7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( dari setiapmateri yang akan disampaikan
7uru harus lebih selekti dalam memilihmet!de yang !!k
7uru ber-eksperimen terhadap met!de yangdiajarkan
7uru mengajak peserta didik untukmengetahui latar belakang 'asal( da
2. FATWA DSN
ِﻢﻴِﺣﺮﺍﻟ ِﻦﻤﺍﻟﺮﺣ ِﷲﺍ ِﻢﺴﺑ
Firman Allah QS. al-Nisa’ [4]: 29:
ﻣﻨﻜﻢ ٍﺽﺍﺗﺮ ﻋﻦ ﺗﺠﺎﺭﹰﺓ ﺗﻜﻮﹶﻥ ﹶﺃﹾﻥ ﱠﻻﺇ ِﻞﻃِﺎﺑﺎﹾﻟﺒ ﺑﻴﻨﻜﻢ ﹶﺃﻣﻮﺍﹶﻟﻜﻢ ﹶﻻﺗﺄﹸﻛﻠﻮﺍ ﺁﻣﻨﻮﺍ ِﺬﻳﻦﻟﱠﺍ ﹶﺃﻳﻬﺎ ﻳﺂ
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil,
Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”.
2. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 283:
َّتَيْل َو ُهَتَناَمَأ َنِمُتْاؤ ِيذَّال ِِّدَؤُيْلَف اًضْعَب ْمُكُضْعَب َنِمَأ ْنِإَف
ْ ُهَّب ََ َ َّ
َّلل ِق
…“ Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”.
3. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:
ﹶﺃﻭﹸﻓﻮﺍ ﺁﻣﻨﻮﺍ ِﺬﻳﻦﻟﱠﺍ ﹶﺃﻳﻬﺎ ﻳﺂ
ِ
ِﺩﻮﺑﺎﹾﻟﻌﻘ
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu …”.
3. Tujuan Penciptaan Manusia
1. Tidak ada kesia-siaan dalam penciptaan manusia
َانْيَلِإ ْمُكَّنَأ َو ًاثَبَع ْمُكَانْقَلَخ اَمَّنَأ ْمُتْبِسَحَفَأ
َونُعَج َُْت َ
َل
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa
kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminun:115).
2. Untuk Beribadah Kepada Allah Semata
ُِوندُبْعَيِل َلِإ َ
سْناإل َو َّن ِجْال ُتْقَلَخ اَم َو
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).
4. Motivasi Hijrah
QS. Ar-Ra'd:11
ِسُفْنَأِب اَم واَُِِّيَغُي ىَّتَح ٍم ْوَقِب اَم َُِِّيَغُي َ
َل َهللا َّإن
ْمِِه
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia
QS.At-Taubah 105
ْؤُمْال َو ُهُلوُسََ َو ْمُكَلَمَع ُ َّ
َّلل ىَََيَسَف واُلَمْعا ِلُقو
َونُنِم
ِِّبَنُيَف ِةَداَِهَّشال َو ِبْيَغْال ِمِلاَع ٰ
ىَلِإ َونُّدََُتَس َو
َونُلَمْعَت ْمُتْنُك اَمِب ْمُكُُئ
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan
5. 1. Menuntut Ilmu wajib
ٍمِلْسُم ِِّلُك ىَلَع ٌةَضي ِ
ََف ِمْلِعْال ُبَلَط
“Menuntut ilmu (agama) itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)
2. Kedudukan Orang berilmu
ۚ ٍت ٰج َََد َمْلِعْال ۟واُتوُأ َِينذَّال َو ْمُكنِم ۟واُنَماَء َِينذَّال ُهللا ِعَف ََْي
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat (Al-Mujadilah Ayat 11)
3. Menggapai cita-cita (menuju ketaatan kepada Allah)
م
ْلِعْالِب ِهْيَلَعَف َةََ ِآخ ْ
اَلَدا َََأ ْنَم َو ،ِمْلِعْل اِب ِهْيَلَعَف اَيْنُّدالَد ا َََأ ْن
ِهْيَلَعَف اَمُهَدا َََأ ْنَم َو ،ِم
ِمْلِعْالِب
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki
kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki
ilmu” (HR. Turmudzi)
6. Mengapa Milenial memilih Produk Syariah
1.Kesadaran setiap manusia akan eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Allah maka
harus selalu jaga kontak kepadanya, sehingga selalu berpijak pada nilai-nilai
ruhiyah
2.Memiliki pemahaman terhadap bisnis yang halal dan haram. Sehingga para pelaku
bisnis memang dituntut untuk benar-benar mengetahui fakta mengenai mana
bisnis yang diperbolehkan dalam aturan syariah mana yang tidak boleh.
