Dokumen tersebut membahas tentang Unity of Science. Ringkasannya adalah bahwa Unity of Science merupakan pandangan bahwa semua ilmu pengetahuan merupakan kesatuan yang saling berhubungan dan berasal dari ayat-ayat Allah, baik yang diperoleh melalui nabi, akal, maupun alam. Islam menganjurkan penyatuan antara ilmu agama dan ilmu sains agar dapat saling melengkapi.
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
UNITY OF SCIENCE
1. UNITY OF SCIENCE
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Khoirul Anwar, M.Ag
Disusun Oleh:
Elzana Zahro’ul Mu’izul Karimah ( 2205056062 )
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN WALISONGO SEMARANG
2022
2. Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Untuk menghindari kemunduran masyarakat yang disebabkan oleh dikotomi
antara ilmu agama dan ilmu sains. Dikotomi ilmu adalah sistem yang memisahkan ilmu
agama dengan ilmu umum menjadi dua ilmu yang bertentangan yang tidak dapat
menyatu dikarenakan suatu perbedaan, dikotomi ilmu adalah masalah yang selalu
diperdebatkan dalam dunia Islam, mulai sejak zaman kemunduran Islam sampai
sekarang. Islam menganggap ilmu sains sebagai informasi yang didapatkan yang
diketahui manusia dan ada perbedaaan antara ilmu dengan nilai- nilai sedangkan ilmu
agama merupakan informasi pengetahuan mendalam hasil ijtihād dari para ulama’
muslim atas masalah dunia dan akhirat dengan bersumber kepada Alqur’an dan Hadist.
Dampak dari dikotomi ilmu sebenarnya lumayan besar, misalnya dalam dunia
pendidikan, banyak sarjana agama yang tidak paham ilmu umum sehingga tidak mampu
menjawab problematika keilmuan dan tekhnologi modern, atau sebaliknya. Dikotomi
ilmu telah melahirkan banyak pendapat tentang perlunya menyatukan kembali semua
ilmu , dan salah satu upaya untuk menyatukan ilmu tersebut dengan cara Unity Of
Science.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Unity Of Science ?
2. Apa prinsip-prinsip Unity Of Science ?
3. Bagaimana Hubungan antara Sains dan Agama?
4. Bagaimana penyatuan ilmu agama dan ilmu sains?
5. Bagaimana pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan?
3. Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Unity Of Sciences
Secara Bahasa Unity artinya kesatuan, sedangkan sciences adalah ilmu
pengetahuan. Jadi yang dimaksud Unity of Sciences adalah kesatuan ilmu pengetahuan,
tidak adanya dikotomi ilmu ( tidak ada batasan ).
Unity of Sciences atau wahdatul ulum adalah sebuah pandangan yang
menjelaskan bahwa semua ilmu yang ada di muka bumi merupakan sebuah kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Yang berarti bahwa semua ilmu yang ada berasal dari hal
yang sama yaitu dari Wahyu Allah. Sehingga tidak mengherankan jika para ilmuan barat
di masa silam menyebutkan bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada merupakan
sebuah filsafat.
Unity of Sciences juga membahas tentang sebuah hal bahwa setiap ilmu yang
ada tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Ada keterkaitan antarara ilmu satu dengan
ilmu lainnya. Dalam artian lain bahwa setiap ilmu bersifat multidimensional, dimana
dalam penulisan dan kajian sebuah cabang ilmu membutuhkan keterlibatan dan bantuan
dari ilmu bantu lainnya. Ketika kita membicarakan tentang suatu ilmu, kita tidak dapat
terlepas dari ilmu lain. Saat membahas tentang bagaimana cara berpakaian yang sopan
, ada banyak ilmu yang terkait. Yaitu melalui ilmu agama tentang akhlakul karimah,
ilmu sosial tentang cara berpakaian yang baik, dan lain-lain.
Perbedaan dan keberagaman ilmu pengetahuan itu bagaikan matahari yang
memancarkan sinarnya, lalu dibiaskan dan membentuk berbagai warna menjadi pelangi.
