Sm, khoirul anwar, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance, and the agency theory, universitas mercu buana, 2018
Dokumen tersebut membahas beberapa hal penting terkait manajemen perusahaan yaitu visi dan misi perusahaan, tujuan jangka panjang, budaya perusahaan, dan tata kelola perusahaan. Visi dan misi perusahaan merupakan panduan untuk menentukan arah dan tujuan perusahaan di masa depan, sedangkan tujuan jangka panjang berfokus pada hasil yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Budaya perusahaan
Similar to Sm, khoirul anwar, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance, and the agency theory, universitas mercu buana, 2018
Similar to Sm, khoirul anwar, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance, and the agency theory, universitas mercu buana, 2018 (19)
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance, and the agency theory, universitas mercu buana, 2018
1. Resume Overview Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate
Culture, Corporate Governance, and The Agency Theory
Program Studi Magister Manajemen Universitas Mercu Buana
Dosen : Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, CMA
Mahasiswa : Khoirul Anwar
1) Visi dan Misi Perusahaan (Vision and Company Mission)
Visi yaitu merupakan suatu gambaran mengenai cara yang akan ditempuh sebuah organisasi
atau perusahaan akan seperti apa dimasa yang akan datang. Visi dapat juga disebut sebagai
pandangan jangka panjang organisasi atau perusahaan, selain itu visi tidak hanya digunakan
dalam sebuah organisasi atau perusahaan tapi dapat juga diterapkan pada individu. Bayangkan
gambaran perusahaan anda dimasa depan akan menjadi seperti apa kemudian deskripsikan
saja karena dari situlah visi terbentuk. Kebanyakan visi membahas hal-hal seperti, bentuk
usaha dimasa yang akan datang, cita-cita yang nantinya ingin dicapai oleh perusahaan, arah
serta strategi bisnis yang mesti dilakukan dalam mengembangkan usaha. Tidak lupa juga
wawasan yang menjadi tolak ukur arah perkembangan usaha. Dalam visi suatu organisasi
terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang
diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah pernyataan tentang
tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan
yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta
aspirasi dan cita-cita masa depan.
Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti :
1. Imagible (dapat di bayangkan).
2. Desirable (menarik).
3. Feasible (realities dan dapat dicapai).
4. Focused (jelas).
5. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan).
6. Communicable (mudah dipahami).
Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai:
1. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan
2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya
3. Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan (corporate culture)
Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita
atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat
dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi
juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan
kesuksesan jangka panjang.
2. Misi adalah apa sebabnya kita ada (why we exist / what we believe we can do).
Menurut Prasetyo dan Benedicta (2004:8), Di dalam misi produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus mampu menentukan kebutuhan apa
yang dipuasi oleh perusahaan, siapa yang memiliki kebutuhan tersebut, dimana mereka berada
dan bagaimana pemuasan tersebut dilakukan.
Menurut Drucker (2000:87), Pada dasarnya misi merupakan alasan mendasar eksistensi suatu
organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis menentukan batas dan
maksud aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang akan
menjadikan suatu organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang
memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggannya (Prasetyo dan Benedicta, 2004:8)
Menurut Wheelen sebagaimana dikutip oleh Wibisono (2006, p. 46-47) Misi merupakan
rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa
yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa.
Pernyataan misi merupakan sebuah kompas yang membantu untuk menemukan arah dan
menunjukkan jalan yang tepat dalam rimba bisnis saat ini. Tujuan dari pernyataan misi adalah
mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi, tentang alasan
pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan kan menuju. Oleh karena itu, rangkaian
kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam satu bahasa dan komitmen yang dapat
dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh semua pihak yang terkait.
Langkah penyusunan misi yang umum dilakukan oleh organisasi atau perusahaan adalah
dengan mengikuti tahap-tahap berikut ini:
1. Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang
menggambarkan organisasi
2. Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting
3. Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraf yang
menggambarkan misi perusahaan
4. Mengedit kata-kata sampai terdengar benar atau sampai setiap orang kelelahan untuk adu
argumentasi berkaitan dengan kata atau fase favorit mereka.
Untuk menjamin bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah misi yang bagus, misi
tersebut harus:
1. Cukup luas untuk dapat diterapkan selama beberapa tahun sejak saat ditetapkan
2. Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah
3. Fokus pada kompetensi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan
4. Bebas dari jargon dan kata-kata yang tidak bermakna.
Untuk secara Iangsung pernyataan Misi belum dapat dipergunakan sebagai petunjuk bekerja.
Intepretasi lebih mendetail diperlukan agar pernyataan Misi dapat diterjemahkan ke langkah-
langkah kerja atau tahapan pencapaian tujuan sebagaimana tertulis dalam pernyataan Misi.
