6. ● Komunikasi (latin, communicatio/ communis = sama)
● Irwin (Samuel A Kirk), penyampaian informasi melalui bicara dan bahasa,
intonasi, pendengaran, pemahaman, ekspresi muka dan gerak isyarat tangan.
● 3 komponen utama: sender - message - receiver
● Pengirim adalah komunikator, dan penerima adalah komunikan.
● Jadi gangguan komunikasi adalah gangguan berkomunikasi dengan orang
lain, baik komunikator maupun komunikan
● Dampak langsung tuna rungu otomatis menyebabkan terhambatnya proses
komunikasi. Tapi juga terkadang masalah berasal dari anak yang mengalami
masalah komunikasi.
Definisi gangguan komunikasi
7.
8.
9. K.B 2 Erik
Dampak Tuna Rungu dan Gangguan komunikasi Bagi Perkembangan Anak
1. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak
tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan
cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat nonverbal dengan anak normal seusianya.
10. K.B 2 Erik
2. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional
a. Pergaulan yang terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan
berkomunikasi.
b. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri
pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri, serta tindakannya lebih berpusat pada
"aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
c. Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta
kurang percaya diri.
11. K.B 2 Erik
d. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.
e. Memiliki sifat polos, serta perasaannya pada umumnya dalam keadaan ekstrem tanpa banyak nuansa.
f. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya
menyampaikan perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.
12. K.B 2 Erik
3. Karakteristik tunarungu dalam aspek fisik adalah sebagai berikut.
Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu)
seperti gerak matanya lebih cepat, gerakan tangannya cepat/lincah dan pernafasannya pendek, Sedangkan
dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang mendengar/normal lainnya.
13. K.B 3 Josua
Kegiatan Belajar 3
Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunarungu
dan Anak dengan Gangguan Komunikasi
14. K.B 3 Josua
Pada kegiatan Modul 2 sudah dijelaskan bahwa dampak dari tunarungu dalam
kehidupannya secara kompleks, baik sebagai individu maupun sebagai insan
sosial. Dalam kegiatan belajar 3 ini membahas bagaimana agar dapat
memberikan layanan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang ada
di sekolah anda sesuai dengan kebutuhan.
16. A. KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI
1. Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu
Kemampuan berbahasa merupakan dasar untuk mengembangkan berbagai potensi
yang dimiliki anak.oleh karena itu, anak tunarungu membutuhkan layanan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasanya. Melalui Bina Komunikasi Persepsi
Bunyi dan Irama (BKPBI). Layanan BKPBI adalah layanan khusus yang merupakan
suatu kesatuan antara pembinaan komunikasi dan optimalisasi sisa pendengaran
untuk mempersepsikan bunyi dan irama.
17. Berikut layanan dari BKPBI antara lain:
a. Layanan Bina Komunikasi ,meliputi:
1. Pengembangan Kemampuan Berbahasa
Metode Maternal Reflektif (MMR)-metode verbal
Metode tangkap dan peran ganda : guru harus dapat menangkap apa yang diungkapkan anak
melalui suara/isyarat atau gerakan tubuh anak, kemudian membahasakannya. Dengan kata lain:
Guru berperan sebagai anak dan mengucapkan apa yang ingin diungkapkan anak tunarungu.
Selanjutnya guru menanggapi ungkapan anak tersebut hingga terjadilah percakapan. Dalam MMR
terdapat Perdati (percakapan dari hati ke hati) dan percakapan linguistik
Bagi yang sangat sulit berbicara terdapat pendekatan komunikasi non verbal yang meliputi abjad
jari, bahasa isyarat alami (isyarat konseptual) serta bahasa isyarat formal (isyarat struktural/sistem
isyarat) atau juga non verbal total total dengan komunikasi augmentative melalui gesture, gambar,
pantomim, ekspresi wajah, isyarat mata dan sebagainya
18. 2. Layanan Bina Bicara, meliputi
- Latihan prabicara
- Latihan pernafasan
- Latihan pembentukan suara
- Pembentukan fonem
- Penggemblengan, pembetulan, penyadaran irama/aksen
19.