Berbagai warna yang kita lihat pada pelangi bukanlah warna asli, melainkan warna hasil
biasan. Allah memberikan ilmu pengetahuan adakalanya melalui wahyu, dan
adakalanya melalui alam. Wahyu dan alam, keduanya merupakan ayat Allah. Antara
ilmu wahyu dan ilmu alam pada hakikatnya menuju pada dzat yang satu, yaitu Allah.
alam harus bisa dibaca melalui wahyu, dan wahyu harus bisa dibaca melalui alam,
karena kedudukannya sama-sama sebagai ayat Allah, sehingga harus saling
menguatkan.
Saat ini, banyak orang yang mengkotak-kotakkan ilmu, padahal perbedaan-
perbedaan yang ada dalam ilmu pengetahuan itu bersifat majazi (perumpamaan). Semua
ilmu tujuannya adalah untuk memuliakan Allah dan mencari kebahagiaan. Seseorang
akan memperoleh kebahagiaan jika berjalan sesuai dengan desain Allah (muhasabah).
Dapat diketahui bahwa konsep tentang Unity of Sciences sangat penting.
Dengan mengetahui Unity of Sciences kita dapat tahu bahwa semua ilmu sudah
semestinya saling berhubungan dengan satu tujuan dan selalu berjalan beriringan. Hal
ini semestinya berlaku tidak hanya untuk ilmu Agama saja melainkan juga ilmu
pargetahuan. Sehingga sudah semestinya agama dan ilmu pengetahuan selalu berjalan
beriringan den tidak bertentangan satu sama lainnya. Unity of Sciences inilah yang
seharusnya membuat kita menjadi paham bahwa sepatutnya Ilmu pengetahuan dan
Agama itu berjalan benringan dan harus dimiliki oleh setiap orang. Hal inilah yang
seharusnya menjadi dasar banyak orang sebagai bekal dalam kehidupan yang ia hadapi.
4. B. Prinsip-Prinsip Unity Of Science
Paradigma Unity of Sciences mengandung lima prinsip, yaitu :
1. Integrasi
Prinsip ini menyatakan bahwa kita harus meyakini bahwa semua ilmu
pengetahuan sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan yang kesemuanya
bersumber dari ayat-ayat Allah baik yang diperoleh melalui para Nabi, akal,
maupun alam.
2. Kolaborasi
Prinsip ini menyatakan bahwa kita harus memadukan nilai universal Islam
dengan ilmu pengetahuan modern guna peningkatan kualitas hidup dan
peradaban manusia.
3. Dialektika
Prinsip ini menyatakan bahwa kita harus melakukan dialog yang intens antara
ilmu-ilmu yang berakar pada wahyu (revealed sciences), ilmu-ilmu modern
(modern sciences), dan local wisdom.
4. Prospektif
Prinsip ini menyatakan bahwa kita harus menghasilkan ilmu-ilmu baru yang
lebih humanis dan etis yang bermanfaat bagi pembangunan martabat dan
kualitas bangsa serta kelestarian alam.
5. Pluralistik
Prinsip ini menyatakan bahwa kita harus meyakini adanya pluralitas realitas,
metode, dan pendekatan dalam semua aktifitas keilmuan.
C. Hubungan antara Sains dan Agama
Kita sudah mengetahi bahwasanya sains dan agama lebih sering tidak berjalan
beriringan dalam kehidupan. Bahkan keduanya sering diibaratkan seperti air dan
minyak atau bumi dan langit, yang senantiasa selalu berseberangan, berlawanan, dan
sulit bisa menyatu. Namun terlepas dari banyaknya pertentangan antara sains dan
agama, sebenarnya ilmu pengetahuan pun juga tidak dapat dipisahkan dari agama. Al-
Qur’an sebagai sumber rujukan utama bagi umat Islam dan segala pengembangan ilmu
pengetahuan, merupakan sumber utama inspirasi pandangan orang islam tentang
keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Al-Qur’an dalam hubungannya dengan ilmu
pengetahuan, mendorong manusia seluruhnya untuk menggunakan akal pikirannya serta
menambah ilmu pengetahuan sebisa mungkin dengan cara menjadikan observasi atas
alam semesta ini sebagai alat untuk mempercayai setiap teori ilmiah baru.
Namun dengan demikian itu, Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan.