Menurut Pearce dan Robinson yang dikutip dalam buku Manajemen Strategik, Ismail Solihin
(2012, p. 19) menyebutkan bahwa penyataan misi yang di buat perusahaan setidak-tidaknya
mengandung tiga komponen yaitu: sensitivitas terhadap keinginan pelanggan (sensitivity to
customer wants), perhatian terhadap masalah mutu/ kualitas (concern for quality) dan
pernyataan visi perusahaan (statements of company vision).
3. 2) Tujuan Jangka Panjang (Longterm objective)
Tujuan jangka panjang didefinisikan sebagai hasil yang dicoba untuk dicapai oleh perusahaan
selama periode waktu tertentu, biasanya lima tahun. tujuan jangka panjang lain nya,
seharusnya dapat diterima, fleksibel, terukur seiring berjalannya waktu , memotivasi, sesuai,
dapat dipahami, dan dapat dicapai.
Strategi utama didefinisikan sebagai pendekatan komprehensif yang mengarahkan tindakan-
tindakan utama yang dirancang untuk mencapai tujuan jangka panjang. Lima Belas pilihan
strategi utama yang dibahas : pertumbuhan terkonsentrasi, pengembangan pasar,
pengembangan produk, inovasi, integrasi horizontal, integrasi vartikal, diversifikasi konsentris,
diversifikasi konglomerasi, putar haluan, divestasi, likuidasi, kepailitan, usaha patungan, aliansi
strategis, dan konsorsium.
Kategori umum untuk tujuan jangka panjang bisnis meliputi :
- Profitability (Profitabilitas)
Kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroperasi dalam jangka panjang bergantung pada
tingkat laba yang memadai. Perusahaan yang dikelola secara strategis pada umumnya memiliki
tujuan laba, yang dinyatakan dalam bentuk laba persaham.
- Employee development (Pengembangan Karyawan)
Karyawan menghargai pendidikan danpelatihan, sebagian karena hal tersebut mengarah pada
kompensasi dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Menyajikan peluang semacam itu sering kali
meningkatkan produktivitas dan mengurangi perputaran karyawan. Oleh karena itu para
pembuat keputusan strategis sering kali memasukan tujuan pengembangan karyawan kedalam
rencana jangka panjang.
- Productivity (Produktifitas)
Para manager strategis secara terus mencoba meningkatkan produktivitas sistem mereka.
Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada umumnya dapat
meningkatkan profitabilitas. Dengan demikian perusahaan-perusahaan hampir selalu
menyatakan suatu tujuan produktivitas. Tujuan produktivita yang umum digunakan adalah
jumlah barang yang diproduksi atau jumlah jasa yang diberikan perunit input.
- Technology leadership (Teknologi Kepemimpinan)
Perusahan harus memutuskan apakah akan menjadi pemimpin atau hanya jadi pengikut di
pasar. Setiap pendekatan dapat berhasil, tetapi masing-masing membutuhkan postur strategi
yang berbeda. Oleh karena itu banyak perusahaan menyatakan suatu tujuan berkaitan dengan
kepemimpinan teknologi
- Employee relations(Relasi Pekerja)
Apakah terikat dengan kontrak serikat pekerja atau tidak perusahaan-perusahaan secara aktif
mencoba untuk menggembangkan hubungan baik dengan karyawan. Bahkan langka-langka
proaktif dalam mengantisipasi kebutuhan dan harapan karyawan merupakan karakteristik dari
para manajer strategis. Para manajer strategis yakin bahwa produktivitas hubungan dengan
loyalitas karyawan dan apresiasi atas perhatian manajer terhadap kesejahteraan karyawan.
- Competitive position (posisi kompetitif)
Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah salah satu dominasi relatifnya di pasar.
Perusahaan-perusahaan yang lebih besar pada umumnya menetapkan tujuan dalam hal posisi
4. konpetitif, sering kali menggunakan penjualan total atau pangsa pasar sebagai ukuran posisi
kompetitifnya.
- Responsibilities To society (Tanggung Jawab Untuk Masyarakat)
Para manajer memahami tanggung jawab mereka terhadap pelanggan dan masyarakat secara
umum. Bahkan banyak perusahaan mencoba untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya
melampaui persyaratan pemerintah. Perusahaan-perusahaan tersebut bukan hanya bekerja
untuk mengembangkan reputasi sebagai produsen dari produk dan jasa dengan harga yang
layak, melainkan menjadi warganegara yang bertanggung jawab.
3) Budaya Perusahaan (Corporate Culture)
Corporate culture atau budaya kerja adalah sebuah nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang
dalam suatu organisasi, menjadi dasar cara berpikir, berperilaku dan bertindak dari seluruh
insan organisasi, dan diturunkan dari satu generasi ke generasi. Budaya kerja dapat di daya
gunakan sebagai daya dorong yang efektif dalam mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi
organisasi.
