SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
HUKUM
ACARA
PERDATA
OLEH : ELFRAN BIMA MUTTAQIN, S.H.,M.H.
SUSUNAN ACARA
PERKULIAHAN
I ( Pengertian, Sumber, Asas Hukum Acara Perdata)
II (Kekuasaan Mengadili)
III (Mediasi)
IV (Cara Mengajukan Tuntutan Hak)
V (Jawaban, Eksepsi dan Gugatan Rekonvensi)
VI (Penyitaan)
VII (Pembuktian)
VIII (Putusan)
IX (Upaya Hukum Terhadap Putusan)
X (Praktik)
Sudikno Mertokusumo
Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang
mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya
hukum perdata materil dengan perantaraan hakim.
Dengan perkataan lain hukum acara perdata adalah
peraturan hukum yang menentukan bagaimana
caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materil.
Lebih konkret lagi dapatlah dikatakan, bahwa hukum
acara perdata mengatur bagaimana cara mengajukan
tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya dan
pelaksanaan dari pada putusannya.
R. Subekti
Hukum acara itu mengabdi kepada hukum materiil,
maka dengan sendirinya setiap perkembangan dalam
hukum materiil itu sebaiknya selalu diikuti dengan
penyesuaian hukum acaranya.
Wirjono Prodjodikoro
Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang
memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka
pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak, satu
sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum
perdata.
Abdul Kadir Muhammad
Hukum acara perdata ialah peraturan hukum yang
mengatur proses penyelesaian perkara perdata lewat hakim
(pengadilan) sejak dimajukannya gugatan sampai dengan
pelaksanaan keputusan hakim.
Sumber Hukum Acara Perdata
Het Herziene Indonesisch Reglemen (HIR atau Reglemen Indonesia
yang diperbaharui: S.1848 no.16, S.1941 no.44), berlaku untuk daerah
Jawa dan Madura.
 Rechtsreglemen Buitengewesten (Rbg. atau Relemen daerah
seberang: S. 1927 no.227), untuk luar Jawa dan Madura.
Reglement op de Burgerlijke rechtsvordering (Rv atau Reglemen
Hukum Acara Untuk Golongan Orang Eropa: S. 1847 no.52, 1849
no.63).
Reglement op de Rechterlijke Organisatie in het beleid der Justitie in
Indonesie (RO atau Reglement tentang Organisasi Kehakiman: S. 1847
no.23).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan kehakiman.
Asas-asas Hukum Acara
Perdata
Hakim Bersifat Menunggu
Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya
kepada yang berkepentingan. Hakim hanya bersifat menunggu
datangnya tuntutan hak diajukan kepadanya: iudex ne procedat
ex officio (Pasal 118 HIR,142 Rbg).
Hakim Pasif
Hakim dalam memeriksa perkara perdata bersifat pasif dalam arti
kata bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang
diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan
oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim.
Hakim wajib mengadili seluruh gugatan dan dilarang menjatuhkan
putusan atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih dari
pada yang dituntut (Pasal 178 ayat 2 dan 3 HIR, 189 ayat 2 dan 3 Rbg).
Sifat Terbukanya Persidangan
Sidang pemeriksaan pengadilan pada asasnya adalah terbuka untuk
umum, yang berarti bahwa setiap orang dibolehkan untuk hadir dan
mendengarkan pemeriksaan di persidangan (Pasal 13 ayat (1),(2),(3) UU
48/2009).
Mendengar Kedua Belah Pihak
Dalam hukum acara perdata yang berperkara harus sama-sama
diperhatikan, berhak atas perlakuan yang sama dan adil serta masing-
masing harus diberi kesempatan untuk memberi pendapatnya. Asas
bahwa kedua belah pihak harus didengar lebih dikenal dengan asas
“audi et alteram partem”.
Putusan Harus Disertai Alasan-alasan
Semua putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan yang dijadikan
dasar untuk mengadili (Pasal 50 ayat (1) UU 48/2009; 184 ayat (1), 319
HIR, 195, 618 Rbg).
Alasan atau argumentasi itu dimaksudkan sebagai pertanggung
jawaban hakim dari pada putusan terhadap masyarakat, para pihak,
pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hukum, sehingga oleh karenanya
mempunyai nilai objektif.
Tidak Ada Keharusan Mewakilkan
HIR tidak mewajibkan para pihak untuk mewakilkan kepada orang lain,
sehingga pemeriksaan di persidangan terjadi secara langsung
terhadap para pihak yang langsung berkepentingan. Akan tetapi para
pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasanya kalau dikehendakinya
(Pasal 123 HIR, 147 Rbg).
Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan
“Sederhana” berarti acara jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit-
belit, kata “cepat” menunjuk kepada jalannya peradilan yaitu agar
pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efesien
dan efektif. Sedangkan apa yang dimaksud dengan “biaya ringan”
adalah biaya perkara yang dapat dijangkau oleh Masyarakat.
Beracara Dikenakan Biaya
Asas hukum acara perdata selanjutnya adalah seseorang yang akan
beperkara dikenakan biaya perkara. Biaya perkara tersebut meliputi
biaya kepaniteraan, biaya panggilan, pemberitahuan para pihak, serta
biaya meterai.
Namun, bagi yang tidak mampu membayar biaya perkara dapat
mengajukan perkara secara cuma-cuma (prodeo) dengan mendapat
izin untuk dibebaskan dari membayar biaya perkara, dan dengan
melampirkan surat keterangan tidak mampu yang dibuat oleh pejabat
setempat.
KUASA
KBBI: Kuasa (1) kemampuan atau kesanggupan
(untuk berbuat sesuatu), kekuatan; (2) wewenang
atas sesuatu untuk menentukan (memerintah,
mewakili, mengurus, dsb) sesuatu; (3) pengaruh
(gengsi, kesaktian dsb) yang ada pada seseorang
karena jabatannya (martabatnya); (4) mampu; (5)
orang yang diserahi wewenang.
Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan
mana seseorang memberikan kekuasaan kepada
seorang lain, yang menerimanya, untuk dan atas
namanya menyelenggarakan suatu urusan (Pasal
1792 KUHPerdata)
Sifat Perjanjian Kuasa
 Penerima kuasa langsung berkapasitas sebagai wakil pemberi kuasa:
Selain bersifat mengatur hubungan internal pemberi dan penerima
kuasa, hubungan hukum itu langsung menerbitkan dan memberi
kedudukan serta kapasitas kepada kuasa menjadi wakil penuh
pemberi kuasa.
 Pemberi kuasa bersifat konsensual:
Yaitu suatu perjanjian berdasarkan kesepakatan (agreement)
 Berkarakter garansi-kontrak:
Pemberi kuasa dapat dimintai tanggung jawab pelaksanaan dan
pemenuhan kuasa, sepanjang tindakan sesuai dengan mandat atau
intruksi yang diberikan.
Berakhirnya Kuasa
Hal yang dapat mengakhiri kuasa menurut ps.1813 KUHPerdata:
 Pemberi kuasa menarik kembali secara sepihak
 Salah satu pihak meninggal
 Penerima kuasa melepas kuasa (op zegging)
Dapat Disepakati Kuasa Mutlak
Kuasa mutlak memuat klausul:
Pemberi kuasa tidak dapat mencabut kembali kuasa yang diberikan kepada penerima kuasa;
Meninggalnya pemberi kuasa, tidak mengakhiri perjanjian pemberian kuasa.
Dasar diperbolehkannya kuasa mutlak :
ps. 1338 KUHPerdata, yang bertitik tolak pada prinsip kebebasan berkontrak.
Yurisprudensi Putusan MA No. 3604 K/pdt/1985;
- Tidak diatur dalam KUHPerdata namun yurisprudensi mengakui keberadaannya sebagai syarat yang
diperjanjikan menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan;
- Putusan MA No. 731/Sip/1975 menegaskan ps. 1813 tidak bersifat limitatif dan juga tidak mengikat.
Jika para pihak menghendaki, dapat disepakati agar pemberian kuasa tidak dapat dicabut kembali.
Pendirian ini didasarkan pada doktrin bahwa pasal-pasal hukum perjanjian adalah hukum yang bersifat
mengatur;
- Begitu juga meninggalnya pemberi kuasa dikaitkan dengan surat kuasa mutlak, telah diterima
penerapannya di Indonesia sebagai suatu yang bestending sehingga dianggap tidak bertentangan
dengan ps. 1339 dan ps. 1347 KUHPerdata.
Larangan kuasa mutlak:
Instruksi Mendagri No. 14 Th. 1982. Notaris dan PPAT dilarang memberi surat
kuasa mutlak dalam transaksi jual beli tanah.
Putusan MA No. 2584 K/Pdt/1986 disebutkan, surat kuasa mutlak mengenai
jual beli tanah, tidak dapat dibenarkan karena dalam praktik sering
disalahgunakan untuk menyelundupkan jual beli tanah.
Jenis Kuasa
 Kuasa Umum:
Kuasa umum adalah pemberian kuasa menurut kepengurusan, yang
disebut beherder atau manajer untuk mengatur kepentingan pemberi
kuasa.
Ketentuan Pasal 1796 KUH Perdata menyebut pemberian kuasa yang
dirumuskan secara umum hanya meliputi tindakan-tindakan yang
menyangkut pengurusan.
 Kuasa Khusus:
Kuasa khusus dijelaskan dalam Pasal 1795 KUH Perdata yang
menyebutkan bahwa kuasa dapat diberikan secara khusus, yaitu
mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih.
 Kuasa Istimewa
Menurut Pasal 123 HIR, surat kuasa istimewa hanya dapat diberikan
dalam bentuk surat sah. R. Soesilo, menafsirkan surat sah tersebut
dengan akta autentik (akta notaris). Dalam akta tersebut ditegaskan
secara jelas mengenai tindakan apa yang akan dilakukan oleh penerima
kuasa.
Lingkup tindakan dapat diwakilkan berdasarkan kuasa Istimewa, hanya
terbatas untuk memindahtangankan barang atau meletakan hipotek di
atasnya, untuk membuat suatu perdamaian, ataupun melakukan
tindakan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik,
diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas.
Syarat Kuasa Khusus
Pasal 123 ayat (1) HIR, hanya menyebut syarat pokok saja, yaitu kuasa
khusus berbentuk tertulis atau akta.
Secara kronologis, ada beberapa SEMA yang mengatur tentang syarat
dan formulasi surat kuasa khusus, yakni SEMA Nomor 2 Tahun 1959,
tanggal 19 Januari 1959, SEMA Nomor 5 Tahun 1962, tanggal 30 Juli
1962, SEMA Nomor 1 Tahun 1971, tanggal 23 Januari 1971, dan SEMA
Nomor 6 Tahun 1994, tanggal 14 Oktober 1994.
Syarat surat kuasa khusus yang sah adalah sebagaimana yang disebutkan
di dalam SEMA Nomor 2 Tahun 1959, yaitu:
a. Menyebut dengan jelas dan spesifik surat kuasa untuk berperan di
pengadilan.
b. Menyebut kompetensi relatif.
c. Menyebut identitas dan kedudukan para pihak.
d. Menyebut secara ringkas dan konkret pokok dan objek sengketa
yang diperkarakan.
Sudikno Mertokusumo
Tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan
untuk memperoleh perlindungan hukum yang
diberikan oleh pengadilan untuk mencegah
“eigenrichting” atau tindakan menghakimi
sendiri
Tuntutan hak=tuntutan perdata (burgerlijke
vordering), adalah tuntutan hak yang
mengandung sengketa dan lazimnya disebut
gugatan.
Gugatan dapat diajukan secara tertulis (ps.
118 ayat 1 HIR, ps. 142 ayat 1 Rbg), maupun
secara lisan (ps.120 HIR, ps. 144 ayat 1 Rbg).
Pasal 8 no. 3 Rv (Reglement op de Burgerlijke
Rechtsvordering) :
1. Identitas dari para pihak
2. Dalil-dalil konkrit tentang adanya hubungan
hukum yang merupakan dasar serta alasan
daripada tuntutan (fundamentum petendi)
3. Tuntutan atau petitum
Tuntutan agar tergugat dihukum membayar
biaya perkara (ps. 182 HIR, 194 Rbg).
Tuntutan agar putusan dinyatakan dapat
dilaksanakan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij
voorraad), meskipun putusannya dilawan atau
dimintakan banding (ps.180 HIR, 191 Rbg).
Tuntutan agar tergugat dihukum membayar
bunga (moratoir), apabila tuntutan yang
dimintakan oleh penggugat berupa
pembayaran sejumlah uang tertentu (ps 1250
BW jo. S. 1848 no. 22).
Tuntutan agar tergugat dihukum untuk
membayar uang paksa (astreinte, dwangsom)
(ps.606 a dan b Rv).
Dalam hal gugatan cerai sering disertai juga
dengan tuntutan akan nafkah bagi isteri (ps.
59 ayat 2,62,65 HOCI, 213,229 BW) atau
pembagian harta (ps.66 HOCI, 232 BW).
Pihak yang dapat bertindak di muka pengadilan
sebagai penggugat maupun tergugat dalah pihak
materil dan pihak formil atau pihak lain selain itu
yang diberikan kuasa khusus berkedudukan sebagai
penggugat.
Wali atau pengampu (ps. 383,446,452,403-405 BW).
Seorang isteri yang tunduk pada BW dapat bertindak
sebagai pihak tanpa bantuan dari suaminya (ps. 110
BW).
Ahli waris (ps.7,248 no.1 Rv, 1194 BW).
Orang mangkir (afwezig) (ps.463,467,470,493 BW).
Wakil kelompok (PERMA no.1/2002).
Pegurus perkumpulan/badan hukum
(ps.1655 BW, 8 no.2 Rv) atau bukan berbadan
hukum (ps.6 no.5).
Badan hukum publik dialamatkan kepada
pimpinannya (ps.6 no.3 Rv).
Syarat kuasa atau wakil dari penggugat:
Mempunyai surat kuasa khusus (ps. 123 ayat
1 HIR,147 Rbg).
Ditunjuk penggugat/tergugat sebagai kuasa
atau wakil dalam surat gugatan (ps. 123 ayat
1 HIR,147 Rbg).
Ditunjuk penggugat/tergugat sebagai kuasa
atau wakil dalam catatan gugatan apabila
gugatan diajukan secara lisan (ps. 123 ayat 1
HIR,147 Rbg).
Terdaftar sebagai advokat.
Kuasa atau wakil dari negara atau pemerintah
berdasarkan S.1922 no.522 dan ps.123 ayat
2 HIR,147 ayat 2 Rbg):
Pengacara negara yang diangkat oleh
pemerintah.
Jaksa.
Orang-orang tertentu atau pejabat yang
diangkat atau ditunjuk.

