Dokumen tersebut membahas tentang Abhyasa Yoga menurut Bhagawad Gita yaitu memusatkan pikiran pada Tuhan melalui praktik yoga yang baik. Dibahas pula berbagai metode untuk memusatkan pikiran pada Tuhan meliputi mudra, mantra, yantra, serta delapan jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dokumen juga menjelaskan pentingnya mengendalikan diri melalui panca yama dan panca niyama d
1. “Abhyasa Yoga”
Membiasakan Pikiran Terpusat Pada Tuhan
Abhyasa berarti membiasakan, membumikan, sedangkan yoga berasal dari akar kata yuj
yang artinya menghubungkan, dalam hal ini adalah menghubungkan diri dengan Tuhan Yang
Maha Esa. Sebagaimana dijelaskan didalam Bhagawad gita adhyaya VIII sloka 8:
Abhyasa yoga yuktena cetasa nanya gamina
Paramam purusam divyam yati parthanucintayan
terjemahan
Selalu memusatkan pikiran pada Tuhan melalui pelaksanaan praktik yoga yang
baik dan pikiran yang tidak mengembara pada hal-hal lain selain Tuhan, wahai
putra prtha, maka seseorang akan sampai pada Pribadi Tertinggi Yang Maha
Agung.
Abyasa yoga dalam Bhagawad gita adhyaya VIII sloka 8 dinyatakan sebagai memusatkan
pikiran pada Tuhan. Apakah maksud dan tujuan dibalik kalimat ini?
Mengapa kita diharapkan dapat memusatkan pikiran hanya pada Tuhan?
Hal ini terkait dengan kematian yang dinyatakan dalam Bhagawad Gita VIII. 5 menegaskan:
Anta kale ca mam eva smaran muktva kalevaram,
Yah prayati sa mad bhavam yati nasty atra samsayah.
terjemahan
(Barang siapa pada waktu ajal tiba meninggalkan badan jasmani ini mengenang
Aku selalu, sampai kepada-Ku; ini tak dapat dragukan lagi).
Untuk memahami Brahman yang tak berwujud dengan pikiran terpusat sangatlah
sulit, apakah ada metode yang dapat digunakan agar umat Hindu dapat terkonsentrasi pada
Tuhan?
Mudra mantra dan Yantra adalah bagian inti dari sebuah proses pemujaan. Mudra
adalah seni gerak tangan dengan mengambil sikap-sikap tertentu yang merupakan simbol
2. ketuhanan, Mantra adalah pujian yang ditujukan pada Tuhan dan Yantra adalah sarana
pemusatan pikiran yang dapat berupa simbol-simbol.
Ketika sembahyang kita dihadapkan pada simbol-simbol berupa arca, banten, gambar
dan sebagainya tetapi mengapa justru memejamkan mata saat berada di depan simbol-simbol
suci ini?
Ketika kita sembahyang atau bermeditasi maka disarankan memejamkan mata, ini
artinya agar kita melihat kedalam diri kita dengan mengabaikan dunia luar. Dengan demikian
maka pada hakikatnya untuk memahami Brahman dapat dipahami melalui pengalaman
Atman (brahman Atman Aikhyam).
Memusatkan pikiran pada Tuhan adalah sesuatu yang sangat sulit, adakah cara atau
latihan yang tepat?
"Sravanam Keerthanam Vishnoho:
Smaranam Padasevanam,
Archanam Vandanam Dasyam,
Sakhyam Aatma Nivedanam"
a. Sravana, mempelajari keagungan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa melalui
membaca atau mendengarkan pembacaan kitab-kitab suci (weda),
b. Kìrtanam, mengucapkan / menyanyikan nama-nama Tuhan Yang Maha Esa,
c. Smaranam, mengingat nama-Nya atau bermeditasi tentang-Nya,
d. Pàdasevanam, memberikan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk
melayani, menolong berbagai mahluk ciptaan-Nya,
e. Arcanam, memuja keagungan-Nya,
f. Vandanam, sujud dan kebhaktian,
g. Dàsya, melayani-Nya dalam pengertian mau melayani mereka yang memerlukan
pertolongan dengan penuh keikhlasan,
h. Sàkhya, memandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat sejati, yang memberikan
pertolongan ketika dalam bahaya
i. Àtmanivedanam, penyerahan diri secara total kepada-Nya
Diantara sembilan cara ini mualilah dari tiga yang pertama, yaitu srawanam, kirtanam san
smaranam, karena dengan ketiganya itu akan membawa pikiran pada kesucian.
3. Kembali pada abyasa yoga Disini praktik yoga hendaknya dibiasakan, dari manakah memulai
pembiasaan praktik yoga ini dan apa tujuannya?
