2. Arah
Pengembanga
n Ideologis-
Filosofis PAI
Pendidikan Agama Islam sesungguhnya menghadapi
permasalahan yang sangat serius dalam tataran filosofis, karena
wacana pengetahuan dan teknologi saat ini berjalan tanpa kendali
agama
Rene Descartes, filosof rasionalisme, pioneer peradaban modern,
menolak segala yang disebut sebagai kebenaran yang tidak
rasional, tidak bisa diverivikasi
Pendidikan Agama Islam secara ideal diharapkan mampu
menjawab deskralisasi dan eksternalisasi dinamika science dan
teknologi dari titik esensial transenden
3. Arah
Pengembanga
n Institusional
Selama Pendidikan Agama Islam hanya dianggap sebagai
pelengkap, terlebih jika paradigma dualisme disiplin ilmu
mendominasi secara buta, maka jadilah guru Agama Islam seperti
berteriak di tengah padang pasir
Bagaimana mungkin bisa berhasil guru Agama Islam dalam
membisakan peserta didik menutup aurat, misalnya, sementara
guru lain untuk pembinanaan jasmaninya mengharuskan
membukanya.
Bagaimana mungkin keyakinan itu terbentuk jika ketika guru
Agama Islam menjelaskan segala sesuatu dari Allah, sedang
biologi mengajarkan teori Darwin secara sekuler.
Guru agama serius menegaskan bahwa segala sesuatu itu berasal
dari Allah dan akan kembali kepadaNya sebagai sunnatullah,
sementara para saintis hanya memaknai fenomena itu sebatas
hukum alam (natureal of law)
4. Pengembanga
n Kurikuler PAI
Dari sudut pendekatan tampak jelas bahwa kurikulum PAI selama
ini cenderung hanya menggunakan pendekatan yang dominan
rasional
sebaiknya standarisasi internalisasi nilai religiusitas itu terpaksa
harus dikaji ulang jika jam pengajaran PAI tidak bisa lagi di tambah
karena PAI dengan kondisi yang demikian mungkin hanya mampu
memenuhi kompetensi dasar Agama Islam saja
5. Sasaran Ranah
Pendidikan
Agama Islam
Pada dasarnya dalam wacana Islam, manusia juga dipersepsi terdiri
atas aspek jasmani dan ruhani. Tampilan jasmani akan dapat juga
terlihat dari ranah psikomotorik. Sedangkan tampilan ruhani
semestinya dapat telihat dari ‘ranah’ al-Aql, al-Nafs dan al-Qalb