More Related Content

Similar to file power point Hukum acara PERDATA.pdf

Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukum
Ega Jalaludin
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
sesukakita
 

Similar to file power point Hukum acara PERDATA.pdf (20)

PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
Gugatan Pratun Staf UI
Gugatan Pratun Staf UIGugatan Pratun Staf UI
Gugatan Pratun Staf UI
 
eksekusi putusan Hakim perdata .ppt
eksekusi putusan Hakim perdata .ppteksekusi putusan Hakim perdata .ppt
eksekusi putusan Hakim perdata .ppt
 
Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukum
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
19_B1A019067_DIAH NUR AFIFAH 2.pptx
19_B1A019067_DIAH NUR AFIFAH 2.pptx19_B1A019067_DIAH NUR AFIFAH 2.pptx
19_B1A019067_DIAH NUR AFIFAH 2.pptx
 
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.pptAZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
 
Bab ii perihal
Bab ii perihalBab ii perihal
Bab ii perihal
 
uas hukum acara perdata
 uas hukum acara perdata uas hukum acara perdata
uas hukum acara perdata
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
 
hukum perdata.pptx
hukum perdata.pptxhukum perdata.pptx
hukum perdata.pptx
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
PERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptx
PERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptxPERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptx
PERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptx
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
 
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,20191,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
 
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
 
Pengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnisPengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnis
 
