3. PEMBAGIAN KHIYAR
1. Khiyar Majlis
2. Khiyar Syarat (Pilihan bersyarat)
3. Khiyar Aib
Khiyar majlis sah menjadi milik si penjual dan si pembeli semenjak
dilangsungkannya akad jual beli hingga mereka berpisah, selama mereka berdua
tidak mengadakan kesepakatan untuk tidak ada khiyar, atau kesepakatan untuk
menggugurkan hak khiyar setelah dilangsungkannya akad jual beli atau seorang di
antara keduanya menggugurkan hak khiyarnya, sehingga hanya seorang yang
memiliki hak khiyar.
Kedua orang yang sedang melakukan jual beli mengadakan kesepakatan
menentukan syarat, atau salah satu di antara keduanya menentukan hak khiyar
sampai waktu tertentu, maka ini dibolehkan meskipun rentang waktu berlakunya hak
khiyar tersebut cukup lama.
Jika seseorang membeli barang yang mengandung aib atau cacat dan ia tidak
mengetahuinya hingga si penjual dan si pembeli berpisah, maka pihak pembeli
berhak mengembalikan barang dagangan tersebut kepada si penjualnya.
4. AT-TAS'IR [PEMATOKAN HARGA]
Kata tas’îr berasal dari
kata sa’ara’yas’aru’sa’ran, yang artinya
menyalakan. Lalu dibentuk menjadi
kata as-si’ru dan jamaknya as’âr yang
artinya harga (sesuatu). Kata as-si’ru ini
digunakan di pasar untuk menyebut harga
(di pasar) sebagai penyerupaan terhadap
aktivitas penyalaan api, seakan menyalakan
nilai (harga) bagi sesuatu.
5. Pematokan harga terjadi dalam tiga
bentuk:
1. Pematokan harga secara fix
2. Pematokan harga tertinggi, yakni
dengan menetapkan harga jual tertinggi
3. Pematokan harga terendah seperti
pematokan harga terendah gabah, dsb
6. Hukum Tas’îr
Allah Swt. berfirman:
َب ْمُكَلا َوْمَأ واُلُكْأَت َال واُنَماَء َِينذَّال اَهُّيَاأَيُكَت ْنَأ َّالِإ ِلِاطَبْالِب ْمُكَنْيْنَع ًةَارَجِت َون
ْمُكْنِم ٍاضَرَت
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan
harta sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kalian.(QS an-Nisâ’[4]: 29).
Rasulullah saw. juga pernah bersabda:
ٍاضَرَت ْنَع ُعْيَبْال اَمَّنِإ
Sesungguhnya jual-beli itu harus dengan saling ridha (antara
penjual dan pembeli). (HR Ibn Majah).
7. IKHTIKAR
Ihtikar artinya zalim (aniaya) dan merusak
pergaulan. Upaya penimbunan barang
dagangan untuk menunggu melonjaknya
harga
8. Para ulama mengemukakan definisi
ihtikar yakni:
1.
2.
3.
Ketiga definisi tesebut, bleh dikatakan mempunyai pengertian yang sama,
yaitu ada upaya dari seseorang orang menimbun barang pada saat
barang itu langka atau diperkirakan harga akan naik, seperti kenaikan
Bahan Bakar Minyak (BBM).
Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukani (ahli Fiqih Madzhab Zaidiyah)
mendefinisikan “penimbunan/penahanan barang dagangan dari
peedarannya.”
Imam Al-Ghazali (Madzhab Syafi’i) mendefinisikannya “penyimpanan
barang dagangan oleh penjual makanan untuk menunggu
melonjaknya harga dan penjualannya ketika harga elonjaknya.”
Ulama Madzhab Maliki mendefinisikannya dengan “penyimpanan
barang oleh produsen baik makanan, pakaian dan segala barang
yang meusak pasar.”
9. Dasar Hukum Ihtikar
Firman Allah dalam surat Al-Maidah:2
..... َت َال َو ى َوْقَّتال َو ِبرْال ىَلَع ْاوُن َاوَعَت َوِمِْْاِإ ىَلَع ْاوُن َاوَع ....
… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebajikan
dan taqwa dan janganlah tolng-menolonglah dalam berbuat dosa
dan pelanggaran … (Al-Maidah:2)
Rasulullah saw. juga pernah bersabda:
“Siapa yang merusak harga pasar hingga harga itu melonjak
tajam, maka Allah akan menempatkannya di dalam neraka pada
hari kiamat.” (HR. Thabrani)
10. MONOPOLI
Pasar monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein,
menjual) adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu
penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini
adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai
"monopolis".Sebagai penentu harga (price-maker), seorang
monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara
menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit
barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut,
begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki
suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan
harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau
berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti)
produk tersebut atau —lebih buruk lagi— mencarinya di pasar
gelap (black market).
