Fail Pengurusan Kelas Sesi Akademik 2024-2025-By Cikgu Mu_113743.pptx
MODUL 6.docx
1. MODUL 6
PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
KB.1 PEMBELAJARAN MEMBACA MENULIS DI KELAS RENDAH
A. PENGERTIAN MMP
MMP merupakan kepandekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai
dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan pogram pembelajaran yang
diorientasikan kepada
kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas- kelas awal pada saat
anak- anak
mulai memasuki bangku sekolah di kelas 1 SD, MMP merupakan menu
utama.
Kemampuan membaca permulaan lebih di orientasikan pada kemampuan
membaca
tingkat dasar, yaitu kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak- anak dapat
mengubah dan
menghafalkan lambang- lambang tertulis menajdi bunyi yang bermakna.
Pada tahap ini
sangat dimungkinkan anak- anak dapat melafalkan lambang- lambang huruf
yng dibacanya
tanpa diikuti oleh pemaham terhadap lambang bunyi- bunyi tersebut.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN MMP
Tujuan pembelajaran membaca dan menulis permulaan menurut kurikulum
2004
tercermin dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator membaca dan
menulis
untuk kelas 1.
KB 2. STRATEGI PEMBELAJARAN MMP
A. METODE PEMBELAJARAN MMP
1. Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai
pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf alpabetis. Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan dilafalkan peserta didik sesuai dengan bunyinya
menurut abjad.
2. Metode Bunyi
Proses pembelajaran membaca permulaan pada sistem pelafalan abjad atau
huruf dengan metode bunyi.
2. 3. Metode Suku Kata dan Metode Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan
suku
kata,seperti
ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co,
da, di, du, de, do, ka, ki, ku, ke, ko
Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna.
Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi guru dapat membuat berbagai
variasi
paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna untuk bahan ajar MMP. Kata-
kata tadi misalnya:
ba – bi cu – ci da – da ka – ki
ba – bu ca – ci du – da ku – ku
bi - bi ci - ca da – du ka – ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi
kalimat
sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat seperti tampak pada
contoh di bawah ini.
ka – ki ku – da
ba – ca bu – ku
cu – ci ka – ki
4. Metode Global
Metode ini disebut juga sebagai “Metode Kalimat” karena alur proses
pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan
penyajian beberapa kalimat global. Untuk membantu pengenalan kalimat
dimaksud biasanya digunakan gambar.
5. Metode SAS
Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan
menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak
disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur
kalimat
yang bertujuan membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak.
Selanjutnya melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep
kata.
B. MODEL PEMBELAJARAN MMP
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua
3. tahapan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran tanpa buku
- Menunjukkan gambar
- Menceritakan gambar
- Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
- Memperkenalkan bentuk- bentuk huruf melalui bantuan gambar
- Membaca tulisan bergambar
- Membaca tulisan tanpa gambar
- Memperkenalkan huruf, suku kata, atau kalimat dengan bantuan kartu
2. Pembelajaran dengan menggunakan buku
- Membaca buku pelajaran(buku paket)
- Membaca buku dan majalah anak
-
KB3 . PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MMP
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan,
dan
pemaknaan data (informasi) untuk menentukan kualitas sesuatu yang
terkandung dalam
data tersebut.
Sasaran penilaian harus mencakupi tiga ranah, yakni ranah kognitif
(kemampuan
intelektual), ranah afektif (emosi dan sikap), dan ranah psikomotor
(keterampilan). Alat
penilaian yang berbentuk tes dan nontes yang dilakukan, baik terhadap proses
maupun
hasil diharapkan akan dapat memberikan gambaran kemampuan dan
kemajuan belajar
siswa secara utuh dan menyeluruh. Penilaian dengan cara seperti ini
dinamakan penilaian
dengan pendekatan holistik.
A. PENILAIAN PROSES
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam
kegiatan belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan
memperhatikan aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya
siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
4. Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus
dijawab,
pernyataan yang harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan testee
(peserta tes).