Ahdb #3
Ahdb #3Ahdb #3
Ahdb #3
 

file power point Hukum acara PERDATA.pdf

  • 1. HUKUM ACARA PERDATA OLEH : ELFRAN BIMA MUTTAQIN, S.H.,M.H.
  • 2. SUSUNAN ACARA PERKULIAHAN I ( Pengertian, Sumber, Asas Hukum Acara Perdata) II (Kekuasaan Mengadili) III (Mediasi) IV (Cara Mengajukan Tuntutan Hak) V (Jawaban, Eksepsi dan Gugatan Rekonvensi) VI (Penyitaan) VII (Pembuktian) VIII (Putusan) IX (Upaya Hukum Terhadap Putusan) X (Praktik)
  • 3. Sudikno Mertokusumo Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materil dengan perantaraan hakim. Dengan perkataan lain hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materil. Lebih konkret lagi dapatlah dikatakan, bahwa hukum acara perdata mengatur bagaimana cara mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan dari pada putusannya. R. Subekti Hukum acara itu mengabdi kepada hukum materiil, maka dengan sendirinya setiap perkembangan dalam hukum materiil itu sebaiknya selalu diikuti dengan penyesuaian hukum acaranya.
  • 4. Wirjono Prodjodikoro Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata. Abdul Kadir Muhammad Hukum acara perdata ialah peraturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara perdata lewat hakim (pengadilan) sejak dimajukannya gugatan sampai dengan pelaksanaan keputusan hakim.
  • 5. Sumber Hukum Acara Perdata Het Herziene Indonesisch Reglemen (HIR atau Reglemen Indonesia yang diperbaharui: S.1848 no.16, S.1941 no.44), berlaku untuk daerah Jawa dan Madura.  Rechtsreglemen Buitengewesten (Rbg. atau Relemen daerah seberang: S. 1927 no.227), untuk luar Jawa dan Madura. Reglement op de Burgerlijke rechtsvordering (Rv atau Reglemen Hukum Acara Untuk Golongan Orang Eropa: S. 1847 no.52, 1849 no.63). Reglement op de Rechterlijke Organisatie in het beleid der Justitie in Indonesie (RO atau Reglement tentang Organisasi Kehakiman: S. 1847 no.23). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman.
  • 6. Asas-asas Hukum Acara Perdata Hakim Bersifat Menunggu Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Hakim hanya bersifat menunggu datangnya tuntutan hak diajukan kepadanya: iudex ne procedat ex officio (Pasal 118 HIR,142 Rbg). Hakim Pasif Hakim dalam memeriksa perkara perdata bersifat pasif dalam arti kata bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim.
  • 7. Hakim wajib mengadili seluruh gugatan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih dari pada yang dituntut (Pasal 178 ayat 2 dan 3 HIR, 189 ayat 2 dan 3 Rbg). Sifat Terbukanya Persidangan Sidang pemeriksaan pengadilan pada asasnya adalah terbuka untuk umum, yang berarti bahwa setiap orang dibolehkan untuk hadir dan mendengarkan pemeriksaan di persidangan (Pasal 13 ayat (1),(2),(3) UU 48/2009). Mendengar Kedua Belah Pihak Dalam hukum acara perdata yang berperkara harus sama-sama diperhatikan, berhak atas perlakuan yang sama dan adil serta masing- masing harus diberi kesempatan untuk memberi pendapatnya. Asas bahwa kedua belah pihak harus didengar lebih dikenal dengan asas “audi et alteram partem”.
  • 8. Putusan Harus Disertai Alasan-alasan Semua putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili (Pasal 50 ayat (1) UU 48/2009; 184 ayat (1), 319 HIR, 195, 618 Rbg). Alasan atau argumentasi itu dimaksudkan sebagai pertanggung jawaban hakim dari pada putusan terhadap masyarakat, para pihak, pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hukum, sehingga oleh karenanya mempunyai nilai objektif. Tidak Ada Keharusan Mewakilkan HIR tidak mewajibkan para pihak untuk mewakilkan kepada orang lain, sehingga pemeriksaan di persidangan terjadi secara langsung terhadap para pihak yang langsung berkepentingan. Akan tetapi para pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasanya kalau dikehendakinya (Pasal 123 HIR, 147 Rbg).