11. Ciri dan Sifat Monopoli
Ada beberapa ciri dan sifat dasar pasar monopoli. Ciri
utama pasar ini adalah adanya seorang penjual yang
menguasai pasar dengan jumlah pembeli yang sangat
banyak. Ciri lainnya adalah tidak terdapatnya barang
pengganti yang memiliki persamaan dengan produk
monopolis; dan adanya hambatan yang besar untuk
dapat masuk ke dalam pasar.
12. Monopoli yang Tidak di Larang
1. Monopoli by Law
2. Monopoli by Nature
3. Monopoli by Lisence
Monopoli oleh negara untuk cabang-cabang produksi
penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak.
Monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah karena
didukung iklim dan lingkungan tertentu.
Izin penggunaan hak atas kekayaan intelektual.
13. OLIGOPOLI
Pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai
oleh beberapa perusahaan. Umumnya jumlah
perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh.
Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan
memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat
dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang
mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk
pesaing mereka. Sehingga semua usaha
promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan
harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk
menjauhkan konsumen dari pesaing mereka.
14. OLIGOPOLI
Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999, oligopoli
dikelompokkan ke dalam kategori perjanjian yang
dilarang, padahal umumnya oligopoli terjadi melalui
keterkaitan reaksi, khususnya pada barang-barang
yang bersifat homogen atau identik dengan kartel,
sehingga ketentuan yang mengatur mengenai oligopoli
ini sebaiknya digabung dengan ketentuan yang
mengatur mengenai kartel.
15. Ciri-ciri Khas Pasar oligopoli
1. Menghasilkan komoditas standar atau komoditas berbeda corak. Ada kalanya
perusahaan dalam pasar oligopoli menghasilkan komoditas standard (standardized
product). Industri dalam pasar oligopoli yang demikian banyak dijumpai dalam industri yang
menghasilkan bahan mentah seperti industri baja, industri bahan baku seperti industri
semen dan bahan bangunan. Disamping itu banyak pasar oligopoli yang terdiri dari
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas berbeda coarak, komoditas yang
dihasilkannya pada umumnya adalah komoditas akhir. Contohnya industri mobil, rokok, dan
sebagainya.
2. Kekuasaan menentukan harga ada kalanya lemah dan ada kalanya sangat kuat. Jika
diantara produsen oligopoli yang terdapat di pasar tidak melakukan kerjasama, maka
kekuasaan menentukan harga sangat terbatas. Tetapi kalau diantara produsen oligopoli
tersebut berkolusi dalam menetapkan harga, maka kekuasaan mereka dalam menentukan
harga adalah sangat kuat, yaitu meyerupai monopoli.
3. Ada beberapa produsen yang menguasai pasar, baik secara sendiri-sendiri (independen)
maupun secara bersama-sama;
4. Masing-masing penjual cukup mempunyai kekuatan untuk menentukan harga jual output;
5. Ada hambatan bagi produsen baru untuk memasuki pasar meskipun tidak sebesar
hambatan di pasar monopoli.
6. Penggunaan iklan sangat intensif. Iklan adalah salah satu senjata ampuh bagi
perusahaan-perusahaan oligopoli untuk bersaing dengan perusahaan lain, karena iklan
sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan perubahan selera konsumen
16. kerugian dan ketidak adilan dilarang, beberapa
contohnya seperti :
1. Tallaqi Ruqban, yaitu mencegat penjual di perbatasan kota. Ini dilarang karena pedagang
yang menyongosong di pinggir kota mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual yang
baru datang mengenai keadaan harga dan pasar di dalam kota.
2. Mengurangi timbangan. Pengurangan timbangan adalah perbuatan zalim. Pembeli
memperoleh jumlah barang yang tidak sesuai dengan jumlah uang yang ia bayarkan
3. Menyembunyikan cacat atau kejelekan barang yang dijual. Islam mengehendaki setiap
pelaku perdagangan memiliki informasi yang sempuran mengenai keadaan barang yang
akan diperjualbelikan.
4. Transaksi najasy. Transaksi ini merupakan praktik perdagangan yang melibatkan
persekongkolan antara penjual dengan pihak ketiga yang menawar dengan harga tinggi
agar pembeli lebih terkecoh.
5. Penimbunan barang (ikhtiar). Menimbun barang dengan maksud memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga menyebabkan jumlah barang yang tersedia di pasar
menjadi berkurang dan masyarakat harus membayar lebih tinggi dari seharusnya.
6. Islam melarang praktik-praktik perdagangan yang bersifat maysir dan gharar.
17. Oligopoli Dalam Perspektif Islam
Firman Allah SWT dalam surat An-Nisaa ayat 29
"hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu."
Rasulullah saw. juga pernah bersabda:
"tidak beriman orang yang kenyang sementara tetangganya
kelaparan sementara ia tahu hal itu."
18. TAFLIS
At Taflis adalah seseorang yang
mempunyai hutang, seluruh
kekayaannya habis hingga tidak tersisa
untuk membayar hutang.
