tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
SDLB METODE
1. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan keni’matan kepada kami
berupa kesehatan sehingga kami dapat menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas
akhir semester III mata kuliah
Profesi Pendidikan. Kedua kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada
kepala sekolah, segenap guru dan para peserta didik SDLB banjar mendalan yang telah
membantu kami dalam kegiatan observasi sekolah.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan pada gradasi yang tinggi maka setiap
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu dilakukan melalui penelitian.
Supaya penelitian dapat menghasilkan informasi yang akurat, maka perlu
menggunakan metode penelitian yang tepat.
Maka dari itu kami terjun ke salah satu SDLB ( sekolah dasar luar biasa ) yang
beralamatkan di Kelurahan Banjarmendalan Kecamatan Lamongan. Disana kami
menemukan sistem pendidikan yang tidak seperti biasanya. Dimana seorang pendidik
mendidik para peserta didik dengan menggunakan metode pengajaran berdasarkan
keterbatasan yang dimiliki masing-masing peserta didik.
Makalah ini kami tulis berdasarkan apa yang kami amati di SDLB kemarin. Mungkin
kurang sempurna namun kami berupaya untuk menulis dengan sebaik-baiknya.
3. 1
1Pada dasarnya pendidikan itu tidak memandang apapun, baik status sosial ataupun
kondisi fisik. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan ( Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. S. L. La Sulo, 2005: 225 ).
Dengan demikian setiap manusia berhak untuk memperoleh pendidikan. Namun
belakangan ini banyak manusia yang tidak mau mengenyam pendidikan dikarenakan
memiliki keterbatasan.
Tuna rungu
1) Pengertian
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena
tidak berfungsinya sebagaian atau seluruh alat pendenganran, sehingga ia tidak
dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang
membawa dampak terhadap kehidupan secara kompleks
2) Klasifikasi tuna rungu
Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
a. Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran
yang terjadi sebelum kemampuan bicara da bahsa berkembang.
b. Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan
pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan bahasa
berkembang.
3) Ciri-ciri tuna rungu
o Secara nyata tidak mampu dengar
o Terlambat perkembangan bahasa
o Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
o Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
1.Tirtarahardja, Umar dan sulo, sulo lipu la. 2005.Pengantar pendidikan. Jakarta : Rineka Putra.
4. 2
o Ucapan kata tidak jelas
o Kualitas suara aneh/monoton
o Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
o Banyak perhatian terhadap getaran
o Keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga
2Tuna wicara
1) Pengertian
Tuna wicara merupakan gangguan verbal pada seseorang sehingga mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi melalui suara. Rata-rata penderita tuna wicara
juga menderita tuna rungu karena syaraf antara mulut dan telinga itu jadi satu.
2) Ciri-ciri tuna wicara
o Bibir sumbing
o Suka melakukan gerakan tubuh
o Cenderung pendiam
o Suara sengau
o Cadel
3) Klasisikasi tuna wicara
Dalam buku Ortopedagogik Umum(1998), Heri Purwanto mengemukakan
tunawicara secara umum diklasifikasikan menjadi 4 bagian,yaitu :
1. Keterlambatan bicara (Delayed speech )
Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan
bicaranya jika dibandingkan dengan anak seusianya.
2. Gagap (stuttering)
Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa:
• Pemanjangan fonom atau suku kata depan (prolongation),
2 Sugiyono. 2010 .metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta.
5. 3
• Pengulangan suku kata depan ( repetition ),
• Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara ( silent struggle )
• Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa
bicara terlalu cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi berlebihan.
3. Kehilangan kemapuan berbahasa(disphasia).
Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan dalam inti
pembicaraan sampai tidak dapat bebicara sama sekali.
4. Kelainan suara(voice disorder)
Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal. Adapun kelainan suara
berupa
• Kelainan nada(pitch)
Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau
monoton.
• Kelainan kualitas suara
Kelainan kualitas atau warna suara berupa serak, lemah, atau desah.
• Kelainan keras lembutnya suara.
Kelainan ini dapat berupa suara keras ataupun suara lembut
4) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang diterapkan hampir sama dengan metode yang
diterapkan kepada peserta didik yang mengidap tuna rungu.
Tuna grahita
1) Pengertian
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
yang muncul dalam masa perkembangan.