  • 9. Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan “Sederhana” berarti acara jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit- belit, kata “cepat” menunjuk kepada jalannya peradilan yaitu agar pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efesien dan efektif. Sedangkan apa yang dimaksud dengan “biaya ringan” adalah biaya perkara yang dapat dijangkau oleh Masyarakat. Beracara Dikenakan Biaya Asas hukum acara perdata selanjutnya adalah seseorang yang akan beperkara dikenakan biaya perkara. Biaya perkara tersebut meliputi biaya kepaniteraan, biaya panggilan, pemberitahuan para pihak, serta biaya meterai. Namun, bagi yang tidak mampu membayar biaya perkara dapat mengajukan perkara secara cuma-cuma (prodeo) dengan mendapat izin untuk dibebaskan dari membayar biaya perkara, dan dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu yang dibuat oleh pejabat setempat.
  • 10.
  • 11. KUASA KBBI: Kuasa (1) kemampuan atau kesanggupan (untuk berbuat sesuatu), kekuatan; (2) wewenang atas sesuatu untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dsb) sesuatu; (3) pengaruh (gengsi, kesaktian dsb) yang ada pada seseorang karena jabatannya (martabatnya); (4) mampu; (5) orang yang diserahi wewenang.
  • 12. Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan (Pasal 1792 KUHPerdata)
  • 13. Sifat Perjanjian Kuasa  Penerima kuasa langsung berkapasitas sebagai wakil pemberi kuasa: Selain bersifat mengatur hubungan internal pemberi dan penerima kuasa, hubungan hukum itu langsung menerbitkan dan memberi kedudukan serta kapasitas kepada kuasa menjadi wakil penuh pemberi kuasa.  Pemberi kuasa bersifat konsensual: Yaitu suatu perjanjian berdasarkan kesepakatan (agreement)  Berkarakter garansi-kontrak: Pemberi kuasa dapat dimintai tanggung jawab pelaksanaan dan pemenuhan kuasa, sepanjang tindakan sesuai dengan mandat atau intruksi yang diberikan.
  • 14. Berakhirnya Kuasa Hal yang dapat mengakhiri kuasa menurut ps.1813 KUHPerdata:  Pemberi kuasa menarik kembali secara sepihak  Salah satu pihak meninggal  Penerima kuasa melepas kuasa (op zegging)
  • 15. Dapat Disepakati Kuasa Mutlak Kuasa mutlak memuat klausul: Pemberi kuasa tidak dapat mencabut kembali kuasa yang diberikan kepada penerima kuasa; Meninggalnya pemberi kuasa, tidak mengakhiri perjanjian pemberian kuasa. Dasar diperbolehkannya kuasa mutlak : ps. 1338 KUHPerdata, yang bertitik tolak pada prinsip kebebasan berkontrak. Yurisprudensi Putusan MA No. 3604 K/pdt/1985; - Tidak diatur dalam KUHPerdata namun yurisprudensi mengakui keberadaannya sebagai syarat yang diperjanjikan menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan; - Putusan MA No. 731/Sip/1975 menegaskan ps. 1813 tidak bersifat limitatif dan juga tidak mengikat. Jika para pihak menghendaki, dapat disepakati agar pemberian kuasa tidak dapat dicabut kembali. Pendirian ini didasarkan pada doktrin bahwa pasal-pasal hukum perjanjian adalah hukum yang bersifat mengatur; - Begitu juga meninggalnya pemberi kuasa dikaitkan dengan surat kuasa mutlak, telah diterima penerapannya di Indonesia sebagai suatu yang bestending sehingga dianggap tidak bertentangan dengan ps. 1339 dan ps. 1347 KUHPerdata.
  • 16. Larangan kuasa mutlak: Instruksi Mendagri No. 14 Th. 1982. Notaris dan PPAT dilarang memberi surat kuasa mutlak dalam transaksi jual beli tanah. Putusan MA No. 2584 K/Pdt/1986 disebutkan, surat kuasa mutlak mengenai jual beli tanah, tidak dapat dibenarkan karena dalam praktik sering disalahgunakan untuk menyelundupkan jual beli tanah.
  • 17. Jenis Kuasa  Kuasa Umum: Kuasa umum adalah pemberian kuasa menurut kepengurusan, yang disebut beherder atau manajer untuk mengatur kepentingan pemberi kuasa. Ketentuan Pasal 1796 KUH Perdata menyebut pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi tindakan-tindakan yang menyangkut pengurusan.  Kuasa Khusus: Kuasa khusus dijelaskan dalam Pasal 1795 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa kuasa dapat diberikan secara khusus, yaitu mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih.