Budaya kerja yang efektif dapat menyatukan cara berpikir, berperilaku dan bertindak seluruh
insan organisasi/korporasi, mempermudah penetapan dan implementasi visi, misi dan strategi
dalam korporasi, dan mampu memperkuat kerjasama tim dalam korporasi, serta menghilangkan
friksi-friksi internal yang timbul. Pembentukan budaya korporatif yang baik, yang paling
menentukan adalah orang-orangnya. Sebaik apapun aturan atau sistem di buat, tanpa ada
keinginan dari manusia untuk berubah ke arah yang lebih baik, semuanya menjadi tak berarti.
Pengertian Corporate Culture :
· Budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi yang menyediakan aturan untuk
berbagi informasi, mencapai kesepakatan umum, dan bertindak atas maknanya (Gorman,
2004).
· Organizational culture atau corporate culture dideskripsikan sebagai kumpulan norma,
kepercayaan, prinsip dan cara berperilaku yang secara bersama – sama menciptakan perilaku
yang berbeda dari tiap – tiap organisasi (Willcoxson & Millett, 2000)
· Corporate Culture adalah "pola nilai-nilai dan keyakinan bersama yang membantu
individu memahami fungsi organisasi dan dengan demikian menyediakan mereka norma-norma
perilaku dalam organisasi "(Deshpande dan Webster 1989,ppp.4)
4) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Istilah corporate governance pertamakali diperkenalkan oleh Cadbury Commitee, Inggris pada
tahun 1922 dalam laporannya yang bertajuk Cadbury Report (Sukrisno Agoes, 2006). Mereka
kemudian mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur
5. hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka; atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Definisi:
Kerangka peraturan dan praktik dimana dewan direksi memastikan akuntabilitas, keadilan, dan
transparansi dalam hubungan perusahaan dengan semua pemangku kepentingannya
(pemodal, pelanggan, manajemen, karyawan, pemerintah, dan masyarakat).
Kerangka kerja tata kelola perusahaan terdiri dari (1) kontrak eksplisit dan implisit antara
perusahaan dan pemangku kepentingan untuk pembagian tanggung jawab, hak, dan
penghargaan, (2) prosedur untuk mendamaikan kepentingan stakeholder yang terkadang
bertentangan sesuai dengan tugas, hak istimewa, dan peran, dan (3) prosedur pengawasan,
pengendalian, dan arus informasi yang tepat untuk dijadikan sebagai sistem checks and
balances.
Tata kelola perusahaan (Corporate governance) adalah mekanisme, proses dan hubungan
dimana perusahaan dikendalikan dan diarahkan.
- Struktur dan asas tata pemerintahan mengidentifikasi distribusi hak dan tanggung jawab di
antara peserta yang berbeda dalam perusahaan (seperti dewan direksi, manajer, pemegang
saham, kreditor, auditor, regulator, dan pemangku kepentingan lainnya) dan mencakup
peraturan dan prosedur untuk membuat keputusan di perusahaan urusan.
- Tata kelola perusahaan mencakup proses di mana tujuan perusahaan ditetapkan dan
dijalankan dalam konteks lingkungan sosial, peraturan dan pasar. Mekanisme tata kelola
meliputi pemantauan tindakan, kebijakan, praktik, dan keputusan perusahaan, agen mereka,
dan pemangku kepentingan yang terkena dampak. Praktik tata kelola perusahaan dipengaruhi
oleh upaya untuk menyelaraskan kepentingan pemangku kepentingan.
- Minat terhadap praktik tata kelola perusahaan modern, terutama yang berkaitan dengan
pertanggungjawaban, meningkat menyusul runtuhnya profil tinggi sejumlah perusahaan besar
selama 2001-2002, yang sebagiannya melibatkan kecurangan akuntansi; dan kemudian
kembali setelah krisis keuangan baru-baru ini di tahun 2008.
5) Teori Keagenan (The Agency Theory)
Teori keagenan merupakan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingannya sendiri. Pemegang saham sebagai diasumsikan hanya bertindak terhadap hasil
keuangan perusahaan sebagai peningkat investasi, sedangkan agendiasumsikan sebagai
penerima kepuasan yang berupa kompensasi keuangan beserta syarat-syaratnya.
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai
prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh
pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih,
6. maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada
pemegang saham.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as
a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent)
to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making
authority to the agent”. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih
orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal
serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika
kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai
perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan
prinsipal.
Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham
perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan yang
hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan
pribadi dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya akan
menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan
agency cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan
pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost
dalam rangka menjamin manajer akan mengambil keputusan yang optimal dari pandangan
shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang besar diantara mereka.
Agency Theory merupakan bidang yang populer akhir-akhir ini. Pemisahan pemilik dan
manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori
ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang
merupakan modifikasi dari perkembangan model ekuntansi keuangan dengan menambahkan
aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak
antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara
pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling
bertentangan.