Dalam pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan
menilai
sejauh mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekhurufan
(kemampuan
membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan
secara
tertulis, lisan, dan perbuatan.
a) Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun
pengerjaannya
dilakukan dalam bentuk tertulis. Pengerjaannya oleh sisa dapat berupa
jawaban
atas pertanyaan atau tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang
diberikan
atau diperintahkan.
b) Tes lisanmerupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya
dilakukan dalam bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaannya oleh siswa
dapat
berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan.
c) Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat
dismpaikan
secara tertulis atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam
bentuk
penampilan atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini
pada umumnya
digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi
dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok
digunakan dalam
penilaian proses. Sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan
kedua-duanya,
5. baik teknik tes maupun teknik nontes.
B. PENILAIAN HASIL
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar
siswa.Alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Untuk
menilai
pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah
dimaksudkan
untuk menilai kemampuan siswa yang meliputi pengenalan atas satuan-
satuan lambang
bahasa yang berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Tes
membaca
permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut ini.
a. Membaca nyaring; siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik
berupa
lambang yang , huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana.
b. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai
dengan
pemokusan pembelajaran yang diberikan.
Teknik isianrumpang untuk membaca permulan tidak berpatokan pada
teknik isian
rumpang sebagaimana halnya untuk membaca tingkat lanjut (membaca
pemahaman) yang
aturannya sudah baku, misalnya dengan pelesapan setiap kata kelima,
keenam, atau
ketujuh secara konsisten. Misalnya, untuk tes identifikasi lambang bunyi
berupa lambang
huruf, penyajian struktur dapat dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan
menghilangkan
bagian-bagian huruf yang hendak diteskan. Demikian juga, dengan
perumpangan suku kata
atau kata.
MODUL 7
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD/MI
KB1. FOKUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
A. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
KETERAMPILAN
BERBAHASA
6. Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis besar terdiri atas tiga
komponen, yaitu:
(1) kebahasaan
(2) kemampuan berbahasa
(3) kesastraan.
Kompetensi behasaan terdiri atas dua aspek, yaitu (a) struktur kewacanaan,
dan (b)
kosakata. Kemampuan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu (a)
kemampuan
mendengarkan/ menyimak, (b) kekmampuan membaca, (c) kekmampuan
berbicara,dan
(d) kemampuan menulis. Dalam praktik komunikasi yang nyata keempat
keterampilan
tersebut tidak berdiri sendiri melainkan perpaduan dari keempatnya.
Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa indonesia dengan fokus
keterampilan
berbahasa adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada
pengembangan
salah satu kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yanga
ada.dengan
demikian, dalam langkah- langkah pembelajaran semua kegiatan belajar
mengajar
bertumpu dan berfokus pada salah satu keterampilan berbahasa yang telah
ditetapkan.
B. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA
Dalam kurikulum 2004 pembelajaran sastra tidak berdiri sendir, tetapi
diintegrasikan atau dipadukan dengan kompetensi dasar yang lain, yaitu
keterampilan
berbahasa dan kebahasaan. Pada saat ini pembelajaran sastra ditekankan pada
apresiasi
sastra. Oleh karena itu, teori- teori sastra diajarkan dengan persentase yang
sangat kecil,
dan tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan siswa, teori- teori sastra itu
perlu
dijarkan sebagai bekal pengetahuan untuk mengapresiasi karya sastra.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DENGAN
7. BERBAGAI FOKUS
Adapun tujuan dan manfaat pembelajaran bahasa indonesia dengan berbagai
fokus
tersebut adalah agar siswa dapat mengembangkan kompetensi mana yang
ditekankan,
misalnya yang ditekankan adalah kompetensi dasar mendengarkan maka
porsi untuk
pembelajaran mendengarkan maka porsi untuk pembelajaran mendengarkan
lebih banyak
daripada keterampilan yang lain jika pembelajarannya ditekankan atau
difokuskan pada
sastra maka tujuannya adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengapresiasi
sastra.
KB2. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Setiap pembelajaran keterampilan memiliki ciri-ciri tersendiri yang harus
dikuasai
guru. Sebagai guru yang profesional, dituntut untuk mengetahui masing-
masing ciri
(karakter) setiap pembelajaran keterampilan berbahasa (kompetensi dasar
berbahasa),
kompetensi dasar kebahasaan dan juga sastra. Hal yang tak kalah penting
bagi guru bahasa
adalah : (1) memahami betul karakteristik pembelajaran untuk masing-
masing
kompetensi; (2) memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat; (3)
menafsirkan secara
kritis dan kreatif isi kurikulum; (4) memahami masing-masing kompetensi
dalam
pembelajaran BI di SD.