2) Ciri-ciri tuna grahita
o Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar
6. 4
o Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia
o Perkembangan bicara/bahasa terlambat
o Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong)
o Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
o Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
3) Klasifikasi tuna grahita
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ
o Tunagrahita ringan ( debil ) memiliki IQ : 51-70
o Tunagrahita sedang ( embial ) memiliki IQ : 25-50
o Tunagrahita berat ( idiot ) memiliki IQ :dibawah 25
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada umur mental
o Tunagrahita ringan umur mental 8 – 12 tahun
o Tunagrahita sedang umur mental 3- 8 tahun
o Tunagrahita berat umur mental 0- 3 tahun
4) Metode pengajaran
Metode pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran anak tunagrahita
adalah metode pembelajaran yang diindividualisasikan dimana mereka belajar
bersama-sama dalam satu kelas tetapi kedalaman dan keluasan materi,
pendekatan/metode maupun teknik berbeda-beda di sesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik. Namun demikian dapat pula
menggunakan strategi lainnya seperti strategi kooperatif, dan strategi modifikasi
tingkah laku.
Metode mengajar hendaknya harus dipilih agar anak belajar dengan melakukan
karena dengan praktek rangsangan yang di peroleh melalui motorik akan cepat di
pusat berpikir dan tidak mudah di lupakan.
Alat/media yang di gunakan dalam pembelajaran anak tunagrahita harus
memperhatikan beberapa criteria, seperti : anak memiliki tanggapan tentang yang
di pelajarinya, tidak mudah rusak, tidak berbahaya, tidak abstrak, dapat di
7. 5
gunakan anak, dan mudah di peroleh.
Evaluasi belajar dalam pembelajaran anak tunagrahita harus dilakukan setelah
mempelajari salah satu bagian kecil dalam materi pembelajarannya, dan setelah
itu barulah kita pindah pada materi berikutnya. Alat evaluasi sebaiknya berbentuk
kinerja dan hasilnya pun diolah secara kualitatif. Sedangkan penilaian kuantitatif
di buat apabila dibutuhkan namun didampingi dengan uraian singkat
5) Kendala pembelajaran
o Kesulitan membaca, Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia
(dyslexia)
o Kesulitan menulis Anak Tunagrahita memiliki kesulitan dalam mengingat
abjad,huruf atau simbol sehingga mereka cenderung sulit untuk membaca
tulisan,kata,
o Kesulitan berhitung, Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia
(discalculis)
yang kurang wajar seperti cuek,acuh tak acuh,dusta,suka berpura-pura.
o Menunjukan tingkah laku yang berlainan,missal mudah tersinggung, pemarah,
murung
Autisme
1) Pengertian
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain
dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif.
2) Ciri-ciri autisme
o Suka menirukan suara atau instruksi
o Bicara sendiri dengan kata-kata yang aneh
8. 6
o Menghindari kontak mata
o Senang membariskan benda-benda
o Senang tiduran di lantai
o Senang mengibas-ibaskan tangan
o Suka merusak
o Sering memutar atau menggelengkan kepal
3) Klasifikasi autisme
Klasifikasi anak autis dikelompokkan menjadi tiga, antara lain :
1. Autisme Persepsi : dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul
sebelum lahir. Ketidakmapuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan
reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak
bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh.
2. Autisme Reaksi : terjadi karena beberapa permasalahan yang menimbulkan
kecemasan seperti orangtua meninggal, sakit berat, pindah rumah/ sekolah dan
sebagainya. Autisme ini akan memumculkan gerakan-gerakan tertentu berulang-
ulang kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih
besar 6-7 tahun sebelum anak memasuki tahapan berpikir logis.
3. Autisme yang timbul kemudian : terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan
kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal akan mempersulit
dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah
perilakunya yang sudah melekat.
4) Metode pembelajaran autisme
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi anak dengan
lingkungannya. Ada beberapa cara untuk membantu anak autis mempelajari
keterampilan dan perilaku baru, diantaranya: isyarat visual/ verbal, modelling,
visual support, prompting, fading, shaping dan chaining (Dodd, 2007).
