebasan kata sepakat, tidak ada paksaan • Menurut UU Perkawinan: • Asas monogami, tapi boleh poligami dg syarat-syarat tertentu (Pasal 3 – 5 UUPerkawinan )
  • 4. Syarat Perkawinan: UU Perkawinan (Pasal 6 – 12) • Adanya persetujuan kedua calon mempelai • Adanya izin kedua orang tua/ wali bagi calon mempelai sebelum berusia 21 tahun • Usia calon mempelai laki-laki 19 tahun, perempuan 16 tahun • Tidak ada ikatan perkawinan dengan yang lain • Tidak ada dalam waktu tunggu (iddah) bagi perempuan janda • Bagi suami istri yang telah bercerai, lalu kawin lagi tidak dari talak tiga
  • 5. Syarat absolut: Asas monogami mutlak (Pasal 27) • Persetujuan kedua mempelai • Batas usia, bagi laki-laki 18 tahun, perempuan 15 tahun (Pasal 29) • Bagi janda harus mengindahkan masa tunggu selama 300 hari (Pasal 34 BW) • Diperlukan izin bagi semetara orang (Pasal 35 – 49)
  • 6. Syarat material relatif: • Larangan untuk kawin dengan orang yang sangat dekat dalam hubungan keluarga (Pasal 30 – 31) • Larangan untuk kawin dengan orang, dg siapa orang itu pernah melakukan zina (Pasal 32) • Larangan memperbaharui perkawinan setelah adanya perceraian sebelum lewat waktu 1 tahun (Pasal 33)
  • 7. Syarat formal: • Syarat yang harus dipenuhi sebelum perkawinan: • Pemberitahuan tentang maksud untuk kawin • Pengumuman untuk maksud dan tujuan kawin (Pasal 50 – 57) • Syarat yang harus dipenuhi bersamaan dengan perkawinan = syarat-syarat dapat disahkannya perkawinan
  • 8. Pencegahan perkawinan: • Menurut BW: - Suatu upaya hukum yang dapat dilakukan oleh jaksa (penuntut umum) dan orang-orang yang tertentu, berdasarkan alasan2 tertentu mempunyai hubungan dengan calon suami/istri; terjadi jika perkawinan itu tidak seyogyanya dilaksanakan • Menurut UU Perkawinan (Pasal 13 – 21): - Perkawinan dapat dicegah bila ada pihak yang tidak memenuhi syarat dalam perkawinan
  • 9. Orang yang dapat melakukan pencegahan perkawinan: • Para keluarga dari salah seorang calon mempelai • Saudara dari salah seorang calon mempelai • Wali nikah dari salah seorang calon mempelai • Pengampu dari salah seorang calon mempelai • Pihak-pihak yang berkepentingan • Suami/ istri dari salah seorang calon mempelai • Pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pencegahan(Pasal UU Perkawinan)
  • 10. Pembatalan perkawinan: • Pasal 85 – 99 BW ; Pasal 22 – 28 UU Perkawinan; Pasal 37 – 38 PP No 9/75 • Bukan batal demi hukum; melainkan dengan permohonan pembatalan. • Dapat diajukan oleh: • Para keluarga • Suami/ istri • Pejabat yang berwenang; pejabat yang ditunjuk; jaksa • Orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung dengan perkawinan itu, tetapi hanya setelah perkawinan ituputus
  • 11. • Batalnya perkawinan dimulai setelah keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap; dan berlaku sejak berlansungnya perkawinan • Pasal 28 UU Perkawinan, bahwa keputusan tidak berlaku surut terhadap: • anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan (tetap anak sah) • Suami istri yang beriktikat baik, kecuali harta perkawinan, bila pembatalan karena adanya perkawinan terdahulu • Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk di atas
  • 12. Akibat Hukum Perkawinan Terhadap harta perkawinan • Harta yang diperoleh selama perkawinan: harta Bersama • Harta bawaan: harta yang dimiliki sebelum perkawinan atau harta yang diperoleh dari hadiah/warisan: dalam penguasaan masing-masing, selama keduanya tidak menentukan lain. • Perjanjian perkawinan: mengenai pengaturan tersendiri tentang harta kekayaan, secara tertulis dan disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan, pada waktu atau sebelum perkawinan dilaksanakan. • Kedudukan suami istri terhadap harta bersama adalah sama; masing-masing dapat menggunakan herta bersama atas persetujuan keduanya.