3.Mengimplementasi aturan secara syar’i. Harus ada kesesuaian teori dan praktik,
yang dipahami dan yang diterapkan sehingga bukan sekedar untung dan rugi.
4.Orientasi tidak hanya pada dunia namun juga akherat. Mendapatkan keuntungan
yang sebanyak-banyaknya di dalam Islam itu diperbolehkan hanya saja bukan
hanya itu orientasinya. Namun dengan menjadikan bisnis yang dikerjakannya
sebagai ladang ibadahnya yang akan menjadikannya pahala.
7. Milenial cerdas akan berkata :
“Kalau saya bisa dapat keuntungan
dunia dan akhirat kenapa saya harus
memilih dunia aja “
8. Prinsip dalam hukum Muamalah adalah :
• Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah, kecuali yang ditenttukan lain oleh Al qur’an
dan sunnah Rasul.
• Muamalah dilakukan atas dasar sukarela dan tanpa mengandung unsur – unsur paksaan.
• Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat.
• Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan dan unsur – unsur penganiyaan,
pengambilan kesempatan dalam kesempitan (prinsip keadilan).
Transaksi
yang
dilarang
Tidak
sah
akadnya
Haram
selain
zatnya
Haram
zatnya
9. Larangan terhadap transaksi haram selain zatnya
Beberapa hal yang masuk kategori haram
selain zatnya
Tadlis (ketidaktahuan satu pihak)
Gharar (ketidaktahuan kedua pihak)
Ikhtikar (rekayasa pasar dalam supply)
Bai’ najasy (rekayasa pasar dalam demand)
Maysir
Riba
10. Larangan terhadap transaksi yang haram zatnya
Larangan terhadap transaksi yang haram zatnya sering dikaitkan
dengan prinsip muamalah yang ketiga yaitu keharusan
menghindari kemudharatan.
Bagi industri perbankan syariah, pelarangan terhadap transaksi
yang haram zatnya tersebut diwujudkan dalam bentuk
larangan memberikan pembiayaan yang terkait dengan
aktivitas produksi makanan, minuman dan tindakan yang
diharamkan oleh Majelis Ulama.
11. Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu pihak
(unknow to one party) Tadlis dapat terjadi dari empat hal yaitu kuantitas, kualitas, harga,
waktu penyerahan.
Gharar adalah ketiadaan informasi terjadi pada kedua belah pihak yang bertransaksi jual beli.
Bai’ Ikhtikar adalah mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara menimbun.
Bai’ najasy adalah tindakan menciptakan permintaan palsu, seolah – olah ada banyak permintaan
terhadap suatu produk, sehingga harga jual produknya akan naik.
Maysir (gambling/judi) adalah sebuah permainan dimana satu pihak akan memperoleh keuntungan
sementara pihak lain akan menderita kerugian.
Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad)
yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.
12. Aspek yang terkait dengan transaksi syariah dan pemakai laporan keuangan syariah
Paradigma transaksi syariah
Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma bahwa alam semesta diciptakan oleh tuhan sebagai amanah
(kepercayaan Ilahi) dan sarana kebahagian hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan
hakiki secara material dan spritual (falah).
Azas transaksi syariah
Transaksi syariah berdasarkan prinsip
Persaudaraan (ukhuwah)
Keadilan (‘adalah)
Kemashlahatan (maslahah)
Keseimbangan (tawazun)
Universalisme (syamuliah)
Prinsip Persaudaraan berarti bahwa transaksi yang diadakan merupakan
bentuk interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk
kemanfaatan secara umum dengan semangat tolong – menolong.
Prinsip Keadilan mengandung arti menempatkan sesuatu pada tempatnya
dan memberikan sesuatu pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu
sesuai porsinya.
Prinsip Kemaslahatan berarti bahwa transaksi syariah haruslah
merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi
dan ukhrawi material dan spritual serta individu dan kolektif.
Prinsip Keseimbangan maksudnya adalah transaksi harus memperhatikan
keseimbangan aspek material dan spritual, aspek privat dan publik, sektor
keuangan dan riil, bisnis dan sosial dan aspek pemanfaatan.
Prinsip Universalisme artinya transaksi syariah dapat dilakukan oleh,
dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa
membedakan suku, agama, ras dan golongan.
13. Karakteristik transaksi syariah
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun aktivitas sosial yang bersifat
non komersial.
Transaksi syariah komersial dapat berupa investasi
untuk mendapatkan bagi hasil, jual beli barang, untuk
mendapatkan laba atau pemberian jasa dengan
imbalan.
Transaksi syariah non komersial dapat berupa
pemberian pinjaman atau talangan (qardh),
penghimpunan dan penyaluran dana sosial, seperti
zakat, infaq, sedekah, wakaf dan hibah.