Karena membicarakan pandangan Al-Qur’an terhadap ilmu pengetahuan bukan dilihat
dari banyaknya atau ada tidaknya teori-teori ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an,
melainkan dilihat dari adakah ayat-ayat Al-Qur’an yang bertentangan dengan berbagai
teori ilmiah serta dorongan (spirit), arahan, bimbingan, dan pedoman untuk
mengembangkan ilmu pengetahun. Jika ditilik sejarahnya, sebenarnya kemajuan dalam
ilmu pengetahuan yang menimbulkan masa kebangkitan ilmu itu sesungguhnya
mendapat semangat dari ajaran Islam tentang penggunaan akal, perintah melakukan
penelitian, perintah mengobservasi dan mengembangkan ilmu sepanjang hayat dalam
rangka melakukan pendekatan diri dengan Tuhan. Namun, ketika ilmu-ilmu yang
berasal dari Islam tersebut masuk ke Barat, mereka meninggalkan aspek spiritual dan
moralnya.
Selanjutnya, antara sains dan agama juga saling membutuhkan. agama berfungsi
sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia di dunia dan di
5. akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana mempermudah
aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama adalah persyaratan
untuk mencapai kebahagaian di akhirat. Adapun sains dan teknologi berfungsi sebagai
sarana mempermudah aktivitas manusia di dunia. Disini tampak jelas hubungan antara
agama dan sains. Kebahagian di dunia, menurut agama, adalah prasyarat untuk
mencapai kebahagiaan di akhirat dan sains adalah salah satu sarana untuk
membahagiakan dan mempermudah aktivitas manusia di dunia. Dengan teknologi
pesawat, dia dengan cepat sampai ke suatu tujuan yang jauh. Dengan teknologi
arsitektur, dia mampu membangun rumah yang nyaman dan indah. Semuanya itu, dalam
pandangan agama, adalah penting dan perlu sebab ketenangan dan kebahagiaan tersebut
membuat dia leluasa menjalankan ajaran-ajaran agama yang mengantarkan kepada
kebahagiaan di dunia maupun akhirat.
D. Penyatuan ilmu agama dan ilmu sains
Dengan adanya pernyataan bahwa tidak ada dikotomi ilmu dalam Islam, maka hal yang
perlu dilakukan adalah mencari solusi dari masalah ini. Upaya-upaya apa saja yang bisa
dilakukan agar mampu keluar dari problematika yang saat ini sedang dilanda oleh
pendidikan Islam dengan adanya dikotomi tersebut. Zainuddin Sardar berpendapat
bahwa solusi yang tepat untuk keluar dari masalah dikotomi ilmu adalah dengan cara
meletakkan epistimologi dan teori sistem pendidikan Islam yang bersifat mendasar
karena dari segi epistemologi, umat Islam harus berani mengembangkan kerangka
pengetahuan masa kini yang terartikulasi sepenuhnya. dan diperlukan juga kerangka
teoritis ilmu dan teknologi yang mengembangkan metode aktifitas ilmiah dan teknologi
yang sesuai tujuan dunia dan mencerminkan nilai dan moral budaya muslim.
Dengan adanya perubahan karena globalisasi dan perkembangan zaman seperti
sekarang ini, hendaknya pendidikan Islam harus mampu mendesain kurikulum yang
tidak hanya berfokus pada tradisi normatif-klasik, tetapi juga dengan ilmu-ilmu sosial.
E. Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan
Dalam Islam, ilmu pengetahuan memiliki landasan yang kokoh melalui al-
Qur'ān dan Sunnah; bersumber dari alam fisik dan alam metafisik; diperoleh melalui
indra, akal, dan hati/intuitif. Cakupan ilmunya sangat luas, tidak hanya menyangkut
persoalan-persoalan duniawi, namun juga terkait dengan permasalahan ukhrāwi.islam
memandang ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang penting. dalam mempelajari al-
qur'an saja kita patut memiliki ilmu pengetahuan. jadi kebenaran bisa dicapai dengan
ilmu pengetahuan. bahkan dalam al-qur'an banyak yang menganjurkan umat islam
untuk berfikir.islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan penelitian dalam
bidang apapun, termasuk sains dan teknologi.Bagi Islam, sains termasuk ayat-ayat Allah
yang perlu digali keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini
merupakan anugerah bagi manusia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis
wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
ْ
ْأ َرْقا
ْ
ِْْمساِب
ْ
َِّْكِب َر
ْ
ِيذَّال
ْ
َْقَلَخ
(
١
ْ)
َْقَلَخ
ْ
َْانَسنِ ْ
اْل
ْ
ْْنِم
ْ
ْ
قَلَع
(
٢
ْ)
ْ
ْأ َرْقا
ْ
َُّْكب َر َو
ْ
ْ
مَرْكَ ْ
اْل
(
٣
)
ْ
ِيذَّال
ْ
ْ
َمَّلَع
ْ
ِْمَلَقْالِب
(
٤
)
ْ
ْ
َمَّلَع
ْ
َْانَسنِ ْ
اْل
ْ
اَم
ْ
ْْمَل
ْ
ْْمَلْعَي
(
٥
)
Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
6. pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘alaq 1-5).
Ayat lain yang mendukung pengembangan sains adalah firman Allah Swt. yang
berbunyi bahwa:
ْيِفَّْنِإ
(ِْباَبْيْاْللِلْْلواتَيْآل ِ
ارَهَّنال َْوِلْيَّْاللِالفِتْاخ َْو ِ
ض ْاْلر َِْوتا َاوَمَّسْالِقَْلخ
١٩٠
َْونركْذَيَِْينذَّ)ال
ْ
َذَهَْتْقَلَخْاَمَْانَّبَْر ِ
ض ْاْلر َِْوتا َاوَمَّسْالِقَْلخْيِفَْونرَّكَفَتَي َْوْمِهِبونىْجَلَع ًَاْودوعق َاْوًماَيِقَْ َّ
اَّلل
ْالِِاَبْا
ْ
س
(ْ ِ
ارَّنْالَابَذَعَْانِقَفََْكناَحْب
١٩١
)
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-si. Maha Suci Engkau,
Maka peliharalah kami dari siksa neraka. QS. Ali-Imran: 190-191).
Ayat-ayat di atas adalah sebuah dukungan yang Allah berikan kepada hambanya
untuk terus menggali dan memperhatikan apa-apa yang ada di alam semesta ini. Sebuah
anjuran yang tidak boleh kita abaikan untuk bersama-sama melakukan penggalian
keilmuan yang lebih progresif sehingga mencapai puncak keilmuan yang dikehendaki
Tuhan. Tak heran, kalau seorang ahli sains Barat, Maurice Bucaile, setelah ia melakukan
penelitian terhadap Alquran dan Bibel dari sudut pandang sains modern, menyatakan
bahwa:
“Saya menyelidiki keserasian teks Qur’an dengan sains modern secara objektif
dan tanpa prasangka. Mula-mula saya mengerti, dengan membaca terjemahan, bahwa
Qur’an menyebutkan bermacam-macam fenomena alamiah, tetapi dengan membaca
terjemahan itu saya hanya memperoleh pengetahuan yang ringkas. Dengan membaca
teks Arab secara teliti sekali saya dapat menemukan catatan yang membuktikan bahwa
Alquran tidak mengandung sesuatu pernyataan yang dapat dikritik dari segi pandangan
ilmiah di zaman modern”.
Oleh karena itu Islam memandang bahwa ilmu pengetahuan merupakan bagian
dari pelaksanaan kewajiban manusia sebagai mahluk Allah SWT. Jadi tidak ada
perbedaan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan .
7. BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Unity of Sciences yaitu Kesatuan ilmu pengetahuan adalah sebuah semua ilmu
membentuk suatu kesatuan yang utuh dalam artian tidak ada dikotomi ilmu didalamnya
yang memiliki beberapa prinsip. Bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini
bersumber dari Allah SWT. Selain itu, antara ilmu pengetahuan dan agama adalah sebuah hal
yang seharusnya berjalan beriringan. Ada hubungan yang erat yang harus tetap dijaga dan
dimiliki oleh setiap insan manusia.
Agama dan Sains merupakan sama-sama sumber kebenaran yang berangkat dari
sudut pandang yang berbeda dan metode yang berbeda pula. Jika sains adalah kebenaran
yang diperoleh dari fakta dan penilitian yang empiris (bukti). Agama adalah kebenaran
yang didasarkan melalui kepercayaan / keimanan yang didasari firman tuhan di dalam
Al Qur’an.