  • 13. Terhadap Keturunan: • Anak sah: anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah; sedangkan anak yang dilahirkan diluar perkawinan yang sah adalah anak tidak sah, yang hanya mempunyai hubungan dengan ibunya (Pasal 42). • Suami dapat melakukan penyangkalan bahwa anak yang lahir tidak sah, jika dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina (Pasal 44) • Hak dan kewajiban orang tua terhadap anak (Pasal ) • Kekuasaan orang tua terhadap anak sejak lahir hingga dewasa
  • 14. Putusnya Perkawinan • Karena kematian (Pasal 199 BW; Pasal 38 UU Perkawinan) • Karena perceraian (cerai talak –dari suami--ataupun gugat cerai –dari istri) • Dalam BW: Keadaan tidak hadir (selama sepuluh tahun, diikuti dengan perkawinan baru istri/ suami), putusan hakim setelah pisang ranjang dan meja makan, setelah dibukukan di Kantor Catatan Sipil
  • 15. Alasan perceraian (UU Perkawinan): • Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya yang sukar disembuhkan • Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah • Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara lima tahunSalah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tiak dapat menjalankan sebagai sumai isteri • Antara suami istri terjadi terus menerus peselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
  • 16. • Jika putusnya perkawinan karena kematian, maka terjadi hak waris • Bagi sitri terdapat masa iddah/ tunggu • Harus memperhatikan ketentuan-ketentuan setelah perkawinan; misalnya jika ingin rujuk, atau ingin menikah dengan orang lain
  • 17. Akibatnya terhadap keturunan: • Ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata untuk kepentingan anak. Jika ada perselisihan, pengadilan yang memutuskannya. • Bapak yang bertanggungjawab atas semua biaya pemeliharaan anak dan pendidikan anak-anak. Jika bapak tidak mampu, maka pengadilan bisa memutuskan ibu ikut menanggung biayanya • Pengadilan bisa memutuskan kewajiban mantan suami untuk memberikan biaya penghidupan kepada mantan isteri, atau juga menentukan kewajiban bagi mantan isteri
  • 18. PENGERTIAN KDRT BENTUK-BENTUK KDRT FAKTOR-FAKTOR KDRT CARA-CARA PENANGGULANGAN KDRT CONTOH KASUS AKIBAT DARI KDRT
  • 19. PENGERTIAN KDRT • Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalh kekerasan yang dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri. • Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. “ Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga.”
  • 20. Pada Pasal 5 UU Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan KDRT, ditentukan bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya. Tindak Kekerasan dalam rumah tangga dibedakan menjadi 4 (empat) macam: 1. Kekerasan Fisik; 2. Kekerasan Psikis/emosional; 3. Kekerasan Seksual; 4. Penelantaran Rumah Tangga.
  • 21. • Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara • Masyarakat menganggap laki-laki dengan menanamkan anggapan bahwa laki-laki harus kuat, berani serta tanpa ampun • KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan pribadi terhadap relasi suami istri • Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan bahwa laki- laki boleh menguasai perempuan • tidak adanya pengetahuan dari kedua belah pihak bagaimana cara mengimbangi dan mengatasi sifat-sifat yang tidak cocok diantara keduanya • tidak adanya rasa cinta pada diri seorang suami kepada istrinya, karena mungkin perkawinan mereka terjadi dengan adanya perjodohan diantara mereka tanpa didasari dengan rasa cinta terlebih dahulu.
  • 22. 1. Cedera berat 2. Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari 3. Pingsan 4. Luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan bahaya mati 5. Kehilangan salah satu panca indera. 6. Mendapat cacat. 7. Menderita sakit lumpuh. 8. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih 9. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan 10. Kematian korban. 11. Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan obat atau disfungsi seksual yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau menahun.
  • 23. 12. Gangguan stres pasca trauma. 13. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa indikasi medis) 14. Depresi berat atau destruksi diri 15. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti skizofrenia dan atau bentuk psikotik lainnya 16. Bunuh diri 17. Ketakutan dan perasaan terteror 18. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak 19. Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfungsi seksual 20. Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan pencernaan tanpa indikasi medis) 21. Fobia atau depresi temporer
  • 24. Kejaksaan Negeri Halmahera Tengah Untuk menghindari terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, diperlukan cara-cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain: 1. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada agama. 2. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga. 3. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. 4. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota keluarga. 5. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga. 6. kedua belah pihak harus sama-sama menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan. 7. Membaca buku-buku yang berisi cerita tentang bagaimana cara menerapkan sebuah keluarga yang baik.