Salah satu hipotesis dalam teori keagenan ini adalah bahwa manajemen akan mencoba
memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan cara meminimalisir berbagai biaya keagenan
(agency cost). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari
biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Hipotesis ini
tidak sama artinya dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa manjemen mencoba
memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm). Oleh karena itu manjemen di asumsikan
memilih prinsip akuntansi yang sesuai dengan tujuannya memaksimalkan kepentingannya,
bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Laporan akuntansi berupa laporan keuangan memang dimaksudkan untuk digunakan oleh
berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan sendiri. Namun yang paling berkepentingan
dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen).
Informasi akuntansi ini penting bagi pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini
berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.
7. Para pengguna internal (para manajamen memiliki kontak langsung dengan entitas atau
perusahaannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi., sehingga tingkat
ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar pengguna eksternal (Irfan,
2002:88). Sehingga untuk mengurangi asimetri informasi dan mencegah terjadinya konflik
keagenan, sudah menjadi kewajiban bagi pihak manajemen untuk melaporkan laporan
keuangan secara tepat waktu.
Sumber Pustaka:
1. Buku Manajemen Strategik, Ismail Solihin, penerbit Erlangga, 2012, Jakarta
2. Satrio Akbar, 2015, http://sharecatatanku.blogspot.co.id/2015/04/tujuan-jangka-panjang-long-
term.html
3. Gunawan Graha, 2014, http://www.pengertianilmu.com/2016/05/pengertian-corporate-
governance.html
4. WebFinance Inc, 2018, http://www.businessdictionary.com/definition/corporate-
governance.html
5. Wikipedia, 2018, https://en.wikipedia.org/wiki/Corporate_governance
6. Rahadi Amuba,https://www.scribd.com/doc/299394605/Pengertian-Agency-Theory
7. Dewa Tirtayana, https://www.scribd.com/document/332648403/Pengertian-teori-keagenan
Forum minggu II:
Berdasarkan resume di atas bagaimanakah implementasi pada perusahaan Saudara bekerja?
Di tempat saya bekerja yaitu pada DJBC konsep Vision and Company Mission, Longterm
objective, Corporate Culture, Corporate Governance, The Agency Theory yang telah
diimplementasikan yaitu sebagai berikut berikut:
1. Vision and Company Mission:
Visi DJBC : Menjadi Institusi Kepabeanan dan Cukai Terkemuka di Dunia.
Sedangkan sebagai Misinya :
1. Kami memfasilitasi perdagangan dan industri;
2. Kami menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat Indonesia dari penyelundupan dan
perdagangan illegal; dan
3. Kami optimalkan penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai.
2. Longterm objective : Tujuan jangka panjang yang ditetapkan oleh instansi DJBC berupa
Rencana Strategi 5 tahunan (Rentra 5 tahunan). Rentra tersebut merupakan breakdown dari
8. Rentra Kementerian Keuangan. Rentra terakhir yang digunakan sebagai acuan menjalankan
kegiatan yaitu Rentra DJBC 2014-2019. Pada rentra tersebut juga dibuat perencanaan
penganggaran untuk masing-masing program. Berdasarkan rentra DJBC telah dibuatkan Peta
Strategi berikut Inisiatif Strategi dan Indikator Kinerja Utama (IKU).
3. Corporate Culture: Budaya Organisasi yang dibangun oleh instansi DJBC adalah dengan
mensosialisasikan, menginternalisasikan dan menerapkan nilai-nilai Kementerian Keuangan
yaitu Integritas, Profesional, sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan (IPROSPEK). Disamping itu
khusus untuk DJBC mempunyai Sikap Dasar Pegawai Bea dan Cukai yang harus menjadi
karakter pegawai DJBC yaitu Korsa, Loyal, Insiatif, Korektif dan Jujur (KLIK-Jujur).
4. Corporate Governance: Tatakelola Organisasi diatur sesuai dengan peraturan mengenai
tatkelola untuk struktur birokrasi yang diatur secara berjenjang dimulai dari Lembaga
Kepresidenan dan cabinet, lembaga kementerian kemudian struktur unit Eselon I dan seterusnya
sampai struktur paling bawah. Dalam melaksanakan kewenangan, tanggung jawab dan pekerjaan
dan kegiatan pelayanan harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dilaksanakan sesuai SOP (standar operasional prosedur) yang berlaku.
5. The Agency Theory: Sebagai instansi Pemerintahan maka tempat kami bekerja adalah
menjalankan tugas negara dan pemerintahan yang salah satunya melaksanakan tugas pelayanan
kepada masyarakat (services). Jadi tidak berlaku teori keagenan tetapi semata tanggung jawab
negara kepada rakyatnya. Demikian yang dapat kami jelaskan dan mohon maaf atas kekurangan
yang ada.