19. Hukum-hukum nya
1. Dikenakan al hajru jika para kreditur menghendakinya. (Abu Hanifah berpendapat at taflis
tidak dikenakan al jahru).
2. Seluruh assetnya dijual untuk melunasi hutang, kecuali pakaian dan makanan.
3. Jika seorang kreditur menemukan barangnya dalam kondisi utuh tanpa cacat, maka ia
berhak mengambilnya daripada kreditur lain, dengan syarat ia tidak pernah mengambil dari
uang hasil penjualan barang tersebut. Jika ia pernah mengambil, maka haknya sama
dengan kreditur yang lain. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam bersabda, “Barangsiapa
menemukan barangnya di orang yang telah bangkrut, maka ia lebih berhak
terhadapnya.” (Muttafaq Alaih).
4. Jika terbukti mengalami kesulitan keuangan oleh hakim atau pengadilan (tidak memiliki
kekayaan), maka ia tidak boleh ditagih. “Dan jika dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan…” (Al Baqarah 280). Rasulullah Shalallahu Alaihi wa
Salam bersabda, “Ambillah apa yang kalian dapatkan dan kalian tidak memiliki hak
selain itu.” (HR Muslim).
5. Jika seluruh hartanya sudah dibagi-bagi, kemudian dating kreditur yang belum tahu telah
diberlakukan al hajru dan kreditur tersebut tidak mengetahui kalau semua asset telah dijual,
maka kreditur tersebut mendatangi masing-masing kreditur untuk meminta bagian yang
sama.
6. Jika kreditur mengetahui pemberlakuan al hajru pada seorang debitur, kemudian ia
melakukan bisnis dengannya, maka ia tidak mempunyai hak yang sama dengan kreditur
yang lain, hutangnya tetap menjadi tanggungan debitur tersebut sampai lunas.
20. GHARAR
Menurut bahasa Arab, makna al-gharar adalah, al-
khathr (pertaruhan) . Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
menyatakan, al-gharar adalah yang tidak jelas hasilnya (majhul al-
‘aqibah). Sedangkan menurut Syaikh As-Sa’di, al-gharar adalah al-
mukhatharah (pertaruhan) dan al-jahalah (ketidak jelasan). Perihal
ini masuk dalam kategori perjudian.
Sehingga , dari penjelasan ini, dapat diambil pengertian, yang
dimaksud jual beli gharar adalah, semua jual beli yang
mengandung ketidakjelasan ; pertaruhan, atau perjudian.
21. Hukum Gharar
Dalam syari’at Islam, jual beli gharar ini terlarang. Dengan dasar sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah yang
berbunyi.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli al-hashah dan jual
beli gharar”.
Firman Allah SWT :
Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”
[Al-Baqarah : 188]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”
[An-Nisaa : 29]
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan” [Al-Maidah : 90]
22. Hikmah Larangan Jual Beli Gharar
Diantara hikmah larangan julan beli ini adalah, karena
nampak adanya pertaruhan dan menimbulkan sikap
permusuhan pada orang yang dirugikan. Yakni bisa
menimbulkan kerugian yang besar kepada pihak lain.
Larangan ini juga mengandung maksud untuk menjaga
harta agar tidak hilang dan menghilangkan sikap
permusuhan yang terjadi pada orang akibat jenis jual
beli ini.
23. Jenis Gharar
Dilihat dari peristiwanya, jual-beli gharar bisa ditinjau dari tiga sisi.
1. Jual-beli barang yang belum ada (ma’dum), seperti jual
beli habal al habalah (janin dari hewan ternak).
2. Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang muthlak,
seperti pernyataan seseorang : “Saya menjual barang dengan
harga seribu rupiah”, tetapi barangnya tidak diketahui secara
jelas, atau seperti ucapan seseorang : “Aku jual mobilku ini
kepadamu dengan harga sepuluh juta”, namun jenis dan sifat-
sifatnya tidak jelas. Atau bisa juga karena ukurannya tidak
jelas, seperti ucapan seseorang : “Aku jual tanah kepadamu
seharga lima puluh juta”, namun ukuran tanahnya tidak
diketahui.
3. Jual-beli barang yang tidak mampu diserah terimakan. Seperti
jual beli budak yang kabur, atau jual beli mobil yang dicuri.
Ketidak jelasan ini juga terjadi pada harga, barang dan pada
akad jual belinya.
24. Gharar Yang Diperbolehkan
1. Yang disepakati larangannya dalam jual-beli,
seperti jual-beli yang belum ada wujudnya
(ma’dum).
2. Disepakati kebolehannya, seperti jual-beli rumah
dengan pondasinya, padahal jenis dan ukuran serta
hakikat sebenarnya tidak diketahui. Hal ini
dibolehkan karena kebutuhan dan karena
merupakan satu kesatuan, tidak mungkin lepas
darinya.