  • 25. ANAK MENURUT UNDANG - UNDANG “Anak yang belum dewasa apabila seseorang tersebut belum berumur 16 tahun“ P A S A L 45 KUHP AYAT 1 KUHP “Seorang belum dapat dikatakan dewasa jika orang tersebut umurnya belum genap 21 tahun, kecuali seseorang tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun“ P A S A L 330 Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (pasal 6 ayat (2)) memuat ketentuan syarat perkawinan bagi orang yang belum mencapai umur 21 tahun mendapati izin kedua orang tua. Selanjutnya dalam pasal 7 ayat (1) yang memuat batasan minimum usia untuk dapat kawin bagi pria adalah 19 (Sembilan belas) tahun dan wanita 16 (enam belas) tahun.
  • 26. UU NO 3 TAHUN 1979 TENTANG PENGADILAN ANAK YANG TELAH DIGANTI DENGAN UNDA NG - UNDANG NO 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN ANAK Angka 3 disebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum (anak) ada lah anak yang diduga melakukan tindak pidana. 1 Angka 4 disebutkan bahwa anak yang menjadi korban tindak pidana (anak korban) adalah anak yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana 1 Angka 5 disebutkan bahwa anak yang menjadi sanksi tindak pidana (anak s aksi) adalah anak yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan pe nyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri. 1 P A S A L
  • 27. HAK ANAK ITU MELIPUTI : UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 1 2 Hak untuk hidup,tumbuh,berkembang,dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. dalam hal kewarganegaraan ini setiap anak berhak mendapatkan kewarganegaraan dari kelahiran dari perkawinan yang sah, bahkan anak yang terlahir yang tidak diketahui orangtuanya dan anak tersebut lahir di wilayah Republik Indonesia diakui sebagai warga Negara Republik Indonesia. Hak untuk beribadah menurut agamanya. 3 4 Hak untuk mengetahui orangtuanya dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri 5 Hak untuk diasuh atau diangkat apabila orangtuanya tidak menjamin tumbuh kembang anak tersebut. 6 Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial. 7 Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
  • 28. HAK ANAK ITU MELIPUTI : UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 8 9 Hak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya,menerima,mencari, dan memberikan informasi. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebayanya, bermain, berekreasi,dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat,dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Hak memperoleh rehabilitasi,bantuan social, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan social bagi anak penyandang cacat 10 12 Hak atas perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik,pelibatan dalam sengketa bersenjata,pelibatan dalam kerusuhan social,pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsure kekerasan,pelibatan dalam peperangan 13 Hak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi 14 Hak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum 15 Hak untuk mendapat bantuan hukum dan bantuan lainnya 11 Hak atas perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman,kekerasan dan penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya
  • 29. KEWAJIBAN SEORANG ANAK MENCINTAI KELUARGA,MASYARAK AT, DAN MENYAYANGI TEMAN. 2 MENGHORMATI ORANGTUA,WALI DAN GURU 1 MENCINTAI TANAH AIR, BANGSA DAN NEGARA 3 MENUNAIKAN IBADAH SESUAI DENGAN AJARAN AGAMANYA 4 MELAKSANAKAN ETIKA DAN AKHLAK MULIA 5
  • 30. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK MENUMBUH KEMBANGKAN ANAK SESUAI DENGAN KEMAMPUAN, BAKAT DAN MINATNYA 2 MENGASUH, MEMELIHARA, MENDIDIK DAN MELINDUNGI ANAK 1 MENCEGAH TERJADINYA PERKAWINAN PADA USIA ANAK 3 MEMBERIKAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENANAMAN NILAI BUDI PEKERTI PADA ANAK 4
  • 31.
  • 32. KEKERASAN PADA ANAK DIGOLONGKAN MENJADI : KEKERASAN SECARA FISIK KEKERASAN PSIKIS / EMOSI KEKERASAN SEKSUAL PENGABAIAN TERHADAP ANAK
  • 33. CONTOH KEKERASAN FISIK Pasutri di Bogor aniaya anak sendiri hingga meninggal (Achmad Sudarno/Liputan6.com) Surni Puri (25) dan Ahsi Avei (27), pasangan suami istri di Bogor, Jawa Barat, yang tega menyiksa anaknya sendiri hingga tewas mengaku sadar saat menganiaya anaknya, Yeol Ghi Nichiardo (3). Ahsi Avei (27), ayah korban, mengaku khilaf dan kini menyesal telah menghilangkan nyawa anak semata wayangnya itu.