Sesuai dengan Bhagawad gita adhyaya VIII sloka 8 ada beberapa poin yang harus kita ambil
sari patinya:
a. Memusatkan pikiran pada Tuhan
b. Praktik yoga yang baik
c. Pikiran tidak mengembara
d. Putra pritha (kecerdasan rohani)
e. Akan sampai pada Pribadi Tertinggi Yang Maha Agung
Praktik yoga yang baik merupakan salah satu poin penting dari abhyasa yoga, bagaimana
praktik yoga yang baik?
Mengacu pada ajaran Rsi Pattanjali dalam yoga sutranya menjelaskan apa yang
menjadi tujuan dari yoga sebagai:
Yogas citta wrtti nirodha, yoga adalah pengendalian gelombang pikiran. Ini berarti bahwa
setiap orang harus menyadari bahwa yoga di tujukan bagi stabilnya pikiran, karena pikiran
adalah penentu ucapan dan tindakan kita.
Untuk itulah Rsi Pattanjali meletakkan astangga yoga sebagai landasan tahapan pelaksanaan
yoga yang terdiri atas yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana &
samadhi.
Panca Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya dengan
perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian batin. Diantaranya adalah
ahimsa, brahmacari, satya, awyawaharika dan asteya. Mengapa ahimsa ada pada urutan
pertama?
Hal-hal yang termasuk dalam Panca Yama Bratha adalah:
Ahimsa artinya tidak menyiksa atau membunuh mahluk lain dengan sewenang-
wenang.
Brahmacari artinya tidak kawin selama dalam menuntut ilmu, berarti juga
pengendalian nafsu sex.
Satya artinya benar setia dan jujur.
Awyawahara/Awyawaharika artinya berusaha dengan tulus.
Asteya artinya tidak mencuri atau menggelapkan harta orang lain.
4. Di antara panca yama bratha mengapa ahimsa memiliki kedudukan pertama, apakah ada
korelasinya dengan abhyasa Yoga?
Ahimsayah para dharma: ahimsa atau tiada menyakiti adalah dharma tertinggi. Ini berarti
bahwa cinta kasih sejalan dengan ahimsa, oleh sebab itu keberlangsungan dunia ini
bergantung pada cinta kasih.
Sedangkan Dalam panca Niyama Bratha mendudukan akroda sebagai tempat pertama
yang mendapat perhatian. Mengapa demikian?
Panca Nyama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk
mencapai kesempurnaandan kesucian bathin.
Adapun bagian-bagian dari Panca Nyama Bratha ini adalah:
1. Akrodha artinya tidak marah.
2. Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran dan nasehat-
nasehat guru.
3. Sauca artinya kebersihan, kemurnian dan kesucian lahir dan bathin.
4. Aharalaghawa pengaturan makan dan minum.
5. Apramada artinya taat tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan mengamalkan
ajaran-ajaran suci.
Tentang pentinya mengendalikan amarah dijelaskan dalam B.G. III. 37:
Kama esa krodha esa rajo guna samudbhawah,
Mahasano mahapapma viddy enam iha vairinam.
(Itu adalah nafsu, amarah yang lahir dari rajaguna; sangat merusak, penuh dosa,
ketahuilah bahwa keduanya ini adalah musuh yang ada di bumi ini).
Kama dan krodha selanjutnya dijelaskan sebagai selubung yang menutupi sang atma,
sehingga atma kehilangan pancaran kemurniannya yang adalah kebijaksanaan. Dengan
lenyapnya kebijaksanaan maka manusia terjerumus dalam perbuatan-perbuatan adharma.
Merusak, mencuri, berzina, membunuh, memfitnah, dan berbagai kekejian yang berujung
pada penderitaan dunia, yang pada prinsipnya amat berbeda dengan prilaku suci yang
bersumber dari cahaya atman yang penuh kedamaian.
Leluhur kita bukan hanya mengenal ajaran ini tetapi telah menjadikan abyasa yoga
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari aktifitas memasak, bertani, berjualan,
dunia pendidikan dan semua aspek kehidupan manusia hindu senantiasa bernuansa spiritual.
5. Bibi anu lamun payu luwas mandus
Antenge tekekang, yatnain ngaba masui
Tiyuk puntul bawang anggen pasikepan”
Arti harafiahnya kira-kira sebagai berikut “Bibi anu (namanya tidak diketahui) kalau jadi
pergi mandi, kencangkanlah ikat pinggangnya, berhati-hatilah membawa Masui (semacam
umbi yang dipergunakan unuk kelengkapan banten atau untuk parem / bobok bayi) , Pisau
tumpul Brambang untuk pegangan (Jawa gaman). Bila kita perhatikan maka syair tersebut
tidak mempunyai makna bahkan tidak mempunyai arti/tidak nyambung.
Namun arti filosofisnya adalah hendaknya kita dengan tekun membersihkan diri dengan
menggunakan kemurnian hati dan pelaksanaan tri kaya parisudha.