20. 3. Layanan Membaca Ujaran, kemampuan membaca ujaran dapat dilatih melalui
membaca ujaran. Melalui latihan pra membaca ujaran meliputi latihan meniru
gerakan-gerakan yang besar terlebih dahulu seperti gerakan tangan, kemudian
gerakan yang kecil seperti meniru gerakan lidah dan bibir.
b.Layanan Bina Persepsi dan Irama (BPBI),
program latihan BPBI sebagaimana dikemukakan oleh Depdiknas (2007) dan
Sadjaah, E & Sukardja (1996:234-239) mencakup berbagai latihan sebagai berikut:
- Latihan Deteksi/Kesadaran terhadap bunyi
- Latihan mendeteksi Bunyi
- Latihan membedakan/Diskriminasi Bunyi
- Latihan membedakan Bunyi Latar Belakang dan Bunyi bahasa
22. 2. Kebutuhan Khusus Anak dengan Gangguan Komunikasi
a. Kebutuhan anak dengan gangguan artikulasi.
b. Kebutuhan khusus anak yang gagap.
c. Kebutuhan khusus bagi anak yang mengalami keterlambatan
dalam komunikasi verbal.
d. Kebutuhan anak dengan gangguan komunikasi karena autis.
23. B. PROFIL PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK TUNARUNGU
1. Sistem Pendidikan bagi Anak Tunarungu
a. Sistem pendidikan segregasi, tempat pendidikannya sistem pendidikan
segregasi meliputi, Sekolah Khusus, Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Kelas Jauh/kelas Kunjung.
b. Sistem Integrasi.
c. Sistem Pendidikan inklusif.
24. 2.Metode Komunikasi, meliputi
a. Metode oral-aural,
b. Metode manual (metode isyarat), meliputi :
1. Abjad Jari
2. Ungkapan Badaniah/Bahasa Tubuh
3. Bahasa Isyarat asli, dikelompokan menjadi 2 yaitu:
- bahasa Alamiah
- Bahasa Isyarat Konseptual
4. Bahasa isyarat Formal
26. 3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tunarungu (5.58-5.59)
4. Strategi Pembelajaran, meliputi: Strategi Individualisasi, Kooperatif dan Modifikasi
Perilaku.
5. Media Pembelajaran, berupa media visual seperti gambar, grafis (diagram,bagan),
realita/objek nyata dari suatu benda (mata uang, tumbuhan), model/tiruan dari objek
benda.
6. Fasilitas Pendukung - ruang multimedia
7. Penilaian (assessment) Prinsip yang harus diperhatikan yaitu: berkesinambungan,
Menyeluruh, objektif dan adaptif, pedagogis.
27. C. PROFIL PENDIDIKAN ANAK DENGAN GANGGUAN
KOMUNIKASI
LaBlance (Smith, J.D., 2006:214) mengemukakan tiga prinsip bagi guru kelas dalam
membantu siswa mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara yaitu sebagai
berikut:
- Berikan suatu contoh yang baik
- Tingkatkan Self-esteem (harga diri) siswa
- Ciptakan lingkungan bicara yang baik
28. Menurut Smith Smith, J.D. (2006: 215-217) guru perlu mengadakan kerja sama,
yaitu sebagai berikut:
1. Kerja Sama dengan Tenaga Ahli (Professional Collaboration)
2. Kerja Sama dengan Orang Tua (Collaboration with Parent)
3. Kerja Sama dengan Teman Sebaya (Peer Collaboration)
4. Intervensi Gangguan Artikulasi, meliputi pelaksanaan asesmen, analisis hasil
asesmen, pembuatan program intervensi, pelaksanaan program intervensi.
30. Kesimpulan
Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis gangguan komunikasi dan hambatan lain yang
dialami anak tersebut. Gangguan komunikasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya: faktor kehilangan
pendengaran, kelainan organ bicara, gangguan emosi, keterlambatan perkembangan, mental retardasi, kerusakan
otak, serta faktor lingkungan.
Pencegahan terjadinya gangguan komunikasi sama seperti pencegahan terjadinya berbagai kelainan pada
anak,karena banyak gangguan komunikasi merupakan dampak dari adanya kelainan tersebut. Disamping itu, orang
tua harus memonitor tumbuh kembang anak, melakukan intervensi dini terhadap kelainan yang ditemukan,
memberikan dukungan dengan banyak memberikan stimulasi bunyi-bunyi bahasa serta menghindari penggunaan
dwibahasa pada awal masa perkembangan bahasa.
Prosedur dalam layanan intervensi gangguan komunikasi meliputi asesmen, menganalisis hasil asesmen, membuat
program intervensi, melaksanakan program intervensi, penilaian serta tindak lanjut.