  • 35. CONTOH KEKERASAN FISIK Usia D memang baru 8 tahun. Namun, dia sudah merasakan menjadi tunawisma. Sejak enam bulan lalu, dia diusir oleh orang tua kandungnya. Sejak terusir dari rumah orangtuanya itu dia terpaksa seorang diri tidur di pos keamanan serta berpindah-pindah ke rumah tetangganya. Tak jelas apa alasan dan motif orangtua D, sengaja menelantarkan anaknya. Empat saudara D yang berjenis kelaminperempuan juga harus menderita karena dikurung di dalam rumah. Usianya mulai dari empat hingga 12 tahun. Selain D, empat saudara perempuannya yakni kakak dan adiknya pun ditelantarkan hanya saja berada di dalam rumah. Kelima anak tersebut berinisial L (10), C (10), A (5), serta DN (4). Pasangan suami istri kejam itu akhirnya harus berurusan dengan hukum. Mereka akan dijerat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak akan dijerat dengan Pasal 77 b, dengan ancaman hukuman lima tahun penjara dan denda Rp100 juta.
  • 36. KEKERASAN SEKSUAL 16 Agustus 2016 FAJAR.CO.ID, BENGKULU – Provinsi Bengkulu darurat kekerasan seksual terhadap anak. Terbukti dalam sepekan ini saja sudah ada tiga kasus yang mencuat. Setelah kasus pemerkosaan Yuyun yang menggemparkan publik, kali ini pelecehan seksual terakhir dialami seorang anak usia bawah lima tahun (Balita) berinisial IN (4). Pelakunya Ju (33), warga Dusun Ulu Danau, Desa Padang Betuah, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng). Buruh PT Bio Nusantara ini mencabuli korban sepulang mengaji saat mampir ke rumah tersangka, Kamis (11/8) malam. Mengetahui kejadian tersebut, orang tua IN langsung melapor ke pihak kepolisian.
  • 38. PENGABAIAN NAFKAH Peristiwa pengabaian ini sering dan banyak terjadi dikehidupan terutama dalam kehidupan rumah tangga yang mengalami perceraian dimana anak selalu menjadi korban orangtuanya, ayah yang tidak mau lagi membiayai hidup atau menanggung biaya anaknya dan ibu yang bercerai lalu menikah dengan lelaki lain juga sering mengabaikan anaknya.
  • 39. HUKUM PERLINDUNGAN ANAK UU NO.35 TH 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TH 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Anak Berhadapan dengan Hukum adalah orang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan, yang menjadi Pelaku, Korban, dan atau Saksi Tindak Pidana 1 ANAK-ANAK YANG MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN KHUSUS : • Anak Jalanan • Pekerja Anak • Eksploitasi Seksual Komersialisasi Anak (ESKA) • Anak-Anak yang Berkonflik dengan Hukum 2 Mencari nafkah tanpa sekolah
  • 40. MELINDUNGI ANAK DARI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KDRT)
  • 41.
  • 42.
  • 43.
  • 44. Pemukulan/Penganiayaan (Psl 351 KUHP) / Pasal 80 (1) UUPA) Pengeroyokan (Psl 170 KUHP), Pengancaman& Pemerasan (Pasal 368-369 KUHP), Penghinaan (Mengejek, Memaki,Mengolok - ngolok, Mencemooh teman) Dilaporkan Ke POLISI  Dilimpahkan Ke KEJAKSAAN  Mengikuti PERSIDANGAN yang Tertutup Untuk Umum  PUTUSAN HAKIM 1. Dikembalikan kepada orang tua (anak umur 8 - 12 tahun) 2. Diserahkan kepada negara mengikuti pendidikan, pembinaan, latihan kerja ( anak umur 8 - 12 tahun) 3. Pidana Kurungan, Pidana Penjara (½ dari pidana orang dewasa),Pidana Denda / Pidana Pengawasan TINDAK PIDANA
  • 45. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UU KDRT NO. 23/ 2004 YANG TERMASUK TINDAKAN KDRT ADALAH : 1 2 Fisik (rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat) Seksual yaitu pemaksaan hubungan badan yang tidak wajar atau tidak disukai Psikologis (menimbulkan rasa ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, adanya penderitaan batin) 3 4 Penelantaran rumah tangga (isteri tidak mengurus anak, suami tidak menafkahi keluarga, dsb)
  • 46. 1. Suami 2. Istri 3. Anak (termasuk anak tiri dan anak angkat) 4. Orang yang mempunyai hubungan keluarga sedarah, perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian (hubungan perkawinan seperti mertua, menantu, besan, ipar) 5. Orang yang bekerja pada rumah tangga (pembantu) RUANG LINGKUP DAN SUBJEK KDRT
  • 47. BULLYING ATAU PENINDASAN Penindasan (bahasa Inggris: Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.