15. Asumsi dasar penyusunan laporan
keuangan entitas syariah
Dasar Akrual
Dengan dasar akrual, pengaruh transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan
diungkapkan dalam catatan akuntansi dan
dilaporkan dlm lap keuangan.
Kelangsungan usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar
asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
dan akan melanjutkan usaha di masa
depan.
Asumsi dasar
16. Unsur – unsur laporan keuangan
entitas syariah berdasarkan
karakteristiknya
(KDPPLKS paragraf 68)
Komponen laporan keuangan yang
mencerminkan kegiatan komersial
meliputi laporan keuangan,
laporan laba rugi, laporan arus kas
dan laporan perubahan ekuitas.
Komponen laporan keuangan yang
mencerminkan kegiatan sosial.
komponen ini meliputi laporan
sumber dan penggunaan dana
zakat.
Komponen laporan keuangan
lainnya
yang mencerminkan tanggung
jawab
khusus entitas syariah.
Diantara berbagai laporan tersebut, laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi merupakan dua laporan keuangan
utama.
Unsur- unsur laporan keuangan
17. Laporan posisi keuangan
Laporan posisi keuangan atau neraca menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya (KDPPLKS paragraf 69).
Format umum neraca bank syariah dengan mengacu pada lampiran PSAK no 101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah yang diterbitkan IAI th 2007.
Unsur- unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan :
1. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan memiliki
manfaat ekonomi di masa depan bagi entitas syariah.
2. Kewajiban adalah hutang entitas syariah masa kini yang timbul akibat dari peristiwa masa lalu, yang
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syariah yang mengandung
manfaat ekonomi.
3. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu
dan pihak lainnya yang mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut
dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
4. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan dana stirkah temporer.
20. LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA
1. Bank Umum Syariah,Bank Pembiyaan Rakyat Syariah dan Unit
Usaha Syariah Bank Konvensional.
2. Baitulmal wat tamwil (BMT): lembaga keuangan syariah yang
menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada anggotanya dan
biasanya beroperasi dalam skala mikro.
3. Asuransi syariah: pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah,
umumnya diasuransikan dengan menggunakan syariah.
4. Pasar modal syariah: merupakan tempat perusahaan menerbitkan
surat berharga baik berupa saham maupun obligasi agar
memperoleh dana dari investor dg sistem syariah
21. 5. Reksa dana syariah: perusahaan sekuritas yang hanya memfasilitasi
investor menginventasikan dananya pada surat berharga yang
memenuhi kriteria syariah.
5. Ar Rahnu (pegadaiaan syariah): lembaga pegadaian yang beroperasi
sesuai dg prinsip syariah.
5. Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat: yaitu menerima dana
yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial
lainnya.
22. FATWA GIRO, TABUNGAN, DEPOSITO (GTD)
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
Para ulama menyatakan, dalam kenyataan banyak orang yang mempunyai harta
namun tidak mempunyai kepandaian dalam usaha memproduktifkannya, sementara
itu tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki harta namun ia mempunyai
kemampuan dalam memproduktifkannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya
kerjasama di antara kedua pihak tersebut.
FATWA TENTANG GTD
1. GTD yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu GTD yang berdasarkan
perhitungan bunga.
2. GTD yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu GTD yang berdasarkan prinsip
Mudharabah dan Wadi’ah.
3. GTD dengan akad Mudharobah ini disebut Dana Syirkah Temporer.
23. Keunggulan Keuangan Sayariah Dibanding Keuangan Konvensional
1. Berpedoman pada Prinsip-Prinsip Syariah
2. Sistem Pembagian Keuntungan
3. Pengelolaan Dana Sesuai Syariat
4. Manajemen Finansial yang Aman dan Tepercaya
5. Nasabah sebagai Mitra
6. Jumlah Angsuran Tetap
8. Transparansi Sistem
9. Menggunakan Prinsip Akad
27. 27
UU PT No.40 2007 pasal
108 perusahaan yang
berbentuk PT wajib
memiliki paling sedikit 3
orang Dewan Komisaris.
Semakin besar ukuran
DK maka pengawsan
disuatu perusahaan
akan semakin baik
PBI No.7/35/PBI/2005
tanggal 29 Sep 2005
tentang Bank Umum yang
melaksanakan kegiatan
usaha yang berdasarkan
Prinsip Syariah bahwa
jumlah Dewan Pengawas
Syariah sebanyak 2-5
orang untuk BUS & UUS
Peraturan OJK Nomor
55/POJK.04/2015,
Komite Audit paling
sedikit terdiri dari 3 (tiga)
orang anggota. Syariah
Enterprise Teori “struktur
KA yang baik akan
mewujudkan pelaporan
dan pengevaluasian yang
baik pula.
Peran DK, DPS, KA Terhadap Tata Kelola