  • 18.  Kuasa Istimewa Menurut Pasal 123 HIR, surat kuasa istimewa hanya dapat diberikan dalam bentuk surat sah. R. Soesilo, menafsirkan surat sah tersebut dengan akta autentik (akta notaris). Dalam akta tersebut ditegaskan secara jelas mengenai tindakan apa yang akan dilakukan oleh penerima kuasa. Lingkup tindakan dapat diwakilkan berdasarkan kuasa Istimewa, hanya terbatas untuk memindahtangankan barang atau meletakan hipotek di atasnya, untuk membuat suatu perdamaian, ataupun melakukan tindakan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas.
  • 19. Syarat Kuasa Khusus Pasal 123 ayat (1) HIR, hanya menyebut syarat pokok saja, yaitu kuasa khusus berbentuk tertulis atau akta. Secara kronologis, ada beberapa SEMA yang mengatur tentang syarat dan formulasi surat kuasa khusus, yakni SEMA Nomor 2 Tahun 1959, tanggal 19 Januari 1959, SEMA Nomor 5 Tahun 1962, tanggal 30 Juli 1962, SEMA Nomor 1 Tahun 1971, tanggal 23 Januari 1971, dan SEMA Nomor 6 Tahun 1994, tanggal 14 Oktober 1994.
  • 20. Syarat surat kuasa khusus yang sah adalah sebagaimana yang disebutkan di dalam SEMA Nomor 2 Tahun 1959, yaitu: a. Menyebut dengan jelas dan spesifik surat kuasa untuk berperan di pengadilan. b. Menyebut kompetensi relatif. c. Menyebut identitas dan kedudukan para pihak. d. Menyebut secara ringkas dan konkret pokok dan objek sengketa yang diperkarakan.
  • 21. Sudikno Mertokusumo Tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan hukum yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah “eigenrichting” atau tindakan menghakimi sendiri
  • 22. Tuntutan hak=tuntutan perdata (burgerlijke vordering), adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa dan lazimnya disebut gugatan. Gugatan dapat diajukan secara tertulis (ps. 118 ayat 1 HIR, ps. 142 ayat 1 Rbg), maupun secara lisan (ps.120 HIR, ps. 144 ayat 1 Rbg).
  • 23. Pasal 8 no. 3 Rv (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering) : 1. Identitas dari para pihak 2. Dalil-dalil konkrit tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan daripada tuntutan (fundamentum petendi) 3. Tuntutan atau petitum
  • 24. Tuntutan agar tergugat dihukum membayar biaya perkara (ps. 182 HIR, 194 Rbg). Tuntutan agar putusan dinyatakan dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad), meskipun putusannya dilawan atau dimintakan banding (ps.180 HIR, 191 Rbg). Tuntutan agar tergugat dihukum membayar bunga (moratoir), apabila tuntutan yang dimintakan oleh penggugat berupa pembayaran sejumlah uang tertentu (ps 1250 BW jo. S. 1848 no. 22).
  • 25. Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar uang paksa (astreinte, dwangsom) (ps.606 a dan b Rv). Dalam hal gugatan cerai sering disertai juga dengan tuntutan akan nafkah bagi isteri (ps. 59 ayat 2,62,65 HOCI, 213,229 BW) atau pembagian harta (ps.66 HOCI, 232 BW).
  • 26. Pihak yang dapat bertindak di muka pengadilan sebagai penggugat maupun tergugat dalah pihak materil dan pihak formil atau pihak lain selain itu yang diberikan kuasa khusus berkedudukan sebagai penggugat. Wali atau pengampu (ps. 383,446,452,403-405 BW). Seorang isteri yang tunduk pada BW dapat bertindak sebagai pihak tanpa bantuan dari suaminya (ps. 110 BW). Ahli waris (ps.7,248 no.1 Rv, 1194 BW). Orang mangkir (afwezig) (ps.463,467,470,493 BW). Wakil kelompok (PERMA no.1/2002).
  • 27. Pegurus perkumpulan/badan hukum (ps.1655 BW, 8 no.2 Rv) atau bukan berbadan hukum (ps.6 no.5). Badan hukum publik dialamatkan kepada pimpinannya (ps.6 no.3 Rv).
  • 28. Syarat kuasa atau wakil dari penggugat: Mempunyai surat kuasa khusus (ps. 123 ayat 1 HIR,147 Rbg). Ditunjuk penggugat/tergugat sebagai kuasa atau wakil dalam surat gugatan (ps. 123 ayat 1 HIR,147 Rbg). Ditunjuk penggugat/tergugat sebagai kuasa atau wakil dalam catatan gugatan apabila gugatan diajukan secara lisan (ps. 123 ayat 1 HIR,147 Rbg). Terdaftar sebagai advokat.
  • 29. Kuasa atau wakil dari negara atau pemerintah berdasarkan S.1922 no.522 dan ps.123 ayat 2 HIR,147 ayat 2 Rbg): Pengacara negara yang diangkat oleh pemerintah. Jaksa. Orang-orang tertentu atau pejabat yang diangkat atau ditunjuk.