  • 48. PENINDASAN FISIK Tindakan penindasan dengan kontak secara fisik yang menimbulkan perasaan sakit fisik, luka, cedera, atau penderitaan fisik lainnya. Contohnya memukul, menampar, atau menendang orang lain. BENTUK BENTUK PENINDASAN
  • 49. PENINDASAN PSIKOLOGIS Tindakan penindasan yang menimbulkan trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan, atau stres. selain itu juga menimbulkan kegalauan/gusar. BENTUK BENTUK PENINDASAN
  • 50. BULLYING SECARA RELASIONAL Pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying dalam bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya diawal masa remaja, karena saat itu tejadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
  • 51. Merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya. BULLYING ELEKTRONIK
  • 52. TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 PERDAGANGAN ORANG ADALAH : Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan, yang memegang kendali atas orang lain tersebut baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
  • 53. 1. Ancaman paling ringan yaitu selama 4 bulan penjara dan yang paling berat selama 20 tahun penjara; 2. Ancaman denda paling ringan sebesar Rp.3.000.000,- (tiga juta rupiah) dan paling berat paling besar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) SANKSI TERHADAP PELAKU KDRT SANKSI BERUPA PIDANA PENJARA, JUGA DENDA
  • 54. PASAL 81 (1) Setiap orang yang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling banyak 5 miliar rupiah. (2) Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. Pasal 82 (1) Setiap orang yang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling banyak 5 miliar rupiah.
  • 55. MODUS OPERANDI  Penipuan, Bujuk rayu  Jeratan utang  Jeratan Jasa  Adopsi ilegal  Seni-entertainment  Penculikan, pemalsuan identitas ANCAMAN HUKUMAN Tidak dikenal hukuman mati, Pid Pokok : Pidana Penjara : Min 3 th - Max 15 th Pidana Denda : Min 120 jt- Max 600 jt Pemberatan : Terhadap Anak hukuman ditambah 1/3 Akibatkan Meninggal Dunia korban dipidana paling ringan 5 th dan paling lama seumur hidup; Akibatkan korban luka berat, gangguan jiwa berat, penyakit menular yang menganggu reproduksi, ditambah 1/3 CARA KERJA TRAFFICKER/ PELAKU  Agen merekrut korban  Memanfaatkan kondisi darurat (bencana alam)  Calon korban dbawa ke daerah tujuan melalui daerah transit (darat,laut,udara)  Dokumen - dokumen Palsu  Para pelaku : Kalangan Dekat seperti : Ortu, suami, paman, agen, germo, calo, perusahaan perekrut. 1 2 3
  • 56. PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK KORBAN KDRT 1. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan; 2. pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis; 3. penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban; 4. pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan 5. pelayanan bimbingan rohani.
  • 57. TINDAKAN HUKUM APABILA TERJADI KDRT ADALAH : 1 2 Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara. Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara.
  • 59. CARA MENCEGAH, MENGHINDARI DAN MELINDUNGI ANAK DARI KEJAHATAN & KEKERASAN : 1 2 Pahami tentang hukum dan ilmu agama; Berikan pendidikan, pengajaran dan pemahaman kepada anak tentang bahaya kekerasan dan kejahatan; 3 Mengawasi prilaku keseharian anak; 4 Dampingi anak-anak; 5 Melaporkan kepada yang berwajin apabila ada perbuatan kekerasan terhadap anak.
  • 60. CARA ORANGTUA MENCEGAH DAN MENGHINDARI KEKERASAN TERHADAP ANAK: 1 2 Mempelajari dan memahami ilmu agama dan hukum; Memahami Hak dan Kewajiban sebagai orangtua; 3 Hindari emosi berlebihan; 4 Lakukan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak;
  • 61. Burung Pipit Burung Cenderawasih Cukup Sekian dan Terimakasih Hari Minggu waktunya ibadah ke Gereja Salam Sukses & Sejahtera untuk kita semua