1. Isyarat visual / verbal
9. 7
Isyarat visual/ verbal adalah pengajaran yang diberikan pada anak autis untuk
membantu mereka melengkapi tugas-tugas yang diinginkan. Ini mungkin
dilakukan dengan cara non verbal atau verbal, dengan menggunakan tanda
manual atau startegi visual (Dodd, 2007). Strategi visual merupakan strategi
pembelajaran dengan menggunakan benda-benda konkrit atau semi konkret
atau simbol-simbol dalam menyampaikan pembelajaran.
2. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan orang tua
atau teman sebaya untuk menjadi model, terutama ketika mengajarkan
keterampilan-keterampilan baru.
3. Visual support
Visual support digunakan untuk meningkatkan komunikasi, mentransfer
informasi, perilaku dan mengembangkan kemandirian. Ini termasuk daftar
visual (jadwal), urutan suatu pekerjaan, ekspresi wajah, gestures dan bahasa
tubuh.
4. Prompting
Promting merupakan isyarat tambahan untuk membantu memfasilitasi respon
yang benar. Individu membutuhkan bimbingan secara fisik untuk
mengerjakan tugas. Memberikan dorongan secara fisik sering menjamin
keberhasilan individu. Reinforcment harus segera diberikan apabila anak
selesai mengerjakan tugas mandirinya.
5. Fading
Fading merupakan pengurangan bantuan secara sistematis. Pengurangan
bantuan fisik secara bertahap. Teknik ini berhasil dalam mengajarkan
keterampilan baru. Pengurangan ini sangat penting supaya anak tidak
tergantung pada bantuan dan isyarat.
6. Shaping
Perilaku terkadang dapat dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau
yang ingin dicapai. Shaping merupakan prosedur yang digunakan untuk
10. 8
mengembangkan keterampilan atau perilaku yang tidak ada pada diri seseorang. Shaping biasanya digunakan untuk
mengjarkan keterampilan-keterampilan yang sulit seperti memakai baju, makan dan bersosialisasi dengan orang lain.
(Dodd, 2007)
7. Chainning
Chainning adalah menciptakan perilaku yang rumit dengan menggabungkan perilaku-perilaku sederhana yang telah
menjadi bagian dalam diri seseorang. Contohnya dalam menyikat gigi: pertama menyimpan pasta gigi pada sikat gigi,
kemudian memasukkan sikat gigi ke mulut dan kemudian mulai menggosok gigi ke atas ke bawah, kesamping kiri dan
kanan dan seterusnya.
5) Kendala pembelajaran autism
Kendala yang timbul dalam menghadapi anak autis dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu:
a. Faktor Penyandang (Autisme)
1. Autisme disebabkan oleh adanya gangguan neurobiologis dan kimiawi di dalam susunan saraf pusat yang terjadi pada anak
berusia dibawah 3 tahun. Karena itu terapinya menjadi sangat sulit.
2. Ada / tidak adanya penyakit fisik atau psikis lain yang menyertainya
3. Gangguan interaksi social
4. Gangguan komunikasi
5. Tingkah laku, minat dan aktifitasnya terbatas, berulang dan stereotipik.
b. Faktor orang tua dan keluarga
1. Orang tua dan keluarga menjadi gelisah, cemas, depresi bahkan putus asa setelah penanganan yang diberikan sekian lama
tidak menunjukkan hasil yang nyata
11. 9
2. Orang tua dan keluarga menjadi hilang kesabarannya dan tidak peduli lagi pada anaknya, karena penanganan yang
diberikan sekian lama tidak menunjukkan hasil yang nyata
3. Orang tua dan keluarga menjadi over protected akibat munculnya perasaan bersalah / berdosa telah melahirkan anak autis.
c. Faktor lingkungan masyarakat
Pengetahuan masyarakat yang sangat minim tentang autisme mengakibatkan mereka tidak peduli dan menganggap rendah
anak autis, atau bahkan menganggap anak autis adalah anak yang tidak berguna.
d. Faktor diagnostik dan terapi
Idealnya terapi deberikan sedini mungkin dan melibatkan beragam profesi keahlian. Tetapi, tidaklah mudah membuat
diagnosis dini anak autis, terutama bila dokternya belum banyak pengalaman. Karena itu terapinya sering terlambat.
e. Faktor lingkungan pendidikan
Belum ada lingkungan pendidikan / sekolah yang memadai untuk mengelola anak autis secara komprehensif