Pembelajaran mendengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama
yang
dapat dilakukan guru pada pertemuan pertama baik kelas rendah maupun
kelas tinggi.
Pembelajaran mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk
mengetahui daya
simak siswa,daya apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai
8. dasar
mengungkapkan pengetahuan, kemampuan dan keberanian siswa dalam
berbicara.Kedua
keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan dan berbicara merupakan
kegiatan
yang resiprokal, artinya, kegiatan tersebut saling mengisi. Adanya kegiatan
berbicara jika
ada yang mendengarkan dan sebaliknya.
Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan
huruf,
kata, kalimat sederhana pada anak. Sistem pembelajarannya dikenal dengan
istilah
membaca awal (membaca permulaaan), sedangkan pada kelas tinggi
bertujuan agar anak
memahami apa yang dibaca (membaca pemahaman).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan
berbagai
metode dan teknik. Untuk membaca di kelas rendah, misalnya pembelajaran
membaca
dapat dilakukan dengan metode langsung, metode eklektik, ataupun metode
linguistik.
Sedangkan untuk pembelajaran membaca pemahaman dapat menggunakan
(1) teknik
membaca sekilas (skimming), (2) teknik membaca memindai (scanning); dan
(3) Teknik
SQ3R.
Pembelajaran menulis merupakan yang sering dinilai banyak orang belum
berhasil.
Untuk membuat seorang terampil menulis harus dimulai sejak dini. Agar
memiliki
keterampilan menulis, seseorang dituntut : 1) memiliki kemampuan
mendengarkan (daya
simak) yang tinggi; 2) gemar membaca; 3) kemampuan mengungkapkan apa
9. yang disimak
dan dibaca; dan 4) menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran menulis pada
kelas rendah
(menulis permulaan) yang perlu ditanamkan pada siswa adalah 1) penguasaan
tulisan
(huruf); 2) penulisan kata; 3) penulisan kalimat sederhana; 4) kaidah
penulisan, sedangkan
pada kelas tinggi pembelajaran menulis menuntut anak untuk 1) menguasai
teknik
menulis, 2) menuangkan ide ke dalam tulisan; 3) mengembangkan ide yang
dimilikinya; 4)
mampu memilih kata, kalimat dan gaya dalam menulis. Menulis itu sendiri
merupakan
suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis itu dilakukan secara bertahap,
yaitu
perencanaan menulis (prapenulis), penulisan, dan revisi (Mc.Crimmon,
1984:10 Akhadiah
dkk., 1999:3-5).
A. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
KETERAMPILAN
BERBAHASA
Model pembelajaran Bi dengan fokus keterampilan berbahasa bukan berarti
hanya
mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja, akan tetapi
keterampilan yang
menjadi fokus mendapat penekanan bahkan mendapatkan porsi waktu yang
lebih dari
keterampilan lain yang tidak menjadi fokus. Setiap keterampilan berbahasa
yang menjadi
fokus merupakan kegiatan pembelajaran yang utama karena pembelajaran
berangkat,
tertuju, dan berakhir pada keterampilan yang menjadi fokus pembelajaran. Di
10. samping
pembelajaran difokuskan pada keterampilan berbahasa tertentu dan
divariasikan dengan
keterampilan yang lain, didalamnya juga terjadi pembelajaran kompetensi
dasar
kebahasaan.
B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS SASTRA
Pembelajaran sastra di SD/MI lebih pada menikmati karya sastra. Teori-teori
sastra
diajarkan dengan presentasi yang sangat kecil, tentu saja semakin tinggi
jenjang
pendidikan siswa,teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal
pengetahuan siswa
tentang sastra. Karena dengan mempelajari sastra dapat diperolehhiburan,
pendidikan,
pengetahuan, teknologi, dan ragam budaya.
Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang
dibacakan
anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada kesempatan yang
tepat dapat
merupakan wahana bagi yang mereka mempelajari dunia sekitarnya. Dengan
membaca
sastra anak akan memperoleh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karya
sastra dapat
menolong anak-anak memahami dunia mereka,membentuk sikap positif, dan
menyadari
hubungan yang manusiawi.